Anda di halaman 1dari 11

BAB VI

APLIKASI PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN


SETELAN RELAY

Sebagai contoh perhitungan arus gangguan hubung singkat dari sistem jaringan 20 kV
yang dipasok dari suatu Gardu Induk seperti uraian Gambar 6.1 berikut ini :

Gambar 6.1 Diagram satu garis suatu GI

Catatan :
Pada bus 150 kV adalah bus yang dipasok dari pusat listrik yang di interkoneksi. Untuk
ini diperlukan arus hubung singkat di sisi 150 kV. Lain halnya jika dipasokan daya di
ambil dari PLTD untuk reaktansi subtransient ( generator dan impedansi trafo
tenaganya.

Perhitungan arus hubung singkat pada sistem diatas, sebagai berikut:


 Dihitung besar impedansi sumber (reaktansi), yang dalam hal ini diperoleh dari
data hubung singkat di Bus 150 kV (missal 500 MVA).
 Perhitungan reaktansi Trafo tenaga.
 Perhitungan impedansi penyulang per 25%, 50%, 75%, dan 100% panjang
penyulang. Untuk lebih teliti perhitungan impedansi dapat per 5 % atau 10 %
dari panjang penyulang.
Jadi data yang diperlukan untuk perhitungan arus hubung singkat atau koordinasi relay,
adalah:
a. di bus 150 kV
b. Data Trafo :
- Kapasitas trafo (MVA)
- Reaktansi urutan positip trafo (%)
- Ratio tegangan
- Mempunyai belitan delta atau tidak
- Ratio CT di incoming feeder
- Neutral grounding Resistane yang terpasang
c. Impedansi urutan positip dan Nol penyulang
d. Arus beban di penyulang
e. Ratio CT di penyulang

ANALISA SISTEM TENAGA (AST) VI - 1


Data MVA hubung singkat (contoh terjadi di BUS 150 kV Gardu Induk)

Data ini diperlukan untuk menggantikan Impedansi sumber yang terbaca dari Bus150
kV ke arah sistem secara keseluruhan, dimana Impedansi sumber tersebut dapat
dihitung balik dengan menggunakan data MVA hubung singkat tersebut.Untuk contoh
dalam perhitungan ini diambil sebuah angka MVA hubung singkat di Bus 150 kV
sebesar 1047 MVA.

Selanjutnya dengan data MVA hubung singkat ini, dihitung nilai Reaktansi dari sumber
yang ada dibelakang Bus 150 kV dengan mempergunakan rumus :
Z = (KV)²/MVASC = 20²/1047 = 0,382 Ohm, karena dengan anggapan bahwa
Impedansi sumber tersebut ebih dominan nilai Reaktansi, sementara nilai Resistansi
kecil sekali dan dianggap sama dengan nol, maka Impedansi sumber tersebut di
ekspresikan sebesar : (0 + j 0,382) Ohm.

Data Trafo Gardu Induk :

Kapasitas 20 MVA
Impedansi Trafo 11% = 2,2 Ω
Volt Primer 150 kV
Volt Sekunder 20 kV
Belitan Delta 1 Xo = 6,6 Ω
I Nominal 20 kV 577,4 Ampere
Ratio C.T (20 kV) 600: 5
Pentanahan 40 Ω

Data Penyulang 20 kV

PENYULANG 1 R jX PENYULANG 2 R jX
Z1 / km 0.103 0.364 Z1 / km 0.103 0.364
Z0 / km 0.270 0.580 Z0 / km 0.270 0.580
Saluran Terpanjang 15 km Saluran Terpanjang 14 km
Z1 Saluran 1.545 5.46 Z1 Saluran 1.442 5.096
Z0 saluran 4.050 8.700 Z0 saluran 3.780 8.120
Kapasitansi Ce 0,03 uF Kapasitansi Ce 0,02 uF
Total panjang Total panjang
saluran 120 km *) saluran 80 km *)
X kapasitansi total 884,2 Ohm X kapasitansi total 1989 Ohm
*)termasuk percabangan *)termasuk percabangan

