PANDANGAN UMUM
1
- transformator tegangan
- tranformator arus
d. transformator dengan bentuk khusus
- transformator pemberi daya
- transformator pengatur tegangan
- transformator las
H.dl Is dA
s
Dimana :
H = kuat medan maknit (AT/m)
Dl = unsur panjang (m)
Is = kerapatan arus (A/ m2)
dA = unsur luas (m2)
Persamaan Maxwell apabila disederhanakan menjadi :
Hl = IN
Dimana :
H = kuat medan maknit
l = panjang jalur
I = arus listrik
N = jumlah lilitan
Hl = IN adalah merupakan Gaya Gerak Maknit (GGM) yang merupakan
penghasil flux.
2. Hukum Induksi Faraday
Hukum utama yang digunakan pada prinsip kerja transformator adalah
hukum induksi Faraday.
Rumus hukum induksi Faraday adalah sebagai berikut :
d
E.dl dt B. dA
s
Dimana :
I = Gaya listrik yang disebabkan induksi (V/m)
Dl = unsur panjang (m)
B = induksi magnit (kerapatan flux) (weber/m2)
dA = unsur luas (m2)
Sedangkan arus induksi (flux) adalah integral permukaan dari pada induksi
2
maknit melalui suatu luas yang dibatasi oleh garis lengkung tersebut diatas.
Rumus arus induksi adalah :
= E.dA
S
Dimana :
= arus induksi/ flux (weber)
B = induksi maknit (weber/m2)
dA = unsur luas (m2)
Apabila rumus hukum induksi Faraday disederhanakan :
d
e = -N dt B.dA
S
d
e = -N I
dt
dimana :
e = Gaya gerak listrik/ GGL (v)
N = jumlah lilitan
= arus induksi/ fluxe (weber)
3
PRINSIP ANALISA TRANSFORMATOR
4
d
e2 = -N2
dt
dm sin t
= -N2
dt
= -N2 m cos t
= N2 sin (t - )
2
Harga efektif tegangan terinduksi :
E2m = N2 m = N2 2f m
E2 m 2
E2 = . f .N 2 m
2 2
E1 = 4,44 f N2 m .................. (2)
Dari persamaan (1) dan (2)
E1 4,44 f N1 m
E 2 4,44 f N 2 m
E1 N1
a ............................... (3)
E2 N2
Dimana :
a = angka tranformasi
E1 E1
atau 4,44 f m
E 2 E2
Jadi tegangan terinduksi tiap lilit primer = tegangan terinduksi tiap lilit sekunder.
Gambar 2.2
Diagam Fasor transformator ideal
5
Apabila rugi-rugi inti dan tembaga tidak diabaikan maka :
1. Adanya rugi-rugi inti besi
Adanya rugi-rugi inti besi menyebabkan arus Io bukan merupakan arus
induktif murni, arus Io tidak sefasa dengan m tetapi berbeda fasa dengan
sudut (sudut maju hysterisis).
Arus Io terdiri dari dua komponen
- Arus pemagnitan Im yang sefasa dengan m, yang betul-betul berupa
arus maknitisasi
- Arus rugi inti Io yang sefasa dengan tegangan E1, sebagai komponen
rugi-rugi inti (rugi hysterisis dan arus eddy).
2. Adanya tahanan tembaga primer (R1)
Tahanan tembaga menimbulkan tegangan jatuh (voltage drop) Io R1 yang
sefasa dengan arus Io.
3. Adanya kebocoran flux primer (LI)
Flux bocor akan menimbulkan tegangan reaktansi bocor (leakage reactance
emf) yang berupa tegangan jatuh Io X1 yang mendahului 90 terhadap arus Io.
6
Tahanan tembaga sekunder (R2) menimbulkan tegangan jatuh I2 R2 yang sefasa
dengan arus I2.
V1 = -E1 + I1 (R1 + jx1) = - E1 + I1z1
E2 = V2 + I2 (R2 + kx2) = V2 + I2z2
7
Ze = Re2 + j Xe2
Re2 = tahanan total transformator
Xe2 = Reaktansi total tranformator
Ze2 = impedansi transformator
Psc
Re =
I 2 sc
2
Xe = Ze 2 Re
8
2.6 Kerugian Tegangan Transformator
Untuk menghitung besarnya kerugian tegangan dan untuk mempermudah
hitungan digunakan rangkaian pengganti (diagram transformator) yang
disederhanakan :
Re = R 1 + R 2
Xe = X1 + X2
Apabila V1 = konstan dan I1 = I (arus nominal primer)
Untuk beban induktif :
V1 V2
= (rp cos + Xp sin ) + (Xp cos - rp sin )2
V1
9
1) Rugi tembaga
Rugi yang disebabkan adanya arus beban yang mengalir pada kawat
tembaga dan tahanan dari tembaga.
Pcu = I2 R watt
Karena arus beban dapat berubah-ubah maka rugi tembaga besarnya juga
tidak tetap
Besarnya tahanan tembaga dipengaruhi oleh temperatur.
Rt 2 t 2 234,5
Rt 1 t1 234,5
Rt2 = tahanan pada t2
Rt1 = tahanan pada t1
t1 dan t2 temperatur (C)
2) Rugi hysterisis
Rugi yang disebabkan flux bolak-balik pada inti besi.
Tenaga seluruhnya untuk satu lintasan penuh akan berbanding lurus
dengan luasan yang terletak didalam loop tersebut, atau didadapat dengan
rumus :
m
Ni d dimana d = dBA
m
d = A dB
m m
H
m
1 A d B Al H d B joule
m
Integral H dB
m
tidak mudah diselesaikan secara matematik karena
10
Jumlah rugi histerisis dapat ditulis :
M x
Ph = .f.B m watt
Ph = rugi histerisis
= konstanta yang tergantung dari bahan inti
3) Rugi Arus Eddy
Rugi yang disebabkan adanya arus pusar pada inti besi.
Inti besi transformator pada umumnya dibuat dari lapisan-lapisan besi
(laminasi).
Flux didalam elemen tersebut :
Bm . A
Bm. (2 cx. 2x)
Bm . 4 cx2
4 Bm cx2
Perubahan flux total per cycle adalah empat kali, maka untuk 1 cycle.
