Anda di halaman 1dari 17

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


UNIVERSITAS BUNG HATTA
TATAP MUKA 4,5

1. Agar mahasiswa memahami prinsip kerja


Learning Objectives (LO) trafo, konstruksi trafo, karakteristik
Operasi trafo, rangkaian ekivalen trafo,
kerja Paralel Trafo, Trafo 1 fase, serta
menganalisis besaran transformator.
2. Agar mahasiswa mampu menyelesaikan
berbagai bentuk persamaan besaran
transformator

Time Line 4.Operasi Transformator 1 Phasa.


4.1. Analisis rangkaian ekivalen trafo.
4.2. Keadaan transformator tanpa beban.
4.3. Arus penguat
4.4. Keadaan berbeban
4.5. Penentuan parameter Transformator.
4.6. Pengaturan tegangan Transformator
4.7. Rugi-rugi dan Effisiensi Transformator.

Kegiatan Pembelajaran

4.1. Analisa Rangkain Ekivalen Transformator

Rangkaian magnetik Transformator.


Trafo merupakan seperangkat peralatan statis yang berdasarkan prinsip
elektromagnetik, mentranspormasikan tegangan dan arus bolak balik diantara kedua
belitan atau lebih pada frekwensi yang sama dan pada nilai arus dan tegangan yang
berbeda. konstruksi utama dari trafo terdiri dari kumparan primer, kumparan
sekunder dan inti.

Mesin Elektrik II Berbasis SCL 29


Gambar 4.1. Rangkaian magnetik
“ a ” lebih besar dari 1, berarti fungsi trafo untuk menaikkan tegangan (step up) dan
“ a “ lebih kecil dari 1, berarti fungsi trafo untuk menurunkan tegangan (step down).
perbandingan transformasi teoritis dan praktis dianggap sama, tetapi sebenarnya ada
perbedaan, karena tidak semua flux primer melewati kumparan sekunder, dan itu
disebut flux bocor.

Gambar 4.2. Prilaku fluksi pada rangkauan magnetik

FL1 = Flux bocor pada kumparan primer.


FL2 = Flux bocor pada kumparan sekunder.
trafo dapat digunakan untuk menaikkan dan menurunkan tegangan. turun atau
naiknya tegangan pada sisi sekunder tergantung pada perbandingan jumlah lilitan
kumparan. bila jumlah lilitan kumparan pada sekunder = N2, pada primer = N1,
tegangan pada kumparan primer = V1, maka pada sisi sekunder timbul ggl.
Dengan rumus persamaan V1 : V2 = N1 : N2.

Mesin Elektrik II Berbasis SCL 30


Gambar 4.3. Variabel pada rangkaian magnetik

Perbandingan antara belitan sekunder dan belitan primer disebut dengan


perbandingan transformasi :

Kumparan primer diberi tegangan, dan ini akan menimbulkan arus sinusiode. arus
tersebut menyebabkan terjadi medan magnet pada inti magnet yang disebut flux yang
juga berbentuk sinusiode. pada kumparan sekunder yang mendapat perubahan flux
dari inti, yang disebut induksi akan timbul gerak gaya listrik (ggl) yang bentuknya
juga sinusiode. Ggl sekunder hampir terlambat 1800 terhadap tegangan primer.

FL1 menimbulkan X1 dan FL2 menimbulkan X2, kumparan primer mempunyai


tahanan R1 dan kumparan sekunder mempunyai tahanan R2. sehingga rangkaiannya.

Mesin Elektrik II Berbasis SCL 31


Gambar 4.4 Bentuk rangkaian Ekivalen Transformator
4.2.Keadaan transformator tanpa beban.

Φ
Φ
i0

V1 N2 N2 i0
E1 E2
V1 E1

(a) (b)

Gambar 4.5.Transformator tanpa beban

Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber tegangan V 1


yang sinusoid, akan mengalirkan arus primer Io yang juga sinusoide dan dengan
menganggap belitan N1 rewaktif murni, Io akan tertingagal 900 dari V1 (gambar 4.5).
Arus primer Io menimbulkan fluks (Φ) yang sefasa juga berbentuk sinusoid.

