Anda di halaman 1dari 29

Praktikum Mesin-Mesin Listrik

PRAKTIKUM I

KONSTANTA TRANSFORMATOR

1. TUJUAN
Menghitung perbandingan antara :
 Belitan primer dan belitan sekunder.
 Tegangan primer dan tegangan sekunder.
 Arus primer dan arus sekunder.
 Tegangan induksi primer dan tegangan induksi sekunder.

2. ALAT –ALAT YANG DIGUNAKAN


 Power Supply 189
 Transformator Trainer TT 179
 Transformator Dissectable TT 179
 Load Unit LU 178
 Kabel Penghubung

3. DASAR TEORI
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain melalui suatu gandengan magnet berdasarkan prinsip induksi elektro
magnet.
Pada dasarnya transformator terdiri dari dua atau lebih kumparan yang
terhubung secara magnetik seperti pada gambar 1.1.1. Bila diantara kumparan primer
diberi sumber tegangan bolak-balik dan menghasilkan tegangan induksi primer yang
amplitudonya bergantung pada regangan primer dan jumlah lilitan.

Gambar 1.3.1 Rangkaian magnetik Transformator

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Fluks bersama yang terjadi akan menghubungkan kumparan primer dan
sekunder secara magnetik. Pada kumparan sekunder juga akan terjadi tegangan
induksi dan tegangan sekunder. Dengan jumlah lilitan primer dan sekunder tertentu,
kita akan dapatkan tegangan sekunder yang diharapkan.
Dengan dihubungkan pada sumber tegangan arus searah, maka sebagian dari
garis gaya tadi akan melalui inti (kern) dari kumparan yang kedua dan di dalam
elektromagnit ini akan terjadi GML/GGL dari induksi tadi. Pada kejadian ini alat
ukur melakukan penyimpangan sesaat saja, karena garis gaya tidak mengadakan
perubahan sehingga jarum kembali ke sikap 0.
Sewaktu lingkaran elektromagnit 1 diputuskan, maka elektromagnit 2 akan
mendapat pengurangan garis gaya dan jarum alat ukur akan melakukan
penyimpangan / petunjuk dalam arah yang berlawanan.Umumnya gejala yang
semacam ini disebut sebagai induksi timbal balik yang hanya akan timbul dalam
rangkaian arus searah saat menghubungkan dan memutuskan rangkain tersebut
Alat untuk mengubah tegangan listrik bolak-balik. Prinsip kerjanya
berdasarkan pemindahan daya/energi listrik dari kumparan primer ke kumparan
sekunder dengan cara induksi.
Trafo umum :
V2 V
 1
N 2 N1
Trafo :
a. Step Up : V2 > V1
b. Step Down : V1 > V2
Transformator ideal :
P in = P out atau V1I1 = V2I2
V1 I 2

V2 I1
Transformator tak ideal :
P in  P out

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Macam-macam Trafo berdasarkan kegunaannya
a. Step down trafo
Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan
primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini
sangat mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC.
N primer N sekunder

b. Step up trafo
Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih
banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan.
Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik
tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang digunakan
dalam transmisi jarak jauh.

N primer N sekunder
c. Trafo pembalik fasa
trafo ini mempunyai fungsi sebagai pembalik fasa, banyak digunakan pada
rangkaian penguat suara yaitu padadaerah penguat frekuensi rendah. Trafo ini
biasanya dinamai trafo input, trafo ini mempunyai ciri khas yaitu mempunyai
center tap CT.
d. Trafo saringan
Trafo ini mempunyai tugas sebagai penyaring atau pemblokir sinyal frekuensi
tinggi. Rangkaian ini banyak sekali digunakan pada pemancar televisi.
e. Auto trafo
Tugasnya sama seperti trafo biasa yang terdiri dari gulungan primer dan
sekunder , hanya bedanya trafo ini bekerja secara langsung. Trafo ini banyak
sekali digunakan pada trafo frekuensi rendah, atau dapat juga kita gunakan

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
dalam frekuensi tinggi. Misalnya dapat kita jumpai pada rangkaian sumber daya
di mana trafo ini biasanya disebut kumparan peredam.
f. Trafo resonansi
Trafo resonansi ialah gulungan kawat yang mempunyai fungsi sebagai lingkaran
getaran bersama-sama dengan rangkaian kondensator. Oleh karena itu rangkaian
ini sering disebut dengan rangkaian LC. Pada lingkaran getaran banyak sekali
kita jumpai rangkaian ini. Bila digunakan untuk frekuensi tinggi, maka tidak
diperkenankan menggunakan inti besi dan sebagai gantinya digunakan inti ferit
namanya.
Rangkaian LC biasa juga disebut spoel antenna atau osilator.

