Anda di halaman 1dari 51

PT PLN (Persero) II.

JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1


JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 1/51

1. PENDAHULUAN:

Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk mentransformasikan daya atau
energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan
magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Transformator digunakan secara luas,
baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem
tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai, dan ekonomis untuk tiap tiap keperluan
misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya listrik jarak jauh.

Dalam bidang tenga listrik pemakaian transformator dikelompokkan menjadi:


1. Transformator daya.
2. Transformator distribusi.
3. Transformator pengukuran (transformator arus dan transformator tegangan).

Kerja transformator yang berdasarkan induksi-elektromagnet, menghendaki adanya gandengan


magnet antara rangkaian primer dan sekunder. Gandengan magnet ini berupa inti besi tempat
melakukan fluks bersama.
Berdasarkan cara melilitkan kumparan pada inti, dikenal dua macam transformator, yaitu tipe
inti dan tipe cangkang.

Gambar1. Tipe kumparan transformator


PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 2/51

1.1. KEADAAN TRANSFORMATOR TANPA BEBAN.

Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber tegangan V 1 yang
sinusoid, akan mengalirkan arus primer I o yang juga sinusoide dan dengan menganggap belitan
N1 rewaktif murni, Io akan tertingagal 900 dari V1 (gambar 2). Arus primer I o menimbulkan
fluks (Φ) yang sefasa juga berbentuk sinusoid.

Φ = Φmaks sin ωt
Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi e1 ( Hukum Faraday )
e 1 = - N 1 . d Φ / dt
e1 = - N1. d(Φmaks sin ωt)/dt = -N1.ω.Фmaks.cosωt (tertinggal 90º dari Ф)
harga efektifnya adalah E1 = N1.2  ƒФmaks / 2 = 4.44 n1. ƒФmaks
Pada rangkaian skunder, fluks (Ф) bersama tadi menimbulkan

e1 = - N2. d Φ / dt
e1 = - N2. ω.Фmaks.cosωt
E2 = 4.44 N2. ƒФmaks
E1/E2 = N1/N2

Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks bocor,


E1 / E2 = V1 / V2 = N1 / N2 = a.
a = perbandingan transformasi.
Dalam hal ini tegangan induksi E 1 mempunyai kebesaran yang sama tetapi berlawanan arah
dengan tegangan sumber V1.
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 3/51

1.2. ARUS PENGUAT.


Arus primer I yang mengalir pada saat kumparan sekunder tidak dibebani disebut arus penguat.
Dalam kenyataannya arus primer I bukanlah merupakan arus induktif murni,sehingga ia terdiri
atas dua komponen ( Gambar 3 )
(1) Komponen aru pemagnetan IM, yang menghasilkan fluks (Φ). Karena sifat besi yang non
linear ( ingat kurva B-H ) , maka arus pemagnetan IM dan juga fluks (Ф) dalam kenyataannya
tidak berbentuk sinusoid ( Gambar 4 ).
(2) Komponen arus rugi tmbaga Ic, menyatakan daya yang hilang akibat adanya rugi histerisis
dan arus ‘eddy’. Ic sefasa dengan V1, dengan demikian hasil perkalian ( Ic x V 1 ) merupakan
daya (watt) yang hilang.

Gambar 3. Arus penguat. Gambar 4. Pemagnetan.


PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 4/51

1.3. KEADAAN BERBEBAN.


Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban Z1, I2 mengalir pada kumparan

sekunder dimana I2 = dengan 2 = faktor kerja beban.

Gambar 5 . Transformator dalam keadaan berbeban.

Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N 2I2 yang cenderung menentang
fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan I M. Agar fluks bersama itu tidak
berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I’ 2, yang menentang fluks yang
dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer
menjadi :

I1 = I + I’2

Bila rugi besi diabaikan ( Ic diabaikan ) maka I = IM

I1 = IM + I’2

Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus
pemagnetan IM saja, berlaku hubungan :

N1 IM = N1 I1 – N2 I2
N1 IM = N1 ( I1 – I’2) - N2 I2
Hingga N1 I’2 = N2 I2
Karena nilai IM dianggap kecil maka :
I1 = I’2

Jadi  atau

1.4. RANGAKAIAN PENGGANTI.


PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 5/51

Dalam pembahasan terdahulu kita mengabaikan adanya tahanan dan fluks bocor, Analisa
selanjutnya akan memperhitungkan kedua hal tersebut. Tidak seluruh fluks (Ф) yang dihasilkan
Oleh arus permagnetan IM merupakan Fluks bersama (Ф M), sebagian darinya hanya mencakup
kumparan primer (Φ) atau kumparan sekunder saja (Φ). Dalam model rangkaian (rankaian
ekivalen) yang dipakai untuk menganalisis kerja suatu transformator, adanya fluks bocor . Ф 1
dan Ф2 ditunjukkan sebagai reaktansi X1 dan X2. Sedang rugi tahanan ditunjukan dengan R 1 dan
R2. Dengan demikian ‘model’ rangkaian dapat dituliskan seperti pada gambar 6.

Gambar 6. Rangakaian pengganti transformator.

Dalam rangkaian diatas dapat dibuat vektor diagramnya sebagai terlukis pada gambar 7.

Gambar 7. Vektor diagram rangkaian pengganti


Dari model rankaian diatas dapat pula diketahui hubungan penjumlahan vektor :
V1 = E1 + I1R1 + I1X1
E2 = V2 = I2R2 + I2X2

E1 / E2 = N1 / N2 = a atau E1 = a E2
E1 = a ( I2ZL + I2R2 + I2X2)
Karena I’2 / I2 = N2 / N1 = a atau I2 = aI’2
Maka E1 = a2 ( I’2ZL + I’2R2 + I’2X2)
Dan V1 = E1 = a ( I2ZL + I2R2 + I2X2) + I1(R1 + X1 )
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 6/51

Persamaan terakir mengandung pengertian bahwa apabila parameter rangkaian sekunder


dinyatakan dalam harga primer, harganya perlu dikalikan dengan faktor a2 .
Sekarang model rangkaian menjadi sebagi terlihat pada gambar 8.

Gambar 8. Rangkaian pengganti dilihat dari isi primer.

Untuk memudahkan analisis (perhitungan), model rangkaian tersebut dapat diubah menjadi
seperti dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Rangkaian pengganti dilihat dari isi primer.


Vektor diagram rangkaian diatas untuk beban dengan faktor kerja terbelakang dapat dilukiskan
pada gambar 10.

Gambar 10. Vektor diagram rangkaian pengganti.


PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 7/51

1.5. PENENTUAN PARAMETER.


Parameter traformator yang terdapat pada model rangkaian (rangkaian ekivalen) Rc,X M,r,Rek dan
Xek , dapat ditentukan besarnya dengan dua macam pengukuran (test) yaitu pengukuran beban
nol dan pengukuran hubungan singkat.

1.5.1. PENGUKURAN BEBAN NOL.


Dalam keadaan tanpa beban bila kumparan primer dihubungkandengan sumber V1, seperti telah
diterangkan terdahulu maka hanya I yang mengalir. Dari pengukuran daya yang masuk
(P1),arus I dan tegangan V1 akan diperoleh harga

Rc = V2 / P

Z = V1 / I = j (XM Rc ) / (Rc + jXM)

Dengan demikian, dari pengukuran beban nol dapat diketahui Harga Rc dan XM

Gambar 11. Rangkaian pengukuran beban nol.

