1. PENDAHULUAN:
Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk mentransformasikan daya atau
energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan
magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Transformator digunakan secara luas,
baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem
tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai, dan ekonomis untuk tiap tiap keperluan
misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik jarak jauh.
Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber tegangan V 1 yang
sinusoid, akan mengalirkan arus primer I o yang juga sinusoide dan dengan menganggap belitan
N1 rewaktif murni, Io akan tertingagal 900 dari V1 (gambar 2). Arus primer I o menimbulkan
fluks (Φ) yang sefasa juga berbentuk sinusoid.
Φ = Φmaks sin ωt
Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi e1 ( Hukum Faraday )
e 1 = - N 1 . d Φ / dt
e1 = - N1. d(Φmaks sin ωt)/dt = -N1.ω.Фmaks.cosωt (tertinggal 90º dari Ф)
harga efektifnya adalah E1 = N1.2 ƒФmaks / 2 = 4.44 n1. ƒФmaks
Pada rangkaian skunder, fluks (Ф) bersama tadi menimbulkan
e1 = - N2. d Φ / dt
e1 = - N2. ω.Фmaks.cosωt
E2 = 4.44 N2. ƒФmaks
E1/E2 = N1/N2
Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N 2I2 yang cenderung menentang
fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan I M. Agar fluks bersama itu tidak
berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I’ 2, yang menentang fluks yang
dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer
menjadi :
I1 = I + I’2
I1 = IM + I’2
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus
pemagnetan IM saja, berlaku hubungan :
N1 IM = N1 I1 – N2 I2
N1 IM = N1 ( I1 – I’2) - N2 I2
Hingga N1 I’2 = N2 I2
Karena nilai IM dianggap kecil maka :
I1 = I’2
Jadi atau
Dalam pembahasan terdahulu kita mengabaikan adanya tahanan dan fluks bocor, Analisa
selanjutnya akan memperhitungkan kedua hal tersebut. Tidak seluruh fluks (Ф) yang dihasilkan
Oleh arus permagnetan IM merupakan Fluks bersama (Ф M), sebagian darinya hanya mencakup
kumparan primer (Φ) atau kumparan sekunder saja (Φ). Dalam model rangkaian (rankaian
ekivalen) yang dipakai untuk menganalisis kerja suatu transformator, adanya fluks bocor . Ф 1
dan Ф2 ditunjukkan sebagai reaktansi X1 dan X2. Sedang rugi tahanan ditunjukan dengan R 1 dan
R2. Dengan demikian ‘model’ rangkaian dapat dituliskan seperti pada gambar 6.
Dalam rangkaian diatas dapat dibuat vektor diagramnya sebagai terlukis pada gambar 7.
E1 / E2 = N1 / N2 = a atau E1 = a E2
E1 = a ( I2ZL + I2R2 + I2X2)
Karena I’2 / I2 = N2 / N1 = a atau I2 = aI’2
Maka E1 = a2 ( I’2ZL + I’2R2 + I’2X2)
Dan V1 = E1 = a ( I2ZL + I2R2 + I2X2) + I1(R1 + X1 )
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 6/51
Untuk memudahkan analisis (perhitungan), model rangkaian tersebut dapat diubah menjadi
seperti dapat dilihat pada gambar 9.
Rc = V2 / P
Dengan demikian, dari pengukuran beban nol dapat diketahui Harga Rc dan XM
Pengaturan =
Dengan mengingat model rangkaian yang telah ada ( dalam hal ini harga sekunder
ditransformasikan ke harga primer ) :
Pengaturan =
Pengaturan =
Contoh 1.
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 9/51
Sehingga
Jadi % pengaturan
Rugi Besi ( Pi )
Rugi besi terdiri dari :
(1) Rugi histerisis, yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak balik pada inti besi, yang dinyatkan
sebagai :
Ph = Kh ƒBmaks watt
Kh = konstanta
Bmaks = fluks maksimum ( weber )
(2) Rugi ‘eddy current’ yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi. Dirumuskan
sebagai :
Pe = Ke ƒBmaks watt
Jadi rugi besi (rugi inti) adalah:
Pi = Ph + Pe
Efisiensi
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 11/51
=
=
R2ek =
Artinya : Untuk beban tertentu . Efisiensi maksimum terjadi ketika rug tembaga = rugi inti.