Keadaan Transformator Tanpa Beban


Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber
tegangan V1 yang sinusoid, akan mengalirkan arus primer I0 yang juga sinusoid dan
dengan menganggap belitab N1 reaktif murni, I0 akan tertinggal 90o dari V1. Arus
primer I0 akan menimbulkan fluks (Φ) yang sefasa dan berbentuk sinusoid.

Φ = Φ maks sin t
Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi e1 (hukum
Faraday)

e1 = -N1 dt

Gambar 1.3.2 (a) Transformator dua belitan. (b) diagram pasor

d ¿¿
e1 = -N1

= -N1 Φ maks cos ώt (tertinggal 90o dari)

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Harga Efektif :
N 1.2 π . f . ∅ maks
E 1=
√2
¿ 4,44 N 2 f ∅ maks
Pada rangkaian sekunder fluks bersama tadi menimbulkan :
d∅ d∅
e 1=−N 1 =e 2=−N 2
dt dt
e 1=−N 2 ∅ m cos ω t
E2=4,44 N 2 f ∅ maks
E1 N 1
Sehingga =
E2 N 2
Dengan mengabaikan rugi tahanan dan fluks bocor,
E1 N 1 V 1
= = =a
E2 N 2 V 2

Dimana : a = konstanta Transformasi

Jika daya masukan sama dengan daya keluaran maka :


I 1 V 1=V 2 I 2
V1 I2
= =a
V2 I1
Pada Keadaan transformator tak berbeban, arus tanpa beban memiliki komponen
berikut:
1. Arus penguatan, arus yang aktif, yang dapat menimbulkan rugi-rugi besi,
disebut arus rugi besi Ic
2. Arus yang timbul karena adanya inti besi, dimana menimbulkan arus
eddy dan arus histerisis yang dikenal sebagai arus magnetisasi Im yang merupakan
jumlah dari arus eddy dan arus histerisis. Yang menimbulkan rugi tembaga (Cu).
Arus Ic berhimpit dengan tegangan primer Im berhimpit dengan fluksi. Jumlah
vektor kedua komponen arus ini = Io.
Io=√ ℑ 2+ Ic 2

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
ℑ=Io sin ∅ o
Ic=Io cos ∅ o

Gambar 1.3.3 diagram fasor


Jadi perlu diingat :
1) Arus primer Io pada keadaan tidak berbeban jauh lebih kecil daripada
keadaan berbeban
2) Pada keadaan tak berbeban Io kecil, maka rugi Cu pada primer
diabaikan, jadi rugi pada praktisnya hanya rugi-rugi besi
3) Suatu hal yang prinsipiil bahwa rugi besiyang menentukan pergeseran

vektor arus, maka dikenal sebagai sudut memberi histerisis


Konstanta Transformasi yang telah kita peroleh sebelumnya :

E1 E1 I 2 V 1
a= = = =
E 2 E 2 I1 V 2

Dapat digunakan untuk mengklasifikasikan transformator menjadi:


a. Jika N1<N2 , berarti a > 1 , maka transformator tersebut dinamakan
transformator “Step UP” yang berfungsi menaikan tegangan
b. Jika N1>N2 , berarti a < 1 , Maka transformator tersebut dinamakan
transformator “step down” yang berfungsi menurunkan tegangan.

