Anda di halaman 1dari 96

Materi Kuliah

TRANSFORMER
1

Transformer 1-Phase *
TRANSFORMATOR
2
PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR

Transformator adalah suatu alat untuk


memindahkan daya listrik dari suatu
rangkaian ke rangkaian lainnya secara
induksi elektromagnetik.

*
Definisi

Transformator/ Transformer / Trafo adalah suatu


peralatan listrik yang termasuk dalam
klasifikasi mesin listrik statis dan berfungsi untuk
menyalurkan tenaga / daya listrik dari tegangan
tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya,
dengan frekuensi sama.
Dasar dari teori
transformator
“Apabila ada arus listrik bolak-balik yang
mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti
besi itu akan berubah menjadi magnet dan
apabila magnet tersebut dikelilingi oleh
suatu belitan maka pada kedua ujung
belitan tersebut akan terjadi beda tegangan
mengelilingi magnet, sehingga akan timbul
gaya gerak listrik (GGL)”.
Dasar dari teori
transformator
Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan
sekunder) yang bersifat induktif.
Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan
secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance)
rendah.
Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan
bolak-balik maka fluks bolak-balik akan muncul di dalam inti yang
dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk jaringan
tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di
kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi (self
induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena
pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai
induksi bersama (mutual induction) yang menyebabkan timbulnya
fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus
sekunder jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik
dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi)
Dimana :
∈ = gaya gerak listrik (Volt)
N = jumlah lilitan (turn)
ΔΦ= perubahan flux magnet
Δt = perubahan waktu

Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus


bolak-balik yang dapat ditransformasikan oleh
transformator,
sedangkan dalam bidang elektronika, transformator
digunakan sebagai gandengan impedansi antara
sumber dan beban untuk menghambat arus searah
sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara
rangkaian.
Keadaan Transformator Tanpa Beban

Gambar 2.1 Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban dan


Ekivalensinya
Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan
dengan sumber tegangan V1 yang sinusoidal, akan
mengalirkan arus primer I0 yang juga sinusoidal dan
dengan menganggap belitan N1 reaktif murni. I0 akan
tertinggal 900 dari V1. Arus primer I0 menimbulkan fluks
(Ф) yang sefasa dan juga berbentuk sinusoidal.
Tegangan Sinusoidal

Ф = Ф Maxsin ωt (weber)

Fluks yang sinusoid ini akan


menghasilkan tegangan induksi
e1 (Hukum Faraday):

Dimana :
∈1 = gaya gerak listrik (Volt)
N1 = jumlah belitan di sisi primer
Tertinggal 900 dari Ф (turn)
ω = kecepatan sudut putar
Gambar ∈1 tertinggal 900
dari Ф

Gambar. Gambar Gelombang ∈1 tertinggal 900


dari Ф
Harga Efektif

Untuk N2 juga sama, tetapi beda lilitan saja, sehingga :

Dimana :
∈1 = ggl induksi di sisi primer (Volt)
∈2 = ggl induksi di sisi sekunder (Volt)
N1= jumlah belitan sisi primer (turn)
N2 = jumlah belitan sisi sekunder (turn)
a = faktor transformasi
Keadaan Transformator Berbeban
Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban Zl, I2 mengalir pada kumparan
sekunder, dimana :

Gambar. Transformator Dalam Keadaan Gambar. Rangkaian Ekivalen


Berbeban Transformator Dalam Keadaan
Berbeban
Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2I2 yang cenderung menentang
fluks (Φ) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan. Agar fluks bersama itu tidak berubah
nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I2 yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh
arus beban I2 hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi : I1 = I0 +I2
(ampere)
Bila komponen arus rugi inti (IC) diabaikan,
maka I = Im , sehingga :
0
I1 = Im +I2

Dimana:
I1 = arus pada sisi primer (Ampere)
I’2 = arus yg menghasilkan Φ‘2
I0 = arus penguat (Ampere) Gambar. Transformator Dalam Keadaan
Im = arus pemagnetan (Ampere) Berbeban
Ic = arus rugi-rugi int i (Ampere)

Gambar. Rangkaian Ekivalen Transformator


Dalam Keadaan Berbeban
FLUKS MAGNETIK
Fluks = medan magnet x luasan yg ditembus medan magnet)
Fluks magnetik (sering disimbolkan Φm), adalah ukuran atau
jumlah medan magnet B yang melewati luas penampang tertentu,
misalnya kumparan kawat (hal ini sering pula disebut "kerapatan medan
magnet").
Satuan fluks magnetik dalam Satuan InternasionalSatuan fluks magnetik
dalam Satuan Internasionaladalah weber (Wb) (Weber merupakan
satuan turunan dari volt-detik). Sedang satuan menggunakan sistem
CGS). Sedang satuan menggunakan sistem CGS adalah maxwell.
Fluks magnet melalui loop kawat menunjukkan
jumlah garis medan magnet yang melewati
permukaan loop. Fluks magnet didefinisikan
sebagai berikut:
Φ = B. A
dimana “B” adalah kekuatan medan magnet dan
Flux tergantung pada arah antara
Φ = B.“A”
A adalah luas permukaan loop.
bidang permukaan juga. Sebagai
contoh jika permukaan loop sejajar
dengan arah lapangan : fluks
bersih adalah nol karena tidak ada
garis-garis medan yang memasuki
Φ=0
permukaan loop.