= 4. 4 Bm cx2
= 16 Bm cx2
Besarnya flux total yang terpotong tiap detik
= 16.f. Bm cx2, dimana f = frekuensi (cycle/ detik)
Jadi besarnya tegangan terinduksi (emf) adalah :
Erata-rata = 16.f. Bm cx2
Tegangan efektif dari emf :
E E rata rata .16 f.Bm cx 2
2 2 2 2
8
E f.Bm cx 2 volt
2
Tahanan dari elemen adalah :
L 4 cx 4x
R ( )
A d x cd x
4 x c2 1
= R ( )
dx c
Dimana adalah tahanan jenis dari material rugi didalam elemen
E2
d = R
R
64 2 2 2 4 2
. f Bm x c
2
d =
4 x c 2 1
( )
dx c
11
8. 2 f 2 B2m x 3 dx c3
d = . 2
c 1
2
dimana
8
M
Pe = . t 2 .f 2 .B2m .watt
Pe = rugi arus eddy
= tahanan jenis material (inti besi)
t = tebal laminasi
untuk memperkecil rugi arus eddy Pe dapat dilakukan dengan cara :
- Tebal laminasi (t) harus diperkecil
- Besar diperkecil, yaitu harus diperbesar (dengan menggunakan
bahan inti besi yang mempunyai lebih besar).
4) Rugi arus pusar dalam tembaga (rugi tambahan)
Akibat adanya flux bocor, maka menyebabkan arus dalam tembaga dan
arus ini akan menambah besarnya rugi tembaga. (biasanya rugi ini kecil
dan dapat diabaikan).
2.9 Efisiensi
Efisiensi transformator adalah perbandingan antara daya keluar (Pout) dengan daya
masuk (Pin).
Pout Pout
Pin Pout rugi rugi
V1I1cos1 Pe I1 Re
2
=
V1I1cos1
12
Pc I1Re
= 1-
V1I1 cos 1 V1 cos1
d
Agar efisiensi maksimum maka dI 0
1
d Pc Re
0 (- )
dI1 V1I1 cos 1
2
V1 cos1
Pc Re
=
V I cos 1 V1 cos1
2
1 1
Pc Re
Maka 0
V I cos 1 V1 cos1
2
1 1
Pc Re
V I cos 1 V1 cos1
2
1 1
V1 cos1 I12 Re
Pc = I12 Re
V1 cos 1
Pc = I12 Re
13
d 1
e N , maka e. dt
dt N
E1 E
cos t 3 cos 3t
N 3
Harga efektif dari suatu fungsi periodik adalah :
E E12 E 22 E 32
Dimana E1, E2, E3 dan seterusnya adalah harga-harga efektif dari harmonisa
pertama, kedua dan harmonisa selanjutnya.
Harga maksimum flux akan tercapai pada saat mana cos 2ft = -1, yaitu pada
saat gelombang tegangan berharga Nol.
Residual flux dalam arah negatif akan mengurangi besarnya transient arus
tersebut. Besarnya arus transient tersebut dapat dikurangi dengan menambah
besar tahanan ataupun reaktansi para primer transformator.
BAB III
14
HUBUNGAN DAN KERJA TRANSFORMATOR
3.1 Polaritas
Kedua terminal-terminal primer transformator berubah-ubah positif dan negatif
terhadap satu sama lainnya, hal yang sama terjadi juga pada terminal-terminal
sekunder.
Dari hasil pengukuran akan didapatkan :
1. Apabila V1>V, maka tegangan terinduksi dari kedua
kumparan saling menjumlahkan. Berarti transformator tersebut mempunyai
polaritas penjumlahan (Additive polarity).
2. Apabila V1 < V, maka tegangan terinduksi pada kedua
kumparan saling mengurangkan. Transformator tersebut mempunyai
polaritas pengurangan (Subtractive polirity).
Menurut Standart ASA (American Standards Association) notasi/ pemberian
tanda polaritas dari transformator adalah sebagai berikut :
- Untuk terminal tegangan tinggi diberi notasi H1, H2, H3 dan
seterusnya (letaknya H1 disebelah kanan apabila dilihat pada arah tegangan
tinggi)
- Untuk terminal tegangan rendah diberi notasi X1, X2, X3 dan
seterusnya.
H2 X2 H2 X1
H1 X1 H1 X2
15
Gambar 3.4 a
Transformator 3 hubungan Y y
b. Hubungan segitiga/ Delta (D), ()
D sisi tegangan tinggi
d sisi tegangan rendah
Gambar 3.4 b
Transformator 3 hubungan Y y
c. Hubungan liku-liku/ Zig-zag (Z)
Hubungan Z khusus untuk sisi sekunder, karena fungsinya untuk
menghindarkan terjadinya tegangan titik bintang. Hubungan zig zag
hanya digunakan pada Transformator Distribusi.
(untuk tegangan rendah)
16
Gambar 3.4 c
Transformator 3 hubungan Y z
17
Gambar 3.5 a
Transformator dalam hubungan Y Y
Dapat dilihat dari gambar diagram fasor apabila diketahui tegangan fasa-
fasa (tegangan line) sisi primer dan sekunder V1 dan V2 : maka tegangan
dari tiap-tiap transformator adalah :
V1
- tegangan sisi primer
3
V1
- tegangan sisi sekunder
3
Apabila bebannya tidak seimbang, maka tegangan yang diterima oleh tiap-
tiap transformator menjadi tidak sama, sehingga seolah-olah terjadi perseran
titik netral pada sisi primer dan sisi sekunder.
2. Hubungan -
Diagram hubungan dari transformator hubungan - diperlihatkan pada
gambar 3.5 b.
Gambar 3.5 b
Transformator dalam hubungan -
18
Apabila tegangan fasa-fasa (tegangan line) dari sisi primer V1, maka
tegangan primer dari tiap-tiap transformator (tegangan fasa-netral) juga
sama V1.
Tegangan fasa-fasa dari sisi sekunder V2 maka tegangan sekunder dari tiap-
tiap transformator juga sama V2.
Jadi kumparan sisi primer tiap transformator harus menerima tegangan line
V1, demikian juga kumparan sisi sekunder tiap transformator harus
menerima tegangan line V2.
Apabila beban tidak seimbang maka tegangan yang diterima tiap-tiap
transformator tetap.
Jadi tidak terjadi pergeseran antara tegangan sisi primer dan sisi sekunder.
3. Hubungan Y -
Diagram hubungan dari transformator hubungan Y - diperlihatkan pada
gambar 3.5 c dibawah ini.
Dari diagram Fasor terlihat pergeseran fasa 30 antara tegangan line dari sisi
primer dan sekunder.
(pergeseran fasa antara Vum dengan Vuw Vwv dengan Vwv dan VVU dengan
VVU).
Gambar 3.5 c
Transformator dalam hubungan Y -
Apabila tegangan fasa-fasa (tegangan line) sisi primer V1, maka tegangan
V1
sisi primer dari tiap transformator . Tegangan fasa-fasa sisi sekunder
3
V2, maka tegangan sisi sekunder tiap transformator tetap V2.
