Anda di halaman 1dari 77

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Impedansi Jaringan Penyulang KDS-06


Perhitungan impedansi Penyulang KDS-06 dari besarnya impedansi per-km dari
penyulang yang akan dihitung. Besarnya impedansi penyulang didasarkan dari
jenis penghantar, yaitu terbuat dari bahan apa penghantar tersebut, dan juga
tergantung dari ukuran luas penampang, serta panjang penghantar yang
digunakan.

Jenis penghantar jaringan berguna untuk mengetahui nilai impedansi suatu


jaringan, karena pada setiap jenis penghantar akan berbeda nilai impedansinya.
Berikut data panjang jaringan, jenis penghantar yang digunakan, serta nilai
impedansi pada Penyulang KDS-06 dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Impedansi Jaringan Penyulang KDS-06

Panjang Jaringan 20,25 kms

Impedansi Positif R = 0,1344 Ω/km

(AAAC 240 mm2) X = j 0,3158 Ω/km

Impedansi Negatif R = 0,1344 Ω/km

(AAAC 240 mm2) X = j 0,3158 Ω/km

Impedansi Nol R = 0,2824 Ω/km

(AAAC 240 mm2) X = j 1,6034 Ω/km


Jenis Penghantar
Impedansi Positif R = 0,2162 Ω/km

(AAAC 150 mm2) X = j 0,3305 Ω/km

Impedansi Negatif R = 0,2162 Ω/km

(AAAC 150 mm2) X = j 0,3305 Ω/km

Impedansi Nol R = 0,3631 Ω/km

(AAAC 150 mm2) X = j 1,618 Ω/km

125
126
126

4.2 Perhitungan Arus Hubung Singkat pada Penyulang KDS-06


Perhitungan arus gangguan dalam bab ini adalah arus hubung singkat satu fasa ke
tanah, antar fasa, dan tiga fasa. Dari hasil perhitungan arus gangguan ini nantinya
dapat digunakan sebagai besarnya nilai arus ganguan dan sekaligus digunakan
untuk mencari waktu kerja dari peralatan pengaman saat melakukan simulasi.
Untuk melakukan perhitungan tersebut diperlukan data jaringan dari penyulang
KDS-06.

4.2.1 Data Jaringan Penyulang KDS-06


Data mengenai jaringan penyulang KDS-06 dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Data Jaringan Penyulang KDS-06

Gardu Induk (GI) GI Kudus

Trafo GI Trafo III

ST (Daya Trafo GI) 60 MVA

UNT (Ratio Trafo GI) 150/20 kV

IN (Arus Nominal Trafo GI) 1732 Ampere

ZT (Impedansi Trafo GI) 12,00%

Panjang Jaringan Utama 20,25 kms

Jenis Penghantar (JTM) AAAC

Luas Penampang Penghantar (JTM) 240 mm2

Impedansi Urutan Positif dan Negatif 0,1344 + j 0,3158 Ω/km


Penghantar (JTM)

Impedansi Urutan Nol Penghantar (JTM) 0,3631 + j 1,618 Ω/km

Sistem Pentanahan Langsung


(Sumber : Data Aset PT PLN (Persero) UP2D Jateng & DIY)

4.2.2 Perhitungan Impedansi Jaringan


a) Perhitungan Impedansi Sumber
Tabel 4.3 Data Arus Hubung Singkat Jawa-Bali Semester I Tahun 2019
127

Gardu Induk Kudus


Region Jateng & DIY
Tegangan 150 kV
Arus Hubung Singkat 3 Fasa 25,01 kA

Berdasarkan data Arus Hubung Singkat Sistem Jawa-Bali Semester I Tahun 2019
sesuai pada tabel 4.3 di atas, besarnya arus hubung singkat 150 kV 3 fasa untuk
GI Kudus adalah 25,01 kA. Sehingga dengan menggunakan persamaan (2.13),
besarnya daya hubung singkat tiga fasa pada sisi tegangan tinggi 150 kV adalah :
MVA HS TT = √ 3. V. I
= √ 3. 150 kV . 25,01 kA
= 6497,7886 MVA
Dengan menggunakan persamaan (2.14), besarnya impedansi sumber di sisi
tegangan tinggi adalah sebagai berikut :

kV 2
Xs TT =
MVA HS
(150 2 ) kV
=
6497,7886 MVA
= j 3,4627 Ω
Karena perhitungan arus hubung singkat berada disisi tegangan menengah
(20kV), maka impedansi sumber disisi tegangan tinggi (150kV) harus
dikonversikan terlebih dahulu ke sisi tegangan menengah menggunakan
persamaan (2.15) sebagai berikut :
kV TM 2
XS TM = 2 . Xsc TT
kV TT

202
= . j 3,4627
1502

= j 0,06155 Ω

= j 0,0615 Ω

b) Perhitungan Impedansi Trafo


Untuk Trafo III Gardu Induk Kudus, ditunjukkan pada tabel 4.4 sebagai berikut:
128

Tabel 4.4 Data Trafo III Gardu Induk Kudus

Kapasitas Trafo 60 MVA

Impedansi Trafo 12,00 %

Tegangan Primer 150 kV

Tegangan Sekunder 20 kV

Belitan Delta Ynyn

 Impedansi trafo urutan positif dan negatif


Impedansi trafo tenaga III 60 MVA pada GI Kudus berdasarkan tabel 4.6
adalah sebesar 12,00%. Untuk mencari impedansi urutan positif dan
negatif (XTI) = (XT2) dapat menggunakan persamaan (2.17) sebagai berikut
:
kV 2
XT1 = Ztrafo (%) .
MVA
202
= 12,00% .
60
= j 0,8 Ω
XT1 = j 0,8 Ω
ZT1 = ZT2 = XT1 = XT2 = j 0,8 Ω

 Impedansi trafo urutan nol


Karena trafo tenaga III GI Kudus mempunyai belitan Ynyn, maka
impedansi trafo urutan nol dapat dihitung menggunakan persamaan
sebagai berikut :

XT0 = XT1

= j 0,8 Ω

XT0 = ZT0 = XT1 = j 0,8 Ω

c) Perhitungan Impedansi Saluran


Perhitungan untuk mendapatkan nilai impedansi saluran penyulang KDS-06 dapat
didasarkan dengan menggunakan data pada tabel 3.5. Untuk penghantar fasa pada
129

penyulang KDS-06 menggunakan penghantar AAAC 240 mm2, besar impedansi


urutan positif dan negatifnya adalah (0,1344 + j 0,3158) Ω/km. Sedangkan
besarnya impedansi urutan nol penghantar AAAC 150 mm2 adalah (0,3631 + j
1,618) Ω/km.
Panjang jaringan dari PMT KDS-06 sampai ujung terjauh adalah 20,25 kms.
Maka, besarnya nilai impedansi saluran urutan positif, negatif, dan nol adalah:
(contoh perhitungan untuk panjang jaringan 100% = 20,25 kms).
ZSal 1 = ZSal 2 = (0,1344 + j 0,3158) x 20,25 km
= (2,7216 + j 6,39495) Ω

