Anda di halaman 1dari 54

Praktikum Mesin-Mesin Listrik

PRAKTIKUM I

KONSTANTA TRANSFORMASI

1. TUJUAN
Menghitung perbandingan antara :
 Belitan primer dan belitan sekunder.
 Tegangan primer dan tegangan sekunder.
 Arus primer dan arus sekunder.
 Tegangan induksi primer dan tegangan induksi sekunder.

2. ALAT –ALAT YANG DIGUNAKAN


 Power Supply 189
 Transformator Trainer TT 179
 Transformator Dissectable TT 179
 Load Unit LU 178
 Kabel Penghubung

3. DASAR TEORI
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain melalui suatu gandengan magnet berdasarkan prinsip induksi elektro
magnet.
Pada dasarnya transformator terdiri dari dua atau lebih kumparan yang
terhubung secara magnetik seperti pada gambar 1.1.1. Bila diantara kumparan primer
diberi sumber tegangan bolak-balik dan menghasilkan tegangan induksi primer yang
amplitudonya bergantung pada regangan primer dan jumlah lilitan.

Gambar 1.3.1 Rangkaian magnetik Transformator

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Fluks bersama yang terjadi akan menghubungkan kumparan primer dan
sekunder secara magnetik. Pada kumparan sekunder juga akan terjadi tegangan
induksi dan tegangan sekunder. Dengan jumlah lilitan primer dan sekunder tertentu,
kita akan dapatkan tegangan sekunder yang diharapkan.
Dengan dihubungkan pada sumber tegangan arus searah, maka sebagian dari
garis gaya tadi akan melalui inti (kern) dari kumparan yang kedua dan di dalam
elektromagnit ini akan terjadi GML/GGL dari induksi tadi. Pada kejadian ini alat
ukur melakukan penyimpangan sesaat saja, karena garis gaya tidak mengadakan
perubahan sehingga jarum kembali ke sikap 0.
Sewaktu lingkaran elektromagnit 1 diputuskan, maka elektromagnit 2 akan
mendapat pengurangan garis gaya dan jarum alat ukur akan melakukan
penyimpangan / petunjuk dalam arah yang berlawanan.Umumnya gejala yang
semacam ini disebut sebagai induksi timbal balik yang hanya akan timbul dalam
rangkaian arus searah saat menghubungkan dan memutuskan rangkain tersebut
Alat untuk mengubah tegangan listrik bolak-balik. Prinsip kerjanya
berdasarkan pemindahan daya/energi listrik dari kumparan primer ke kumparan
sekunder dengan cara induksi.
Trafo umum :
V2 V
 1
N 2 N1
Trafo :
a. Step Up : V2 > V1
b. Step Down : V1 > V2
Transformator ideal :
P in = P out atau V1I1 = V2I2
V1 I 2

V2 I1
Transformator tak ideal :
P in  P out

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Macam-macam Trafo berdasarkan kegunaannya
a. Step down trafo
Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan
primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini
sangat mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC.
N primer N sekunder

b. Step up trafo
Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih
banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan.
Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik
tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang digunakan
dalam transmisi jarak jauh.

N primer N sekunder
c. Trafo pembalik fasa
trafo ini mempunyai fungsi sebagai pembalik fasa, banyak digunakan pada
rangkaian penguat suara yaitu padadaerah penguat frekuensi rendah. Trafo ini
biasanya dinamai trafo input, trafo ini mempunyai ciri khas yaitu mempunyai
center tap CT.
d. Trafo saringan
Trafo ini mempunyai tugas sebagai penyaring atau pemblokir sinyal frekuensi
tinggi. Rangkaian ini banyak sekali digunakan pada pemancar televisi.
e. Auto trafo
Tugasnya sama seperti trafo biasa yang terdiri dari gulungan primer dan
sekunder , hanya bedanya trafo ini bekerja secara langsung. Trafo ini banyak
sekali digunakan pada trafo frekuensi rendah, atau dapat juga kita gunakan

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
dalam frekuensi tinggi. Misalnya dapat kita jumpai pada rangkaian sumber daya
di mana trafo ini biasanya disebut kumparan peredam.
f. Trafo resonansi
Trafo resonansi ialah gulungan kawat yang mempunyai fungsi sebagai lingkaran
getaran bersama-sama dengan rangkaian kondensator. Oleh karena itu rangkaian
ini sering disebut dengan rangkaian LC. Pada lingkaran getaran banyak sekali
kita jumpai rangkaian ini. Bila digunakan untuk frekuensi tinggi, maka tidak
diperkenankan menggunakan inti besi dan sebagai gantinya digunakan inti ferit
namanya.
Rangkaian LC biasa juga disebut spoel antenna atau osilator.

Keadaan Transformator Tanpa Beban


Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber
tegangan V1 yang sinusoid, akan mengalirkan arus primer I0 yang juga sinusoid dan
dengan menganggap belitab N1 reaktif murni, I0 akan tertinggal 90o dari V1. Arus
primer I0 akan menimbulkan fluks (Φ) yang sefasa dan berbentuk sinusoid.

Φ = Φ maks sin t
Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi e1 (hukum
Faraday)

e1 = -N1 dt

Gambar 1.3.2 (a) Transformator dua belitan. (b) diagram pasor

d ¿¿
e1 = -N1

= -N1 Φ maks cos ώt (tertinggal 90o dari)

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Harga Efektif :
N 1.2 π . f . ∅ maks
E 1=
√2
¿ 4,44 N 2 f ∅ maks
Pada rangkaian sekunder fluks bersama tadi menimbulkan :
d∅ d∅
e 1=−N 1 =e 2=−N 2
dt dt
e 1=−N 2 ∅ m cos ω t
E2=4,44 N 2 f ∅ maks
E1 N 1
Sehingga =
E2 N 2
Dengan mengabaikan rugi tahanan dan fluks bocor,
E1 N 1 V 1
= = =a
E2 N 2 V 2

Dimana : a = konstanta Transformasi

Jika daya masukan sama dengan daya keluaran maka :


I 1 V 1=V 2 I 2
V1 I2
= =a
V2 I1
Pada Keadaan transformator tak berbeban, arus tanpa beban memiliki komponen
berikut:
1. Arus penguatan, arus yang aktif, yang dapat menimbulkan rugi-rugi besi,
disebut arus rugi besi Ic
2. Arus yang timbul karena adanya inti besi, dimana menimbulkan arus
eddy dan arus histerisis yang dikenal sebagai arus magnetisasi Im yang merupakan
jumlah dari arus eddy dan arus histerisis. Yang menimbulkan rugi tembaga (Cu).
Arus Ic berhimpit dengan tegangan primer Im berhimpit dengan fluksi. Jumlah
vektor kedua komponen arus ini = Io.
Io=√ ℑ 2+ Ic 2

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
ℑ=Io sin ∅ o
Ic=Io cos ∅ o

Gambar 1.3.3 diagram fasor


Jadi perlu diingat :
1) Arus primer Io pada keadaan tidak berbeban jauh lebih kecil daripada
keadaan berbeban
2) Pada keadaan tak berbeban Io kecil, maka rugi Cu pada primer
diabaikan, jadi rugi pada praktisnya hanya rugi-rugi besi
3) Suatu hal yang prinsipiil bahwa rugi besiyang menentukan pergeseran

vektor arus, maka dikenal sebagai sudut memberi histerisis


Konstanta Transformasi yang telah kita peroleh sebelumnya :

E1 E1 I 2 V 1
a= = = =
E 2 E 2 I1 V 2

Dapat digunakan untuk mengklasifikasikan transformator menjadi:


a. Jika N1<N2 , berarti a > 1 , maka transformator tersebut dinamakan
transformator “Step UP” yang berfungsi menaikan tegangan
b. Jika N1>N2 , berarti a < 1 , Maka transformator tersebut dinamakan
transformator “step down” yang berfungsi menurunkan tegangan.

