Anda di halaman 1dari 97

Materi Kuliah

George G. Karady

TOPIC TRANSFORMER
Single Phase

Translated by
Idham A. Djufri, ST. MT.

6/19/2019 Transformer 1-Phase 1


TRANSFORMATOR
PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR

Transformator adalah suatu alat untuk


memindahkan daya listrik dari suatu rangkaian
ke rangkaian lainnya secara induksi
elektromagnetik.

6/19/2019 2
Definisi

Transformator/ Transformer / Trafo adalah suatu


peralatan listrik yang termasuk dalam
klasifikasi mesin listrik statis dan berfungsi untuk
menyalurkan tenaga / daya listrik dari tegangan
tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya,
dengan frekuensi sama.
Dasar dari teori transformator
“Apabila ada arus listrik bolak-
balik yang mengalir mengelilingi
suatu inti besi maka inti besi itu
akan berubah menjadi magnet
dan apabila magnet tersebut
dikelilingi oleh suatu belitan
maka pada kedua ujung belitan
tersebut akan terjadi beda
tegangan mengelilingi magnet,
sehingga akan timbul gaya
gerak listrik (GGL)”.
Dasar dari teori transformator
• Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder)
yang bersifat induktif.
• Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan
secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance)
rendah.
• Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan
bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti yang
dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup
maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan
primer maka di kumparan primer terjadi induksi (self induction) dan
terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi
dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutual
induction) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan
sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder di
bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara
magnetisasi)

  N
t
Dimana :
 = gaya gerak listrik (Volt)
N = jumlah lilitan (turn)
 = perubahan flux magnet
t = perubahan waktu

Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus


bolak-balik yang dapat ditransformasikan oleh
transformator,
sedangkan dalam bidang elektronika, transformator
digunakan sebagai gandengan impedansi antara
sumber dan beban untuk menghambat arus searah
sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara
rangkaian.
Keadaan Transformator Tanpa
Beban

Gambar 2.1 Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban dan


Ekivalensinya
Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan
dengan sumber tegangan V1 yang sinusoidal, akan
mengalirkan arus primer I0 yang juga sinusoidal dan
dengan menganggap belitan N1 reaktif murni. I0 akan
tertinggal 900 dari V1. Arus primer I0 menimbulkan fluks
(Ф) yang sefasa dan juga berbentuk sinusoidal.
Tegangan Sinusoidal
Ф = Ф Maxsin ωt (weber)

Fluks yang sinusoid ini akan


menghasilkan tegangan induksi
e1 (Hukum Faraday):

 1   N1
( max sin t ) t
1   N 1
t  1  N1 max cos t
 1  N 1 max sin( t  90) Dimana :
1 = gaya gerak listrik (Volt)
N1 = jumlah belitan di sisi primer (tur
Tertinggal 900 dari Ф ω = kecepatan sudut putar (rad/sec
Ф = fluks magnetik (weber)
Gambar 1 tertinggal 900 dari Ф
 1  N 1 max sin( t  90)

Gambar. Gambar Gelombang 1 tertinggal 900 dari Ф


Harga Efektif

Untuk N2 juga sama, tetapi beda lilitan saja, sehingga :

Dimana :
1 = ggl induksi di sisi primer (Volt)
2 = ggl induksi di sisi sekunder (Volt)
N1= jumlah belitan sisi primer (turn)
N2 = jumlah belitan sisi sekunder (turn)
a = faktor transformasi
Keadaan Transformator
Berbeban
Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban Zl, I2 mengalir pada kumparan
sekunder, dimana :

V2
I2 
Zl

Gambar. Transformator Dalam Keadaan Gambar. Rangkaian Ekivalen


Berbeban Transformator Dalam Keadaan
Berbeban
Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2I2 yang cenderung menentang
fluks () bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan. Agar fluks bersama itu tidak berubah
nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I2 yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh
arus beban I2 hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi : I1 = I0 +I2
(ampere)
V2
I2 
Zl
Bila komponen arus rugi inti (IC) diabaikan,
maka I0 = Im , sehingga :
I1 = Im +I2

Dimana:
I1 = arus pada sisi primer (Ampere)
I’2 = arus yg menghasilkan ‘2
I0 = arus penguat (Ampere) Gambar. Transformator Dalam Keadaan
Im = arus pemagnetan (Ampere) Berbeban
Ic = arus rugi-rugi int i (Ampere)

Gambar. Rangkaian Ekivalen Transformator


Dalam Keadaan Berbeban
FLUKS MAGNETIK
• Fluks = medan magnet x luasan yg ditembus medan
magnet)
• Fluks magnetik (sering disimbolkan Φm), adalah
ukuran atau jumlah medan magnet B yang melewati
luas penampang tertentu, misalnya kumparan kawat
(hal ini sering pula disebut "kerapatan medan
magnet").
• Satuan fluks magnetik dalam Satuan
Internasionaladalah weber (Wb) (Weber merupakan
satuan turunan dari volt-detik). Sedang satuan
menggunakan sistem CGS adalah maxwell.
• Fluks magnet melalui loop kawat menunjukkan jumlah
garis medan magnet yang melewati permukaan loop.
Fluks magnet didefinisikan sebagai berikut:
Φ = B. A
dimana “B” adalah kekuatan medan magnet dan “A” adalah
luas permukaan loop.
Flux tergantung pada arah antara
Φ = B. A
bidang permukaan juga.
Sebagai contoh jika
permukaan loop sejajar dengan
arah lapangan : fluks
bersih adalah nol karena tidak ada
Φ=0
garis-garis medan yang memasuki
permukaan loop.

back
Sinusoidal

BACK
2 kumparan

BACK
Istilah-istilah

Reluktansi (R)= Perlawanan terhadap fluks


medan magnet melalui volume yang diberikan
dari ruang atau bahan. Analoginya dengan
reisitansi listrik