bac
Sinusoidal

BAC
K
2 kumparan

BACK
Istilah-istilah

Reluktansi (R)= Perlawanan terhadap fluks


medan magnet melalui volume yang diberikan
dari ruang atau bahan. Analoginya dengan
reisitansi listrik

BACK
Transformator
21

Analisis Sirkit Magnetik


Sirkit magnetik terdiri dari sebuah inti
besi yang terlaminasi dan kumparan.
Arus AC di dalam kumparan
membangkitkan fluks magnet AC di
dalam inti.
Kuat medan magnet dihitung
memnggunakan hukum Ampere:
F = I N = H Lc
dengan: F : gaya magnetomotive
N : jumlah lilitan
Lc
I : arus
H : medan magnet
Lc : panjang path

Transformer 1-Phase *
Transformator
22

Analisis Sirkit Magnetik

Kerapatan fluks magnet (Weber/m2 or Tesla)


B = μ H = μ Ι Ν / Lc
dengan:

μ = permeabilitas dalam H/m. μ = μo μr


μo = 4 π 10-7 H/m permeabilitas udara bebas
μr permeabilitas relatif (udara μr =1, and besi μr=
5000-8000)
Nilai aktual μr ditentukan dari kurva magnetisasi B -
H material magnetik tersebut.
Transformer 1-Phase *
Transformator

Analisis Sirkit Magnetik B - H Curves. (B in tesla, H in amp/m)

Sirkit magnetik dibangun dengan 1.5


inti yang dilaminasi.
Inti dibuat dari lembaran besi
silicon.
1.0
Kurva B - H dari tiga buah material
magnetik ditunjukkan dalam
gambar di samping.
Permeabilitas inti adalah slope dari
kurva B - H. 0.5

Range operasi di bawah kurva


saturasi. Daerah ini kurang lebih
linier.

* TRANSFORMER 1-PHASE 23
TRANSFORMATOR
24

Analisis Sirkit Magnetik


Langkah berikutnya dari analisis ini adalah perhitungan fluks
magnetik.
Fluks diukur dengan Weber
Fluks utama adalah inti besi. Fluks leakage yang kecil mungkin
muncul di dalam udara, yang mana di sini diabaikan.
Fluks adalah:
φ m = B A = μ H A = I μ ΝΑ / Lc

Dengan: B : Kerapatan fluks dalam Tesla


A : bagian menyilang dari inti besi

Transformer 1-Phase *
Transformer
25
Analisis Sirkit Magnetik
Fluks sinusoidal AC menginduksikan tegangan di dalam coil
(Hukum Faraday)
Tegangan ini sama dengan tegangan suplai jika drop tegangan
akibat resistansi diabaikan.
Tegangan induksi adalah:
Persamaan untuk fluks sinusoidal adalah: φ(t) = φm sin(ω t)
Oleh karena itu, ungkapan untuk tegangan induksi menjadi:

Nilai rms dari tegangan induksi adalah:

dengan: V : dalam volts, f : dalam Hz, and φ m : dalam Weber

Transformer 1-Phase *
Transformator

Analisis Sirkit Magnetik

Substitusi dari φ = μ I (N A / Lc) ke dalam persamaan tegangan induksi


menghasilkan:

dengan

adalah induktansi
Energi dalam medan magnetik adalah integral dari daya elektrik masukkan:

Tegangan induksi dalam coil kedua diletakkan dalam inti adalah:

* TRANSFORMER 1-PHASE 26
Transformator

Analisis Sirkit Magnetik

Susunan induktor dengan celah


udara ditunjukkan dalam gambar
di samping
Coil ditempatkan pada inti besi.
Kerapatan fluks magnetik di
dalam celah udara adalah Bgap.
Ketika arus sama dengan Im.

* TRANSFORMER 1-PHASE 27
Transformator

Analisis sirkit Magnetik


Dimension dari inti
w = 3in, h = w, a = 1in, b = 1.5in
Im = 2A, Nm = 20, f = 60Hz,
Magnetic path length and area
(panjang lintasan dan luasan
Magnet)
Lm = 2 (w + a) + 2 (h + a)
Acore = a b
Magnetic field intensity (Intensitas
medan magnet)

Gb. Sirkit Magnetik


* 360 CHAPTER 5 TRANSFORMERS 28
Transformer
Calculate
1) Magnetic flux and the flux density in the different section of
the iron core
2) Determine the magnetic field intensity (H) in the different
section of the core
3) Calculate the number of turns needed to maintain the flux if
the current is Im
4) Calculate the inductance when the iron-core is neglected or
considered.
5) Calculate the induced voltage in a coil, with 150 turns, if it is
placed on the iron-core Assume that the frequency is 60 Hz
6). Determine the required supply voltage if the resistance is
neglected

* TRANSFORMER 1-PHASE 29
Transformator

Transformator Ideal
Primary Secondary
• Transformator dilaminasi
winding winding
dengan inti besi dan
mempunyai kumparan primer
dan sekunder I1m
• Kumparan resistor dan
fdengan nolluks leakage sma. N1 N2
V1
• Kumparan primer disuplai
dengan tegangan sinusoidal
V 1.
• Tegangan V1 mengendalikan
arus pemagnetan melalui
kumparan I1m Laminated iron core