Untuk Transformator ideal pada keadaan tidak berbeban, V1= E1 dan E2 = V2 ;


dimana V1 dan V2 adalah tegangan ujung-ujung transformator. Arah vektor E1 dan E2
berlawanan dengan arah vektor V1 atau V2.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Keadaan Transformator Berbeban


Apabila kumparan sekunder dihungkan dengan beban ZL, I2 mengalir pada
kumparan sekunder,
V2
I 2=
ZL
Dengan Θ2 = faktor kerja beban

Gambar 1.3.4 Transformator Berbeban


Arus beban I2 akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2I2 yang cenderung

menentang fluks ( ) bersama yang telah ada akibat arus. Agar fluks bersama itu
tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I’2, yang
menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2 hingga keseluruhan arus yang
mengalir pada kumparan primer menjadi:
I1 = Io + I’2
Bila rugi besi diabaikan (Ic diabaikan) maka Io = Im
I1 = Im + I’2
Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus
kemagnetan Im saja, berlaku hubungan :
N1 Im = N1 I1 – N1 I2
N1 Im = N1 (Im + I’2) – N2 I2
Sehingga :
N1 I’2 = N2 I2
Karena nilai Im dianggap kecil maka I’2 = I1
Jadi N1 I1 = N2 I2

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
N2 I1
Atau = =a
N1 I2
Untuk transformator ideal pada belitan-belitannya tidak ada tahanan, tapi trafo
sebenarnya selalu ada tahanan pada belitan-belitan primer dan sekunder. Akibat dari
tahanan ini, maka timbul jatuh tegangan dalam belitan-belitannya, yaitu:
1. Pada ujung sekunder vektor tegangan V2 lebih kecil daripada EMF induksi
sekunder E2 sebesar I2R2, dimana R2 tahanan belitan sekunder maka V2 = E2
– I2R2.
2. Pada ujung primer vektor tegangan V1 lebih besar daripada EMF induksi E1,
sebesar I1R1, dimana R1 tahanan belitan primer, maka E1 = V1 – I1R1.

Rangakaian Ekivalen
Dalam pembahasan sebelumnya tahanan dan fluks bocor diabaikan. Berikut jika
keduanya tidak diabaikan. Tidak semua fluks yang dihasilkan oleh arus kemagnetan

Im merupakan fluks bersama ( ), sebagian hanya mencakup kumparan primer

( ) atau kumparan sekunder saja ( ). Dalam rangkaian ekuivalen adanya

fluks bocor dan ditunjukkan sebagai reaktansi X1 dan X2 sedangkan


rugi tahanan ditunjukkan dengan R1 dan R2.
Dari model rangkaian, dapat diketahui hubungan penjumlahan vektor:
V1 = E1 + I1R1 + I1X1
E2 = V2 + I1R1 + I2X2
E1 N 1
= =a
E2 N 2
E1 = a E2

Gambar 1.3.5 rangkaian ekivalen

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Hingga E1 = a (I2 ZL + I2 R2 + I2 X2)
Karena
I '2 N2 1
= =
I 2 N 1 a atau I2 = a I’2
Maka E1 = a2I’2 ZL + a2 I’2 R2 + a2 I’2 X2
Dan
V1 = a I’2 ZL + a I’2R2 + a I’2 X2 + I1R1 + I1X1
Persamaan terakhir mengandung pengertian, apabila parameter rangkaian sekunder
dinyatakan dalam harga rangkaian primer, harganya perlu dikalikan dengan faktor a 2.
Sehingga bentuk penyederhanaan rangkaian menjadi:

Gambar1.3.6 rangkaian ekuivalen

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
KONSTANTA TRANSFORMASI DAN TRANSFORMATOR
DENGAN SEKUNDER TERHUBUNG SERI DAN PARALEL

Pengertian Transformator [12]


Transformator atau sering disingkat dengan istilah Trafo adalah suatu alat
listrik yang dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain. Maksud
dari pengubahan taraf tersebut diantaranya seperti menurunkan Tegangan AC dari
220VAC ke 12 VAC ataupun menaikkan Tegangan dari 110VAC ke 220 VAC.
Transformator atau Trafo ini bekerja berdasarkan prinsip Induksi Elektromagnet
dan hanya dapat bekerja pada tegangan yang berarus bolak balik (AC).
Transformator (Trafo) memegang peranan yang sangat penting dalam
pendistribusian tenaga listrik. Transformator menaikan listrik yang berasal dari
pembangkit listrik PLN hingga ratusan kilo Volt untuk di distribusikan, dan
kemudian Transformator lainnya menurunkan tegangan listrik tersebut ke tegangan
yang diperlukan oleh setiap rumah tangga maupun perkantoran yang pada
umumnya menggunakan Tegangan AC 220Volt. Transformator adalah suatu
peralatan listrik elektromagnetis statis yang berfungsi untuk memindahkan dan
mengubah daya listrik dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya,
dengan frekuensi yang sama dan perbandingan transformasi tertentu melalui suatu
gandengan magnet dan bekerja prinsip kerja induksi elektromagnetis dimana
perbandingan tegangan antara sisi primer dan sisi sekunder berbanding lurus
dengan perbandingan jumlah lilitan dan berbanding terbalik dengan perbandingan
arusnya. Arus yang besar akan menimbulkan rugi yang besar yaitu : P = I 2R dan
selain itu arus yang besar juga akan membutuhkan penampang kawat atau kabel
yang besar dan ini akan memerlukan biaya yang lebih besar. Penyaluran tenaga
listrik dari pembangkit (generator) ke pemakai (beban) biasanya menempuh jarak
yang jauh. Sehingga untuk mengurangi susut daya yang diakibatkan oleh adanya
rugi - rugi, maka diperlukan Transformator untuk menaikkan dan menurunkan
tegangan. Transformator yang berkapasitas besar yang ada di pusat pembangkit dan
di gardu induk disebut dengan Transformator Daya. Transformator merupakan
suatu alat yang dapat mengubah tegangan, yaitu dapat menaikkan atau menurunkan

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
GGL (tegangan) sumber berdasarkan prinsip imbas elektromagnetik. Transformator
terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder. Masing-masing kumparan
disambung dengan tegangan dan beban. Tegangan sumber disambung dengan
terminal kumparan primer, dan beban tersambung dengan terminal kumparan
sekunder. Kumparan primer dan kumparan sekunder melilit inti transformator. Di
dalam inti transformator yaitu terdapat udara, besi atau ferit.
Transformator merupakan salah satu alat listrik yang banyak digunakan pada
bidang tenaga listrik dan bidang elektronika. Pada bidang tenaga listrik,
transformator digunakan mulai dari pusat pembangkit tenaga listrik sampai ke
rumah-rumah. terlebih dahulu dengan menggunakan sebuah transformator daya
dengan tujuan untuk mengurangi kerugian energi yang terjadi saat listrik di
transmisikan. Kemudian sebelum digunakan oleh konsumen tegangan akan
diturunkan lagi secara bertahap dengan menggunakan transformator distribusi,
sesuai dengan peruntukkannya. seperti kawasan industri, komersial, atau
perumahan. Transformator yang dimanfaatkan di rumah tangga pada umumnya
mempunyai ukuran yang lebih kecil, seperti yang digunakan untuk menyesuaikan
356 Mesin Listrik tegangan dari peralatan rumah tangga listrik dengan suplai daya
yang tersedia. Transformator dengan ukuran yang lebih kecil lagi biasanya
digunakan pada perangkat elektronik seperti radio, televisi, dan sebagainya. [2]

Kontruksi Transformator [13]


Pada dasarnya transformator terdiri dari kumparan primer dan sekunder yang
dibelitkan pada inti ferromagnetik. Transformator yang menjadi fokus bahasan
disini adalah transformator daya. Konstruksi transformator daya ada dua tipe yaitu
tipe inti (core type) dan tipe cangkang (shell type). Kedua tipe ini menggunakan inti
berlaminasi yang terisolasi satu sama lainnya, dengan tujuan untuk mengurangi
rugi-rugi arus eddy.
1. Tipe inti (Core form)

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Tipe inti ini dibentuk dari lapisan besi berisolasi berbentuk persegi dan
kumparan transformatornya dibelitkan pada dua sisi persegi. Pada konstruksi tipe
inti, lilitan mengelilingi inti besi,seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.3.7

Gambar 1.3.7 Konstruksi transformator tipe inti (core form)

Sedangkan konstruksi intinya umumnya berbentuk huruf L atau huruf U.

Gambar. 1.3.8 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentul L dan U

2. Tipe cangkang ( Shell form )


Jenis konstruksi transformator yang kedua yaitu tipe cangkang yang dibentuk
dari lapisan inti berisolasi, dan kumparan dibelitkan di pusat inti. Pada
transformator ini, kumparan atau belitan transformator dikelilingi oleh inti

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Gambar 1.3.9. Transformator tipe cangkang ( shell form )


Sedangkan konstruksi intinya umumnya berbentuk huruf E, huruf I atau huruf
F seperti pada Gambar. 1.3.10

Gambar 1.3.10 Konstruksi lempengan logam inti transformator bentuk E, I dan F

Prinsip Kerja Transformator [14]


Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah dan menyalurkan
energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian ke rangkaian listrik
yang lain melalui suatu gandengan megnet dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik. Transformator digunakan secara luas baik dalam bidang tenaga
listrik maupun elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga
memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap - tiap
keperluan misalnya, kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman daya jarak
jauh. Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang
bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektrik namun berhubungan
secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance ) rendah.
Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak - balik
maka fluks bolak - balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena
kumparan tersebut membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer.
Akibat adanya fluks di kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
sendiri (self induction) dan terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena
pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama
(mutual induction) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan
sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder dibebani
sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi).
d∅
e=−N
dt

Dimana : e = gaya gerak listrik ( ggl ) [ volt ]


N = jumlah lilitan
d∅
= perubahan fluks magnet
dt
Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak - balik yang dapat
ditransformasikan oleh transformator. Sedangkan dalam bidang elektronika,
transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban
untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak - balik antara
rangkaian.
Prinsip kerja suatu transformator adalah induksi bersama (mutual induction)
antara dua rangkaian yang dihubungkan oleh fluks magnet. Dalam bentuk yang
sederhana, transformator terdiri dari dua buah kumparan yang secara listrik terpisah
tetapi secara magnet dihubungkan oleh suatu alur induksi. Kedua kumparan
tersebut mempunyai mutual induction yang tinggi. Jika salah satu kumparan
dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, fluks bolak-balik timbul di
dalam inti besi yang dihubungkan dengan kumparan yang lain menyebabkan atau
menimbulkan ggl (gaya gerak listrik) induksi (sesuai dengan induksi elektromag-
net) dari hukum faraday.