1.5.2. PENGUKURAN HUBUNG SINGKAT.


Hubung singkat berarti impedansi ZL deiperkecil menjadi nol, sehingga impedansi Zek = Rek +
jXek. Yang membatasi arus. Karena harga Rek dan Xek ini relatif kecil, harus dijaga tegangan
yang masuk (Vhs) cukup kecil sehingga arus yang dihasilkan tidak melebihi arus normal. Harga
I akan relatif kecil jika dibandingkan dengan arus nominal,sehingga pada pengukuran ini dapat
diabaikan.
Dengan mengukur tegangan Vhs, arus Ihs dan daya Phs akan dapat dihitung parameter:
Rek = Phs / ( Ihs )2
Zek = Vhs / Ihs = Rek + jXek
Xek =
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 8/51

Gambar 12. Rangkaian pengukuran hubung singkat.

1.6. PENGATURAN TEGANGAN.


Pengaturan tegangan suatu transformator ialah perubahan tegangan sekunder antara beban nol
dengan beban penuh pada suatu faktor kerja tertentu, dengan tegangan primer konstan.

Pengaturan =

Dengan mengingat model rangkaian yang telah ada ( dalam hal ini harga sekunder
ditransformasikan ke harga primer ) :

Gambar 13. Rangkaian pengganti dilihat dari sisi primer.

Pengaturan =

Dari rangkaian diatas ternyata :


a.V2 tanpa beban = V1
a.V2 beban penuh = harga tegangan nominal ( dalam hal ini tegangan nominal primer ).

Pengaturan =

Contoh 1.
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 9/51

Pengukuran hubungan singkat transformator fasa tunggal 15 Kva yang mempunyai


perbandingan tegangan 2400 V /240 V. f = 50 c/s menghaasilkan data pengukuran sbb:
Arus hubung singkat Ihs = 6.25 A
Tegangan yang dipasang Vhs = 131 V
Daya masuk Phs = 214 W

Hitunglah prosentasi pengaturan untuk beban dengan cos Ф = 0.8 terbelakang.


Pemecahan:

Faktor kerja pada keadaan hubungan singkat =

= = 0,261 tertinggal 74052’

Zek = = 20,96  74º52’ ohm

Rek = 20.90 x cos 74º52’ = 59 ohm


Xek = 20.90 x sin 74º52’ = 19,97 ohm

Sehingga

V1 = 2400(0.8 + j 0.6 ) + 6.25 (5.49 + j 1564.8 )


= 1920 + j 1440 + 34.3 + j 124.8 = 1954.3 + j 1564.8
= 2502.2 volt

Jadi % pengaturan

= {(2502.2 – 2400) / 2400 }x 100 % = 4.26 %

1.7. RUGI DAN EFISIENSI.


PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 10/51

Gambar 14. Rugi rugi pada transformator.


Rugi Tembaga ( Pcu )
Rugi yang disebabkan arus beban mengalir pada kawat tembaga dapat ditulis sbb :
Pcu = I2 R
Karena arus beban berubah ubah , rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban

Rugi Besi ( Pi )
Rugi besi terdiri dari :
(1) Rugi histerisis, yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak balik pada inti besi, yang dinyatkan
sebagai :
Ph = Kh ƒBmaks watt
Kh = konstanta
Bmaks = fluks maksimum ( weber )

(2) Rugi ‘eddy current’ yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi. Dirumuskan
sebagai :
Pe = Ke ƒBmaks watt
Jadi rugi besi (rugi inti) adalah:
Pi = Ph + Pe

Efisiensi
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 11/51

Efisiensi dinyatakan sebagai :

 =

dimana  rugi = Pcu + Pi

Perubahan Efisiensi terhadap beban


Perubahan efisiensi terhadap beban dinyatkan sebagai :

=

Agar  maksimum maka :

R2ek =

Pi = I22 Rek = Pcu

Artinya : Untuk beban tertentu . Efisiensi maksimum terjadi ketika rug tembaga = rugi inti.
Perubahan Efisiensi terhadap faktor kerja ( cos ) Beban.
Perubahan Efisiensi terhadap faktor kerja ( cos ) beban dapat dinyatakan sebagai :.

η=1-

η=1-

bila Σ rugi / V2I2 = X = konstan


maka:

η=1-

η=1-
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 12/51

Gambar 15. Perubahan efisiensi terhadap cos φ beban.


Hubungan antara efisiensi dengan beban pada cos φ yang berbeda-beda dapat dilihat pada
diatas.

1.8. TRANSFORMATOR 3 FASA.


Transformator 3 fasa pada umumnya digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik pada sistem
tegangan 3 fasa (arus bolak-balik). Pada sisi primer dan skunder masing-masing mempunyai
lilitan identik dengan 3 buah transformator satu fasa, yang ujung kumparan primer dan
skunder dapat disambung (dihubungkan) secara bintang (Y) atau segi-tiga (∆).

Identik dengan 3 buah transformator satu fasa, yang ujung kumparan primer clan sekunder
dapat disambung (dihubungkan) secara bintang (I) atau segi tiga.
Kadang-kadang untuk suatu maksud tertentu sisi sekunder dihubungkan secara zig-zag (Z)
yang mempunyai 6 belitan. Bila tegangan nominal kumparan primer sama dengan tegangan
antara fasa dari sistem sumber, maka kumparan tersebut tersambung secara segi tiga.

Gambar 16. Hubungan ∆ - ∆


PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 13/51

Bila tegangan nominal kumparan sekunder sama dengan tegangan antara fase dari sistem
sumber , maka kumparan tersebut tersambung secara segi tiga. Bila tagangan nominal kumparan
sama dengan tegangan antara fasa dengan netral dari sistem sumber, maka kumparan tersebut
tersambung secara bintang.

Gambar 17. Hubungan Y - Y

Bila tegangan nominal kumparan sekunder sama dengan tegangan antara fasa dengan netral dari system
sumber maka kumparan-kumparan..tersebut tersambung secara bintang.
Gambar hubungan bintang dapat dilukiskan demikian.

Gambar 18. Hubungan generator Y dan Transformator Y


PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 14/51

El1 = Eg2 - Eg3


El2 = Eg3 – Eg1
EI3 = Eg1 – Eg2
Gambar 19. Vektor group generator dan group formation.

U V W

U, V, dan W = Ujung permulaan setiap bilitan primer


X, Y, dan Z = Ujung akhir setiap belitan primer
Pada contoh diata sisi primer trafo dihubungkan secara bintang X, Y dan Z dihubungkan
menjadi satu dan disebut titik bintang atau netral . Perbedaan fase antara titik-titik U, V
dan W masing-masing bergeser sebesar 1200.
Masing-masing belitan sisi primer adalah identik , demilciam pula masing-masing belitan
sekunder. Artinya bahvva setiap belitan mempunyai : Jumlah lilitan (N) yang sama,
penampang (q) yang sama tahanan (R) dan reaktansi (X) yang sama serta arah melilit
(polaritet) yang sama pula.
Dengan demikian tegangan induksi yang ditimbulkan oleh masing-masing belitan dari
setiap sisi adalah sama. Tegangan induksi yang ditimbulkan dalam belitan primer
menentang arah dari tegangan jepitan. Jadi tegangan induksi e 1 ; e2 dan e3 menentang arah
E1; E2 dan E3 baik dalam belitan maupun Vektor diagramnya.
Apabila sisi primer dihubungkan segi maka hubungan menjadi sebagai berikut :
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 15/51