* TRANSFORMER 1-PHASE 30
Transformator

Transformator Ideal

• Arus pemagnetan current I1m Flux generation


membangkitkan fluks magnetisasi
fluks φ m di dalam inti besi.
I1m
• Fluks berubah lebih besar atau lebih
kecil dalam bentuk sinusoidal.
V1 N1 N2
• Hubungan antara fluks dan
tegangan adalah:

φ
m

* TRANSFORMER 1-PHASE 31
Transformator

Transformator Ideal
• Fluks AC berhubungan
dengan kumparan sekunder. Voltage generation
• Perubahan fluks (dφm /dt)
menginduksikan tegangan
sinusoidal V2 di dalam
I1m
kumparan sekunder.
• Tegangan induksi adalah: V1 N1 N2 V2

• Rasio tegangan primer dan


sekunder disebut rasio
perbandingan:
φm
a = V1/V2 = N1/N2

* TRANSFORMER 1-PHASE 32
Transformator ideal
Daya yang disuplay dari sisi primer Transformator :

Dengan :
θp = Sudut antara tegangan primer dan arus primer
Daya pada sisi sekunder :

Belitan primer dan sekunder mempunyai faktor daya yang sama karena tidak
dipengaruhi oleh sudut tegangan dan arus (θp- θS = θ)

Efesiensi Transformator :

* TRANSFORMER 1-PHASE 33
Transformer
Transformator Ideal
Transformer loaded
• Impedansi beban Z2
terhubung dengan kumparan
sekunder. I1 I2
m
• Tegangan sekunder V2 V1 N N V Z2
mengendalikan arus beban
1 2
melalui Z2. Arus adalah: 2
Loa
I2 = V 2 / Z 2 φd
φ 2
• Arus beban membangkitkan m
fluks φ2 yang melawan fluks
magnetisasi φm.

* TRANSFORMER 1-PHASE 34
Transformer
Transformator Ideal
• Fluks beban φ2 menginduksikan
tegangan dalam kumparan Transformer loaded
primer yang melawan tegangan
suplai.
I1m+ I1 I2
• Tegangan suplai adalah konstan.
Oleh karena itu pengurangan
tegangan induksi menaikan arus V1 N1 N2 V2
primer (I1m+ I1).
Load
• Arus I1 membangkitkan fluks φ1
φ
yang seimbang dan sama
dengan fluks φ2 yang φ m+φ 2

dibangkitkan oleh arus sekunder 1


I 2.

* TRANSFORMER 1-PHASE 35
Transformer
Transformator Ideal
• Persamaan fluks memproduksi efek
sebagai berikut: Transformer loaded
– Fluks inti φm tetap konstan dan
tidak tergantung dari beban. I1m+ I1 I2
– Gaya magneto-motive primer F1
sama dengan gaya V1 N1 N2 V2
magnetomotive sekunder F2.
Oleh karena itu: Load
I1 N1 = I 2 N2
Persamaan ini mengasumsikan bahwa φ m + φ 1- φ
arus pemagnetan Im dapat diabaikan
2

* TRANSFORMER 1-PHASE 36
Transformator Ideal
Transformer
• Rugi-rugi adalah nol dalam
transformator ideal. Oleh Equivalent Circuit
karena itu daya masukan (VA)
sama dengan daya keluaran
(VA).
I1 I2 = aI1
I1 V 1 = I 2 V 2
• Tegangan dan arus
berhubungan sebagai berikut: V1 = E 1 E2 = V 2
a = V 1 / V2 = I2 / I1 or
V2 =V1/ a and I2 = I1 a
E2 =E 1 / a
• Jika transformator menaikkan
tegangan maka arus turun
begitu sebaliknya.

* TRANSFORMER 1-PHASE 37
Transformer
Transformator Sebenarnya
• Kumparan transformator
sebenarnya mempunyai resistansi
R1 dan R2 , which menjadi satu
dengan kumparan dan terletak seri
dengannya. R 1 I1 I2 R2
• Arus primer membangkitkan fluks
yang tidak berhubungan dengan φ
kumparan sekunder. Fluks ini V1 V2
22
φ
adalah fluks leakage primer φ 11.
11
• Arus sekunder membangkitkan
fluks yang tidak berhubungan
N1 φ N2
dengan kumparan primer. Fluks ini
adalah fluks leakage sekunder φ 22. m

* TRANSFORMER 1-PHASE 38
Transformer
Transformator Sebenarnya
• Hubungan fluks kumparan primer:

• Hubungan fluks kumparan sekunder:

• Φ11 dan Φ22 dapat diganti dengan induktansi ekivalen dengan


berturut-turut L1 dan L2

L1 R1 I1 R2 L2

V1 E1 E2 I2 V2

N1 N2
φ
* 39
m
TRANSFORMER 1-PHASE
Transformer
Transformator Sebenarnya
• Dalam transformator riil, permeabilitas inti besi tidak tak terbatas dan
arus pemagnetan tidak dapat diabaikan. Inti besi di representasikan
dengan reaktansi pemagnetan Xm