Jenis Hubungan pada Trafo 3 Fasa [15]


Transformator 3 fasa pada dasarya merupakan Transformator 1 fase yang telah
disusun menjadi 3 buah dan mempunyai 2 belitan, yaitu belitan primer dan belitan
sekunder. Ada dua metode utama untuk menghubungkan belitan hubungan segitiga
Lab. Mesin-mesin Listrik
Praktikum Mesin-Mesin Listrik
bintang (delta dan Y). Sedangkan pada belitan sekundernya dapat dilayani dengan
segitiga, bintang dan zig-zag (Delta, Y dan Zig-zag). Ada juga hubungan dalam
bentuk khusus yaitu hubungan open-delta (koneksi VV).
Secara umum ada 3 macam jenis hubungan pada transformator tiga phasa yaitu:
a. Hubungan Bintang (Y)
Hubungan bintang artinya hubungan transformator tiga fasa, dimana
ujung-ujung awal atau akhir lilitan disatukan. Titik dimana tempat
penyatuan dari ujung-ujung lilitan merupakan titik netral. Arus
transformator tiga phasa dengan kumparan yang bintang yaitu; IA, IB, IC
masing-masing berbeda 120 ° Transformator tiga phasa hubungan bintang.

b. Hubungan Segitiga / Delta (Δ)


Hubungan segitiga adalah suatu hubungan transformator tiga fasa, dimana
cara penyambungannya adalah ujung akhir lilitan fasa pertama disambung
dengan ujung mula lilitan fasa kedua, akhir fasa kedua dengan ujung mula
fasa ketiga dan akhir fasa ketiga dengan ujung mula fasa pertama.
Transformator tegangan tiga phasa dengan kumparan yang melayani
segitiga yaitu; VA, VB, VC masing-masing berbeda 120 °. Transformator
tiga phasa hubungan segitiga delta.

c. Hubungan Zig-Zag
Transformator zig-zag merupakan transformator dengan tujuan khusus.
Salah satu aplikasinya adalah menyediakan titik netral untuk sistem listrik
yang tidak memiliki titik netral. Pada transformator zig-zag masing-
masing lilitan tiga fasa dibagi menjadi dua bagian dan masing-masing
ditempatkan pada kaki yang berlainan.

Rangkaian Ekivalen Transformator [16]


Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang digunakan untuk
mengubah energi listrik bolak-balik dari satu level tegangan ke level tegangan yang
lain. Dapat menaikkan, menurunkan atau hanya untuk mengisolasi sistem satu

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
dengan yang lainnya. Transformator terdiri atas sisi primer dan sisi sekunder.
Keduanya terhubung dengan inti besi. Dalam kondisi ideal, tanpa rugi-rugi,
perbandingan lilitan antara keduanya merupakan perbandingan tegangan antara
kedua sisinya. Namun pada kenyataannya, daya masukkan tidak pernah sama
dengan daya keluaran. Terdapat rugi-rugi yang terjadi di inti besi dan lilitan. Rugi-
rugi tersebut terjadi akibat histerisis, arus eddy, resistansi belitan dan fluks bocor.
Dari pengetahuan tersebut, transformator dapat dimodelkan dengan rangkaian
elektrik seperti di bawah ini:

Gambar 1.3.11 Rangkaian Trafo

Disimplisikafi menjadi,

Gambar 1.3.12 Rangkaian Ekivalen Trafo

Np 2
Dimana : Req = Rp +
Ns ( )
. Rs

2
Np
Xeq = Xp +
Ns( ) . Xs

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Setelah kita memahami, rangkaian pengganti ini, kita dapat menentukan nilai Req,
Xeq, Rc dan Xm dengan pengujian rangkaian tanpa beban dan hubung singkat.
Yang diukur adalah daya (Watt), tegangan (V) dan arus (I) di sisi primer.

Karakteristik Transformator [17]


Berdasarkan karakteristiknya transformator bisa dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Keadaan Trafo Tanpa Beban
Bila kumparan primer trafo dihubungkan dengan sumber tegangan V 1 yang
sinusoid maka akan mengalir arus primer I 0 yang juga sinusoid dan dengan
menganggap belitan N1 reaktif murni, I0 akan tertinggal 90o dari V1 dan fluks sefasa
dengan I0.

Gambar 1.3.12 Keadaan Trafo Tanpa Beban

Dengan mengabaikan rugi tahanan dan adanya fluks bocor. Arus primer I 0
yang mengalir dalam kenyatannya bukan merupakan arus induktif murni, tapi
terdiri atas komponen :

1. komponen arus pemagnetan

2. komponen arus rugi tembaga

Fluks sinusiod ini akan menghasilkan tegangan induksi E 1 (hukum faraday).


Dalam hal ini tegangan induksi E1 mempunyai kebesaran yang sama tetapi
berlawanan arah dengan tegangan sumber V1.

b. Keadaan Trafo Terbeban


Apabila kumparan sekunder dihubungka dengan beban Z1, I2 mengalir pada
kumparan sekunder, di mana I2 = V2/Z1. Arus beban ini kan menimbulkan gaya

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
gerak magnet (GGM) N2I2 yang cenderung menentang fluks bersama yang telah
ada akibat arus pemagnetan Im.

Gambar 1.3.13 Keadaan Terbeban

Transformator yang Disusun Paralel [18]


Dua buah trafo jika disusun secara paralel dapat menghasilkan arus yang dua
kali lipat besarnya. Jika setiap trafo menghasilkan (misalnya) 5A maka setelah
disusun paralel kedua trafo itu akan menghasilkan arus sebesar 10A secara
bersama-sama. Dua trafo yang dapat disusun seperti ini haruslah dua trafo yang
benar-benar identik, yaitu jumlah serta arah gulungan primer dan sekundernya
adalah sama antara satu dengan lainnya. Untuk mudah dan amannya adalah trafo
dari merek serta type yang sama.

Gambar 1.3.14 Trafo Disusun Paralel

Trafo Disusun Seri [19]


Dua trafo jika disusun secara seri dapat menghasilkan tegangan yang dua kali
lipat besarnya. Sebagaimana pada penyusunan trafo secara paralel, dua trafo yang
digunakan untuk keperluan ini juga sebaiknya dari merek dan type yang sama

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
untuk menghindari timbulnya permasalahan. Keuntungan lainnya menyusun seri
dua buah trafo adalah dapat dihasilkannya dua tegangan keluaran simetrik (dua
tegangan yang sama besar namun saling berlawanan fasa) dari dua trafo nol Volt.
Pada gambar (B) bagian (I) diperlihatkan tegangan simetrik 2 x 32V beserta dengan
tap CT-nya dari dua trafo 0-32V. Atau bisa juga didapatkan tegangan keluaran yang
kadang sulit untuk didapatkan dari trafo-trafo kebanyakan yang beredar di pasaran.
Tegangan keluaran yang diinginkan dapat dipilih dengan pengambilan dari tap-tap
tegangan sekunder di antara kedua trafo tersebut. Besarnya tegangan keluaran
adalah hasil penjumlahan antara tegangan yang dihasilkan oleh trafo pertama
dengan tegangan yang dihasilkan oleh trafo kedua.