Φ = Φmaks sin ωt
Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi e1 ( Hukum Faraday )
e 1 = - N 1 . d Φ / dt
e1 = - N1. d(Φmaks sin ωt)/dt = -N1.ω.Фmaks.cosωt (tertinggal 90º dari
Ф)

Mesin Elektrik II Berbasis SCL 32


harga efektifnya adalah E1 = N1.2  ƒФmaks / 2 = 4.44 n1. ƒФmaks
Pada rangkaian skunder, fluks (Ф) bersama tadi menimbulkan
e1 = - N2. d Φ / dt
e1 = - N2. ω.Фmaks.cosωt
E2 = 4.44 N2. ƒФmaks
E1/E2 = N1/N2
Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks bocor,
E1 / E2 = V1 / V2 = N1 / N2 = a.
a = perbandingan transformasi.
Dalam hal ini tegangan induksi E1 mempunyai kebesaran yang sama tetapi
berlawanan arah dengan tegangan sumber V1.

4.3. Arus penguat

Arus primer I yang mengalir pada saat kumparan sekunder tidak dibebani disebut
arus penguat. Dalam kenyataannya arus primer I bukanlah merupakan arus induktif
murni,sehingga ia terdiri atas dua komponen.
(1) Komponen aru pemagnetan IM, yang menghasilkan fluks (Φ). Karena sifat besi
yang non linear ( ingat kurva B-H ) , maka arus pemagnetan IM dan juga fluks (Ф)
dalam kenyataannya tidak berbentuk sinusoid ( Gambar 4.6 ).
(2) Komponen arus rugi tmbaga Ic, menyatakan daya yang hilang akibat adanya rugi
histerisis dan arus ‘eddy’. Ic sefasa dengan V1, dengan demikian hasil perkalian ( Ic
x V1 ) merupakan daya (watt) yang hilang.

Mesin Elektrik II Berbasis SCL 33


Gambar 4.6. Rangkaian inti dan bentuk gelombang

4.4. Keadaan berbeban


Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban Z1, I2 mengalir pada

kumparan sekunder dimana I2 = dengan 2 = faktor kerja beban.

i0 i2

V1 N2 N2
E1 E2 Z1 V2

Gambar 4.7 . Transformator dalam keadaan berbeban.

Mesin Elektrik II Berbasis SCL 34


Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N 2I2 yang cenderung
menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan I M. Agar fluks
bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I’ 2,
yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga keseluruhan arus
yang mengalir pada kumparan primer menjadi :

I1 = I + I’2

Bila rugi besi diabaikan ( Ic diabaikan ) maka I = IM

I1 = IM + I’2

Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus
pemagnetan IM saja, berlaku hubungan :

N 1 IM = N 1 I1 – N 2 I2
N1 IM = N1 ( I1 – I’2) - N2 I2
Hingga N1 I’2 = N2 I2
Karena nilai IM dianggap kecil maka :
I1 = I’2

Jadi  atau

Dalam pembahasan sebelumnya kita mengabaikan adanya tahanan dan fluks bocor,
Analisa selanjutnya akan memperhitungkan kedua hal tersebut. Tidak seluruh fluks
(Ф) yang dihasilkan
Oleh arus permagnetan IM merupakan Fluks bersama (Ф M), sebagian darinya hanya
mencakup kumparan primer (Φ) atau kumparan sekunder saja (Φ). Dalam model
rangkaian (rankaian ekivalen) yang dipakai untuk menganalisis kerja suatu
transformator, adanya fluks bocor . Ф1 dan Ф2 ditunjukkan sebagai reaktansi X1 dan

Mesin Elektrik II Berbasis SCL 35


X2. Sedang rugi tahanan ditunjukan dengan R1 dan R2. Dengan demikian ‘model’
rangkaian dapat dituliskan seperti pada gambar 4.8.