ANALISA SISTEM TENAGA (AST) VI - 2


6. 1 Perhitungan Impedansi
6.1.1 Perhitungan Impedansi Sumber

Data hubung singkat di bus 150 kV Gardu Induk PRIWA adalah sebesar 500 MVA,
maka:

= = 45 Ω

Perlu diingat bahwa impedansi sumber ini adalah nilai ohm pada sisi 150 kV , karena
arus gangguan hubung singkat yang akan dihitung adalah gangguan hubung singkat di
sisi 20 kV (sebagai dasar perhitungan dalam perhitungan satuan listrik pada tegangan 20
kV), maka impedansi sumber tersebut harus dikonversikan dulu ke sisi 20 kV, sehingga
perhitungan arus gangguan hubung singkatnya nanti sudah mempergunakan tegangan
20 kV (tidak lagi mempergunakan tegangan 150 kV sebagai sumber,karena semua
impedansi sudah dikonersikan ke sistem ΩkV).

Untuk mengkonversikan impedansi yang terletak di sisi 150 kV ke sisi 20 kV, dilakukan
dengan cara sebagai berikut:

Gambar 6.2 konversi 150 kV ke 20 kV

(sisi 20 kV) = 45 Ω = 0,8 Ω

6.1.2 Perhitungan Reaktansi Tramsformator

Reaktansi urutan Positip dan Negatip (


Dimisalkan reaktansi tranformator daya 10 MVA adalah sebesar 10%. Untuk
mendapatkan nilainya dalam ohm, dihitung dengan cara sebagai berikut: Cari terlebih
dahulu nilaiohm pada 100% untuk transformator 10 MVA pada sisi 20 kV.

ANALISA SISTEM TENAGA (AST) VI - 3


= = = 40 Ω

Nilai reaktansi transformator daya ini adalah nilai reaktansi urutan Positip, Negatip (

= ).

Jadi: = 10% x 40 Ω = 4 Ω .

Reaktansi Urutan Nol ( )

Reaktansi urutan Nol ini diperoleh dengan memperhatikan data Transformator daya itu
sendiri yaitu, gengan melihat kapasitas belitan delta yang ada dalam transformator
tersebut :

 Untuk transformator daya dengan hubungan belitan ΔY, dimana kapasitas


belitan delta sama bessar dengan kapasitas belita Y, maka = , dalam

contoh perhitungan =
 Untuk transformator daya dengan belitan Yyd, dimana kapasitas belitan delta (d)
biasanya sepertiganya dari kapasitas belitan Y (belitan yang dipakai untuk
menyalurkan daya, sedangkan belitan delta tetap ada didalam
transformator,tetapi tidak dikeluarkan keuali satu terminal delta untuk
ditanahkan), maka nilai = 3* ,dan dalam contoh

 Untuk transformator daya dengan hubungan belitan YY dan tidak mempunyai


belitan delta didalamnya, maka besarnya

, dalam contoh perhitungan ini diambil

nilai

6.1.3 Perhitungan Impedansi Penyulang

Impedansi penyulang yang akan dihitung tergantung dari besarnya impedansi per km
dari penyulang uang bersangkutan , dimana besar nilainya ditentukan dari konfigurasi
tiang yang akan dipergunakan untuk jaringan SUTM atau dari jenis kabel tanah untuk
jaringan SKTM.

ANALISA SISTEM TENAGA (AST) VI - 4


Dalam contoh perhitungan, disini missal dengan nilai :

Z = (R + jK) ohm/km sebesar

= (0,18 + j 0,53) ohm/km

Dengan demikian nilai impedansi penyulang untuk lokasi gangguan yang diperkirakan
terjadi pada 25%, 50%, 75%, dan 100% panjang penyulang 10 km, dapat dihitung
sebagai berikut:

Tabel 6.1 Impedansi penyulang urutan positip & Negatip (Z1=Z2)

