Anda di halaman 1dari 12

BAB III

PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG


SINGKAT
3.1. JENIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT
Gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di dalam Jaringan (Sistem
Kelistrikan) ada 3, yaitu:
a. Gangguan Hubung Singkat 3 Fasa
Z
Z
Z

b. Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa

c. Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa ke Tanah.

Gambar 3.1. Macam-macam gangguan hubung singkat.

17

Dari ketiga macam gangguan hubung singkat di atas, Arus gangguannya


dihitung dengan menggunakan rumus umum yaitu:
I = V
Z
dimana:
I = arus yang mengalir pada hambatan Z
V = tegangan sumber
Z = impedansi jaringan, nilai ekivalen dari seluruh impedansi didalam jaringan
dari sumber tegangan sampai titik gangguan.
Dengan mengetahui besarnya tegangan sumber dan besarnya nilai impedansi
tiap komponen jaringan serta bentuk konfigurasi jaringan di dalam sistem maka
besarnya arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan rumus di atas. Lebih
lanjut, besarnya arus yang mengalir pada tiap komponen jaringan juga dapat di
hitung dengan bantuan rumus tersebut.
Yang membedakan antara gangguan hubung singkat 3 fasa, 2 fasa, dan 1 fasa
ke tanah adalah impedansi yang terbentuk sesuai dengan macam gangguan itu
sendiri, dan tegangan yang memasok arus ke titik gangguan, impedansi yang
terbentuk dapat ditunjukkan seperti berikut ini:
Z untuk gangguan 3 fasa

Z = Z1

Z untuk gangguan 2 fasa

Z = Z 1 +Z 2

Z untuk gangguan 1 fasa ke tanah

Z = Z 1 +Z 2 +Z 0

dimana:
Z 1 = impedansi urutan positif.
Z 2 = impedansi urutan negatif.
Z 0 = impedansi urutan nol.
Untuk memudahkan pengertian, dalam pembahasan ini dicoba pada sistem
yang sederhana yaitu perhitungan arus gangguan hubung singkat jaringan radial 20
18

kV yang dipasok dari sebuah Gardu Induk 150 kV, yang perhitungannya dapat
dilakukan sendiri.
Walaupun dikatakan sederhana, namun tetap ada kesulitan yang dihadapi
sementara ini yaitu data impedansi yang agak sulit didapat di PLN Cabang sehingga
perlu didapat dari PLN wilayah, demikian pula impedansi sumber yang dilihat dari
Bus 150 kV gardu Induk, dari kondisi inilah yang perlu juga diketahui, sehingga
paling tidak petugas proteksi mengerti apa yang akan ditanyakan kepada unit lain
dan unit mana yang mempunyai data dimaksud.
Data dimaksud didapat dari perhitungan MVA hubung singkat sistem 150
kV, yang lebih kompleks jaringan maupun cara menghitungnya. Apabila MVA
hubung singkat di sisi 150 kV diketahui, maka nilai impedansi sumber (umumnya
dari nilai reaktansinya) dapat dihitung, juga dengan menggunakan rumus dasar di
atas.

3.2. APLIKASI PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT


Sebagai contoh perhitungan arus gangguan hubung singkat dari sistem jaringan 20
kV yang dipasok dari suatu GI dapat di ikuti uraian berikut ini.
Dimisalkan pada suatu gardu induk (GI) A terpasang satu trafo tenaga 150/20
kV dengan daya sebesar 10 MVA dengan Impedansi = 10%, netral trafo tenaga ini
ditanahkan melalui tahanan 40 Ohm. Short circuit level pada bus 150 kV di GI A,
misalnya sebesar 500 MVA. Dari trafo tenaga ini mengisi tegangan ke busbar 20 kV
dan terdapat satu buah penyulang hubung singkat di Jaringan 20 kV yang panjang
penyulangnya sekitar 10 km. Tentukan berapa besarnya arus gangguan hubung
singkat di jaringan 20 kV yang terjadi di 25%, 75%, dan 100% panjang penyulang.

19

Single line dari contoh di bawah ini dapat di gambarkan sebagai berikut :

Untuk menghitung arus gangguan hubung singkat pada sistem seperti di atas,
pertama-tama dihitung besar impedansi sumber (reaktansi), yang dalam hal ini
didapat dari data hubung singkat di bus 150 kV Gardu Induk A (500 MVA), kedua
menghitung reaktansi trafo tenaga, ketiga menghitung impedansi penyulang per 25%,
50%, 75% dan 100% panjang penyulang.