ZSal 0 = (0,3631 + j 1,618) x 20,25 km


= (7,35278 + j 32,7645) Ω

Nilai impedansi saluran urutan positif, negatif, dan nol penyulang KDS-06 dapat
dilihat pada tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5 Impedansi Saluran Urutan Positif, Negatif, dan Nol Penyulang KDS-
06
Panjang
Impedansi Saluran Penyulang KDS-06
Jaringan
Impedansi Urutan Positif
Impedansi Urutan Nol
% Kms dan Negatif
()
()
0% 0 0 + j0 0
5% 1.0125 0,13608 + j0,3197475 0,36763875 + j1,638225
10% 2.025 0,27216 + j0,639495 0,7352775 + j3,27645
15% 3.0375 0,40824 + j0,9592425 1,10291625 + j4,914675
20% 4.05 0,54432 + j1,27899 1,470555 + j6,5529
25% 5.0625 0,6804 + j1,5987375 1,83819375 + j8,191125
30% 6.075 0,81648 + j1,918485 2,2058325 + j9,82935
35% 7.0875 0,95256 + j2,2382325 2,57347125 + j11,467575
40% 8.1 1,08864 + j2,55798 2,94111 + j13,1058
45% 9.1125 1,22472 + j2,8777275 3,30874875 + j14,744025
50% 10.125 1,3608 + j3,197475 3,6763875 + j16,38225
55% 11.1375 1,49688 + j3,5172225 4,04402625 + j18,020475
60% 12.15 1,63296 + j3,83697 4,411665 + j19,6587
130

65% 13.1625 1,76904 + j4,1567175 4,77930375 + j21,296925


70% 14.175 1,90512 + j4,476465 5,1469425 + j22,93515
75% 15.1875 2,0412 + j4,7962125 5,51458125 + j24,573375
80% 16.2 2,17728 + j5,11596 5,88222 + j26,2116
85% 17.2125 2,31336 + j5,4357075 6,24985875 + j27,849825
90% 18.225 2,44944 + j5,755455 6,6174975 + j29,48805
95% 19.2375 2,58552 + j6,0752025 6,98513625 + j31,126275
100% 20.25 2,7216 + j6,39495 7,352775 + j32,7645
d) Perhitungan Impedansi Total Jaringan
 Impedansi Total Jaringan Urutan Positif
Impedansi total jaringan urutan positif pada 100% panjang jaringan pada
penyulang KDS-06 adalah :
Z1 Tot = XS TM + ZT1 + ZSal 1
= (j 0,0615 Ω) + (j 0,8 Ω) + (2,7216 + j 6,39495) Ω
= (2,7216 + j 7,25645) Ω

 Impedansi Total Jaringan Urutan Negatif


Impedansi total jaringan urutan negatif pada 100% panjang jaringan pada
penyulang KDS-06 adalah :
Z2 TOT = XS TM + ZT2 + ZSAL2
= (j 0,0615 Ω) + (j 0,8 Ω) + (2,7216 + j 6,39495) Ω
= (2,7216 + j 7,25645) Ω

 Impedansi Total Jaringan Urutan Nol


Impedansi total jaringan urutan nol pada 100% panjang jaringan pada
penyulang KDS-06 adalah :
Z0 TOT = XT0 + ZSAL0
= j 0,8 Ω + (7,35278 + j 32,7645) Ω

= (7,35278 + j 33,5645) 

Nilai impedansi total jaringan urutan positif, negatif, dan nol pada penyulang
KDS-06 dilihat pada tabel 4.6 berikut.
131

Tabel 4.6 Impedansi Total Jaringan Urutan Positif, Negatif, dan Nol Penyulang
KDS-06
Panjang
Impedansi Total Jaringan Penyulang KDS-06
Jaringan
Impedansi Total Urutan
Impedansi Total Urutan Nol
% Kms Positif dan Negatif
()
()
0% 0 0 + j0,8615 0 + j0,8
5% 1.0125 0,13608 + j1,1812475 0,36763875 + j2,438225
10% 2.025 0,27216 + j1,500995 0,7352775 + j4,07645
15% 3.0375 0,40824 + j1,8207425 1,10291625 + j5,714675
20% 4.05 0,54432 + j2,14049 1,470555 + j7,3529
25% 5.0625 0,6804 + j2,4602375 1,83819375 + j8,991125
30% 6.075 0,81648 + j2,779985 2,2058325 + j10,62935
35% 7.0875 0,95256 + j3,0997325 2,57347125 + j12,267575
40% 8.1 1,08864 + j3,41948 2,94111 + j13,9058
45% 9.1125 1,22472 + j3,7392275 3,30874875 + j15,544025
50% 10.125 1,3608 + j4,058975 3,6763875 + j17,18225
11.137
55% 1,49688 + j4,3787225 4,04402625 + j18,820475
5
60% 12.15 1,63296 + j4,69847 4,411665 + j20,4587
13.162
65% 1,76904 + j5,0182175 4,77930375 + j22,096925
5
70% 14.175 1,90512 + j5,337965 5,1469425 + j23,73515
15.187
75% 2,0412 + j5,6577125 5,51458125 + j25,373375
5
80% 16.2 2,17728 + j5,97746 5,88222 + j27,0116
17.212
85% 2,31336 + j6,2972075 6,24985875 + j28,649825
5
90% 18.225 2,44944 + j6,616955 6,6174975 + j30,28805
19.237
95% 2,58552 + j6,9367025 6,98513625 + j31,926275
5
100
20.25 2,7216 + j7,25645 7,352775 + j33,5645
%

4.2.3 Perhitungan Besaran per-Satuan / per-Unit (pu)


132

Sebelum menentukan besaran pu, diperlukan besaran-besaran dasar dan sistem


tenaga listriknya. Besaran-besaran dasar tersebut adalah arus dasar dan impedansi
dasar PT. PLN (Persero) menggunakan daya dasar pada sistem sebesar 100 MVA,
sedangkan untuk tegangan dasar didasarkan pada data ratio penyulang KDS-06
pada sisi tegangan menengah yaitu 20 kV, maka besarnya arus dan impedansi
dasar sistem sesuai dengan persamaan (2.20) dan persamaan (2.21) adalah:
kVA dasar
Arus Dasar (Ib) =
√ 3 kV dasar L-L
100.000 kVA
=
√3 . 20 kV
= 2886,751 A
(kV dasar L-L)2
Impedansi Dasar (Zb) =
MVA dasar 3 fasa
(20 kV)2
=
100 MVA
= 4Ω

Dengan besaran-besaran dasar di atas, dapat dihitung besaran per-unit (pu) untuk
impedansi total urutan positif, negatif, dan nol berikut :

 Impedansi Total Jaringan Urutan Positif


Impedansi total jaringan urutan positif pada 100% panjang jaringan dalam besaran
per-unit adalah :

Z1 Tot ()
Z1 Tot (pu) =
ZB

( 2,7216 + j7,25645 ) Ω
=
4Ω

( 7,75004 ∠ 69,44097 ) Ω
=
4∠ 0

= 1,93751 ∠ 69,44097

= (0,6804+ j 1,8141125) pu

 Impedansi Total Jaringan Urutan Negatif


133

Impedansi total jaringan urutan negatif pada 100% panjang jaringan dalam
besaran per-unit adalah :