BACK
Transformator

Analisis Sirkit Magnetik


• Sirkit magnetik terdiri dari sebuah inti
besi yang terlaminasi dan kumparan.
• Arus AC di dalam kumparan
membangkitkan fluks magnet AC di I
dalam inti.
I
• Kuat medan magnet dihitung
memnggunakan hukum Ampere: 
N
F = I N = H Lc
dengan: F : gaya magnetomotive
Lc
N : jumlah lilitan
I : arus
H : medan magnet
Lc : panjang path

6/19/2019 Transformer 1-Phase 21


Transformator

Analisis Sirkit Magnetik


• Kerapatan fluks magnet (Weber/m2 or Tesla)
B = m H = m I N / Lc
dengan:
– m = permeabilitas dalam H/m. m = mo mr
– mo = 4 p 10-7 H/m permeabilitas udara bebas
– mr permeabilitas relatif (udara mr =1, and besi mr=
5000-8000)
– Nilai aktual mr ditentukan dari kurva magnetisasi B - H
material magnetik tersebut.

6/19/2019 Transformer 1-Phase 22


Transformator

Analisis Sirkit Magnetik B - H Curves. (B in tesla, H in amp/m)

• Sirkit magnetik dibangun 1.5

dengan inti yang dilaminasi.


• Inti dibuat dari lembaran besi
silicon.
1.0
• Kurva B - H dari tiga buah
material magnetik ditunjukkan
dalam gambar di samping.
• Permeabilitas inti adalah slope
0.5
dari kurva B - H.
• Range operasi di bawah kurva
saturasi. Daerah ini kurang
lebih linier.

6/19/2019 Transformer 1-Phase 23


TRANSFORMATOR

Analisis Sirkit Magnetik


• Langkah berikutnya dari analisis ini
adalah perhitungan fluks magnetik.
• Fluks diukur dengan Weber
• Fluks utama adalah inti besi. Fluks
leakage yang kecil mungkin muncul
di dalam udara, yang mana di sini
diabaikan.
• Fluks adalah:
f m = B A = m H A = I m NA / Lc
6/19/2019 Transformer 1-Phase 24
Transformer
Analisis Sirkit Magnetik
• Fluks sinusoidal AC menginduksikan tegangan di dalam coil
(Hukum Faraday)
• Tegangan ini sama dengan tegangan suplai jika drop tegangan
akibat resistansi diabaikan.
df d
• Tegangan induksi adalah: e( t )  N 
dt dt
• Persamaan untuk fluks sinusoidal adalah: f(t) = fm sin( t)
• Oleh karena itu, ungkapan untuk tegangan induksi menjadi:

df
e(t )  N  N fm  cos ( t )
dt
• Nilai rms dari tegangan induksi adalah:

N  fm  
V  4.44  N  f  fm
2

dengan: V : dalam volts, f : dalam Hz, and f m : dalam Weber


6/19/2019 Transformer 1-Phase 25
Transformator

Analisis Sirkit Magnetik

• Substitusi dari f = m I (N A / Lc) ke dalam persamaan tegangan


induksi menghasilkan:

df m  A di di N2  A
eN  N2 L dengan L  m 
dt L c dt dt Lc
adalah induktansi
• Energi dalam medan magnetik adalah integral dari daya elektrik
masukkan:
I
di 1
  
W  i  e  dt  i  L   dt  L i  di   L  I 2
dt 0
2
• Tegangan induksi dalam coil kedua diletakkan dalam inti adalah:

df m  A di di N1 N 2
e 2  N 2   N 2  N1   L1,2  L1, 2 m 0 A
dt Lc dt dt Lc

6/19/2019 Transformer 1-Phase 26


Transformator

Analisis Sirkit Magnetik

• Susunan induktor dengan c

celah udara ditunjukkan b


c

dalam gambar di samping a


a

• Coil ditempatkan pada inti


besi. h
g

• Kerapatan fluks magnetik di


dalam celah udara adalah
b
Bgap. Ketika arus sama
dengan Im.
w

6/19/2019 Transformer 1-Phase 27


Transformator
Acore
Analisis sirkit Magnetik b
• Dimension dari inti a
w = 3in, h = w, a = 1in, b = 1.5in Im
m
Im = 2A, Nm = 20, f = 60Hz,
Nm
• Magnetic path length and area Vm h
(panjang lintasan dan luasan
Magnet)
Lm = 2 (w + a) + 2 (h + a)
a
Acore = a b
• Magnetic field intensity a w a
(Intensitas medan magnet)
Im Nm A
Hm  Hm  98.425
Lm m
Gb. Sirkit Magnetik
6/19/2019 360 Chapter 5 Transformers 28
Transformer
Calculate
• 1) Magnetic flux and the flux density in the different
section of the iron core
• 2) Determine the magnetic field intensity (H) in the different
section of the core
• 3) Calculate the number of turns needed to maintain the
flux if the current is Im
• 4) Calculate the inductance when the iron-core is neglected
or considered.
• 5) Calculate the induced voltage in a coil, with 150 turns, if
it is placed on the iron-core Assume that the frequency is
60 Hz
• 6). Determine the required supply voltage if the resistance
is neglected

6/19/2019 Transformer 1-Phase 29


Transformator

Transformator Ideal
Primary Secondary
• Transformator dilaminasi winding winding
dengan inti besi dan
mempunyai kumparan primer
dan sekunder I1m
• Kumparan resistor dan
fdengan nolluks leakage sma. N1 N2
V1
• Kumparan primer disuplai
dengan tegangan sinusoidal
V1.
• Tegangan V1 mengendalikan
arus pemagnetan melalui
kumparan I1m Laminated iron core