3.3. MENGHITUNG IMPEDANSI SUMBER


Data hubung singkat di bus 150 kV gardu induk (GI) A adalah sebesar 500 MVA,
maka:
Xs = kV 2

Xs = 150 2

MVA

500
= 45 ohm.

Perlu di ingat bahwa impedansi sumber ini adalah nilai Ohm pada sisi 150
kV, karena arus gangguan hubung singkat yang akan dihitung adalah gangguan
hubung singkat di sisi 20 kV, maka impedansi tersebut harus dikonversasikan dulu
ke sisi 20 kV, sehingga pada perhitungan arus gangguannya nanti sudah dengan
menggunakan sumber 20 kV (tidak lagi menggunakan tegangan 150 kV sebagai
sumber, karena semua impedansi sudah dikonversikan ke sistem tegangan 20 kV).
Untuk mengkonversikan impedansi yang terletak di sisi 150 kV ke sisi 20 kV,
dilakukan dengan cara sebagai berikut:

20

Xs = 0,8

Xs = 45

150 kV

20 kV

20 kV

Xs (sisi 20 kV) = 20 2 x 45
150 2
= 0.8 Ohm

3.4. MENGHITUNG REAKTANSI TRAFO


Reaktansi trafo tenaga 10 MVA adalah sebesar 10%. Untuk mencari nilainya dalam
Ohm dihitung dengan cara sebagai berikut:
Cari dulu nilai Ohm pada 100% untuk Trafo 10 MVA pada sisi 20 kV,
X t (pada 100 %) = 20 2
10
= 40 Ohm
Nilai reaktansi trafo tenaga:
Reaktansi urutan positif, negatif ( X 11 = X12 )
X t = 10% x 40 = 4 Ohm.
Reaktansi urutan nol (X t0 )
Reaktansi urutan nol ini didapat dengan memperhatikan data trafo tenaga itu
sendiri yaitu dengan melihat kapasitas belitan delta yang ada dalam Trafo itu:
a. Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitanY dimana kapasitas belitan delta
sama besar dengan kapasitas belitan Y,maka X t0 = X t1 , dalam contoh perhitungan
X t0 = 4 Ohm.
b. Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan Yyd dimana kapasitas belitan delta
(d) biasanya sepertiga dari kapasitas belitan Y (belitan yang dipakai untuk
menyalurkan daya, sedangkan belitan delta tetap ada di dalam tetapi tidak
21

dikeluarkan kecuali satu terminal delta untuk ditanahkan), maka nilai X t0 = 3 x


X t1 , dan dalam contoh perhitungan X t0 = 3 x 4 = 12 Ohm.
c. Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan YY dan tidak mempunyai belitan
delta didalamnya, maka besarnya X t0 berkisar antara 9 s/d 14 x X t1 , dalam contoh
perhitungan ini X t0 = 10 x 4 Ohm = 40 Ohm.

3.5. MENGHITUNG IMPEDANSI PENYULANG


Impedansi penyulang yang akan dihitung disini tergantung dari besarnya impedansi
per km dari penyulang yang bersangkutan, dimana besar nilainya ditentukan dari
konfigurasi tiang yang digunakan untuk jaringan SUTM atau dari jenis kabel tanah
untuk jaringan SKTM.
Dalam contoh perhitungan, disini diambil misal dengan nilai Z = (R + jX)
Ohm/km sebesar:
Z 1 = Z 2 = (0,12 + j0,23)/km
Z 0 = ( 0,18 + j0,53 )/km
Dengan demikian nilai impedansi penyulang untuk lokasi gangguan yang
dalam contoh perhitungan ini diperkirakan terjadi pada lokasi sejarak 25%, 50%,
75%, 100% panjang penyulang, sehingga dapat dihitung sebagai berikut:
Urutan positif dan negatif
%Panjang

Impedansi penyulang (Z 1 , Z 2 )