Z2 Tot ()
Z2 Tot (pu) =
ZB

( 2,7216 + j7,25645 ) Ω
=
4Ω

( 7,75004 ∠ 69,44097 ) Ω
=
4∠ 0

= 1,93751 ∠ 69,44097

= (0,6804+ j 1,8141125) pu

 Impedansi Total Jaringan Urutan Nol


Impedansi total jaringan urutan nol pada 100% panjang jaringan dalam besaran
per-unit adalah :

Z0 Tot ()
Z0 Tot (pu) =
ZB

(7,352775 + j 33,5645)
=
4Ω

(34,36043 ∠ 77,64374 )
=
4 ∠0

= 8,5901075 ∠ 77,64374

= (1,83819375 + j 8,391125) pu

Nilai impedansi total jaringan urutan positif, negatif, dan nol dalam besaran per-
unit pada penyulang KDS-06 dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7 Impedansi Total Jaringan Urutan Positif, Negatif, dan Nol Penyulang
KDS-06 dalam satuan (pu)
Panjang
Impedansi Saluran Penyulang KDS-06
Jaringan
% Kms Impedansi Total Urutan Impedansi Total Urutan
134

Nol
Positif & Negatif (pu)
(pu)
0% 0 0 + j 0,215375 0 + j 0,2
0,0919096875 + j
5% 1.0125 0,03402 + j 0,295311875
0,60955625
10% 2.025 0,06804 + j 0,37524875 0,183819375 + j 1,0191125
0,2757290625 + j
15% 3.0375 0,10206 + j 0,455185625
1,42866875
20% 4.05 0,13608 + j 0,5351225 0,36763875 + j 1,838225
0,4595484375 + j
25% 5.0625 0,1701 + j 0,615059375
2,24778125
30% 6.075 0,20412 + j 0,69499625 0,551458125 + j 2,6573375
0,6433678125 + j
35% 7.0875 0,23814 + j 0,774933125
3,06689375
40% 8.1 0,27216 + j 0,85487 0,7352775 + j 3,47645
0,8271871875 + j
45% 9.1125 0,30618 + j 0,934806875
3,88600625
50% 10.125 0,3402 + j 1,01474375 0,919096875 + j 4,2955625
1,0110065625 + j
55% 11.1375 0,37422 + j 1,094680625
4,70511875
60% 12.15 0,40824 + j 1,1746175 1,10291625 + j 5,114675
1,1948259375 + j
65% 13.1625 0,44226 + j 1,254554375
5,52423125
70% 14.175 0,47628 + j 1,33449125 1,286735625 + j 5,9337875
1,3786453125 + j
75% 15.1875 0,5103 + j 1,414428125
6,34334375
80% 16.2 0,54432 + j 1,494365 1,470555 + j 6,7529
1,5624646875 + j
85% 17.2125 0,57834 + j 1,574301875
7,16245625
90% 18.225 0,61236 + j 1,65423875 1,654374375 + j 7,5720125
1,7462840625 + j
95% 19.2375 0,64638 + j 1,734175625
7,98156875
100% 20.25 0,6804 + j 1,8141125 1,83819375 + j 8,391125

4.2.4 Perhitungan Arus Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah


135

Diasumsikan gangguan terjadi pada 100% dari panjang jaringan (20,25 kms).
Oleh karena itu, impedansi total yang digunakan adalah impedansi total pada
100% panjang jaringan dalam satuan pu yang dapat dilihat pada tabel 4.7, maka
dapat dihitung arus hubung singkat komponen simetri menggunakan persamaan
(2.24) sebagai berikut :
Ea
Ia1 =
Z1 + Z2 + Z0
=

1 ∠ 0°
( 0,6804+ j 1,8141125 ) + ( 0,6804+ j 1,8141125 ) + ( 1,83819375 + j 8,391125)
1 ∠ 0°
=
(3,19899375 + j 12,01935)
1 ∠ 0°
=
12,43777856 ∠ 75,09602911°
= 0,08040020934 ∠ -75,09602911°
= (0,0206789151 - j 0,077695406) pu
Ia2 = Ia0 = Ia1
= (0,0206789151 – j 0,077695406) pu
Besarnya arus gangguan hubung singkat pada sistem dapat dihitung menggunakan
persamaan (2.25) sebagai berikut :
Ia = Ia0 + Ia1 + Ia2
= (0,0206789151 - j 0,077695406) + (0,0206789151- j 0,077695406) +
(0,0206789151 - j 0,077695406)
= (0,0620367453 - j 0,233086218) pu
Ib = 0
Ic = 0
Untuk mendapatkan arus gangguan dalam satuan Ampere, maka arus-arus
gangguan dalam satuan pu harus dikalikan dengan arus dasar sistem (IB).
Ia = (0,0620367453 - j 0,233086218) pu . 2886,751 Ampere

= (0,2412006277 -75,09602911º) pu . 2886,751 Ampere

= 696,2861532 -75,09602911 º Ampere


Ib = 0
136

Ic = 0

4.2.5 Perhitungan Arus Hubung Singkat Antar Fasa


Diasumsikan gangguan terjadi pada 100% dari panjang jaringan (20,25 kms).
Oleh karena itu, impedansi total yang digunakan adalah impedansi total pada
100% panjang jaringan dalam satuan pu yang dapat dilihat pada tabel 3.16, maka
dapat dihitung arus hubung singkat komponen simetri menggunakan persamaan
(2.29) sebagai berikut :

Ea
Ia1 =
Z1+ Z2

1 ∠ 0°
=
( 0,6804+ j 1,8141125 ) + ( 0,6804+ j 1,8141125)

1 ∠ 0°
=
(1, 3608 + j 3,628225)

1 ∠ 0°
=
(3, 875021715 ∠ 69,44096956°)
= (0,25806307 ∠ - 69,44096956º) pu
= (0,090624585 - j 0,241627259) pu

Ia2 = - Ia1

= - (0,090624585 - j 0,241627259)

= (- 0,090624585 + j 0,241627259) pu
Ia0 = 0
Besarnya arus gangguan hubung singkat pada sistem dapat dihitung menggunakan
persamaan (2.30) sebagai berikut :
Ia = 0
Ib = Ia0 + a2. Ia1 + a . Ia2
= 0 + ( 1 ∠ 240 º ) . ( 0,090624585 - j 0,2416272259 ) +
( 1 ∠120 º ) . ( -0,090624585 + j 0,241627259 )
= ( 1 ∠ 240 º ) . ¿
( 1 ∠ 120 º ) . ( 0,2580630692 ∠ 110,5590311º )
137

= ¿
= (- 0,254567608 + j 0,0423304203 ) + (- 0,163943051 - j 0,199296822)
= (-0,418510659 - j 0,1569664017) pu
= ¿ pu
Ic = - Ib
= - (-0,418510659 - j 0,1569664017)
= (0,418510659 + j 0,1569664017) pu
= ¿
Untuk mendapatkan arus gangguan dalam satuan Ampere, maka arus-arus
gangguan dalam satuan pu harus dikalikan dengan arus dasar sistem (IB).
Ia = 0
Ib = (-0,418510659 - j 0,1569664017) . 2886,751 Ampere
= (0, 4469936373 ∠ - 159,4357331º). 2886,751 Ampere
= 1290,359329 ∠ - 159,4357331 º Ampere
Ic = (0,418510659 + j 0,1569664017) . 2886,751 Ampere
= (0, 4469783249 ∠ 20 ,55903434 º). 2886,751 Ampere
= 1290,315126 ∠ 20,55903434 º Ampere