Perubahan Efisiensi terhadap faktor kerja ( cos ) Beban.
Perubahan Efisiensi terhadap faktor kerja ( cos ) beban dapat dinyatakan sebagai :.
η=1-
η=1-
η=1-
η=1-
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 12/51
Identik dengan 3 buah transformator satu fasa, yang ujung kumparan primer clan sekunder
dapat disambung (dihubungkan) secara bintang (I) atau segi tiga.
Kadang-kadang untuk suatu maksud tertentu sisi sekunder dihubungkan secara zig-zag (Z)
yang mempunyai 6 belitan. Bila tegangan nominal kumparan primer sama dengan tegangan
antara fasa dari sistem sumber, maka kumparan tersebut tersambung secara segi tiga.
Bila tegangan nominal kumparan sekunder sama dengan tegangan antara fase dari sistem
sumber , maka kumparan tersebut tersambung secara segi tiga. Bila tagangan nominal kumparan
sama dengan tegangan antara fasa dengan netral dari sistem sumber, maka kumparan tersebut
tersambung secara bintang.
Bila tegangan nominal kumparan sekunder sama dengan tegangan antara fasa dengan netral dari system
sumber maka kumparan-kumparan..tersebut tersambung secara bintang.
Gambar hubungan bintang dapat dilukiskan demikian.
U V W
Ternyata bahwa veltor diagramnya sama, kecuali urutan tegangan induksi e1, e2, dan e3,
bergeser 120° . E1 , E2 dan E3 masing-masing adalah tegangan-tegangan jepitan dari belitan
primer 1, 2 dan 3 pada gambar diatas.
E1 =E13 ; E2= E1 , dan= E 3 = El2 sedang gambar b:
E1 = E12 ; E2 = E13 dan E3 =El1
Pada hubungan segi tiga ini ujung akhir dari telitan satu dihubungkan dengan ujung awal belitan
berikutnya. Pada hubung bintang , titik netral merupakan hubungan dari ujung akhir atau ujung
akhir dari tiga belitan. Pada kenyataanya hubunganya adalah :
Apabila sisi sekunder ujung-ujung belitanya dihubungkan seperti diatas, maka disebut hubungan
bintang. Bila pada sisi primer dihubungkan dengan sistem tegangan 3 fasa, maka pada belitan
primer akan timbul tegangan-tegangan induksi pada setiap bilitanya. Tegangan induksi ini akan
berlawanan dengan tegangan jepitannya. Oleh kama belitan primer dan sekunder mempunyai
arah polaritet (cara melilit) yang sama maka pada belitan sekunder akan timbul tegangan induksi
yang arahnya sama dengan tegangan induksi belitan primer. Sedang tegangan jepitan sekunder
beban nol besar-arahnya sama dengan tegangan induksi sekunder.
Dengan demikian hubungan trafo diatas dapat digambarkan sebagai berikut :
keterangan :
U, V, W atau E1 ;E2 ;E 3 sama dengan tegangan jepitan tiap phasa belitan primer.
e1; e2: ; e3 samia dengan tegangan induksi primer tiap phasa.
2e1 ; 2e2 ; 2e3 sama dengan tegangan induksi sekunder setiap phasa.
X; Y; Z atau 2E1 ; 2E2 ; 2E3 sama dengan tagangan jepitan tiap phasa belitan sekunder
(pada beban nol arah dan besarnya sama dengan tegangan induksinya ).
Berdasarkan perbedaan sudut (letak) antara tegangan jepitan primer dengan tegangan
jepitan sekunder (yang dihubung keluar) dari setiap phasa, maka hubungan trafo tiga phasa
dibagi menjadi golongan atau group.
