Anda di halaman 1dari 66

BAB I

TRANSFORMATOR SATU PHASA

I.1 Tujuan Percobaan

1. Mempelajari prinsip kerja transformator berdasarkan hukum faraday


2. Menentukan parameter parameter transformator
3. Menentukan polaritas transformator 1 phasa
4. Menentukan perbandingan belitan transformator 1 phasa
5. Menentukan regulasi transformator 1 phasa

I.2 Teori Dasar

Transformator adalah suatu alat listik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listik
(menaikan atau menurunkan tegangan) dari satu rangkaian atau lebih kerangkaian listrik yang
lain melalui gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi magnet.transformator pada
umumnya banyak dipergunakan untuk sistem tenaga listrik maupun rangkaian elektronika.
Transformator terbagi atas dua bagian, yaitu transformator satu fasa dan tiga fasa.
Transormator satu fasa terdiri dari dua kumparan primer dan kumparan sekunder. Kumparan
primer adalah kumparan kumparan yang dihubungkan dengan sumber listrik, sedangkan
kumparan sekunder adalah kumparan yang dihubungkan dengan beban listrik. Transformator
tiga fasa adalah transformator yang memiliki tiga buah transformator satu fasa yang identik
dapat dihubungkan, sehingga ketika gulungan dengan tegangan nominal dihubungkan ∆ dan
ketika gulungan dengan tegangan nominal yang lain dihubungkan dengan Y ataupun
sebaliknya. Teori untuk transformer tiga fasa dengan teori untuk transformer satu fasa.

Dalam pemakaian listrik transformator dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Transformator penaikan tegangan (step-up) atau disebut transformator daya, untuk


menaikan tegangan pembangkit menjadi tenaga transmisi.
2. Transformator penurun tegangan (step-down) dapat disebut transformator distribusi,
untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi.
3. Transformator instrument yang berfungsi untuk pengukuran, yang terdiri dari
transformator tegangan (PT) dan transformator arus (CT).

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
1
Dalam sistem tenaga listrik transformator digunaka untuk memindahkan energi dari suatu
rangkaian listrik kerangkaian listrik lainya tanpa mengubah frekuensi. Biasanya dapat
menaikan dan menurunkan tegangan maupun arus sehingga memungkinkan transmisi extra
tinggi.

I.3 Prinsip Kerja

Prinsip kerja pemindahan tenaga listrik pada transformator berdasarkan kepada teori Alicell
faraday,yang dikenal dengan industri elekromagnetik. Dalam percobaan faraday, dijelaskan
pada sebuah inti besi lunak yang tertutup belitan yang dinamakan belitan primer dan belitan
sekunder. Belitan primer ini dihubungkan dengan sekunder listrik sehingga menimbulkan gaya
gerak listrik (GGL) yang mengakibatkan sekunder timbul energi listrik.
S

Y
E

Gambar. Percobaan faraday

x1 H1
Lo
E1 E2
N1 N2
V1 Vp Vs v2

x2 H2

Gambar. Transformator satu fasa

Bila besi belitan X1, X2 dihubungkan dengan sumber tegangan bolak balik (AC) sebesar
V1=Vp, maka fluks bolak balik akan dibangkitkan pada inti sebesar mm atau sebesar mw.
Fluks sebesar mm = mw akan melingkar melingkar dan menghubungkan kawat primer dengan
belitan kawat sekunder serta menghasilkan tegangan industri (EMF = GGL) baik E2 = Es dan
menghasilkan persamaan beikut :

E1 = Ep = 4,44 x f x Np x mm x 10 (volt) atau

E1 = Ep = 4,44 x f x Np x mm (volt)

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
2
E2 = Es = 4,44 x f x Np x mm x10 (volt) atau

E2 = Es = 4,44 x f xNp x mm (volt)

Dimana :

E1 = Tegangan industri

F = Frekuensi

Np = Jumlah belitan

Ø = fluks magnet

Untuk transformator ideal diatas berlaku bersamaan sebagai berikut :

V1 = EP = Vp = Ep dan V2 = E2 = Vs = Es

I.4 Konstruksi
Konstuksi transformator terbagi atas dua bagian, yaitu :

1. Konstuksi inti (core)

Inti trafo dibuat dari bahan plat tipis yang disusun berlapis lapis menjadi tumpukan
ukuran tebal tertentu. Inti trafo terdiri atas inti trafo tertutup, trafo mantol dan trafo
bundar.
2. Konstruksi cangkang / shell

Konstruksi shell trafo terdiri dari trafo model inti, trafo model shell dan trafo model
shell terdistribusi.

I.5 Transformator tanpa beban

Dalam keadaan tanpa beban arus yang mengalir pada transformator dibutuhkan untuk

membangkitkan fluks, namun demikian tidak seluruh arus ini bersifat induktif karena inti

dari transformator tersebut mempunyai tahanan Rc yang menunjukan adanya rugi pada inti

tersebut. Demikian arus eksitasi, terdiri dari dua komponen,yaitu :

1. Komponen arus menghasilkan fluksi magnetik adalah lm, sedangkan fluksi magnetik
dapat diwakili Xm.
2. Komponen arus lc yang menyatakan daya yang hilang akibat rugi rugi pada inti.

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
3
Dari uraian diatas, maka rangkaian pengganti dan diagram vektor arus transformator
dalam keadaan tanpa beban sebagai berikut :
fluks

Lo
LC LM
Lo LM
V1 Rc XM

V1 E1
Lc

I.6 Rangkaian ekivalen transformator

Rangkaian ekivalen transformator satu fasa dapat digambarkan sebagai berikut :

X1
R1 X2
I1 I2

R3

Lc Lo
E1
V1

V2
E2

Rc XM

Gambar. Rangkaian ekivalen trafo tanpa beban

Arus beban nol disimulasikan oleh induktansi (Xo) dengan arus magnetasi (lm) dan reaktansi
induktif (Ro) dengan komponen arus (lc) yang dipararel pada rangkaian primer. Untuk
membuat perhitungan maka rangkaian trafo pada gambar diatas harus diubah menjadi
rangkaian ekivalen tegangan dan arus serta impedansi dari kedua sisi disatukan kesalahan satu
sisi, bisa kesisi primer ataupun kesisi sekunder.bila rangkaian sekunder ditransfer atau
dipindahkan kesisi primer maka besaran tegangan, arus dan impedansinya harus dirubah
sebagai berikut :

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
4
X1 X2
I1 I2

R1 Lo R2

Ic IM

Rc XM
V1

Gambar. Rangkaian ekivalen trafo dilihat dari sisi primer

Perubahan harga besaran tersebut diatas akan mengikuti persamaan sebagai berikut :
 R 2 = a2 R 2
 X2 = a2 V2
 I2 = I2 /a
 E2 = a E2 E1
 V2 = a2 V2
 ZL = a2 ZL

Dimana :

a = perbandingan belitan primer perdetik

harga tegangan, arus dan impedansi sisi sekunder yang telah disesuaikan dengan
mempengunakan persamaan diatas, berarti besaran besaran komponen disisi sekunder telah
ditransfer kesisi primer dari gambar diatas menjadi gambar rangkaian ekivalen sebenarnya dari
trafo sebagai berikut :

X1 X2
I1 I2

R1 Lo R2

Ic IM

aV2
Rc XM n²Z1
V1

Gambar. Rangkaian ekivalen trafo dengan rangkaian magnetasi di belakang R1 X1

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
5
Dan dapat disederhanakan lagi menjadi :
X1 a²X2
I1 I2

Lo R1 a²R2

Ic IM

aV2
Rc XM n²Z1
V1

Gambar. Rangkaian ekivalen trafo dengan rangkaian magnetasi didepan R1 X1

Dimana :

Xek = X1 + a2 X2

Rek = X1 + a2 R2
L2 = 12 /a V2 = a. V2

I.7 Menentukan parameter rangkaian pengganti

Rangkaian transformator, yaitu Rc, Xm, Rek dan Xek dapat ditentukan besarnya dengan

dua macam pengukuran sebagai berikut :

a. Pengukuran tanpa beban


Pada pengukuran ini kumparan sekunder tanpa beban dan sisi primer dihubungkan dengan
tegangan nominal transformator. Ada beban nol, daya yang diambil hanya digunakan untuk
membuat fluksi magnetik pada inti besi sehingga yang terukur adalah Ro dan Xo. Dari
penggukuran yang masuk ( Po) arus (Lo) dan tegangan (Vo) akan diperoleh harga :
Ro = Vo² : Po
Cos Qo = Po : (Vo.lo)
Xo = √(Zo2 – Ro2
Zo = Vo : lo

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
6
b. Penggukuran hubungan singkat
Pada percobaan hubungan singkat, kumparan tegangan rendah dihubung singkat dan
tegangan tinggi diberi tegangan dari V = O sampai tegangan hubungan singkat Vhs.
Menurut definisi tegangan hubungan singkat adalah tegangan yang menghasilkan arus
nominal pada salah satu kumparan, kalau kumpuran yang lain dihubungkan singkat.pada
saat ini lhs harus lebih besar dari pada lo sehingga dengan mengabaikan Ro dan Xo maka
dapat dihitung besar Rek dan Xek nya.
Dengan mengukur tegangan Vhs,atau lhs dan daya Phs dapat dihitung dengan parameter :
Rhs = Phs : ths²
Zhs = Vhs : lhs
Xhs = √(Zhs-Rhs)²
Maka jelas parameter rangkaian pengganti transformator dapat ditentukan atau dicari
dengan penggukuran tanpa beban dan penggukuran hubungan singkat.

I.8 Polaritas Transformator

Yang dimaksud dengan polaritas transformator adalah suatu cara penahan dari terminal
terminal transformator yang memiliki polaritas saat yang sama. Hal ini penting dilakukan
guna keperluan kerja pararel dan sistem tiga fasa.
Untuk transformator satu fasa dibedakan menjadi dua macam polaritas pengurangan
(subtractif) dan ditunjukan seperti gambar berikut :

+ + + +

- - - -

Kedua jenis polaritas tersebut dapat diketahui yaitu :


V3 > V1 ; V3 = V1 + V2 (polaritas penjumlahan)
V3 < V1 ; V3 = V1 – V2 (polaritas pengurangan)

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
7
I.9 Pengaturan tegangan pada transformator

Jika transformator dibebani, maka arus yang mengalir pada kedua sisi tergantung pada
beban yang dipasang. Ukuran yang menyatakan tegangan keluaran akibat pembebanan
disebut pengaturan tegangan (voltage regulation) yaitu perubahan tegangan sekunder
antara beban nol dan beban penuh pada faktor daya tertentu dengan tegangan primer
constant :
V2 beban nol−beban penuh
Pengaturan tegangan =
V2 beban penuh

I.10 Pelaksanaan percobaan

Percobaan 1 : Transformator satu fasa tanpa beban

a. Gambar rangkaian percobaan

V2

R1
V3 V1 V4

b. Langkah kerja
 Persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
 Buatlah rangkaian seperti gambar diatas
 Periksalah rangkaian terlebih dahulu sebelum dialiri listrik
 Ujikan rangkaian
 Catat hasil pengujian pada data pengamatan

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
8
Data pengamatan / pengukuran percobaan 1 transformasi satu fasa tanpa beban

No V1(V) V2(V) V3(V) V4(V)


1 107,5 1,55 107,2 11,21
2 117,5 1,63 117,2 12
3 127,5 1,74 127,3 13,37
4 136,9 1,82 136,7 13,95
5 147,4 1,94 147,2 15,04
6 155,4 2,11 155,4 15,87
7 166 2,21 166 16,99
8 174 2,31 174 18,08
9 183,1 2,45 183,1 18,71
10 192,8 2,54 192,8 19,93