• Hysteresis and arus eddy menyebabkab rugi-rugi besi. Rugi-rugi ini


direpresentasikan dengan resistansi Rc yang terhubung paralel
dengan Xm
X 1 R1 I’1 R X 2 2

I1 Ic Im
V1 E1 I2 V2
E2
Rc Xm
N1 N2
Φm

* 40
TRANSFORMER 1-PHASE
Transformer
Transformator Sebenarnya
. Sirkit Ekivalen

jX1 R1 I’1 jX2 R2

I1 E2 I2
V1 E1 V2
Ic Im

Rc jXm
Ideal Transformer

* TRANSFORMER 1-PHASE 41
Persamaan Rangkaian ekivalen sisi primer :

Persamaan sisi sekunder :

* TRANSFORMER 1-PHASE 42
Transformer
Penyederhanaan Sirkit Ekivalen
Transfer impedansi dari sekunder ke primer menghasilkan :

jX1 R1 ja2 X2 a2 R2 I2

I1 I’2= I2 /a
V1 E2 V2
Ic Im E1 = a V 2

Rc jXm

* TRANSFORMER 1-PHASE 43
* TRANSFORMER 1-PHASE 44
a. Rangkaian ekivalen trafo dibawa ke sisi primer
b. Rangkaian ekivalen trafo dibawa ke sisi sekunder

* TRANSFORMER 1-PHASE 45
Transformer
Test Hubung Singkat
Transformator terhubung singkat (short
circuit) yaitu apabila kumparan primer
dihubungkan dengan sumber tegangan
yang sinusoidal, sedangkan kumparan
sekunder terhubung satu sama lain atau
impedanzi beban diperkecil sehingga
menjadi nol.
• Impedansi seri transformator
dihitung dari tes hubung singkat.
• Sisi tegangan rendah (LV) dihubungkan
pendek dan sisi tegangan tinggi (HV)
disuplai dengan penurunan tegangan
yang mengatur rating arus yang melalui
transformator.
• Tegangan, arus dan daya masukan
diukur.
* TRANSFORMER 1-PHASE 46
Transformer
Parameter Ekivalen Sirkit
• Tes hubung singkat • Perhitungan impedansi seri adalah:
memberikan arus Isc, tegangan
Ze = Vsc / Isc and Re = Psc / Isc2
suplai Vsc dan rugi daya Psc.
• Sirkit ekivalen menunjukkan
Sehingga, reaktansi ekivalen adalah:
bahwa impedansi seri dapat
dihitung dari data ini.

Isc Re jXe Isc sec

Vsc

HV LV
* TRANSFORMER 1-PHASE 47
Dalam keadaan hubung singkat, impedansi beban diperkecil hingga nol
akibatnya I2 jauh lebih besar dibandingkan dengan I0. oleh karena V2 kecil
dan akibatnya V1 juga kecil yang berartifluks magnetik dan kerapatan fluks
(B) juga kecil, dan dapat diabaikan. Impedansi yang ada Zekl = Rekl + jXekl
yang membatasi arus. Dimana ; Rekl = R1 + a2R2 dan Xekl = X1 + a2X2. Dari
hasil pengukuran tersebut dapat dihitung, dimana Pcu = rugi tembaga.

* TRANSFORMER 1-PHASE 48
Dari hasil pengukuran tersebut dapat dihitung, dimana Pcu = rugi tembaga.

* TRANSFORMER 1-PHASE 49
Transformator Tanpa Beban
▪ Dikatakan tanpa beban jika sekunder dalam
keadaan terbuka (open circuit).
▪ Tidak ada arus pada sisi sekunder
▪ Secara keseluruhan daya tidak dikonsumsi pada
lilitan primer karena rangkaian seperti pada
rangkaian induktor murni dimana daya yang Gambar . Rangkaian trafo tanpa beban
dihasilkan akan dikembalikan lagi (diserap) oleh
sumber tegangan. Sehingga umumnya 1.Komponen arus pemagnetan IM, yang
transformator dinyatakan dalam VA dan bukan menghasilkan fluks (φ). Karena sifat
dalam Watt. besi yang non linier (ingat kurva B-H),
maka arus pemagnetan IM dan juga
▪ Pada beban nol (hanya induktor) tidak ada daya
yang di disipasi akan tetapi tegangan dan arus fluks (φ) dalam kenyataannya tidak
tetap ada. berbentuk sinusoid
2.Komponen arus rugi tembaga IC,
▪ Arus primer Io yang mengalir pada saat menyatakan daya yang hilang akibat
kumparan sekunder tidak dibebani disebut arus adanya rugi histeris dan ‘arus eddy’. IC
penguat. Dalam kenyataannya arus primer Io sefasa dengan V1, dengan demikian
bukanlah merupakan arus induktif murni, hingga hasil perkaliannya (IC x V1) merupakan
ia terdiri atas dua komponen:
daya (watt) yang hilang.
.

