Trafo Tegangan
H = Kumparan Tegangan K2
Tinggi
K1
H1
E1
◼ Menurut kutubmya trafo tagangan dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Trafo satu kutub : trafo tegangan yang salah satu
terminalnya dibumikan / ditanahkan, dipergunakan untuk
tegangan diatas 30 kV
2. Trafo dua kutub : trafo tegangan yang kedua t
erminalnya diisolir dari bumi / tanah, hanya digunakan untuk
tegangan dibawah 30 kV
R
S
T
Trafo tegangan satu kutub yang dipasang pada jaringan tiga fasa,
disamping belitan pengukuran, umumnya dilengkapi dengan belitan
tambahan yang berfungsi untuk mendeteksi arus ganguan tanah.
Belitan dari ketiga unit tarfo tegangan tersebut dihubungkan seri,
untuk libih jelasnya dapat diperlihatkan pada gambar sebagai
berikut :
◼ Gamabar : Contoh penggunaan trafo tegangan yang
dipakai untuk mendeteksi arus gangguan
tanah.
R
S
T
VSn VRn
VTn
Vab
a b
Keterangan :
Selama oprasi normal , tidak ada tegangan pada terminal a
– b (Vab=0). Bila tejadi gangguan tanah pada salah satu
fasa (misaldi fasa R), maka tegangan fasa S dan T naik 3
dari tegangan semula, sehingga disekunder kedua trafo
dibangkitkan tegangan 3 Vn.Tegangan pada terminal a – b
sama dengan resutan tegangan sekunder trafo S dan T,
yang besarnya tiga kali harga
tegangan fasa kenetral (3Vn). Tegangan ini memicu relay
gangguan tanah. Tegangan pengenal belitan gangguan
tanah biasanya dipilih sedemikian sehingga saat ganguan
tanah Vab mencapai harga yang sama dengan tegangan
sekunder fasa ke tanah.
3. Trafo Pembagi Tegangan Kapasitip
1
I2
1
1
VLN V2
Z
C2 V1 Z0
Z
Jika VLN dan semua impedansi rangkaian diketahui, maka
tegangan V2’ dapat dihitung. Selanjutnya V2 dapat dihitung
dengan persamaan :
V2 ‘ = at . V2
dan galat rasio trafo tegangan kapasitip :
ap − k p
= 100%
kp
di mana :
VLN
kp =
V2 = faktor transformasi tegangan aktual
sistem pengukuran
Relay jarak dengan PLC 1 Unit trafo kapasitif dan 2 unit trafo
Prinsip kerja trafo arus sama dengan trafo daya satu fasa. Jika
pada kumparan primer mengalir arus I1, maka pada kumparan
primer timbul gayagerak magnet sebesar N1.I1.
Gaya gerak magnet ini mempruduksi fluks pada inti, kemudian
membangkitkan gaya gerak listrik (GGL) pada kumparan
sekunder. Jika termianal kumparan sekunder tertutup, maka
pada kumparan sekunder mengalir arus I2 , arus ini menimbulken
gaya gerak magnet N1I1 pada kumparan sekunder. Bila trafo
tidak mempunyai rugi-rugi (trafo ideal) berlaku persamaan :
N1I1 = N 2 I 2 atau I1
I2
=
N2
N1
Gambar Rangkaian Ekivalen Trafo Arus :
Zi
I1/k I2
I0 Z 0 E 2 V2 Z2
Keterangan :
Tegangan terminal sekunder (V2 ) tergantung pada
ipedansi peralatan (Z2 ) yang bisa berupa alat ukur /
relay, sehingga dapat ditulis persamaan :
V2 = I 2 Z 2
Jika tahanan dan reaktansi bocor kumparan trafo dinyatakan
(Z i ), maka ggl pada kumparan sekunder harus lebih besar
dari pada tegangan sekunder agar rugi-rugi tegangan pada
(Z i ) dapat dikompensasi, maka persamaan yang harus
dipenuhi adalah :
E2 − V2 = E2 − I 2 Z 2 = I 2 Z i
atau
E2 = I 2 (Z 2 + Z i )
Dalam prakteknya trafo arus selalu mengandung arus beban nol
(I0), arus ini menimbulkan fluks (Φ) yang dibutuhkan untuk
membangkitkan gaya gerak listrik E2 :
E2 = 4,44 fN 2 = 4,44 fN 2 AB
di mana :
f = frekuensi tegangan
Φ = fluks magnetik
A = luas penampang inti trafo
B = rapat medan magnetik
Gaya Gerak Listrik (GGL) inilah yang mempertahankan aliran arus
I2 pada impedansi (Z2+ Z i). Oleh karena itu, amper belitan yang
ditimbulkan arus beban nol harus dapat mengimbangi amper
belitan yang ditimbulkan arus primer dan sekunder :
N1 I 0 = N 1 I 1 = N 2 I 2
Perbedaan Utama Trafo Arus dengan Trafo Daya :