4. Hubungan - Y
Diagram hubungannya diperlihatkan pada gambar 3.5d dibawah ini apabila
tegangan fasa-fasa sisi primer V1, maka tegangan tiap transformator tetap V1
19
tegangan fasa-fasa sisi sekunder V2, maka tegangan sekunder tiap
V2
transformator
3
Gambar 3.5 d
Transformator dalam hubungan - Y
Pergeseran fasa antara tegangan line UW dengan VUW adalah 30, demikian
pula VWV dengan VWV dan VVU dengan VVU.
Gambar 3.5 e
Pergeseran titik netral
20
Misalkan ENR tegangan terinduksi yang simetris dari fasa R, dan E NS tegangan
fasa S, serta ENT tegangan terinduksi fasa T
Maka :
ENR = ER + Eb
ENS = ES + Eb
ENT = ET + Eb
O = ER + ES + ET + 3 Eb
Sehingga ER + ES + ET = -3 Eb
Berarti bilama jumlah dari pada ER, ES dan ET tidak Nol, maka ketiga tegangan
fasa adalah tidak sama.
Penyebab-penyebab dari pada tegangan titik bintang adalah :
- adanya beban yang tidak simetris
- bentuk dan konstruksi dari teras atau inti juga tidak simetris
- bentuk dari lengkung B H yang tidak linier, yang menyebabkan adanaya
fungsi harmonisa tinggi dalam tegangan titik bintang.
Cara-cara untuk menghindari terjadinya tegangan titik bintang antara lain :
- menambah kumparan pembantu disamping kumparan primer dan kumparan
sekunder
- menghubungkan kumparan sekunder dalam hubungan berliku/ Zig-zag
- menghubungkan titik bintang dengan tanah.
ER = E1 - E2
ES = E2 + E3
ET = E3 + E1
ER + ES + ET = 0
Jadi dari persamaan diatas jelas bahwa tegangan titik bintang adalah selalu Nol.
21
Golongan-golongan hubungan yang lazim menurut standart Jerman VDE.
(Verband Deutscher Electrotecniker).
Gambar
Dimana :
W1 = jumlah lilitan tiap fasa pada sisi perimer (Tegangan tinggi)
W2 = jumlah lilitan fasa pada sisi sekunder (Tegangan rendah)
E1 (line to line)
Angka Transformasi a =
E 2 (line to line)
Kerja paralel transformator
Tujuan kerja paralel adalah :
22
- Tujuan mengimbangi adanya pertambahan beban, apabila beban tenaga
listrik bertambah besar dan kapasitas dari transformator sudah tidak
memadai lagi, maka hal-hal yang paling ekonomis adalah diparalelkan
dengan transformator yang sudah ada dibanding dengan apabila mengganti
transformator yang kapasitasnya lebih besar
- Untuk menjaga agar pelayanan tetap kontinue seandainya ada kerusakan
transformator.
Bila sekunder juga diparalel, karakteristik transformator tersebut haruslah
sedemikian rupa agar operasinya dapat berjalan dengan baik.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah :
a. Rating tegangan dari transformator harus sama
b. Angka transformasi harus sama
c. Frekuensi kerja transformator harus sama
1) Angka transformasi sama
(a1 = a2 = a3)
Arus beban nol pada umumnya adalah kecil apabila dibanding dengan arus
beban nominal, sehingga dalam hal ini arus beban nol dapat diabaikan. Tiga
buah transformator diparalel akan rangkaian pengganti dengan :
Sekunder sebagai referensi terlihat pada gambar 3.10 a impedansi dari
transformator 1,2 dan 3 adalah Ze, Ze dan Z e.
Admitansi transformator Ye. Ye dan Ye tegangan jatuh impedansi Ve.
Gambar 3.10 a
Rangkaian pengganti kerja paralel transformator
Didapat :
Ve
I = Ve.Ye'
Ze
Ve
I = Ve.Ye' ' ....................(1)
Ze ' '
23
Ve
I = Ve.Ye' ' '
Ze ' ' '
Gambar 3.10 b
Diagram fasor kerja paralel transformator
dengan angka transformasi sama
I = I + I + I
= VeYe + Ve Ye+ Ve Ye
= Ve (Ye + Ye+ Ye)
I = Ve Ye
I
Maka : Ve = ...................... (2)
Ye
Ye' '
I = .I
Ye
24
Gambar 3.11
Diagram Fasor dengan angka transformasi tidak sama
Sekunder sebagai referensi, maka besar tegangan primer
V1 V1 V1
, ,
a1 a 2 a 3
V1
Tegangan jatuh impedansi adalah beda tegangan antara dan V2
ak
(indek nilainya 1,2,3 ....... dst)
Sehingga didapatkan :
V1 I'
V2 I' Ze'
a1 Ye' '
V1 I' '
V2 I' ' Ze' '
a2 Ye' '
V1 I' ' '
V2 I' ' ' Ze' ' '
a3 Ye' ' '
Besar arus I = I + I + I
V1 V V
I =( V2 ) Ye' ( 1 V2 ) Ye' '( 1 V2 ) Ye' ' '
a1 a2 a3
Ye' Ye' ' Ye' ' '
= V1 ( ) V2 (Ye' Ye' ' Ye' ' '
a a2 a3
Yek
= V1 V2 Ye
ak
Maka :
V2 Ye I
V1
Y
aek (4)
k
25
antara persamaan (4) dengan persamaan (3), sehingga didapat :
Ye' I V1
Ye Y ek
Ye'
a1 ak
I'
Ye
Ye' ' I V1
Ye Y ek
Ye' '
a2 ak
I' '
Ye
Ye' ' ' I V1
Ye Y ek
Ye' ' '
a3 ak
I' ' '
Ye
Dari ketiga persaman diatas maka dapat dilihat adanya arus sirkulasi yaitu :
V1
Ye Y ek
Ye'
a1 ak
I'sk
Ye
V1
Ye Y ek
Ye' '
a2 ak
I' 'sk
Ye
V1
Ye Y ek
Ye' ' '
a3 ak
I' ' 'sk
Ye
Jadi dapat disimpulkan apabila angka transformasi tidak sama, maka akan
menyebabkan adanya arus sirkulasi. Arus sirkulasi ini akan menimbulkan
panas pada lilitan transformator.
3) Frekwensi kerja transformator tidak sama
Apabila frekuensi kerja transformator tidak sama, maka besaran-besaran
dari transformator yang mempunyai frekwensi kerja tidak sesuai perlu
ditinjau yaitu perubahan reaktansi dan induksi maknit.
4) Polaritas/ angka jam tidak sama
Apabila polaritas untuk transformator satu fasa atau angka jam untuk
transformator tiga fasa tidak sama, maka akan timbul arus sirkulasi yang
besar dan dapat merusak transformator.
