Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN TUGAS AKHIR

RADIOLOGI DASAR

(Pesawat Rontgen Single pulsa)

Nama
No Induk Mahasiswa
Hari/Tanggal Praktikum
2016

: Zaipul Rahmat
:20143010016
:Rabu / 30 desember
Dosen
:Joko Sukwono, S.T

PRODI TEKNIK ELEKTROMEDIK


PROGRAM VOKASI

UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAHYOGRYAKARTA
2016
1. Tujuan Praktikum
a) Mahasiswa bisa membuat kontrol generator peswat rontgen single pulse
b) Mahasiswa bisa menginstalasi peswat rotgen hinggga menhasilkan x ray
c) Mahasiswa bisa mengukur besar sinar x, kv , mAh , waktu expose
d) Mahasiwa mampu melakukan trouble shooting terhadap hasil ukur
2. Dasar Teori
Pesawat rontgen adalah alat / pesawat medik yang bekerjanya
mengunakan radiasi sinar X, baik untuk keperluan fluoroskopi maupun
radiograf.
Proses terjadinya sinar x
Didalam tabung rontgen terdapat anoda dan katoda (flamen) bila flamen di
panaskan dengan hantraran listrik dari transformator maka flamen akan memanas
hingaa 20000 derajat celciusKarena panas elektron dari flamen terlepas sehingga
terjadi thermionic emission dimana banyak elektron bebas dan terbentuk awan
elektron.Dan pada saat anoda di aliri listrik maka elektron yang terlepas akan di
percepat pergerakannya menuju anodaElektron mendadak di hentikan sehingga
akan menghasilkan panas 99% dan sinar x 1%Sinar x yang keluar diarahkan keluar
melalui diafragma Panas yang dihasilkan di hilangkan radiator pendingin

3. Komponen Penyusun dan Prinsip Kerja


Instrumen Pesawat Rontgen memiliki beberapa komponen
penyusun, yang
tiap komponen penyusun pesawat rontgen tersebut memiliki fungsi
masing masing, sehingga dapat berkorelasi dan menghasilkan fungsi
untuk suatu tujuan yaitu pesawat rontgen. Terdapat blok diagram dari
komponen penyusun pesawat rontgen konvesional, yaitu sebagai
berikut:

Untuk dalam blok diagram tersebut dibagi menjadi beberapa bagian


penyusun, diantaranya yaitu rangkaian Power Supply, Rangkaian Timer,
Rangkaian HTT, Rangkaian X Ray Tube (Tabung sinar X), dan rangkaian
pemanas flamen.
2.2.1 Blok Rangkaian Power Suply
Ragkaian power suply ini berfungsi untuk mendistribusikan tegangan pada seluruh
rangkaian pesawat rontgen sesuai yang dibutuhkan oleh masing-masing rangkaian.
Rangkaian power supply ini terdiri dari :

a.

Saklar Saklar / Switch ini berfungsi untuk menghubungkan supply listik PLN dengan
pesawat roentgen
.
b.

Fuse / Sekring Sekring pada bagian rangkaian power supply ini yaitu untuk
pelindung atau pengaman, apabila ada arus / tegangan yang lebih dari kuota yang
masuk, maka sekring tersebut berfungsu sebagai jembatan pengaman, dia akan
putus apabila ada arus / tegangan yang besar diluar kuota masuk dalam komponen
ini.
c.

Voltage Convensator Voltage Convensator berfungsi untuk mengkompensasi nilai


tegangan yang diperlukan pesawat rontgen jika terjadi penurunan atu kenaikan
pada supply PLN Apabila tegangan naik kita harus menambah jumlah lilitan primer
dengan memutar selector voltage compensator, dan jika tegangan turun kita harus
mengurangi jumlah lilitan primer dengan cara memutar selector voltage
compensator sehingga diperoleh perbandingan transformasi antara tegangan dan
jumlah lilitan primer

