Anda di halaman 1dari 11

Blok diagram Pesawat roentgen konvensional

Keterangan gambar :

1. Blok rangkaian Power Supply berfungsi untuk mendistribusikan tegangan listrik


keseluruh rangkaian pada pesawat rontgen.
2. Blok rangkaian Pemanas Filamen, berfungsi untuk memberikan pemanasan filamen
sehingga pada filamen, terjadi Thermionic emission.
3. Blok rangkaian Tabung Rontgen/X-Ray Tube. Pada blok ini terdapat tabung vakum
yang didalamnya terdapat anoda, katoda dan focusing cup. Anoda merupakan
tempat terbenturnya electron pada target. Katoda sebagai sumber electron dan
berpolaritas negative. Katoda yang juga selaku filamen, bisa single focus maupun
double focus, seperti terlihat pada gambar I.7 dan I.8.
4. Blok rangkaian Transformator Tegangan Tinggi (HTT). Rangkaian ini terdiri dari
transformator tegangan tinggi, penyearah, mA meter yang dipasang pada center tap
dan dihubung ke grounding.
5. Blok rangkaian Timer. Rangkaian timer berfungsi sebagai pengontrol waktu,
terhubungnya antara rangkaian power supply dengan rangkaian HTT.

1. Blok Rangkaian Power Supply

Ragkaian ini berfungsi untuk mendistribusikan tegangan pada seluruh rangkaian pesawat
sesuai yang dibutuhkan oleh masing-masing rangkaian. Rangkaian ini terdiri dari :
1) Saklar.
Berfungsi untuk menghubungkan supply listik PLN dengan pesawat roentgen.
2) Fuse / sekring
Berfungsi sebagai pengaman.
3) Voltage Compensator
Alat yang berfungsi untuk mengkompensasi nilai tegangan yang diperlukan pesawat
jika terjadi penurunan atu kenaikan pada supply PLN Jika tegangan naik kita harus
menambah jumlah lilitan primer dengan memutar selector voltage compensator dan
jika tegangan turun kita harus mengurangi jumlah lilitan primer dengan memutar
selector voltage compensator sehingga diperoleh perbandingan transformasi antara
tegangan dan jumlah lilitan primer dengan tegangan dan jumlah lilitan sekunder
adalah tetap dengan demikian diperoleh nilai tegangan pada setiap lilitan akan tetap.
Perbandingan transformasi dapat dirumuskan :
E1 : N1 =  E2 : N2
Dimana : E1  = Tegangan di primer
                       N1 = Jumlah lilitan di primer
                        E2  = Tegangan di sekunder
                        N2 = Jumlah lilitan di sekunder
Contoh :     E1 : N1        =  E2 : N2
                 220 : 220  = 1 : 1
4) Auto Trafo :
Alat untuk memindahkan daya listrik dari satu rangkaian ke rangkaian lain dengan
cara menaikkan atau menurunkan tegangan keseluruh pesawat. Autotrafo adalah
transformator yang kumparan primer dan kumparan sekundernya menjadi satu
dalam satu core 
5) Line Resistance ( R Mate)
Setiap pesawat mempunyai hambatan atau R yang diberikan oleh pabrik, contohnya
pada pesawat shimadzu R=0,04-0,08Ω, resistance ini disebut R internal ( R pesawat ).
Sehinnga R line adalah tahanan atur yang berfungsi untuk mencocokkan tahanan
pengkabelan dengan tahanan yang dibutuhkan pesawat.
R internal = R. mate (line) + R. Eksternal (pengkabelan).

6) Voltage Indicator :
Untuk mengetahui apa tegangan PLN mengalami kenaikan atau penurunan.
7) KVP selector Mayor
Untuk memilih tegangan tinggi / memilih besarnya beda potensial antara anoda dan
katoda, yang besar selisih tiap terminal x 10 KV
8) KVP selector Minor
Untuk memilih tegangan tinggi / memilih besarnya beda potensial antara anoda dan
katoda, yang besar selisih tiap terminalnya 1 KV
9) Voltage regulator :
Untuk memilih tegangan PLN 110/220/380 Vac tergangtung dengan pesawat yang
digunakan dan dinegara mana.
2. Blok Rangkaian Pemanas Filamen.