Untuk Transformator ideal pada keadaan tidak berbeban, V1= E1 dan E2 = V2 ;


dimana V1 dan V2 adalah tegangan ujung-ujung transformator. Arah vektor E1 dan E2
berlawanan dengan arah vektor V1 atau V2.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Keadaan Transformator Berbeban


Apabila kumparan sekunder dihungkan dengan beban ZL, I2 mengalir pada
kumparan sekunder,
V2
I 2=
ZL
Dengan Θ2 = faktor kerja beban

Gambar 1.3.4 Transformator Berbeban


Arus beban I2 akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2I2 yang cenderung

menentang fluks ( ) bersama yang telah ada akibat arus. Agar fluks bersama itu
tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I’2, yang
menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2 hingga keseluruhan arus yang
mengalir pada kumparan primer menjadi:
I1 = Io + I’2
Bila rugi besi diabaikan (Ic diabaikan) maka Io = Im
I1 = Im + I’2
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus
kemagnetan Im saja, berlaku hubungan :
N1 Im = N1 I1 – N1 I2
N1 Im = N1 (Im + I’2) – N2 I2
Sehingga :
N1 I’2 = N2 I2
Karena nilai Im dianggap kecil maka I’2 = I1
Jadi N1 I1 = N2 I2

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
N2 I1
Atau = =a
N1 I2
Untuk transformator ideal pada belitan-belitannya tidak ada tahanan, tapi trafo
sebenarnya selalu ada tahanan pada belitan-belitan primer dan sekunder. Akibat dari
tahanan ini, maka timbul jatuh tegangan dalam belitan-belitannya, yaitu:
1. Pada ujung sekunder vektor tegangan V2 lebih kecil daripada EMF induksi
sekunder E2 sebesar I2R2, dimana R2 tahanan belitan sekunder maka V2 = E2
– I2R2.
2. Pada ujung primer vektor tegangan V1 lebih besar daripada EMF induksi E1,
sebesar I1R1, dimana R1 tahanan belitan primer, maka E1 = V1 – I1R1.

Rangakaian Ekivalen
Dalam pembahasan sebelumnya tahanan dan fluks bocor diabaikan. Berikut jika
keduanya tidak diabaikan. Tidak semua fluks yang dihasilkan oleh arus kemagnetan

Im merupakan fluks bersama ( ), sebagian hanya mencakup kumparan primer

( ) atau kumparan sekunder saja ( ). Dalam rangkaian ekuivalen adanya

fluks bocor dan ditunjukkan sebagai reaktansi X1 dan X2 sedangkan


rugi tahanan ditunjukkan dengan R1 dan R2.
Dari model rangkaian, dapat diketahui hubungan penjumlahan vektor:
V1 = E1 + I1R1 + I1X1
E2 = V2 + I1R1 + I2X2
E1 N 1
= =a
E2 N 2
E1 = a E2

Gambar 1.3.5 rangkaian ekivalen

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Hingga E1 = a (I2 ZL + I2 R2 + I2 X2)
Karena
I '2 N2 1
= =
I 2 N 1 a atau I2 = a I’2
Maka E1 = a2I’2 ZL + a2 I’2 R2 + a2 I’2 X2
Dan
V1 = a I’2 ZL + a I’2R2 + a I’2 X2 + I1R1 + I1X1
Persamaan terakhir mengandung pengertian, apabila parameter rangkaian sekunder
dinyatakan dalam harga rangkaian primer, harganya perlu dikalikan dengan faktor a 2.
Sehingga bentuk penyederhanaan rangkaian menjadi:

Gambar1.3.6 rangkaian ekuivalen

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

KONSTANTA TRANSFORMASI DAN TRANSFORMATOR DENGAN


SEKUNDER TERHUBUNG SERI DAN PARALLEL

Transformator

Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan atau


menurunkan tegangan bolak-balik (AC). Transformator terdiri dari 3 komponen
pokok yaitu: kumparan pertama (primer) yang bertindak sebagai input, kumparan
kedua (skunder) yang bertindak sebagai output, dan inti besi yang berfungsi untuk
memperkuat medan magnet yang dihasilkan.

