BAB I
PENDAHULUAN
𝐏𝐩 = 𝐏𝐬……………………………….(1.1)
atau
𝐔𝐩. 𝐈𝐩 = 𝐔𝐬. 𝐈𝐬…………………………….(1.2)
Dimana:
Pp = Daya primer dalam watt
Ps = Daya sekunder dalam watt
Up = Tegangan primer dalam volt
Us = Tegangan sekunder dalam volt
Ip = Arus primer dalam amper
Is = Arus sekunder dalam amper
𝐔𝐩 𝐍𝐩
= = 𝐓………………………………(1.3)
𝐔𝐬 𝐍𝐬
Gambar 1.1 Bentuk Gelombang Tegangan, Arus, dan Fluks Pada Sebuah Trafo
𝛗𝐦
𝟏 = 𝟒𝐟𝛗𝐦 𝐖𝐛/𝐬………………………….(1.4)
𝟒𝐟
GGL induksi dalam Volt yang dihasilkan adalah sama dengan perubahan
fluks rata-rata per lilitan, yaitu :
𝐖𝐛/𝐬
𝟒ƒ 𝛗𝐦 𝐥𝐢𝐥𝐢𝐭𝐚𝐧 = 𝟒ƒ𝛗𝐦 𝐕𝐨𝐥𝐭………………………..(1.5)
Nilai rms GGL induksi yang dihasilkan jika gelombang tegangan arus bolak-
baliknya berbentuk sinusoida adalah 1,11x 4ƒφm Volt. Maka GGL induksi seluruh
kumparan primer dengan N1 lilitan adalah :
𝐄𝟐 = 𝟒, 𝟒𝟒ƒ𝐍𝟐𝛗𝐦 𝐕𝐨𝐥𝐭………………………..(1.8)
Pada trafo ideal, dengan mengabaikan rugi-rugi penghantar dan inti besi, nilai
tegangan terminal kumparan primer V1 = E1 dan tegangan kumparan sekunder V2
= E2. Maka tegangan terminal kumparan primer dengan N1 lilitan adalah :
𝐕𝟐 = 𝐄𝟐 = 𝟒, 𝟒𝟒ƒ𝐍𝟐𝛗𝐦 𝐕𝐨𝐥𝐭………………….(1.10)
𝑬𝟐 𝑽 𝑵
= 𝑽𝟐 = 𝑵𝟐 = 𝑲………………………….(1.11)
𝑬𝟏 𝟏 𝟏
Dengan E adalah ggl induksi, V adalah tegangan terminal dan N adalah jumlah
lilitan pada kumparan transformator.
Perlu diingat hanya tegangan listrik arus bolak - balik yang data
ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika,
transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban
untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balIk antara
rangkaian.
Tujuan utama menggunakan inti (core ) pada transformator adalah untuk
mengurangi reluktansi ( tahanan magnetis ) dari rangkaian magnetis ( common
magnetic circuit).
Pada trafo, terdapat dua hukum utama yang bekerja, yaitu: hukum induksi
Faraday dan hukum Lorentz. Hukum Faraday menyatakan bahwa gaya listrik yang
melalui garis lengkung tertutup berbanding lurus dengan perubahan arus induksi
persatuan waktu pada garis lengkung tersebut, sehingga apabila ada suatu arus yang
melalui sebuah kumparan maka akan timbul medan magnet pada kumparan
tersebut.
Sedangkan hukum Lorentz menjelaskan bahwa arus bolak-balik (AC) yang
beredar mengelilingi inti besi mengakibatkan inti besi tersebut berubah menjadi
magnet, apabila magnet tersebut dikelilingi oleh suatu lilitan maka lilitan tersebut
akan memiliki perbedaan tegangan pada kedua ujung lilitannya.
Prinsip kerja dari trafo melibatkan bagian-bagian utama pada trafo, yaitu:
kumparan primer, kumparan sekunder dan inti trafo. Kumparan tersebut
mengelilingi inti besi dalam bentuk lilitan. Apabila kumparan pada sisi primer trafo
dihubungkan dengan suatu sumber tegangan bolak-balik sinusoidal (Vp), maka
akan mengalir arus bolak-balik yang juga sinusoidal (Ip) pada kumparan tersebut.