dengan tegangan dan jumlah lilitan sekunder adalah tetap dengan demikian
diperoleh nilai tegangan pada setiap lilitan akan tetap. Perbandingan
transformasinya dapat dituliskan sebagai berikut
E1 : N1= E2 : N2
DimanA:
E1 = Tegangan di primer
N1 = Jumlah lilitan di primer
E2 = Tegangan di sekunder
N2 = Jumlah lilitan di sekunder
Sebagai contoh, ketika E1 : N1 = E2 : N2 , 220 : 220 = 1 : 1, tegangan dari PLN
stabil 220 v dan lilitan primer jumlahnya 220 maka perbandingan output di
sekunder = 1:1, ini menunjukan bawha setiap lilitan terdapat 1 volt tegangan. Jika
tegangan dari PLN naik menjadi 230v dan lilitan primer 220, maka perbandingan
output 1 : 1, agar diperoleh tegangan setiap lilitan (pada output / sekunder) akan
tetap 1 : 1 maka kita harus menambah jumlah lilitan primer sebanyak 10 lilitan.
Sehingga akan dihasilkan E1 : N1 = E2 : N2 yaitu 230v : 230 = 1:1, begitupun jika
tegangan darin PLN menjadi turun, misalkan menjadi 210v, dan lilitan primer tetap
220, maka perbadingan pada sekunder output 1 : 1 yaitu 210 v : 220, untuk
menjadikan transformasi 1:1 maka harus jumlah lilitan primer sebanyak 10 lilitan
210v : 210 = 1:1, maka akan diperoleh perbandingan transformasi tetap.
d.Auto Trafo
Auto trafo merupakan alat untuk memindahkan daya listrik dari satu rangkaian ke
rangkaian lain dengan cara menaikkan atau menurunkan tegangan keseluruh
pesawat rontgen. Autotrafo juga merupakan transformator yang kumparan primer
dan kumparan sekundernya menjadi satu dalam satu core.
e.Line Resistance ( R Mate)
Setiap pesawat rontgen akan mempunyai hambatan atau R yang diberikan oleh
pabrik, contohnya pada pesawat Rontgen Shimadzu R=0,04 -

0,08,resistance ini disebut R internal ( R pesawat ). Sehinnga R line adalah


tahanan atur yang berfungsi untuk mencocokkan tahanan pengkabelan dengan
tahanan yang dibutuhkan pesawat rontgen. R internal = R. mate (line) + R.
R internal = R. mate (line) + R. Eksternal
Eksternal (pengkabelan).
f.Voltage Indicator
Voltage Indicator sebagai alat untuk mengetahui apakah tegangan PLN mengalami
kenaikan atau penurunan.
g.KVP Selector Mayor
KVP selector mayor berfungsi untuk memilih tegangan tinggi / memilih besarnya
beda potensial antara anoda dan katoda, yang besar selisih tiap terminal x 10 KV.
h.KVP Selector Minor
KVP selector minor untuk memilih tegangan tinggi / memilih besarnya beda
potensial antara anoda dan katoda, yang besar selisih tiap terminalnya 1 KV.
i.Voltage Regulator
Voltage regulator berfungsi untuk memilih tegangan PLN 110/220/380 Vac
tergangtung dengan pesawat yang digunakan dan dinegara mana.

2.2.2 Blok Rangkaian Pemanas Filamen


Fungsi dari pemanas flament yaitu untuk memberikan catu daya dan mengatur
besar arus pemanas flament agar terjadinya termionic emission bisa di kendalikan
sehingga jumlah electron electron bebas yang dihasilkan pada flament tabung
rontgen bisa dikontrol.
Blok rangkaian pemanas flament ini terdiri dari beberapa rangkaian, diantaranya
yaitu rangkaian stabilisator tegangan, Space Charge Compensator, arus controller,

Stand by Resistance, flament limiter, trafo flament, dan flament tabung Rontgen

Blok rangkaian pemanas flament ini terdiri dari beberapa rangkaian, diantaranya
yaitu rangkaian stabilisator tegangan, Space Charge Compensator, arus controller,
Stand by Resistance, flament limiter, trafo flament, dan flament tabung Rontgen
a.Rangkaian Stabilisator Tegangan.
Fungsi dari Stabilisator tegangan ini untuk menstabilkan tegangan pada rangkaian
pemanas flament sehingga pengaruh fluktuasi tegangan PLN tidak mengakibatkan
kerusakan yang signifkan pada flament tabung rontgen. Rangkaian ini terdiri lagi
kumparan primer yang kita sebut N1, kemudian kumparan sekunder yang terdiri
dari N2 dan N3. N2 di paralel dengan C diseri dengan N3. Masukkan / input disebut
Ek1 dan keluaran / output disebut Ek2.