Gambar 1.3.15. Trafo Disusun Seri

Trafo Seri Dan Paralel [20]


Rangkaian Trafo Sekunder Terhubung Seri

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Gambar 1.3.16 Rangkaian Trafo Sekunder Terhubung Seri

Seperti gambar di atas , dua belitan primer bertegangan 120V dihubungkan


bersama-sama secara seri pada supply 240V karena kedua belitan itu identik,
setengah tegangan supply, yaitu 120V, dijatuhkan pada setiap belitan dan arus
primer yang sama mengalir melalui keduanya. Kedua belitan sekunder dengan nilai
12V, 2.5A masing-masing dihubungkan secara seri dengan tegangan terminal
sekunder adalah jumlah dari dua tegangan belitan individu yang menghasilkan 24
Volt

Rangkaian Trafo Sekunder Terhubung Parallel


Di sini kita menjaga agar kedua gulungan primer tetap sama tetapi dua belitan
sekunder sekarang terhubung dalam kombinasi paralel. Seperti sebelumnya, kedua
gulungan sekunder masing-masing memiliki nilai 12V, 2.5A, oleh karena itu
tegangan terminal sekunder akan sama pada 12 Volt tetapi arus bertambah.
Kemudian untuk sekunder terhubung paralel, output dalam contoh kita di atas diberi
peringkat 12 Volts, 5.0 Amps C.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Gambar 1.3.12 Rangkaian Trafo Sekunder Terhubung Parallel

Prinsip dasar suatu transformator adalah induksi bersama (mutual induction)


antara dua rangkaian yang dihubungkan oleh fluks magnet. Dalam bentuk yang
sederhana, transformator terdiri dari dua buah kumparan induksi yang secara listrik
terpisah tetapi secara magnet dihubungkan oleh suatu path yang mempunyai
relaktansi yang rendah. Kedua kumparan tersebut mempunyai mutual induction yang
tinggi. Jika salah satu kumparan dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik,
fluks bolak-balik timbul di dalam inti besi yang dihubungkan dengan kumparan yang
lain menyebabkan atau menimbulkan ggl (gaya gerak listrik) induksi ( sesuai dengan
induksi elektromagnet) dari hukum faraday, Bila arus bolak balik mengalir pada
induktor, maka akan timbul gaya gerak listrik (ggl). Transformator merupakan
peralatan listrik yang berfungsi untuk menyalurkan daya/tenaga dari tegangan tinggi
ke tegangan rendah atau sebaliknya. Transformator menggunakan prinsip hukum
induksi faraday dan hukum lorentz dalam menyalurkan daya, dimana arus bolak
balik yang mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan berubah
menjadi magnet. Transformer atau trafo merupakan suatu peralatan yang dapat
mengubah tenaga listrik dari suatu level tegangan ke level tegangan lainnya.Trafo
biasanya terdiri atas dua bagian inti besi atau lebih yang dibungkus oleh belitan -
belitan kawat.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
4.PROSEDUR PERCOBAAN
1. Susunlah rangkaian seperti pada gambar

Gambar 1.4.1 Rangkaian Percobaan Transformasi

2. Beri tegangan sumber bolak – balik pada belitan primer dengan hubungan kumparan
primer seperti dalam table data.

Catat hasil pengukuran ke dalam table hasil percobaan.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
5. DATA PERCOBAAN

Hub. Hub.
NO V1 I1 V2 I2
Primer Primer
1 AB 20 V 0,04 A DE 10 V 0,08
2 AB 20 V 0,04 A DG 20 V 0,04
3 AC 20 V 0,02 A DE 5V 0,08
4 AC 20 V 0,02 A DG 10 V 0,04

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
6. PENGOLAHAN DATA

1. Hubung Primer AB dan HubungSekunder DE


V 1 AB 20Volt
RasioTegangan = = = =2
V 2 DE 10 Volt
V 1 I 1 20 ×0.04
I 2= = =0.08 Ampere
V₂ 10
I 2 0.08 Ampere
RasioArus = = =2
I 1 0.04 Ampere

2. Hubung Primer AB dan HubungSekunder DG


V 1 AB 20 Volt
RasioTegangan = = = =1
V 2 DG 20 Volt
V 1 I 1 20 ×0.04
I 2= = =0.04 Ampere
V₂ 20
I 2 0.04 Ampere
RasioArus = = =1
I 1 0.04 Ampere

3. Hubung Primer AC dan HubungSekunder DE


V 1 AC 20Volt
RasioTegangan = = = =4
V 2 DE 5Volt
V 1 I 1 20 ×0.02
I 2= = =0.08 Ampere
V₂ 5
I 2 0.08 Ampere
RasioArus = = =4
I 1 0.02 Ampere

4. Hubung Primer AC dan HubungSekunder DG


V 1 AC 20 Volt
RasioTegangan = = = =2
V 2 DG 10 Volt
V 1 I 1 20 ×0.02
I 2= = =0.04 Ampere
V₂ 10
I 2 0.04 Ampere
RasioArus = = =2
I 1 0.02 Ampere

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

7. TUGAS DAN JAWABAN


1. Berdasarkan pengolahan data dan data hasil percobaan carilah nilai Pin dan
Pout !
2. Jelaskan secara detail tentang trafo 3 fasa!

Jawaban:

1. Contoh Perhitungan Daya Input dan Daya Output:

1. Hubungan Primer AB dan Hubungan Sekunder DE


Daya Input =V 1 × I 1 ×cos φ . cos φ=0,8 .
Daya Output =V 2 × I 2 ×cos φ .

 Hubungan Primer AB dan Hubungan Sekunder DE


Daya Input =V 1 × I 1 ×cos φ=20 × 0.04 ×0.8=¿0,64 W
Daya Output =V 2 × I 2 ×cos φ=10 × 0.08 ×0.8=¿0,64 W
 Hubungan Primer AB dan Hubungan Sekunder DG
Daya Input = V 1 × I 1 ×cos φ=20 × 0.04 ×0.8=¿0,64 W
Daya Output = V 2 × I 2 ×cos φ=20× 0.04 × 0.8=¿0,64 W
 Hubungan Primer AC dan Hubungan Sekunder DE
Daya Input = V 1 × I 1 ×cos φ=20 × 0.02× 0.8=¿0,32 W
Daya Output = V 2 × I 2 ×cos φ=5 × 0.08 ×0.8=¿0,32 W
 Hubungan Primer AC dan Hubungan Sekunder DG
Daya Input = V 1 × I 1 ×cos φ=20 × 0.02× 0.8=¿0,32 W
Daya Output = V 2 × I 2 ×cos φ=10 × 0.04 ×0.8=¿0,32 W

2. Transformator 3 fasa memiliki 3 kumparan primer dan 3 kumparan sekunder


yang dapat dimasuki dengan 3 tegangan listrik dan mengeluarkan 3 tegangan

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
listrik. Transformator Tiga 3-Fasa adalah tulang punggung dari distribusi daya
listrik baik yang terhubung dengan Delta atau Star.Supply tiga 3-fasa, juga
ditulis sebagai 3 fasa atau 3φ digunakan untuk pembangkit tenaga listrik,
transmisi, dan distribusi, serta untuk semua keperluan industri.

 Tegangan dan Arus Trafo Tiga 3-Fasa


Sebuah transformator tidak dapat bertindak sebagai perangkat pengubah
fasa dan mengubah fasa tunggal menjadi tiga 3-fasa atau 3-fasa menjadi fasa
tunggal. Untuk membuat koneksit ransformator kompatibel dengan supply tiga 3-
fasa, kita perlu menghubungkannya bersama-sama dengan cara tertentu untuk
membentuk Konfigurasi Transformator Tiga 3-Fasa.
 Keunggulan Transformator 3 Fasa:
Sebagai pertimbangan ekonomis, transformator 3 fasa banyak mengurangi
dayap roduksi. Selain itu, Transformator 3 fasa banyak sekali mengurangi jarak
dan lebar dari kerangka Transformator. Maka dari itu, harga dapat dikurangi bila
disbanding dengan menggabungkan Transformator (trafo) 1 fasa menjadi 3.
 Kekurangan Transformator 3 fasa:
Apabila salah satu fasa tegangan mengalami gangguan (kerusakan dan
kelalaian) maka seluruh fasa akan terkena dampaknya dan meyebabkan seluruh
transformator harus dipindahkan (diganti).
 Konstruksi Trafo Tiga 3-Fasa
Transformator 3-fasa secara efektif adalah tiga transformator fasa tunggal
yang saling berhubungan pada inti laminasi tunggal dan penghematan besar
dalam biaya, ukuran dan berat dapat dicapai dengan menggabungkan tiga
gulungan kedalam rangkaian magnetis tunggal. Sebuah transformator 3-fasa
umumnya memiliki tiga rangkaian magnetis yang interlaced untuk memberikan
distribusi seragam fluks dielektrik antara gulungan tegangan tinggi dan rendah.
Pengecualian untuk aturan ini adalahtransformator tipe shell tiga 3-fasa. Dalam
jenis konstruksi shell, meskipun ketiga inti bersama, mereka non-interlaced.
1. Jenis Sistem Hubung Pengasutan

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Transformator 3 fasa memiliki berbagai sistem hubung pengasutan, yaitu
segitiga, bintang, bintang-segitiga, segitiga-bintang, dan zig-zag. Berikut
penjelasannya:
a. Transformator (trafo) 3 fasa hubung bintang ke bintang (Y-Y)
Pada transformator ini ujung pada masing – masing terminal
dihubungkan secara bintang. Dan titik netralnya dijadikan satu.
Kelebihan dari hubung ini adalah lebih ekonomis untukarus nominal
yang kecil, transformator tegangan tinggi. Coba perhatikan gambar :

Bila Pada
transformator (trafo) 3 fasa hubung bintang – bintang ini beban pada sisi
sekunder dari tranformator tidak simbang, amka tegangan fasa dari sis
beban akan berubah kecuali titik bintang dibumikan

b. Tranformator Hubung Segitiga – Segitiga


Transformator hubung segitiga-segitiga digunakan untuk sistem yang
menyalurkan arus besar pada tegangan rendah, diutamakan pada saat

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
kesinambungan dari pelayanan harus dipelihara meski 1 fasa mengalami
gangguan.
Keuntungan dari Tranformator hubung segitiga–segitiga adalah
luas penampang dari konduktor bias dikurangi
tidak ada perubahan fasa diantara tegangan primer dan sekunder
tidak ada kesulitan akibat beban tidak seimbang pada sisi
sekunder.