6/19/2019 Transformer 1-Phase 30


Transformator

Transformator Ideal

• Arus pemagnetan current I1m


Flux generation
membangkitkan fluks magnetisasi
fluks f m di dalam inti besi. I1m
• Fluks berubah lebih besar atau lebih
kecil dalam bentuk sinusoidal. N1 N2
V1
• Hubungan antara fluks dan
tegangan adalah:

dfm
V1  N1   4.44  f  N1  fmax fm
dt

6/19/2019 Transformer 1-Phase 31


Transformator

Transformator Ideal
• Fluks AC berhubungan
dengan kumparan sekunder. Voltage generation
• Perubahan fluks (dfm /dt)
menginduksikan tegangan
sinusoidal V2 di dalam
I1m
kumparan sekunder.
• Tegangan induksi adalah: V1 N1 N2 V2
dfm
V2  N 2   4.44  f  N 2  fmax
dt
• Rasio tegangan primer dan
sekunder disebut rasio
perbandingan:
fm
a = V1/V2 = N1/N2

6/19/2019 Transformer 1-Phase 32


Transformator ideal
Daya yang disuplay dari sisi primer Transformator :
Pin  V p .I p. cos  p
Dengan :
p = Sudut antara tegangan primer dan arus primer
Daya pada sisi sekunder :

Pout  Vs .I s. cos  s
Belitan primer dan sekunder mempunyai faktor daya yang sama karena tidak
dipengaruhi oleh sudut tegangan dan arus (p- S = )

Efesiensi Transformator :

Pp
 100% atau
Ps
Vs  I s
 100%
Vp  I p
6/19/2019 Transformer 1-Phase 33
Transformer
Transformator Ideal
Transformer loaded
• Impedansi beban Z2
terhubung dengan kumparan
sekunder. I1m I2

• Tegangan sekunder V2 V1 N1 N2 V2 Z2
mengendalikan arus beban
melalui Z2. Arus adalah:
Load
I2 = V2 / Z2 f2
fm
• Arus beban membangkitkan
fluks f2 yang melawan fluks
magnetisasi fm.

6/19/2019 Transformer 1-Phase 34


Transformer
Transformator Ideal
• Fluks beban f2 menginduksikan
tegangan dalam kumparan Transformer loaded
primer yang melawan tegangan
suplai.
I1m+ I1 I2
• Tegangan suplai adalah konstan.
Oleh karena itu pengurangan
tegangan induksi menaikan arus V1 N1 N2 V2
primer (I1m+ I1).
Load
• Arus I1 membangkitkan fluks f1 f2
yang seimbang dan sama
dengan fluks f2 yang f m+f1
dibangkitkan oleh arus sekunder
I2 .

6/19/2019 Transformer 1-Phase 35


Transformer
Transformator Ideal
• Persamaan fluks memproduksi efek
sebagai berikut: Transformer loaded
– Fluks inti fm tetap konstan dan
tidak tergantung dari beban. I1m+ I1 I2
– Gaya magneto-motive primer F1
sama dengan gaya V1 N1 N2 V2
magnetomotive sekunder F2.
Oleh karena itu: Load
I1 N1 = I2 N2
Persamaan ini mengasumsikan bahwa f m + f1- f 2
arus pemagnetan Im dapat diabaikan

6/19/2019 Transformer 1-Phase 36


Transformator Ideal
Transformer
• Rugi-rugi adalah nol dalam
transformator ideal. Oleh Equivalent Circuit
karena itu daya masukan (VA)
sama dengan daya keluaran
(VA). I1 I2 = aI1
I1 V1 = I2 V2
• Tegangan dan arus
berhubungan sebagai berikut: V1 = E1 E2 = V2
a = V1 / V2 = I2 / I1 or
V2 =V1/ a and I2 = I1 a
E2 =E 1 / a
• Jika transformator menaikkan
tegangan maka arus turun
begitu sebaliknya.

6/19/2019 Transformer 1-Phase 37


Transformer
Transformator Sebenarnya
• Kumparan transformator
sebenarnya mempunyai resistansi
R1 dan R2 , which menjadi satu
dengan kumparan dan terletak seri
dengannya. R I1 I2 R2
1
• Arus primer membangkitkan fluks
yang tidak berhubungan dengan f 22
kumparan sekunder. Fluks ini V1 V2
f 11
adalah fluks leakage primer f 11.
• Arus sekunder membangkitkan
fluks yang tidak berhubungan N1
dengan kumparan primer. Fluks ini fm N2
adalah fluks leakage sekunder f 22.

6/19/2019 Transformer 1-Phase 38


Transformer
Transformator Sebenarnya
IL
• Hubungan fluks kumparan primer: f f f f  1 1
1 m 11 m N1
I L
• Hubungan fluks kumparan sekunder: f f f f  2 2
2 m 22 m N1

• 11 dan 22 dapat diganti dengan induktansi ekivalen dengan


berturut-turut L1 dan L2

L1 R1 I1 R2 L2

V1 E1 E2 I2 V2

N1 N2
fm
6/19/2019 Transformer 1-Phase 39
Transformer
Transformator Sebenarnya
• Dalam transformator riil, permeabilitas inti besi tidak tak terbatas dan
arus pemagnetan tidak dapat diabaikan. Inti besi di representasikan
dengan reaktansi pemagnetan Xm

• Hysteresis and arus eddy menyebabkab rugi-rugi besi. Rugi-rugi ini


direpresentasikan dengan resistansi Rc yang terhubung paralel
dengan Xm

X1 R1 I’1 R2 X2

I1 Ic Im
V1 E1 I2 V2
E2
Rc Xm

N1 N2
m

6/19/2019 Transformer 1-Phase 40


Transformer
Transformator Sebenarnya

. Sirkit Ekivalen

jX1 R1 I’1 jX2 R2

I1 E2 I2
V1 E1 V2
Ic Im

Rc jXm
Ideal Transformer

6/19/2019 Transformer 1-Phase 41


• Persamaan Rangkaian ekivalen sisi primer :