Ternyata bahwa veltor diagramnya sama, kecuali urutan tegangan induksi e1, e2, dan e3,
bergeser 120° . E1 , E2 dan E3 masing-masing adalah tegangan-tegangan jepitan dari belitan
primer 1, 2 dan 3 pada gambar diatas.
E1 =E13 ; E2= E1 , dan= E 3 = El2 sedang gambar b:
E1 = E12 ; E2 = E13 dan E3 =El1
Pada hubungan segi tiga ini ujung akhir dari telitan satu dihubungkan dengan ujung awal belitan
berikutnya. Pada hubung bintang , titik netral merupakan hubungan dari ujung akhir atau ujung
akhir dari tiga belitan. Pada kenyataanya hubunganya adalah :

Gambar 23. Hubungan Y – Y


PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 16/51

Apabila sisi sekunder ujung-ujung belitanya dihubungkan seperti diatas, maka disebut hubungan
bintang. Bila pada sisi primer dihubungkan dengan sistem tegangan 3 fasa, maka pada belitan
primer akan timbul tegangan-tegangan induksi pada setiap bilitanya. Tegangan induksi ini akan
berlawanan dengan tegangan jepitannya. Oleh kama belitan primer dan sekunder mempunyai
arah polaritet (cara melilit) yang sama maka pada belitan sekunder akan timbul tegangan induksi
yang arahnya sama dengan tegangan induksi belitan primer. Sedang tegangan jepitan sekunder
beban nol besar-arahnya sama dengan tegangan induksi sekunder.
Dengan demikian hubungan trafo diatas dapat digambarkan sebagai berikut :

keterangan :
U, V, W atau E1 ;E2 ;E 3 sama dengan tegangan jepitan tiap phasa belitan primer.
e1; e2: ; e3 samia dengan tegangan induksi primer tiap phasa.
2e1 ; 2e2 ; 2e3 sama dengan tegangan induksi sekunder setiap phasa.
X; Y; Z atau 2E1 ; 2E2 ; 2E3 sama dengan tagangan jepitan tiap phasa belitan sekunder
(pada beban nol arah dan besarnya sama dengan tegangan induksinya ).
Berdasarkan perbedaan sudut (letak) antara tegangan jepitan primer dengan tegangan
jepitan sekunder (yang dihubung keluar) dari setiap phasa, maka hubungan trafo tiga phasa
dibagi menjadi golongan atau group.
Group tersebut dinyatakan dalam penunjukan jam, dengan anggapan :
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 17/51

Sisi primer = Sisi tegangan tinggi = jarum panjang sisi sekunder = Sisi tegangan rendah =
jarum pendek.
Dengan demikian trafo diatas mempunyai veldor group Y y 6 yang artinya : Y = belitan
primer / tegangam tinggi dalam hubungan bintang.

y = Belitan sekunder/tegangan redah dalam hubungan bintang.


6 = jam 6 atau beda sudut 180'

Apabila hubungan sisi sekunder seperti ini :

Gambar 25. Vektor group

Sedangkan bila hubungan sisi sekunder tidak teratur maka vektor diagram akan mempunyai
bentuk yang tidak teratur sebagai berikut.
Tulislah tanda-tanda pada hubungan bilitan dan veldor diagram nya !
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 18/51

Hubungan lain :

Gambar 27. Hubungan belitan dengan vektornya


Hubungan ini mempunyai vektor group : Y d 5 yaitu sisi primer dihubungkan bintang, sisi
sekunder dihubungkau segi tiga (delta) sedang beda sudutnya adalah 150° atau jam 5.00.
Beda sudut (angular displacement) atau jam ini ditentukan oleh titik-titik masuk dan titik
keluar dari setiap phasa , yaitu : U dengan X, V dengan Y atau W dengan Z.

Pada hubungan segitiga arah jarum ditentukan oleh garis yang menghubungkan antara titik
berat segi tiga dengan masing-masing titik keluamya (X ; Y atau Z ). Apabila vektor primer
dan sekunder kita jadikan satu sehingga titik bintang primer berimpit dengan titik berat
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 19/51

sekunder, maka apabila U - X dianggap jarum panjang dan x - o jarum pendek, akan
menunjuk suatu jam 5:00 atau beda sudut 150°

Cara melukisnva :
1. Buat vektor diagram primer.
2. Buat vektor 2e1 sejajar e1 (karena polaritet sama) disini titik Z dan U berimpit.
3. 2e3 sejajar e3 ; y dan W berimpit.
4. 2e2 sejajar e2; x dan v berimpit.

Pada gambar diatas x; y dan z dihubungkan langsung keluar (beban).


Apabila titik-titik u ;v dan w dihubungkan keluar, maka vektor groupnya menjadi : Y d1
Oleh karna yang menunjuk jam adalah vektor U - X dan u –o.

Gambar 28. Saitibungan dan vektor DY 5


Vektor group adalah : D y 5
Bila x;y dan z sebagai titik bintang dan u ; v dan w dihubungkan keluar, maka akan didapat
vektor group : D y 11 ( gambarkan )
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 20/51

Vektor group D d 6

Gambar 29. Sumber hubungan dan vektor group D d 6

Bila u; v dan w.dihubungkan keluar, maka vektor group menjadi D d 11 (gambarkan !!).
Ini sama halnya dengan bila x; y dan z yang dihubung keluar tetapi menganggap y sebagai u,
z sebagai v dan x sebagai w. Hubungan lain lagi yang istimewa dan hampir sama dengan
hubungan bintang disebut : Hubungan zig-zag disingkat dengan : z
Pada hubungan ini mempunyai cin-ciri :
1. Mempunyai titik bintang.
2. setiap phasa mempunyai dua belitan yang identik (N sama, q sama; resistensi dan
reaktansi sama).
Seluruhnya terdapat 6 belitan.
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 21/51

Vektor group yang banyak dipakai adalah : Yz5 seperti berikut :

Nomenclature ( ketentuan-ketentuan khusus trafo ) :


1. Menurut normalisasi British Standart jepitan-jepitan traf dikeluarkan sejajar pada sisi yang
satu terdapat jepitan-jepitan tengangan tinggi dan pada sisi yang lain terdapat jepitan
tegangan rendah.
Pemberian huruf dari kiri kekanan dengan menghadap pada sisi tegangan tinggi.

Pada sisi tegangan rendah : U-V-W.


Pada sisi tegangan rendah : u-v-w

2. Bila tegangan induksi dalam phasa tegangan tinggi U - X dalam arah dari U ke X suatu
saat yang sama arahnya dari u ke x. ini menunjukan bahwa polaritetnya adalah a; adiditive
(penjumlahan).

3. Sudut pergeseran dinyatakan dengan jarum jam. Vel.rtor tegangan tinggi menunjuk jam 12
: 00 (00:00) dan vektor tegangan-tegangan rendah sebagai jarum pendek (penunjuk).
Misalnya ; Y d 11 artinya :
a. Sisi tegangan tinggi dalam hubungan bintang.
b. Sisi tegangan rendah dalam hubungan segi tiga/delta.
c. Pergeseran sudut : + 300 atau menunjuk jam 11:00
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 22/51

4. Klassifikasi trafo-trafo (menurut VDE)


Grotip 1 ; pergeseran phasa nol (Yy0 ; Dd0 ; Dzo)
Group 2 ; pergeseran phasa 1500 (Dy 5 : Yd 5; Yz 5)
Group 3 ; pergeseran phasa 1800 (Da 6 ; Yy 6; Dz 6)
Group 4 ; pergeseran phase 3300 (Dy..ll,; Yd 11 ; Yz 11)

Arus dan Tegangan pada trafo 3 fasa

A). Trafo hubungan Y-Y

a =

N1 = jumlah lilitan primer per fasa


N2 = jumlah lilitan sekunder per fasa
EL = tegangan line sisi primer
2EL = tegangan line sisi sekunder
1Ep = tegangan jepit tiap lilitan primer
2Ep = tegangan jepitan lilitan sekunder
1ep = tegangan induksi lilitan primer
2ep = tegangan induksi lilitan sekunder