* TRANSFORMER 1-PHASE 50
Bila kumparan primer transformator
dihubungkan dengan sumber tegangan
sesaat V1 yang sinusoidal, akan mengalir
arus primer I0 yang juga sinuoidal, dan
dengan menganggap belitan N1 reaktif
murni, I0 akan tertinggal 90° dari V1
(induktif) seperti pada gambar 2.
Arus primer I0 menimbulkan fluks (Φ) yang
sefasa dan juga berbentuk sinusoid dalam
rangkaian magnetik. ( Dalam gambar.2.
terlihat bahwa ggl induksi E1 arahnya
berlawanan dengan V1 (besarnya sama
tetapi berbeda fasa 180° terhadap V1 ) =
trafo ideal.
Gb. Vektor diagram trafo tanpa beban

* TRANSFORMER 1-PHASE 51
Transformer
Test Open circuit (tanpa beban)
• Impedansi pemagnetan dari
transformator dihitung dari
tes sirkit terbuka.

• Sisi tegangan tinggi (HV)


dibuka dan sisi tegangan
rendah (LV) disuplai dengan
tegangan ratingnya, yang
mengendalikan arus
pemagnetan yang melalui
transformator.

• Tegangan, arus dan daya


masukkan diukur.

* TRANSFORMER 1-PHASE 52
Rumus yang digunakan :

Ket :

Pc = Daya yang hilang (Rugi-rugi inti)


Z0 = Impedanzi beban nol
Rc = Tahanan beban nol
Xm = Reaktansi beban nol
I0 = Arus tanpa beban
Ic = Arus yang mengakibatkan rugi-rugi
hysterisis dan arus Eddy.

* TRANSFORMER 1-PHASE 53
Open-Circuit Test Result

Conductance of the core-loss


resistor

Susceptance of the magnetizing inductor

Admittance

Magnitude admittance
Dari percobaan beban nol dapat diketahui harga-harga Rc & Xm. Juga dapat
diketahui bahwa arus Io bukanlah arus induktif murni, melainkan terdiri atas 2
komponen yaitu :
Komponen arus pemagnetan Im , merupakan arus yang dibutuhkan untuk
menghasilkan flux pada inti transformator.
Komponen rugi inti/besi dari arus Ic, yang menyatakan arus yang terpakai akibat
adanya rugi hysterisis dan rugi arus pusar (arus eddy ), dimana Ic sefasa dengan
V1. Sehingga didapat daya yang hilang sebesar :

atau

Dimana Cos αo adalah faktor daya antara Ic dan Io.


Dari rumus diatas dapat ditentukan :

* TRANSFORMER 1-PHASE 55
Contoh soal :
Pada sebuah transformator 25 KVA, 2400/240 volt, 50 Hz, dilakukan uji beban nol
dan uji hubung singkat.
Uji beban nol pada sisi tegangan rendah memberikan hasil :
Vin = 240 volt, I0 = 1.6 amper, P1 = 114 watt.
Uji hubung singkat yang dilakukan dengan menghubung-singkat belitan tegangan
rendah memberikan hasil pengukuran di sisi tegangan tinggi :
Vsc = 55 volt, Isc = 10.4 amper, Psc = 360 watt
Ditanya :
a). Tentukanlah parameter transformator dilihat dari sisi tegangan tinggi.
b). Berapakah rugi-rugi inti dan rugi-rugi tembaga pada beban penuh ?

* TRANSFORMER 1-PHASE 56
Penyelesaian :
a). Uji beban nol dilakukan di sisi tegangan rendah. Jadi nilai Rc dan Xm yang
akan diperoleh dari hasil uji ini adalah dilihat dari tegangan rendah, kita
sebut Rc dan Xm.

* TRANSFORMER 1-PHASE 57
Jika dilihat dari sisi tegangan tinggi :

Resistansi ekivalen dan reaktansi bocor ekivalen diperoleh dari uji hubung
singkat. Uji hubung singkat disisi tegangan tinggi memberikan :

* TRANSFORMER 1-PHASE 58
b). Pada pembebanan penuh fluksi bersama dalam inti
transformator hampir sama dengan fluksi dalam keadaan
beban nol. Jadi rugi-rugi inti pada pembebanan penuh adalah
114 Watt. Rugi-rugi tembaga tergantung dari besarnya arus.
Besarnya arus primer pada beban penuh adalah sama dengan
arus sisi tegangan tinggi pada percobaan hubung singkat, yaitu

* TRANSFORMER 1-PHASE 59
Soal 1
Sebuah trafo memiliki jumlah lilitan kumparan primer 1500 dan jumlah lilitan
pada kumparan sekunder 500 hitunglah berapa rasio lilitan trafo tersebut. Bila
pada sisi primer diberi tegangan listrik AC 300 V, hitunglah tegangan pada sisi
sekunder bila fluks magnet primer dan sekunder sama.

Jawab
Bila fluks medan magnet pada
sisi primer dan sekunder sama,
maka berlaku:
Contoh Soal 2 :
Sebuah transformator satu fasa mempunyai 480 lilitan primer dan 90 lilitan
sekunder.
Jika harga Induksi magnet 1,1 T ketika tegangan 2200 V, 50 Hz diberikan kepada
kumparan primer, hitunglah:
(a) Luas penampang inti
(b) Tegangan sekunder tanpa beban
* TRANSFORMER 1-PHASE 63
Contoh soal :
1. Sebuah trafo satu fasa mempunyai lilitan primer 400 dan sekunder
1000. Penampang dari inti (core) 60 cm2 . Jika belitan primer
dihubungkan dengan jala-jala 500 V. frekwensi 50Hz. Hitung :
a. Harga maksimum kerapatan fluks dalam inti
b. Hitung tegangan induksi dalam belitan sekunder.
Jawab :
a). b).