5) Tegangan hubung singkat tidak sama
Apabila tegangan hubung singkat tidak sama, berarti impedansi dari
transformator adalah berlainan.
Dari rangkaian pengganti gambar 3.10 a dapat dihitung :
Ve Ve Ve
I': I' ' : I' ' ' : :
Ze' Ze' ' Ze' ' '
26
1 1 1
= : :
Ze' Ze' ' Ze' ' '
V1 '.I n ' V1 '.I n ' ' V1 '.I n ' ' '
: :
= In' Ze' In' ' Ze' ' In' ' ' Ze' ' '
V1 ' V1 ' V1 '
Jadi :
P1 P P
I : I : I = : 2 : 3
Vsc1 Vsc 2 Vsc 3
P1, P2 dan P3 adalah daya dari transformator I, II & III. Dengan tegangan
hubung singkatnya Vsc1 , Vsc 2 dan Vsc 3 .
BAB IV
HUBUNGAN-HUBUNGAN TRANFORMATOR KHUSUS
27
Hubungan Delta Terbuka
Hubungan delta terbuka (open delta) disebut pula hubungan V.
Pada hubungan transformator tiga fasa apabila tidak ada tiga buah transformator 1
fasa, maka dapat dipergunakan dua buah transformator 1 fasa yang dihubungkan
secara delta terbuka.
Atau apabila suatu transformator 3 fasa dalam hubungan - (delta-delta) yang
terdiri dari tiga buah transformator 1 fasa, salah satu dari transformator tersebut
rusak (untuk direparasi) maka salah satu transformator tersebut dapat dilepas dan
transformator masih tetap bekerja dalam sistem tiga fasa dengan hubungan delta
terbuka (hubungan V).
Suatu transformator 3 fasa hubungan - dengan beban ZL yang seimbang
apabila gambar secara diagramatik seperti pada gambar 4.1 dibawah ini.
Gambar 4.1
Transformator hubungan -
Arus line dari sumber IR, IS, dan IT
Arus fasa dari transformator IA, IB dan IC (rangkaian pengganti dengan sisi primer
sebagai referensi)
Menurut hukum Kirchhoft diperoleh :
IR = I A IC
IS = IB IA ...................(a)
IT = I C IB
Tegangan line (tegangan fasa-fasa) primer adalah VA, VB dan VC.
Tegangan line sekunder adalah VA, VB dan VC.
Dalam sistem tiga fasa :
VA + VB+ VC= 0
VA + VB+ VC= 0
(VA - VA) + (VB VB) + (VC VC) = 0
Dimana :
28
VA - VA = IA . ZA
VB VB = IB . ZB
VC VC = IC . ZC
Maka didapat :
IA.ZA + IB . ZB + IC . ZC = 0 .............. (b)
ZA . ZB dan ZC adalah impedansi ekivalen dari transformator A, B dan C.
Dari persamaan (a) :
IR = IA IC, maka IC = IA IR
IS = IB IA, maka IB = IS IA
Subtitusi persamaan diatas ke persamaan (b), sehingga diperoleh :
IA.IZ + ( IS + IA) ZB + (IA - IR) ZC = 0
IA (ZA + ZB + ZC) + IS ZB IR ZC = 0
IA (ZA + ZB + ZC) + IR.ZC IS ZB
I R .Z C - I S Z B
Jadi IA =
ZA ZB ZC
Gambar 4.2a
Transformator hubungan V
A = IR
B = -IT
29
C =O
Dalam hubungan delta terbuka (V) arus line sama dengan arus fasa, jadi arus line
I Ampere.
Tegangan line adalah V volt.
Daya dalam hubungan - ad PA = 3.VL.Il.Cos
(hubungan ) = P = 3.V.I.Cos
Sehingga diperoleh :
3.V. 3.I cos
PV = 3
3.V.I. cos
1
PV = P atau PV 0,58 P
3
Jadi untuk hubungan V, daya nominalnya adalah 58% dari daya nominal
hubungan - .
Daya nominal yang dapat diberikan oleh 2 transformator (daya hubungan V)
2
adalah daya nominal dari 3 transformator (hubungan - ) atau daya nominal
3
yang dapat diberikan dalam hubungan V adalah 67% dari daya nominal 3
transformator.
Jadi daya keluaran yang dapat diberikan oleh dua transformator dalam hubungan
V adalah :
58
x100% 86,6%
67
Jadi dapat disimpulkan bahwa daya yang dapat diberikan oleh transformator
dalam hubungan V adalah sebesar 86,6% dari kapasitas daya dua transformator
tersebut.
Gambar 4.2b
Hubungan V dari dua transformator
Hubungan T
Dua buah transformator satu fasa dapat dihubungkan dalam sistem tiga fasa
dengan hubungan T, transformator hubungan T diperlihatkan pada gambar 4.3a.
30
Gambar 4.3
Transformator hubungan T
Transformator U V disebut transformator Main (transformator A).
Transformator O W disebut transformator Teaser (transformator B).
Transformator main ti tap ditengah-tengah untuk mendapatkan titik nol (0).
Untuk mendapatkan tegangan line ketiga fasa sama dari gambar 4.3b diagram
fasor dapat dihitung :
Pada transformator Main
VUO = VOV
Pada transformator Teaser
1 3
Vow = 3. VUV VUV
3 2
PT
0,926
P2
PT 0,926 P2
Jadi dapat disimpulkan bahwa daya yang dapat diberikan oleh transformator
31
dalam hubungan T adalah 92,6% dari jumlah daya transformator main dan teaser.
Hubungan Scott
Apabila sisi primer hubungan dua fasa dan sisi sekunder hubungan tiga fasa maka
hubungan ini dinaman hubungan Scott.
Nama Scott diambil dari nama orang yang menemukan hubungan ini yaitu
Charles F. Scott.
Hubungan Scott diperlihatkan pada gambar 4.4a
Gambar 4.4a
Transformator hubungan Scott
Transformator A dan transformator B adalah sama.
Untuk sisi primer dihubungkan dengan sistem dua fasa untuk sisi sekunder
dihubungkan dalam sistem tiga fasa, titik nol (0) diambil ditengah-tengah
transformator A pada kumparan sekunder.
Besarnya tegangan VOT = 0,866 VRS
Apabila digambarkan diagram fasornya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.4b
Diagram fasor hubungan Scott.
Hubungan Scott dapat pula digunakan apabila ada sumber tiga fasa (sisi primer)
dan memberikan daya pada beban dua fasa (sisi sekunder).