1. Keadaan Beban Nol ; dengan mengabaikan arus nol

EL = Ep  3 = ep  3

2 EL = 2 Ep  3 = 2 ep  3

1 Ep = 2 ep.a

1 Ep = 1 Ep.a
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 23/51

2. Keadaan Berbeban :

IL = Arus Line Primer


2 IL = Arus Line Sekunder
Ip = Arus Primer per fasa
2 Ip = Arus Sekunder per fasa

IL = Ip
2 IL = 2 Ip

Ip =

b) Trafo Hubungan D - D

Gambar trafo hubungan - ( D-D )

1. Keadaan Beban Nol ; dengan mengabaikan arus nol

EL = 1 Ep = 1 ep
2 EL = 2 Ep = 2 ep
1 Ep = 2 Ep. a
1 Ep = 2 Ep. a

2. Keadaan Berbeban
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 24/51

1L = Ip  3
2IL = 2 Ip  3

Ip =

IL 1 = Ip 1 = Ip 3
IL 2 = Ip 2 = Ip 1
IL 3 = Ip 3 = Ip 2
IL1 + IL2 + IL3 = 0

c) Trafo Hubungan D - Y

1 Ep = 2 Ep.a
Iep.a = 2 ep a

2 E L = 2 EP  3

(buktikan) .

Hubungan Y - D

Gambar . Trafo hubungan - Y ( D- Y )

1 Ep = 2 Ep a
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 25/51

1 ep = 2ep a

EL = 1 Ep = 1Ep 3

E1 = 1 Ep3 3

Rugi tembaga primer = 3 Ip2 r1/ fasa


Rugi tembaga sekunder Pj2 = 3.2Ip2 r2/ fasa
Rugi hysterisis : P > H = b 31f Ep

Sehingga

W masuk – (PJ1 + Pj2 + 1 H ) = W keluar

Jadi

Apabila bebannya asymetris

PJI = Ip 1 r1 + 1p2 r2 + Ip3 r3

PJ2 = 2I Ip1. 2 r1 + 2Ip2.2r2 + 2 Ip3 .2r3

Tenaga Trafo 3 fasa

W = EL I Cos   3 watt

W keluar = 2 E 2 I Cos   3

 1= pergeseran fasa antara EL dan IL

 2= pergeseran fasa antara 2EL dan 2 IL

Rendemen =

Konstruksi Transformator .
Jenis transformator ( trafo) distribusi.
Trafo yang umum dipergunakan untuk sistem distribusi adalah trafo 3 fasa dan satu fasa
sedangkan trafo tiga fasa merupakan trafo yang paling banyak dipakai hal ini dikarenakan .
1. Untuk daya yang sama tidak memerlukan ruang yang besar.
2. Mempunyai nilai ekonomis.
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 26/51

3. Pemeliharaan persatuan barang lebih murah dan mudah.

Menurut jenisnya trafo dibedakan :


1. Over head transformer.
2. Underground transformer.

1 . Over head Transformer terdiri dari :


1. Konvensional.
2. CSP ( Completely Self Protection ).

1. Transformator Konvensional
Trafo konvensional tidak memiliki alat pengaman seperti arester, pengaman beban lebih
sebagai suatu kesatuan unit trafo . namun alat alat pengaman tersebut di sdapat dan
dipasang secara terpisah
Untuk nilai pengenal (rating) yang tidak terlalu besar tipe konvesional adalah dalam
bentuk pasangan tiang , sedang untuk rating yang besar ditempatkan pada gardu distribusi.
Pada gambar terlihat trafo distribusi tipe konvensional yang diperlengkapi dengan terminal
terminalnya.

2. Transformator CSP
Trafo distribusi tipe CSP ini memiliki pengaman sebagai kesatuan unit trafo pengaman
yang terdapat adalah pengaman terhadap gangguan surja petir dan surja hubung ,
pengaman beban lebih dan pengaman hubung singkat.Selai itu trafo ini juga dilengkapi
dengan lampu merah peringatan yang akan menyala bila temperatur kumparan melebihi
batas yang di ijinkan un tuk isolasinya Kondisi ini apabila tidak diambil tindakan dan
temperatu mencapai batas bahaya maka CB ( circuit breaker ) akan bekerja membuka
Apabila diperlukan CB dapat diset pada posiusi darurat untuk melakukan beban lebih
sementara. Dalam gambar terlihat bentuk trafo tipe CSP satu fasa dan alat alat proteksi

2.2. KONSTRUKSI UMUM


PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 27/51

Transformator - transformator distribusi tiga fasa terdiri dari bagian-bagian :


Keterangan-keterangan lebih lanjut adalah :
1. Bhusing Primer.
2. Indikator tinggi permukaan minyak.
3. Penapas pengering.
4. Lobang untuk pembukaan.
5. Lobang untuk penarikan.
6. Kran untuk pemasukan/pengeluaran minyak.
7. Pelat nama.
8. Thermometer.
10. Tap trafo (alat untuk merubah tegangan).
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 28/51

Gambar. Konstruksi lengkap transformator.


Name platelpelat pengeaal :
Tiap Transformator harus dilengkapi dengan pelat pengenal, terbuat dari bahan tahan
cuaca, dipasang pada posisi yang mudah dilihat berisikan rincian seperti yang ditunjukan
dibawah ini. Keseluruhan pelat harus bertanda yang tak mudah terhapus (misalnya dengan
memahat, mencetak-cetak ).

Imformasi yang diperlukan


a. Jenis transformator (misalnya: transformator, oto-transformator, transformator penguat dan
sebagainya).
b. Nomor spesifikasi.
c. Nama pabrik.
d. Nomor seri pembuatan
e. Tahun pembuatan
f. JumIah fasa
g. Daya mengenal ( u n t u k transformator belitan banyak, ganda, daya pengenai tiap belitan
harus diberikan, kombinasi pembebanan harus ditunjukan pula, jika tidak pengenal salah
satu belitan merupan jumlah daya pengenal belitan lainnya).
h. Frekuensi pengenal
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 29/51

i. Tegangan pengenal
j. A.rus pengenal
k. Lambang hubungan
1. Tegangan impendans pada arus pengenal (nilai terukur dan bila perlu,daya acuan).
m. Jenis pendingin. (Bila transformator mempunyai mempunyai cara pendingin keluaran
yang brrbeda dari pengenalnya dapat ditunjukan oleh presentasi daya pengenal, misaLnva
ONAN/ONAP 100 % )
n. Massa keseluruhan.
o. Masa minyak isolasi.
Apabila nilai pengenal transformator lebih dari satu, tergantung dari hubungan yang
berbedabeda,dengan desain mengikuti kekususanya, nilai-nilai pengenal perlu ditambahkan
adalah plat pengenal.

2.3. KONSTRUKSI DAN BAHAN INTI


Inti trafo adalah sebagai arus penghantar magnetic (fluks) untuk dapat membentuk rangkaian
arus magnit, sehingga belitan/kumparan (coil) dapat diinduksikan suatu tegangan. Inti
terbentuk dari lapisan-lapisan plat dinamo yang bahanya dibuat dari baja alloy atau baja
silicon yang mempunyai sifat resistansi yang tinggi dan histerisis yang kecil.