Group tersebut dinyatakan dalam penunjukan jam, dengan anggapan :
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 17/51
Sisi primer = Sisi tegangan tinggi = jarum panjang sisi sekunder = Sisi tegangan rendah =
jarum pendek.
Dengan demikian trafo diatas mempunyai veldor group Y y 6 yang artinya : Y = belitan
primer / tegangam tinggi dalam hubungan bintang.
Sedangkan bila hubungan sisi sekunder tidak teratur maka vektor diagram akan mempunyai
bentuk yang tidak teratur sebagai berikut.
Tulislah tanda-tanda pada hubungan bilitan dan veldor diagram nya !
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 18/51
Hubungan lain :
Pada hubungan segitiga arah jarum ditentukan oleh garis yang menghubungkan antara titik
berat segi tiga dengan masing-masing titik keluamya (X ; Y atau Z ). Apabila vektor primer
dan sekunder kita jadikan satu sehingga titik bintang primer berimpit dengan titik berat
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 19/51
sekunder, maka apabila U - X dianggap jarum panjang dan x - o jarum pendek, akan
menunjuk suatu jam 5:00 atau beda sudut 150°
Cara melukisnva :
1. Buat vektor diagram primer.
2. Buat vektor 2e1 sejajar e1 (karena polaritet sama) disini titik Z dan U berimpit.
3. 2e3 sejajar e3 ; y dan W berimpit.
4. 2e2 sejajar e2; x dan v berimpit.
Vektor group D d 6
Bila u; v dan w.dihubungkan keluar, maka vektor group menjadi D d 11 (gambarkan !!).
Ini sama halnya dengan bila x; y dan z yang dihubung keluar tetapi menganggap y sebagai u,
z sebagai v dan x sebagai w. Hubungan lain lagi yang istimewa dan hampir sama dengan
hubungan bintang disebut : Hubungan zig-zag disingkat dengan : z
Pada hubungan ini mempunyai cin-ciri :
1. Mempunyai titik bintang.
2. setiap phasa mempunyai dua belitan yang identik (N sama, q sama; resistensi dan
reaktansi sama).
Seluruhnya terdapat 6 belitan.
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 21/51
2. Bila tegangan induksi dalam phasa tegangan tinggi U - X dalam arah dari U ke X suatu
saat yang sama arahnya dari u ke x. ini menunjukan bahwa polaritetnya adalah a; adiditive
(penjumlahan).
3. Sudut pergeseran dinyatakan dengan jarum jam. Vel.rtor tegangan tinggi menunjuk jam 12
: 00 (00:00) dan vektor tegangan-tegangan rendah sebagai jarum pendek (penunjuk).
Misalnya ; Y d 11 artinya :
a. Sisi tegangan tinggi dalam hubungan bintang.
b. Sisi tegangan rendah dalam hubungan segi tiga/delta.
c. Pergeseran sudut : + 300 atau menunjuk jam 11:00
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 22/51
a =
EL = Ep 3 = ep 3
2 EL = 2 Ep 3 = 2 ep 3
1 Ep = 2 ep.a
1 Ep = 1 Ep.a
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 23/51
2. Keadaan Berbeban :
IL = Ip
2 IL = 2 Ip
Ip =
b) Trafo Hubungan D - D
EL = 1 Ep = 1 ep
2 EL = 2 Ep = 2 ep
1 Ep = 2 Ep. a
1 Ep = 2 Ep. a
2. Keadaan Berbeban
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 24/51
1L = Ip 3
2IL = 2 Ip 3
Ip =
IL 1 = Ip 1 = Ip 3
IL 2 = Ip 2 = Ip 1
IL 3 = Ip 3 = Ip 2
IL1 + IL2 + IL3 = 0
c) Trafo Hubungan D - Y
1 Ep = 2 Ep.a
Iep.a = 2 ep a
2 E L = 2 EP 3
(buktikan) .