Fungsinya untuk memberikan catu daya dan mengatur besar arus pemanas filament agar
terjadinya termionic emission bisa di kendalikan sehingga jumlah electron – electron bebas
yang dihasilkan pada filament tabung rontgen bisa dicontrol.
Rangkaian ini terdiri dari :
 Rangkaian Stabilisator Tegangan.

Fungsinya untuk menstabilkan tegangan untuk rangkaian pemanas filament sehingga


pengaruh fluktuasi tegangan PLN tidak mengakibatkan kerusakan yang signifikan pada
filament tabung rontgen. Rangkaian ini terdiri lagi kumparan primer yang kita sebut N 1,
kemudian kumparan sekunder yang terdiri dari N2 dan N3.  N2 di paralel dengan C diseri
dengan N3. Masukkan / input disebut Ek1 dan keluaran / output disebut Ek2.
Ada 3 kemungkinan keadaan pada stabilizer tegangan :
a) EK 1= EK 2 ( PLN Normal )
Tidak terjadi penaikan / penurunan tegangan PLN. Pada N2,tegangan mendahului arus
sebesar 90o sedangkan pada C arus akan mendahului tegangannya rebasar 90 o. Sehingga
pada tegangan C dan tegangan N2 akan mempunyai besar tegangan yang sama (karena
diparallel) tetapi fasenya akan berlawanan. Perbedaan fasa ini menyebabkan  terjadinya
peniadaan impedansi antara R dan C sehingga tegangan pada stabilisator tegangan
adalah tegangan yang keluar melewati R internal dan bukan R impedansi.
b) EK 1> EK 2 ( kenaikan tegangan PLN)
Karena terjadi kenaikan tegangan PLN, maka tegangan pada N2 juga akan mengalami
kenaikan. Pada saat tersebut adalah masa transisi (perubahan), dimana tegangan pada C
masih tetap (tidak mengalami perubahan), sehingga antara tegangan pada N dan
tegangan pada C terjadi beda fase sebesar IXN2 - IXC ( karena Xc lebih kecil  ), sehingga
besar keluaran pada N dan C (parallel) = IXN2 - IXC + I.R
c) Pada saat Ek1
Jika tegangan diprimer Turín maka tegangan di sekunder juga akan ikut turun (N2 dan
N3 tegangannya akan turun). Meskipun tegangan di N2 turun tapi tegangan di C tidak
akan langsung turun, hal ini karena belum terjadi stedy state sehingga antara teganagn
di C dan N2 terjadi selisih  fase dimana tegangan di C akan lebih besar dari tegangan di
N2.  maka pada E = IXC +  IXN2    sehingga Ek2 = E +  IXN3
 Space Charge Compensator

Alat ini berfungsi untuk mengkompensasikan nilai arus tabung agar sesuai dengan yang
dipilih meskipun terjadi perubahan tegangan tinggi pada tabung roentgen. Rangkaian ini
berupa variable resistor (VR) yang terdiri dari tap-tap, yang tiap tap-tapnya mempunyai nilai
R yang berbeda-beda.
Karakteristik tabung roentgen:
- Semakin tinggi tegangan maka arus akan semakin besar.
- Tabung roentgen hanya bekerja pada daerah space charge.

Selector pada SCC ini digank dengan kvp selector moyar dengan maksud agar pada saat kita
memilih besar tegangan kita juga mengatur/memilih besarnya nilai R pada SCC. Jika posisi
kvp selector mayor pada pemilihan KV tertinggi maka pada SCC nilai R nya akan pada posisi
dengan nilai R tertinggi begitu juga sebaliknya.Hal ini dimaksudkan supaya pada saat KV naik
maka SCC yang terdiri dari VR dan digank dengan KV selector, maka nilai R pada SCC juga
naik sehingga terjadi voltage drop yang besar pada SCC dan mengakibatkan tegangan pada
pemanas filamen berkurang, jadi walaupun energi yang menarik elektron lebih kuat tetapi
jumlah electron yang ditarik sedikit maka nilai arus tabung yang terjadi sesuai dengan yang
telah ditentukan.. Kemudian pada saat KV turun maka nilai R space charge compensator
yang terdiri dari VR yang telah digank dengan KV selector akan turun juga, sehingga terjadi
voltage drop yang kecil pada SCC dan mengakibatkan tegangan pada pemanas filamen
bertambah / naik sehingga awan elektron naik (semakin banyak) sehingga walaupun energi
yang menarik electron kecil tapi electron yang ditarik banyak maka nilai arus tabung yang
terjadi sesuai dengan