4.2.6 Perhitungan Arus Hubung Singkat Tiga Fasa


Diasumsikan gangguan terjadi pada 100% dari panjang jaringan (20,25 kms).
Oleh karena itu, impedansi total yang digunakan adalah impedansi total pada
100% panjang jaringan dalam satuan pu yang dapat dilihat pada tabel 3.16, maka
dapat dihitung arus hubung singkat komponen simetri menggunakan persamaan
(2.33) :
Ea
Ia1 =
Z1
1 ∠ 0°
=
( 0,6804+ j 1,8141125 )
1 ∠ 0°
=
(1,937510857 ∠ 69,44096956° )
= (0,5161261401 ∠ - 69,44096956º)
= (0,1812491653 - j 0,483254521) pu
Ia2 = Ia0 =0
138

Besarnya arus gangguan hubung singkat pada sistem dapat dihitung menggunakan
persamaan (2.34) sampai (2.36) sebagai berikut :
Ia = Ia0 + Ia1 + Ia2
= 0 + (0,1812491653 - j 0,483254521) + 0
= (0,5161261396 ∠ - 69,44096954º) pu
Ib = Ia0 + a2. Ia1 + a . Ia2
= 0 + ( 1 ∠ 240 º ) . (0,5161261396 ∠ - 69,44096954 º ) + (1 ∠ 120 º ) . 0
= ¿) pu
Ic = Ia0 + a. Ia1 + a2 . Ia2
= 0 + ( 1 ∠ 120 º ) . (0,5161261396 ∠ - 69,44096954 º ) + (1 ∠ 240 º ) . 0
= ( 0,5161261396 ∠ 50,55903046 º ) pu
Untuk mendapatkan arus gangguan dalam satuan Ampere, maka arus-arus
gangguan dalam satuan pu harus dikalikan dengan arus dasar sistem (IB).
Ia = (0,5161261396 ∠ - 69,44096954º) . 2886,751 Ampere
= (1489,92765 ∠ - 69,44096954 º) Ampere
Ib = ¿ . 2886,751 Ampere
= (1489,92765∠ 170,5590305 º) Ampere
Ic = ¿ . 2886,751 Ampere
= (1489,92765 ∠ 50,55903046 º) Ampere
Nilai arus hubung singkat satu fasa ke tanah, dua fasa, dan tiga fasa pada
penyulang KDS-06 dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8 Arus Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah, Dua Fasa, dan Tiga Fasa
pada Penyulang KDS-06
Arus Hubung Singkat pada Penyulang KDS-06
Panjang Jaringan
(Ampere)
( km) % L-G L-L L-L-L
0 0% 13730,09 11607,59 13403,37
1,0125 5% 7152,56 8409,95 9711,04
2,025 10% 4815,82 6555,32 7569,48
3,0375 15% 3626,95 5359,17 6188,28
4,05 20% 2908,07 4527,70 5228,16
5,0625 25% 2426,75 3917,57 4523,64
6,075 30% 2082,01 3451,34 3985,29
7,0875 35% 1822,99 3083,74 3560,82
8,1 40% 1621,25 2786,59 3217,70
9,1125 45% 1459,70 2541,48 2934,67
139

10,125 50% 1327,41 2335,88 2697,26


11,1375 55% 1217,11 2160,98 2495,29
12,15 60% 1123,72 2010,38 2321,40
13,1625 65% 1043,64 1879,37 2170,12
14,175 70% 974,22 1764,36 2037,32
15,1875 75% 913,45 1662,59 1919,81
16,2 80% 859,82 1571,91 1815,10
17,2125 85% 812,13 1490,60 1721,20
18,225 90% 769,46 1417,27 1636,53
19,2375 95% 731,05 1350,82 1559,80
20,25 100% 696,29 1290,31 1489,93

Untuk mengetahui grafik hubungan antara besarnya arus hubung singkat


penyulang KDS-06 dengan persentase panjang penyulang, dapat dilihat pada
gambar 4.1

Arus Gangguan Hubung Singkat Penyulang KDS-06


8,000

7,000

6,000

5,000

4,000

3,000

2,000

1,000

000
10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100

L-G L-L L-L-L

Gambar 4.1 Grafik Arus Hubung Singkat Penyulang KDS-06

Gambar grafik diatas menunjukkan bahwa semakin jauh persentase jarak arus
gangguan hubung singkat dari PMT, maka nilai arus gangguan akan semakin
kecil. Nilai arus gangguan yang terbesar diantara ketiga jenis arus gangguan yaitu
arus gangguan hubung singkat tiga fasa.

4.3 Evaluasi Zona Proteksi sebelum Resetting


140

Recloser K6-39 pada penyulang KDS-06 terletak pada jarak 2,4 kms dari PMT
KDS-06. Zona proteksi HCL recloser K6-39 pada karakteristik OCR adalah 12,59
kms dari titik recloser K6-39. Jarak dari recloser K6-39 ke LBS K6-179 dan ke
LBS K6-182/10 adalah sebesar 9,45 kms dan 9,95 kms. Maka setting zona HCL
recloser pada karakteristik OCR melebihi dari LBS K6-179 dan LBS K6-182/10.
Sehingga apabila terjadi gangguan di depan LBS K6-179 (masih berada pada zona
proteksi HCL recloser), maka Recloser K6-39 dan LBS K6-179 akan trip
bersamaan dan tentunya recloser langsung lockout. Begitupun juga apabila terjadi
gangguan di depan LBS K6-182/10 (masih berada pada zona proteksi HCL
recloser), maka Recloser K6-39 dan LBS K6-182/10 akan trip bersamaan dan
tentunya recloser langsung lockout. Dengan settingan yang seperti ini maka
recloser dan LBS akan sulit untuk berkoordinasi dan wilayah padam semakin
besar. Oleh sebab itu perlu dilakukan setting ulang pada Recloser K6-39 untuk
memperkecil zona proteksi HCL. Untuk mengkoordinasi ulang zona proteksi
recloser pada sebuah penyulang, diperlukan data settingan karakteristik OCR dan
GFR untuk perhitungan zona proteksi pada penyulang tersebut agar
meminimaliskan wilayah padam. Berikut merupakan setting nilai proteksi relai
OCR dan GFR pada Penyulang KDS-06 dapat dilihat pada tabel 4.9 dan tabel
4.10

Tabel 4.9 Setting Relai Proteksi Penyulang KDS-06 sebelum resetting

Karakteristik OCR Karakteristik GFR


I> 480 A 200 A
I>> 3440 A (6,09 kms dari PMT) 2600 A (4,64 kms dari PMT)
I>>> 7800 A ( 1,28 kms dari PMT) 5000 A (1,88 kms dari PMT)
Kurva Standard Inverse Standard Inverse