R1 X1 i1 i2 R2 X2

i0

RC IM XM V1 E2 ZL V2
V1 IC

N1 N2

Gambar 4.8. Rangakaian pengganti transformator.


Dalam rangkaian diatas dapat dibuat vektor diagramnya sebagai terlukis pada gambar
4.9.

i1
i1R1 i0 iC
iM
i’2
E1 E2
i1.X1 i2X1
Φ
i2 V2
V1 i2R2

Gambar 4.9. Vektor diagram rangkaian pengganti

Dari model rankaian diatas dapat pula diketahui hubungan penjumlahan vektor :

V1 = E1 + I1R1 + I1X1
E2 = V2 = I2R2 + I2X2

Mesin Elektrik II Berbasis SCL 36


E1 / E2 = N1 / N2 = a atau E1 = a E2
E1 = a ( I2ZL + I2R2 + I2X2)

Karena I’2 / I2 = N2 / N1 = a atau I2 = aI’2


Maka E1 = a2 ( I’2ZL + I’2R2 + I’2X2)
Dan V1 = E1 = a ( I2ZL + I2R2 + I2X2) + I1(R1 + X1 )

Persamaan terakir mengandung pengertian bahwa apabila parameter rangkaian


sekunder dinyatakan dalam harga primer, harganya perlu dikalikan dengan faktor a2 .

Sekarang model rangkaian menjadi sebagi terlihat pada gambar 4.10.

R1 X1 i1 a2R2 a2X2 i’2

i0

RC IM XM a2ZL aV2
V1 IC

Gambar 4.10. Rangkaian pengganti dilihat dari isi primer.

Untuk memudahkan analisis (perhitungan), model rangkaian tersebut dapat diubah


menjadi seperti dapat dilihat pada gambar 4.11.

Mesin Elektrik II Berbasis SCL 37


i1 R1 X1 a2R2 a2X2 i’2

i0

V1 RC IM XM a2ZL aV2
IC

Gambar 4.11. Rangkaian pengganti dilihat dari sisi primer.


Vektor diagram rangkaian diatas untuk beban dengan faktor kerja terbelakang dapat
dilukiskan pada gambar 4.12.

i1
i2’a2R2
i0 iC
i2’R1 aV2 i2’ iM
i2’a2X1 Φ
i2’X1

Gambar 4.12. Vektor diagram rangkaian pengganti.

4.5. Penentuan parameter Transformator.

Parameter traformator yang terdapat pada model rangkaian (rangkaian ekivalen)


Rc,XM,r,Rek dan Xek , dapat ditentukan besarnya dengan dua macam pengukuran (test)
yaitu pengukuran beban nol dan pengukuran hubungan singkat.

Mesin Elektrik II Berbasis SCL 38


4.5.1.Pengukuran beban nol transformator.

Dalam keadaan tanpa beban bila kumparan primer dihubungkandengan sumber V 1,


seperti telah diterangkan terdahulu maka hanya I  yang mengalir. Dari pengukuran
daya yang masuk (P1),arus I dan tegangan V1 akan diperoleh harga
Rc = V2 / P

Z = V1 / I = j (XM Rc ) / (Rc + jXM)

Dengan demikian, dari pengukuran beban nol dapat diketahui Harga Rc dan XM

A W
i0

V
RC XM

Gambar 4.13. Rangkaian pengukuran beban nol.