Adapun kekurangan Tranformator hubung segitiga–segitiga


diantaranya:
 dibanding dengan gaya pengasutan lain, para rangkaian ini
cenderung memiliki isolasi yang lebih banyak,
 ketidakadaan titik bintang merupakan kerugian yang dapat
membahayakan.

c. Tranformator 3 Fasa Hubung Bintang – Segitiga


Hubung bintang-segitiga pada transformator (trafo) biasa digunakan
untuk menurunkan tegangan, seperti pada jaringan transmisi.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

d. Tranformator 3 fasa Hubung Segitiga – Bintang


Berbeda dengan Tranformator 3 fasa hubung bintang-segitiga, pada
hubungan ini, transformator ditujukan untuk menaikan tegangan (step
up).

e. Tranformator 3 Fasa Hubung Zig Zag


Transformator 3 fasa hubung Zig-Zag digunakan untuk menghindari
terjadinya tegangan titik bintang. Dikarenakan kebanyakan transformator
distribusi selalu dihubungkan bintang, dan di antara syarat yang harus
dipenuhinya adalah arus diusahakan seimbang. Apabila beban tersebut
tidak seimbang, maka dapat menyebabkan timbulnya tegangan titik
bintang yang tidak sesuai dan diinginkan.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

8. ANALISA HASIL PERCOBAAN


Pada praktikum kali ini membahas mengenai Konstanta Transformator. Praktikum
dilakukan untuk mengetahui dan membandingkan berbagai konstanta yang ada pada
sebuah transformator. Adapun alat alat yang dibutuhkan untuk melakukan pratikum
ini meliputi Power Supply 189, Transformator Trainer TT 179, Transformator
Dissectable TT 179, dan kabel penghubung atau jumper. Transformator merupakan
komponen listrik yang digunakan untuk mengubah energy listrik dari satu rangkaian
listrik kerangkaian listrik lainnya. Dilakukan percobaan pada saat primer AB dan
sekunder DE, primer AB dan sekunder DG, primer AC dan sekunder DE serta primer
AC dan sekunder DG. Pada saat hubung primer AB dan hubung sekunder DE
tegangan awal sebesar 20 V menghasilkan arus 0,04 A dan tegangan pada sekunder
atau V2 = 10 V. Selanjutnya menggunakan hubung kumparan primer AB dan
kumparan sekunder DG, dengan tegangan pada kumparan primer atau V1 = 20 V
mendapatkan hasil tegangan pada sekunder atau V2 = 20 V dan untuk arus primer
atau I1 = 0.04 A. kemudian selanjutnya kami mengganti hubung kumparan primer AC
dan kumparan sekunder DE, dengan tegangan pada kumparan primer atau V1 = 20 V
didapatkan hasil tegangan pada sekunder atau V2 = 5 V dan arus primer atau I1= 0.02
A. Yang terakhir menggunakan hubung kumparan primer AC dan kumparan
sekunder DG, dengan tegangan pada kumparan primer atau V1 = 20 V didapatkan
hasil tegangan pada sekunder atau V2 = 10 V dan arus primer atau I1= 0.02 A. Untuk
nilai I menggunakan rumus dan penghitungan manual. Dari nilai yang terbaca pada

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Transformmator Trainer tersebut dapat diketahui besarnya arus primer, arus
sekunder maupun tegangan sekunder dipengaruhi oleh jumlah lilitan pada
transformator. Dari data yang diperoleh, dimana nilai antara rasio tegangan dan rasio
arus bernilai sama. Apabila jarak pada kumparan hubung primer bernilai penuh,
maka nilai tegangan sekunder pada kumparan hubung sekunder akan bernilai lebih
kecil daripada nilai tegangan primer pada kumparan primer, akan tetapi apabila jarak
pada kumparan hubung primer pada kumparan hubung sekunder bernilai setengah
ataupun penuh, maka nilai tegangan primer dan sekunder berbanding lurus.
Kemudian, nilai rasio arus akan bernilai besar apabila nilai arus sekunder lebih besar
dari pada arus primer. Jika arus primer lebih besar dari tegangan sekunder maka rasio
tegangan akan bernilai besar pula.

9. KESIMPULAN
1. Rasio arus berbanding lurus dengan nilai arus sekunder, dimana nilai rasio arus
akan bernilai besar apabila nilai arus sekunder lebih besar daripada nilai arus
primer.
2. Niali rasio tegangan dan rasio arus yang dihasilkan dipengaruhi oleh besarnya
nilai tegangan primer, tegangan sekunder, arus primer dan arus sekunder.
3. Jumlah lilitan pada transformator serta besarnya tegangan primer dapat
mempengaruhi nilai pada tegangan sekunder.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

PRAKTIKUM I

TRANSFORMATOR
DENGAN SEKUNDER TERHUBUNG SERI DAN PARALEL

1. TUJUAN

Melihat perubahan tegangan keluaran transformator pada saat kumparan


sekundernya terhubung seri dan paralel.

2. ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN


 Power supply 189
 Transformator trainer TT 179
 Transformator dissectable TT 179
 Load Unit LU 178
 Kabel penghubung

3. TEORI DASAR

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Jika bagian sekunder transformator dihubungkan secara seri atau
dihubungkan secara paralel dan dibebani maka akan terjadi perubahan tegangan
dan arus keluarannya.
Dalam praktikum ini digunakan dua buah kumparan sekunder yang
mempunyai jumlah lilitan yang sama. Pertambahan beban pada suatu saat
menghendaki adanya kerja paralel diantara transformator. Tujuan utama kerja
paralel adalah agar beban yang dipikul sebanding dengan kemampuan kVA
masing – masing transformator, hingga tidak terjadi pembebanan lebih dan
pemanasan lebih.
Dalam menghubungkan sekunder transformator secara paralel yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Jumlah lilitan kumparan sekunder yang akan diparalel harus sama,
jika tidak akan terjadi arus sirkulasi yang mengalir pada kumparan sekunder.
2. Polaritas tegangannya harus sama agar tidak terjadi pembebanan
lebih pada salah satu kumparan sekundernya.
Bila hal ini tidak dipenuhi, akan terjadi panas pada trafo yang mempunyai
polaritas yang searah dengan arah arus beban.
Perhatikan gambar berikut ini :

60 V 60 V 30Ω

120 V

60 V

Paralel connection

60 V 120 V

120 V

60 V

Seri connection

Gambar 1.3.13 Hubungan Paralel dan Seri

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Jika kita berikan tegangan masuk sebesar 120V dipasang beban seperti
pada gambar maka masing-masing sekundernya akan mengalirkan arus sebesar
2A. Pada hubungan paralel tegangan keluarannya sebesar 60V tetapi arus yang
mengalir sebesar 4A. Dan jika sekundernya dihubung secara seri arus yang
mengalir sebesar 2A sedangkan tegangan keluarannya menjadi 120V.
Seperti pada gambar jika kita berikan tegangan pasok sebesar 120 Volt
dipasang beban, maka masing-masing sekundernya mengalirkan arus sebesar 2
Ampere. Pada hubungan secara paralel, tegangan keluarnya sebesar 60 Volt, tetapi
arus yang mengalir sebesar 4 Ampere. Dan jika sekundernya dihubungkan secara
seri, arus yang mengalir sebesar 2 Ampere, sedangkan tegangan keluarannya
menjadi 120 Volt.

Transformator Ideal

Gambar 1.3.14 Transformator Ideal

Transformator ideal adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik. Dalam transformator ideal, tegangan induksi di gulungan
sekunder (V s) adalah sebanding dengan tegangan primer (V p)Jika kumparan
sekunder terpasang ke beban yang memungkinkan arus mengalir, daya semu

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
diinduksi dari rangkaian primer ke sirkuit sekunder. Mengabaikan kerugian, daya
input jelas harus sama dengan output daya jelas memberikan persamaan trafo
ideal.