Seperti diperlihatkan pada gambar 4.4c dibawah ini :
32
Gambar 4.4c
Transformator hubugan Scott
dengan beban 2
Selain hubungan Scott yang diuraikan diatas masih ada hubungan Scott yang
digunakan untuk memberi daya pada beban satu fasa dari sumber tiga fasa.
Gambar 4.5
Transformator hubungan Scott dengan beban 1
BAB V
TRANSFORMATOR HUBUNG HEMAT
33
Transformator hubung hemat yang pada umumnya disebut autotrafo
(autotransformer) hanya terdiri dari satu kumparang tegangan yang dipakai sebagai
sisi primer dan sekunder, disini tegangan primer dan sekunder tidak diisolasi satu
sama lain.
Trafo digunakan untuk menaikkan maupun menurunkan tegangan sama seperti
transformator biasa dan hanya berbeda dalam pemakaiannya.
Trafo tidak digunakan untuk tegangan yang sangat tinggi, karena berbahaya, karena
kumparan sisi primer dan sekunder terhubung langsung secara listrik (bukan secara
maknetis) sehingga praktis autotrafo terdiri satu kumparan yang dicabang seperti
diperlihatkan gambar 5.1 dibawah ini.
Gambar 5.2
Autotrafo penurun tegangan
N1 = lilitan kumparan a c
N2 = lilitan kumparan a b
E1 = 4,44 F.N1. m
E2 = 4,44 F.N2. m
34
E1 V1 N1
a
E 2 V2 N 2
I1 N1 1
I 2 aI1
I2 N 2 a
Apabila arus beban nol Io diabaikan, maka gaya gerak maknit (ggm) yang
ditimbulkan oleh arus I3 dengan jumlah lilitan N2 sama dengan ggm yang
ditimbulkan oleh arus I1 dengan jumlah lilitan N1 N2, sehingga diperoleh :
N2 I3 = (N1 N2) I1
N1 N 2 N
I3 .I1 1 1 I1
N2 N2
= (a 1) I1
= aI1 I1 = I2 I1
Daya yang diberikan pada beban adalah :
P = V2 I2 = V2I1 + V2 (I2 I1)
Jadi terdiri dari dua komponen daya :
Pc = V2 I1
Pi = V2 (I2 I1)
Dimana :
Pc = daya yang ditransfer ke beban melalui kumparan b c secara konduktif
Pi = daya yang ditransfer ke beban melalui kumparan a b secara induktif
Maka P = Pc + Pi
Pc V2 I1 I1 V2
P V2 I 2 I 2 V1
Pi V2 (I 2 I1 ) I 2 I1 I
1 1
P V2 I 2 I2 I2
V2 V1 V2
1
V1 V1
35
Gambar 5.3
Autotrafo penaik tegangan
N1 = lilitan kumparan a b
N2 = lilitan kumparan a c
Dengan cara yang sama seperti pada autotrafo penurun tegangan, maka diperoleh:
I3 = I 1 I2
Daya yang diberikan pada beban adalah :
P = V1 I2 = V1I2 + V1 (I1 I2)
terdiri dari dua komponen daya :
Pc = V1 I2
Pi = V1 (I1 I2)
Dimana :
Pc = daya yang ditransfer ke beban melalui kumparan b c secara konduktif
Pi = daya yang ditransfer ke beban melalui kumparan a b secara induktif
Maka P = Pc + Pi
Pc V1I 2 I 2 V1
P V1I1 I1 V2
Pi V1 (I1 I 2 ) I1 I 2 I
1 2
P V1I1 I1 I1
V1 V2 V1
1
V2 V2
Dari uraian pada autotrafo penurun tegangan maupun penaik tegangan, maka daya
ditransfer secara induktif adalah sama dengan daya dari transformator biasa (dua
rangkaian).
Autorafo penurun tegangan :
Pi V2 V1
P V1
36
TR = tegangan rendah
Jadi hubungan autotrafo dapat buat dari transformator biasa, yang tegangannya
dapat dijumlahkan dengan memperhatikan polaritasnya.
Gambar 5.6
Variac satu fasa
37
Gambar 5.7
Variac Tiga Fasa
Variac tiga fasa terdiri dari tiga buah variac satu fasa yang dihubungkan dalam
sistem tiga fasa, yaitu hubungan bintang (Y).
BAB VI
TRANSFORMATOR INSTRUMEN
38
yang diketahui dan arus yang telah diperkecil ini dipakai untuk pengukuran,
sehingga tidak akan merusak alat-alat ukur (ampermeter).
Pada transformator arus, kumparan sisi primer dihubungkan secara seri dengan
jala-jala, sedangkan sisi sekunder dihubung singkat melalui alat ukur ampere
meter seperti terlihat pada gambar 6.1.
Gambar 6.1
Transformator arus
N2
I1 I2
N1
Agar arus pada sisi sekunder (I2) kecil maka N2>>N1. Jadi jumlah lilitan pada sisi
sekunder harus lebih banyak dari pada jumlah lilitan sisi primer.
Pada umumnya jumlah lilitan pada sisi primer dari transformator arus adalah satu
(N1 = 1), seperti pada gambar 6.2 yaitu transformator arus tipe ring, dengan inti
besi berbentuk torodial.
Gambar 6.2
39
Transformator arus tipe ring
Arus sekunder I2 fasanya berlawanan dengan arus primer yaitu (-I 2/a), dimana a
adalah angka transformasi.
Tetapi oleh karena adanya arus-arus komponen lain pada arus primer (arus rugi
inti dan arus maknetisasi), maka arus sekunder tidaklah betul-betul berlawanan
fasanya dengan arus primer (beda fasa tidak tepat 180).
Selanjutnya perbandingan I1/ I2 tidak konstan.
I2 berubah atau apabila faktor daya berubah akan mengakibatkan perubahan
penurunan tegangan pada impedansi, akibatnya perbandingan arus juga berubah
hal ini disebut phase error dan current error.
Vektor diagram (diagram fasor) dari transformator arus pada gambar 6.3 dapat
dipakai untuk menjelaskan operasi dari transformator tersebut.
Gambar 6.3
Diagram fasor transformator arus
Sisi sekunder diberi beban ampere meter yang mempunyai impedansi dalam Z i=Ri
+ j.Xi tegangan V2 adalah tegangan impedansi pada alat ukur ampere meter.
Tegangan V2 adalah kecil, dan juga arus sekunder I2 biasanya kecil dibanding arus
primer I1.
Tegangan E2 juga kecil, pada sisi primer jumlah lilitannya lebih sedikit sehingga
tegangan E1 jauh lebih kecil lagi, dan hanya beberapa volt saja.