4.5.2. Pengukuran hubung singkat Transformator

Hubung singkat berarti impedansi ZL deiperkecil menjadi nol, sehingga impedansi Zek
= Rek + jXek. Yang membatasi arus. Karena harga Rek dan Xek ini relatif kecil, harus
dijaga tegangan yang masuk (Vhs) cukup kecil sehingga arus yang dihasilkan tidak
melebihi arus normal. Harga I akan relatif kecil jika dibandingkan dengan arus
nominal,sehingga pada pengukuran ini dapat diabaikan.
Dengan mengukur tegangan Vhs, arus Ihs dan daya Phs akan dapat dihitung parameter:
Rek = Phs / ( Ihs )2
Zek = Vhs / Ihs = Rek + jXek

Mesin Elektrik II Berbasis SCL 39


Xek =

Rek Xek
A W

V A
ihs

Gambar 4.14. Rangkaian pengukuran hubung singkat.

4.6. Pengaturan tegangan Transformator


Pengaturan tegangan suatu transformator ialah perubahan tegangan sekunder antara
beban nol
dengan beban penuh pada suatu faktor kerja tertentu, dengan tegangan primer
konstan.

Pengaturan =

Dengan mengingat model rangkaian yang telah ada ( dalam hal ini harga sekunder
ditransformasikan ke harga primer ) :

i1 R1 X1 a2R2 a2X2 i’2

i0

V1 RC IM XM a2ZL aV2
IC

Gambar 4.15. Rangkaian pengganti dilihat dari sisi primer.

Mesin Elektrik II Berbasis SCL 40


Pengaturan =

Dari rangkaian diatas ternyata :


a.V2 tanpa beban = V1
a.V2 beban penuh = harga tegangan nominal ( dalam hal ini tegangan nominal primer ).

Pengaturan =

4.7.Rugi-rugi dan Effisiensi Transformator.

Rugi Rugi
Tembaga Tembaga

Output
SUMBER KUMPARAN FLUKS KUMPARAN
PRIMER BERSAMA SKUNDER

Fluks
bocor
Rugi besi
Histeresis,
Eddy current

Gambar 4.16. Rugi rugi pada transformator.


Rugi Tembaga ( Pcu )
Rugi yang disebabkan arus beban mengalir pada kawat tembaga dapat ditulis sbb :
Pcu = I2 R
Karena arus beban berubah ubah , rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada
beban.
Rugi Besi ( Pi )
Rugi besi terdiri dari :
(1) Rugi histerisis, yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak balik pada inti besi, yang
dinyatkan sebagai :

Mesin Elektrik II Berbasis SCL 41


Ph = Kh ƒBmaks watt
Kh = konstanta
Bmaks = fluks maksimum ( weber )

(2) Rugi ‘eddy current’ yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.
Dirumuskan sebagai :
Pe = Ke ƒBmaks watt
Jadi rugi besi (rugi inti) adalah:
Pi = Ph + Pe
Efisiensi
Efisiensi dinyatakan sebagai :

 =

dimana  rugi = Pcu + Pi

Perubahan Efisiensi terhadap beban


Perubahan efisiensi terhadap beban dinyatkan sebagai :

=

Agar  maksimum maka :

R2ek =

Pi = I22 Rek = Pcu

Mesin Elektrik II Berbasis SCL 42


Artinya : Untuk beban tertentu . Efisiensi maksimum terjadi ketika rug tembaga =
rugi inti.
Perubahan Efisiensi terhadap faktor kerja ( cos ) Beban.
Perubahan Efisiensi terhadap faktor kerja ( cos ) beban dapat dinyatakan sebagai :.

η=1-

η=1-

bila Σ rugi / V2I2 = X = konstan


maka:

η=1-

η=1-

0,99

0,98
1,0 PF

0,97 0,8 PF

0,6 PF
0,96
0 0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 pu Beban

Gambar 4.17 . Perubahan efisiensi terhadap cos φ beban.


Hubungan antara efisiensi dengan beban pada cos φ yang berbeda-beda dapat
dilihat pada diatas.

Mesin Elektrik II Berbasis SCL 43


Mesin Elektrik II Berbasis SCL 44
Mesin Elektrik II Berbasis SCL 45

Anda mungkin juga menyukai