 mA control
Berfungsi untuk mengatur arus pemanas filament yang kemudian akan digunakan sebagai
penentu besarnya arus tabung yang digunakan. Alat ini disambung seri dengan trafo
filament. Untuk memilih arus tabung kita sebenarnya memilih nilai R nya untuk menentukan
voltage drop pada VR. Semakin  besar pilihan mA maka pilihan tap tersebut berada pada
posisi nilai R yang paling kecil,sehingga voltage dropnya kecil. Dan semakin kecil mA maka
pilihan tap tersebut berada pada posisi nilai R paling besar. Arus tabung ditentukan oleh
besarnya tegangan pada trasformator filamen. Tegangan transformator ini (EF) akan
menentukan besarnya arus transformator filamen ini (IF), semakin besar tegangan trafo
filamen semakin besar pula arus yang mengalir pada trafo filament,besarnya arus trafo
filamen ini akan menentukan banyaknya elektron bebas  yang dihasilkan. EF besar --> IF
besar --> elektron bebas banyak --> awan electron banyak. Jika R lebih tinggi, tegangan trafo
filamen kecil karena dengan tahanan lebih besar maka tegangan pada tegangan trafo lebih
kecil karena R tadi menyebabkan voltage drop yang lebih besar.
V = I x R . Tegangan pada filament = Tegangan awal – voltage drop.

 Stand by Resistance

Alat yang berfungsi untuk memberikan pemanasan awal pada filamen tabung rontgen agar
terjadi pre heating sebelum expose berlangsung sehingga filament tabung roentgen lebih
awet. Alat ini terdiri dari R yang dilengkapi yang dilengkapi dengan kontaktor yang
digerakkan oleh delay relay.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut, pada saat main swith ON, filament tabung rontgen
langsung mendapatkan tegangan dari transformator filament tapi melewati stand by
resistant sehingga tegangan yang mengalir bukan tegangan normal. Pada saat expose, timer
bekerja dan relay energice bekerja sehingga kontaktor exposure swith terhubung dan
kontaktor relay di stand by resistant terhubung (di by pass ), sehingga tegangan akan
melewati kontaktor (bukan R lagi) sehingga tidak ada voltage drop sehingga pemanasan
filament pada tegangan normal.

 Filament limiter (mA limiter)


Alat yang berfungsi untuk membatasi mengalirnya arus filamen, maksudnya agar tegangan
pemanas filamen di atas sesuai dengan kemampuan kapasitas filamen tabung rontgen
sehingga pemberian tegangan tersebut memberi pemanasan yang normal. Pengunaan
filament limiter ini akan lebih terasa terutama pada tabung rontgen yang mengunakan
double focus, yaitu focus besar dan focus kecil yang masing-masing dilengkapi filament
limiter sendiri. Untuk yang large focus nilai tahanan limiternya kecil, sedangkan untuk yang
small focus nilai tahanan limiternya besar yang diatur sekali pada waktu perakitan.

 Trafo filament

Berfungsi untuk step down filament, biasanya tegangan yang digunakan adalah tegangan
110 volt menjadi 12 v/18 v tergantung spesifikasi tabung.
 Filamen tabung rontgen
Berfungsi sebagai sumber elektron dan juga sebagai katoda..
Terdiri dari bahan Tungsten yang mempunyai titik lebur yang tinggi 3600 oC dengan nomor
atom 74. Filamen ini berfungsi sebagai sumber elektron dan juga sebagai katoda
Katoda / filament terbagi 2, yaitu :
A. Katoda Direct
      Disebut juga katoda langsung yaitu filament yang sekaligus berfungsi sebagai katoda
B. Katoda Indirect
Disebut juga katoda tak langsung yaitu filament hanya berfungsi sebagai sumber
elaktron sedangkan katodanya dipisah (didepan filament), katodanya bias terhubung
dengan transformator filament atau dengan sumber lain.
Pada katoda juga dipasang Focussing Cup yaitu alat yang menyerupai mangkok  
untuk mengfokuskan jalannya electron dari anoda ke katoda.
Katoda juga bisa berupa :
a. Single focus
b. Double focus
Maksud digunakannya double focus agar dapat melayani pengunaan mA(arus) yang
berbeda-beda. 
3. Rangkaian Tabung Rontgen
Rangkaian tabung rontgen terdiri dari tabung rontgen dan penyearahnya

