Kegiatan Pembelajaran
Kumparan primer diberi tegangan, dan ini akan menimbulkan arus sinusiode. arus
tersebut menyebabkan terjadi medan magnet pada inti magnet yang disebut flux yang
juga berbentuk sinusiode. pada kumparan sekunder yang mendapat perubahan flux
dari inti, yang disebut induksi akan timbul gerak gaya listrik (ggl) yang bentuknya
juga sinusiode. Ggl sekunder hampir terlambat 1800 terhadap tegangan primer.
Φ
Φ
i0
V1 N2 N2 i0
E1 E2
V1 E1
(a) (b)
Φ = Φmaks sin ωt
Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi e1 ( Hukum Faraday )
e 1 = - N 1 . d Φ / dt
e1 = - N1. d(Φmaks sin ωt)/dt = -N1.ω.Фmaks.cosωt (tertinggal 90º dari
Ф)
Arus primer I yang mengalir pada saat kumparan sekunder tidak dibebani disebut
arus penguat. Dalam kenyataannya arus primer I bukanlah merupakan arus induktif
murni,sehingga ia terdiri atas dua komponen.
(1) Komponen aru pemagnetan IM, yang menghasilkan fluks (Φ). Karena sifat besi
yang non linear ( ingat kurva B-H ) , maka arus pemagnetan IM dan juga fluks (Ф)
dalam kenyataannya tidak berbentuk sinusoid ( Gambar 4.6 ).
(2) Komponen arus rugi tmbaga Ic, menyatakan daya yang hilang akibat adanya rugi
histerisis dan arus ‘eddy’. Ic sefasa dengan V1, dengan demikian hasil perkalian ( Ic
x V1 ) merupakan daya (watt) yang hilang.
i0 i2
V1 N2 N2
E1 E2 Z1 V2
I1 = I + I’2
I1 = IM + I’2
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus
pemagnetan IM saja, berlaku hubungan :
N 1 IM = N 1 I1 – N 2 I2
N1 IM = N1 ( I1 – I’2) - N2 I2
Hingga N1 I’2 = N2 I2
Karena nilai IM dianggap kecil maka :
I1 = I’2
Jadi atau
Dalam pembahasan sebelumnya kita mengabaikan adanya tahanan dan fluks bocor,
Analisa selanjutnya akan memperhitungkan kedua hal tersebut. Tidak seluruh fluks
(Ф) yang dihasilkan
Oleh arus permagnetan IM merupakan Fluks bersama (Ф M), sebagian darinya hanya
mencakup kumparan primer (Φ) atau kumparan sekunder saja (Φ). Dalam model
rangkaian (rankaian ekivalen) yang dipakai untuk menganalisis kerja suatu
transformator, adanya fluks bocor . Ф1 dan Ф2 ditunjukkan sebagai reaktansi X1 dan
R1 X1 i1 i2 R2 X2
i0
RC IM XM V1 E2 ZL V2
V1 IC
N1 N2
i1
i1R1 i0 iC
iM
i’2
E1 E2
i1.X1 i2X1
Φ
i2 V2
V1 i2R2
Dari model rankaian diatas dapat pula diketahui hubungan penjumlahan vektor :
V1 = E1 + I1R1 + I1X1
E2 = V2 = I2R2 + I2X2
i0
RC IM XM a2ZL aV2
V1 IC
i0
V1 RC IM XM a2ZL aV2
IC
i1
i2’a2R2
i0 iC
i2’R1 aV2 i2’ iM
i2’a2X1 Φ
i2’X1
Dengan demikian, dari pengukuran beban nol dapat diketahui Harga Rc dan XM
A W
i0
V
RC XM
Hubung singkat berarti impedansi ZL deiperkecil menjadi nol, sehingga impedansi Zek
= Rek + jXek. Yang membatasi arus. Karena harga Rek dan Xek ini relatif kecil, harus
dijaga tegangan yang masuk (Vhs) cukup kecil sehingga arus yang dihasilkan tidak
melebihi arus normal. Harga I akan relatif kecil jika dibandingkan dengan arus
nominal,sehingga pada pengukuran ini dapat diabaikan.
Dengan mengukur tegangan Vhs, arus Ihs dan daya Phs akan dapat dihitung parameter:
Rek = Phs / ( Ihs )2
Zek = Vhs / Ihs = Rek + jXek
Rek Xek
A W
V A
ihs
Pengaturan =
Dengan mengingat model rangkaian yang telah ada ( dalam hal ini harga sekunder
ditransformasikan ke harga primer ) :
i0
V1 RC IM XM a2ZL aV2
IC
Pengaturan =
Rugi Rugi
Tembaga Tembaga
Output
SUMBER KUMPARAN FLUKS KUMPARAN
PRIMER BERSAMA SKUNDER
Fluks
bocor
Rugi besi
Histeresis,
Eddy current
(2) Rugi ‘eddy current’ yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.
Dirumuskan sebagai :
Pe = Ke ƒBmaks watt
Jadi rugi besi (rugi inti) adalah:
Pi = Ph + Pe
Efisiensi
Efisiensi dinyatakan sebagai :
=
=
R2ek =
η=1-
η=1-
η=1-
η=1-
0,99
0,98
1,0 PF
0,97 0,8 PF
0,6 PF
0,96
0 0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 pu Beban