Untuk maksud tersebut diperlukan beberapa syarat:


1. Perbandingan tegangan harus sama

Rating tegangan transformator keduanya harus identik, dengan kata lain


perbandingan transformator hendaknya sama. Jika perbandingan tidak sama,
maka teganganinduksi pada kumparan sekunder masing-masing transformator
tidak sama. Perbedaan ini menyebabkan terjadinya arus pusar pada kumparan
sekunder, ketika transformator dibebani. Arus ini menimbulkan panas pada
kumparan tersebut.
2. Polaritas Transformator harus sama
3. Tegangan impedansi pada keadaan beban penuh harus sama.

Dari persamaan rangkaian ekuivalen diketahui bahwa:


V1 = Z1 Zek + V’2
Dua Transformator yang diparalelkan dapat digambarkan sebagai berikut:
I1 Total = I1A + I1B
Karena
I1 total = I1A + I1B
Maka untuk keadaan beban penuh:
V1 – V’2 = I1A Z1A = I1B Z1B
I1B Z1B

I1 Total

V1 I2B Z2B
V’2

Gambar 1.3.15 rangkaian ekuivalen

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Persamaan diatas mengandung arti, agar transformator membagi beban sesuai
kemampuan KVA-nya, sehingga tegangan impedansi pada keadaan beban penuh,
kedua transformator tersebut harus sama (I1A x Z1A) = I1B x Z1B . dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kedua transformator tersebut mempunyai
impedansi per unit (pu) yang sama.
4. Perbandingan reaktansi terhadap tahanan sebaiknya sama .
jika perbandingan R/X sama, kedua Transformator tersebut akan bekerja
pada faktor kerja yang sama.

4. PROSEDUR PERCOBAAN

A. HUBUNGAN SERI
1. Susun rangkaian seperti pada gambar 2.4!
2. Hubungkan sekunder transformator secara seri!
3. Buatlah rangkaian dari LU 178 ke TT 179 seperti gambar!
4. Hidupkan power supply dan naikkan tegangan PS 189!
5. Atur switch beban LU 178 sesuai dengan data!
6. Baca V1, I1, V2, I2 dan catat!
7. Matikan switch TT 179 dan PS 189!

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Gambar 1.4.2 Rangkaian Percobaan Transformator Dengan Sisi Sekunder


Terhubung Seri

B. HUBUNGAN PARALEL
1. Susun rangkaian seperti pada gambar 2.4!
2. Hubungkan sekunder transformator secara paralel!
3. Buatlah rangkaian dari LU 178 ke TT 179 seperti gambar!
4. Hidupkan power supply dan naikkan tegangan PS 189!
5. Atur switch beban LU 178 sesuai dengan data!
6. Baca V1, I1, V2, I2 dan catat!
7. Matikan switch TT 179 dan PS 189.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Gambar 1.4.3 Rangkaian Percobaan Transformator Dengan Sisi Sekunder


Terhubung Paralel

5. DATA HASIL PERCOBAAN


A. Hubungan seri (EF dihubungkan)

Hub.
No V1 I1 V2 I2 R/Beban
Primer
1 AB 20 V 0,004 A 22 V 0A No Load
R1=75 Ω
2 AB 20 V 0,12 A 20 V 0,04 A
R2=¿ 100 Ω
R1=¿ 75 Ω
3 AB 20 V 0,1 A 20 V 0,04 A
R2=¿150 Ω
R1=¿ 100 Ω
4 AC 20 V 0,02 A 10 V 0,02 A
R2=¿ 100 Ω
R1=¿ 100 Ω
5 AC 20 V 0,02 A 10 V 0,02 A
R2=¿150 Ω
R1=¿ 75 Ω
6 AC 20 V 0,02 A 10 V 0,02 A
R2=¿150 Ω

B. Hubungan paralel (DF dan EG dihubungkan)


Hub.
No V1 I1 V2 I2 R/Beban
Primer

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
1 AB 20 V 0,04 A 12 V 0A No Load
R1=75 Ω
2 AB 20 V 0,12 A 10 V 0,08 A
R2=¿ 100 Ω
R1=¿ 75 Ω
3 AB 20 V 0,1 A 10 V 0,06 A
R2=¿150 Ω
R1=¿ 100 Ω
4 AC 20 V 0,02 A 5V 0,04 A
R2=¿ 100 Ω
R1=¿ 100 Ω
5 AC 20 V 0,02 A 5V 0,04 A
R2=¿150 Ω
R1=¿ 75 Ω
6 AC 20 V 0,02 A 5V 0,04 A
R2=¿150 Ω

6. PENGOLAHAN DATA
a. Cari Rasio Vout Hubung Seri
V1
Rasio V =
V2

Hub.
No V1 I1 V2 I2 R/Beban
Primer Ratio V
1 AB 20 V 0,004 A 22 V 0A No Load 0,9
R1=75 Ω
2 AB 20 V 0,12 A 20 V 0,04 A R2=¿ 100 1

R1=¿ 75 Ω
3 AB 20 V 0,1 A 20 V 0,04 A 1
R2=¿150 Ω
R1=¿ 100 Ω
4 AC 20 V 0,02 A 10 V 0,02 A R2=¿ 100 2

R1=¿ 100
5 AC 20 V 0,02 A 10 V 0,02 A Ω 2
R2=¿150 Ω
R1=¿ 75 Ω
6 AC 20 V 0,02 A 10 V 0,02 A 2
R2=¿150 Ω

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
b. Cari Rasio Iout Hubung Seri
I2
Rasio I =
I1

Hub.
No V1 I1 V2 I2 R/Beban
Primer Ratio V
1 AB 20 V 0,004 A 22 V 0A No Load 0
R1=75 Ω 0,333
2 AB 20 V 0,12 A 20 V 0,04 A R2=¿ 100

R1=¿ 75 Ω 0,4
3 AB 20 V 0,1 A 20 V 0,04 A
R2=¿150 Ω
R1=¿ 100 Ω 1
4 AC 20 V 0,02 A 10 V 0,02 A R2=¿ 100

R1=¿ 100 1
5 AC 20 V 0,02 A 10 V 0,02 A Ω
R2=¿150 Ω
R1=¿ 75 Ω 1
6 AC 20 V 0,02 A 10 V 0,02 A
R2=¿150 Ω

c. Cari Rasio Vout Hubung Paralel


V1
Rasio V =
V2

Hub.
No V1 I1 V2 I2 R/Beban
Primer Ratio V
1 AB 20 V 0,04 A 12 V 0A No Load 1,6
R1=75 Ω 2
2 AB 20 V 0,12 A 10 V 0,08 A R2=¿ 100

R1=¿ 75 Ω 2
3 AB 20 V 0,1 A 10 V 0,06 A
R2=¿150 Ω
4 AC 20 V 0,02 A 5V 0,04 A R1=¿ 100 Ω 4

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
R2=¿ 100

R1=¿ 100 4
5 AC 20 V 0,02 A 5V 0,04 A Ω
R2=¿150 Ω
R1=¿ 75 Ω 4
6 AC 20 V 0,02 A 5V 0,04 A
R2=¿150 Ω

d. Cari Rasio Iout Hubung Paralel


I2
Rasio I =
I1

Hub.
No V1 I1 V2 I2 R/Beban
Primer Ratio V
1 AB 20 V 0,04 A 12 V 0A No Load 0
R1=75 Ω 0,6667
2 AB 20 V 0,12 A 10 V 0,08 A R2=¿ 100

R1=¿ 75 Ω 0,6
3 AB 20 V 0,1 A 10 V 0,06 A
R2=¿150 Ω
R1=¿ 100 Ω 2
4 AC 20 V 0,02 A 5V 0,04 A R2=¿ 100

R1=¿ 100 2
5 AC 20 V 0,02 A 5V 0,04 A Ω
R2=¿150 Ω
R1=¿ 75 Ω 2
6 AC 20 V 0,02 A 5V 0,04 A
R2=¿150 Ω

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

7. TUGAS DAN JAWABAN

1. Hitung Nilai Pinput dan Poutput dari percobaan!


2. Review materi!
3. Hitunglah efisiensi transformator!

Jawab :
1. a. Pinput pada hubungan seri
1. Hubungan Primer AB dengan tanpa beban
Pinput = V1I1cosθ = (20)(0.004)(0,8) = 0.64 watt
2. Hubungan Primer AB dengan Beban (75 + 100) Ω
Pinput = V1I1cosθ = (20)(0.12)(0,8) = 1,92 watt
3. Hubungan Primer AB dengan Beban (75 + 150) Ω