Penampang dari inti : 60 cm2 = 6 x 10 -3 m2

* TRANSFORMER 1-PHASE 65
2. Sebuah trafo 20 KVA, 2000/200 Volt, mempunyai lilitan sekunder 66.
Hitung lilitan primer dan arus beban penuh primer dan sekunder jika
rugi rugi diabaikan.
Jawab:

Keluaran pada sisi sekunder = 20 KVA = 20.000 VA

* TRANSFORMER 1-PHASE 66
3. Sebuah trafo 1 phasa 6600V/600, 50 Hz, mempunyai rapat fluksi
maksimum 1.35 wb/m2 dalam inti penampang dari inti 200 cm. Hitung
banyaknya lilitan primer dan sekunder .
Jawab:
Berlaku rumus :
E1= 4.44 f N1 φm (untuk lilitan primer)
= 4.44 x f x N1 x Bm x A
6600 = 4.44 x 50 x N1 x 1.35 x 2.10-2

N1 = 1100
Untuk lilitan sekunder :

* TRANSFORMER 1-PHASE 67
Transformer
Questions to ponder.

• Why the discovery of the transformer accelerated the development


of the use of electricity ?

• Why the iron or magnetization losses are more important than the
losses caused by the winding resistance ?

• Why the transformer has to be cooled ? How it is done ?

• What is the connection of the transformer that supplies your


house and where is it ?

* TRANSFORMER 1-PHASE 68
Transformer
A 25 kVA, 2400 V / 240 V single phase transformer was tested.
In the short-circuit tests, the HV side was shorted and the
parameters were measured at the LV side.
In the open-circuit test, the LV side was opened and the
parameters were measured at the HV side.
The results of the tests are :

•Short-circuit test (HV shorted) Vs = 80 volt, Is = 400 amp,


PS = 800 watt
•Open-circuit test (LV open) Vo = 2400 volt, Io = 2 amp, Po
= 300 watt

* TRANSFORMER 1-PHASE 69
Transformer
a) Calculate the transformer parameters.
b) Draw the simplified equivalent circuit
c) Calculate and plot the transformer voltage regulation vs. load
and determine the load when the regulation is 5%
d) Calculate and plot the efficiency vs. load. Determine the load
when the efficiency is maximum and the maximum efficiency

Assume: power factor 0.8 lagging and load voltage = rated


voltage

* TRANSFORMER 1-PHASE 70
Transformers

5.2 Single phase transformer


arrangement
* 360 CHAPTER 5 TRANSFORMERS 71
* TRANSFORMER 1-PHASE 72
* TRANSFORMER 1-PHASE 73
Contoh soal :
1. Sebuah trafo satu fasa mempunyai lilitan primer 400 dan sekunder
1000. Penampang dari inti (core) 60 cm2 . Jika belitan primer
dihubungkan dengan jala-jala 500 V. frekwensi 50Hz. Hitung :
a. Harga maksimum kerapatan fluks dalam inti
b. Hitung tegangan induksi dalam belitan sekunder.
Jawab :
a). b).

Penampang dari inti : 60 cm2 = 6 x 10 -3 m2

* TRANSFORMER 1-PHASE 74
2. Sebuah trafo 20 KVA, 2000/200 Volt, mempunyai lilitan sekunder 66.
Hitung lilitan primer dan arus beban penuh primer dan sekunder jika
rugi rugi diabaikan.
Jawab:

Keluaran pada sisi sekunder = 20 KVA = 20.000 VA

* TRANSFORMER 1-PHASE 75
3. Sebuah trafo 1 phasa 6600V/600, 50 Hz, mempunyai rapat fluksi
maksimum 1.35 wb/m2 dalam inti penampang dari inti 200 cm. Hitung
banyaknya lilitan primer dan sekunder .
Jawab:
Berlaku rumus :
E1= 4.44 f N1 φm (untuk lilitan primer)
= 4.44 x f x N1 x Bm x A
6600 = 4.44 x 50 x N1 x 1.35 x 2.10-2

N1 = 1100
Untuk lilitan sekunder :

* TRANSFORMER 1-PHASE 76
Contoh soal :
Transformator 1phasa 25 KVA 2300/230 volt, mempunyai tahanan primer R1 = 0,8
ohm, Reaktansi primer X1 = 3,2 ohm. Pada bagian sekunder R2 = 0,009 ohm,
X2 = 0,03 ohm. Hitunglah :
a. Tahanan, Reaktansi dan Impedanzi ekivalen sekunder dibawa ke primer.
b. Tahanan, Reaktansi dan Impedanzi ekivalen primer dibawa kesekunder.
Penyelesaian :
a. a = 2300/230 = 10
(Rek)1 = R1 + ( a² . R2 )
= 0.8 + 10² . 0,009
= 1,7 ohm
(Xek)1 = X1 + ( a².X2 )
= 3,2 + 10² . 0,03
= 6,2 ohm