25

25% x 10 x (0,12 + j0,23) = 0,3 + j0,575

50

50% x 10 x (0,12 + j0,23) = 0,6 + j1,15

75

75% x 10 x (0,12 + j0,23) = 0,9 + j1,725

100

100% x 10 x (0,12 + j0,23) = 1,2 + j2,3

22

Urutan Nol
%Panjang

Impedansi penyulang urutan nol (Z 0 )

25

25% x 10 x (0,18 + j0,53) = 0,45 + j1,325

50

50% x 10 x (0,18 + j0,53) = 0,90 + j2,65

75

75% x 10 x (0,18 + j0,53) = 1,35 + j3,975

100

100% x 10 x (0,18 + j0,53) = 1,83 + j5,30

3.6. MENGHITUNG IMPEDANSI EKIVALEN JARINGAN


Perhitungan yang akan dilakukan disini adalah perhitungan besarnya nilai impedansi
positif (Z 1 eq ), negatif (Z 2 eq ) dan nol (Z 0 eq ) dari titik gangguan sampai ke sumber.
Karena dari sejak sumber ke titik gangguan impedansi yang terbentuk adalah
tersambung seri, maka perhitungan Z 1

eq

dan Z 2

eq

dapat langsung menjumlahkan

impedansi-impedansi tersebut, sedangkan untuk perhitungan Z 0 eq dimulai dari titik


gangguan sampai ke trafo tenaga yang netralnya ditanahkan. Untuk menghitung
Impedansi Z 0 eq ini, diumpamakan trafo tenaga yang terpasang mempunyai hubungan
Yyd, dimana mempunyai nilai X t0 = 3 x X t1 atau sebesar 12 ohm, dan nilai tahanan
pentahanan 3R N = 3 x 40 =120 Ohm.
Perhitungan Z 1 eq dan Z 2 eq ;

Z 1 eq = Z 2 eq = Z s1 + Z t1 + Z 1 penyulang
= j0,8 + j4,0 + Z 1
= j4,8 + Z 1

penyulang

penyulang

23

Karena lokasi gangguan diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75%,dan 100%
panjang Penyulang, maka Z 1 eq (Z 2 eq ) yang didapat adalah:
Impedensi Z 1eq (Z 2eq )

%Panjang
25

j4,8 + (0,3 + j0,575) = 0,3 + j5,375

50

j4,8 + (0,6 + j1,150) = 0,6 + j5,950

75

j4,8 + (0,9 + j1,725) = 0,9 + j6,525

100

j4,8 + (1,2 + j2,300) = 1,2 + j7,100

Perhitungan Z 0 eq
Z 0 eq

= Z t0 + 3R N + Z 0
= j12 + 120 + Z 0

penyulang
penyulang

Karena lokasi gangguan diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75%, dan
100%, maka perhitungan Z 0eq menghasilkan:
% Panjang

Impedensi Z 0 eq

25

j12 + 120 + ( 0,45 + j1,325 ) = 120,45 + j13,325

50

j12 + 120 + ( 0,90 + j2,650 ) = 120,90 + j14,650

75

j12 + 120 + ( 1,35 + j3,975 ) = 121,35 + j15,975

100

j12 + 120 + ( 1,80 + j5,300 ) = 121,80 + j17,300

3.7. MENGHITUNG ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT


Setelah mendapatkan impedansi ekivalen sesuai dengan lokasi gangguan, selanjutnya
perhitungan arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan menggunakan
rumus dasar, hanya saja impedansi ekivalen mana yang dimasukkan kedalam rumus
dasar tersebut adalah tergantung dari jenis gangguan hubung singkatnya, dimana
gangguan hubung singkat itu bisa gangguan hubungan singkat 3 fasa, 2 fasa, atau 1
fasa ke tanah.

24

3.7.1. Gangguan hubung singkat 3 Fasa :


Rumus dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya arus gangguan hubung
Singkat 3 Fasa adalah:
I = V
Z
dimana:
I = arus gangguan 3 fasa
V = tegangan fasa netral sistem 20 kV = 20.000 = V ph
3
Z = impedansi urutan positif (Z 1 eq )
sehingga arus gangguan hubung singkat 3 fasa dapat dihitung sebagai berikut:
I 3fasa =

V ph
Z 1 eq
20.000

I 3fasa

I 3fasa = 11547

Z 1 eq

Z 1 eq

Seperti diketahui bahwa lokasi gangguan diasumsikan terjadi pada 25%,


50%, 75%, dan 100% panjang penyulang, maka Z 1

eq

juga didapat 4 buah nilai

sesuai lokasi gangguan tersebut, hasilnya, I 3fasa juga ada 4 nilai.


