RADIOLOGI DASAR
Nama
No Induk Mahasiswa
Hari/Tanggal Praktikum
2016
: Zaipul Rahmat
:20143010016
:Rabu / 30 desember
Dosen
:Joko Sukwono, S.T
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAHYOGRYAKARTA
2016
1. Tujuan Praktikum
a) Mahasiswa bisa membuat kontrol generator peswat rontgen single pulse
b) Mahasiswa bisa menginstalasi peswat rotgen hinggga menhasilkan x ray
c) Mahasiswa bisa mengukur besar sinar x, kv , mAh , waktu expose
d) Mahasiwa mampu melakukan trouble shooting terhadap hasil ukur
2. Dasar Teori
Pesawat rontgen adalah alat / pesawat medik yang bekerjanya
mengunakan radiasi sinar X, baik untuk keperluan fluoroskopi maupun
radiograf.
Proses terjadinya sinar x
Didalam tabung rontgen terdapat anoda dan katoda (flamen) bila flamen di
panaskan dengan hantraran listrik dari transformator maka flamen akan memanas
hingaa 20000 derajat celciusKarena panas elektron dari flamen terlepas sehingga
terjadi thermionic emission dimana banyak elektron bebas dan terbentuk awan
elektron.Dan pada saat anoda di aliri listrik maka elektron yang terlepas akan di
percepat pergerakannya menuju anodaElektron mendadak di hentikan sehingga
akan menghasilkan panas 99% dan sinar x 1%Sinar x yang keluar diarahkan keluar
melalui diafragma Panas yang dihasilkan di hilangkan radiator pendingin
a.
Saklar Saklar / Switch ini berfungsi untuk menghubungkan supply listik PLN dengan
pesawat roentgen
.
b.
Fuse / Sekring Sekring pada bagian rangkaian power supply ini yaitu untuk
pelindung atau pengaman, apabila ada arus / tegangan yang lebih dari kuota yang
masuk, maka sekring tersebut berfungsu sebagai jembatan pengaman, dia akan
putus apabila ada arus / tegangan yang besar diluar kuota masuk dalam komponen
ini.
c.
dengan tegangan dan jumlah lilitan sekunder adalah tetap dengan demikian
diperoleh nilai tegangan pada setiap lilitan akan tetap. Perbandingan
transformasinya dapat dituliskan sebagai berikut
E1 : N1= E2 : N2
DimanA:
E1 = Tegangan di primer
N1 = Jumlah lilitan di primer
E2 = Tegangan di sekunder
N2 = Jumlah lilitan di sekunder
Sebagai contoh, ketika E1 : N1 = E2 : N2 , 220 : 220 = 1 : 1, tegangan dari PLN
stabil 220 v dan lilitan primer jumlahnya 220 maka perbandingan output di
sekunder = 1:1, ini menunjukan bawha setiap lilitan terdapat 1 volt tegangan. Jika
tegangan dari PLN naik menjadi 230v dan lilitan primer 220, maka perbandingan
output 1 : 1, agar diperoleh tegangan setiap lilitan (pada output / sekunder) akan
tetap 1 : 1 maka kita harus menambah jumlah lilitan primer sebanyak 10 lilitan.
Sehingga akan dihasilkan E1 : N1 = E2 : N2 yaitu 230v : 230 = 1:1, begitupun jika
tegangan darin PLN menjadi turun, misalkan menjadi 210v, dan lilitan primer tetap
220, maka perbadingan pada sekunder output 1 : 1 yaitu 210 v : 220, untuk
menjadikan transformasi 1:1 maka harus jumlah lilitan primer sebanyak 10 lilitan
210v : 210 = 1:1, maka akan diperoleh perbandingan transformasi tetap.
d.Auto Trafo
Auto trafo merupakan alat untuk memindahkan daya listrik dari satu rangkaian ke
rangkaian lain dengan cara menaikkan atau menurunkan tegangan keseluruh
pesawat rontgen. Autotrafo juga merupakan transformator yang kumparan primer
dan kumparan sekundernya menjadi satu dalam satu core.