Tebal plat ini berkisar antara 0,35 - 0,5 mm, tergantung besar kecilnya fasilitas trafo. untuk
menghindari /mengurangi adanya arus pusar (Eddy, current), maka antara plat satu dengan
yang lainnya diberi semacam lapisan isolasi (vernish) yang tahan terhadap suhu tinggi .
Lapisan ini harus ditekan (press) untuk menghilangkan adanya celah udara antara plat yang
satu dengan yang lainnya yang dapat menimbulkan suara keras pada waktu trafo kerja
(operasi).
Untuk memudahkan pemasangan kumparan (coil) maka penampang inti dibuat berbentuk
bulat dengan susunan sebai gambar dibawah ini.
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 30/51

Gambar : Inti besi transformator

Bahan - bahan untuk inti trafo


1. Low aloy steel : 0.8 s/d 1,8°o silicon
2. Medium aloy steel : 1,8 s/d 2,8°o silicon
3. Medium to high aloy steel : 2,8 s/d 4°o silicon
4. High aloy steel :4 s/d 4,8°o silicon.

Untuk bahan-bahan tersebut mempunyai sifat-sifat :


l.Rugi besi  Normal
2.Rugi besi  Kurang
3.Rugi besi  Kecil
4. Rugi besi  Sangat kecil.

Spiral Core cut `C" core Cut " E ` Core


PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 31/51

Cut' C ° Carz Cut'C° Core SgirsICoTe

Half Cruciform FuII Cruciform F -u l l C r u c i f o r m

Cut °E' Core


Full Cruciform
Gambar. Bentuk inti besi transformator

2.4. K O NST RUK SI DAN BAHAN LILITAN


Kumparan terdiri dari suatu penghantar (Coductor) dan isolasi yang menpunyai tegangan
tembus yang tinggi dan tahan terhadap suhu yang tinggi pula. Konduktor terbuat dari
allumunium. Pada umumnya digunakan tembaga dengan keuntungan-keuntungan :
a. Mempunyai tahanan jenis yang kecil 0,0175 Ω mm2 /m.
b. Kekuatan mekanis yang lebih besar dari allumunium.
c. Tahan terhadap korosi dari atmosfir.
d. Titik cair atau lebur lebih tinggi (1083°C).
e. Mudah pengerjaanya : dibengkokan, diratakan, dibor, dipres, disolder, dilass dsb.

Kerugian allumunium
a. Titik cair rendah + 657 ° C.
b. Tahanan jenis tinggi 0,0292 Ω - mm2/m
c. Sukar pengerjaanya.
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 32/51

Dua macam konstruksi dari kumparan


1. Consentric winding
Kumparan berbentuk silinder , kumparan tegangan rendah diletakkan berdekatan dengan
inti, sedang kumparan tegangan tinggi disebelah luarnya. Antara keduanya terdapat
semacam isolasi kertas bakalit yang tahan terhadap tegangan yang tinggi (kv/cm) dan suhu
yang tinggi. Kumparan tegangan tinggi penampang (q) kecil jumlah lilitan (N)
banyak,isolasi lebih baik. Kumparan tegangan rendah : q besar, N lebih sedikit, isolasi
sesuai dengan tegangan.
2. Sandwich winding
Kumparan tegangan rendah dan kumparan tegangan tinggi dibuat saling menumpuk dan
diarrtaranya terdapat satu isolasi kertas bakelit.

GAMBAR .Bentuk-bentuk winding


PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 33/51

2.5. KONSTRUKSI DAN BAHAN TANGKI PENDINGIN

Transformator berdasarkan cara-cara pendinginanya dapat diklasifikasikan dalam beberapa


macam system pendingin sebagai berikut :

AN : Pendingin alam (natural cooling) oleh sirkulasi udara sekitarnya tanpa alat-alat khusus. Inti
dan kumparan trafo terbuka, tanpa minyak. Sistim ini digunakan untuk trafo-trafo
kecil dan bertegangan rendah, misalnya set-up trafo dirumah-rumah.

AB : Pendinginan oleh air (air blast) langsung yang dihasilkan oleh fan (kipas angin). Sistim
ini juga tidak mengunakan minyak.

ON : Pendingin minyak (oil immerset) disertai pendingin alam (natural cooling). Panas yang
ditimbulkan oleh pada inti dan kumparan diteruskan melalui minyak kedinding trafo
yang kemudian didinginkan oleh udara luar sekitarnya . Keuntungan cara hal ini adalah
bahwa kotoran-kotoran (debu) semua uap air tidak masuk pada inti dan kumparan
maupun minyak trafo. Sistim ini digunakan untuk trafo tenaga yang lebih dari 10 kVA.

OB : Sistim ini adalah sama dengan hembusan sistim ON yang dilengkapi dengan hembusan
angin dari fan pada dinding trafo.

OFN : Pendinginan ini sama dengan sistim ON, tetapi untuk sirkulasi minyaknya melalui
radiator mengunakan suatu cara. Pada sistim ini tidak ada fan.

OFB : Adalah sistim OFN yang dilengkapi hembusan angin dari fan. Digunakan untuk trafo-
trafo yang berkapasitas besar.
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 34/51

ON : Gabungan dari pendinginan minyak dengan pendinginan air sirkulasi pada dinding luar
radiator tanpa fan .

OF : a. Sama d:agan OFB, tetapi tanpa fan.


b. Minyak dialirkan keradiator oleh suatu pompa.
c. Dinding luar radiator didinginkan oleh sirkulai air sebagai penganti fan.
Sistim campuran : Adalah gabungan dari beberapa sistim, misalnya :
ON/OB, ON/OFW ; ON/OB/OFW ; ON/OW/OFW.

KENAIKAN SUHU TRAFO (TEMPERATUR RISE)


Kenaikan suhu dari kumparan, minyak dan inti trafo menurut B.S (British standard) adalah
MACAM KUMPARAN
MINYAK INTI
PENDINGIN CLASS A CLASS B
AN, AB 550C 750C

ON, OB, OW 600C - 500C Sesuai dengan


kumparan yang
OFN, OFB 650 C - 500C terdekat

OFW 700C 600C


PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 35/51

Kenaikan temperatur (suhu) ini didasarkan atas temperatur udara luar atau suhu dari air
pendingin masuk. Harga-harga ini adalah = 25 0 C untuk air dan 40 0 C maximum dengan harga
rata-rata 350 C selama 24 jam untuk udara.
Artinya :
Niaalnva sistim ON dengn klass A : suhu tertinggi dari kamparan yang diperkenankan
adaIah : 400 C + 600C = 1000 C untuk beberapa jam (2-3 jam ) dan 35 0 C + 600 C = 950 C
untuk 24 jam terus menurun.

Gambar. Berapa Sistim Pendingan Pada Transformator

2.6. KONSTRUKSI DAN BAHAN BUSHING (TIPE INDOOR DAN OUT DOOR )
Bushing sangat menentukan dalam pengambilan tegangan dan pemasukan tegangan pada
tranformator, pada sisi tegangan tinggi bushing harus mempunyai syarat titik tembus. Bahan
utama untuk bushing adalah dari bahan keramik. Dan pada bushing tegangan tinggi biasanya
dilengkapi arcing horn.
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 36/51

Beberapa contoh konstruksi bushing.

Gambar . Bentuk (Konstruksi Bushing)

1. Bushing untuk 11 kv (in door)


2. Bushing untuk 11 kv (out door)
3. Bushing untuk 33 kv (out door)
4. Bushing untuk 33 kv untuk cable
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 37/51

2.7. KONSTRUKSI PERALATAN TAMBAHAN

1. Minyak Trafo :

Minyak trafo merupakan bagian yang terpenting dalam trafo

Fungsi minyak trafo :


1. Sebagai bahan isolasi.
2. Sebagai pendingin.
3. Sebagai penghantar panas dari bagian yang panas (coil dan inti) ke dinding bak.