Gambar 1.3.7
Bagian-Bagian Transformator

Prinsip Kerja Transformator


Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut. Ketika Kumparan
primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik
pada kumparan primer menimbulkan medan magnet yang berubah. Medan magnet
yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti besi ke kumparan
sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul ggl induksi.
Efek ini dinamakan induktansi timbal-balik (mutual inductance).
Pada skema transformator di samping, ketika arus listrik dari sumber tegangan
yang mengalir pada kumparan primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
magnet yang dihasilkan akan berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan pada
kumparan sekunder akan berubah polaritasnya. [21]

Gambar 1.3.8
Skema Transformator

Jenis- jenis Transformator

Ada beberapa jenis Trafo yang digunakan dalam sistem kelistrikan untuk
keperluan yang berbeda-beda. Keperluan-keperluan tersebut diantaranya seperti trafo
yang digunakan untuk pembangkit tenaga listrik dan untuk keperluan distribusi dan
transmisi tenaga listrik. Perangkat yang dalam bahasa Inggris disebut
dengan Transformer ini dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa jenis,
diantaranya seperti pengklasifikasian berdasarkan level tegangan, berdasarkan media
atau bahan inti (core) trafo yang digunakan, berdasarkan pengaturan lilitan,
berdasarkan penggunaannya dan juga berdasarkan tempat penggunaannya. [22]
Berikut ini adalah beberapa jenis Trafo berdasarkan masing-masing
pengklasifikasiannya:
1. Jenis-jenis Transformator berdasarkan Level Tegangan
Trafo yang diklasifikasikan berdasarkan level tegangan ini merupakan
trafo yang paling umum dan sering kita gunakan. Pengklasfikasian ini pada

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
dasarnya tergantung pada rasio jumlah gulungan di kumparan Primer dengan
jumlah kumparan Sekundernya. Jenis Trafo berdasarkan Level tegangan ini
diantaranya adalah Trafo Step Up dan Trafo Step Down :
a) Trafo Step Up
Trafo step-up adalah trafo yang berfungsi untuk meningkatkan
level atau level dukungan daya AC dari level rendah ke level yang lebih
tinggi. Komponen tegangan sekunder dikonversi menjadi tegangan
keluaran yang lebih tinggi yang dapat ditingkatkan dengan meningkatkan
kecepatan dalam kumparan sekunder sehingga kecepatan kumparan
primer lebih rendah. Trafo step-up ini digunakan sebagai trafo untuk
menghubungkan generator ke listrik di tegangan listrik.Tegangan
Sekunder sebagai tegangan Output yang lebih tinggi dapat ditingkatkan
dengan cara memperbanyak jumlah lilitan di kumparan sekundernya
daripada jumlah lilitan di kumparan primernya. Pada pembangkit listrik,
Trafo jenis ini digunakan sebagai penghubung trafo generator ke grid.
b) Trafo Step Down
Trafo step-down adalah trafo yang digunakan untuk mengurangi
level tegangan AC dari tinggi ke rendah. Pada tipe transformator ini,
rasio jumlah putaran pada kumparan primer lebih besar daripada
jumlah putaran pada kumparan sekunder.
Transformator step-down digunakan untuk mengubah jaringan
bertegangan rendah yang dapat digunakan untuk peralatan rumah
tangga. Misalnya, untuk mengurangi tingkat tegangan listrik PLN
(220V) ke tingkat tegangan yang dapat diatur dengan perangkat
elektronik rumah.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Gambar 1.3.9 Trafo Step Up dan Trafo Step Down

2. Jenis-jenis Transformator berdasarkan bahan Inti (core) yang Digunakan


Berdasarkan media atau bahan Inti yang digunakan untuk lilitan primer
dan lilitan sekunder, Trafo dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu Trafo
berinti Udara (Air Core) dan Trafo berinti Besi (Iron Core)
a) Trafo berinti Udara (Air Core Transformer)
Pada Trafo yang berinti Udara, Gulungan Primer dan Gulungan
Sekunder dililitkan pada inti berbahan non-magnetik yang biasanya
berbentuk tabung yang berongga. Bahan non-magnetik yang dimaksud
tersebut dapat berupa bahan kertas ataupun karton. Ini artinya, hubungan
hubungan fluks antara gulungan primer dan gulungan sekunder adalah
melalui udara. Tingkat kopling atau induktansi mutual diantara lilitan-
lilitan tersebut lebih kecil dibandingkan dengan Trafo yang berinti besi.
Kerugian Histerisis dan kerugian arus eddy yang biasanya terjadi pada
trafo inti besi dapat dikurangi atau bahkan dapat dihilangkan pada trafo
yang yang berinti udara ini. Trafo inti udara ini biasanya digunakan pada
rangkaian frekuensi tinggi.
b) Trafo berinti Besi (Iron Core Transformer)
Pada Trafo berinti Besi, gulungan primer dan gulungan sekunder
dililitkan pada inti lempengan-lempengan besi tipis yang dilaminasi.
Trafo inti besi memiliki efisiensi yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan trafo yang berinti udara. Hal ini dikarenakan bahan besi
mengandung sifat magnetik dan juga konduktif sehingga mempermudah
jalannya fluks magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik kumparan serta
untuk mengurangi suhu panas yang ditimbulkan. Trafo yang berinti besi
biasanya digunakan pada aplikasi frekuensi rendah.