Tugas

A. Buatlah contoh perhitungan pada percobaan 1 dan buatlah grafiknya :


Solusi :
R = 5,5 Ω
V1 = 107,5 V
V2 = 1,55 V
V3 = 107,2 V
V4 = 11,21 V
Ditanya :
A. Arus primer
B. Faktor daya
C. Ø radian
D. P input
E. Perbandingan lilitan primer
F. Impedansi magnetasi
G. Tahanan inti
H. Induktansi magnetasi
Solusi :
𝑉2 1,55
A. Ip = = = 0,281818
𝑅 5,5

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
9
(𝑉32 −𝑉22 −𝑉12 ) (107,22 − 1,552 −107,52 )
B. Cos Q = = = 0,639966
2.𝑉2−𝑣1 2.1,55−107,5

C. ∅ Radian = 𝐶𝑜𝑠 −1 (Cos Q )

= 𝐶𝑜𝑠 −1 (0,639966) = 0,876 Watt

D. Pi = V1.Ip.CosQ

= 107,5 x 0,281818 x 0,639966 = 19,38808 Watt

𝑉1 107,5
E. a = 𝑉4 = = 9,589
11,21
𝑝𝑖 19,38808
F. Rc = = = 3,548387 Ω
(𝐼𝑃) 0,281818
𝑉1 107,5
G. Zm = = = 381,4516 Ω
𝐼𝑃 0,281818

H. Xm = √(3,548387 )2 - √(381,4516)2 = 381,43 Ω

Table hasil perhitungan

IP Cos Q radian Pi(w) a rc zm xm

0,281818 0,639966 0,876 19,38808 9,589652 3,548387 381,4516 381,43

0,296364 0,639591 0,876 22,27231 9,791667 3,374233 396,4724 396,46

0,316364 0,435314 1,12 17,55897 9,536275 3,16092 403,0172 403

0,330909 0,435483 1,11 19,72799 9,81362 3,021978 413,7088 413,69

0,352727 0,436759 1,542 22,70796 9,800532 2,835052 417,8866 417,87

0,383636 0,029449 1,541 1,755664 9,79206 2,606635 405,0711 405,06

0,401818 0,030227 1,54 2,016205 9,770453 2,488688 413,1222 413,11

0,42 0,031504 1,54 2,302292 9,623894 2,380952 414,2857 414,27

0,445455 0,033684 1,53 2,747364 9,786211 2,244898 411,0408 411,03

0,461818 0,034368 1,53 3,060095 9,673859 2,165354 417,4803 417,47

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
1
0
Grafik hubungan ip dengan cos Q

0.44
0.42
0.4
0.6 0.436 0.38
0.6 0.43 0.35
0.6 0.43
0.33 0.034
0.5 0.31 0.031
200 volt
0.4 0.29 0.03 190 volt
0.28 0:28 180 volt
0.3 170 volt
160 volt
0.2 150 volt
140 volt
0.1 130 volt
0 120 volt
cos Q ip

120 volt 130 volt 140 volt 150 volt 160 volt 170 volt 180 volt 190 volt 200 volt

Percobaan 2 : Transformator Hubungan Singkat

a. Gambar rangkaian percobaan

V2

R
V3 V1 A

b. Langkah kerja
 Persiapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan
 Buatlah rangkaian seperti gambar diatas
 Periksalah rangkaian terlebih dahulu sebelum dialiri arus listrik
 Ujikan rangkaian
 Catat hasil pengujian pada data pengamatan

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
1
1
Data pengamatan / pengukuran percobaan transformator hubungan singkat

No V1(2) V2(V) V3(V) I


1 12,60 0,48 12,55 1
2 18,27 0,88 18,3 2
3 26,35 0,124 25,9 3
4 32,91 0,163 32,4 4
5 39,30 0,198 39,0 5
6 43,80 0,244 43,0 6

Dari table hasil pengamatan didapat hasil perhitungan sebagai berikut :


R = 6,8 Ω
V1 = 12,60 V
𝑉2= 0,48 V
𝑉3= 12,55 V
I1 = 1 A
Dit : Ip,Cos 𝜑,Pi , Zm, Rc, 𝑋1, Ø rad, Ø deg
Jawab :
Solusi :
𝑉2 0,48
A. Ip = = = 0,426471
𝑅 6,8

(𝑉32 −𝑉22 −𝑉12 ) (12,552 − 0,482 −12,602 )


B. Cos Q = = =0,252986
2.𝑉2−𝑣1 2.0,48−12,60

C. ∅ Radian = 𝐶𝑜𝑠 −1 (Cos Q )

= 𝐶𝑜𝑠 −1 (0,252986) = 0,426471 Watt

D. Pi = V1.Ip.CosQ

= 12,60 x 0,281818 x 0,252986 = 1,359425 Watt

𝑝𝑖 1,359425
E. Rc = (𝐼𝑃) = = 7,474414 Ω
0,426471
𝑉1 12,60
F. Zm = = = 29,54483 Ω
𝐼𝑃 1,359425

G. Xm = √(7,474414 )2 - √(29,54483)2 = 4,22 Ω

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
1
2
1 IP COS Q DEG RAD PI(W) RC ZM Xm

2 0,426471 0,252986 85,12 1,31 1,359425 7,474414 29,54483 4,22

3 0,617647 0,243483 59,33 1,328 2,822752 7,399322 30,38952 4,79

4 0,926471 0,211167 61,18 1,358 5,155106 6,005848 28,44127 4,73

5 1,235294 0,242254 68,59 1,326 9,848485 6,453996 26,64143 4,49

6 1,588235 0,24833 59,8 1,32 15,50015 6,144779 24,74444 4,31

7 1,632353 0,238776 65,98 1,33 15,90245 5,968098 24,99459 4,36

Grafik Hubungan Daya Input Dengan Impedansi


30.00 6.45

25.00
6.00
20.00
7.39
15.00

10.00 7.47

5.00 1.23
0.92
0.61
0.42 0 0
0.00
Rc Pi

50.00

45.00
43.80
40.00 39.30
35.00
32.91
30.00
26.35
25.00

20.00
18.27
15.00 15.50
12.60
10.00 9.84

5.00 5.15
2.82
1.35
0.00 0 0 0 0
V1 (V) Pi (W)

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
1
3
Percobaan 3 : Transformator satu fasa berbeban

a. Gambar rangkaian percobaan

V2

A
R
V3 V1 V4

b. Langkah kerja

 Persiapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan


 Buatlah rangkaian seperti gambar diatas
 Periksalah rangkaian terlebih dahulu sebelum dialiri arus listrik
 Ujikan rangkaian
 Catat hasil pengujian pada data pengamatan

Data Pengamatan / Pengukuran transformator satu fasa berbeban

Beban
V in V1(2) V2(V) V3(V) V4(V) I
(W)

25 92,6 0,032 97,1 97 1,1


100 75 96,7 0,091 95,3 95,5 3,3
125 92,5 0,129 94,7 94,1 4,8
25 120,4 0,035 120 119,8 1,3
125 75 119,4 0,108 119 118,3 3,8
125 118,4 0,156 118 117,1 5,8
25 146,1 0,038 145,7 145,2 1,4
150 75 145 0,115 144,7 143,8 4,4
125 144,5 0,178 144,1 143,2 6,8
25 168,4 0,04 168,4 167,7 1,5
200 75 168,1 0,124 167,5 166,5 4,8
125 167,6 0,189 167 165,8 7,6

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
1
4
c. Tugas
Buatlah contoh perhitungan dari 3 percobaan trafo 1 ∅ berbeban
Dik :
R = 6,8 Ω
V1 = 30 V
V2 = 0,036 V
V3 = 29,9 V
V4 = 1,58 V
I = 25 W
Beban = 25 / w

1 IP COS Q DEG RBSEK PI(W) Z PO EFF

2 0,067651 0,619059 85,12 3,365517 4,188023 242,1416 7,076 168,96%

3 0,091728 0,742925 59,33 3,606897 6,814723 201,7699 7,5835 111,28%

4 0,12452 0,601791 61,18 3,593103 7,4935 249,0897 7,5545 100,81%

5 0,077105 0,95606 68,59 4,310345 9,214608 156,7894 9,0625 98,35%

6 0,122452 0,707178 59,8 4,055172 10,82442 211,9693 8,526 78,77%

7 0,161448 0,613122 65,98 3,834483 12,37338 244,4865 8,062 65,16%

8 0,100443 0,618349 65,98 5,165517 9,31633 242,4199 10,8605 116,57%

9 0,140325 0,611751 65,98 4,855172 12,87658 245,0344 10,208 79,28%

10 0,187297 0,430828 65,98 4,593103 12,10391 347,9347 9,657 79,78%

11 0,095126 1,025807 65,98 5,937931 17,07657 146,1289 12,4845 73,11%

12 0,155391 0,697486 65,98 5,627586 18,96708 214,9148 11,832 62,38%

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
1
5
GRAFIK HUBUNGAN ANTARA DAYA INPUT, DAYA
OUPUT DAN ARUS PRIMER
140.00

120.00 18.96

100.00 17.07 11.83

12.48
12.10
80.00 9.65
12.87
10.28
60.00 9.31 10.86
12.37
8.06
40.00 10.82 8.52
9.06
9.21
20.00 7.55
7.49
7.58
6.81
7.07
4.18
0.00 0.15
0.09
0.18
0.14
0.10
0.16
0.12
0.07
0.06 0
Pi ( W ) Po Ip ( A )

GRAFIK HUBUNGAN ANTARA IMPEDASI DAN


HAMBATAN TERHADAP BEBAN
800.00
249.08
700.00

600.00

500.00 201.76

400.00

300.00 242.14

200.00

100.00
3.59
3.60
3.36 0 0
0.00
Z Rb sek

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
1
6
Percobaan 4 : Menentukan polaritas transformator
a. Gambar rangkaian percobaan

V3

2
V2
V1

b. Langkah kerja

 Persiapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan


 Buatlah rangkaian seperti gambar diatas
 Periksalah rangkaian terlebih dahulu sebelum dialiri arus listrik
 Ujikan rangkaian
 Catat hasil pengujian pada data pengamatan

Data pengamatan / pengukuran percobaan menentukan polaritas transformator

VIN URUTAN V1 V2 V3

1 98 0,867 5,13
VIN 100
2 98 0,867 5,1

1 122 1,103 6,47


VIN 125
2 124 1,105 6,5

1 147 1,346 7,73


VIN 150
2 147 1,35 7,66

1 170 1,731 9,06


VIN 175
2 168 1,69 8,92

1 192 2,13 10,12


VIN 200
2 194 2,15 10,24

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
1
7
KESIMPULAN

1. Polaritas dari transformator perlu diketahui guna kerja pararel dari sistem tiga fasa.
Sebab transformator ideal inti besi dianggap tidak mempunyai kerugian, karena
permeabilitasnya tak terhingga.
2. Parameter rangkaian pengganti transformator dapat ditentukan atau dicari dengan
pengukuran tanpa beban dan pengukuran hubungan singkat. Sebab arus yang mengalir
merupakan arus bolak balik, maka flux yang terbentuk pada inti akan mempunyai arah
dan jumlah yang berubah ubah.
3. Bila perbandingan (a) lebih besar dari satu (a>1) maka transformator tersebut
dinamakan transformator step up bila perbandingan (a) lebih kecil dari (a<1) maka
transformator tersebut dinamakan transformator step down
4. Jika transformator tersebut dihubungkan Y∆ dengan posisi beban 2 lampu off, maka
posisi dari netral harus dihubungkan kesalah satu fasa yang off. Karena timbul arus
induksi primer dan sekunder dengan frekuensi masing masing tegangan sama dengan
frekuensi sumbernya.
5. Apabila transformator diberi beban maka terjadi rugi rugi tegangan pada posisi
sekunder. Agar tegangan keluaran tetap, maka dilakukan pengaturan fas asisis primer.