(𝐝∅)
𝐕𝐬 = −𝐍𝐬 …………………………...(1.12)
𝐝𝐭
Dimana :
Vs = tegangan induksi pada sisi sekunder
Ns = jumlah belitan pada sisi sekunder
dФ/dt = perubahan fluks terhadap waktu
Dari persamaan tersebut diketahui bahwa tegangan induksi yang
terbangkitkan pada kumparan trafo berbanding lurus dengan jumlah lilitan
kumparan pada inti trafo.
Selain itu, tegangan induksi juga dapat terbangkitkan apabila ada perubahan
fluks terhadap waktu, jika fluks yang mengalir adalah konstan maka tegangan
induksi tidak dapat terbangkitkan.
Dari persamaan tersebut diketahui bahwa tegangan induksi yang
terbangkitkan pada kumparan trafo berbanding lurus dengan jumlah lilitan
kumparan pada inti trafo. Selain itu, tegangan induksi juga dapat terbangkitkan
apabila ada perubahan fluks terhadap waktu, jika fluks yang mengalir adalah
konstan maka tegangan induksi tidak dapat terbangkitkan.
Setiap trafo juga memiliki suatu besaran yang dinamakan perbandingan
transformasi. Untuk menunjukkan perbandingan lilitan atau perubahan level
tegangan dan arus pada sisi primer dan sekunder yang ditransformasikan pada trafo
tersebut. Berikut perumusannya:
𝑽𝒑 𝑰𝒔 𝑵𝒑 𝑳𝑷
= 𝑰𝒑 = = √ 𝑳𝒔 = 𝒂……………………..(1.13)
𝑽𝒔 𝑵𝒔
𝐕𝟐
𝐈𝟐 = ……………………………….(1.14)
𝐙𝐋
Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) atau fluks
yang cenderung berlawanan dengan fluks bersama (Ф) yang telah ada akibat arus
pemagnetan pada sisi primer.
Agar fluks bersama tersebut nilainya tidak berubah akibat pengaruh ggm yang
berlawanan, maka pada kumparan primer harus mengalir arus I2 dan menimbulkan
fluks Ф2’ yang menentang fluks akibat arus beban I2.
Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban ZL , I2 mengalir
pada kumparan sekunder, di mana I2 = V2 / ZL dengan θ2 = faktor kerja beban.
Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2 I2 yang
cenderung menentang fluks (φ) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan IM.
Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, maka pada kumparan primer
harus dialiri arus I’2, yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2
hingga keseluruhan arus yang mengalir pada primer
Trafo dapat bekerja atau tegangan induksi dapat terbangkitkan pada
kumparan sisi sekunder apabila terdapat perubahan fluks terhadap waktu yang
mengalir pada inti trafo.
Fluks bolak-balik yang berubah terhadap waktu ini dapat dihasilkan melalui
suplai tegangan bolak-balik.
Prinsip kerja dan dengan asumsi bahwa suplai tegangan DC yang diberikan
merupakan tegangan DC murni dan konstan maka trafo tidak dapat bekerja, hanya
menimbulkan tegangan induksi sesaat ketika kumparan baru disambungkan dengan
suplai tegangan.
Namun bagaimana bila suplai tegangan DC tersebut direkayasa sedemikian
rupa sehingga dapat membangkitkan fluks bolak-balik yang berubah terhadap
waktu.
(a)
(b)
(c)
Gambar 1.5 Kontruksi Pada Trafo (a) Tampak depan (b) Tampak samping (c)
Tampak atas
2. Pendingin
Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-
rugi besi dan rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan
suhu yang berlebihan, akan merusak isolasi transformator, maka untuk
mengurangi adanya kenaikan suhu yang berlebihan tersebut pada
transformator perlu juga dilengkapi dengan sistem pendingin yang bergungsi
untuk menyalurkan panas keluar transformator. Media yang digunakan pada
sistem pendingin dapat berupa
a. Udara, gas, minyak dan air.
b. Sistem pengalirannya (sirkulasi) dapat dengan cara:
c. Alamiah (natural)
d. Tekanan/paksaan (forced).
4. Tap Changer
Tap changer adalah mekanisme dalam transformer yang memungkin-
kan rasio putaran berubah untuk dipilih dalam langkah-langkah terpisah.
Transformator dengan mekanisme ini mendapatkan rasio putaran variabel ini
dengan menghubungkan ke sejumlah titik akses yang dikenal sebagai ketukan
sepanjang gulungan primer atau sekunder.