Tabel 4.10 Setting Relai Proteksi Recloser K6-39 sebelum resetting


Karakteristik OCR Karakteristik GFR
I> 420 A 120 A
I>> 1250 A (18,56 kms dari recloser) 680 A (18,35 kms dari recloser)
I>>> 1680 A (12,59 kms dari recloser) 920 A (12,66 kms dari recloser)
Kurva Standard Inverse Standard Inverse

Dari data diatas maka dapat diketahui zona proteksi penyulang KDS-06 sebelum
dilakukan resetting yaitu seperti pada gambar berikut :
141

HS 2 PMT
7800 A
HS 1
3440 A
1,28 kms TD PMT
6,09 kms 480 A

58,37 kms
9 K6-39 K6-64 K6-112 K6-126 K6-179 K6-182/82 K1-287/5
GI KUDUS 6 R L L L KDS-14
K6-182/10
15
K6-184
7
Trafo III
10 L K5-256
60 MVA
11
KDS-05
HCL REC K6-39
1680 A HCT REC K6-39
1250 A
14,99 kms TD REC K6-39
20,96 kms 420 A

67,04 kms

Gambar 4.2 Zona Proteksi Relai OCR Penyulang KDS-06 sebelum Resetting

HS 2
5000 A
HS 1
1,88 kms 2600 A
TD PMT
4,64 kms 200 A
73,08 kms
9 K6-39 K6-64 K6-112 K6-126 K6-179 K6-182/82 K1-287/5
GI KUDUS 6 R L L L KDS-14
K6-182/10
15
K6-184
7
Trafo III
10 L K5-256
60 MVA
11
KDS-05
HCL REC K6-39
920 A
HCT REC K6-39
15,06 kms 680 A
TD REC
20,75 kms 120 A

122,50 kms

Gambar 4.3 Zona Proteksi Relai GFR Penyulang KDS-06 sebelum Resetting

Berdasarkan gambar 4.2 dan gambar 4.3, zona proteksi HCL OCR dan GFR
sebelum resetting pada recloser adalah sejauh 12,59 kms dan 12,66 kms di depan
recloser. Pada penyulang KDS-06, apabila LBS K6-179 dan LBS K6-182/10 akan
disetting menjadi sectionalizer maka perlu dilakukan evaluasi ulang untuk
memperkecil zona proteksi HCL. Sehingga zona HCL pada Recloser K6-39 harus
diperkecil sampai berada di sebelum LBS K6-179 agar apabila terjadi gangguan
di depan LBS K6-179 dan LBS K6-182/10, maka LBS K6-179 dan LBS K6-182/10
yang akan mengalami trip dan Recloser K6-39 hanya mengalami reclose. Dengan
demikian, Recloser K6-39, LBS K6-179 dan LBS K6-182/10 akan berkoordinasi
dengan baik.
142

4.4 Analisa Zona Proteksi Penyulang KDS-06 Setelah resetting

Setelah diketahui bahwa Recloser K6-39, LBS K6-179, dan LBS K6-182/10
masih belum bisa berkoordinasi dengan baik, maka zona HCL recloser perlu
dipersempit sampai berada sebelum LBS K6-179 berada, sehingga Recloser K6-
39, LBS K6-179, dan LBS K6-182/10 dapat berkoordinasi. Untuk mempersempit
zona HCL recloser dapat dilakukan dengan memperbesar setting arus HCL
recloser sehingga zona HCL berada di sebelum LBS K6-179. Untuk menentukan
nilai setting karakteristik relai OCR menggunakan nilai arus hubung singkat (I HS)
2 fasa, karena gangguan yang akan disimulasikan yaitu gangguan antar fasa.
Kemudian untuk menentukan nilai setting karakteristik relai GFR menggunakan
nilai arus hubung singkat (IHS) 1 fasa. Sehingga nilai jarak zona proteksi pada
gambar 4.4 tersebut menggunakan nilai (IHS) 2 fasa dan gambar 4.5 menggunakan
nilai arus hubung singkat (IHS) 1 fasa. Data yang diperlukan untuk setting HCL
recloser adalah arus hubung singkat 2 fasa dan arus hubung singkat 1 fasa ke
tanah. Untuk mempermudah dan mempercepat dalam memperhitungkan dan
menentukan jarak suatu zona proteksi digunakan spredsheet Microsoft Excel dari
APD Jateng& DIY yang telah berisi data-data yang digunakan dalam perhitungan
penentuan jarak dan besar nilai hubung singkat. Dengan aplikasi ini juga dapat
mengurangi kesalahan dalam perhitungan.

Dengan menggunakan perhitungan di spreadsheet Microsoft Excel, didapat arus


hubung singkat 2 fasa di titik LBS K6-179 sebesar 2050 A yang berjarak 11,85
kms dari PMT outgoing. Arus hubung singkat ini digunakan sebagai acuan untuk
menentukan zona HCL recloser untuk karakteristik OCR. Dengan itu, maka
ditentukan setting HCL recloser sebesar 2050 A.

Kemudian didapat arus hubung singkat 1 fasa di titik LBS K6-179 sebesar 1150 A
yang berjarak 11,84 kms dari PMT outgoing. Arus hubung singkat ini digunakan
sebagai acuan untuk menentukan zona HCL recloser untuk karakteristik GFR.
Kemudian ditentukan setting HCL recloser sebesar 1150 A.

Jadi dengan settingan ini recloser dan LBS bisa berkoordinasi dengan baik. Untuk
setting HCT recloser dibuat dibawah dari zona Highset 1 PMT Outgoing dan zona
143

HCL recloser. Setting HCT pada recloser untuk karakteristik OCR adalah 1638 A
(15,44 kms dari PMT) dan untuk Setting HCT pada recloser untuk karakteristik
GFR adalah 900 A (15,42 km dari PMT). Waktu kerja HCT dan HCL diatur
instan baik relai OCR maupun GFR.

4.5 Data dan Zona Proteksi Penyulang KDS-06 Setelah Resetting

Berikut ini adalah data mengenai setting relai Proteksi penyulang KDS-06 setelah
dilakukan setting ulang agar wilayah di depan LBS tidak masuk kedalam zona
HCL recloser.