a. Tabung Rontgen

Merupakan sebuah tabung diode yaitu tabung vakum yang terdiri dari dua elektrode,
yaitu anode dan katode. X-ray tube adalah tempat berlangsungnya proses
terbentuknya sinar X.
- Pesawat dengan 1 unit x-ray tube over table untuk pemotretan tunggal disebut
“Pesawat Rontgen 1 examination”
- Pesawat rontgen yang memiliki x-ray tube over table dan under table disebut 2
Examination.

Ada 2 macam x ray tube :

 X-ray tube over table  berada diluar patient table


 X-ray tube under table  berada di bawah universal patient table
b. Penyearah Arus
Jenis-jenis penyearah :

1. Self rectifier X-ray unit


2. Penyearah inversuppessor
3. Penyearah sistem bridge
4. Penyearah gelombang penuh dengan 2 dioda
5. Penyearah ½ gelombang dengan 2 dioda
6. Penyearah gelombang dengan 1 dioda

4. Blok Rangkaian Transformator Tegangan Tinggi (HTT)

Pada rangkaian ini terdapat trafo tegangan tinggi yang  berfungsi untuk memberikan beda
potensial antara anoda dan katoda dimana anoda harus selalu mendapat polaritas positif
dan katoda harus selalu mendapat polaritas negatif agar elektron-elektron bebas yang ada
disekitar katoda dapat ditarik ke anoda.
Transformator adalah alat yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan tegangan dari
satu rangkaian kerangkaian lain. Bila transformator tersebut untuk menaikkan tegangan
disebut transformator step up ( pada HTT )dan apabila untuk menurunkan tegangan disebut
transformator step down ( pada trafo filamen ). transformator step up mempunyai jumlah
lilitan sekunder lebih banyak dari pada jumlah lilitan primernya sedangkan transformator
step down mempunyai jumlah lilitan sekunder lebih sedikit dari pada jumlah lilitan
primernya. Pada HTT jenis transformator yang digunakan adalah step up dan perbandingan
transformasinya bisa mencapai 1 : 1000 atau tergantung dari desain pabrik pembuatan. Bila
pada kumparan primer dialiri arus bolak balik ( AC ) maka akan timbul garis-garis gaya
magnet yang berubah-ubah tergantung dari besarnya arus yang mengalir. Perubahan garis-
garis gaya magnet ini akan menyebabkan terjadinya gaya gerak listrik ( ggl ) pada lilitan
sekundernya, yang besarnya bergantung dari perubahan fliks pada setiap perubahan waktu.
5.      Blok tangkaian timer
Timer berfungsi untuk menentukan lamanya proses penyinaran
Terdapat 4 jenis timer yaitu:
1. Timer Mekanik
Cara kerja:
1) menetukan lamanya penyinaran dengan menarik valve p kearah searah jarum jam,
dalam waktu yang bersamaan jarum penahan PA lepas hingga gigi gergaji W akan ikut
berputar kekanan (searah jarum ajm) kontaktor C dari normally open menjadi close.
2) setelah sesuai waktu yangn ditetapkan, misalnya sampai 0,3 detik jarum PA mengunci
roda gigi W.
3) sementyara preparation selesai, yaitu kV, mA dan waktu telah ditetapkan maka PB
SWE ditekan, sehingga akan ada arus yang mengalir dari power supply menuju
kontaktor C ke PB SWE kemabli ke relay S, kembali ke power supply.
4) sehingga akan menyebabkan relay s energized dan menarik kontak SW3 hingga
rangkaian power supply dan rangkaian tegangan tinggi terhubung dan menyebabkan
expose (penyinaran) dimulai.
5) sementara PB ditekan, maka akan menekan jarum valve PA sehingga terlepas dari
penguncian, gigi gergaji mulai berputar kea rah kiri (berlawanan jarum jam).Setelah
waktu 0,3 detik tadi, valve sampai pada posisi nol. Maka valve akan menyentuh
kontaktor C hingga membuka kembali. Dengan membukanya kontaktor C, relay S
energized, kontaktor SW3 membuka kembali, sehingga akan memutuskan hubungan
antara rangakian Power Supply dengan rangakaian transformator tegangan tinggi
hingga proses expose terhenti.