Sifat Dari Minyak Trafo


1. Besar jenis (spesific grafity) = 0,85 – 0,9 gr/cm pada 13,50 C
2. Viscilitas (kekentalan) rendah untuk memudahkan cirkulasi dari bagian yang panas
kebagian yang dingin ; 100 – 110 saybolt second pada 400 C
3. Titik didih tidak kurang dari 1350 C
4. Titik beku tidak lebih dari -450 C
5. Tekanan tembus minyak trafo tidak kurang dari 30 kv/2,5 mm atau 120 kv/cm
6. Coefisien volume (cv ) = 0,069 % per 1o C
7. Titik api (flash point ) = 1800 C – 1900 C
8. Titik nyala (burning point) = 2050 C
9. Kelembaban terhadap uap air (moisture) = nihil

2. Radiator
Radiator berfungsi sebagai alat pendingin dari trafo. Minyak trafo yang panas
mempunyai berat jenis yang rendah, sehingga berada dibagian atas ; kemudian masuk
kebagian atas dari pipa radiator. Didalam radiator minyak didinginkan oleh udara luar
atau angin. Minyak turun fdari bagian atas pipa masuk bak trafo bagian bawah (lihat arah
panah gambar didepan). Pada trafo-trafo kecil radiator diganti dengan sirip-sirip (ribbon)
yang fungsinya memperluas permukaan dinding trafo sehingga pendinginan lebih baik /
sempurna
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 38/51

3. Conservator :
Apabila suatu trafo mempunyai beban yang tinggi atau kenaikan suhu udara luar, maka
minyak trafo akan mengembang. Pnegembangan minyak ini diterima oleh Conservator
expansion tank. Udara diatas permukaan minyak didalam conservator terdesak keluar
melalui silingel dan alat pernapasan udara (air breather) apabila minyak trafo dingin,
maka udara dari luar akan masuk melalui alat pernapasan, silica gel dan kembali ke
conservator. Tinggi rendahnya minyak didalam conservator dapat dilihat dalam gelas
pendingin yang menempel pada conservator tersebut.
Untuk menghindari hubungan langsung antara bagian dalam dari trafo dengan udara
luar maka didalam alat pernafasan diberi minyak trafo. Hal ini juga untuk dimaksud
untuk menjaga agar udara yang masuk dari luar tidak mengandung kotoran-kotoran
(debu), uap air dll.

4. Relay Bucholz :
Relay ini merupakan salah satu pengaman trafo (trafo besar) dari :
a. Menurunnya minyak pada conservator akibat kebocoran dsb
b. Panas yang tinggi dari dalam trafo (internal fault)
Relay bucholz dipasang pada trafo-trafo yang mempunyai conservator dan ditempatkan
antara bak dan conservator. Apabila terdapat panas dalam trafo, maka akan timbul
gelembung-gelembung udara. Gelembung-gelembung ini akan menuju conservator,
gelembung-gelebung tersebut akan memenuhi bagian atas dari relay bucholz yang
menyebabkan turunnya bola b1; kontak – C1 menutup dan menyebabkan alam lihat
gambar berikut.
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 39/51

Bila gelembung ini akan timbul terus dan semakin banyak menyebabkan turunnya bola
B2 dan menyebabkan tertutupnya kontak C2 sehinggga saklar utama dari trafo lepas /
membuka. Hal menutupnya kontak C1, dapat juga terdiri apabila minyak dalam
conservator habis dan menurun sampai pada dasar relay bucholz. Pada umumnya bagian
conservator dibuat sedikit lebih tinggi dari lainnya dengan maksud agar supaya
gelembung udara mudah mengalir kearah conservator.

5. Silica gel :
Adalah suatu bahan higroscopis yang dimaksud untuk menyerap uap air dari udara yang
sedang naik pada waktu trafo menjadi dingin (bernafas). Uap air harus dihindarkan sebab
dapat mengakibatkan menurunnya tegangan tembus dari minyak hal ini dapat berakibat
adanya lompatan api (flash over) didalam trafo bahan lain yang dipergunakan selain
silica gel adalah calsium chloride

6. Emergency Release :
Gunanya untuk mengeluarkan tekanan yang besar didalam bak trafo apabila timbul
panas yang tinggi, sehingga tidak mengakibatkan misalnya yang dapat merusak bagian-
bagian lain (bak trafo kembung dan sebagainya). Emergency release (selaput pengaman)
berupa suatu bagian tipis atau kaca yang mudah pecah bila mendapat tekanan tertentu.

7. Tap Changer :
Tap changer atau trap dari trafo adalah merupakan suatu bagian dari trafo yang
digunakan untuk mengatur tegangan di sisi skunder sesuai keinginan..
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 40/51

3. DAYA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI.

3.3. DAYA PENGENAL.

Nilai-nilai daya pengenal yang lebih disukai dalam SPLN 8° : 1978 IEC 76 – 1 (1976)
seperti dibawah ini sedang yang bertanda * adalah nilai-nilai standar PLN.

kVA KVA KVA

200*
25* 250*
5 31,5 315*
6,3 40 400*
8 50* 500*
10 63 500*
12,5 80 630*
16* 100* 630*
20 125 800*
160* 1000*
1250*
1600* dst

Catatan :
Nilai-nilai dalam tabel diatas berlaku bagi transformator fasa tiga dan fasa tunggal. Bagi
transformator fasa tunggal yang akan dipasang pada bangku fasa tiga, nilainya seperti dari nilai-
nilai tercantum dalam tabel diatas.

Pembebanan Transformator :

Pembebanan transformator dilaksanakan sesuai dengan SPLN 17° : 1979 (Publikasi IEC
354.1972) lampiran dan SPL 17 : 1979 masing-masing tentang Pedoman Pembebanan
Transformator Terendam minyak dan Pedoman Penerapannya. Nilai-nilai beban yang tercantum
dalam tabel 1 s/d x dari lampiran A menunjukkan dimungkinkannya pembebanan lebih pada
suhu sekitar dan jangka waktu tertent. Dengan nilai-nilai tersebut transformator dijamin tidak
mengalami susut umur (umur transformator tetap sesuai dengan disain) karena pengaruhnya
dengan isolasi sama dengan transformator yang bekerja pada daya pengenal dan suhu sekitar 20
C, sehingga suhu tidak panas pada lilitan mencapai 98 C. Dengan demikian untuk menguji
pemamfaatan Publikasi IEC 354 (1872 tersebut, maka umur transformator perlu ditetapkan
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 41/51

yaitu selama 20 tahun atau7300 hari, sehingga transformator akan mempunyai susut normal
(normal loss of life) O, 0137 % perhari

Catatan :
Dalam SPLN 17 A ; 1979, lampiran A, sub ayat 2.2. diberikan pengertian dan contoh
perhitungan mengenai susut umur (use of life) sbb :
Dengan dibebaninya transformator pada daya pengenal dan suhu sekitar 20 C, maka
transformator akan mengalami pemburukan isolasi dan karenanya mengalami susut umur yang
normal, sehingga umur transformator sesuai dengan desain, misalnya 30 tahun.
Dibawah ini adalah tabel susut umur sebagai fungsi dari suhu titik panas 0c :

Oc Susut Umur

80
0,125
86
0,25
92
0,5
98
1,0
104
2,0
110
4,0
116
8,0
122
16,0
128
32,0
134
64,0
140
128,0

Contoh 1 :
Transformator dibebani 10 jam pada 0c = 104 C dan 14 jam pada 0c = 86 C. Susut umurnya =
10 x 2 + 14 x 0,25 = 23,5 jam umur selama 24 jam (harian). Karena masih kurang dari 24 jam,
transformator tidak mengalami kenaikan susut umur, sehingga tetap sesuai dengan desain (tabel
1 s/d x )

Contoh 2 :
Transformator dibebani 4 jam pada 0c = 110 (pada beban puncak) dan 20 C jam pada 0c = 90 C.
Susut umurnya = 4 x 4 + 20 x 0,9 ( intrapolasi ) = 24 jam umur, selama 24 jam. Ini juga berarti
mengalami susut umur yang normal tabel 1 s/d x
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 42/51

Contoh 3 :
Transformator dibebani 12 jam pada suhu 0c 104 C dan 12 jam pada 0c = 90 C. Susut umurnya
= 12 = 12 x 2 + 12 x 1 = 36 jam umur, selama 24 jam. Ini berarti susut umurnya normal,
sehingga umurnya menjadi 2/3 x 30 tahun = 20 tahun.