e.Line Resistance ( R Mate)
Setiap pesawat rontgen akan mempunyai hambatan atau R yang diberikan oleh
pabrik, contohnya pada pesawat Rontgen Shimadzu R=0,04 -
Stand by Resistance, flament limiter, trafo flament, dan flament tabung Rontgen
Blok rangkaian pemanas flament ini terdiri dari beberapa rangkaian, diantaranya
yaitu rangkaian stabilisator tegangan, Space Charge Compensator, arus controller,
Stand by Resistance, flament limiter, trafo flament, dan flament tabung Rontgen
a.Rangkaian Stabilisator Tegangan.
Fungsi dari Stabilisator tegangan ini untuk menstabilkan tegangan pada rangkaian
pemanas flament sehingga pengaruh fluktuasi tegangan PLN tidak mengakibatkan
kerusakan yang signifkan pada flament tabung rontgen. Rangkaian ini terdiri lagi
kumparan primer yang kita sebut N1, kemudian kumparan sekunder yang terdiri
dari N2 dan N3. N2 di paralel dengan C diseri dengan N3. Masukkan / input disebut
Ek1 dan keluaran / output disebut Ek2.
Kondidi tersebut terjadi ketika tidak ada penaikan / penurunan tegangan PLN. Pada
N2, tegangan mendahului arus sebesar 90o sedangkan pada C arus akan
mendahului tegangannya rebasar 90o. Sehingga pada tegangan C dan tegangan N2
akan mempunyai besar tegangan yang sama (karena diparallel) tetapi fasenya akan
berlawanan. Perbedaan fasa ini menyebabkan terjadinya peniadaan impedansi
antara R dan C sehingga tegangan pada stabilisator tegangan merupakan tegangan
yang keluar melewati R internal dan bukan R impedansi.
EK 1> EK 2 ( kenaikan tegangan PLN)
Seiring terjadinya kenaikan tegangan PLN, maka tegangan pada N2 juga akan
mengalami kenaikan. Pada saat tersebut adalah masa transisi (perubahan), dimana
tegangan pada C masih tetap (tidak mengalami perubahan), sehingga antara
tegangan pada N dan tegangan pada C terjadi beda fase sebesar IXN2 - IXC
( karena Xc lebih kecil ), sehingga besar keluaran pada N dan C (parallel) = IXN2 IXC + I.R
EK 1< EK 2 ( penurunan tegangan PLN)
Apabila tegangan primer turun maka tegangan di sekunder juga akan ikut turun (N2
dan N3 tegangannya akan turun). Meskipun tegangan di N2 turun tapi tegangan di
C tidak akan langsung turun, hal ini karena belum terjadi stedy state sehingga
antara teganagn di C dan N2 terjadi selisih fase dimana tegangan di C akan lebih
besar dari tegangan di N2. maka pada E = IXC + IXN2 sehingga Ek2 = E + IXN3
tabung roentgen. Rangkaian ini berupa variable resistor (VR) yang terdiri dari taptap, yang tiap tap-tapnya mempunyai nilai R yang berbeda-beda. Adapun
karakteristik tabung rontgen yaitu:
oSemakin tinggi tegangan maka arus akan semakin besar.
oTabung roentgen hanya bekerja pada daerah space charge.