Percobaan 5 : Tiga fasa dengan beban hubungan Y-Y


a. Gambar rangkaian percobaan

U1 E1
V1

R1

U2 E2 nb
TRAFO
V2 3 FASA
R2

U3 E3
V3

R3
N
N Ennb

b. Langkah kerja

 Persiapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan


 Buatlah rangkaian seperti gambar diatas
 Periksalah rangkaian terlebih dahulu sebelum dialiri arus listrik

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
1
8
 Ujikan rangkaian
 Catat hasil pengujian pada data pengamatan

Table hasil percobban 5 : percobaan tiga phasa dengan beban hubungan Y-Y

HUBUNGAN Y-Y PREMIER SEKUNDER ARUS

BEBAN V1N V2N V3N V12 V23 V13 E1N E2N E3N E12 E23 E13 I1 I2 I3 IN

SEIMBANG 70,2 69,8 73,9 123,1 122,4 126,7 3,11 3,52 3,5 3,43 3,41 3,31 1,4 1,6 1,6 0

TAK SEIMBANG 1 PHASA


86,2 85,1 87,6 148,2 148,4 `151,4 0,54 7,29 6,41 7,38 5,93 11,24 0 2 2 0
OFF

TAK SEIMBANG 2 PHASA


91,2 89,7 91,5 156,5 155,9 159,6 0,52 6,75 6,84 6,9 6,45 10,52 1,4 0 1.4 0
OFF

GRAFIK PERCOBAAN TRAFO 3 PHASA HUBUNGAN Y-Y


180

160 159.6
156.5 155.9
148.2 148.4
140

126.7
120 123.1 122.4

100
91.2 89.7 91.5
86.2 85.1 87.6
80
73.9
70.2 69.8
60

40

20
11.24
10.52
7.29
6.75 6.84
6.41 7.38
6.9 6.45
5.93
3.11 3.52 3.5 3.43 3.41 3.31 1.4 2
1.6 2
1.6
1.4
0 0 0.54
0.52 0 0 0
V1N V2N V3N V12 V23 V13 E1N E2N E3N E12 E23 E13 I1 I2 I3 IN

SEIMBANG
K SEIMBANG 1 PHASA OFF
TAK SEIMBANG 2 PHASA OFF

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
1
9
Percobaan 6 : Transformator tiga fasa dengan hubungan beban Y∆
a. Gambar rangkaian percobaan

U1 E1
V1

R1

U2 E2 nb
TRAFO
V2
3 FASA
R2

U3 E3
V3

R3 N
N
Ennb

b. Langkah kerja

 Persiapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan


 Buatlah rangkaian seperti gambar diatas
 Periksalah rangkaian terlebih dahulu sebelum dialiri arus listrik
 Ujikan rangkaian
 Catat hasil pengujian pada data pengamatan

Table hasil percobaan 6 : Transformator 3 phasa dengan beban hubungan Y - ∆

HUBUNGAN Y-∆ PREMIER SEKUNDER ARUS

BEBAN V1N V2N V3N V12 V23 V13 E1N E2N E3N E12 E23 E13 I1 I2 I3 IN

SEIMBANG 63,9 81,3 80,5 131,5 128,4 128,2 3,67 3,71 3,48 3,51 3,5 3,4 2,6 2 2,7 1,9

TAK SEIMBANG 1 PHASA


73,7 91,9 90,8 148,6 146,3 144,4 4,2 4,14 4,15 3,86 3,99 4,12 1,8 2,9 1,9 2,2
OFF

TAK SEIMBANG 2 PHASA


79,8 100,6 99 161,7 160,1 156,6 4,58 4,83 4,69 4,27 4,81 4,69 2,1 2.,1 0 0
OFF

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
2
0
GRAFIK PERCOBAAN 3 PHASA HUBUNGAN Y-∆
180
161.7 160.1
156.6
160 148.6 146.3
144.4
140 131.5 128.4 128.2

120
100.6 99
100 91.9 90.8
79.8 81.3 80.5
73.7
80
63.9
60

40

20
4.58
4.2
3.67 4.83
4.14
3.71 4.69
4.15
3.48 4.27
3.86
3.51 4.81
3.99
3.5 4.69
4.12
3.4 2.6
2.1
1.8 2.9
2 2.7
1.9 2.2
1.9
0 0 0
0
V1N V2N V3N V12 V23 V13 E1N E2N E3N E12 E23 E13 I1 I2 I3 IN

SEIMBANG
TAK SEIMBANG 1 PHASA OFF
TAK SEIMBANG 2 PHASA OFF

Percobaan 7 : Transformator tiga fasa dengan hubungan beban ∆∆


a. Gambar rangkaian percobaan

U1 E1
V1

R1

U2 E2 nb
TRAFO
V2
3 FASA
R2

U3 E3
V3

R3 N
N
Ennb

b. Langkah kerja

 Persiapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan


 Buatlah rangkaian seperti gambar diatas

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
2
1
 Periksalah rangkaian terlebih dahulu sebelum dialiri arus listrik
 Ujikan rangkaian
 Catat hasil pengujian pada data pengamatan

HUBUNGAN ∆-∆ PREMIER SEKUNDER ARUS

BEBAN V1N V2N V3N V12 V23 V13 E1N E2N E3N E12 E23 E13 I1 I2 I3 IN

SEIMBANG 62,1 76,5 77,1 123,8 122,4 122 6,01 5,78 5,75 5,65 5,67 5,59 4,3 4,3 3,9 0

TAK SEIMBANG 1
73,4 89,7 89,7 145,6 136,6 `143,2 7,25 7,12 7,25 6,95 6,98 7,08 3 4,4 2,6 0
PHASA OFF

TAK SEIMBANG 2
82,3 100 99,2 162,3 159,3 159 8,12 8,31 8,28 7,76 8,36 8,26 3,3 3,4 0 0
PHASA OFF

GRAFIK PERCOBAAN HUBUNGAN ∆-∆


180
162.3 159.3 159
160 145.6
136.6
140
123.8 122.4 122
120
100 99.2
100 89.7 89.7
82.3
73.4 76.5 77.1
80
62.1
60

40

20 6.01 8.31
8.12
7.25 5.78 7.25
7.12 5.75 6.95 8.36
8.28 7.76
5.65 8.26
5.67 7.08
6.98 5.59 4.3
3.3
3 4.4
4.3
3.4 3.9
2.6
0 0 0
0
V1N V2N V3N V12 V23 V13 E1N E2N E3N E12 E23 E13 I1 I2 I3 IN
SEIMBANG
TAK SEIMBANG 1 PHASA OFF
TAK SEIMBANG 2 PHASA OFF

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
2
2
BAB II
GENERATOR SINKRON 3 FASA
I. Tujuan percobaan
1. Mempelajari prinsip kerja generator sinkron 3 fasa
2. Menentukan polaritas generator sinkron 3 fasa
3. Mempelajari karakteristik sinkron 3 fasa
4. Mempelajari konstruksi generator sinkron 3 fasa
II. Teori Dasar
Generator adalah suatu mesin yang mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listik.tenaga
mekanis, disini digunakan untuk memutarkan kumparan kawat penghantar dalam medan
magnet ataupun sebaliknya memutar magnet diantara kawat penghantar. Tenaga mekanis
dapat berasal dari tenaga panas, tenaga potensial air, motor diesel, motor bensin bahkan
ada yang berasal dari motor listrik.
Generator dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Generator arus searah (DC)
2. Generator arus bolak balik (AC) dari generator AC dan DC terbagi lagi menjadi dua
bagian, yaitu :
1. Generator sinkron (serempak)
2. Generator asinkron (tak serempak)
Generator sinkron adalah generator yang kecepatan rotornya sama dengan putaran fluks
magnet stator.sedangkan generator asinkron adalah generator yang kecepatan rotornya
tidak sama dengan fluks magnet stator.
Generator sinkron merupakan jenis generator paling luas pemakaiannya. Generator sinkron
banyak digunakan pada pusat pusat pembangkit maupun pabrik pabrik atau daerah indusri
lainya.
III. Prinsip kerja
Terbentuknya gaya gerak listrik (GGL) pada generator berdasarkan percobaan faraday
yang mengatakan bahwa kumparan yang digerakan dalam medan magnet, maka didalam
kawat kumparan tersebut akan terbentuk GGL.
Gambar dibawah ini menggambarkan prinsip terbentuknya GGL pada kumparan yang
berputar.kumparan ABCD terletak dalam medan magnet serba sama, sedemikian rupa
sehingga sisi AB dan CD terletak tegak lurus pada arus fluks magnet.

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
2
3
Kumparan ABCD diputar dengan kecepatan sudut yang tetap terhadap sumbu putaranya
yang sjajar dengan sisi AB dan CD. Sesuai dengan hukum faraday,GGL induksi yang
terbentuk pada AB dan CD besarnya sesuai dengan perubahan fluks magnet yang dipotobg
kumparan ABCD tiap detik.
IV. Konstuksi
Generator sinkron dikenal juga altenator, memiliki dua konstruksi dasar utama, yaitu stator
dan rotor.
a. Stator
Bagian utama dari stator adalah inti stator dan belitan stator. Inti stator berfungsi
sebagai jalan dari fluks magnetik dan sebagai tempat alur kumparan. Belitan stator
merupakan kawat kawat konduktor yang akan mengalirkan arus beban dan dibuat
terisolir satu sama lain.
b. Rotor
Beberapa bagian terpenting dari rotor adalah inti rotor, belitan rotor, sikat dan cincin
(slipring) belitan rotor pada umumnya merupakan belitan penguat (belitan eksitasi)
yang membentuk kemagnetan elektrik kutub U dan S pada inti rotor. Sedangkan bagian
sikat dan cincin berfungsi sebagai penghubung antar bagian yang diam dan bagian yang
berputar dalam mengalirkan arus atau tegangan.
Bagian bagian terpenting lainya dari sebuah generator sinkron dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

V. Karakteristik generator sinkron


Untuk dapat mengetahui atau memperkirakan sifat atau perilaku generator sinkron pada
bebrbagai macam kondisi kerja maka perlu diketahui dan dipahami beberapa kurva
karakteristik generator sinkrin. Beberapa karakteristik generator sinkron antara lain :
a. Karakteristik beban nol generator sinkron.
b. Karakteristik hubung singkat generator sinkron.
c. Karakteristik efesiensi generator sinkron.
d. Karakteristik berbeban generator sinkron.
e. Karakteristik pengaturan generator sinkron.

a. Karakteristik beban nol generator sinkron


Jika generator kita biarkan tak berbeban kemudian kita atur arus penguat bertahap maka
diperoleh hubungan antara tegangan output generator sebagai fungsi dari arus penguat

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
2
4
if kurva yamg menggambarkan hubungan ini disebut sebagai kurva karakteristik beban
nol seperti gambar dibawah ini.
Eo(V)
Enom

Erem

K(A)

Gambar. Karakteristik beban nol


Pada putaran generator = ns, if = 0, telah timbul tegangan remanensi Erem berapa volt
yang berasal dari fluksi sisa kemagnetan kutup generator. Selanjutnya penambahan if
akan menaikan tegangan keluaran generator secara linear sampai titik A. Tegangan
nominal generator terletak pada bagian atas dari kurva karakteristik beban nol.

b. Karakteristik hubungan singkat generator sinkron


Kurva karakteristik hubungan singkat menggambarkan hubungan antara arus penguat
(if) dan arus singkat (his) pada putaran sinkron, terminal output generator dihubungkan
singkat. Dalam keadaan hubung singkat ini, pembatas arusnya hanya berupa tahanan
belitan serta reaktansi belitan dan reaktansi jangkar. Pada permulaannya, oleh tegangan
remanensi telah dihasilkan arus hubung singkat. Pertambahan arushubung singkat
kemudian sebanding dengan pertambahaan arus penguat.
lhs

Inom

Ifhs If

Gambar. karakteristik hubung singkat


Pada keadaan hubung singkat input generator berupa daya mekanis dan daya penguatan
digunakan untuk mengatasi rugi rugi mekanis, gesekan dan angina serta rugi rugi
tembaga I²R dari belitan jangkar. Rasio hubung singkat meruapakan suatu bilangan
penting yang dirumuskan sebagai berikut :

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
2
5
RHS = Ifo / Ifhs
Dimana :
Ifo = arus penguat yang diperlukan generator untuk mengeluarkan tegangan nominal
dari percobaan beban nol.
Ifhs = arus penguat yang diperlukan generator untuk mengalirkan arus hubung singkat
sebesar arus nominal.
RHS berguna untuk mengukur kualitas generator ditinjau dari sisi reaksi jangkar.
Generator makin baik jika RHS makin kecil yang berarti hanya dibutuhkan if tambahan
yang kecil untuk mengkompensasi fluks lawan yang berasal dari reaksi jangkar.

c. Karakteristik efesiensi generator sinkron


Aliran daya dan kerja mesin sinkron sebagai generator dapat digambarkan sebagai
berikut :

Rugi gesekan Rugi beban Rugi panas


Dan angin nol Stator (IR)

Input data mekanis Daya mekanis Daya elektrik Output daya


P1 = 2 TN motor stator elektrik

Input daya
penguatan

Gambar. Aliran daya generator sinkron

Untuk generator penguat sendiri, daya penguat diambil output generator itu sendiri.
Daya penguatan disi tak terhitung sehingga input karena telah termasuk dalam input
daya mekanis. Mencari secara langsung dapat diukur dengan mengukur input mekanis
dan output elektrik.

daya output (pout)


Efesiensi (ƞ) = X 100
daya input (pin)

Mencari efesiensi secara tidak langsung dapat dilakukandengan cara menghitung rugi
rugi operasi mesin.