PLN menetapkan nilai maksimum bagi rugi total ( dalam % terhadap daya pengenal), yaitu rugi
besi dan tembaga pada 75 C faktor daya 1,0 dan beban 100 %

Tabel-Rugi total maximum


Fasa Tunggal Fasa Tiga
25 50 50 100 160 200 250 315 400 500 630 800 1000
2,21 1,75 1250 1600
2,2 2,07 1,76 1,71 1,56 1,48 1,37 1,32 1,24 1,52 1,44
1,42 1,33

3.2. TEGANGAN PENGENAL DAN PENYADAPNYA (TEGANGAN PRIMER).

Tegangan primer ditetapkan sesuai dengan tegangan nominal sistem pada jaringan
tegangan menengah (JTM) yang berlaku dilingkungan PLN, 6 kv dan 20 kv. Dengan
demikian ada tiga macam transformator yang dibedakan tegangan primernya, yaitu :

a). Transformator bertegangan primer 6 kv ;


b). Transformator bertegangan primer 20 kv
c). Transformator bertegangan primer 6 kv dan 20 kv, yang dapat dipindahkan dengan
sebuah pemindahan tegangan (komutator). Transformator bertegangan ganda ini
dibuat dengan kapasitas 100 kVA sampai dengan 630 kVA

Catatan :
Pada sistem distribusi fasa tiga, 4 kawat maka transformator fasa tunggal yang dipasang
tentunya mempunyai tegangan pengenal 20 kV/V3 = 12 kV. Karena SPLN 1 : 1978
menetapkan tegangan nominal sistem 20 kV, maka masih perlu dipasang transformator
fasa tungga dengan tegangan pengenal 12 kV
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 43/51

Tegangan sekunder :

Tegangan sekunder ditetapkan tampa deisesuaikan dengan tegangan nominal sistem pada
jaringan tegangan rendah (JTR) yang berlaku dilingkungan PLN ( 127 & 220 V untuk
sistim fasa tunggal dan 127/220 V dan 220 / 380 V untuk sistem fasa tiga, yaitu : 133 / 231
V dan 231 / 400 V pada kedaaan tampa beban)

Dengan demikian ada empat macam transformator yang dibedakan oleh tegangan
sekundernya, yaitu :
(a). Transformator bertegangan sekunder 133 / 231 V;
(b). Transformator bertegangan sekunder 133 / 400 V;
(c). Transformator bertegangan sekunder 133 / 231 V / 400 V yang dapat digunakan secara
serentak (stimulan)
(d). Transformator bertegangan sekunder 133 / 231 V / 400 V yang digunakan terpisah

Catatan :
Bilamana dipakai tidak serentak maka dengan bertegangan sekunder 231/400 Volt daya
transformator tetap 100 % daya pengenal, sedang dengan tegangan sekunder 133 / 231
Volt dayanya hanya 75 % daya pengenal.

Tabel-Komposisi Sistem Tegangan


Daya
TP/TS1+ TS 2TP / TS 2TP/TS1+
Pengenal ITP/TS 1 ITP/TS 2 2TP/TS 1
2 2 Ts2
KVA

16
* * * * * *
25
* * * * * *
50
* * * * * *
100
* * * * * *
160
* * * * * *
200
* * * * * *
250
* * * * * *
315
* * * * * *
400
* * * * * *
500
* * * * * *
630
* * * * * *
800
+ * + + + +
1000
+ * + + + +
1250
+ * + + + +
1600
+ * + + + +
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 44/51

Keterangan :

1 TP : Tegangan Primer Tunggal


2 TP : Tegangan Primer Ganda
TS 1 : Tegangan Sekunder 133/231 V
TS 2 : Tegangan Sekunder 231/400V
TS 1 + TS 2 : Tegangan Sekunder Ganda Dapat Bekerja Ganda
 : Dinyatakan Sebagai Standar Dilingkungan PLN
+ : Belum standar, dipesan sesuai kebutuhan

Penyadapan :
Ada tiga macam penyadapan tampa beban, yaitu :
(a). Sadapan tampa beban (STB) tiga langkah : 21, 20, 19 kV.
(b). Sadapan tampa beban lima langkah : 22, 21, 20, 19, 18 kV.
(c). Sadapan tampa beban lima langkah : 21; 20,5; 20; 19,5; 19 kV.

Penyadapan dilakukan dengan pemgubah sadapan (komotator) pada keadaan tampa beban
pada sisi primer.

Catatan :

Nilai-nilai tegangan sadapan, khususnya penyadap utama (principle tapping), adalah nilai-
nilai yang beresuaian dengan besaran-besaran pengenal (arus, tegangan ,daya)
sebagaimana didefenisikan dalam publikasi IEC 76 – 1 (1976) sub. Ayat 3, 5, 1, 1.

3.3. KELOMPOK VEKTOR


Kelompok vektor
Ada tiga macam transformator yang dibedakan oleh kelompok vektornya dan titik
netralnya yaitu :
1. Kelompok vektor Y, yn 5
Dipakai pada transformator berka[asitas sampai dengan 250 kVA
Catatan : zn berarti titik netralnya dikeluarkan
2. Kelompok vektor D, yn 5
Dipakai pada transformator berkapasitas 200 kVA sampai dengan 1600 kVA
Sisi sekunder bertegangan ganda 133 / 231 / 400 V yang bekerja serentak
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 45/51

3. Kelompok vektor Y, zn 5 dan Y, yn 6


Kedua vektor ini terdapat pada sebuah transformator bertegangan sekunder ganda yang
bekerja tidak serentak, dipakai pada transformator berkapasitas sampai dengan 250
kVA untuk keperluan jaringan distribusi.
Pada umumnya ; diatas 250 kVA sampai dengan 630 kVA hanya dibuat untuk
keperluan jaringan yang sesuai dengan kapasitas serta kelompok vektor dan tegangan
sekunder ganda tersebut. Kelompok vektor Y, yn 6 dipakai pada tegangan sekunder 133
/ 231 V

3.4. TINGKAT ISOLASI DASAR

Tingkat isolasi dasar (TID) bagi transformator distribusi telah ditetapkan dalam SPLN 7 :
1978, yaitu 125 kV

Karateristik Elektris
Tabel berikut ini adalah estándar PLN, kecuali nilai rugi besi dan temabaga, arus beban nol,
efesiensi serta pengaturan tegangan yang hanya merupakan contoh.