V1  E1  I1 ( R1  jX 1 )
Bila E1  aE2
aI 2 ( R2  jX 2 )
• Persamaan sisi sekunder :
V2  E1  I 2 ( R2  jX 2 ) atau

6/19/2019 Transformer 1-Phase 42


Transformer
Penyederhanaan Sirkit Ekivalen
Transfer impedansi dari sekunder ke primer menghasilkan :

jX1 R1 ja2 X2 a2 R2 I2

I1 I’2= I2 /a
V1 E2 V2
Ic Im E1 = a V2

Rc jXm

6/19/2019 Transformer 1-Phase 43


6/19/2019 Transformer 1-Phase 44
a. Rangkaian ekivalen trafo dibawa ke sisi primer
b. Rangkaian ekivalen trafo dibawa ke sisi sekunder
6/19/2019 Transformer 1-Phase 45
Transformer
Test Hubung Singkat
Transformator terhubung singkat (short
circuit) yaitu apabila kumparan primer
dihubungkan dengan sumber tegangan Isc Psc
yang sinusoidal, sedangkan kumparan A
sekunder terhubung satu sama lain atau short
impedanzi beban diperkecil sehingga Reduced W circuit
voltage V Vsc A
menjadi nol.
• Impedansi seri transformator dihitung
dari tes hubung singkat. HV LV
• Sisi tegangan rendah (LV) dihubungkan
pendek dan sisi tegangan tinggi (HV)
disuplai dengan penurunan tegangan
yang mengatur rating arus yang melalui
transformator.
• Tegangan, arus dan daya masukan
diukur.
6/19/2019 Transformer 1-Phase 46
Transformer
Parameter Ekivalen Sirkit
• Tes hubung singkat • Perhitungan impedansi seri adalah:
memberikan arus Isc, tegangan
suplai Vsc dan rugi daya Psc. Ze = Vsc / Isc and Re = Psc / Isc2

• Sirkit ekivalen menunjukkan Sehingga, reaktansi ekivalen adalah:


bahwa impedansi seri dapat
dihitung dari data ini. X e  Ze2  R e2
Isc Re jXe Isc sec

Vsc

HV LV
6/19/2019 Transformer 1-Phase 47
Dalam keadaan hubung singkat, impedansi
beban diperkecil hingga nol akibatnya I2 jauh
lebih besar dibandingkan dengan I0. oleh
karena V2 kecil dan akibatnya V1 juga kecil
yang berartifluks magnetik dan kerapatan
fluks (B) juga kecil, dan dapat diabaikan.
Impedansi yang ada Zekl = Rekl + jXekl yang
membatasi arus. Dimana ; Rekl = R1 + a2R2
dan Xekl = X1 + a2X2. Dari hasil pengukuran
tersebut dapat dihitung, dimana Pcu = rugi
tembaga.
6/19/2019 Transformer 1-Phase 48
Dari hasil pengukuran tersebut dapat dihitung,
dimana Pcu = rugi tembaga.
Vsc
Pcu  I Rek
2
Z ek 
Ii
X ek  Zek2  Rek2

6/19/2019 Transformer 1-Phase 49


Transformator Tanpa Beban
 Dikatakan tanpa beban jika sekunder dalam
keadaan terbuka (open circuit).
 Tidak ada arus pada sisi sekunder
 Secara keseluruhan daya tidak dikonsumsi pada
lilitan primer karena rangkaian seperti pada
rangkaian induktor murni dimana daya yang Gambar . Rangkaian trafo tanpa beban

dihasilkan akan dikembalikan lagi (diserap) 1.Komponen arus pemagnetan IM, yang
oleh sumber tegangan. Sehingga umumnya menghasilkan fluks (f). Karena sifat
transformator dinyatakan dalam VA dan bukan besi yang non linier (ingat kurva B-H),
dalam Watt. maka arus pemagnetan IM dan juga
 Pada beban nol (hanya induktor) tidak ada daya fluks (f) dalam kenyataannya tidak
berbentuk sinusoid
yang di disipasi akan tetapi tegangan dan arus
2.Komponen arus rugi tembaga IC,
tetap ada. menyatakan daya yang hilang akibat
 Arus primer Io yang mengalir pada saat adanya rugi histeris dan ‘arus eddy’. IC
kumparan sekunder tidak dibebani disebut arus sefasa dengan V1, dengan demikian
penguat. Dalam kenyataannya arus primer Io hasil perkaliannya (IC x V1) merupakan
bukanlah merupakan arus induktif murni, daya (watt) yang hilang.
hingga ia terdiri atas dua komponen:
.
6/19/2019 Transformer 1-Phase 50
• Bila kumparan primer transformator
dihubungkan dengan sumber tegangan
sesaat V1 yang sinusoidal, akan mengalir
arus primer I0 yang juga sinuoidal, dan
dengan menganggap belitan N1 reaktif
murni, I0 akan tertinggal 90° dari V1
(induktif) seperti pada gambar 2.
• Arus primer I0 menimbulkan fluks (Φ)
yang sefasa dan juga berbentuk sinusoid
dalam rangkaian magnetik. ( Dalam
gambar.2. terlihat bahwa ggl induksi E1
arahnya berlawanan dengan V1
(besarnya sama tetapi berbeda fasa 180°
terhadap V1 ) = trafo ideal. Gb. Vektor diagram trafo tanpa beban

6/19/2019 Transformer 1-Phase 51


Transformer
Test Open circuit (tanpa beban) wattmeter
Ip (t)

• Impedansi pemagnetan dari A


+
transformator dihitung dari
tes sirkit terbuka. v(t) ~ V
Vp (t)

• Sisi tegangan tinggi (HV) -


dibuka dan sisi tegangan
rendah (LV) disuplai dengan transformer

tegangan ratingnya, yang


mengendalikan arus
pemagnetan yang melalui
transformator.

• Tegangan, arus dan daya


masukkan diukur.