% Panjang
25

arus gangguan hubung singkat 3 fasa


11547

11547

= 2144,9 A

0,32 + 5,3752

0,3 + j5,375
50

11547

1930,9 A

1753,09 A

0,6 + j5,950

75

11547
25

0,9 + j6,525
100

11547

1603,6 A

1,2 + j7,100

3.7.2. Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa


Rumus dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya arus gangguan hubung
Singkat 2 fasa adalah:
I= V
Z
dimana:
I = arus gangguan 2 fasa,
V = tegangan fasa-fasa sistem 20 kv = 20.000 V = V ph - ph
Z = jumlah impedansi urutan positip (Z 1 eq ) dan impedansi urutan negatif (Z 2

eq ).

sehingga arus gangguan hubung singkat 2 fasa dapat dihitung sebagai berikut:
=

I 2fasa

V ph - ph

= 20.000

Z 1 eq + Z 2 eq

Z1

eq +

Z2

eq

Seperti halnya gangguan 3 fasa, gangguan hubung singkat 2 fasa juga


dihitung untuk lokasi gangguan yang diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75%, dan
100% panjang penyulang.Dalam hal ini dianggap nilai Z 1eq = Z 2

eq ,

sehingga

persamaan arus gangguan hubung singkat 2 Fasa di atas dapat disederhanakan


menjadi:
I2

fasa

V ph
2 x Z1

ph
eq

Nilai arus gangguan hubung singkat sesuai lokasi gangguan dihitung:


% Panjang

arus gangguan hubung Singkat 3 fasa


26

25

20.000

= 1857,6 A

0,62 + 10,752

2 x (0,3 + j5,375)
50

20.000

20.000

= 1672,2 A

2 x (0,6 + j5,950)
75

20.000

= 1518,2 A

2 x (0,9 + j6,525)
100

20.000

= 1388,8 A

2 x (1,2 + j7,100)

3.7.3. Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa ke Tanah


Rumus dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya arus gangguan hubung
singkat 1 fasa ke tanah juga dengan rumus:
I= V
Z
dimana:
I = arus urutan nol atau = I 0
= 20.000 = V ph

V = tegangan fasa netral sistem 20 kV

3
Z = jumlah impedansi urutan positif (Z 1 eq ), impedansi urutan negatif (Z 2 eq ) dan
impedansi urutan nol (Z 0 eq )
I 1fasa ke tanah = 3 x I 0 .

sehingga arus gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah dapat dihitung sebagai
berikut:
27

3 x 20.000
I 1fasa =

3 x V ph

Z 1 eq + Z 2 eq + Z 0 eq

Z 1 eq +Z 2 eq + Z 0 eq

34641,016

Z 1 eq + Z 2 eq + Z 0 eq

34641,016
2 x Z 1 eq + Z 0 eq

Kembali sama halnya dengan perhitungan arus gangguan 3 fasa dan 2 fasa,
Arus gangguan yang diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75%, dan 100% panjang
Penyulang, sehingga dengan rumus terakhir di atas dapat dihitung besarnya
gangguan 1 fasa ke tanah sebagai berikut:
%Panjang

arus gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah

25

34641,016

2 x (0,3 + j5,375) + (120,45 + j13,325)


34641,016

= 280,74 A

121,052 + 24,0752
50

34641,016

= 277,23 A

2 x (0,6 + j5,375) + (120,9 + j14,65)


75

34641,016

= 273,8 A

2 x (0,9 + j6,525) + (121,35 + j15,975)


100

34641,016

= 270,4 A

2 x (1,2 + j7,10) + (121,80 +j17,30)


Dengan demikian kita bisa mengetahui besarnya perhitungan arus ini (3 fasa,
2 fasa, dan 1 fasa ke tanah). Dan apabila arus hubung singkat diatas telah melebihi
80A, yaitu batas aman setting normalnya dari Ground Fault Detector, maka arus
hubung singkat di atas dapat sebagai gangguan, dan Ground Fault Detector akan
bekerja membaca gangguan tersebut.

28

Anda mungkin juga menyukai