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
2
6
d. Karakteristik berbeban generator sinkron
Karakteristik ini menggamabarkan hubungan antara tegangan keluaran generator dan
arus penguat pada putaran dan arus output generator tetap untuk bermacam macam
harga cos Q. Titik A merupakan tempat kedudukan If yang memberikan arus hubung
singkat nominal dari percobaan karakteristik. Pada keadaan beban nol If = z amp akan
memberikan tegangan VAO pada cos Q = 0,1 = nominal, tegangan jatuh karena XL =
VB’C’ jadi VAO – A’-VB’C’ adalah tegangan jatuh akibat reaksi jangkar.

IV. Pelaksanaan percobaan


1. Pengukuran beban kosong
a. Gambar percobaan

if

L2 R
Vf-f
S

Voc Vf-n Vt-n Vf-f


L1 L3
N
Vf-n Vf-f
T

b. Langkah kerja

 Persiapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan


 Buatlah rangkaian seperti gambar diatas
 Periksalah rangkaian terlebih dahulu sebelum dialiri arus listrik
 Ujikan rangkaian
 Catat hasil pengujian pada data pengamatan

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
2
7
Data Pengamatan Pengukuran
N = 2509 Rpm

NO If VRN VSN VTN VRS VRT VST

1 0,15 1,6 1,7 1,8 3,28 3,91 3,29


2 0,2 1,8 1,9 2,25 3,98 3,98 3,98
3 0,25 2,3 2,4 2,75 4,86 4,87 4,85
4 0,3 2,8 2,9 3,23 5,72 5,74 5,71
5 0,35 3,4 3,4 3,77 6,65 6,67 6,69
6 0,4 3,8 3,9 4,26 7,55 7,55 7,53
7 0,45 4,3 4,4 4,84 8,56 8,61 8,55
8 0,5 4,9 5 5,4 9,55 9,56 9,52
9 0,55 5,3 5,4 5,88 10,13 10,15 10,11
10 0,6 6,1 6,2 6,55 11,52 11,55 10,51
11 0,65 6,3 6,4 6,81 11,81 11,85 11,82

GRAFIK PENGUKURAN BEBAN KOSONG


14
VRN
11.55 11.85
11.82
11.81
11.52 VSN
12
10.51
10.15
10.13
10.11 VTN
9.56
9.55
9.52
10
8.61
8.56
8.55 VRS
7.55
7.53 VRT
8 6.81
6.69
6.67
6.65 6.55 6.4
6.2
6.1 6.3 VST
5.74
5.72
5.71 5.88
6 5.4 5.4
5.3
4.87
4.86
4.85 4.84 5
4.9
4.26 4.4
4.3
3.91 3.98 3.77 3.9
3.8
4 3.29
3.28 3.23 3.4
2.75 2.9
2.8
2.25 2.4
2.3
1.8
1.7
1.6 1.9
1.8
2

0
0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
2
8
2. Pengukuran beban kosong arus tetap putaran berubah
a. Gambar rangkaian percobaan

if

L2 R
Vf-f
S

Voc Vf-n Vt-n Vf-f


L1 L3
N
Vf-n Vf-f
T

b. Langkah kerja

 Persiapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan


 Buatlah rangkaian seperti gambar diatas
 Periksalah rangkaian terlebih dahulu sebelum dialiri arus listrik
 Ujikan rangkaian
 Catat hasil pengujian pada data pengamatan

Data Pengamatan Pengukuran

NO If VRN VSN VTN VRS VRT VST

1 0,1 1,76 1,3 2,7 2,98 3 3


2 0,2 2,24 2,13 3,34 4,03 4,05 4,05
3 0,3 3,16 1,25 2,7 5,62 5,62 5,62
4 0,4 4,16 3,81 4,18 7,32 7,42 7,45
5 0,5 5,19 4,14 5,11 9,25 9,23 9,24
6 0,6 6,26 4,3 6,42 11,03 11,12 11,19
7 0,7 7,12 4,26 7,3 12,63 12,63 12,05
8 0,8 8,22 6,85 7,98 14,56 14,6 14,59

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
2
9
GRAFIK GENERATOR TANPA BEBAN N VARIABEL
16
14.6
14.59
14.56 VRN
VSN
14 VTN
12.63 VRS
12.05 VRT
12 11.19
11.12
11.03 VST

10 9.25
9.24
9.23
8.22
7.98
8 7.45
7.42
7.32 7.3
7.12 6.85
6.42
6.26
5.62
6 5.19
5.11
4.05
4.03 4.18
4.16 4.14 4.3 4.26
3.81
4 3.34 3.16
3
2.98
2.7 2.7
2.24
2.13
1.76
2 1.3 1.25

0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

3. Hubung singkat fasa netral (R-N, S-N, T-N)


a. Gambar percobaan

R
If

S
A

Voc
L1
N

b. Langkah kerja

 Persiapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan


 Buatlah rangkaian seperti gambar diatas
 Periksalah rangkaian terlebih dahulu sebelum dialiri arus listrik
 Ujikan rangkaian
 Catat hasil pengujian pada data pengamatan

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
3
0
Data Pengamatan Pengukuran

NO If IRN ISN IT-N IR-S IST IT-R

1 0,1 3,1 3,14 3,05 2,43 2,47 2,35


2 0,2 3,9 4,17 3,62 3,19 3,1 3,07
3 0,3 5,57 5,81 5,46 4,51 4,99 4,3
4 0,4 7,48 7,56 6,87 5,68 5,63 5,6
5 0,5 9,36 9,92 8,85 7,05 6,9 6,93
6 0,6 11,35 11,3 10,65 8,53 8,2 8,3
7 0,7 13,35 13,09 13,15 9,92 9,95 9,65
8 0,8 15,26 15,35 15,34 11,4 11,5 11,13

GRAFIK GENERATOR HUBUNG SINGKAT PHASA NETRAL


18
IRN
16 15.35
15.34
15.26
ISN
IT-N
14 13.35
13.15
13.09
IR-S

11.35
11.3 11.5
11.4 IST
12 11.13
10.65 IT-R
9.92 9.95
9.92
9.36 9.65
10
8.85
8.53
8.3
8.2
7.56
7.48
8 7.05
6.93
6.87 6.9
5.81
5.57 5.68
5.63
5.6
6 5.46
4.99
4.51
4.3
4.17
3.9
3.62
4 3.14
3.1
3.05 3.19
3.1
3.07
2.47
2.43
2.35
2

0
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
3
1
4. Hubungan singkat fasa-fasa (R-S, R-T, S-T)
a. Gambar Percobaan

If

S
A

Voc
L1 N

b. Langkah kerja

 Persiapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan


 Buatlah rangkaian seperti gambar diatas
 Periksalah rangkaian terlebih dahulu sebelum dialiri arus listrik
 Ujikan rangkaian
 Catat hasil pengujian pada data pengamatan

Data Pengamatan Pengukuran

NO BEBAN If VRN VSN VTN VRS VRT VST I1 I2 I3 N

0,3 0,55 3,8 4,25 4,62 4,55 4,89 1,8 1,8 1,9 0
1 SEIMBANG 0,4 3,13 4,47 5,25 5,59 5,92 5,92 2 2 2,2 0
0,5 3,95 3,96 4,56 7,16 7,05 7,43 2,4 2,5 2,5 0
TAK SEIMBANG 0,3 3,53 4,56 4,26 5,5 5,63 4,89 1,8 1,8 0 0
2 1 PHASA OFF 0,4 4,51 4,03 4,73 7,16 8,22 6,41 2,1 2,1 0 0
0,5 5,59 3,97 5,16 8,88 9,99 8,22 2,4 2,4 0 0
TAK SEIMBANG 0,3 2,68 5,44 5,75 4,88 5,67 5,67 1,7 0 0 0
3 2 PHASA OFF 0,4 3,42 3,65 4,38 6,34 7,18 7,18 1,9 0 0 0
0,5 4,34 4,27 5,32 8,05 8,91 8,91 2,2 0 0 0

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
3
2
GRAFIK GENERATOR HUBUNG SINGKAT Y-Y If DENGAN
ARUS SEIMBANG
8 7.43
7.16
7.05
7
5.92
6 5.59
5.25
4.89
5 4.62
4.55 4.47 4.56
4.25
3.8 3.96
3.95
4
3.13
3 2.5
2.4
2.2
1.9 2
1.8
2

1 0.55
0 0 0
0
0.3 0.4 0.5

VRN VSN VTN VRS VRT VST I1 I2 I3 N

GRAFIK GENERATOR HUBUNG SINGKAT Y-Y TIDAK


SEIMBANG 1 PHASA OFF
12

9.99
10
8.88
8.22 8.22
8 7.16
6.41
5.63
5.5 5.59
6 5.16
4.89 4.73
4.56 4.51
4.26 4.03 3.97
4 3.53

2.4
2.1
1.8
2

0 0 0
0
0.3 0.4 0.5

VRN VSN VTN VRS VRT VST I1 I2 I3 N

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
3
3
GRAFIK GENERATOR HUBUNG SINGKAT Y-Y TIDAK
SEIMBANG 2 PHASA OFF
10
8.91
9
8.05
8
7.18
7 6.34
5.75
5.67
6 5.44 5.32
4.88 5
5 4.38 4.34
4.27
3.65
4 3.42
2.68
3 2.2
1.7 1.9
2

1
0 0 0
0
0.3 0.4 0.5

VRN VSN VTN VRS VRT VST I1 I2 I3 N

KESIMPULAN :

 Dari generator dan hasil tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa generator 3 phasa jika

dioperasikan dengan beban seimbang akan menghasilkan daya yang relatif seimbang,

dan sebaliknya jika dioperasikan dengan beban tidak seimbang akan menghasilkan

daya tidak seimbang ( daya yang dihasilkan sangat besar ) yang mengakibatkan

generator cepat panas dan tidak aman.

 Jika if dinaikan tegangan akan semakin tinggi dan akan menghasilkan arus lebih besar

lagi.