4. KERJA PERALEL TRANSFORMATOR


4.1. Pengertian Kerja Paralel
Hubungan paralel dua buah trafo sering dilakukan yaitu apabila tenaga yang ditransformsilkan
lebih besar dari pada kapasitas (kemampuan) dari suatu trafo yang sudah terpasang, sehingga
diperIuhan sebuah trafo yang lain. Sebagai contoh, apabila kita ingin menyalurikan tenaga
sebesar 1000 KVA melalui sebuah trafo yang kapasitasnya hanya 500 KVA, maka diperlukan
sebuah trafo lain yang dihubungkan paralel dengan trafo yang sudah ada.
Pengertian hubungan paralel dua buah trafo disebut paralel apabila tegangan primer dua buah
trafo berasal dari suatu tegangan yang sama (sumber yang sama) sehingga sisi sekunder trafo
dihubungkan satu dengan lain.
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 46/51

4.2. Syarat Kerja Paralel.


4.2.1. Perbadingan transformasi kedua trafo tersebut harus sama. Perbandingan transformator.
a =Ehe .P:/Eph .S.
Tegangan primer dan masing-masing trafo pada gambar adalah IE, dan 2E2 adalah sama
besarnya apabila sisi sehelum sekumder kita hubungkan dengan saklar S, kita ukur tegangan
induksi sekunder masing-masing trafo (beban nol) dengan hasil yang sama maka berarti
perbandingan transformasi kedua trafo adalah sama, demikian pula sebaliknya bila kedua trafo
mempunyai tegangan induksi sekunder tidak sama, berarti perbandingan transformasi trafo tidak
sama.
Dalam hal yang pertama ( a sama ) maka bila kedua trafo dihubungkan paralel (sisi primer dan
sekunder) maka dalam keadaan beban nol maupun berbeban pada kedua sisi sekunder tidak akan
mengalir arus sirkulasi Is. Sebalikmya apabila kedua trafo mempunyai perbandingan
transformasi tidak sama , maka pada keadaan paralel pada sisi sekunder kedua trafo akan
mengaIir suatu arus sirkulasi yang akan mempengaruhi sisi primer juga.

Trafo Da1am Keadaan Beban Nol


- Tegangan phasa pada sisi sekunder trafo 1. T1,
- Tegangan phasa pada sisi sekunder trafo 11 .T2.
Kalau perbandingan ttansformator T1, dan T2 sama, maka :
Eph.T1 =Eph.T2  Eph.T1 = Eph.T2 = O  E=0

maka arus sirkulasi (Is) = =0A

Arus sirkulasi merupakan beban tambahan didalam trafo tidak dapat dibebani penuh.

CATATAN :
- Perbeda.an transformasi pada umumnya diperbolehkan tidak melebihi dari 0,5%
- Transformator yang sama memberikan tegangan jepit yang sama pada trfo.
- Perbandingan transformasi dapat berubah karena pengaturan tegangan ( tap changer).

Contoh Trafo I : a = =5

Trafo II : a = = 4,92

Perbedaan 5 – 4,92 = 0,08


PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 47/51

= x 100 % = 1,6 % lebih besar dari 0,5 %

4.2.2. Prosentasi impedansi ( % Z ) sama.

Z% = x 100 %  Z =

I = Arus beban penuh (sekunder dihubung singkat) .


Z = Impedansi sekunder.
V = Tegangan jepitan pada sisi sekunder beban trafo penuh (sekunder dihubung singkat dan
primer diberi tegangan sedemikian sehingga pada sekunder mengalir arus beban penuh).
Jadi Z %= Hilang tegangan ( drop voltage) pada impedansi trafo.

Catatan :
- Prosentasi impedansi yang sama trafo yang bekerja paralel dapat berbeban.
- Pembebanan trafo berbanding berbalik dengan % Z nya.
- Seyogyanya trafo dengan % Z- kecil, dipilih kapasitasnya ( KVA) besar.
- Pada umumnya perbedaan % tidak melebihi 10 %.

4.2.3. Perbandingan daya tidak dibebani.


Misalkan perbandingan daya 1 : 3 begitu pula % Z nya, maka kalau beroperasi paralel, trafo
yang berkapasitas besar.hanya memberi 1/3 dari kapasitasnya sendiri.Jadi trafo yang
berkapasitas besar, dalam hal ini akan memberikan efisiensi yang terlalu rendah.

4.2.4. Vek-tor group yang sama.


Vektor group yang sama memudahkan untuk meayambung terminal trafo (terminal phasa a
trafo dihubungkan dengan rel a). Hubungan kumparan primer dan sekunder tegangan
tinggi. Y-Y, Y-D, D-Y, D-D,

Beda umumnya digardu induk Y – D5


Simbol vekor group Y – D 5
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 48/51

- Phasa A primer (normal) dibuatJdigambar menunjuk angka 12. Atau 0


- Phasa a n (+a) + (-c)
- Phasa c n (+c) + (-a)

12 4 8
0 0 0
A B C

A b c
U U 0
5 9 1

- Untuk primer dalasn sambungan Iangsung ( sambungan nominal ) yaitu :

Phase A -jam 12
Phase B -jam 4 A B C
Phase C jam 8 12 4 8

Pada sekunder
Phase a - jarn 5.
Phase -jam 9 a b c
Phase c -jam 1 5 9 1

- Untuk primer dalam sambungan tidak langsung ( berlawanan) yaitu :


Phase A -jam 8
Phase B -jam 4 A B C
Phase C -jam 12 8 4 12

Maka pada sekunder :


Phasa a – jam 3
Phasa8b -jam 11 4a b c 12
0 0 0
Phasa c -jam 7 3 11 7
A B C

A B C
0 0 0
3 11 7
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 49/51

4.2.5. CARA : MENYAMBUNG TERMINAL TRAFO .


- Untuk bilangan jam yang sama.
- Primer ( sisi tegangan tinggi) dalam sambungan langsung.

- Primer (sisi tegangan tinggi) dalam sambungan berlawanan atau tidak langsung.

Dibawah ini primer T1 disambung langsung, tetapi T2 disambung berlawanan.


PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 50/51

Jadi dengan perubahan atau dengan penukaran sambungan terminal salah satu trafo ( dalam hal
T2) pada primernya maka sekunder kedua trafo mempunyai bilangan jam yang sama. T1, dan T2;
Dapat beke;ja paralel.

4.2.6. PEMERIKSAAN TEGANGAIN PARALEL


Kedua sisi tegangan trafo sudah masuk rel, tetapi dalam keadaan beban nol, sisi tegangan rendah
diukur Va-a = 0, Vb – b = 0, Vc-c = 0
Maka kedua trafo dapat disambung paralel.

Catatan :
Beberapa group yang normal
1. Dengan bilangan jam : 0
2.Dengan bilangan jam :6
3.Dengan bilangan jam :5
4.Dengan bilangan jam : 11

- Pada vektor dengan, berputaran waktu.adalah sesuai dengan jam


- Bilangan Jam trafo tidak berubah /groupnya tidak berubah.
- Jepitan-jepitan trafo dilihat dari paralel tegangan tinggi diberi tanda dari kiri kekanan, huruf
besar pada sisi tegangan tinggi dan huruf kecil pada sisi tengah rendah.

Catatan :
PT PLN (Persero) II. JARINGAN DISTRIBUSI PRAJABATAN D1
JASDIK 8. TRANSFORMATOR HAL - 51/51

Gardu induk 70/30 kV, dengan kapasitas 3 trafo yang bekerja paralel masing-masing dengan :
Trafo I : 30 mVA, prosentasi ini impedansi 15 %
Trafo II : 20 mVa, prosentase ini impedansi 8 %
Trafo III : 20 mVa, prosentase ini impedansi 10 %

Trafo II behan penuh


Beban penuh trafo I : 8/15 X 30 mVA = 16 MVA
Beban penuh trafo II : 8/8 X 20 mVA = 20 MVA
Beban penuh trafo III: 8/10 X 20 mVA = 16 MVA
Beban penuh gardu. 52 MVA

Anda mungkin juga menyukai