3. Jenis-jenis Transformator berdasarkan Pengaturan Lilitannya


a) Trafo Otomatis (Auto Transformer)

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Auto Transformer atau Trafo Otomatis adalah Trafo listrik yang
hanya memiliki satu kumparan dimana kumparan primer dan kumparan
sekundernya digabung dalam 1 rangkaian yang terhubung secara fisik
dan magnetis. Pengaturan lilitan ini sangat berbeda dengan Trafo
standar pada umumnya yang terdiri dari dua kumparan atau gulungan
yang ditempatkan pada dua sisi berbeda yaitu kumparan Primer dan
kumparan sekunder.
Trafo Otomatis ini sering digunakan sebagai trafo step up dan
step down yang berfungsi untuk menaikan tegangan maupun
menuruntegangan pada kisaran 100V-110V-120V dan kisaran 220V-
230V-240V bahkan pada kisaran 110V hingga 220V.

4. Jenis-jenis Transformator berdasarkan Penggunaannya


Trafo dapat digunakan untuk melakukan berbagai fungsi sesuai dengan
kebutuhannya. Trafo jenis ini dapat diklasifikasikan menjadi Trafo daya,
trafo distribusi, trafo pengukuran dan trafo proteksi, [23]
a) Trafo Daya (Power Transformer)
Transformator Daya adalah jenis trafo yang berukuran besar dan
digunakan untuk aplikasi transfer daya tinggi yang mencapai hingga 33
Kilo Volt. Trafo daya ini sering digunakan di stasiun pembangkit listrik
dan gardu transmisi. Trafo Daya biasanya memiliki tingkat insulasi
yang tinggi.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Gambar 1.3.10 Trafo Daya


b) Trafo Distribusi (Distribution Transformer)
Trafo Distribusi atau Distribution Transformer digunakan untuk
mendistribusikan energi listrik dari pembangkit listrik ke daerah
perumahan ataupun lokasi industri. Pada dasarnya, Trafo Distribusi ini
mendistribusikan energi listrik pada tegangan rendah yang kurang dari
33 kilo Volt untuk keperluan rumah tangga ataupun industri yang
berada dalam kisaran tegangan 220V hingga 440V. [24]

Gambar 1.3.11 Trafo Distribusi


c) Trafo Pengukuran (Measurement Transformer)
Trafo Pengukuran atau dalam bahasa Inggris disebut dengan
Measurement Transformer atau Instrument Transformer ini digunakan
untuk mengukur kuantitas tegangan, arus listrik dan daya yang biasanya

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
diklasifikasikan menjadi trafo tegangan dan trafo arus listrik dan lain-
lainnya.

Gambar 1.3.12 Trafo Pengukuran


d) Trafo Proteksi (Protection Transformer)
Trafo Proteksi ini digunakan untuk melindungi komponen listrik.
Perbedaan utama antara trafo proteksi dan trafo pengukuran adalah
pada akurasinya. Dimana trafo proteksi harus lebih akurat jika
dibandingkan dengan trafo pengukuran.

Gambar 1.3.13 Trafo Proteksi

5. Jenis-jenis Transformator berdasarkan Tempat Penggunaanya


Penggolongan Trafo berdasarkan tempat penggunaannya ini biasanya
terdiri dari trafo indoor (dalam ruangan) trafo outdoor (luar ruangan). Trafo
Indoor adalah trafo yang harus diletakan di dalam ruangan yang ditutupi
dengan atap seperti trafo-trafo yang digunakan pada industri-industri

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
sedangkan trafo outdoor adalah trafo yang dapat ditempatkan diluar ruangan
seperti trafo distribusi yang ditempatkan di gardu induk dan lain-lainnya.