Hubungan Y - D
1 Ep = 2 Ep a
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 25/51
1 ep = 2ep a
EL = 1 Ep = 1Ep 3
E1 = 1 Ep3 3
Sehingga
Jadi
W = EL I Cos 3 watt
W keluar = 2 E 2 I Cos 3
Rendemen =
Konstruksi Transformator .
Jenis transformator ( trafo) distribusi.
Trafo yang umum dipergunakan untuk sistem distribusi adalah trafo 3 fasa dan satu fasa
sedangkan trafo tiga fasa merupakan trafo yang paling banyak dipakai hal ini dikarenakan .
1. Untuk daya yang sama tidak memerlukan ruang yang besar.
2. Mempunyai nilai ekonomis.
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 26/51
1. Transformator Konvensional
Trafo konvensional tidak memiliki alat pengaman seperti arester, pengaman beban lebih
sebagai suatu kesatuan unit trafo . namun alat alat pengaman tersebut di sdapat dan
dipasang secara terpisah
Untuk nilai pengenal (rating) yang tidak terlalu besar tipe konvesional adalah dalam
bentuk pasangan tiang , sedang untuk rating yang besar ditempatkan pada gardu distribusi.
Pada gambar terlihat trafo distribusi tipe konvensional yang diperlengkapi dengan terminal
terminalnya.
2. Transformator CSP
Trafo distribusi tipe CSP ini memiliki pengaman sebagai kesatuan unit trafo pengaman
yang terdapat adalah pengaman terhadap gangguan surja petir dan surja hubung ,
pengaman beban lebih dan pengaman hubung singkat.Selai itu trafo ini juga dilengkapi
dengan lampu merah peringatan yang akan menyala bila temperatur kumparan melebihi
batas yang di ijinkan un tuk isolasinya Kondisi ini apabila tidak diambil tindakan dan
temperatu mencapai batas bahaya maka CB ( circuit breaker ) akan bekerja membuka
Apabila diperlukan CB dapat diset pada posiusi darurat untuk melakukan beban lebih
sementara. Dalam gambar terlihat bentuk trafo tipe CSP satu fasa dan alat alat proteksi
i. Tegangan pengenal
j. A.rus pengenal
k. Lambang hubungan
1. Tegangan impendans pada arus pengenal (nilai terukur dan bila perlu,daya acuan).
m. Jenis pendingin. (Bila transformator mempunyai mempunyai cara pendingin keluaran
yang brrbeda dari pengenalnya dapat ditunjukan oleh presentasi daya pengenal, misaLnva
ONAN/ONAP 100 % )
n. Massa keseluruhan.
o. Masa minyak isolasi.
Apabila nilai pengenal transformator lebih dari satu, tergantung dari hubungan yang
berbedabeda,dengan desain mengikuti kekususanya, nilai-nilai pengenal perlu ditambahkan
adalah plat pengenal.
Tebal plat ini berkisar antara 0,35 - 0,5 mm, tergantung besar kecilnya fasilitas trafo. untuk
menghindari /mengurangi adanya arus pusar (Eddy, current), maka antara plat satu dengan
yang lainnya diberi semacam lapisan isolasi (vernish) yang tahan terhadap suhu tinggi .
Lapisan ini harus ditekan (press) untuk menghilangkan adanya celah udara antara plat yang
satu dengan yang lainnya yang dapat menimbulkan suara keras pada waktu trafo kerja
(operasi).
Untuk memudahkan pemasangan kumparan (coil) maka penampang inti dibuat berbentuk
bulat dengan susunan sebai gambar dibawah ini.
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 30/51
Kerugian allumunium
a. Titik cair rendah + 657 ° C.
b. Tahanan jenis tinggi 0,0292 Ω - mm2/m
c. Sukar pengerjaanya.
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 32/51
AN : Pendingin alam (natural cooling) oleh sirkulasi udara sekitarnya tanpa alat-alat khusus. Inti
dan kumparan trafo terbuka, tanpa minyak. Sistim ini digunakan untuk trafo-trafo
kecil dan bertegangan rendah, misalnya set-up trafo dirumah-rumah.