Ada 3 kemungkinan keadaan pada stabilizer tegangan, yaitu:


EK 1= EK 2 ( PLN Normal )

Kondidi tersebut terjadi ketika tidak ada penaikan / penurunan tegangan PLN. Pada
N2, tegangan mendahului arus sebesar 90o sedangkan pada C arus akan
mendahului tegangannya rebasar 90o. Sehingga pada tegangan C dan tegangan N2
akan mempunyai besar tegangan yang sama (karena diparallel) tetapi fasenya akan
berlawanan. Perbedaan fasa ini menyebabkan terjadinya peniadaan impedansi
antara R dan C sehingga tegangan pada stabilisator tegangan merupakan tegangan
yang keluar melewati R internal dan bukan R impedansi.
EK 1> EK 2 ( kenaikan tegangan PLN)
Seiring terjadinya kenaikan tegangan PLN, maka tegangan pada N2 juga akan
mengalami kenaikan. Pada saat tersebut adalah masa transisi (perubahan), dimana
tegangan pada C masih tetap (tidak mengalami perubahan), sehingga antara
tegangan pada N dan tegangan pada C terjadi beda fase sebesar IXN2 - IXC
( karena Xc lebih kecil ), sehingga besar keluaran pada N dan C (parallel) = IXN2 IXC + I.R
EK 1< EK 2 ( penurunan tegangan PLN)
Apabila tegangan primer turun maka tegangan di sekunder juga akan ikut turun (N2
dan N3 tegangannya akan turun). Meskipun tegangan di N2 turun tapi tegangan di
C tidak akan langsung turun, hal ini karena belum terjadi stedy state sehingga
antara teganagn di C dan N2 terjadi selisih fase dimana tegangan di C akan lebih
besar dari tegangan di N2. maka pada E = IXC + IXN2 sehingga Ek2 = E + IXN3

b.Space Charge Compensator

Space charge compensator berfungsi untuk mengkompensasikan nilai arus tabung


agar sesuai dengan yang dipilih meskipun terjadi perubahan tegangan tinggi pada

tabung roentgen. Rangkaian ini berupa variable resistor (VR) yang terdiri dari taptap, yang tiap tap-tapnya mempunyai nilai R yang berbeda-beda. Adapun
karakteristik tabung rontgen yaitu:
oSemakin tinggi tegangan maka arus akan semakin besar.
oTabung roentgen hanya bekerja pada daerah space charge.

C tidak akan langsung turun, hal ini karena belum terjadi stedy state sehingga
antara teganagn di C dan N2 terjadi selisih fase dimana tegangan di C akan lebih
besar dari tegangan di N2. maka pada E = IXC + IXN2 sehingga Ek2 = E + IXN3
Selector pada SCC ini dikelompokkan dengan kvp selector mayor dengan maksud
agar pada saat kita memilih besar tegangan, kita juga mengatur/memilih besarnya
nilai R pada SCC. Jika posisi kvp selector mayor pada pemilihan KV tertinggi maka
pada SCC nilai R nya akan pada posisi dengan nilai R tertinggi pula begitu juga
sebaliknya.Hal ini dimaksudkan supaya pada saat KV naik maka SCC yang terdiri
dari VR dan dikelompokan dengan KV selector, maka nilai R pada SCC juga naik
sehingga terjadi voltage drop yang besar pada SCC dan mengakibatkan tegangan
pada pemanas flamen berkurang, jadi walaupun energi yang menarik elektron lebih
kuat tetapi jumlah electron yang ditarik sedikit maka nilai arus tabung yang terjadi
sesuai dengan yang telah ditentukan.. Kemudian pada saat KV turun maka
nilai R space charge compensator yang terdiri dari VR yang telah dikelompokan
dengan KV selector akan turun juga, sehingga terjadi voltage drop yang kecil pada
SCC dan mengakibatkan tegangan pada pemanas flamen bertambah / naik
sehingga awan elektron naik (semakin banyak) sehingga walaupun energi yang
menarik electron kecil tapi electron yang ditarik banyak maka nilai arus tabung
yang terjadi sesuai dengan yang ditentukan.