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
3
4
BAB III

I. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari konstruksi motor DC
2. Mempelajari prinsip kerja motor DC
3. Mempelajari karakteristik motor DC
II. Teori Dasar

Motor arus searah (DC) adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi
energi mekanik, dimana energi gerak tersebut berupa putaran dari motor. Ditijau dari segi
sumber arus penguat magnetnya motor arus searah dapat dibedakan atas :

1. Motor DC penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor dan medan stator diperoleh
dari luar motor.
2. Motor DC penguatan sendiri, bila arus penguat magnet berasal dari luar motor itu sendiri.
Motor DC dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Motor DC penguatan shunt
2. Motor DC penguatan seri
3. Motor arus searah kompon panjang

 Motor DC kompon panjang kumulatif


 Motor DC kompon panjang diferensial
4. Motor DC kompon pendek

 Motor DC kompon pendek kumulatif


 Motor DC kompon pendek diferensial

2.1 Kontruksi Motor DC

Gambar 2.1 Kontruksi motor arus searah.

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
3
5
2.2 Badan Motor (Rangka)

Bagian ini secara umum mempunya dua fungsi :

a. Merupakan pendukung mekanik untuk mesin secara keseluruhan.

b. Untuk membawa fluks magnetik yang dihasilkan oleh kutub – kutub mesin. Untuk mesin
kecil, biasanya rangkanya terbuat dari besi tuang (cast iron), tetapi untuk mesin – mesin
besar umumnya terbuat dari baja tuang (cast steel), atau lembaran baja (rolled steel).
Rangka ini pada bagian dalam dilaminasi untuk mengurangi rugi – rugi inti. Rangka motor
selain kuat secara mekanik juga harus memliki permeabilitas yang tinggi supaya tidak dapat
tembus air.

2.3 Kutub Medan

Medan penguat atau medan magnet terdiri atas inti kutub dan sepatu kutub. Kutub sepatu
berfungsi untuk :

a. Menyebarkan fluks pada celah udara dan juga karena merupakan bidang lebar maka akan
mengurangi reluktansi jalur magnet.

b. Sebagai pendukung secara mekanik untuk kumparan penguat atau kumparan medan Inti
kutub terbuat dari lembaran lembaran besi tuang atau baja tuang yang terisolasi satu sama
lain. Sepatu kutub dilaminasi dan dibaut ke rangka mesin. Sebagaimana diketahui bahwa
fluks magnet yang terdapat pada motor arus searah dihasilkan oleh kutub kutub magnet
buatan dengan prinsip elektromagnetik. Kumparan kutub ini biasanya terbuat dari kawat
tembaga (berbentuk bulat atau strip/persegi). Kumparan medan berfungsi untuk
mengalirkan arus listrik untuk terjadinya proses elektromagnetik.

2.4 Inti Jangkar

Pada motor arus searah ini jangkar yang digunakan biasanya berbentuk silinder yang diberi
alur alur pada permukaannya untuk tempat melilitnya kumparan kumparan tempat
terbentuknya ggl induksi. Inti jangkar ini terbuat dari bahan ferromagnetik dengan maksud
supaya komponen komponen ( lilitan jangkar ) berada dalam daerah yang induksi
magnetnya besar. Hal ini dilakukan supaya ggl induksi dapat bertambah besar. Jangkar
terbuat dari bahan bahan berlapis lapis tipis untuk mengurangi panas yang terbentuk karena
adanya arus eddy.

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
3
6
2.5 Sikat

Sikat adalah jembatan bagi aliran arus jangkar ke lilitan jangkar. Dimana permukaan sikat
ditekan ke permukaaan segmen komutator untuk menyalurkan arus listrik. Sikat memegang
peranan penting untuk terjadinya komutasi. Sikat-sikat terbuat dari bahan dengan tingkat
kekerasan yang bermacam macam dan dalam beberapa hal dibuat dari campuran karbon
dan logam tembaga. Sikat harus lebih lunah dari pada segmen segmen komutator supaya
yang terjadi antara segmen segmen komutator dan sikat tidak mengakibatkan ausnya
komutator.

2.6 Kumparan Medan

Kumparan medan adalah susunan konduktor yang dibelitkan pada inti kutub.Dimana
konduktor tersebut terbuat dari kawat tembaga yang berbentuk bulat ataupun persegi.
Rangkaian medan yang berfungsi untuk menghasilkan fluksi utama dibentuk dari
kumparan pada setiap kutub. Pada aplikasinya rangkaia medan dapat dihubungkan dengan
kumparan jangkar baik seri maupun pararel dan juga dihubungkan tersendiri langsung
kepada sumber tegangan sesuai dengan jenis penguatan pada motor.

2.7 Kumparan Jangkar

Kumparan jangkar pada motor arus searah merupakan tempat dibangkitkannya ggl induksi.
Pada motor arus searah penguatan kompon panjang kumparan medan serinya diserikan
terhadap kumparan jangkar, sedangkan pada motor arus searah penguatan kompon pendek
kumparan medan serinya dipararelkan terhadap kumparan jangkar. Jenis jenis kontruksi
kumparan jangkar pada rotor ada tiga macam yaitu :

1. Kumparan jerat (lap winding)

2. Kumparan gelombang (wave winding)

3. Kumparan zig-zag (frog-leg winding)

2.8 Celah Udara

Celah udara merupakan ruang atau celah antara permuka jangkar dengan permukaan sepatu
kutub yang meyebabkan jangar tidak bergesekan dengan sepatu kutub. Fungsi dari celah
udara adalah sebagai tempat mengalirkan fuksi yang dihasilkan oleh kutub kutub medan.

2.9 Komutator

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
3
7
Komutator adalah suatu konverter mekanik yang membuat arus dari sumber mengalir pada
arah yang tetap walaupun belitan motor berputar. Komutator adalah dengan ’cicin belah’
(slip-rings). Proses yang dilakukan oleh komutator adalah “commutation” yaitu proses
mengubah tegangan bolak balik dan arus bolak balik pada rotor menjadi tegangan searah
dan arus searah. Komutator adalah bagian penting dari motor arus searah. Cara kerja
komutator adalah sebagai berikut :

Gambar II-2 Cara kerja komutator pada lilitan jangkar motor arus searah.

Pada gambar II-2 merupakan cara kerja sistem komutator. Arus mengalir melalui
segmen 1 kemudian diteruskan ke segmen 7 dan seterusnya. Sehingga dengan sistem
ini arah arus disebelah kanan magnetik axis selalu mengalir menuju kedalam bidang
dan disebelah kiri axis arah arus selalu mengalir menuju keluar bidang. Medan stator
mengalir dari kiri ke kanan, sesuai dengan kaidah tangan kanan maka motor akan
konsisten berputar searah jarum jam. Komutator disebut juga sebagai rectifier mekanik.
Berikut ini adalah hasil keluaran tegangan pada komutator:

Gambar II-3 (atas) tegangan resultan pada sikat. (bawah) Tegangan keluaran pada

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
3
8
komutator dengan dua pasang sikat. Tegangan diatas adalah tegangan resultan pada
komutator dengan dua pasang sikat. Dengan dua pasang sikat hasil tegangan masih
mempunyai ripple, jika jumlah sikat semakin banyak maka ripple yang terjadi akan
semakin berkurang.

2.10 Prinsip Kerja Motor DC

Sebuah konduktor yang dialiri arus mempunyai medan magnet disekelilingnya. Pada saat
konduktor yang dialiri arus listrik yang ditempatkan pada suatu medan magnet maka
konduktor akan mengalami gaya mekanik, seperti diperlihatkan pada gambar:

Gambar II-4 Pengaruh Konduktor Berarus dalam Medan Magnet Pada gambar II-4 (a)
menggambarkan sebuah konduktor yang dialiri arus listrik menghasilkan medan magnet
disekelilingnya. Arah medan magnet yang dihasilkan oleh konduktor dapat diperoleh dengan
menggunakan kaidah tangan kanan. Kuat medan tergantung pada besarnya arus yang mengalir
pada konduktor.

Sedangkan gambar II.4 (b) menunjukkan sebuah medan magnet yang diabaikan oleh kutub-
kutub magnet utara dan selatan. Arah medan magnet adalah dari kutub utara menuju kutub
selatan.

Pada saat konduktor dengan arah arus menjauhi pembaca ditempatkan didalam medan magnet
seragam, maka medan gabungannya akan seperti yang ditunjukkan pada gambar II.4 (c) daerah
di atas konduktor, medan yang ditimbulkan konduktor adalah dari kiri ke kanan, atau pada arah
yang sama dengan medan utama. Hasilnya adalah memperkuat medan atau menambah
kerapatan fluksi di atas konduktor dan melemahkan medan atau mengurangi kerapatan fluksi
di bawah konduktor. Dalam keadaan ini, fluksi di daerah di atas konduktor yang kerapatannya
bertambah akan mengusahakan gaya ke bawah kepada konduktor, untuk mengurangi
kerapatannya. Hal ini menyebabkan konduktor mengalami gaya berupa dorongan ke arah
bawah. Begitu juga halnya jika arah arus dalam konduktor dibalik. Kerapatan fluksi yang

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
3
9
berada di bawah konduktor akan bertambah sedangkan kerapatan fluksi di atas konduktor
berkurang. Sehingga konduktor akan mendapatkan gaya tolak kearah atas. Konduktor yang
mengalirkan arus dalam medan magnet cenderung bergerak tegak lurus terhadap medan.
Prinsip kerja sebuah motor DC dapat dijelaskan dengan gambar berikut ini.

Gambar II-5 Prinsip Perputaran Motor DC

Pada saat kumparan medan dihubungkan dengan sumber tegangan, mengalir arus medan If
pada kumparan medan karena rangkaian tertutup sehingga menghasilkan fluksi magnet yang
arahnya dari kutup utara menuju kutup selatan. Selanjutnya ketika kumparan jangkar
dihubungkan kesumber tegangan, pada kumparan jangkar mengalir arus jangkar. Arus yang
mengalir pada konduktor-konduktor kumparan jangkar menimbulkan fluksi magnet yang
melingkar. Fluksi jangkar ini memotong fluksi dari kutub medan, sehingga menyebabkan
perubahan kerapatan fluksi dari medan utama. Hal ini menyebabkan jangkar mengalami gaya
sehingga menimbulkan torsi.

Gambar II-6 Kaidah Tangan Kiri

Gaya yang dihasilkan pada setiap konduktor dari sebuah jangkar, merupakan akibat aksi
gabungan medan utama dan medan disekeliling konduktor. Gaya yang dihasilkan berbanding
lurus dengan besar fluksi medan utama dan kuat medan di sekeliling konduktor. medan di

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
4
0
sekeliling masing-masing konduktor jangkar tergantung pada besarnya arus jangkar yang
mengalir pada konduktor tersebut. Arah gaya ini dapat ditentukan dengan kaidah tangan kiri.
Bila torsi yang dihasilkan motor lebih besar dari pada torsi beban maka motor akan berputar.

2.11 Karakteristik Motor DC

Ketika kondisi tanpa beban kita maksudkan bahwa motor sedang berjalan ringan, sehingga satu
satunya resistansi mekanis disebabkan gesekannya sendiri karena itu hanya memerlukan torsi
penggerak kecil agar motor dapat berputar. Jika kita asumsikan bahwa arus tanpa beban
sebenarnya adalah nol, perhitungan kecepatan tanpa beban menjadi sangat sederhana seperti
ditunjukkan pada persamaan (II-1).

V = E = K E∅n atau n= V
KEØ

Dengan,

V = Tegangan Jangkar (Volt)

KE = Konstanta motor

Φ = Fluks magnet yang terbentuk pada motor

n = Putaran motor (rpm)

Gambar II-7 Kecepatan tanpa beban motor DC sebagai fungsi tegangan jangkar (Austin
Hughes, 2006)

Gambar II-7 menunjukan garfik yang linier. Pada dasarnya perbedaan antar perkiraan
kecepatan tanpa beban sebanarnya sangat kecil dan tidak mungkin signifikan. Oleh karena itu
kita dapat dengan aman menggunakan persamaan (II-1) untuk memprediksi kecepatan tanpa
beban pada tegangan jangkar.