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Pinput = V1I1cosθ = (20)(0.1)(0,8) = 1,6 watt
4. Hubungan Primer AC dengan Beban (75 + 75) Ω
Pinput = V1I1cosθ = (20)(0.02)(0,8) = 3,2 watt
5. Hubungan Primer AC dengan Beban (75 + 100) Ω
Pinput = V1I1cosθ = (20)(0.02)(0,8) = 3,2 watt
6. Hubungan Primer AC dengan Beban (75 + 150) Ω
Pinput = V1I1cosθ = (20)(0.02)(0,8) = 3,2 watt

b. Poutput pada hubungan seri


1. Hubungan Primer AB dengan tanpa beban
Poutput = V2I2cosθ = (22)(0)(0,8) = 0 watt
2. Hubungan Primer AB dengan Beban (75 + 100) Ω
Poutput = V2I2cosθ = (20)(0.04)(0,8) = 0,64 watt
3. Hubungan Primer AB dengan Beban (75 + 150) Ω
Poutput = V2I2cosθ = (20)(0.04)(0,8) = 0,64 watt
4. Hubungan Primer AC dengan Beban (75 + 75) Ω
Poutput = V2I2cosθ = (10)(0.02)(0,8) = 0,16 watt
5. Hubungan Primer AC dengan Beban (75 + 100) Ω
Poutput = V2I2cosθ = (10)(0.02)(0,8) = 0,16 watt
6. Hubungan Primer AC dengan Beban (75 + 150) Ω
Poutput = V2I2cosθ = (10)(0.02)(0,8) = 0,16 watt

c. Pinput pada hubungan paralel


1. Hubungan Primer AB dengan tanpa beban
Pinput = V1I1cosθ = (20)(0.004)(0,8) = 0.64 watt
2. Hubungan Primer AB dengan Beban (75 + 100) Ω
Pinput = V1I1cosθ = (20)(0.12)(0,8) = 1,92 watt
3. Hubungan Primer AB dengan Beban (75 + 150) Ω
Pinput = V1I1cosθ = (20)(0.1)(0,8) = 1,6 watt
4. Hubungan Primer AC dengan Beban (75 + 75) Ω

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Pinput = V1I1cosθ = (20)(0.02)(0,8) = 0,32 watt
5. Hubungan Primer AC dengan Beban (75 + 100) Ω
Pinput = V1I1cosθ = (20)(0.02)(0,8) = 0,32 watt
6. Hubungan Primer AC dengan Beban (75 + 150) Ω
Pinput = V1I1cosθ = (20)(0.02)(0,8) = 0,32 watt

d. Poutput pada hubungan paralel


1. Hubungan Primer AB dengan tanpa beban
Poutput = V2I2cosθ = (12)(0)(0,8) = 0 watt
2. Hubungan Primer AB dengan Beban (75 + 100) Ω
Poutput = V2I2cosθ = (10)(0.08)(0,8) = 0,64 watt
3. Hubungan Primer AB dengan Beban (75 + 150) Ω
Poutput = V2I2cosθ = (10)(0.06)(0,8) = 0,48 watt
4. Hubungan Primer AC dengan Beban (75 + 75) Ω
Poutput = V2I2cosθ = (5)(0.04)(0,8) = 0,16 watt
5. Hubungan Primer AC dengan Beban (75 + 100) Ω
Poutput = V2I2cosθ = (5)(0.04)(0,8)= 0,16 watt
6. Hubungan Primer AC dengan Beban (75 + 150) Ω
Poutput = V2I2cosθ = (5)(0.04)(0,8) = 0,16 watt

2. Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat mengubah serta


menyalurkan energy listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik kerangkaian listrik
yang lainnya, dengan melewatkannya melalui 2 kumparan yang digandeng
(kumparan primer dan kumparan sekunder), Transformator bekerja berdasarkan
prinsip induksi elektromagnetik. Tegangan masukan bolak-balik yang
membentangi primer menimbulkan fluks magnet yang idealnya semua
bersambung dengan lilitan sekunder. Fluks bolak-balik ini menginduksikan gaya
gerak listrik (ggl) dalam lilitan sekunder. Jika efisiensi sempurna, semua daya
pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder.Adapun jenis-jenis dari
transformator sendiri seperti trafo step-up, step-down, trafo arus, trafo tegangan,
auto transformator dsb. Pada transformator step-down memiliki lilitan sekunder

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
lebih sedikit daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan,
Namun transformator step-up memiliki lilitan sekunder lebih banyak daripada
lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan. Transformator ini
biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik tegangan yang
dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang digunakan dalam transmisi
jarak jauh. Jika bagian sekunder transformator dihubungkan secara seri atau
dihubungkan secara paralel dan dibebani maka akan terjadi perubahan tegangan
dan arus keluarannya. Dalam menghubungkan sekunder transformator secara
paralel yang perlu diperhatikan yaitu, Jumlah lilitan kumparan sekunder yang akan
diparalel harus sama, jika tidak akan terjadi arus sirkulasi yang mengalir pada
kumparan sekunder. Polaritas tegangannya harus sama agar tidak terjadi
pembebanan lebih pada salah satu kumparan sekundernya. Transformator step-
down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan primer, sehingga
berfungsi sebagai penurun tegangan.

Jenis Trafo berdasarkan Level tegangan ini diantaranya adalahTrafo Step Up dan
Trafo Step Down.
Trafo Step Up, Seperti namanya, Trafo Step Up adalah Trafo yang berfungsi
untuk menaikan taraf atau level tegangan AC dari rendah ketaraf yang lebih
tinggi. Tegangan Sekunder sebagai tegangan Output yang lebih tinggi dapat
ditingkatkan dengan cara memperbanyak jumlah lilitan di kumparan
sekundernya daripada jumlah lilitan di kumparan primernya. Pada
pembangkit listrik, Trafo jenis ini digunakan sebagai penghubung trafo
generator ke grid.
Trafo Step Down, Trafo Step Down adalah Trafo yang digunakan untuk
menurunkan taraf level tegangan AC dari taraf yang tinggi ketaraf yang lebih
rendah. Pada Trafo Step Down ini, Rasio jumlah lilitan pada kumparan
primer lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah lilitan pada kumparan
sekundernya.

Jenis-jenis Transformator berdasarkan bahan Inti (core) yang Digunakan

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Trafo berinti Udara (Air Core Transformer), Pada Trafo yang berinti Udara,
Gulungan Primer dan Gulungan Sekunder dililitkan pada inti berbahan non-
magnetik yang biasanya berbentuk tabung yang berongga. Bahan non-
magnetik yang dimaksud tersebut dapat berupa bahan kertas ataupun karton.
Ini artinya, hubungan fluks antara gulungan primer dan gulungan sekunder
adalahmelalui udara. Tingkat kopling atau induktansi mutual diantara lilitan-
lilitan tersebut lebih kecil dibandingkan denganTrafo yang berinti besi.
Kerugian Histerisis dan kerugian arus eddy yang biasanya terjadi pada trafo
inti besi dapat dikurangi atau bahkan dapat dihilangkan pada trafo yang
yangberinti udara ini. Trafo inti udara ini biasanya digunakan pada rangkaian
frekuensi tinggi.
Trafo berinti Besi (Iron Core Transformer), Pada Trafo berinti Besi,
gulungan primer dan gulungan sekunder dililitkan pada inti lempengan-
lempengan besi tipis yang dilaminasi. Trafo inti besi memiliki efisiensi yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan trafo yang berinti udara. Hal ini
dikarenakan bahan besi mengandung sifat magnetik dan juga konduktif
sehingga mempermudah jalannya fluks magnet yang ditimbulkan oleh arus
listrik kumparan serta untuk mengurangi suhu panas yang ditimbulkan. Trafo
yang berinti besi biasanya digunakan pada aplikasi frekuensi rendah.

Jenis-jenis Transformator berdasarkan Penggunaannya


Trafo Daya (Power Transformer), Transformator Daya adalah jenis trafo
yang berukuran besar dan digunakan untuk aplikasi transfer daya tinggi yang
mencapai hingga 33 Kilo Volt. Trafo daya ini sering digunakan di stasiun
pembangkit listrik dan gardu transmisi. Trafo Daya biasanya memiliki tingkat
insulasi yang tinggi.
Trafo Distribusi (Distribution Transformer, Trafo Distribusi atau Distribution
Transformer digunakan untuk mendistribusikan energy listrik dari
pembangkit listrik kedaerah perumahan ataupun lokasi industri. Pada
dasarnya, Trafo Distribusi ini mendistribusikan energy listrik pada tegangan

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
rendah yang kurang dari 33 kilo Volt untuk keperluan rumah tangga ataupun
industri yang berada dalam kisaran tegangan 220V hingga 440V.
Trafo Pengukuran (Measurement Transformer), Trafo Pengukuran atau
Instrument Transformer ini digunakan untuk mengukur kuantitas tegangan,
arus listrik dan daya yang biasanya diklasifikasikan menjadi trafo tegangan
dan trafo arus listrik dan lain-lainnya.
Trafo Proteksi (Protection Transformer), Trafo Proteksi ini digunakan untuk
melindungi komponen listrik. Perbedaan utama antara trafo proteksi dan trafo
pengukuran adalah pada akurasinya. Dimana trafo proteksi harus lebih akurat
jika dibandingkan dengan trafo pengukuran.