2. Timer Elektrik
Cara kerja :
1) menetukan lamanya penyinaran dengan memutar knop K yang diikuti lengan A kearah
kiri (berlawanan jarum jam), misalnya 0,5 detik, dan plat bsi D2 kearah kiri.
2) pada saat itu motor M telah berputar hingga memutar plat D1 kearah kanan (searah
jarum jam).
3) saat preparation selesai, yaitu kV, mA, waktu telah ditetapkan maka PB SWE, terminal 1
terhubung dengan terminal 2, terminal 3 terhubung dengan terminal 4.
4) dengan terhubungnya terminal 1 dan terminal 2, maka dari Power Supply akan mengalir
arus (menuju relay S) kembali ke power supply, sehingga relay S energized. Dengan
energizednya relay, maka plat D2 akan menempel dengan plat D1. sehingga plat D2
bergerak kekanan, diikuti lengan A dan knop K.
5) pada waktu yang bersamaan, ada arus yang mengalir dari power supply menuju ke
kontaktor 3-4 lalu ke kontak lalu ke relay SW dan kemudian kembali ke power supply.

3. Timer elektronik
Cara kerja:

1) Kita menentukan lamanya penyinaran waktu yang ada, T= R.C


2) SWE ditekan ke posisi on, sehingga terjadi pengisian kondensator dengan arah arus dari
terminal(+)→SWR→kondensator C→terminal 1. sementara itu, kontak SWS (bawah) akan
close (karena digank dengan SWE), sehingga relay SA akan energized, kontaktor SW3A
menutup, sehingga rangkaian power supply dan rangkaian HTT akan terhubung dan
expose akan berlangsung.
3) Berlangsungnya expose berbarengan dengan pengisian kondensator, sehingga saat
muatan kondensator penuh (time konstan 63%, karena merupakan fungsi linier setiap
perubahan waktu), yang merupakan tegangan “critical gride”, maka pada posisi 63% itu
maka relay SB akan bekerja.
4) Dengan berubahnya thyratron, maka arus mengalir ke relay SB sehingga relay SB akan
bekerja, dengan bekerjanya relay SB maka kontaktor SW3 membuka.
5) Membukannya SW3 menyebabkan terputusnya power supply dengan HTT.

4. Timer Automatic

Cara kerja :
1) menetukan lamanya waktu penyinaran = R.Cpada saat PB SWE ditekan maka akan
ada arus yang mengalir dari power supply menuju terminal 7,5,6,8 SW3 lalu menuju
kumparan primer HTT dan kembali ke supply.
2) maka akan ada arus yang mengalir pada sekunder trafo tegangann tinggi dengan
arah arus : Rectifier menuju kapasitor. Sehingga kapasitor akan terisi penuh sebesar
0,63 C.
3) setelah kapasitor terisi penuh, maka Thirytron akan mendapat tegangan sehingga
akan mengaktifkan relay S1.
4) dengan aktifnya Relay S1, maka kontaktor SW3 akan terbuka. Sehingga tidak ada
arus yang mengalir pada primer trafo tegangan tinggi.
5) prose penyinaran telah selesai.
Gambar wiring diagram pesawat rontgen konvensional