Untuk menjaga agar flux dalam inti besi tetap tidak berubah, maka perlu
diperhatikan agar rangkaian sekunder selalu dalam keadaan tertutup (dihubung
singkat). Apabila rangkaian sekunder terbuka maka gaya gerak maknit N 2I2 adalah
nol (karena tidak ada arus sekunder yang mengalir), sedangkan gaya gerak maknit
N1I1 tetap ada dan besar sekali (tergantung dari arus primer yang mengalir/ arus
jala-jala) sehingga flux normal besarnya akan terganggu (karena tidak ada flux
40
lawan) karena flux yang mengalir besar maka tegangan pada rangkaian sekunder
yang jumlah lilitannya banyak, akan menjadi besar sekali dan hal ini akan dapat
merusak isolasi dari kumparan sekunder.
N1
V1 V2
N2
Gambar 6.4
Transformator tegangan
Agar besar tegangan sekunder V2 kecil maka N2 << N1. Jadi jumlah lilitan pada
sisi sekunder harus lebih sedikit dari pada jumlah lilitan sisi primer.
Perbandingan tegangan tidak tepat benar dengan perbandingan lilitan oleh karena
adanya penurunan tegangan pada kumparan karena impedansi transformator dan
arus tanpa beban kecil maka phase error akan kecil.
Diagram fasor dari transformator tegangan dapat dilihat pada gambar 6.5 dibawah
ini.
41
Gambar 6.5
Diagram fasor transformator tegangan
Sisi sekunder diberi beban Voltmeter dengan impedansi dalam Zi = Ri + j Xi.
Penggunaan dari transformator arus dan transformator tegangan adalah :
- Untuk pengukuran arus (A)
- Untuk pengukuran tegangan (V)
- Untuk pengukuran daya (KW)
- Untuk pengukuran tenaga (KWh)
- Untuk peralatan rele pengaman dan sebagainya.
BAB VII
PERCOBAAN-PERCOBAAN TRANSFORMATOR
42
2. Teori
a. Angka transformasi
Sebuah transformator yang tidak berbeban jika pada kumparan primer
dipasangkan tegangan bolak-balik, maka arus listrik mengalir pada
kumparan tersebut.
Arus menimbulkan flux , sehingga terinduksi GGL pada kumparan
primer dan kumparan sekunder.
Gambar 1.1
Transformator
d
e1 N1
dt
d
e2 N 2
dt
= m sin t
Maka e1 = -N1 m cos t
= 2f. 1m sin(t )
2
Gaya gerak listrik ini mempunyai harga maksimum
Eim = 2 f N1m
Harga efektifnya :
2 f N N1m
E1
2
E1 4,44 N1 f .m
Pada kumparan sekunder juga terjadi Gaya Gerak Listrik dengan harga
efektif
E1 4,44 N 2 f .m
Angka transformasi :
E1 4,44 N1f m N1
a
E 2 4,44 N 2f m N 2
43
N1 E1 V1
a
N 2 E 2 V2
b. Lengkung Maknetisasi
Dalam pemakaian pada beban nol (tanpa beban) diamati perubahan
tegangan terhadap arus penguatan yang dikenal sebagai lengkung
maknetisasi, terlihat pada gambar 1.2.
Gambar 1.2
Lengkung maknetisasi
Lengkung maknetisasi tersebut pada harga tegangan E dan arus I yang
kecil adalah linier (garis lurus) dan pada daerah harga E yang tinggi
melengkung atau lebih sering disebut inti transformator mulai jenuh. Hal
ini terlihat juga pada lengkung histerisis dimana pada daeaah kerapatan
flux B yang lebih tinggi. Daerah kerja transformator biasanya dipilih pada
daerah mendekati garis lurus tersebut.
3. Rangkaian Percobaan
44
Gambar 1.3
Rangkaian percobaan beban nol
4. Pelaksanaan Percobaan
1. Transformator yang diuji dihubungkan seperti gambar 1.3 diatas, dimana
trafo 1 tanpa beban di supply dari tegangan jala-jala melalui pengaturan
tegangan.
2. Pengatur tegangan (voltage reguler) diatur hingga V1 = 0 kemudian
dinaikkan menjadi 10 V, 20 V, 30 V dan seterusnya sampai 20% diatas
nominalnya.
3. Untuk setiap step kenaikan V1, dicatat harga arus magnetisasi Im (A) dan
tegangan sekunder (V2).
4. Matikan sumber tegangan
5. Tugas
1) Tentukan besar angka transformasi
2) Gambarkan lengkung maknetisasi
3) Berikan kesimpulan-kesimpulan
45
Ukuran untuk menyatakan daya keluar disebut efisiensi yaitu perbandingan
daya keluar dengan daya masuk pada faktor daya tertentu.
Besarnya efisiensi adalah :
Daya keluar (watt) P (keluar)
Daya Masuk (watt) P (masuk)
3. Rangkaian percobaan
Gambar 2.1
Rangkaian percobaan transformator berbeban
Pelaksanaan percobaan
1) Transformator dihubungkan seperti pada gambar 2.1
2) Dalam keadaan beban nol (beban lampu-lampu seluruhnya mati), pengatur
tegangan diatur sehingga tegangan sekunder mencapai harga nominalnya.
3) Beban dimasukkan step demi step, sehingga mempunyai beban total
sesuai dengan daya nominal transformatornya. Setiap penambahan beban
supaya dicatat besarnya V1, V2, A1, A2 dan W1, W2
4) Beban diturunkan, kemudian sumber tegangan dimatikan
5) Tugas
1. Tentukan besarnya prosentase pengatur tegangan
2. Tentukan prosentase efisiensi transformator
3. Gambarkan lengkung/ curva V2 = f (I2) dengan pf yang tetap
4. Berikan kesimpulan-kesimpulan
46
Gambar 3.1
Rangkaian pengganti tanpa beban
Z1 = R1 + j X1 dalam keadaan bebannol (tanpa beban) adalah kecil sekali
bila dibandingkan dengan Zo, sehingga Z1 dapat diabaikan. Daya yang
masuk hanya digunakan untuk mengatasi rugi besi (cors-lost).
2
Po = V1 Io cos Oo = I 0 R C
Po
Rc =
I 02
V1
Zo =
Io
j.X m .R c
Zo =
Rc jX m
Gambar 3.2
Rangkaian pengganti hubung singkat
Pada keadaan hubung singkat, impedansi yang membatasi besarnya arus
ISC adalah jumlah seluruh tahanan dan reaktansi pada kedua kumparan Z e
= Re + j Xe dimana Ze Zo, sehingga arus yang melalui Zo dapat diabaikan.
(rugi-rugi besi dapat diabaikan terhadap rugi-rugi tembaga primer dan
sekunder).