* TRANSFORMER 1-PHASE 77
Rugi-Rugi Pada Transformer

❖Rugi Arus Pusar (eddy current)


Arus pusar adalah arus yang mengalir pada
material inti karena tegangan yang diinduksi
oleh fluks. Arah pergerakan arus pusar adalah
90˚ terhadap arah fluks. Dengan adanya
resistansi dari material inti maka arus pusar
dapat menimbulkan panas sehingga
mempengaruhi sifat fisik material inti tersebut
bahkan hingga membuat transformer
terbakar. Untuk mengurangi efek arus pusar
maka material inti harus dibuat tipis dan Pe = Rugi arus pusar [w/kg]
ke = Konstanta material inti
dilaminasi sehingga dapat disusun hingga
f = frekuensi [Hz]
sesuai tebal yang diperlukanRugi arus pusar t = ketebalan material [m]
dapat dihitung dengan menggunakan Bmax = Nilai puncak medan magnet [T]
persamaan :

* TRANSFORMER 1-PHASE 78
Rugi Arus Pusar

Rugi arus eddy adalah terjadinya arus pusar yang arahnya ber-putar
didalam inti trafo. Arus ini menimbulkan panas didalam inti trafo.

EDDY CURRENT

INTI BERLAPIS
DAN DISEKAT

Untuk mengurangi rugi arus eddy, inti trafo


dibuat berlapis-lapis masing-masing
lapisan disekat, sehingga arah pusaran
arus dipependek.
Rugi Hysterisis

Rugi hysterisis terjadi karena respon yang


lambat dari material inti. Hal ini terjadi karena
masih adanya medan magnetik residu yang
bekerja pada material, jadi saat arus eksitasi
bernilai 0, fluks tidak serta merta berubah
menjadi 0 namun perlahan-lahan menuju 0.
Sebelum fluks mencapai nilai 0 arus sudah mulai
mengalir kembali atau dengan kata lain arus
sudah bernilai tidak sama dengan 0 sehingga
akan membangkitkan fluks kembali. Rugi
ph = Rugi arus pusar [w/kg]
hysterisis ini memperbesar arus eksitasi karena kh = Konstanta material inti
medan magnetik residu mempunyai arah yang f = frekuensi [Hz]
berlawanan dengan medan magnet yang Bmax = Nilai puncak medan magnet [T]
dihasilkan oleh arus eksitasi. Untuk mengurangi n = Nilai eksponensial, tergantung material
rugi ini, material inti dibuat dari besi lunak yang dan Bmax. Biasa digunakan nilai : 1.6.
umum digunakan adalah besi silikon. Besarnya
rugi hysterisis dapat dihitung dengan Rugi hysteris maupun rugi arus pusar
bernilai tetap, tidak bergantung pada
menggunakan Persamaan :
besarnya beban.
Transformer 1-Phase 80
Rugi Tembaga
Rugi tembaga adalah rugi yang dihasilkan oleh
konduktor/tembaga yang digunakan sebagai
bahan pembuat kumparan. Rugi ini diakibatkan
oleh adanya resistansi bahan. Nilai resistansi
konduktor dapat dihitung dengan Persamaan :

R = Tahanan (Ohm) Pcp = Rugi konduktor primer


ρ = Tahanan jenis (Ohm.m) Pcs = Rugi konduktor sekunder
l = Panjang (m) Ip = Arus pada kumparan primer
A = Luas penampang (m2) Is = Arus pada kumparan sekunder
Sedangkan untuk menghitung kerugian Rp = Tahanan kumparan primer,
tembaga itu sendiri dapat mempergunakan Rs = Tahanan kumparan sekunder
Persamaan untuk sisi primer dan Persamaan
Untuk sisi sekunder.

Transformer 1-Phase 81
PENGATURAN TEGANGAN ( VOLTAGE
REGULATION)
82

pengaturan tegangan adalah perbedaan besaran tegangan


pada terminal trafo (tegangan output) pada kondisi beban penuh
dan tanpa beban.

( Persentase regulasi naik)

Untuk persentase regulasi turun dibagi dengan VS,tb


Untuk kondisi tanpa beban : Vs=Vp/a, sehingga :

Dimana :

Transformer 1-Phase *
Pengaturan Tegangan
Pengaturan tegangan suatu transformator ialah
perubahan tegangan sekunder antara beban nol
dan beban penuh pada suatu faktor kerja tertentu
dengan tegangan primer konstan

83
84 Efisiensi Transformator
Efisiensi transformator didefinisikan sebagai perbandingan antara daya
listrik keluaran dengan daya listrik yang masuk pada transformator.
Pada transformator ideal efisiensinya 100 %, tetapi pada kenyataannya
efisiensi tranformator selalu kurang dari 100 %.hal ini karena sebagian
energi terbuang menjadi panas atau energi bunyi.
Efisiensi transformator dapat dihitung dengan :

Transformer 1-Phase *
85

Rangkaian diatas diasumsikan dengan


sisi sekunder sebagai referensi, maka :