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
4
1
2.12 Fan

Fanaadalahaalatauntukamengalirkan udara. Karena itu fan dikenal denganasebutan penukaran,


penghembusan, atau pembuang udara.
Alatainiabanyak di jumpaiapadaasistemaventilasiadanaperalatanapendinginaudara juga pada
instalasi yang mengalirkanaudaraapanasadanagasabuang. Selain itu masih banyak lagi
penggunaanafanaini di Industri.

Gambar. Motor Fan Test Set

Tinggiatekanayangadihasilkanafan padaaumumnya rendahadibandingkan jenisamesin


mesinapengaliraudaraayangalainasepertiabloweradanakompressor.

Daya masukanayang digunakanadiperolehadariamotoralistrik, Untuk motor listrik sendiri


umumnya menggunakan motor DC, Motor tersebut akan di couple dengan propeller atau
baling-baling dan akan mengalirkan udara

2.13 Prinsip Dasar Kontrol Kecepatan Motor DC Penguat Terpisah

Motor arus searah (DC) merupakan jenis motor yang sering digunakan dalam berbagai
penggerak karena jenis motor ini relatif mudah untuk dikendalikan. Salah satu cara pengendali
kecepatan motor DC yang sering digunakan adalah DC Chopper. Pengendalian dilakukan
dengan mengatur tegangan terminal adalah berbanding lurus, sehingga semakin kecil tegangan
terminal maka kecepatan motor akan menurun. Hal ini juga di dukung dengan adanya
kemajuan teknologi semikonduktor yang memungkinkan penggunaan penyaklaran DC
Chopper dengan frekuensi tinggi. Dari referensi yang di peroleh, pengendalian kecepatan
motor DC (n) dapat dirumuskan di persamaan (II-2) dibawah ini :

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
4
2
VTM −IA RA
n= K∅

Dengan :

VTM = Tegangan terminal (Volt)

IA = Arus jangkar motor (Ampere)

RA = Hambatan jangkar motor (Ohm)

K = Konstanta motor

Φ = Fluks magnet yang terbentuk pada motor

Dalam kasus pengendalian kecepatan putaran motor DC, tegangan terminal motor VTM adalah
variable yang diatur untuk mendapatkan kecapatan putar motor yang diinginkan. Pengaturan
dengan teknik DC Chopper, sehingga diperoleh di

persamaan (II.3).

Ton
VTM −IA RA
T
n=
K∅

Dari persamaan (II.3) tegangan terminal motor diatur dengan menggunakan DC Chopper.
Besarnya tegangan terminal dapat ditentukan dengan mengatur waktu penyalaan Ton Jika nilai
Ton semakin besar maka tegangan terminal rata rata juga akan semakin besar begitu juga
sebaliknya. Jika waktu penyalaan Ton semakin kecil maka tegangan terminal rata – rata juga
akan semakin mengecil. Gambar berikut menunjukkan cara kerja DC Chopper.

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
4
3
Gambar II-9 Cara kerja dc chopper

Keterangan :

Vs = Tegangan sumber (Volt)

Vg = Tegangan gate (Volt)

Vo = Tegangan keluaran DC Chopper (Volt)

ton = Waktu hidup (sekon)

toff = Waktu mati (sekon)

Dari gambar II-9 Dapat diketahui frekuensi chopper

1
Fc = t
on + toff

Keterangan :

fc = frekuensi chopper

sehingga duty cycle dari chopper adalah:

t on
D=
T

Keterangan :

D = duty cycle

T = periode chopper

Dengan mengasumsikan bahwa tidak ada tegangan jatuh dan switch ideal maka
tegangan keluaran yang dihasilkan dari sistem DC chopper ini adalah :

Vdc=ton V
T s= dVs

Keterangan :

Vs = Sumber tegangan

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
4
4
III. Pelaksanaan Percobaan
1. Percobaan 1 hubungan shunt
a. Gambar rangkaian percobaan

I J Rs
A

If Ia

Vt
Rf Ra

K B

b. Langkah kerja

 Persiapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan


 Buatlah rangkaian seperti gambar diatas
 Periksalah rangkaian terlebih dahulu sebelum dialiri arus listrik
 Ujikan rangkaian
 Catat hasil pengujian pada data pengamatan

Data Pengukuran Pengamatan

NO Vt DIAL Ea Ef Ia If Rpm

LOW 21,35 48,3 0,58 0,28 150

1 120 MED 39,5 46,8 10,12 0,28 700

FAST 40,2 46,1 1,02 0,28 950

LOW 15,59 56,3 0,55 0,33 200

2 140 MED 31,36 54,8 1,1 0,32 800

FAST 43,3 52,6 1,16 0,32 1100

LOW 20,65 63,4 0,68 0,36 250

3 160 MED 30,27 61,5 1,2 0,36 850

FAST 54,6 59,4 1,57 0,36 1200

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
4
5
c. Perhitungan Percobaan 1 : Motor DC hubungan parallel

Solusi :

Es
 Mencari nilai RS, Es =I𝑎.Rs atau Rs = 𝐼𝑎

 Mencari nilai R𝑎, dengan persamaan

Vt =Ea + Ia ( R𝑎 + 𝑅𝑠 )

Vt – Ea = Ia ( R𝑎 + 𝑅𝑠 )

𝑉𝑡−𝐸𝑎
Ra + Rs =
𝐼𝑎

(𝑉𝑡−𝐸𝑎)
Ra = ( ) – Rs
𝐼𝑎

(𝑉𝑡−𝐸𝑎)
Karena Rs tidak ada maka rumus menjadi : Ra = ( )
𝐼𝑎

 Mencari nilai Rf :

Ef = If . Rf

𝐸𝑓
Rf = 𝐼𝑓

 It = Ia + If

𝐼𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛−𝐼𝑡 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
 Persentase error : x 100%
𝐼𝑡 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛

𝑃 𝑜𝑢𝑡
 Menghitung nilai Torsi : 𝜔

 Perhitungan rugi daya :

Daya Input : P in = Vt.It

Daya Output : P out = P in – Pc total

 Rugi Daya kumparan parallel :

Pf = If². Rf
𝑃 𝑜𝑢𝑡
 Nilai Effisiensi : ɳ = x 100 %
𝑃 𝑖𝑛

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
4
6
Tabel data perhitungan percobaan Paralel

ɳ
motor
rpm ω EF Vt Ea Ia if Ra RF It Pin Pa Pf PC Pout T ind DC Rs Es
200 0.11 48.3 120 21.35 0.58 0.28 170.0 172.5 0.86 103.2 57.2 0.078 57.2 45.9 413.1 55.5 342.5 198.7
700 0.38 46.8 120 39.5 1.02 0.28 78.9 167.1 1.3 156 82.1 0.078 82.1 73.8 189.8 52.6 246.0 250.9
950 0.52 46.1 120 40.2 1.02 0.28 78.2 164.6 1.3 156 81.3 0.078 81.4 74.5 141.2 52.2 242.8 247.7
200 0.11 56.3 140 15.59 0.55 0.32 226.2 175.9 0.87 121.8 68.4 0.102 68.5 53.2 479.4 56.2 402.1 221.1
800 0.44 54.8 140 31.36 1.1 0.32 98.7 171.2 1.42 198.8 119.5 0.102 119.6 79.1 178.1 60.1 270. 297
1100 0.61 52.6 140 43.3 1.16 0.32 83.3 164.3 1.48 207.2 112.1 0.102 112.2 94.9 155.3 54.1 247.7 287.3
250 0.13 63.4 160 20.65 0.68 0.36 204.9 176.1 1.04 166.4 94.7 0.13 94.8 71.5 514.8 57.0 381.0 259.1
850 0.47 61.5 160 30.27 1.2 0.36 108.1 170.8 1.56 249.6 155.6 0.13 155.8 93.7 198.6 62.4 278.9 334.7
1200 0.66 59.4 160 54.6 1.57 0.36 67.1 165 1.93 308.8 165.4 0.13 165.6 143.1 214.7 53.6 232.1 364.45

2. Percobaan 1 hubungan Panjang


a. Gambar rangkaian percobaan

I J Rs
A

If Ia

Vt
Rf Ra

K B

b. Langkah kerja

 Persiapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan


 Buatlah rangkaian seperti gambar diatas
 Periksalah rangkaian terlebih dahulu sebelum dialiri arus listrik
 Ujikan rangkaian
 Catat hasil pengujian pada data pengamatan

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
4
7
Data Pengamatan Pengukuran

NO Vt DIAL Ea Ef Ia If Rpm

LOW 23,61 49 0,62 0,27 250

1 120 MED 34,79 48,2 1,021 0,27 700

FAST 41,8 46,6 1,023 0,27 950

LOW 24,08 52,3 0,734 0,31 350

2 140 MED 42,08 55,7 1,139 0,31 800

FAST 49,2 53,8 1,308 0,31 1100

LOW 22,01 66,4 0,765 0,36 350

3 160 MED 29,65 64,4 1,242 0,36 900

FAST 57 61,9 1,646 0,36 1300

d. Perhitungan Percobaan 1 : Motor DC hubungan panjang

Solusi :

Es
 Mencari nilai RS, Es =I𝑎.Rs atau Rs = 𝐼𝑎

 Mencari nilai R𝑎, dengan persamaan

Vt =Ea + Ia ( R𝑎 + 𝑅𝑠 )

Vt – Ea = Ia ( R𝑎 + 𝑅𝑠 )

𝑉𝑡−𝐸𝑎
Ra + Rs = 𝐼𝑎

(𝑉𝑡−𝐸𝑎)
Ra = ( ) – Rs
𝐼𝑎

(𝑉𝑡−𝐸𝑎)
Karena Rs tidak ada maka rumus menjadi : Ra = ( )
𝐼𝑎

 Mencari nilai Rf :

Ef = If . Rf

𝐸𝑓
Rf = 𝐼𝑓

 It = Ia + If

𝐼𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛−𝐼𝑡 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
 Persentase error : x 100%
𝐼𝑡 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
4
8
𝑃 𝑜𝑢𝑡
 Menghitung nilai Torsi : 𝜔

 Perhitungan rugi daya :

Daya Input : P in = Vt.It

Daya Output : P out = P in – Pc total

 Rugi Daya kumparan parallel :

Pf = If². Rf

𝑃 𝑜𝑢𝑡
 Nilai Effisiensi : ɳ = x 100 %
𝑃 𝑖𝑛

Tabel perhitungan kompon Panjang

ɳ
rpm ω EF Vt Ea Ia if Ra RF It Pin Pa Pf PC Pout T ind motor Rs Es
DC
250 0.11 49 120 23.61 0.6 0.27 155.4 181.4 0.89 106.8 59.7 0.07 59.8 46.9 338.1 56.0 336.9 208.9

700 0.38 48.2 120 34.79 1.02 0.27 83.4 178.4 1.291 154.9 86.9 0.07 87,7 67.8 174.4 56.2 261.9 267.4

950 0.52 46.6 120 41.8 1.02 0.27 76.4 172.5 1.293 155.2 79.9 0.07 80 75.08 142.2 51.6 249 254.7

350 0.19 52.3 140 24.04 0.7 0.31 157.9 168.7 1.044 146.2 85.11 0.09 85.2 60.9 313.4 58.2 326.6 239.7

800 0.44 55.7 140 42.08 1.1 0.31 86.1 179.6 1.446 202.4 111.2 0.09 111.3 91.1 204.9 54.9 265.8 302

1100 0.61 53.8 140 49.2 1.3 0.31 69.4 173.5 1.618 226.5 118.7 0.09 118.8 107.6 176.1 52.4 242.9 317.8