Tabel 4.11 Setting Relai Proteksi PMT Outgoing Penyulang KDS-06 setelah
resetting
Karakteristik OCR Karakteristik GFR
I> 480 A 200 A
I>> 3440 A (6,09 kms dari PMT) 2600 A (4,64 kms dari PMT)
I>>> 7800 A (1,28 km dari PMT) 5000 A (1,88 km dari PMT)
Kurva Standard Inverse Standard Inverse

Tabel 4.12 Setting Relai Proteksi Recloser K6-39 setelah resetting


Karakteristik OCR Karakteristik GFR
I> 420 A 120 A
I>> 1638 A (13,04 kms dari recloser) 900 A (13,02 kms dari recloser)
I>>> 2050 A (9,45 kms dari recloser) 1150 A (9,44 kms dari recloser)
Kurva Standard Inverse Standard Inverse

Pada gambar 4.4 dan 4.5 terlihat bahwa, zona proteksi HCL Recloser telah
dipersempit hingga sebelum LBS K6-179. Sehingga recloser tersebut telah dapat
untuk berkoordinasi dengan LBS. Apabila terjadi gangguan di depan LBS K6-179
dan di depan LBS K6-182/10 (dalam zona HCT recloser), maka recloser dan LBS
tidak akan trip bersamaan melainkan recloser hanya akan reclose tidak akan
lockout lalu LBS yang ada didepan recloser yang akan trip.
144

HS 2 PMT
7800 A
HS 1
3440 A
1,28 kms TD PMT
6,09 kms 480 A
58,37 kms
9 K6-39 K6-64 K6-112 K6-126 K6-179 K6-182/82 K1-287/5
GI KUDUS 6 R L L L KDS-14
K6-182/10
15
K6-184
7
Trafo III
10 L K5-256
60 MVA
11
KDS-05
HCL REC K6-39
2050 A
HCT REC K6-39
11,85 kms 1638 A
TD REC K6-39
15,44 kms 420 A
67,04 kms

Gambar 4.4 Zona Proteksi Relai OCR Penyulang KDS-06 setelah Resetting

HS 2
5000 A
HS 1
1,88 kms 2600 A
TD PMT
4,64 kms 200 A
73,08 kms
9 K6-39 K6-64 K6-112 K6-126 K6-179 K6-182/82 K1-287/5
GI KUDUS 6 R L L L KDS-14
K6-182/10
15
K6-184
7
Trafo III
10 L K5-256
60 MVA
11
HCL REC K6-39 KDS-05
1150 A
HCT REC K6-39
11,84 kms 900 A
TD REC
15,42 kms 120 A
122,50 kms

Gambar 4.5 Zona Proteksi Relai GFR Penyulang KDS-06 setelah Resetting

4.6 Evaluasi dan Resetting Relai Arus Lebih (OCR) dan Relai Gangguan
Tanah (GFR)

Pada penyulang KDS-06, relai arus lebih (OCR) dan relai gangguan tanah (GFR)
yang terpasang memiliki tiga level atau zona, yaitu Time Delay (TD) dengan
karakteristik invers, Highset 1 (HS 1) dengan karakteristik definite, dan Highset 2
(HS 2) dengan karakteristik instantaneous. Sebelum resetting, pada penyulang
KDS-06 zona Time Delay (TD) tidak ada hingga 100% panjang penyulang.
145

Karena resetting, maka zona Time Delay (TD) masuk ke dalam 100% panjang
jaringan akibat pemendekan zona HCL.
a) Zona I>>> (HS 2 PMT Outgoing / HCL dan HCT Recloser)
Pada zona ini digunakan karakteristik instant sehingga mempunyai waktu
kerja yaitu sebesar 0,1 s.
b) Zona I>> (HS 1 PMT Outgoing)
Pada zona ini digunakan karakteristik definite sehingga diberi waktu tunda
sebesar 0,3s.
c) Zona I> ( TD / Is)
Pada zona ini digunakan karakteristik inverse sehingga semakin besar arus
maka waktu kerjanya semakin cepat. Pada zona ini untuk mensetting OCR dan
GFR perlu ditentukan nilai arus setting kerja relai (Iset), Time Multiple Setting
(TMS), serta jenis kurva yang digunakan.
Dalam buku kesepakatan Bersama Pengelolaan Sistem Proteksi Trafo Penyulang
20 kV PT. PLN (Persero) telah ditetapkan setting OCR dan GFR di Jawa Tengah
seperti pada tabel 4.13.

Tabel 4.13 Setting OCR dan GFR


Parameter Setting OCR Setting GFR
Highset 1 Incoming 3,0 x In 4,0 x In
t1 0,6 s 0,6 s
Highset 2 Incoming 5,0 x In 4,0 x In
t2 0,4 s 0,4 s
2,0 x In Trafo (60 1,5 x In Trafo (60 MVA)
MVA)
2,2 x In Trafo (50 1,65 x In Trafo (50
MVA) MVA)
2,4 x In Trafo (30 1,8 x In Trafo (30 MVA)
MVA)
Highset 1 Outgoing
3,0 x In Trafo (16 1,95 x In Trafo (20
MVA) MVA)
3,2 x In Trafo (10 2,24 x In Trafo (10
MVA) MVA)
2,25 x In Trafo (16
MVA)
t1 0,3 s 0,3 s
Highset 2 Outgoing 4,8 x In 3,3 x In
t2 0,1 s 0,1 s
146

4.6.1 Perhitungan Setting Relai OCR PMT Outgoing KDS-06


a) Time Delay / TD PMT (OCR Karakteristik Invers)
Untuk menyetel OCR perlu ditentukan nilai Time Multiple Setting (TMS),
serta jenis kurva yang digunakan.
 Menentukan Time Multiple Setting (TMS)
Untuk menentukan nilai TMS OCR di PMT Outgoing dapat digunakan
pendekatan menggunakan persamaan (2.40) sebagai berikut :

0,02

TMS =
tx
[[ Ihs 2 ∅
I set ] ] -1

0,14

Keterangan =
t = (t di recloser + ∆t yang diinginkan)
= (0,15 + 0,41)
= 0,56 detik
Ihs 2Ø = Arus gangguan 2 fasa di PMT = 10108 A
I set = 480 A
Maka didapatkan nilai TMS sebagai berikut :

0,02

TMS =
0,56 x
480[[ ] ]
10108
-1

0,14

TMS = 0,25

b) Highset 1 PMT (OCR Karakteristik Definite)


 Menentukan Arus Kerja
Penentuan arus kerja berdasarkan nilai nominal dari trafo tenaga yang
terpasang. PT. PLN (Persero) Distribusi Jateng & DIY menetapkan
pengaturan highset 1 OCR untuk trafo 60 MVA sebesar 2 x IN Trafo. IN Trafo
Daya KDS-06 adalah 1732 A. Sehingga didapatkan perhitungan Iset (primer)
sebagai berikut :

Iset (primer) = 2 . IN Trafo


147

= 2 . 1732 A
= 3464 A
Dipilih Iset (primer) = 3440 A
Untuk menentukan Iset (sekunder) dapat digunakan persamaan (2.38) sehingga
didapatkan perhitungan sebagai berikut :
I set (primer)
Iset (sekunder) =
Ratio CT
3440 A
=
800/5
= 21,5 A

 Menentukan Waktu Kerja


Penentuan waktu kerja dilakukan dengan langsung memilih waktu kerja
yang diinginkan dengan menggunakan karakteristik definite. Dipilih waktu
kerja 0,3 detik.

c) Highset 2 PMT (OCR Karakteristik Instantaneous)


 Menentukan Arus Kerja
Penentuan arus kerja dapat dilakukan berdasarkan nilai arus nominal dari
trafo tenaga yang terpasang PT. PLN (Persero) Distribusi Jateng & DIY
menetapkan pengaturan highset 2 OCR PMT Outgoing untuk trafo 60
MVA sebesar 4,8 x IN Trafo. IN Trafo Daya KDS-06 adalah 1732 A. Sehingga
didapatkan perhitungan sebagai berikut :

Iset (primer) = 4,8 . IN Trafo


= 4,8 . 1732 A
= 8313,6 A
Dipilih Iset (primer) = 7800 A
Untuk menentukan Iset (sekunder) dapat digunakan persamaan (2.38) sehingga
didapatkan perhitungan sebagai berikut :
Iset (primer)
Iset (sekunder) =
Ratio CT
7800 A
=
800/5
148

= 48,75 A

 Menentukan Waktu Kerja


Penentuan waktu kerja untuk relai karakteristik Instantaneous adalah
dengan waktu kerja cepat 0,05 - 0,1 detik. Dipilih waktu kerja 0,1 detik.