c.Kontrol Arus (mA Control)

Berfungsi untuk mengatur arus pemanas flament yang kemudian akan digunakan
sebagai penentu besarnya arus tabung yang digunakan. Alat ini disambung seri
dengan trafo flament. Untuk memilih arus tabung kita sebenarnya memilih nilai R
nya untuk menentukan voltage drop pada VR. Semakin besar pilihan mA maka
pilihan tap tersebut berada pada posisi nilai R yang paling kecil,sehingga voltage
dropnya kecil. Dan semakin kecil mA maka pilihan tap tersebut berada pada posisi
nilai R paling besar. Arus tabung ditentukan oleh besarnya tegangan pada
trasformator flamen. Tegangan transformator ini (EF) akan menentukan besarnya
arus transformator flamen ini (IF), semakin besar tegangan trafo flamen semakin
besar pula arus yang mengalir pada trafo flament,besarnya arus trafo flamen ini
akan menentukan banyaknya elektron bebas yang dihasilkan. EF besar --> IF besar
--> elektron bebas banyak --> awan electron banyak. Jika R lebih tinggi, tegangan
trafo flamen kecil karena dengan tahanan lebih besar maka tegangan pada
tegangan trafo lebih kecil karena R tadi menyebabkan voltage drop yang lebih
besar. V = I x R .
Tegangan pada flament = Tegangan awal voltage drop.

d.Stand by Resistance

Rangkaian diatas berfungsi untuk memberikan pemanasan awal pada flamen


tabung rontgen agar terjadi pre heating sebelum expose berlangsung sehingga
flament tabung roentgen lebih awet. Alat ini terdiri dari R yang dengan konektor
yang digerakkan oleh delay relay. Adapun prinsip kerja rangkaiannya yaitu pada
saat main swith ON, flament tabung rontgen langsung mendapatkan tegangan dari
transformator flament tapi melewati stand by resistant sehingga tegangan yang
mengalir bukan tegangan normal. Pada saat expose, timer bekerja dan relay
energice bekerja sehingga kontaktor exposure swith terhubung dan kontaktor relay
di stand by resistant terhubung (di by pass ), sehingga tegangan akan melewati
kontaktor (bukan R lagi) sehingga tidak ada voltage drop sehingga pemanasan
flament pada tegangan normal.
e.Filament Limiter (mA limiter)
Filamen limiter merupakan alat yang berfungsi untuk membatasi mengalirnya arus
flament, bertujuan agar tegangan pemanas flamen di atas sesuai dengan
kemampuan kapasitas flamen tabung rontgen sehingga pemberian tegangan
tersebut memberi pemanasan yang normal. Pengunaan flament limiter ini akan
lebih terasa terutama pada tabung rontgen yang mengunakan double focus, yaitu
focus besar dan focus kecil yang masing-masing dilengkapi flament limiter sendiri.
Untuk yang large focus nilai tahanan limiternya kecil, sedangkan untuk yang small
focus nilai tahanan limiternya besar yang diatur sekali pada waktu perakitan.
f.Trafo Filament
Trafo flament berfungsi untuk step down flament, biasanya tegangan yang
digunakan adalah tegangan 110 volt menjadi 12 v/18 v tergantung spesifkasi
tabung
.
g.Filamen Tabung Rontgen
Filamen tabung rontgen ini berfungsi sebagai sumber elektron dan juga sebagai
katoda. Terdiri dari bahan Tungsten yang mempunyai titik lebur yang tinggi 3600 oC
dengan nomor atom 74. Filamen ini berfungsi sebagai sumber elektron dan juga
sebagai katoda.

Katoda atau flamentnya itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu :


a.Katoda Direct Merupakan katoda langsung yaitu flament yang sekaligus
berfungsi sebagai katoda.

b.Katoda Indirect Katoda Indirect disebut juga katoda tak langsung yaitu flament
hanya berfungsi sebagai sumber elaktron sedangkan katodanya dipisah (didepan
flament), katodanya bisa terhubung dengan transformator flament atau dengan
sumber lain. Pada katoda juga dipasang Focussing Cup yaitu alat yang menyerupai
mangkok untuk mengfokuskan jalannya electron dari anoda ke katoda.
2.2.3 Blok Rangkaian Tegangan Tinggi

Pada rangkaian diatas terdapat trafo tegangan tinggi yang berfungsi untuk
memberikan beda potensial antara anoda dan katoda dimana anoda harus selalu
mendapat polaritas positif dan katoda harus selalu mendapat polaritas negatif agar
elektron-elektron bebas yang ada disekitar katoda dapat ditarik ke anoda.