350 0.19 66.4 160 22.01 0.7 0.36 180.3 184.4 1.125 180 105.5 0.13 105.6 74.3 382.1 58.7 364.8 279.0

900 0.5 64.4 160 29.65 1.2 0.36 104.9 178.8 1.602 256.3 161.8 0.13 162 94.2 188.5 63.2 283.8 352.5

1300 0.72 61.9 160 57 1.6 0.36 62.5 171.9 2.006 321 169.5 0.13 169.6 151.2 209.4 52.8 234.5 386.0

3. Percobaan 1 hubungan Pendek


a. Gambar rangkaian percobaan
I J Rs
A

If Ia

Vt
Rf Ra

K B

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
4
9
b. Langkah kerja

 Persiapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan


 Buatlah rangkaian seperti gambar diatas
 Periksalah rangkaian terlebih dahulu sebelum dialiri arus listrik
 Ujikan rangkaian
 Catat hasil pengujian pada data pengamatan

Data Pengamatan Pengukuran

NO Vt DIAL Ea Ef Ia If Rpm

LOW 11,87 9,6 0,54 0,29 150

1 120 MED 60,3 9,45 1 0,29 650

FAST 93 95 1,2 0,29 900

LOW 15,4 112,1 0,55 0,34 200

2 140 MED 72,8 111,2 1 0,34 710

FAST 112,1 110,5 1,26 0,34 1050

LOW 18,91 130,8 0,55 0,39 300

3 160 MED 86,9 129,8 1,02 0,39 850

FAST 130,8 127,9 2 0,39 1200

e. Perhitungan Percobaan 1 : Motor DC hubungan pendek

Solusi :

Es
 Mencari nilai RS, Es =I𝑎.Rs atau Rs = 𝐼𝑎

 Mencari nilai R𝑎, dengan persamaan

Vt =Ea + Ia ( R𝑎 + 𝑅𝑠 )

Vt – Ea = Ia ( R𝑎 + 𝑅𝑠 )

𝑉𝑡−𝐸𝑎
Ra + Rs = 𝐼𝑎

(𝑉𝑡−𝐸𝑎)
Ra = ( ) – Rs
𝐼𝑎

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
5
0
(𝑉𝑡−𝐸𝑎)
Karena Rs tidak ada maka rumus menjadi : Ra = ( )
𝐼𝑎

 Mencari nilai Rf :

Ef = If . Rf

𝐸𝑓
Rf = 𝐼𝑓

 It = Ia + If

𝐼𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛−𝐼𝑡 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
 Persentase error : x 100%
𝐼𝑡 𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛

𝑃 𝑜𝑢𝑡
 Menghitung nilai Torsi : 𝜔

 Perhitungan rugi daya :

Daya Input : P in = Vt.It

Daya Output : P out = P in – Pc total

 Rugi Daya kumparan parallel :

Pf = If². Rf
𝑃 𝑜𝑢𝑡
 Nilai Effisiensi : ɳ = x 100 %
𝑃 𝑖𝑛

Tabel hasil perhitungan hubungan komponen pendek


ɳ
rpm Ω EF Vt Ea Ia if Ra RF It Pin Pa Pf PC Pout T ind motor Rs Es
DC
150 0.08 96 120 11.87 0.54 0.29 200.2 331.03 0.83 99.6 58.39 0.084 58.47 41.12 493.5 58.70 531.27 286.88

650 0.36 94.4 120 60.3 1 0.29 59.7 325.51 1.29 154.8 59.7 0.084 59.78 95.01 263.1 38.62 385.21 385.21

900 0.5 95 120 93 1.2 0.29 22.5 327.58 1.49 178.8 32.4 0.084 32.48 146.31 292.6 18.16 350.08 420.10

200 0.11 112.1 140 15.4 0.55 0.34 226.5 329.70 0.89 124.6 68.53 0.116 68.64 55.95 503.5 55.09 556.25 305.9

710 0.39 111.2 140 72.8 1 0.34 67.2 327.05 1.34 187.6 67.2 0.116 67.31 120.28 304.9 35.88 394.25 394.25

1050 0.58 110.5 140 112.1 1.26 0.34 22.1 325 1.6 224 35.15 0.116 35.26 188.73 323.5 15.7 347.14 437.4

300 0.16 130.8 160 18.91 0.55 0.39 256.5 335.3 0.94 150.4 77.5 0.152 77.75 72.64 435.8 51.6 591.91 325.55

850 0.47 129.8 160 86.3 1.02 0.39 72.2 332.8 1.41 225.6 75.1 0.152 75.32 150.27 318.2 33.38 405.07 413.17

1200 0.66 127.9 160 130.8 2 0.39 14.6 327.9 2.39 382.4 58.4 0.152 58.55 323.8 485.7 15.3 342.54 685.09

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
5
1
KESIMPULAN :

 Motor DC dengan hubungan kompon panjang harus mempunyai tahanan yang cukup

besar pada saat start, karena jika tahanan pada motor DC kecil maka arus semakin besar,

karena itu tegangan yang sampai pada lilitan jangkar diturunkan dengan memasang

tahanan tersebut.

 Pada motor DC hubungan seri mempunyai kecepatan yang tidak tetap dan akan sangat

berbahaya jika motor dioperasikan tanpa beban karena akan terjadi overspeed, motor

dengan tipe ini sebaiknya dipakai untuk pemanfaatan perpindahan yang bervariasi dan

memiliki awalan kuat

 Motor DC parallel memiliki karakteristik kecepatan yang relative tetap dan stabil

sehingga memudahkan dalam pengaturan putaran, motor jenis ini banyak digunakan

untuk kegunaan seperti lift dan escalator.

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
5
2
BAB IV

MOTOR AC 3 FASA

2.1 Tujuan percobaan


1. Mempelajari prinsip kerja motor AC 3 phasa
2. Mengukur arus dan tegangan motor AC 3 phasa
3. Mempelajari karakteristik motor AC 3 phasa
4. Mempelajari konstruksi motor AC 3 phasa
2.2 Teori dasar
Motor induksi AC adalah jenis motor yang paling banyak digunakan dalam aplikasi
industri. Dinamakan motor induksi karena prinsip operasi dari motor ini berdasarkan
induksi elektromagnet dari kumparan kumparan dalam motor tersebut. Ada tiga bagian
utama dari motor induksi yaitu stator, rotor, dan rangka, seperti yang ditujukan gambar
dibawah ini

Gambar 1. Konstruksi motor listrik

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
5
3
2.1 Konstruksi motor listrik
Motor listrik memiliki konstruksi konstruksi yang saling berhubungan antara satu dengan
yang lainnya. Berikut ini adalah beberapa konstruksi dasar dari motor listrik, yaitu :
a. Konstruksi stator dan rotor
Stator dan rotor adalah berupa rangkaian listrik yang dapat menghasilkan medan
elektromagnet. stator adalah bagian yang diam atau statis dari motor. Inti stator terbuat
dari ratusan lempengan laminasi tipis.
b. Lilitan stator
Lempengan laminasi stator akan menyatu membentuk suatu silinder berlubang. Inti
stator akan berupa slot slot yang akan berisi kawat coil lilitan stator.

Gambar 2. Konstruksi stator

Kawat kawat coli ini akan membentuk gulungan dengan inti stator dan nantinya akan
menghasilkan medan elektromagnet adalah prinsip dasar dari motor listrik. Lilitan
stator ini akan terhubung langsung dengan sumber listrik.

Gambar 3. Lilitan pada stator

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
5
4
c. Konstruksi Rotor
Rotor adlah bagian yang bergerak atau berputar dari motor. Jenis yang umum di jumpai
dilapangan adalah jenis motor sangkar bajing (squirrel cage) konstruksi dari rotor
sangkar bajing ini seprti sangkar dari hewan pengerat seperti bajing yang dapat
berputar, pada gambar dibawah ini.

Gambar 4. Rotor sangkar bajing

Rotor terdiri dari kumpulan lempengan baja tipis dengan bar konduktor di
sekellingnya.Lempengan lempengan ini akan bersatu dengan inti rotor. Bar bar
konduktor akan terhubung secara mekanis dan elektris dengan cincin akhir (end ring)
dan mounting rotor berupa rotor baja yang terhubung kebeban motor.
d. Rangka (enclousure)
Enclousure adalah motor yang terdiri dari sebuah rangka dan buah penyangga
diujungnya (bearing house) stator akan terpasang didalam rangka, dan rotor berada
didalam stator dengan celah udara sehingga tidak ada kontak fisik antara rotor dan
stator.

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
5
5
Gambar 5. Enclosure dari motor

Enclosure motor juga dilengkapi dengan bearing yang terpasang diporos untuk mensupport
rotor sehingga rotor dapat berputar. Kipas terpasang dirotor dapat berputar. Kipas terpasang
diporos motor non draft end untuk mendingan saat beroperasi.

Gambar 6. Konstruksi enclosure motor

2.2 Komponen elektrik motor induksi


Pengoprasian motor induksi dapat dilakukan dengan menerapkan nilai frekuensi dan
tegangan. Dalam beberapa aplikasi motor induksi sering membutuhkan kecepatan yang
dirubah sesuai dengan keperluan bebannya. Pengoprasian motor pada tegangan nominal
dan frekuensi mempunyai pengaruh pada arus motor dan torsinya. Dalam beberapa
karakteristik, kecepatan sebuah motor dapat berubah sesuai dengan apa yang kita ingnkan
baik pada motor induksi maupun pengerak induksi.

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
5
6
1. Tegangan jala
Tegangan sumber (Vs) dipakai pada daya stator dari sumber AC. Tegangan turun terjadi
karena tahanan stator (Rs). Tegangan resultan (E) mewakili gaya ( gemf) yang ada
untuk menghasilkan fluks magnet dari torsi.
2. Arus magnet
Arus magnet (Im) menghasilkan garis magnet dari fluksi jaringan magnet. Dengan
rangkaian rotor arus magnet sekitar 30% dari arus nominal. Arus magnet , seperti fluksi
(ф) setara dengan tegangan (E) dan frekuensi (f).
3. Arus kerja
arus kerja (Iw) merupakan arus yang mengalir pada belitan motor dan menghasilkan
torsi. Arus kerja adalah fungsi dari beban. Peningakatan beban menyebabkan belitan
motor bekerja lebih keras yang akan menambah arus kerja. Pengurangan beban kerja
belitan rotor akan mengurangi arus kerja.
4. Arus stator
Arus stator adalah (Is) adlah arus yang mengalir pada belitan stator. Arus stator dapat
diukur pada supply jala dan mengacu pada arus jala. Sebagai contoh, frekuensi
digunakan untuk mengukur arus stator. Nilai arus beban penuh pada name plate motor
mengacu pada arus stator dari tegangan nominal, frekuensi, dan bebannya. Dengan arus
maksimum motor dapat bekerja tanpa mengalami kerusakan. Arus stator adalah jumlah
vektor dari arus kerja (Iw) dan arus magnet (Im), arus magnet biasanya dalam keadaan
konstan. Arus kerja akan berubah dengan perubahan beban yang disebabkan perubahan
pada arus stator.
5. Tegangan pada frekuensi
Perbandingan antara tegangan dan frekuensi disebut sebagai volt per hertz ( V/Hz).
fluksi, arus magnet dan torsi berhubungan dengan perbandingan ini. Peningakatan
tegangan, seperti peningkatan yang disebabkan torsi motor, arus magnet juga akan
turun. Penurunan arus magnet akan menyebabkan penurunan pada arus atau arus jala.
Penurunan yang terjadi, semuanya berhubungan dengan kehandalan motor dalam
bebannya.
6. Torsi konstan
Motor AC dijalankan pada operasi arus AC dengan fluks karena tegangan dan
frekuensinya juga konstan. Motor yang beroperasi dengan fluksi yang konstan
mempunyai torsi yang konstan.torsi nyata yang dihasilkan ditientukan oleh bebannya.