Transformator 3 fasa pada dasarya merupakan Transformator 1 fase yang telah


disusun menjadi 3 buah dan mempunyai 2 belitan, yaitu belitan primer dan belitan
sekunder. Ada dua metode utama untuk menghubungkan belitan hubungan segitiga
bintang (delta dan Y). Sedangkan pada belitan sekundernya dapat dilayani dengan
segitiga, bintang dan zig-zag (Delta, Y dan Zig-zag). Ada juga hubungan dalam
bentuk khusus yaitu hubungan open-delta (koneksi VV).
Secara umum ada 3 macam jenis hubungan pada transformator tiga phasa yaitu:
a. Hubungan Bintang (Y)
Hubungan bintang artinya hubungan transformator tiga fasa, dimana
ujung-ujung awal atau akhir lilitan disatukan. Titik dimana tempat
penyatuan dari ujung-ujung lilitan merupakan titik netral. Arus
transformator tiga phasa dengan kumparan yang bintang yaitu; IA, IB, IC
masing-masing berbeda 120 ° Transformator tiga phasa hubungan bintang.
b. Hubungan Segitiga / Delta (Δ)
Hubungan segitiga adalah suatu hubungan transformator tiga fasa, dimana
cara penyambungannya adalah ujung akhir lilitan fasa pertama disambung
dengan ujung mula lilitan fasa kedua, akhir fasa kedua dengan ujung mula
fasa ketiga dan akhir fasa ketiga dengan ujung mula fasa pertama.
Transformator tegangan tiga phasa dengan kumparan yang melayani
segitiga yaitu; VA, VB, VC masing-masing berbeda 120 °. Transformator
tiga phasa hubungan segitiga delta.
c. Hubungan Zig-Zag
Transformator zig-zag merupakan transformator dengan tujuan khusus.
Salah satu aplikasinya adalah menyediakan titik netral untuk sistem listrik
yang tidak memiliki titik netral. Pada transformator zig-zag masing-
masing lilitan tiga fasa dibagi menjadi dua bagian dan masing-masing
ditempatkan pada kaki yang berlainan.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Rangkaian ekuivalen transformer
Untuk mempermudah analisis dalam pengujian, rangkaian primer dan sekunder
dibuat menjadi sebuah rangkaian yang disebut rangkaian equivalent. Pada rangkaian
ini rugi tembaga pada sisi sekunder diubah menjadi nilai ekuivalennya dan dilihat
dari arah primer.

Gambar 1.3.14 Rangkaian Ekuivalen Transformator

Karakteristik Transformator
Berdasarkan karakteristiknya transformator bisa dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Keadaan Trafo Tanpa Beban
Bila kumparan primer trafo dihubungkan dengan sumber tegangan V1 yang
sinusoid maka akan mengalir arus primer I0 yang juga sinusoid dan dengan
menganggap belitan N1 reaktif murni, I0 akan tertinggal 90o dari V1 dan fluks sefasa
dengan I0.

Gambar 1.3.15 Keadaan Trafo Tanpa Beban

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks bocor. Arus primer I0 yang
mengalir dalam kenyatannya bukan merupakan arus induktif murni, tapi terdiri atas
komponen :

1. komponen arus pemagnetan

2. komponen arus rugi tembaga

Fluks sinusiod ini akan menghasilkan tegangan induksi E1 (hukum faraday).


Dalam hal ini tegangan induksi E1 mempunyai kebesaran yang sama tetapi
berlawanan arah dengan tegangan sumber V1.

b. Keadaan Trafo Terbeban


Apabila kumparan sekunder dihubungka dengan beban Z1, I2 mengalir pada
kumparan sekunder, di mana I2 = V2/Z1. Arus beban ini kan menimbulkan gaya
gerak magnet (GGM) N2I2 yang cenderung menentang fluks bersama yang telah ada
akibat arus pemagnetan Im.