2.2.4 Blok Rangkaian Tabung Rontgen

Rangkaian tabung rontgen merupakan sebuah tabung diode yaitu tabung


vakum yang terdiri dari dua elektrode, yaitu anode dan katode. Tabung ini juga
tempat berlangsungnya proses terbentuknya sinar x. Ada beberapa jenis dari
rangkaian tabung rontgen pada pesawat rontgen, diantaranya yaitu :
Pesawat dengan 1 unit x ray tube over table untuk pemotretan tunggal
disebut
Pesawat Rontgen 1 examination
Pesawat rontgen yang memiliki x ray tube over table dan under table
disebut 2
Examination.
2.2.5 Blok Rangkaian Timer
Timer berfungsi untuk menentukan lamanya proses penyinaran. Terdapat 4
jenis timer yaitu:
a.Timer Mekanik

Adapun perinsip kerja dari timer mekanik ini yaitu :


1.Menetukan lamanya penyinaran dengan menarik valve p kearah searah
jarum jam, dalam waktu yang bersamaan jarum penahan PA lepas hingga gigi
gergaji W akan ikut berputar kekanan (searah jarum jam) kontaktor C dari normally
open menjadi close.

2.Apabila waktu telah ditetapkan, misalnya sampai 0,3 detik jarum PA


mengunci roda gigi W. 3.Ketika SWE ditekan, maka akan ada arus yang
mengalir dari power supply menuju kontaktor C ke PB SWE kemabli ke relay
S, kembali ke power supply.
4.Setelah itu relay akan sesuai dan menarik kontak SW3 hingga rangkaian
power supply dan rangkaian tegangan tinggi terhubung dan menyebabkan
expose (penyinaran) dimulai.
5.Sementara PB ditekan, maka akan menekan jarum valve PA sehingga
terlepas dari penguncian, gigi gergaji mulai berputar kea rah kiri
(berlawanan jarum jam). Setelah waktu 0,3 detik tadi, valve sampai pada
posisi nol. Maka valve akan menyentuh kontaktor C hingga membuka
kembali. Dengan membukanya kontaktor C, relay S energized, kontaktor SW3
membuka kembali, sehingga akan memutuskan hubungan antara rangakian
Power Supply dengan rangakaian transformator tegangan tinggi hingga
proses expose terhenti.
b.Timer Elektronik

Cara kerja dari timer elektronik ini yaitu:

1.Kita menentukan lamanya penyinaran waktu yang ada, T= R.C


2.SWE ditekan ke posisi on, sehingga terjadi pengisian kondensator dengan
arah arus
dari terminal(+)SWRkondensator Cterminal 1. sementara itu, kontak
SWS (bawah) akan close (karena digank dengan SWE), sehingga relay SA
akan energized, kontaktor SW3A menutup, sehingga rangkaian power supply
dan rangkaian HTT akan terhubung dan expose akan berlangsung.
3.Berlangsungnya expose berbarengan dengan pengisian kondensator,
sehingga saat muatan kondensator penuh (time konstan 63%, karena
merupakan fungsi linier setiap
perubahan waktu), yang merupakan tegangan critical gride, maka pada
posisi 63%
itu maka relay SB akan bekerja. Dengan berubahnya thyratron, maka arus
mengalir ke relay SB sehingga relay SB akan bekerja, dengan bekerjanya
relay SB maka kontaktor SW3 membuka. Membukannya SW3 menyebabkan
terputusnya power supply dengan HTT.
c.Timer Automatic
Cara kerja dari timer otomatis ini yaitu:
1.Menetukan lamanya waktu penyinaran = R.C. Ketika PB SWE ditekan maka
akan ada arus yang mengalir dari power supply menuju terminal 7,5,6,8 SW3
lalu menuju kumparan primer HTT dan kembali ke supply. Kemudian akan
timbul arus yang mengalir pada sekunder trafo tegangann tinggi dengan arah