P ISC
2
. Re ISC
2
(R 1 R 2 ' )
P
Re R 1 R 2 2
ISC
VSC
Ze
ISC
3) Rangkaian Percobaan
47
Gambar 3.3
Rangkaian percobaan test tanpa beban
Gambar 3.4
Rangkaian percobaan hubung singkat
4) Pelaksanaan Percobaan
1. Test tanpa beban dihubungkan seperti pada gambar 3.3, bagian
kumparan 220 Volt disambung ke sumber listrik melalui pengatur
tegangan (Voltage regulator)
Bagian kumparan 110 Volt dihubung terbuka
2. Tegangan masuk dari sumber diatur sampai 220 Volt (sama dengan
tegangan trafo yang diuji) catat penunjukkan volt meter, ampere meter
dan Watt meter.
3. Test hubung singkat dihubungkan seperti gambar 3.4, bagian
kumparan 220 Volt disambung kesumber listrik melalui pengatur
tegangan
4. Tegangan masuk dari sumber listrik dinaikkan sedikit demi sedikit
sampai Amper meter menunjukkan besarnya arus rating dari kumparan
220 Volt. Catat penunjukkan Amper meter, Volt meter dan Watt meter.
5) Tugas
1. Tentukan besar parameter-parameter transformator
2. Tentukan besar prosentase tegangan hubung singkat
3. Berikan kesimpulan-kesimpulan
48
Menentukan polaritas transformator dan pemberian tanda pada terminalnya.
2. Teori
Pada pemakaian, pemberian tanda pada terminal transformator amatlah
penting antara lain, untuk keperluan kerja paralel dan pada sistem tiga fasa.
Polaritas transformator dapat diketahui dengan test polaritas. Untuk
transformator satu fasa dibedakan dua macam polaritas yaitu :
- Polaritas penjumlahan
- Polaritas pengurangan
a. Polaritas penjumlahan (additive polarity)
Gambar 4.1a
Polaritas penjumlahan
V1 sisi tegangan tinggi (lebih tinggi) maka V3 > V1.
V3 = V1 + V2
b. Polaritas pengurangan (substractive polarity)
Gambar 4.1b
Polaritas pengurangan
V1 sisi tegangan tinggi
maka V3 < V1.
V3 = V1 - V2
Kesalahan dalam pemberian tanda/ polaritas ini, biarpun syarat lainnya
sudah dipenuhi mengakibatkan kelainan atau kerusakan-kerusakan.
3. Rangkaian Percobaan
49
Gambar 4.2
Rangkaian percobaan test polaritas
4. Pelaksanaan Percobaan
1) Rangkaian percobaan seperti pada gambar 3.2
2) Masukkan tegangan sumber melalui pengatur tegangan (tegangan input
jangan melebihi tegangan nominal transformator yang diuji)
Kemudian dicatat besarnya tegangan V1, V2 dan V3
3) Matikan sumber tegangan
5. Tugas
1) Tentukan polaritas transformator
2) Berikan tanda pada terminal-terminal dari transformator
3) Berikan kesimpulan-kesimpulan
50
- Hubungan bintang
Gambar 5.1 a
Hubungan bintang
Iline = Ifasa
Vline-line = 3.V fasa
- Hubungan Delta
Gambar 5.1b
Hubungan Delta
Iline = 3 Ifasa
Vline-line = V fasa
3. Rangkaian percobaan
Gambar 5.2
Rangkaian percobaan untuk hubungan transformator tiga fasa
4. Pelaksanaan Percobaan
1) Hubungan transformator 3 fasa dl hubungan Y-Y
2) Sisi primer dihubungkan dengan sumber tegangan 3 dari jala-jala melalui
pengatur tegangan
3) Tegangan primer dinaikkan sampai mencapai harga nominal tegangan sisi
51
primer
4) Kemudian diukur besarnya tegangan fasa dan line-line dari kumparan
primer dan sekunder dari transformator tiga fasa.
5) Ulangi no. 1, 2, 3 dan 4 tetapi dengan hubungan Y-, - dan - Y.
5. Tugas
Berikan analisa dari hasil-hasil pengukuran
52
Vv =E+ e Volt
Angka jam 11 :
U u = E - 0,87 e Volt
U v = E - 0,87 e Volt
Vv =E Volt
V v = E - 0,87 e Volt
Dimana :
E = tegangan antara dua terminal pada sisi TT
e = tegangan antara dua terminal pada sisi TR
3. Rangkaian Percobaan
Gambar 6.1
Rangkaian percobaan untuk menentukan angka jam
4. Pelaksanaan Percobaan
1) Hubungan transformator 3 diatas sehingga merupakan hubungan Y-Y
2) Kemudian salah satu fasa misalnya W pada kumparan primer dan fasa W
pada kumparan sekunder dihubungkan
3) Transformator yang diuji dihubungkan dengan sumber tegangan melalui
pengatur tegangan
4) Naikkan tegangan input dan jangan sampai melebihi tegangan nominal
dari transformator tiga fasa.
Selanjutnya diukur besar tegangan pada terminal :
UV uv Uv
UW uw Uv
VW vw Vu
Vv
5) Lakukan seperti pada no. 1, 2, dan 4 diatas tetapi transformator
dihubungkan Y - , - Y dan -
5. Tugas
53
Tentukan angka jam dari hubungan-hubungan transformator diatas serta
gambarkan vektor diagramnya.
gambar 7.1
Transformator satu fasa dihubungkan sebagai anto trafo
Dalam menghubungkan sebagai antotrafo maka polaritas transformator harus
diperhatikan sehingga hubungannya benar.
Besarnya daya yang dapat diberikan oleh hubungan antotrafo adalah :
VTT
Pat .Ptb
VTT VTR
Dimana :
Pat = daya antotrafo
Ptb = daya trafo biasa (2 rangkaian)
VTT = tegangan sisi tegangan tinggi dari antotrafo
VTR = tegangan sisi tegangan rendah dari antotrafo
3. Rangkaian percobaan
54
Gambar 7.1 a
Rangkaian percobaan antotrafo penaik tegangan
Gambar 7.1 b
Rangkaian percobaan antotrafo penurun tegangan
4. Pelaksanaan Percobaan
A. sebagai antotrafo penaik tegangan :
1) Buat rangkaian percobaan seperti pada gambar 7.1a
2) Saklar S dalam keadaan terbuka dan pengatur tegangan diatur hingga
V2 menunjukkan harga nominal dari tegangan transformator yang diuji
dan besar Vb = V1 + V2.