C tidak akan langsung turun, hal ini karena belum terjadi stedy state sehingga
antara teganagn di C dan N2 terjadi selisih fase dimana tegangan di C akan lebih
besar dari tegangan di N2. maka pada E = IXC + IXN2 sehingga Ek2 = E + IXN3
Selector pada SCC ini dikelompokkan dengan kvp selector mayor dengan maksud
agar pada saat kita memilih besar tegangan, kita juga mengatur/memilih besarnya
nilai R pada SCC. Jika posisi kvp selector mayor pada pemilihan KV tertinggi maka
pada SCC nilai R nya akan pada posisi dengan nilai R tertinggi pula begitu juga
sebaliknya.Hal ini dimaksudkan supaya pada saat KV naik maka SCC yang terdiri
dari VR dan dikelompokan dengan KV selector, maka nilai R pada SCC juga naik
sehingga terjadi voltage drop yang besar pada SCC dan mengakibatkan tegangan
pada pemanas flamen berkurang, jadi walaupun energi yang menarik elektron lebih
kuat tetapi jumlah electron yang ditarik sedikit maka nilai arus tabung yang terjadi
sesuai dengan yang telah ditentukan.. Kemudian pada saat KV turun maka
nilai R space charge compensator yang terdiri dari VR yang telah dikelompokan
dengan KV selector akan turun juga, sehingga terjadi voltage drop yang kecil pada
SCC dan mengakibatkan tegangan pada pemanas flamen bertambah / naik
sehingga awan elektron naik (semakin banyak) sehingga walaupun energi yang
menarik electron kecil tapi electron yang ditarik banyak maka nilai arus tabung
yang terjadi sesuai dengan yang ditentukan.
Berfungsi untuk mengatur arus pemanas flament yang kemudian akan digunakan
sebagai penentu besarnya arus tabung yang digunakan. Alat ini disambung seri
dengan trafo flament. Untuk memilih arus tabung kita sebenarnya memilih nilai R
nya untuk menentukan voltage drop pada VR. Semakin besar pilihan mA maka
pilihan tap tersebut berada pada posisi nilai R yang paling kecil,sehingga voltage
dropnya kecil. Dan semakin kecil mA maka pilihan tap tersebut berada pada posisi
nilai R paling besar. Arus tabung ditentukan oleh besarnya tegangan pada
trasformator flamen. Tegangan transformator ini (EF) akan menentukan besarnya
arus transformator flamen ini (IF), semakin besar tegangan trafo flamen semakin
besar pula arus yang mengalir pada trafo flament,besarnya arus trafo flamen ini
akan menentukan banyaknya elektron bebas yang dihasilkan. EF besar --> IF besar
--> elektron bebas banyak --> awan electron banyak. Jika R lebih tinggi, tegangan
trafo flamen kecil karena dengan tahanan lebih besar maka tegangan pada
tegangan trafo lebih kecil karena R tadi menyebabkan voltage drop yang lebih
besar. V = I x R .
Tegangan pada flament = Tegangan awal voltage drop.
d.Stand by Resistance
b.Katoda Indirect Katoda Indirect disebut juga katoda tak langsung yaitu flament
hanya berfungsi sebagai sumber elaktron sedangkan katodanya dipisah (didepan
flament), katodanya bisa terhubung dengan transformator flament atau dengan
sumber lain. Pada katoda juga dipasang Focussing Cup yaitu alat yang menyerupai
mangkok untuk mengfokuskan jalannya electron dari anoda ke katoda.
2.2.3 Blok Rangkaian Tegangan Tinggi
Pada rangkaian diatas terdapat trafo tegangan tinggi yang berfungsi untuk
memberikan beda potensial antara anoda dan katoda dimana anoda harus selalu
mendapat polaritas positif dan katoda harus selalu mendapat polaritas negatif agar
elektron-elektron bebas yang ada disekitar katoda dapat ditarik ke anoda.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam hal foto rontgen ini.
Kelebihannya yaitu sebagai alat diagnosis, sebagai alat terapi (linec). dengan
rontgen kita dapat mendeteksi penyakit-penyakit dalam secara mudah. Disamping
kelebihan maka foto rontgen ini memiliki kekurangan, diantaranya yaitu gambar /
pencitraan yang dihasilkan kurang bagus, karena superposisi dengan objek lain,
berarti ada tegangan disitu menyebabkan relay coil DC 1 aktif dan akan mengaktifkan relay
contactor yang contactnya adalah sumber PLN 220VAC yang akan mensaklar sebuah inputan
tegangan HTT yang didapat dari output auto trafo, lama tunda waktu trigger ini tergantung pada
resistor timer (input rotary switch), karena pada prinsipnya timing expose harus dibawah dari 1
detik maka kami membuatnya dengan pilhan resistor dengan 6 variable pemilihan dari rentang
nilai 820 sampai 2K.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Nama Alat
Solder Listrik
Dudukan Solder
Attractor
Tang Japit
Tang Potong
Tang Cucut
Obeng
8.