arus : Rectifer menuju kapasitor. Sehingga kapasitor akan terisi penuh


sebesar 0,63 C.
2.Setelah kapasitor terisi penuh, maka Thirytron akan mendapat tegangan
sehingga akan mengaktifkan relay S1.
3.Dengan aktifnya Relay S1, maka kontaktor SW3 akan terbuka. Sehingga
tidak ada arus yang mengalir pada primer trafo tegangan tinggi, maka prose
penyinaran telah selesai.
2.3Prinsip Kerja Foto Rontgen
Foto rontgen di gunakan oleh para dokter untuk melihat kondisi bagian dalam
tubuh pasien. Lewat hasil ronsen inilah dokter bisa mengetahui bagaimana
kondisi kesehatan paru- paru, jantung, bagian dalam perut, dan bagianbagian dalam tubuh pasien yang lain. Dari foto ronsen jugalah kita dapat
mengetahui keadaan tulang-tulang. Apakah ada yang patah, bengkok, atau
ada ketidak normalan sambungan antar tulang. Tidak seperti foto pada
umumnya, foto rontgen menggunakan sinar X sebagai pemantul cahayanya.
Namun, tidak seperti cahaya lampu yang dapat bersinar terang, sinar ini
tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang. Untuk memotret bagian dalam
tubuh, seseorang harus berada di antara tempat penyimpanan flm dan
tabung yang memancarkan sinar X tersebut.Sinar X ini akan menembus kulit
dan bagian tubuh lain kecuali tulang. Bayangan sinar ini kemudian direkam
pada flm. Setelah flm tersebut dicuci, bagian yang tidak dapat ditembus
sinar X akan berwarna hitam, sedang bagian yang dapat ditembus oleh sinar
X akan berwarna putih. Dari hasil ronsen itulah, seorang dokter ahli penyakit
dalam atau dokter tulang dapat menentukan pengobatan yang tepat bagi
pasiennya.

Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam hal foto rontgen ini.
Kelebihannya yaitu sebagai alat diagnosis, sebagai alat terapi (linec). dengan
rontgen kita dapat mendeteksi penyakit-penyakit dalam secara mudah. Disamping
kelebihan maka foto rontgen ini memiliki kekurangan, diantaranya yaitu gambar /
pencitraan yang dihasilkan kurang bagus, karena superposisi dengan objek lain,

untuk prosedur keselamatan tubuh, sebaiknya tidak berlebihan dalam penggunaan


sinar X pada pemeriksaan rontgen agar tidak terlalu banyak radiasi sinar X yang
masuk ke dalam tubuh.

Prinsip Kerja alat =


Rangkaian filament pada tabung X-Ray akan selalu standby ON apabila resisitor limiter
filament dilalui sumber AC, prinsip rangkaian timer adalah menggunakan prinsip dasar pengisian
capasitor electrolit pada IC NE555 sebagai astabil multivibrator yang selalu memberikan output
berupa sinyal clock apabila trigger pada IC NE555 diberi supply tegangan. Ketika push button
ditekan maka IC NE555 pada pin 4 dan 8 akan tersupply tegangan karena pada data sheet pin 4
dan 8 merupakan reset dan VCC dan relay coil DC 2 akan tercontact ke NO (Normaly Open)
artinya ada tegangan input yang masuk, pada posisi inilah capasitor electrolit dengan nilai 100uF
melakukan pengisian arus dan melakukan delay ON timing melalui hambatan resistor input
capasitor ke VCC , ketika pengisian capasitor electrolit selesai maka gentian seperti switching
sekarang NC (Normaly Close) akan bekerja dan akan memberikan bias positif ke trigger IC
NE555 (pin 2) dan secara otomatis maka output dari IC NE555 akan mengeluarkan logika 1

berarti ada tegangan disitu menyebabkan relay coil DC 1 aktif dan akan mengaktifkan relay
contactor yang contactnya adalah sumber PLN 220VAC yang akan mensaklar sebuah inputan
tegangan HTT yang didapat dari output auto trafo, lama tunda waktu trigger ini tergantung pada
resistor timer (input rotary switch), karena pada prinsipnya timing expose harus dibawah dari 1
detik maka kami membuatnya dengan pilhan resistor dengan 6 variable pemilihan dari rentang
nilai 820 sampai 2K.