5. Lifting Lungs
Lifting lungs digunakan untuk tempat pengangkatan transformator
sewaktu akan di instalasi
4. Buchholz Relay
Terpasang pada : Transformers dengan konservator .Alat ini memotong
dan mengumpulkan gelembung gas yang berasal dari bagian dalam trafo
(menunjukkan sirkuit pendek atau kesalahan dalam lainnya) dan / atau
memberi sinyal kebocoran oli dari tangki, memberikan sinyal alarm atau
salah. Ada pilihan yang berbeda sesuai dengan dimensi pipa yang
menghubungkan flange. Adalah mungkin juga untuk menghubungkan alat
pengambilan sampel gas dengan relay Buchholz untuk mengumpulkan gas
untuk analisis.
6. Panel Control
Kotak Marshalling memusatkan layanan tambahan dan melindungi
papan terminal.
Alat Indikator Untuk mengawasi selama trafo beroperasi maka perlu adanya
indicator pada trafo tersebut, berikut salah satu jenis indikatornya :
a. Indikator Suhu Minyak
b. Indikator Permukaan Minyak
c. Indikator Sistem Pendingin
d. Indikator Kedudukan Tap
Rugi yang disebabkan arus beban mengalir pada kawat tembaga dapat
ditulis sbb :
𝐏𝐜𝐮 = 𝐈𝟐 𝐑……………………………..(1.15)
Karena arus beban berubah ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada
beban. Rugi besi terdiri dari :
1. Rugi Histerisis,
Rugi Histeresis yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak balik pada inti
besi, yang dinyatakan sebagai :
𝐏𝐡 = 𝐊 𝐡 𝐟𝐁𝐌𝐚𝐤𝐬 𝐰𝐚𝐭𝐭…………………..(1.16)
Dimana :
Kh = konstanta
Bmaks = fluks maksimum (weber)
𝐏𝐚 = 𝐊 𝐚 ƒ𝐁𝐌𝐚𝐤𝐬 𝐰𝐚𝐭𝐭…………………...(1.17)
𝐏𝐢 = 𝐏𝐡 + 𝐏𝐚 ………………………(1.18)
Ada beberapa tips untuk mengurangi loss pada transformator adalah sebagai
berikut :
1. Pastikan baut pengikat pada terminal trafo terikat dengan kuat alias tidak
kendor, apalagi sampe lepas. Baut yang kendor selain dapat
mengakibatkan loss kontak juga dapat mengakibatkan percikan api
2. Apabila beban masih mampu dipikul oleh 1 trafo, pindahkan semua beban
pada 1 trafo saja. Kecuali dalam kondisi tertentu yang membutuhkan
kehandalan sehingga beban dipikul lebih dari satu trafo.
3. Apabila beban di sisi skunder trafo dilepas atau istilahnya trafo tidak
dibebani, lebih baik lepaskan trafo dari sumber listrik di sisi primer. trafo
yang sisi primernya masih terhubung dengan sumber listrik mempunyai
nilai beban.
4. Apabila menggunakan trafo 3 phasa yang terhubung bintang, pastikan
beban phasa per phasa seimbang. Beban yang tidak seimbang
mengakibatkan titik netral dialiri arus. Padahal arus ini tidak terpakai
Dimana :
ɳ = Efisiensi Trafo
Pout = Daya listrik Keluaran (Output) atau Daya pada Kumparan Sekunder
Pin = Daya listrik Masukan (Input) atau Daya pada Kumparan Primer
atau
atau
atau
Dimana :
ɳ : Efisiensi Trafo
Vs : Tegangan Sekunder
Vp : Tegangan Primer
Is : Arus Sekunder
Ip : Arus Primer
Ns : Lilitan sekunder
Np : Lilitan primer
Kenyataannya trafo tidak pernah ideal. Jika trafo digunakan, selalu timbul
energi kalor. Dengan demikian, energi listrik yang masuk pada kumparan primer
selalu lebih besar daripada energi yang keluar pada kumparan sekunder. Akibatnya,
daya primer lebih besar daripada daya sekunder. Berkurangnya daya dan energi
listrik pada sebuah trafo ditentukan oleh besarnya efisiensi trafo.
Perbandingan antara daya sekunder dengan daya primer atau hasil bagi antara
energi sekunder dengan energi primer yang dinyatakan dengan persen disebut
efisiensi trafo. Efisiensi trafo dinyatakan dengan η .