3) Masukkan saklar S dan atur beban sehingga penunjukkan meter A2
mencapai harga nominal dari arus belitan sekunder transformator yang
diuji
4) Catat besarnya I1, V1, V2, I2 dan Vb
5) Beban diturunkan dan kemudian sumber tegangan dimatikan
B. Sebagai antotrafo penurun tegangan :
1) Buat rangkaian percobaan seperti pada gambar 7.1b
2) Saklar S dalam keadaan terbuka dan pengatur tegangan diatur hingga
V2 menunjukkan harga nominal dari tegangan transformator yang diuji
dan besar VS = V1 + V2.
3) Masukkan saklar S dan atur beban sehingga penunjukkan meter A1
mencapai harga nominal dari arus belitan sekunder transformator yang
diuji
4) Catat besarnya I1, V1, VS, V2 dan I2
55
5) Beban diturunkan dan kemudian sumber tegangan dimatikan
5. Tugas
1) Tentukan besarnya daya yang diberikan oleh antotrafo penaik tegangan
2) Tentukan besarnya daya yang diberikan oleh antotrafo penurun tegangan
3) Berikan kesimpulan-kesimpulan
Gambar 8.1
Rangkaian pengganti dua transformator paralel
Trafo 1 = Zei = Re1 + j Xe1
56
Trafo 2 = Ze2 = Re2 + j Xe2
V V = I1 Ze1 = j2 Ze2
maka :
I1 Ze2
I 2 Ze1
Apabila
Re1 Re 2
Xe 2 Xe 2
Gambar 8.2
Rangkaian percobaan kerja paralel
4. Pelaksanaan Percobaan
1) Buatlah rangkaian seperti pada gambar 8.2
2) Saklar S dalam keadaan terbuka (beban nol)
3) Hidupkan sumber tegangan melalui pengatur tegangan dinaikkan
tegangannya sampai mencapai harga nominal tegangan dari trafo.
4) Beban dimasukkan, mulai percobaan pada harga aus terkecil kemudian
dinaikkan n secara bertahap
5) Setiap tahap supaya dicatat :
V1, V2, I1, I2, I3, I4 dan W1, W2.
(selama percobaan tegangan V1 dijaga tetap besarnya)
6) Beban diturunkan dan kemudian sumber tegangan dimatikan
5. Tugas
Analisa pembagian bebannya dengan menggunakan teori-teori yang ada.
57
1. Tujuan percobaan
Mempelajari hubungan dan kerja dua transformator satu fasa pada sistem tiga
fasa
2. Teori
Apabila tidak ada tiga transformator satu fasa, maka dapat dipergunakan dua
transformator saja.
Daya yang dapat disalurkan tentu lebih kecil dari pada bila mempergunakan
tiga buah transformator satu fasa. Hubungan V dapat mempergunakan dua
buah transformator yang identik (sama)
Gambar 9.1
Hubungan V
3. Rangkaian Percobaan
Gambar 9.2
Rangkaian percobaan Hubungan V
4. Pelaksanaan Percobaan
1) Buatlah rangkaian seperti pada gambar 9.2
2) Saklar S1 dan S2 terbuka
3) Masukkan saklar S1 dan kemudian S2
4) Beban dinaikkan sampai mencapai arus nominal dari transformator
5) Catat tegangan sumber, arus sumber, tegangan beban, arus beban dan daya
beban
6) Beban diturunkan, kemudian sumber tegangan dimatikan.
58
5. Tugas
Analisa besar daya yang dapat diberikan dalam hubungan V tersebut.
DAFTAR ISI
59
Bab I Pandangan Umum
1.1 Definisi Transformator ................................................................................... 1
1.2 Kegunaan Transformator ................................................................................ 1
1.3 Hukum-Hukum Dasar .................................................................................... 3
1.4 Konstruksi Transformator ............................................................................... 3
Bab II Prinsip Analisa Transformator
2.1 Transformator Ideal ..................................................................................... 4
2.2 Diagram Fasor Transformator Tanpa Beban ............................................... 5
2.3 Diagram Fasor Transformator Berbeban ..................................................... 6
2.4 Rangkaian Pengganti Transformator ........................................................... 7
2.5 Menentukan Parameter Transformator ........................................................ 8
2.6 Kerugian Tegangan Transformator .............................................................. 9
2.7 Tegangan Hubung Singkat .......................................................................... 9
2.8 Rugi-rugi Transformator .............................................................................. 9
2.9 Efisiensi ....................................................................................................... 12
2.10 Bentuk Gelombang pada Keadaan Tanpa Beban ........................................ 13
2.11 Transient Arus Mula .................................................................................... 14
Bab III Hubungan dan Kerja Transformator
Polaritas ................................................................................................................ 15
Hubungan Transformator Tiga Fasa ..................................................................... 15
Karakteristik Operasi Transformator Tiga Fasa ................................................... 17
Tegangan Titik Bintang ........................................................................................ 20
Angka Lonceng/ Angka Jam ................................................................................ 21
Bab IV Hubungan-Hubungan Transformator Khusus
Hubungan Delta Terbuka ...................................................................................... 28
Hubungan T .......................................................................................................... 31
Hubungan Scott .................................................................................................... 32
Bab V Transformator Hubung Hemat
5.1 Autotrafo Penurun Tegangan ....................................................................... 34
5.2 Autotrafo Penaik Tegangan ......................................................................... 35
5.3 Autotrafo Pengatur Tegangan ...................................................................... 37
Bab VI Transformator Instrumen
6.1 Transformator Arus ...................................................................................... 39
6.2 Transformator Tegangan .............................................................................. 41
iii
60
7.1 Percobaan Tanpa Beban ............................................................................... 43
7.2 Percobaan Berbeban .................................................................................... 45
7.3 Penentuan Parameter Transformator ........................................................... 46
7.4 Penentuan Polaritas Transformator .............................................................. 49
7.5 Hubungan-hubungan Transformator Tiga Fasa ........................................... 50
7.6 Penentuan Angka Jam Transformator .......................................................... 52
7.7 Hubungan Anto Transformator .................................................................... 54
7.8 Kerja Paralel Transformator ........................................................................ 56
7.9 Hubungan Delta Terbuka (Hubungan V) ..................................................... 58
iv
61
KATA PENGANTAR
Atas berkat dan rahmat Allah SWT, akhirnya dapat tersusun Bahan Ajar
Walaupun demikian bahan ajar ini masih belum lengkap/ banyak kekurangan
yang mana akan dilengkapi dan dijelaskan pada saat perkuliahan. Sangat dianjurkan
para Mahasiswa untuk membaca literature yang berkaitan dengan materi perkuliahan.
Jombang,
Penyusun
ii
62
BAHAN AJAR
TRANSFORMATOR
DISUSUN OLEH
Ir. HIDAYATUL NUROHMAH
63