AB : Pendinginan oleh air (air blast) langsung yang dihasilkan oleh fan (kipas angin). Sistim
ini juga tidak mengunakan minyak.
ON : Pendingin minyak (oil immerset) disertai pendingin alam (natural cooling). Panas yang
ditimbulkan oleh pada inti dan kumparan diteruskan melalui minyak kedinding trafo
yang kemudian didinginkan oleh udara luar sekitarnya . Keuntungan cara hal ini adalah
bahwa kotoran-kotoran (debu) semua uap air tidak masuk pada inti dan kumparan
maupun minyak trafo. Sistim ini digunakan untuk trafo tenaga yang lebih dari 10 kVA.
OB : Sistim ini adalah sama dengan hembusan sistim ON yang dilengkapi dengan hembusan
angin dari fan pada dinding trafo.
OFN : Pendinginan ini sama dengan sistim ON, tetapi untuk sirkulasi minyaknya melalui
radiator mengunakan suatu cara. Pada sistim ini tidak ada fan.
OFB : Adalah sistim OFN yang dilengkapi hembusan angin dari fan. Digunakan untuk trafo-
trafo yang berkapasitas besar.
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 34/51
ON : Gabungan dari pendinginan minyak dengan pendinginan air sirkulasi pada dinding luar
radiator tanpa fan .
Kenaikan temperatur (suhu) ini didasarkan atas temperatur udara luar atau suhu dari air
pendingin masuk. Harga-harga ini adalah = 25 0 C untuk air dan 40 0 C maximum dengan harga
rata-rata 350 C selama 24 jam untuk udara.
Artinya :
Niaalnva sistim ON dengn klass A : suhu tertinggi dari kamparan yang diperkenankan
adaIah : 400 C + 600C = 1000 C untuk beberapa jam (2-3 jam ) dan 35 0 C + 600 C = 950 C
untuk 24 jam terus menurun.
2.6. KONSTRUKSI DAN BAHAN BUSHING (TIPE INDOOR DAN OUT DOOR )
Bushing sangat menentukan dalam pengambilan tegangan dan pemasukan tegangan pada
tranformator, pada sisi tegangan tinggi bushing harus mempunyai syarat titik tembus. Bahan
utama untuk bushing adalah dari bahan keramik. Dan pada bushing tegangan tinggi biasanya
dilengkapi arcing horn.
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 36/51
1. Minyak Trafo :
2. Radiator
Radiator berfungsi sebagai alat pendingin dari trafo. Minyak trafo yang panas
mempunyai berat jenis yang rendah, sehingga berada dibagian atas ; kemudian masuk
kebagian atas dari pipa radiator. Didalam radiator minyak didinginkan oleh udara luar
atau angin. Minyak turun fdari bagian atas pipa masuk bak trafo bagian bawah (lihat arah
panah gambar didepan). Pada trafo-trafo kecil radiator diganti dengan sirip-sirip (ribbon)
yang fungsinya memperluas permukaan dinding trafo sehingga pendinginan lebih baik /
sempurna
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 38/51
3. Conservator :
Apabila suatu trafo mempunyai beban yang tinggi atau kenaikan suhu udara luar, maka
minyak trafo akan mengembang. Pnegembangan minyak ini diterima oleh Conservator
expansion tank. Udara diatas permukaan minyak didalam conservator terdesak keluar
melalui silingel dan alat pernapasan udara (air breather) apabila minyak trafo dingin,
maka udara dari luar akan masuk melalui alat pernapasan, silica gel dan kembali ke
conservator. Tinggi rendahnya minyak didalam conservator dapat dilihat dalam gelas
pendingin yang menempel pada conservator tersebut.
Untuk menghindari hubungan langsung antara bagian dalam dari trafo dengan udara
luar maka didalam alat pernafasan diberi minyak trafo. Hal ini juga untuk dimaksud
untuk menjaga agar udara yang masuk dari luar tidak mengandung kotoran-kotoran
(debu), uap air dll.