Alat Kerja dan Alat Ukur


Di bawah ini adalah tabel alat kerja dan alat ukur yang digunakan dalam pembuatan
Pesawat Generator Single Pulse, sebagai berikut :

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Nama Alat
Solder Listrik
Dudukan Solder
Attractor
Tang Japit
Tang Potong
Tang Cucut
Obeng

8.
9.
12.
12.
13.

Cutter
Wire Striper
Tabung X-RAY
Digital Multimeter
Multi Function Meter

14. Dosimeter
15. Surveymeter

Spesifikasi
DEKO 220V 30W
CADIK
CADIK
CADIK
CADIK
Obeng Mini (+)
Obeng Mini (-)
Obeng Besar (+)
Obeng Besar (-)
CADIK
DEKO
SANWA
RMI 240A
SV-7
VICTOREEN 471

Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

Pemilik
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Djoko

Sukwono, S.T.
Djoko

Sukwono, S.T.
Djoko
Sukwono, S.T.

3.1 Bahan Komponen


Di bawah ini adalah tabel bahan komponen yang digunakan dalam pembuatan
Pesawat Generator Single Pulse, sebagai berikut :

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.

Nama Alat
PCB
IC
Socket
Relay
Dioda
Push Button
Switch
Resistor

Capasitor

10. Tenol
11. Kabel
Auto Trafo
Relay Contactor
12. Socket
13. Adaptor
14. Box
15. Relay Contactor
16. Auto Trafo

Hasil Praktek :

Spesifikasi
PCB Bolong IC
NE555
IC 8 Pin
Coil DC Contact

Jumlah
1
1
1
2

Pemilik
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri

AC
IN4002
Push ON
Rotary Switch 6 pin
820 1/2W 5%
1K 1/2W 5%
1K2 1/2W 5%
1K6 1/2W 5%
1K8 1/2W 5%
2K 1/2W 5%
Limiter 240 220

2
1
1
1
2
1
1
1
1
1

Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Djoko Sukwono,

1
1
3m
1
3x3m
2x4m
1
1
1
1
1

S.T.
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Kampus
Kampus

VAC
Elco 100 uf/35 V
MKM 100 nf
Pancing
Kabel Steker
Serabut 1 x 0,25
Serabut 1 x 0,75
Female DC
12 VDC 1 A
10 x 7 x 4 cm
220 VAC 20 A
1 KVA

1. Langkah pertama dalam pengujian pesawat generator X-Ray single pulse, lakukan
instalasi alat yang sudah dibuat terlebih dahulu dengan menyambungkan ke tabung XRay, berikut adalah wiring instalasinya :

2. Langkah kedua, uji coba sambungan Filament apakah mengeluarkan tegangan atau tidak
dengan mengguanakan multimeter, jika sudah terdapat tegangan maka dapat langsung di
uji ke tabung X-Ray (Hasil = Tegangan output filament : 180 VAC dan filament menyala)
3. Langkah ketiga, uji coba expose pesawat generator X-Ray single pulse dengan
menggunakan beberapa alat ukur detector (multimeter, dosimeter, surveymeter, dan multi
function meter) :
1. Percobaan Pertama :
a. Input Autotrafo = 160 VAC
b. Output Autotrafo = 50,4 KV
c. Time = 3,1 mS
d. mA = tidak terbaca karena sangat kecil dipengaruhi dari nilai resistansi pada
RESISTOR LIMITER AC
e. Surveymeter = 1,2 mR
f. Dosimeter = 0,74 mSv

2. Percobaan Kedua (merubah nilai input pada autotrafo dan time pada rangakaian timer) :
a. Input Autotrafo = 180 VAC
b. Output Autotrafo = 55,7 KV
c. Time = 3,7 mS
d. mA = tidak terbaca karena sangat kecil dipengaruhi dari nilai resistansi pada
RESISTOR LIMITER AC
e. Surveymeter = 2 mR
f. Dosimeter = 0,86 mSv

Anda mungkin juga menyukai