Pada faktor daya lagging Vp/a < Vs,


sehingga regulasi tegangan dengan
beban lagging > 0.
Diagram fasornya adalah:
Transformer 1-Phase *
Untuk
86
power faktor 1(satu) : Vp < Vs, sehingga VR>0. tetapi VR lebih
kecil dari power faktorlagging.
Untuk Power faktor Leading Vs > Vp, sehingga VR < 0.
Diagram fasor untuk PF 1dan PF leading adalah sbb :

a. PF 1

b. PF leading

*
EFESIENSI TRANSFORMATOR
Efisiensi, η, dari trafo adalah perbandingan antara daya output dan daya
input, dan kebanyakan dinyatakan dalam persentase dari daya input, dan
dituliskan sebagai :

Hubungan antara daya input dan output adalah :


Pout = Pin – Prugi-rugi
Besar kerugian daya, Prugi, adalah :
Prugi = Pcu + Pfe
dimana
PCu = kerugian daya tembaga
PFe = kerugian daya besi

TRANSFORMER 1-PHASE * 87
Besar kerugian daya tembaga, PCu, adalah:

Berdasarkan rangkaian ekivalen dapat juga ditulis:

dimana : I1 = arus sisi primer


Rek = tahanan ekivalen

Dan besar kerugian daya besi adalah:

TRANSFORMER 1-PHASE * 88
89
POLARITAS TRANSFORMATOR
Polaritas perlu diketahui untuk membuat sambungan-sambungan
pada transformator. Polaritas transformator transformator
ditentukan oleh arah-arah lilitannya. Titik pada terminal primer 1
dan sekunder 3 dikatakan sebagai symbol po laritas. Polaritas
dapat berlaku sama pada sisi terminal 2 dan 4 karena, seperti
perubahan tegangan, positif pada setiap setengah siklus.

Transformer 1-Phase *
Pada gambar dibawah fluks φm1 dan φ f1 dihasilkan oleh arus magnetisasi
Im. Konsekwensinya fluksnya sefasa, pertambahan nilai puncaknya pada saat
yang sama diikuti tegangan E2 yang sama dengan E1. Masing-masing ujung
primer dari transformator 1 fasa polaritasnya selalu bergantian pada waktu
bekerja. sama halnya pada sisi sekunder. Polaritas perlu diketahui untuk
membuat sambungan-sambungan pada transformator. Polaritas
transformator transformator ditentukan oleh arah-arah lilitannya. Titik pada
terminal primer 1 dan sekunder 3 dikatakan sebagai symbol polaritas.
Polaritas dapat berlaku sama pada sisi terminal 2 dan 4 karena, seperti
perubahan tegangan, positif pada setiap setengah siklus.

TRANSFORMER 1-PHASE * 90
Pada transformator daya terminal ditandai dengan symbol H1 dan H2
untuk sisi belitan tegangan tinggi dan X1 dan X2 untuk belitan tegangan
rendah. Dengan perjanjian, H1 dan X1 mempunyai polaritas yang sama.
Polaritas additive (penjumlahan)
Transformator dikatakan mempunyai polaritas additive (penjumlahan)
ketika terminal H1 secara diagonal berlawanan dengan terminal X1.
Sedangkan transformator dikatakan mempunyai polaritas subtractive
(pengurangan) jika terminal H1 berdekatan atau berseberangan dengan X1
seperti pada gambar dibawah :

(a) (b)
(a) Polaritas additive dan (b) Polaritas subtractive
TRANSFORMER 1-PHASE * 91
TEST POLARITAS TRANSFORMATOR
Untuk menentukan polaritas trafo dilakukan pengujian sebagai berikut :
Hubungkan belitan tegangan tinggi dengan sumber ac tegangan rendah E1
Hubungkan Jumper (J) diantara dua terminal Tegangan tinggi dan tegangan
rendah yang berdekatan.
Hubungkan voltmeter Ex diantara dua terminal tegangan tinggi dan
tegangan rendah yang berdekatan
Hubungkan Voltmeter yang lainnya Ep melealui belitan tegangan tinggi. Jika
pembacaan nilai Ex lebih tinggi dari pada Ep, polaritas transformator
dikatakan additive. H1 dan X1 berlawanan secara diagonal. Jika pembacaan
nilai Ex lebih rendah dari Ep polaritas dikatakan Subtractive. H1 dan X1
berdekatan atau bersebelahan.

TRANSFORMER 1-PHASE * 92
Gambar Pengujian Polaritas Transformator

TRANSFORMER 1-PHASE * 93
KLASIFIKASI TRANSFORMATOR

1. Transformator daya / Tenaga


2. Transformator distribusi
3. Transformator pengukuran; yang terdiri
dari transformator arus dan
transformator tegangan.
TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

• Transformator distribusi merupakan alat yang


memegang peran penting dalam sistem
distribusi. Transformator distribusi mengubah
tegangan menengah menjadi tegangan rendah.
• Transformator distribusi yang umum digunakan
adalah transformator step-down 20KV/400V.
• Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan tegangan
rendah adalah 380V. Karena terjadi drop
tegangan, maka pada rak tegangan rendah
dibuat di atas 380V agar tegangan pada ujung
penerima tidak lebih kecil dari 380V.
TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 2

Anda mungkin juga menyukai