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
5
7
Sebuah penggerak Ac mampu mengoperasikan sebuah motor dengan fluksi konstan yang
mendekati nilai frekuensi pada nameplate (60Hz). Ini disebut torsi konstan. Selama
tegangan konstanper Hz dijaga dan motor akan mempunyai karakteristik torsi yang
konstan. Penggerak AC merubah frekuensi untuk merubah kecepatan motor dan tegangan
akan menjaga fluksi yang konstan. Grafik dibawah ini menggambarkan perbandingan
tegangan dan hertz dari motor 460 V dan 60 Hz, dan 230 v, 60 Hz. Untuk mengoperasi
motor 460 V pada kecepatan 50% dengan perbandingannya, tegangan dan frekuensi akan
menjadi 230 V, 60 Hz. Untuk mengoperasikan motor 230 V pada kecepatan 50% dengan
perbandingannya. Tegangan dan frekuensi akan menjadi 115 V, 30 Hz. Perbandingan
tegangan dan frekuensi akan dijaga untuk kecepatan sampai 60 Hz (frekuensinya), ini
biasanya ditentukan batas lebih dari torsi konstan.

2.3 Prinsip operasi dari motor induksi


Prinsip operasi motor induksi didasarkan pada interaksi medan magnet putar pada stator
dengan medan magnet lawan pada rotor. Medan magnet putar dihasilkan oleh arus AC pada
kumparan stator.
Medan magnet pada rotor dapat berupa :
1. Medan magnet induksi ( motor induksi )
2. Dihasilkan dari sumber arus DC terpisah ( motor sinkron )
Interaksi kedua medan magnet menghasilkan torsi yang akan memutar motor.
Prinsip kerja mengapa rotor bisa berputar adalah sebagai berikut :

Gambar 7. Supply 3 fase kekumparan stator motor


1. Kumparan dihubungkan dengan tegangan 3 fasa dengan beda fasa masing masing 120º
2. Besar medan magnet akibat masing masing kumparan berubah sebanding dengan
perubahaan arus AC pada kumparan.

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
5
8
Gambar 8. Prinsip medan putar stator

1. Pada akhir satu siklus arus AC masukan, maka medan magnet berputar 360º.
2. Kombinasi medan magnet dari ketiga kumparan stator menghasilkan medan magnet
yang bergeser ( berputar ).

2.4 Tegangan induksi


Saat power supply terhubung kekumparan stator akan menyebabkan medan elektormagnet
memotong kumparan rotor secara tegak lurus.

Gambar 9. Tegangan induksi ke rotor


Akibatnya pada konduktor rotor akan timbul tegangan induksi elektromagnet. Tegangan
induksi ini akan menyebabkan arus mengalir dikonduktor bar rotor dan di end ring rotor. Arus
yang mengalir melalui konduktor bar rotor akan menghasilkan medan magnet disekeliling bar

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
5
9
rotor. Karena power yang terhubung berupa tegangan AC yang selalu berubah ubah arah dan
besarnya, maka resultan medan magnet dari stator dan rotor akan berubah rubah juga. Sehingga
rotor menjadi elektromagnet yang berubah rubah kutb utara dan selatan.
Produksi torsi pada motor listrik :
1. Torsi pada motor induksi dihasilkan dari interaksi antar rotor dengan medan magnet putar.
2. Medan magnet putar memotong kawat pada rotor sehingga terinduksi tegangan pada rotor.
3. Rotor merupakan rangkaian tertutup, maka pada rotor akan timbul arus
4. Adanya arus dalam medan magnet menimbulkan gaya F pada rotor.
5. Jika kopel mula yang dihasilkan gaya F cukup besar maka rotor akan berputar searah medan
putar stator.

torsi pada motor induksi tergantung pada kuat medan stator dan rotor dan perbedan fasanya.
Torsi pada motor induksi dapat dirumuskan dengan :

dimana :

T = torsi

K = konstanta

Ф = fluksi medan stator

Ir = arus rotor

Cos Qr = faktor daya rotor

3 Mengoperasikan motor 3 fasa dengan sistem pengandali elektromagnetik


Kali ini saya memberikan sedikit materi tentang bagaimana cara dan proses kerja sistem
kendali elektromagnetik pada motor induksi 3 fasa.tetapi sebelumnya terlebih dahulu kita
perlu mengetahui cara kerja dari sebuah motor induksi 3 fasa.
Cara kerja motor 3 fasa :
1. Motor 3 fasa akan bekerja atau berputar apabila sudah dihubungkan dalam hubungan
tertentu.
2. Mendapat tegangan ( jala jala atau power atau sumber ) sesuai dengan kapasitas
motornya
3.1 Motor 3 fasa bekerja dengan 2 hubungan
a. Motor bekerja bintang atau star (Y)

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
6
0
Berarti motor harus dihubungkan bintang, baik secara langsung pada terminal maupun
melalui rangkaian kontrol.

Gambar 1. Hubungan bintang atau star ( Y )


b. Motor bekerja segitiga atau Delta ( ∆ )
Berarti motor harus dihubungkan segitiga,baik secara langsung pada terminal maupun
melalui rangkaian kontrol, kecuali mesin mesin yang kapasitas tinggi diatas 10 HP,
maka motor tersebut wajib bekerja segitiga dan harus melalui rangkaian kontrol delta
baik secara mekanik, manual, atau PLC.

Gambar 2. Hubungan delta ( ∆ )

Dimana bekerja awal ( start ) motor tersebut bekerja bintang hanya sementara, selang beberapa
waktu barulah motor bekerja segitiga dan motor boleh dibebani.
Cara menghubungkan motor dalam hubungan bintang ( Y )
1. Cukup mengkopel atau menghubungkan salah satu dari ujung ujung kumparan fasa
menjadi satu.
2. Sedangkan yang tidak dihubungkan menjadi satu dihubungkan ke sumber tegangan.

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
6
1
Cara menghubungkan motor dalam hubungan segitiga ( ∆ )
1. Ujung pertama kumparan satu fasa di hubungkan dengan ujung kedua dari kumparan
fasa 3
2. Ujung pertama kumparan satu fasa di hubungkan dengan ujung kedua dari kumparan
fasa 1
3. Ujung pertama kumparan satu fasa di hubungkan dengan ujung kedua dari kumparan
fasa 2

Mengapa motor harus dihubungakan dengan star delta ?

1. Beban dengan inersia yang tinggi atau besar akan menyebabkan waktu starting motor
menjadi lama untuk mencapai kecepatan nominalnya.
2. Selama peeriode starting tersebut, maka pada stator akan mengalir arus yang besar
sehingga bisa terjadi pemanasan berlebih ( overheating ) pada motor.
3. Lebih buruk lagi menyebabkan gangguan pada sistem jala jala sumber listriknya
sehingga akan menurunkan tegangannya. Hal ini akan mengganggu beban listrik lainya.
4. Untuk menghindari hal tersebut, suatu motor induksi seringkali di start dengan level
yang lebih rendah dari tegangan nominalnya.
5. Pengurangan tegangan starting tersebut akan membatasi daya yang diberikan ke motor,
namun demikian di sisi lain pengurangan tegangan ini akan berdampak perpanjang
waktu atau periode starting ( waktu yang di butuhkan untuk mencapai kecepatan
nominalnya ).
3.2 Rangkaian sistem kendali elektromagnetik pada motor induksi 3 fasa
Rangkaian sederhana dengan menggunakan kontaktor magnet yaitu mengontrol sebuah
motor listrik. Pengontrolan oleh kontaktor magnet menggunakan 2 rangkaian yaitu
rangakaian kontrol dan rangkaian utama. Peralatan kontrol yang digunakan dalam
pengoperasiannya yaitu, MCB 3 fasa, TOR ( thermal overload relay ), push button on / off
dan kontaktor. Rangkaian kontrol merupakan rangkaian yang mengendalikan atau
mengoperasikan rangkaian utama, sedangkan rangkaian utama merupakan aliran hubungan
kebeban ( 3 fasa ). Rangkaian utama menggunakan kontak utama ( 1-3-5 dan 2-4-6 ) dari
kontaktor magnet untuk menghubungkan atau memutuskan jaringan dengan motor listrik.
Karena arus yang mengalir pada rangkaian utama relatif lebih besar dari pada rangkaian
kontrol, maka pada rangkaian utama dilengkapi dengan TOR ( Thermal overload relay )
atau pengaman beban lebih dari hubung singkat ataupun beban yang lebih. Pada rangkaian
kontrol, arus yang mengalir relatif lebih kecil.

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
6
2
4. Pelaksanaan Percobaan
4.1 Percobaan 1 : Motor induksi berbeban
a. Gambar rangkaian percobaan

b. Langkah kerja
 Persiapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan
 Buatlah rangkaian seperti gambar diatas
 Periksalah rangkaian terlebih dahulu sebelum dialiri arus listrik
 Ujikan rangkaian
 Catat hasil pengujian pada data pengamatan

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
6
3
Data Pengamatan Pengukuran

NO KONFIGURASI Vin I1 I2 I3 V12 V23 V31


100 0,52 0 0,59 176,3 173,3 171

1 WYE 125 0,53 0 0,67 218 213 210

150 0,64 0 0,8 263 255 254

100 1,3 0,78 0 170 165 165


2 DELTA 125 1,86 1,22 0 216 210 210

150 3,2 2,16 0 258 252 251

Data Perhitungan

COS
NO KONFIGURASI Vin I1 I2 I3 V12 V23 V31 P2 P3
PHI P1
100 0.52 0 0.59 176.3 173.3 171 0.8 73.3 0 80.7
1 WYE 125 0.53 0 0.67 218 213 210 0.8 92.4 0 112.5
150 0.64 0 0.8 263 255 254 0.8 134.6 0 162.5
100 1.3 0.78 0 170 165 165 0.8 176.8 102.9 0
2 DELTA 125 1.86 1.22 0 216 210 210 0.8 321.4 204.9 0
150 3.2 2.16 0 258 252 251 0.8 660.4 435.4 0

P = V.I.Cos q

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
6
4
4.2 Percobaan 1 : Motor induksi tanpa beban
a. Gambar rangkaian percobaan

b. Langkah kerja
 Persiapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan
 Buatlah rangkaian seperti gambar diatas
 Periksalah rangkaian terlebih dahulu sebelum dialiri arus listrik
 Ujikan rangkaian
 Catat hasil pengujian pada data pengamatan

Data Pengamat Pengukuran

NO KONFIGURASI Vin I1 I2 I3 V12 V23 V31


100 0,4 0,01 0,57 169,5 167 165

1 WYE 125 0,5 0 0,63 226 219 219,3

150 0,59 0 0,72 266 257 257

100 1,3 0,78 0 172 168 168


2 DELTA 125 1,86 1,22 0 224 219 218

150 3,2 2,16 0 262 255 254

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
6
5
Data Perhitungan

COS
NO KONFIGURASI Vin I1 I2 I3 V12 V23 V31 P1 P2 P3
PHI
100 0.4 0.1 0.57 169.5 167 165 0.8 54.2 13.3 75.2
1 WYE 125 0.5 0 0.63 226 219 219.3 0.8 90.4 0 110.5
150 0.59 0 0.72 266 257 257 0.8 125.5 0 148.0
100 1.3 0.78 0 172 168 168 0.8 178.8 104.8 0
2 DELTA 125 1.86 1.22 0 224 219 218 0.8 333.3 213.7 0
150 3.2 2.16 0 262 255 254 0.8 670.7 440.6 0

P = V.I.Cos q

5. Kesimpulan
1. Motor AC 3 phasa dapat dihubungkan secara star maupun dihubungkan secara delta.
2. Kesalahan pengambilan data dapat disebabkan oleh alat ukur yang kurang akurat.

Laporan Pratikum Pengukuran Listrik / Institut Tekonologi Budi Utomo (ITBU) 2019
6
6

Anda mungkin juga menyukai