9.
12.
12.
13.
Cutter
Wire Striper
Tabung X-RAY
Digital Multimeter
Multi Function Meter
14. Dosimeter
15. Surveymeter
Spesifikasi
DEKO 220V 30W
CADIK
CADIK
CADIK
CADIK
Obeng Mini (+)
Obeng Mini (-)
Obeng Besar (+)
Obeng Besar (-)
CADIK
DEKO
SANWA
RMI 240A
SV-7
VICTOREEN 471
Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Pemilik
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Kampus
Djoko
Sukwono, S.T.
Djoko
Sukwono, S.T.
Djoko
Sukwono, S.T.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama Alat
PCB
IC
Socket
Relay
Dioda
Push Button
Switch
Resistor
Capasitor
10. Tenol
11. Kabel
Auto Trafo
Relay Contactor
12. Socket
13. Adaptor
14. Box
15. Relay Contactor
16. Auto Trafo
Hasil Praktek :
Spesifikasi
PCB Bolong IC
NE555
IC 8 Pin
Coil DC Contact
Jumlah
1
1
1
2
Pemilik
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
AC
IN4002
Push ON
Rotary Switch 6 pin
820 1/2W 5%
1K 1/2W 5%
1K2 1/2W 5%
1K6 1/2W 5%
1K8 1/2W 5%
2K 1/2W 5%
Limiter 240 220
2
1
1
1
2
1
1
1
1
1
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Djoko Sukwono,
1
1
3m
1
3x3m
2x4m
1
1
1
1
1
S.T.
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Sendiri
Kampus
Kampus
VAC
Elco 100 uf/35 V
MKM 100 nf
Pancing
Kabel Steker
Serabut 1 x 0,25
Serabut 1 x 0,75
Female DC
12 VDC 1 A
10 x 7 x 4 cm
220 VAC 20 A
1 KVA
1. Langkah pertama dalam pengujian pesawat generator X-Ray single pulse, lakukan
instalasi alat yang sudah dibuat terlebih dahulu dengan menyambungkan ke tabung XRay, berikut adalah wiring instalasinya :
2. Langkah kedua, uji coba sambungan Filament apakah mengeluarkan tegangan atau tidak
dengan mengguanakan multimeter, jika sudah terdapat tegangan maka dapat langsung di
uji ke tabung X-Ray (Hasil = Tegangan output filament : 180 VAC dan filament menyala)
3. Langkah ketiga, uji coba expose pesawat generator X-Ray single pulse dengan
menggunakan beberapa alat ukur detector (multimeter, dosimeter, surveymeter, dan multi
function meter) :
1. Percobaan Pertama :
a. Input Autotrafo = 160 VAC
b. Output Autotrafo = 50,4 KV
c. Time = 3,1 mS
d. mA = tidak terbaca karena sangat kecil dipengaruhi dari nilai resistansi pada
RESISTOR LIMITER AC
e. Surveymeter = 1,2 mR
f. Dosimeter = 0,74 mSv
2. Percobaan Kedua (merubah nilai input pada autotrafo dan time pada rangakaian timer) :
a. Input Autotrafo = 180 VAC
b. Output Autotrafo = 55,7 KV
c. Time = 3,7 mS
d. mA = tidak terbaca karena sangat kecil dipengaruhi dari nilai resistansi pada
RESISTOR LIMITER AC
e. Surveymeter = 2 mR
f. Dosimeter = 0,86 mSv