4.6.2 Perhitungan Setting Relai OCR Recloser K6-39


a) Time Delay/ TD Recloser (OCR Karakteristik Invers)
Untuk menyetel OCR perlu ditentukan nilai Time Multiple Setting (TMS), serta
jenis kurva yang digunakan.
 Menentukan Time Multiple Setting (TMS)
Untuk menentukan nilai TMS dapat digunakan pendekatan pada
persamaan (2.40) sebagai berikut :

0,02

TMS =
tx
[[ Ihs 2 ∅
I set ] ] -1

0,14

Keterangan =
t = 0,15 detik
Ihs 2Ø = Arus gangguan 2 fasa di recloser = 6056 A
I set = 420 A

Maka didapatkan nilai TMS sebagai berikut :

0,02

TMS =
0,15 x
[[ ] ]
6056
420
-1

0,14

TMS = 0,06

b) High Current Trip/ HCT (OCR Karakteristik Instantaneous)


 Menentukan Arus Kerja
Pada Penyetelan arus kerja HCT recloser disetting dibawah arus kerja
zona HCL dan highset 1 PMT Outgoing. Penyetelan sectionalizer pada
LBS K6-179 dan LBS K6-182/10 mempengaruhi zona HCT. Yang
149

awalnya telah disetting sebesar 1250 A (18,56 kms dari recloser) lalu di
resetting menjadi 1638 A (13,04 kms dari recloser). Sehingga zona TD
setelah resetting berada pada 100% penyulang KDS-06. Pada zona ini
recloser bekerja secara reclose agar dapat berkoordinasi dengan
sectionalizer.
 Menentukan Waktu Kerja
Penentuan waktu kerja untuk relai karakteristik Instantaneous adalah
dengan waktu kerja cepat 0,05 - 0,1 detik. Dipilih waktu kerja 0,1 detik.
c) High Current Lockout/ HCL (OCR Karakteristik Instantaneous)
 Menyetel Arus Kerja
Penyetelan arus kerja HCL recloser adalah dibawah zona highset 1 PMT
Outgoing. Penyetelan sectionalizer pada penyulang KDS-06
mempengaruhi zona HCL yang telah disetel sebesar 1680 A (12,99 km
dari recloser) yang melampaui letak Sectionalizer K6-179 (9,45 km dari
recloser) dan Sectionalizer K6-182/10 (9,95 km dari recloser). Hal ini
menyebabkan recloser dan sectionalizer tidak dapat berkoordinasi untuk
mengamankan daerah yang terkena gangguan. Karena apabila terdapat
gangguan di depan sectionalizer dan masuk pada zona HCL, maka kedua
peralatan proteksi ini akan trip dan recloser dalam kondisi lockout. Oleh
karena itu perlu dilakukan penyetelan ulang zona HCL (memperpendek
zona HCL) yaitu dengan disetting sebesar 2050 A (9,45 km dari recloser).
Setelah dilakukan resetting, zona HCL jangkauannya hanya sampai jarak
9,45 kms dari recloser. Sehingga apabila gangguan berada di setelah
Sectionalizer K6-179 ataupun gangguan setelah Sectionalizer K6-182/10,
maka recloser tidak akan trip dan lockout, melainkan recloser akan
reclose. Dengan dilakukannya resetting ini, maka antara recloser dan
sectionalizer dapat berkoordinasi dengan baik.
 Menyetel Waktu Kerja
Penentuan waktu kerja untuk relai karakteristik Instantaneous adalah
dengan waktu kerja cepat 0,05 - 0,1 detik. Dipilih waktu kerja 0,1 detik.

4.6.3 Perhitungan Setting Relai GFR PMT Outgoing KDS-06


a) Time Delay/ TD PMT (GFR Karakteristik Invers)
150

Untuk menyetel GFR perlu ditentukan nilai Time Multiple Setting (TMS),
serta jenis kurva yang digunakan.
 Menentukan Time Multiple Setting (TMS)
Untuk menentukan nilai TMS dapat digunakan pendekatan pada
persamaan (2.44) sebagai berikut :

0,02

TMS =
tx
[[ Ihs 1 ∅
I set ] ] -1

0,14

Keterangan =
t = (t di recloser + ∆t yang diinginkan)
= (0,25 + 0,33) detik = 0,58 detik
Ihs 1Ø = Arus gangguan 1 fasa di PMT = 10093 A
I set = 200 A

Maka didapatkan nilai TMS sebagai berikut :

0,02

TMS =
0,58 x
[[ ] ]
10093
200
-1

0,14

= 0,32
b) Highset 1 PMT (GFR Karakteristik Definite)
 Menentukan Arus Kerja
Penentuan arus kerja berdasarkan nilai nominal dari trafo tenaga yang
terpasang. PT. PLN (Persero) Distribusi Jateng & DIY menetapkan
pengaturan highset 1 GFR untuk trafo 60 MVA sebesar 1,5 x I N Trafo. IN Trafo
Daya KDS-06 adalah 1732 A. Sehingga didapatkan perhitungan Iset (primer)
sebagai berikut :
Iset (primer) = 1,5 . IN Trafo

= 1,5 . 1732 A
= 2598 A

Dipilih Iset (primer) = 2600 A


151

Untuk menentukan Iset (sekunder) dapat digunakan persamaan (2.42) sehingga


didapatkan perhitungan sebagai berikut :

I set (primer)
Iset (sekunder) =
Ratio CT

2600 A
=
800/5
= 16,25 A

 Menentukan Waktu Kerja


Penentuan waktu kerja dilakukan dengan langsung memilih waktu kerja
yang diinginkan. Dipilih waktu kerja 0,3 detik.
c) Highset 2 (GFR Karakteristik Instantaneous)
 Menentukan Arus Kerja
Penentuan arus kerja dapat dilakukan berdasarkan nilai arus nominal dari
trafo tenaga yang terpasang. PT. PLN (Persero) Distribusi Jateng & DIY
menetapkan pengaturan highset 2 GFR PMT Outgoing untuk trafo 60
MVA sebesar 3,3 x IN Trafo. IN Trafo Daya KDS-06 adalah 1732 A. Sehingga
didapatkan perhitungan Iset (primer) sebagai berikut :

Iset (primer) = 3,3 . IN Trafo


= 3,3 . 1732 A
= 5715,6 A
Dipilih Iset (primer) = 5000 A
Untuk menentukan Iset (sekunder) dapat digunakan persamaan (2.42) sehingga
didapatkan perhitungan sebagai berikut :
I set (primer)
Iset (sekunder) =
Ratio CT
5000 A
=
800/5
= 31,25 A