4. Relay Bucholz :
Relay ini merupakan salah satu pengaman trafo (trafo besar) dari :
a. Menurunnya minyak pada conservator akibat kebocoran dsb
b. Panas yang tinggi dari dalam trafo (internal fault)
Relay bucholz dipasang pada trafo-trafo yang mempunyai conservator dan ditempatkan
antara bak dan conservator. Apabila terdapat panas dalam trafo, maka akan timbul
gelembung-gelembung udara. Gelembung-gelembung ini akan menuju conservator,
gelembung-gelebung tersebut akan memenuhi bagian atas dari relay bucholz yang
menyebabkan turunnya bola b1; kontak – C1 menutup dan menyebabkan alam lihat
gambar berikut.
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 39/51
Bila gelembung ini akan timbul terus dan semakin banyak menyebabkan turunnya bola
B2 dan menyebabkan tertutupnya kontak C2 sehinggga saklar utama dari trafo lepas /
membuka. Hal menutupnya kontak C1, dapat juga terdiri apabila minyak dalam
conservator habis dan menurun sampai pada dasar relay bucholz. Pada umumnya bagian
conservator dibuat sedikit lebih tinggi dari lainnya dengan maksud agar supaya
gelembung udara mudah mengalir kearah conservator.
5. Silica gel :
Adalah suatu bahan higroscopis yang dimaksud untuk menyerap uap air dari udara yang
sedang naik pada waktu trafo menjadi dingin (bernafas). Uap air harus dihindarkan sebab
dapat mengakibatkan menurunnya tegangan tembus dari minyak hal ini dapat berakibat
adanya lompatan api (flash over) didalam trafo bahan lain yang dipergunakan selain
silica gel adalah calsium chloride
6. Emergency Release :
Gunanya untuk mengeluarkan tekanan yang besar didalam bak trafo apabila timbul
panas yang tinggi, sehingga tidak mengakibatkan misalnya yang dapat merusak bagian-
bagian lain (bak trafo kembung dan sebagainya). Emergency release (selaput pengaman)
berupa suatu bagian tipis atau kaca yang mudah pecah bila mendapat tekanan tertentu.
7. Tap Changer :
Tap changer atau trap dari trafo adalah merupakan suatu bagian dari trafo yang
digunakan untuk mengatur tegangan di sisi skunder sesuai keinginan..
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 40/51
Nilai-nilai daya pengenal yang lebih disukai dalam SPLN 8° : 1978 IEC 76 – 1 (1976)
seperti dibawah ini sedang yang bertanda * adalah nilai-nilai standar PLN.
200*
25* 250*
5 31,5 315*
6,3 40 400*
8 50* 500*
10 63 500*
12,5 80 630*
16* 100* 630*
20 125 800*
160* 1000*
1250*
1600* dst
Catatan :
Nilai-nilai dalam tabel diatas berlaku bagi transformator fasa tiga dan fasa tunggal. Bagi
transformator fasa tunggal yang akan dipasang pada bangku fasa tiga, nilainya seperti dari nilai-
nilai tercantum dalam tabel diatas.
Pembebanan Transformator :
Pembebanan transformator dilaksanakan sesuai dengan SPLN 17° : 1979 (Publikasi IEC
354.1972) lampiran dan SPL 17 : 1979 masing-masing tentang Pedoman Pembebanan
Transformator Terendam minyak dan Pedoman Penerapannya. Nilai-nilai beban yang tercantum
dalam tabel 1 s/d x dari lampiran A menunjukkan dimungkinkannya pembebanan lebih pada
suhu sekitar dan jangka waktu tertent. Dengan nilai-nilai tersebut transformator dijamin tidak
mengalami susut umur (umur transformator tetap sesuai dengan disain) karena pengaruhnya
dengan isolasi sama dengan transformator yang bekerja pada daya pengenal dan suhu sekitar 20
C, sehingga suhu tidak panas pada lilitan mencapai 98 C. Dengan demikian untuk menguji
pemamfaatan Publikasi IEC 354 (1872 tersebut, maka umur transformator perlu ditetapkan
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 41/51
yaitu selama 20 tahun atau7300 hari, sehingga transformator akan mempunyai susut normal
(normal loss of life) O, 0137 % perhari
Catatan :
Dalam SPLN 17 A ; 1979, lampiran A, sub ayat 2.2. diberikan pengertian dan contoh
perhitungan mengenai susut umur (use of life) sbb :
Dengan dibebaninya transformator pada daya pengenal dan suhu sekitar 20 C, maka
transformator akan mengalami pemburukan isolasi dan karenanya mengalami susut umur yang
normal, sehingga umur transformator sesuai dengan desain, misalnya 30 tahun.