6/19/2019 Transformer 1-Phase 52


Rumus yang digunakan :

Pc  V1.I 0 .Cos 0
Pc
Cos 0 
V1 I 0
Ket :
V1 jX m .Rc
Z0  
I 0 Rc . jX m Pc = Daya yang hilang (Rugi-rugi inti)
Z0 = Impedanzi beban nol
V1
Rc  Rc = Tahanan beban nol
Ic Xm = Reaktansi beban nol
V1 I0 = Arus tanpa beban
Xm  Ic = Arus yang mengakibatkan rugi-rugi
Im
hysterisis dan arus Eddy.

X m  Z02  Rc2 I c  I 0 .Cos 0


I m  I 0 .Sin  0

6/19/2019 Transformer 1-Phase 53


Open-Circuit Test Result

1
Conductance of the core-loss GC 
resistor
RC

1
Susceptance of the magnetizing inductor BM 
XM

Admittance YE  GC  jBM 1 1
YE   j
RC XC
I OC
Magnitude admittance YE 
VOC
• Dari percobaan beban nol dapat diketahui harga-harga Rc & Xm. Juga dapat
diketahui bahwa arus Io bukanlah arus induktif murni, melainkan terdiri atas 2
komponen yaitu :
• Komponen arus pemagnetan Im , merupakan arus yang dibutuhkan untuk
menghasilkan flux pada inti transformator.
• Komponen rugi inti/besi dari arus Ic, yang menyatakan arus yang terpakai
akibat adanya rugi hysterisis dan rugi arus pusar (arus eddy ), dimana Ic
sefasa dengan V1. Sehingga didapat daya yang hilang sebesar :

P1  I c .V1
atau

P1  V1. I 0 .Cos
Dimana Cos αo adalah faktor daya antara Ic dan Io.
Dari rumus diatas dapat ditentukan :
I c  I 0 .Cos 0
V
Xm  I m  I 0 .Sin 0
Im
2
I0  I  I m
2
c
6/19/2019 Transformer 1-Phase 55
Contoh soal :
Pada sebuah transformator 25 KVA, 2400/240 volt, 50 Hz, dilakukan uji beban
nol dan uji hubung singkat.
Uji beban nol pada sisi tegangan rendah memberikan hasil :
Vin = 240 volt, I0 = 1.6 amper, P1 = 114 watt.
Uji hubung singkat yang dilakukan dengan menghubung-singkat belitan tegangan
rendah memberikan hasil pengukuran di sisi tegangan tinggi :
Vsc = 55 volt, Isc = 10.4 amper, Psc = 360 watt
Ditanya :
a). Tentukanlah parameter transformator dilihat dari sisi tegangan tinggi.
b). Berapakah rugi-rugi inti dan rugi-rugi tembaga pada beban penuh ?

6/19/2019 Transformer 1-Phase 56


Penyelesaian :
a). Uji beban nol dilakukan di sisi tegangan rendah. Jadi nilai Rc dan Xm
yang akan diperoleh dari hasil uji ini adalah dilihat dari tegangan rendah,
kita sebut Rc dan Xm.
P 114
 Si   ( Pi ) 2
2
cos     0.3
VI 240  1.6 sin  
Pi 2
 240  1.6   1142
2

sin    0.95
120  1.6

Vi 240
Rc    500
I c 1.6  0.3
240
Xm   158
1.6  0.95

6/19/2019 Transformer 1-Phase 57


Jika dilihat dari sisi tegangan tinggi :
2400
Rc  a Rc 
2
 500  50k 
240
2400
X m  a2 X m   158  15.8k 
240
Resistansi ekivalen dan reaktansi bocor ekivalen diperoleh dari uji hubung
singkat. Uji hubung singkat disisi tegangan tinggi memberikan :

Psc 360
Re  2  2
 3.33
I sc 10.4
Vsc 55
Ze    5.29
I sc 10.4
X e  Z e2  Re2  4.1

6/19/2019 Transformer 1-Phase 58


b). Pada pembebanan penuh fluksi bersama dalam inti
transformator hampir sama dengan fluksi dalam keadaan
beban nol. Jadi rugi-rugi inti pada pembebanan penuh adalah
114 Watt. Rugi-rugi tembaga tergantung dari besarnya arus.
Besarnya arus primer pada beban penuh adalah sama dengan
arus sisi tegangan tinggi pada percobaan hubung singkat,
yaitu

S 2500
I sc    10.4 A Pcu  I 2i  Re  10   3.33  360W
2

Vi 2400

6/19/2019 Transformer 1-Phase 59


Soal 1
Sebuah trafo memiliki jumlah lilitan kumparan primer
1500 dan jumlah lilitan pada kumparan sekunder 500
hitunglah berapa rasio lilitan trafo tersebut. Bila pada sisi
primer diberi tegangan listrik AC 300 V, hitunglah
tegangan pada sisi sekunder bila fluks magnet primer dan
sekunder sama.
Jawab
Bila fluks medan magnet pada
sisi primer dan sekunder sama,
maka berlaku:
Contoh Soal 2 :
Sebuah transformator satu fasa mempunyai 480
lilitan primer dan 90 lilitan sekunder.
Jika harga Induksi magnet 1,1 T ketika tegangan
2200 V, 50 Hz diberikan kepada kumparan
primer, hitunglah:
(a) Luas penampang inti
(b) Tegangan sekunder tanpa beban
6/19/2019 Transformer 1-Phase 63
Contoh soal :
1. Sebuah trafo satu fasa mempunyai lilitan primer 400 dan sekunder
1000. Penampang dari inti (core) 60 cm2 . Jika belitan primer
dihubungkan dengan jala-jala 500 V. frekwensi 50Hz. Hitung :
a. Harga maksimum kerapatan fluks dalam inti
b. Hitung tegangan induksi dalam belitan sekunder.
Jawab :
a). b).
500
fm   0.00563 wb E2 
N2
E1
4.44  50  400 N1
1000
 500 1250 Volt
Penampang dari inti : 60 cm2 = 6 x 10 -3 m2 400

fm
0.00563
Bm   wb / m 2
 0.983 wb / m 2

A 6 103
N  fm  
V  4.44  N  f  fm
2
6/19/2019 Transformer 1-Phase 65
2. Sebuah trafo 20 KVA, 2000/200 Volt, mempunyai lilitan sekunder 66.
Hitung lilitan primer dan arus beban penuh primer dan sekunder jika
rugi rugi diabaikan.
Jawab:

E1 2000
E1  2000V E2  200V ; a    10
E2 200
N1 N1
  10; N1  10  66  660
N 2 66
Keluaran pada sisi sekunder = 20 KVA = 20.000 VA

Po 20000
I2   100 A
E2 200
I2
a
I1
100
I1  10 A
10
6/19/2019 Transformer 1-Phase 66
3. Sebuah trafo 1 phasa 6600V/600, 50 Hz, mempunyai rapat fluksi
maksimum 1.35 wb/m2 dalam inti penampang dari inti 200 cm.
Hitung banyaknya lilitan primer dan sekunder .
Jawab:
Berlaku rumus :
E1= 4.44 f N1 fm (untuk lilitan primer)
= 4.44 x f x N1 x Bm x A
6600 = 4.44 x 50 x N1 x 1.35 x 2.10-2
6600
N1 
4.44  50 1.35  2.102

N1 = 1100
Untuk lilitan sekunder :

6/19/2019 Transformer 1-Phase 67


Transformer
Questions to ponder.

• Why the discovery of the transformer accelerated the


development of the use of electricity ?

• Why the iron or magnetization losses are more important than the
losses caused by the winding resistance ?

• Why the transformer has to be cooled ? How it is done ?

• What is the connection of the transformer that supplies your


house and where is it ?

6/19/2019 Transformer 1-Phase 68


Transformer
A 25 kVA, 2400 V / 240 V single phase transformer was tested.
In the short-circuit tests, the HV side was shorted and the
parameters were measured at the LV side.
In the open-circuit test, the LV side was opened and the
parameters were measured at the HV side.
The results of the tests are :

•Short-circuit test (HV shorted) Vs = 80 volt, Is = 400 amp,


PS = 800 watt
•Open-circuit test (LV open) Vo = 2400 volt, Io = 2 amp, Po
= 300 watt

6/19/2019 Transformer 1-Phase 69


Transformer
a) Calculate the transformer parameters.
b) Draw the simplified equivalent circuit
c) Calculate and plot the transformer voltage regulation vs. load
and determine the load when the regulation is 5%
d) Calculate and plot the efficiency vs. load. Determine the load
when the efficiency is maximum and the maximum efficiency

Assume: power factor 0.8 lagging and load voltage = rated


voltage

6/19/2019 Transformer 1-Phase 70


Transformers
Primary
Winding

Multi-layer
Laminated Secondary
Iron Core Winding

X1
X2
H1 H2

Winding
Terminals

5.2 Single phase transformer


6/19/2019 arrangement360 Chapter 5 Transformers 71
6/19/2019 Transformer 1-Phase 72
6/19/2019 Transformer 1-Phase 73
Contoh soal :
1. Sebuah trafo satu fasa mempunyai lilitan primer 400 dan sekunder
1000. Penampang dari inti (core) 60 cm2 . Jika belitan primer
dihubungkan dengan jala-jala 500 V. frekwensi 50Hz. Hitung :
a. Harga maksimum kerapatan fluks dalam inti
b. Hitung tegangan induksi dalam belitan sekunder.
Jawab :
a). b).
500
fm   0.00563 wb E2 
N2
E1
4.44  50  400 N1
1000
 500 1250 Volt
Penampang dari inti : 60 cm2 = 6 x 10 -3 m2 400

fm
0.00563
Bm   wb / m 2
 0.983 wb / m 2

A 6 103
N  fm  
V  4.44  N  f  fm
2
6/19/2019 Transformer 1-Phase 74
2. Sebuah trafo 20 KVA, 2000/200 Volt, mempunyai lilitan sekunder 66.
Hitung lilitan primer dan arus beban penuh primer dan sekunder jika
rugi rugi diabaikan.
Jawab:

E1 2000
E1  2000V E2  200V ; a    10
E2 200
N1 N1
  10; N1  10  66  660
N 2 66
Keluaran pada sisi sekunder = 20 KVA = 20.000 VA

Po 20000
I2   100 A
E2 200
I2
a
I1
100
I1  10 A
10
6/19/2019 Transformer 1-Phase 75
3. Sebuah trafo 1 phasa 6600V/600, 50 Hz, mempunyai rapat fluksi
maksimum 1.35 wb/m2 dalam inti penampang dari inti 200 cm.
Hitung banyaknya lilitan primer dan sekunder .
Jawab:
Berlaku rumus :
E1= 4.44 f N1 fm (untuk lilitan primer)
= 4.44 x f x N1 x Bm x A
6600 = 4.44 x 50 x N1 x 1.35 x 2.10-2
6600
N1 
4.44  50 1.35  2.102

N1 = 1100
Untuk lilitan sekunder :

6/19/2019 Transformer 1-Phase 76


Contoh soal :
Transformator 1phasa 25 KVA 2300/230 volt, mempunyai tahanan primer R1 =
0,8 ohm, Reaktansi primer X1 = 3,2 ohm. Pada bagian sekunder R2 = 0,009 ohm,
X2 = 0,03 ohm. Hitunglah :
a. Tahanan, Reaktansi dan Impedanzi ekivalen sekunder dibawa ke primer.
b. Tahanan, Reaktansi dan Impedanzi ekivalen primer dibawa kesekunder.
Penyelesaian :
a. a = 2300/230 = 10
(Rek)1 = R1 + ( a² . R2 )
= 0.8 + 10² . 0,009
= 1,7 ohm
(Xek)1 = X1 + ( a².X2 )
= 3,2 + 10² . 0,03
= 6,2 ohm