Gambar 1.3.16 Keadaan Terbeban

Rangkaian Trafo Sekunder Terhubung Seri [25]

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Gambar 1.3.17 Rangkaian Trafo Sekunder Terhubung Seri

Seperti gambar di atas , dua belitan primer bertegangan 120V dihubungkan


bersama-sama secara seri pada supply 240V karena kedua belitan itu identik,
setengah tegangan supply, yaitu 120V, dijatuhkan pada setiap belitan dan arus primer
yang sama mengalir melalui keduanya. Kedua belitan sekunder dengan nilai 12V,
2.5A masing-masing dihubungkan secara seri dengan tegangan terminal sekunder
adalah jumlah dari dua tegangan belitan individu yang menghasilkan 24 Volt

Rangkaian Trafo Sekunder Terhubung Parallel

Gambar 1.3.18 Rangkaian Trafo Sekunder Terhubung Parallel

Di sini kita menjaga agar kedua gulungan primer tetap sama tetapi dua belitan
sekunder sekarang terhubung dalam kombinasi paralel. Seperti sebelumnya, kedua
gulungan sekunder masing-masing memiliki nilai 12V, 2.5A, oleh karena itu
tegangan terminal sekunder akan sama pada 12 Volt tetapi arus bertambah.
Kemudian untuk sekunder terhubung paralel, output dalam contoh kita di atas diberi
peringkat 12 Volts, 5.0 Amps C.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Susunlah rangkaian seperti pada gambar

Gambar 1.4.1 Rangkaian Percobaan Transformasi

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
2. Beri tegangan sumber bolak – balik pada belitan primer
dengan hubungan kumparan primer seperti dalam table data.

Catat hasil pengukuran ke dalam table hasil percobaan.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
PRAKTIKUM I

TRANSFORMATOR
DENGAN SEKUNDER TERHUBUNG SERI DAN PARALEL

1. TUJUAN

Melihat perubahan tegangan keluaran transformator pada saat kumparan


sekundernya terhubung seri dan paralel.

2. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN


 Power supply 189
 Transformator trainer TT 179
 Transformator dissectable TT 179
 Load Unit LU 178
 Kabel penghubung

3. TEORI DASAR
Jika bagian sekunder transformator dihubungkan secara seri atau
dihubungkan secara paralel dan dibebani maka akan terjadi perubahan tegangan
dan arus keluarannya.
Dalam praktikum ini digunakan dua buah kumparan sekunder yang
mempunyai jumlah lilitan yang sama. Pertambahan beban pada suatu saat
menghendaki adanya kerja paralel diantara transformator. Tujuan utama kerja
paralel adalah agar beban yang dipikul sebanding dengan kemampuan kVA
masing – masing transformator, hingga tidak terjadi pembebanan lebih dan
pemanasan lebih.
Dalam menghubungkan sekunder transformator secara paralel yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Jumlah lilitan kumparan sekunder yang akan diparalel harus sama,
jika tidak akan terjadi arus sirkulasi yang mengalir pada kumparan sekunder.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
2. Polaritas tegangannya harus sama agar tidak terjadi pembebanan
lebih pada salah satu kumparan sekundernya.
Bila hal ini tidak dipenuhi, akan terjadi panas pada trafo yang mempunyai
polaritas yang searah dengan arah arus beban.
Perhatikan gambar berikut ini :

60 V 60 V 30Ω

120 V

60 V

Paralel connection

60 V 120 V

120 V

60 V

Seri connection

Gambar 1.3.13 Hubungan Paralel dan Seri

Jika kita berikan tegangan masuk sebesar 120V dipasang beban seperti
pada gambar maka masing-masing sekundernya akan mengalirkan arus sebesar
2A. Pada hubungan paralel tegangan keluarannya sebesar 60V tetapi arus yang
mengalir sebesar 4A. Dan jika sekundernya dihubung secara seri arus yang
mengalir sebesar 2A sedangkan tegangan keluarannya menjadi 120V.
Seperti pada gambar jika kita berikan tegangan pasok sebesar 120 Volt
dipasang beban, maka masing-masing sekundernya mengalirkan arus sebesar 2
Ampere. Pada hubungan secara paralel, tegangan keluarnya sebesar 60 Volt, tetapi
arus yang mengalir sebesar 4 Ampere. Dan jika sekundernya dihubungkan secara
seri, arus yang mengalir sebesar 2 Ampere, sedangkan tegangan keluarannya
menjadi 120 Volt.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Transformator Ideal

Gambar 1.3.14 Transformator Ideal

Transformator ideal adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik. Dalam transformator ideal, tegangan induksi di gulungan
sekunder (V s) adalah sebanding dengan tegangan primer (V p)Jika kumparan
sekunder terpasang ke beban yang memungkinkan arus mengalir, daya semu
diinduksi dari rangkaian primer ke sirkuit sekunder. Mengabaikan kerugian, daya
input jelas harus sama dengan output daya jelas memberikan persamaan trafo
ideal.