3. Efisiensi Transformator
a. Efisiensi pada hubungan seri
Poutput
Efisiensi= x 100 %
pinput
1) Hubungan Primer AB dengan Tanpa Beban
Poutput 0
Efisiensi= x 100 %= × 100 %=0%
pinput 0.08
2) Hubungan Primer AB dengan beban (75+100) Ω
Poutput 0.8
Efisiensi= x 100 %= × 100 %=33.333 %
pinput 2.4
3) Hubungan Primer AB dengan beban (75+150) Ω
Poutput 0.8
Efisiensi= x 100 %= × 100 %=40 %
pinput 2
4) Hubungan Primer BC dengan beban (75+75) Ω

Poutput 0.2
Efisiensi= x 100 %= ×100 %=50 %
pinput 0.4
5) Hubungan Primer BC dengan beban (75+100) Ω

Poutput 0.2
Efisiensi= x 100 %= ×100 %=50 %
pinput 0.4
6) Hubungan Primer BC dengan beban (75+150) Ω

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Poutput 0.2
Efisiensi= x 100 %= ×100 %=50 %
pinput 0.4

b. Efisiensi pada hubungan paralel


Poutput
Efisiensi= x 100 %
pinput
1) Hubungan Primer AB dengan Tanpa Beban
Poutput 0
Efisiensi= x 100 %= × 100 %=0 %
pinput 0.08
2) Hubungan Primer AB dengan beban (75+100) Ω
Poutput 0.8
Efisiensi= x 100 %= × 100 %=33.333 %
pinput 2.4
3) Hubungan Primer AB dengan beban (75+150) Ω
Poutput 0.6
Efisiensi= x 100 %= × 100 %=30 %
pinput 2
4) Hubungan Primer BC dengan beban (75+75) Ω

Poutput 0.2
Efisiensi= x 100 %= ×100 %=50 %
pinput 0.4
5) Hubungan Primer BC dengan beban (75+100) Ω

Poutput 0.2
Efisiensi= x 100 %= ×100 %=50 %
pinput 0.4
6) Hubungan Primer BC dengan beban (75+150) Ω
Poutput 0.2
Efisiensi= x 100 %= ×100 %=50 %
pinput 0.4

8. ANALISA HASIL PERCOBAAN


Pada Percobaan yang akan dilakukan dilakukan untuk mengukur nilai arus
input, tegangan output dan arus output pada rangkaian hubungan seri dan parallel
dengan tegangan input sebesar 20 V. Pada masing-masing rangkaian terdapat hubung

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
primer AB dan AC. Beban yang digunakan bervariasi yakni tanpa beban, 75+100,
75+150, 100+100,100+150,75+150 yang akan dihubung seri atau paralel. Percobaan
pertama yaitu hubungan seri EF dihubungkan, dengan tegangan pada kumparan primer
atau V1 = 20 V didapatkan arus primer atau I1 = 0.004 A dan tegangan pada sekunder
atau V2 = 22 V dengan keadaan tanpa beban. Selanjutnya masih pada hubungan AB
beban menjadi 75Ω + 100Ω dan kami mendapatkan I1 sebesar 0,12 A dan I2 sebesar
0,04 A. Selanjutnya masih dengan hubung yang sama dengan beban menjadi 75Ω +
150Ω. Didapatkanlah hasil I1 sebesar 0,1 A dan I2 sebesar 0,04 A. Selanjutnya kami
mengganti hubung dari hubung AB menjadi hubung AC. Pertama beban di kedua sisi
sebesar 100Ω dan 100 Ω, kami mendapat kan I1 dan I2 sebesar 0,02 A dan
0.02A.Selanjutnya kami meletakkan beban sebesar 100Ω dan 150Ω dengan hasil I1 dan
I2 sebesar 0,02 A dan 0,02 A. Berikutnya beban menjadi 75Ω dan 150Ω maka hasil I1
dan I2 adalah 0,02 A dan 0,02 A. Selanjutnya kami ganti jadi hubung primer AB,
dimana hubungan parallelnya antara DF dan EG dihubungkan. Pada percobaan tanpa
beban kami mendapatkan I1 dan I2 sebesar 0,04 A dan 0 A. Selanjutnya beban kami
ganti jadi 75Ω dan 100Ω, kami mendapatkan hasil I1 dan I2 sebesar 0,12 A dan 0,08 A
dan begitupun seterusnya sesuai pada data hasil percobaan. Ketika dalam keadaan tidak
berbeban arus pada I2 bernilai 0.Artinya arus tidak akan mengalir menuju kumparan
sekunder saat tidak ada beban. Pada hubungan seri EF dihubungkan, hubung primer AB
memiliki arus yang lebih tinggi dari pada hubung AC saat beban konstan. Begitupula
pada hubung paralel AB memiliki nilai arus yang lebih besar dari pada AC dalam
keadaan beban yang sama. Dari data tersebut dapat dihitung pula Pinput dan Poutputsecara
seri dan paralel. Dapat dihitung pula untuk efisiensi pada hubung seri didapatkan hasil
secara berurutan sebesar 0%, 33.333%, 40%, 50%, 50%, 50% dan 1,3%. Dan untuk
efisiensi pada hubung parallel didapatkan hasilsecara berurutan sebesar 0%, 33.333%,
30%, 50%, 50% dan 50%. Dari data tersebut terlihat bahwa kumparan dihubungkan seri
lebih baik nilai efisiensinya dari pada kumparan yang dihubungkan secara paralel.
9. KESIMPULAN
1. Efisiensi kumparan sisi sekunder terhubung seri pada transformator lebih besar
daripada kumparan sisi sekunder terhubung paralel pada transformator.

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
2. Besarnya arus output yang dihasilkan dipengaruhi oleh besarnya beban,
Semakin besar beban maka akan semakin kecil arus output yang dihasilkan dan
begitupun sebaliknya.
3. Besarnya nilai arus output pada hubungan paralel lebih besar dibandingkan
dengan arus output pada hubungan seri.
4. Tegangan output pada saat kumparan sekunder pada paralel lebih kecil
dibandingkan pada saat kumparan sekunder disusun seri pada beban yang
sama.
5. Pada transformator di sisi sekunder daya keluaran yang dihasilkan terhubung
parallel lebih besar dibandingkan terhubung secara seri.

DAFTAR PUSTAKA

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik
Tim Laboratorium Mesin-Mesin Listrik. 2021. Petunjuk Praktikum Mesin-Mesin
Listrik. UNSRI : LaboratoriumMesin Listrik Teknik Elektro.X[12] R.
Purwandari, “Transformator,” www.academia.edu, 2018.
https://www.academia.edu/7527100/Transformator.

[13] M. Wijaya, Dasar-Dasar Mesin Listrik. 2001.

[14] B. L. Tobing, Peralatan Tegangan Tinggi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama, 2003.

[15] I. Artikel, “Analisis Transformator Daya 3 Fasa 150 Kv/ 20 Kv Pada Gardu
Indukungaran Pln Distribusi Semarang,” Edu Elektr. J., vol. 3, no. 2, pp. 9–
16, 2014.

[16] A. Kadir, Transformator. Jakarta: PT Elex Media Komputido, 1989.

[17] A. Gatot Bintoro, Dasar-Dasar Pekerjaan Las. Yogyakarta: Kanisius, 2000.

[18] B. Y. dan F. Husodo, “Jurnal Teknologi Elektro , Universitas Mercu Buana


ISSN : 2086-9479 ANALISIS VECTOR GROUP PADA HUBUNGAN
PARALEL TRANSFORMATOR UNIT GARDU BERGERAK Jurnal
Teknologi Elektro , Universitas Mercu Buana ISSN : 2086-9479,” vol. 7,
no. 3, pp. 130–139, 2016.

[19] S. Sandi, “TRAFO PARALEL DAN TRAFO SERI,”


www.sandielektronik.com, 2018.
https://www.sandielektronik.com/2015/07/trafo-paralel-dan-trafo-seri.html.

[20] F. Siagian, “Trafo Seri Dan Paralel,” id.scribd.com, 2016. .

Lab. Mesin-mesin Listrik


Praktikum Mesin-Mesin Listrik

Lab. Mesin-mesin Listrik

Anda mungkin juga menyukai