Z ek 1  ( Rek 1 ) 2  ( X ek 1 ) 2
 (1.7) 2  (6.2) 2  6.42
6/19/2019 Transformer 1-Phase 77
Rugi-Rugi Pada Transformer

 Rugi Arus Pusar (eddy current)


Arus pusar adalah arus yang mengalir pada
material inti karena tegangan yang diinduksi
oleh fluks. Arah pergerakan arus pusar
adalah 90˚ terhadap arah fluks. Dengan
adanya resistansi dari material inti maka arus
pusar dapat menimbulkan panas sehingga
mempengaruhi sifat fisik material inti
tersebut bahkan hingga membuat transformer
terbakar. Untuk mengurangi efek arus pusar Pe = Rugi arus pusar [w/kg]
maka material inti harus dibuat tipis dan ke = Konstanta material inti
f = frekuensi [Hz]
dilaminasi sehingga dapat disusun hingga t = ketebalan material [m]
sesuai tebal yang diperlukanRugi arus pusar Bmax = Nilai puncak medan magnet [T]
dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
6/19/2019 Transformer 1-Phase 78
Rugi Arus Pusar

• Rugi arus eddy adalah terjadinya arus pusar yang arahnya ber-
putar didalam inti trafo. Arus ini menimbulkan panas didalam inti
trafo.

EDDY CURRENT

INTI BERLAPIS
DAN DISEKAT

• Untuk mengurangi rugi arus eddy, inti trafo


dibuat berlapis-lapis masing-masing
lapisan disekat, sehingga arah pusaran
arus dipependek.
Rugi Hysterisis

Rugi hysterisis terjadi karena respon yang


lambat dari material inti. Hal ini terjadi karena
masih adanya medan magnetik residu yang
bekerja pada material, jadi saat arus eksitasi
bernilai 0, fluks tidak serta merta berubah
menjadi 0 namun perlahan-lahan menuju 0.
Sebelum fluks mencapai nilai 0 arus sudah
mulai mengalir kembali atau dengan kata lain
arus sudah bernilai tidak sama dengan 0
sehingga akan membangkitkan fluks kembali.
ph = Rugi arus pusar [w/kg]
Rugi hysterisis ini memperbesar arus eksitasi
kh = Konstanta material inti
karena medan magnetik residu mempunyai f = frekuensi [Hz]
arah yang berlawanan dengan medan magnet Bmax = Nilai puncak medan magnet [T]
yang dihasilkan oleh arus eksitasi. Untuk n = Nilai eksponensial, tergantung material
mengurangi rugi ini, material inti dibuat dari dan Bmax. Biasa digunakan nilai : 1.6.
besi lunak yang umum digunakan adalah besi
silikon. Besarnya rugi hysterisis dapat Rugi hysteris maupun rugi arus pusar
dihitung dengan menggunakan Persamaan : bernilai tetap, tidak bergantung pada
besarnya beban.
Rugi Tembaga
Rugi tembaga adalah rugi yang dihasilkan oleh
konduktor/tembaga yang digunakan sebagai
bahan pembuat kumparan. Rugi ini
diakibatkan oleh adanya resistansi bahan. Nilai
resistansi konduktor dapat dihitung dengan
Persamaan :

Pcp = Rugi konduktor primer


R = Tahanan (Ohm) Pcs = Rugi konduktor sekunder
ρ = Tahanan jenis (Ohm.m) Ip = Arus pada kumparan primer
l = Panjang (m)
Is = Arus pada kumparan sekunder
A = Luas penampang (m2)
Rp = Tahanan kumparan primer,
Sedangkan untuk menghitung kerugian Rs = Tahanan kumparan sekunder
tembaga itu sendiri dapat mempergunakan
Persamaan untuk sisi primer dan Persamaan
Untuk sisi sekunder.
PENGATURAN TEGANGAN ( VOLTAGE
REGULATION)

pengaturan tegangan adalah perbedaan besaran tegangan pada terminal


trafo (tegangan output) pada kondisi beban penuh dan tanpa beban.
V S ,tbVS ,bp
VR  x 100% ( Persentase regulasi naik)
VS ,bp
Untuk persentase regulasi turun dibagi dengan VS,tb
Untuk kondisi tanpa beban : Vs=Vp/a, sehingga :

VP / a   VS ,bp
VR  x 100%
Dimana : VS ,bp
VP
 VS  Req I S  jX eq I S
a
6/19/2019 Transformer 1-Phase 82
• Pengaturan Tegangan
Pengaturan tegangan suatu transformator ialah
perubahan tegangan sekunder antara beban nol dan
beban penuh pada suatu faktor kerja tertentu dengan
tegangan primer konstan

Vtan pabeban  Vbebanpenuh


Pengaturan 
Vbebanpenuh

83
Efisiensi Transformator
Efisiensi transformator didefinisikan sebagai perbandingan antara daya listrik
keluaran dengan daya listrik yang masuk pada transformator. Pada
transformator ideal efisiensinya 100 %, tetapi pada kenyataannya efisiensi
tranformator selalu kurang dari 100 %.hal ini karena sebagian energi terbuang
menjadi panas atau energi bunyi.
Efisiensi transformator dapat dihitung dengan :

PS
  100%
PP
Vs  I s
  100%
Vp  I p

6/19/2019 Transformer 1-Phase 84


Rangkaian diatas diasumsikan dengan
sisi sekunder sebagai referensi, maka :

VP
 VS  Req I S  jX eq I S
a
Pada faktor daya lagging Vp/a < Vs,
sehingga regulasi tegangan dengan
beban lagging > 0.
Diagram fasornya adalah:

6/19/2019 Transformer 1-Phase 85


Untuk power faktor 1(satu) : Vp < Vs, sehingga VR>0. tetapi VR lebih
kecil dari power faktorlagging.
Untuk Power faktor Leading Vs > Vp, sehingga VR < 0.
Diagram fasor untuk PF 1dan PF leading adalah sbb :

a. PF 1

b. PF leading

Lagging PF VP / a > VS VR > 0


Unity PF VP / a > VS VR > 0 (smaller than VR lag)
Leading PF VS > VP / a VR < 0
6/19/2019 86
EFESIENSI TRANSFORMATOR
Efisiensi, , dari trafo adalah perbandingan antara daya output dan daya
input, dan kebanyakan dinyatakan dalam persentase dari daya input, dan
dituliskan sebagai :
Poutput
η   100%
Pinput

Hubungan antara daya input dan output adalah :


Pout = Pin – Prugi-rugi
Besar kerugian daya, Prugi, adalah :
Prugi = Pcu + Pfe
dimana
PCu = kerugian daya tembaga
PFe = kerugian daya besi

T R A N S F O R ME R 1 - P H A S E 6/19/2019 87
Besar kerugian daya tembaga, PCu, adalah:

PCu  I12 .R1  I 22 .R 2


Berdasarkan rangkaian ekivalen dapat juga ditulis:

PCu  I12  R ek

dimana : I1 = arus sisi primer


Rek = tahanan ekivalen

Dan besar kerugian daya besi adalah:

PFe  Ph  Pe

T R A N S F O R ME R 1 - P H A S E 6/19/2019 88
POLARITAS
TRANSFORMATOR
Polaritas perlu diketahui untuk membuat
sambungan-sambungan pada
transformator. Polaritas transformator
transformator ditentukan oleh arah-arah
lilitannya. Titik pada terminal primer 1 dan
sekunder 3 dikatakan sebagai symbol po
laritas. Polaritas dapat berlaku sama
pada sisi terminal 2 dan 4 karena, seperti
perubahan tegangan, positif pada setiap
setengah siklus. 89
6/19/2019 Transformer 1-Phase
Pada gambar dibawah fluks fm1 dan f f1 dihasilkan oleh arus magnetisasi
Im. Konsekwensinya fluksnya sefasa, pertambahan nilai puncaknya pada saat
yang sama diikuti tegangan E2 yang sama dengan E1. Masing-masing ujung
primer dari transformator 1 fasa polaritasnya selalu bergantian pada waktu
bekerja. sama halnya pada sisi sekunder. Polaritas perlu diketahui untuk
membuat sambungan-sambungan pada transformator. Polaritas
transformator transformator ditentukan oleh arah-arah lilitannya. Titik pada
terminal primer 1 dan sekunder 3 dikatakan sebagai symbol polaritas.
Polaritas dapat berlaku sama pada sisi terminal 2 dan 4 karena, seperti
perubahan tegangan, positif pada setiap setengah siklus.
f m1
1 Simbol polaritas
·
Im
· 3

E1 f f1
E2

4
2

T R A N S F O R ME R 1 - P H A S E 6/19/2019 90
Pada transformator daya terminal ditandai dengan symbol H1 dan H2
untuk sisi belitan tegangan tinggi dan X1 dan X2 untuk belitan tegangan
rendah. Dengan perjanjian, H1 dan X1 mempunyai polaritas yang sama.
Polaritas additive (penjumlahan)
Transformator dikatakan mempunyai polaritas additive (penjumlahan)
ketika terminal H1 secara diagonal berlawanan dengan terminal X1.
Sedangkan transformator dikatakan mempunyai polaritas subtractive
(pengurangan) jika terminal H1 berdekatan atau berseberangan dengan X1
seperti pada gambar dibawah :
H1 X2 H1 X1
· · · ·

· · ·H ·
H2 X1 2 X2

(a) (b)
(a) Polaritas additive dan (b) Polaritas subtractive
T R A N S F O R ME R 1 - P H A S E 6/19/2019 91
TEST POLARITAS TRANSFORMATOR
Untuk menentukan polaritas trafo dilakukan pengujian sebagai berikut :
Hubungkan belitan tegangan tinggi dengan sumber ac tegangan rendah E1
Hubungkan Jumper (J) diantara dua terminal Tegangan tinggi dan tegangan
rendah yang berdekatan.
Hubungkan voltmeter Ex diantara dua terminal tegangan tinggi dan
tegangan rendah yang berdekatan
Hubungkan Voltmeter yang lainnya Ep melealui belitan tegangan tinggi. Jika
pembacaan nilai Ex lebih tinggi dari pada Ep, polaritas transformator
dikatakan additive. H1 dan X1 berlawanan secara diagonal. Jika pembacaan
nilai Ex lebih rendah dari Ep polaritas dikatakan Subtractive. H1 dan X1
berdekatan atau bersebelahan.

T R A N S F O R ME R 1 - P H A S E 6/19/2019 92
· ·
E1
Ep Ep HV LV Ex

· · Ex

Gambar Pengujian Polaritas Transformator

T R A N S F O R ME R 1 - P H A S E 6/19/2019 93
KLASIFIKASI TRANSFORMATOR

1. Transformator daya / Tenaga


2. Transformator distribusi
3. Transformator pengukuran; yang terdiri
dari transformator arus dan
transformator tegangan.
TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

• Transformator distribusi merupakan alat yang


memegang peran penting dalam sistem
distribusi. Transformator distribusi mengubah
tegangan menengah menjadi tegangan rendah.
• Transformator distribusi yang umum digunakan
adalah transformator step-down 20KV/400V.
• Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan
tegangan rendah adalah 380V. Karena terjadi
drop tegangan, maka pada rak tegangan rendah
dibuat di atas 380V agar tegangan pada ujung
penerima tidak lebih kecil dari 380V.
TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 2
FINISH

Anda mungkin juga menyukai