1. Tahap - tahap pengoperasian pesawat rontgen konvensional


a. Tahap I ( Preparation )
1) Main Switch On,
2) Lihat keadaan voltage indikator, jika jarumnya bergerak ke kanan maka kita harus
menambah jumlah lilitan primer auto trafo dengan menggunakan Line V (voltage
Compensator) jika jarum bergerak ke kiri maka kita harus mengurangi jumlah lilitan
primer pada auto trafo dengan menggunakan line V (voltage compensator)
sehingga diperoleh perbandingan transformasi antara nilai tegangan & jumlah
lilitan primer dengan nilai tegangan & jumlah lilitan sekunder menjadi tetap dengan
demikian nilai tegangan setiap lilitan akan menjadi jelas nilai nominalnya.
3) Memilih radiografi / fluoroscopy tergantung kebutuhan.
4) Menentukan besarnya tegangan tinggi (KV) sesuai kebutuhan dengan
menggunakan KV selector mayor dan minor dengan ditunjukkan pada KV meter
untuk Radiografi.
Menentukan besarnya tegangan tinggi (KV) untuk fluaroscopy dengan
menggunakan KV selector untuk fluaroscopy.

5) Menentukan besarnya mA control pada rangkaian pemanas filamen dengan


mengatur tahanan atur sehingga terjadi voltage drop yang berarti tegangan
pemanas filamen kecil, besarnya dilihat di mA meter
untuk fluoroscopy mengatur besarnya mA dengan memutar selector mA untuk
fluoroscopy.

6) Menentukan lamanya penyinaran dengan mengatur timer pada selector timer.


filamen tabung rontgen mulai menyala, jika X ray tube menggunakan rotating
anoda, maka anoda mulai berputar.
7) Mengatur posisi pasien sesuai dengan jenis pemotretan, mengatur letak bucky,
spot film device, dan CCTV.
b. Tahap II ( Ready )
1) Jika yang dilakukan Radiografi maka kita menekan handswitch posisi 1/2 ,
Rotating anoda pada tabung rontgen akan berputar normal pada tegangan
normal.
2) Filamen mendapat tegangan normal 12 – 24 V, filamen mengalami
pemanasan sehingga terjadi Thermionic Emission, elektron terlepas dari ikatan
atomnya dan membentuk awan elektron.

c. Tahap III ( exposure )


1) Jika Radiografi, maka kita menekan handswitch dalam posisi penuh, berarti
kita menekan saklar yang menghubungkan Power Suplly dengan HTT yang
digang dengan timer,sehingga timer bekerja.
2) Jika memilih fluoroscopy maka kita menginjak Footswitch, maka timer mulai
bekerja.
3) Timer bekerja sehingga akan menghubungkan semua kontraktor dengan
push button yang digang / dihubung
4) Setelah timer ditekan sehingga HTT mendapat supply dari Power Supply,
setelah anoda dan katoda disambungkan dengan HTT, Primer HTT diberi
tegangan AC menginduksi medan listrik, timbul garis-garis gaya magnet (Garis
Gaya Magnit) yang berubah setiap saat/waktu, sehingga menimbulkan Gaya
Gerak Listrik pada kumparan sekunder HTT akibatnya timbul beda potensial
antara anoda dan katoda.
5) Setelah anoda dan katoda mendapat beda potensial, yaitu pada saat anoda
mendapat polaritas (+) dan katoda mendapat polaritas (-) maka awan elektron
pada katoda tertarik menuju anoda dan tertahan di anoda akibatnya terbentuk
rangkaian tertutup karena adanya arus elektron yang berlawanan dengan arus
tabung.
6) Selain terjadi arus tabung maka saat elektron membentur target yang
menumbuk sampai ke inti atom disebut Breamstrakhlung sedangkan electron
yang menubruk lapisan kulit K disebut K karakteristik, yaitu terpentalnya atom di
kulit K dan diisi kembali oleh atom dari partikel di sekitarnya. Perpindahan atom
menuju kulit K menghasilkan Energi Gelombang Elektromagnetik yang
panjangnya 0,1 – 1 Amstrong yang disebut sinar X / sinar rontgen.
7) Setelah waktu yang telah ditentukan maka timer tidak bekerja lagi, dan akan
memutuskan hubungan antara Power Suplly dan HTT, sehingga HTT tidak
mendapat tegangan tinggi dan expose pun terhenti.
8) Lamanya expose / penyinaran ditentukan oleh pemilihan timer.

Anda mungkin juga menyukai