Karena bertujuan untuk mengkonversikan arus, maka pada kedua sisi trafo
arus tersebut harus terbentuk rangkaian tertutup sehingga dimungkinkan
mengalirnya arus pada rangkaian tersebut. Dengan kata lain, pada sisi
primer trafo arus harus di pasang seri dengan beban dan pada sisi sekunder
trafo arus harus diterkoneksi pada beban peralatan ukur atau peralatan
proteksi.
Gambar dibawah ini adalah ilustrasi atau contoh sederhana dari penggunaan trafo
arus dalam sistem distribusi tenaga listrik. Trafo arus dipasang diantara beban dan
sumber. Trafo arus dipasang pada Perangkat Hubung bagi tegangan menengah
(PHB TM)atau perangkat hubung bagi tegangan rendah (PHB TR) sebelum arus di
distribusikan ke masing-masing beban.
Gambar2 dibawah ini adalah contoh sederhana dari trafo arus yang
menggunakan batang tembaga lilitan tunggal sebagai belitan primer.
Prinsip kerja dari trafo adalah sebagai berikut:
Pada saat arus primer Ip mengalir pada lilitan primer, maka akan muncul
medan magnet disekeliling lilitan primer tersebut.
Medan magnet tersebut akan terkumpul lebih banyak pada inti atau core.
Medan magnet yang berputar di dalam inti atau core menghasilkan
perubahan flux primer dan memotong lilitan sekunder sehingga
menginduksikan tegangan pada lilitan sekunder sesuai hukum faraday.
Karena lilitan sekunder membentuk loop tertutup, maka akan mengalir
arus sekunder Is yang akan membangkitkan medan magnet untuk
melawan flux magnet yang dihasilkan oleh belitan primer sesuai hukum
lenz.
Gambar 3 dibawah ini adalah model diagram listrik dari trafo arus.
Dimana:
JX1 dan JX2 adalah reaktansi bocor dikedua sisi dari trafo. Karena nilainya
kecil, maka bisa kita hilangkan dalam perhitungan. Karena impedansi primer
dan reaktansi bocor bisa diabaikan, maka model diagram listrik dari trafo
arus yang lebih sederhana ditunjukan pada gambar4.
Dari gambar4 diatas terlihat bahwa arus sekunder Is yang mengalir pada
burden atau beban mengalami perubahan karena adanya arus eksitasi yang
diperlukan untuk menjamin terlaksananya proses transformasi.
Dari gambaran diatas, terlihat bahwa tidak semua arus primer akan
terduplikasi disisi kumparan sekunder. Akan dibutuhkan suatu arus
eksitasi Im agar proses reproduksi arus sekunder dapat terjadi. Dengan
demikian, apabila arus eksitasi Im atau Ie kita masukan dalam formulasi,
besarnya arus sekunder menjadi:
Dimana Ie adalah arus eksitasi yang dibutuhkan agar proses reproduksi arus
sekunder dapat terjadi. Karena Arus eksitasi tidak dapat diabaikan, maka
proses reproduksi arus sekunder akan mengalami kesalahan dan biasa
disebut sebagai kesalahan transformasi ( transformation error). Selain
daripada itu, akan terjadi juga pergeseran fasa. Kesalahan pada fasa biasa
disebut sebagai pergeseran fasa.
Dimana:
Kn adalah Perbandingan transformasi pengenal (Rated Transformation Ratio).
Ip adalah arus primer actual/sebenarnya (Actual Primary Current).
Is adalah arus sekunder actual/sebenarnya (Actual Secondary Current) pada
saat Ip mengalir disisi primer dan kondisi pengukuran terjadi.
Dimana:
a : Ratio transformasi
N1 > N2
N1 : Jumlah belitan primer
N2 : Jumlah belitan sekunder
E1 : Tegangan primer
E2 : Tegangan sekunder
Rangkaian Ekuivalen Trafo Tegangan
Dimana:
Trafo tegangan memiliki prinsip kerja yang sama dengan trafo tenaga tetapi rancangan
trafo tegangan berbeda yaitu:
o Kapasitasnya kecil (10 – 150 VA), karena digunakan hanya pada alat-alat ukurrelai
dan peralatan indikasi yang konsumsi dayanya kecil.
o Memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.
o Salah satu ujung terminal tegangan tingginya selalu ditanahkan.
o Trafo tegangan ini terdiri dari dua bagian yaitu Capacitive Voltage Divider (CVD) dan
inductive Intermediate Voltage Transformer (IVT). CVD merupakan rangkaian seri 2
(dua) kapasitor atau lebih yang berfungsi sebagai pembagi tegangan dari tegangan
tinggi ke tegangan rendah pada primer, selanjutnya tegangan pada satu kapasitor
ditransformasikan oleh IVT menjadi teganggan sekunder.