Dibawah ini adalah tabel susut umur sebagai fungsi dari suhu titik panas 0c :
Oc Susut Umur
80
0,125
86
0,25
92
0,5
98
1,0
104
2,0
110
4,0
116
8,0
122
16,0
128
32,0
134
64,0
140
128,0
Contoh 1 :
Transformator dibebani 10 jam pada 0c = 104 C dan 14 jam pada 0c = 86 C. Susut umurnya =
10 x 2 + 14 x 0,25 = 23,5 jam umur selama 24 jam (harian). Karena masih kurang dari 24 jam,
transformator tidak mengalami kenaikan susut umur, sehingga tetap sesuai dengan desain (tabel
1 s/d x )
Contoh 2 :
Transformator dibebani 4 jam pada 0c = 110 (pada beban puncak) dan 20 C jam pada 0c = 90 C.
Susut umurnya = 4 x 4 + 20 x 0,9 ( intrapolasi ) = 24 jam umur, selama 24 jam. Ini juga berarti
mengalami susut umur yang normal tabel 1 s/d x
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 42/51
Contoh 3 :
Transformator dibebani 12 jam pada suhu 0c 104 C dan 12 jam pada 0c = 90 C. Susut umurnya
= 12 = 12 x 2 + 12 x 1 = 36 jam umur, selama 24 jam. Ini berarti susut umurnya normal,
sehingga umurnya menjadi 2/3 x 30 tahun = 20 tahun.
PLN menetapkan nilai maksimum bagi rugi total ( dalam % terhadap daya pengenal), yaitu rugi
besi dan tembaga pada 75 C faktor daya 1,0 dan beban 100 %
Tegangan primer ditetapkan sesuai dengan tegangan nominal sistem pada jaringan
tegangan menengah (JTM) yang berlaku dilingkungan PLN, 6 kv dan 20 kv. Dengan
demikian ada tiga macam transformator yang dibedakan tegangan primernya, yaitu :
Catatan :
Pada sistem distribusi fasa tiga, 4 kawat maka transformator fasa tunggal yang dipasang
tentunya mempunyai tegangan pengenal 20 kV/V3 = 12 kV. Karena SPLN 1 : 1978
menetapkan tegangan nominal sistem 20 kV, maka masih perlu dipasang transformator
fasa tungga dengan tegangan pengenal 12 kV
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 43/51
Tegangan sekunder :
Tegangan sekunder ditetapkan tampa deisesuaikan dengan tegangan nominal sistem pada
jaringan tegangan rendah (JTR) yang berlaku dilingkungan PLN ( 127 & 220 V untuk
sistim fasa tunggal dan 127/220 V dan 220 / 380 V untuk sistem fasa tiga, yaitu : 133 / 231
V dan 231 / 400 V pada kedaaan tampa beban)
Dengan demikian ada empat macam transformator yang dibedakan oleh tegangan
sekundernya, yaitu :
(a). Transformator bertegangan sekunder 133 / 231 V;
(b). Transformator bertegangan sekunder 133 / 400 V;
(c). Transformator bertegangan sekunder 133 / 231 V / 400 V yang dapat digunakan secara
serentak (stimulan)
(d). Transformator bertegangan sekunder 133 / 231 V / 400 V yang digunakan terpisah
Catatan :
Bilamana dipakai tidak serentak maka dengan bertegangan sekunder 231/400 Volt daya
transformator tetap 100 % daya pengenal, sedang dengan tegangan sekunder 133 / 231
Volt dayanya hanya 75 % daya pengenal.