% panjang Impedansi penyulang urutan positip & Negatip (

25 25 % * 10*(0,12 + j 0,23) = 0,3 + j 0,575


50 50 % * 10*(0,12 + j 0,23) = 0,6 + j 1,15
75 75 % * 10*(0,12 + j 0,23) = 0,9 + j 1,725
100 100 % * 10*(0,12 + j 0,23) = 1,2 + j 2,3

Tabel 6.2 Impedansi penyulang urutan Nol (

% panjang Impedansi penyulang urutan nol (

25 25 % * 10*(0,18 + j 0,53) = 0,45 + j 1,325


50 50 % * 10*(0,18 + j 0,53) = 0,90 + j 2,65
75 75 % * 10*(0,18 + j 0,53) = 1,35 + j 3,925
100 100 % * 10*(0,18+ j 0,53) = 1,45 + j 5,30

6.1.4 Perhitungan Reaktansi Ekivalen

Perhitungan yang akan dilakukan adalah perhitungan besarnya nilai impedansi ekivalen
urutan positip ( impedansi ekivalen urutan Negatip ( dan impedansi ekivalen

urutan Nol ( sampai ke sumber.

ANALISA SISTEM TENAGA (AST) VI - 5


150 kV 20 kV Jaringan 20 kV

Zs Zt

Hubungan beliatan Titik


trafo sisi skunder di gangguan
NGR(Rn) ketanahkan

Perhitungan dapat langsung menjumlahkan impedansi - impedansi seperti

gambar tersebut diatas, sedangkan dimulai dari titik gangguan sampai ke


transformator tenaga yang netralnya ditanahkan.

Untuk menghitung impedansi ini diumpamakan transformator tenaga yang

terpasang mempunyai hubungan Yyd, dimana mempunyai nilai = 3* .

Nilai tahanan pertanahan : 3*

Perhitungan :

= j0,8 + j4,0 +

= j4,8 +

Karena lokasi gangguan diasumsikan terjadi pada 25%,50%, 75% dan 100% panjang,
maka yang didapat adalah:

Tabel 6.3 Impedansi equivalent urutan positip & Negatip (

ANALISA SISTEM TENAGA (AST) VI - 6


% panjang
Impedansi

25 0,3 + j 5,375
50 0,6 + j 5,950
75 0,9+ j 6,525
100 1,2 + j 7,1

Perhitungan

= j 12 + 120 +

Karena lokasi gangguan diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75% dan 100% panjang
jaringan , maka yang didapat adalah:

Tabel 6.4 Impedansi equivalent urutan Nol (

% panjang Impedansi equivalent urutan Nol Z0eq

25 j12 + 120 + 0,45 + j1,325 = 120,45 + j13,325


50 j12 + 120 + 0,90 + j2,650 = 120,90 + j14,650
75 j12 + 120 + 1,35 + j3,975 = 121,35 + j15,975
100 j12 + 120 + 0,45 + j5,30 = 121,80 + j17,300

6.2 Perhitungan Arus Gangguan Hubung Singkat

ANALISA SISTEM TENAGA (AST) VI - 7


Setelah mendapatkan impedansi equivalent sesuai dengan lokasi ganguan yang dipilih,
selanjutnya perhitungan arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan
menggunakan rumus dasar seperti terlihat pada persamaan (19), hanya saja impedansi
equivalent mana yang dimasukkan ke dalam rumus tersebut, tergantung dari jenis
gangguan hubung singkatnya , dimana gangguan hubung singkat itu bias gangguan
hubung singkat 3 Fasa, 2 Fasa dan 1 Fasa ketanah.

 Gangguan hubung singkat 3 Fasa

Dengan mempergunakan hukum ohm persamaan 5.1 dapat dihitung besarnya arus
hubung singkat 3 Fasa sebagai berikut :

I=

Dimana : I = arus gangguan 3 fasa yang diari


V = tegangan fasa netral system 20 kV = 20.000/

Impedansi urutan positip yang diperoleh dari perhitungan


diatas.