Untuk maksud tersebut diperlukan beberapa syarat:


1. Perbandingan tegangan harus sama

Rating tegangan transformator keduanya harus identik, dengan kata lain


perbandingan transformator hendaknya sama. Jika perbandingan tidak sama,
maka teganganinduksi pada kumparan sekunder masing-masing transformator
tidak sama. Perbedaan ini menyebabkan terjadinya arus pusar pada kumparan
sekunder, ketika transformator dibebani. Arus ini menimbulkan panas pada
kumparan tersebut.
2. Polaritas Transformator harus sama

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
3. Tegangan impedansi pada keadaan beban penuh harus sama.

Dari persamaan rangkaian ekuivalen diketahui bahwa:


V1 = Z1 Zek + V’2
Dua Transformator yang diparalelkan dapat digambarkan sebagai berikut:
I1 Total = I1A + I1B
Karena
I1 total = I1A + I1B
Maka untuk keadaan beban penuh:
V1 – V’2 = I1A Z1A = I1B Z1B
I1B Z1B

I1 Total

V1 I2B Z2B
V’2

Gambar 1.3.15 rangkaian ekuivalen

Persamaan diatas mengandung arti, agar transformator membagi beban sesuai


kemampuan KVA-nya, sehingga tegangan impedansi pada keadaan beban penuh,
kedua transformator tersebut harus sama (I1A x Z1A) = I1B x Z1B . dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kedua transformator tersebut mempunyai
impedansi per unit (pu) yang sama.
4. Perbandingan reaktansi terhadap tahanan sebaiknya sama .
jika perbandingan R/X sama, kedua Transformator tersebut akan bekerja
pada faktor kerja yang sama.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

4. PROSEDUR PERCOBAAN

A. HUBUNGAN SERI
1. Susun rangkaian seperti pada gambar 2.4!
2. Hubungkan sekunder transformator secara seri!
3. Buatlah rangkaian dari LU 178 ke TT 179 seperti gambar!
4. Hidupkan power supply dan naikkan tegangan PS 189!
5. Atur switch beban LU 178 sesuai dengan data!
6. Baca V1, I1, V2, I2 dan catat!
7. Matikan switch TT 179 dan PS 189!

Gambar 1.4.2 Rangkaian Percobaan Transformator Dengan Sisi Sekunder


Terhubung Seri

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

B. HUBUNGAN PARALEL
1. Susun rangkaian seperti pada gambar 2.4!
2. Hubungkan sekunder transformator secara paralel!
3. Buatlah rangkaian dari LU 178 ke TT 179 seperti gambar!
4. Hidupkan power supply dan naikkan tegangan PS 189!
5. Atur switch beban LU 178 sesuai dengan data!
6. Baca V1, I1, V2, I2 dan catat!
7. Matikan switch TT 179 dan PS 189.

Gambar 1.4.3 Rangkaian Percobaan Transformator Dengan Sisi Sekunder


Terhubung Paralel

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

DAFTAR PUSTAKA

[21] Azka, Dani, “Pengertian dan Fungsi Transformator Daya,” 2021. [Online].
Available: https://wikielektronika.com/transformator-adalah/ [Accessed: 23-Okt-
2021].

[22] Ardra, “Cara Kerja Generator dan Transformator,” 2019. [Online]. Available:
https://ardra.biz/cara-kerja-generator-dan-transformator/. [Accessed: 23-Okt-
2021].

[23] A. Prayoga and E. M. S, Teknik tenaga listrik, no. 0806365412. 2010.

[24] Sandi SB, “Trafo Paralel dan Trafo Seri,” 2018. [Online]. Available:
https://www.sandielektronik.com/2015/07/trafo-paralel-dan-trafo-seri.html?m=1.
[Accessed: 23-Okt-2021].

[25] D. Sumanto, Terori Transformator. ANDI OFFSET YOGYAKARTA, 1991.

Lab. Mesin-mesin Listrik

Anda mungkin juga menyukai