16
* * * * * *
25
* * * * * *
50
* * * * * *
100
* * * * * *
160
* * * * * *
200
* * * * * *
250
* * * * * *
315
* * * * * *
400
* * * * * *
500
* * * * * *
630
* * * * * *
800
+ * + + + +
1000
+ * + + + +
1250
+ * + + + +
1600
+ * + + + +
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 44/51
Keterangan :
Penyadapan :
Ada tiga macam penyadapan tampa beban, yaitu :
(a). Sadapan tampa beban (STB) tiga langkah : 21, 20, 19 kV.
(b). Sadapan tampa beban lima langkah : 22, 21, 20, 19, 18 kV.
(c). Sadapan tampa beban lima langkah : 21; 20,5; 20; 19,5; 19 kV.
Penyadapan dilakukan dengan pemgubah sadapan (komotator) pada keadaan tampa beban
pada sisi primer.
Catatan :
Nilai-nilai tegangan sadapan, khususnya penyadap utama (principle tapping), adalah nilai-
nilai yang beresuaian dengan besaran-besaran pengenal (arus, tegangan ,daya)
sebagaimana didefenisikan dalam publikasi IEC 76 – 1 (1976) sub. Ayat 3, 5, 1, 1.
Tingkat isolasi dasar (TID) bagi transformator distribusi telah ditetapkan dalam SPLN 7 :
1978, yaitu 125 kV
Karateristik Elektris
Tabel berikut ini adalah estándar PLN, kecuali nilai rugi besi dan temabaga, arus beban nol,
efesiensi serta pengaturan tegangan yang hanya merupakan contoh.
Arus sirkulasi merupakan beban tambahan didalam trafo tidak dapat dibebani penuh.
CATATAN :
- Perbeda.an transformasi pada umumnya diperbolehkan tidak melebihi dari 0,5%
- Transformator yang sama memberikan tegangan jepit yang sama pada trfo.
- Perbandingan transformasi dapat berubah karena pengaturan tegangan ( tap changer).
Contoh Trafo I : a = =5
Trafo II : a = = 4,92
Z% = x 100 % Z =
Catatan :
- Prosentasi impedansi yang sama trafo yang bekerja paralel dapat berbeban.
- Pembebanan trafo berbanding berbalik dengan % Z nya.
- Seyogyanya trafo dengan % Z- kecil, dipilih kapasitasnya ( KVA) besar.
- Pada umumnya perbedaan % tidak melebihi 10 %.
12 4 8
0 0 0
A B C
A b c
U U 0
5 9 1
Phase A -jam 12
Phase B -jam 4 A B C
Phase C jam 8 12 4 8
Pada sekunder
Phase a - jarn 5.
Phase -jam 9 a b c
Phase c -jam 1 5 9 1
A B C
0 0 0
3 11 7
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 49/51
- Primer (sisi tegangan tinggi) dalam sambungan berlawanan atau tidak langsung.
Jadi dengan perubahan atau dengan penukaran sambungan terminal salah satu trafo ( dalam hal
T2) pada primernya maka sekunder kedua trafo mempunyai bilangan jam yang sama. T1, dan T2;
Dapat beke;ja paralel.
Catatan :
Beberapa group yang normal
1. Dengan bilangan jam : 0
2.Dengan bilangan jam :6
3.Dengan bilangan jam :5
4.Dengan bilangan jam : 11
Catatan :
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 51/51
Gardu induk 70/30 kV, dengan kapasitas 3 trafo yang bekerja paralel masing-masing dengan :
Trafo I : 30 mVA, prosentasi ini impedansi 15 %
Trafo II : 20 mVa, prosentase ini impedansi 8 %
Trafo III : 20 mVa, prosentase ini impedansi 10 %