Sehingga arus gangguan hubung singkat 3 fasa dapat dihitung , sebagai berikut :

Amp

eperti diketahui lokasi gangguan diasumsikan terjadi 25%,50%, 75% dan 100%

panjang jaringan, maka juga didapat nilai yang sesuai dengan lokasi gangguan

tersebut , hasilnya juga ada 4 nilai , sebagai berikut :

% panjang Arus gangguan hubung singkat 3 fasa

25
=
50

75 =

100

ANALISA SISTEM TENAGA (AST) VI - 8


=

 Gangguan hubung singkat 2 Fasa

Dengan mempergunakan persamaan 5.8 dapat dihitung besarnya arus gangguan hubung
singkat 2 fasa sebagai berikut :

Atau

: I = arus gangguan 2 fasa yang dicari


V = tegangan fasa – fasa sistem 20 kV = 20.000 volt
= Impedansi urutan positip yang diperoleh dari perhitungan
diatas
= Impedansi urutan Negatip yang diperoleh dari perhitungan
Diatas
ehingga arus gangguan hubung singkat 2 fasa, dapat dihitung sebagai berikut:

Amp

halnya gangguan hubung singkat 3 fasa, gangguan hubung singkat 2 fasa juga
dihitung untuk lokasi yang diasumsikan gangguan terjadi 25%, 50%, 75% dan 100%
panjang jaringan , dalam hal ini nilai hasilnya , sebagai berikut :

% panjang Arus gangguan hubung singkat 2 fasa

ANALISA SISTEM TENAGA (AST) VI - 9


25

50

75

100

 Gangguan hubung singkat 1 fasa ketanah

Dengan menggunakan persamaan 5.10 dapat dihitung besarnya arus gangguan hubung
singkat 1 fasa ke tanah sebagai berikut :

Dimana : I = arus gangguan 1 fasa ke tanah yang di cari


V = tegangan fasa netral system 20 kV
Z1 = impedansi urutan postif yang di peroleh dari perhitungan diatas.
Z2 = impedansi urutan negative yang di peroleh dari perhitungan diatas
Z3 = impedansi urutan nol yang di peroleh dari perhitungan diatas

Atau : ( lihat persamaan 18)

Sehingga arus gangguan 1 fasa ketanah dapatdi hitung sebagai berikut :

Kembali sama halnya dengan perhitungan arus gangguan hubung singkat 3 fasa dan 2
fasa, arus dangguan hubung singkat 1 fasa juga dihitung untuk lokasi yang di asumsikan

ANALISA SISTEM TENAGA (AST) VI - 10


gangguan terjadi 25%, 50%, 75%, 100% panjang jaringan, Hasilnya
sebagai berikut :

% panjang Arus gangguan hubung singkat 1 fasa

25

50

75

100

Dengan hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat di atas (3 fasa, 2 fasa dan 1
fasa ketanah ), dapat digunakan untuk meseting koordinasi relai proteksi arus lebih,
terutama pada relai arus lebih dari jenis inverse, manfaatnya menjadi amat terasa.

Latihan soal :

1. Diketahui data penyulang sebagai berikut :


Z1 = Z2 = 0,12 + j 0,23 Ω/km
Z0 = 0,180 + j 0,530 Ω/km
Jika panjang saluran 10 km, tentukan panjang saluran.

2. Dari soal no.1, jika diketahui MVA hubung singkat di Bus 150 kV adalah 500
MVA, Reaktansi sumber ( 0 + j 8) Ω.
Data Transformator sebagai berikut :
- Kapasitas : 10 MVA
- Impedansi Trafo : 10 %
- Tegangan Primer : 150 kV
- Tegangan Sekunder : 20 kV
- Belitan : Delta ; Xo = 12 Ω
- Arus nominal 20 kV : 288,765 A
- Pentanahan 20 kV : 40 Ω
Tentukan arus hubung singkat 3 fasa jika terjadi gangguan di lokasi di titik 25%
panjang saluran.

3. Dari soal no.2, Tentukan arus hubung singkat 2 fasa jika terjadi gangguan di
lokasi di titik 50% panjang saluran

ANALISA SISTEM TENAGA (AST) VI - 11

Anda mungkin juga menyukai