 Menentukan Waktu Kerja


Penentuan waktu kerja relai untuk karakteristik Instantaneous adalah
dengan waktu kerja cepat 0,05 - 0,1 detik. Dipilih waktu kerja 0,1 detik.
152

4.6.4 Perhitungan Setting Relai GFR Recloser K6-39


a) Time Delay/TD Recloser (GFR Karakteristik Invers)
Untuk menyetel GFR perlu ditentukan nilai Time Multiple Setting (TMS), serta
jenis kurva yang digunakan.
 Menentukan Time Multiple Setting (TMS)
Untuk menentukan nilai TMS dapat digunakan persamaan (2.44) sebagai
berikut :

0,02

TMS =
tx
[[ Ihs 1 ∅
I set ] ] -1

0,14

Keterangan :
t = 0,25
Ihs 1Ø = Arus gangguan 1 fasa di recloser = 4294 A
I set = 120 A

Maka didapatkan nilai TMS sebagai berikut :

0,02

TMS =
0,25 x
120[[ ] ]
4294
-1

0,14

= 0,13
b) High Current Trip (HCT) (GFR karakteristik Instantaneous)
 Menentukan Arus Kerja
Pada Penyetelan arus kerja HCT recloser disetting dibawah arus kerja
zona HCL dan highset 1 PMT Outgoing. Penyetelan sectionalizer pada
LBS K6-179 dan LBS K6-182/10 mempengaruhi zona HCT. Yang
awalnya telah disetting sebesar 680 A (18,35 kms dari recloser) lalu di
resetting menjadi 900 A (13,02 kms dari recloser). Sehingga zona TD
setelah resetting berada pada 100% penyulang KDS-06. Pada zona ini
recloser bekerja secara reclose agar dapat berkoordinasi dengan
sectionalizer.
 Menentukan Waktu Kerja
153

Penentuan waktu kerja untuk relai karakteristik instantaneous adalah


dengan waktu kerja cepat 0,05 - 0,1 detik. Dipilih waktu kerja 0,1 detik.
c) High Current Lockout/ HCL (GFR karakteristik Instantaneous)
 Menentukan Arus Kerja
Penyetelan sectionalizer pada penyulang KDS-06 mempengaruhi zona
HCL yang telah disetting sebesar 920 A (12,66 kms dari recloser) yang
melampaui letak Sectionalizer K6-179 (9,45 km dari recloser) dan
Sectionalizer K6-182/10 (9,95 km dari recloser). Hal ini menyebabkan
recloser dan sectionalizer tidak dapat berkoordinasi untuk mengamankan
daerah yang terkena gangguan. Karena apabila terdapat gangguan di depan
sectionalizer dan masuk pada zona HCL, maka kedua peralatan proteksi
ini akan trip dan recloser dalam kondisi lockout. Oleh karena itu perlu
dilakukan penyetelan ulang zona HCL GFR dengan arus 1150 A (9,44
kms dari recloser). Akibat resetting sectionalizer sehingga zona HCL GFR
menjadi menyempit menjadi hanya sampai jarak 9,44 kms saja dari
recloser.
 Menentukan Waktu Kerja
Penentuan waktu kerja untuk relai karakteristik instantaneous adalah
dengan waktu kerja cepat 0,05 - 0,1 detik. Dipilih waktu kerja 0,1 detik.

4.7 Peletakkan Titik Simulasi Hubung Singkat


Pada simulasi ini, kerja Recloser dan Sectionalizer ini akan mensimulasikan titik-
titik gangguan yang terjadi pada Penyulang KDS-06 Gardu Induk Kudus.
Gangguan-gangguan tersebut akan disimulasikan berdasarkan persen dari panjang
penyulang yaitu 5%, 10%, 35%, 60%, 65%, dan 90%. Titik-titik simulasi
gangguan akan dijelaskan pada gambar 4.6.
154

=L-L =L-G = OVER LOAD

1
2 3 5 6
4
9 K6-39 K6-64 K6-112 K6-126 K6-179 K6-182/82 K1-287/5
GI KUDUS 6 R L L L KDS-14
K6-182/10
15
Overload K6-184
7 7
Trafo III
10 L K5-256
60 MVA
11
KDS-05

Gambar 4.6 Letak Gangguan Simulasi Hubung Singkat

Tabel 4.14 Simulasi Gangguan


Jarak
Gangguan dari Ihs (Ampere)
GI
No Gangguan Hubung Singkat

% Kms L-G L-L

Gangguan pada PMT KDS-06 7152,5


1 5% 1,0125 8409,95
(Highset 2) 6
Gangguan pada PMT KDS-06 4815,8
2 10% 2,025 6555,32
(Highset 1) 2
Gangguan pada Recloser K6-39 1822,9
3 35% 7,0875 3083,74
(HCL recloser) 9
Gangguan pada Sectionalizer
1123,7
4 K6-179 60% 12,15 2010,38
2
(HCT recloser)
Gangguan pada Sectionalizer
13,162 1043,6
5 K6-182/10 65% 1879,37
5 4
(HCT recloser)
Gangguan pada Sectionalizer
6 90% 18,225 769,46 1417,27
K6-182/10 (TD Recloser)

4.8 Koordinasi Relai OCR dan GFR pada Penyulang KDS-06


4.10.1 Koordinasi Relai OCR
155

Setelah melakukan evaluasi dan analisis zona proteksi pada relai OCR pada PMT
outgoing KDS-06 dan Recloser K6-39 maka diperoleh data setting baru. Data
setting untuk PMT KDS-06 dan recloser K6-39 dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Setting relai OCR pada PMT KDS-06 dan recloser K6-39

Karakteristik OCR PMT Karakteritsik OCR RECLOSER

I> 480 A I> 420 A

I>> (high set 1) 3440 A I>>(HCT) 1638 A

I>>> (high set 2) 7800 A I>>> (HCL) 2050 A

Kurva Standard Invers Kurva Standard Invers

TMS 0,25 TMS 0,06

t>> 0,3 s t0>> 0,3 s

t>>> 0,1 s t0>>> 0,1 s

Untuk menganalisa koordinasi setting OCR, dipakai nilai arus hubung singkat
antar fasa di titik gangguan terjauh. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa saat
nilai arus hubung singkat terkecil saja OCR dapat bekerja, sehingga jika terjadi
hubung singkat yang nilai arus gangguannya lebih besar, dapat dipastikan OCR
bekerja. Untuk relai inverse, agar dapat menghitung waktu kerja peralatan maka
kita harus mengetahui terlebih dahulu Time Multiple Setting (TMS), Multiple
Plug Setting (MPS) dan karakteristik relai yang tersedia. Untuk mencari besar
MPS dapat menggunakan rumus sesuai persamaan (2.54).

I hs
MPS =
I set

Keterangan =
I hs = arus hubung singkat yang dipandang dari sisi sekunder CT (Ampere)
Is = arus setting dari sisi sekunder CT (Ampere)
156

Karakteristik yang dipakai oleh peralatan pada penyulang KDS-06 adalah


Standard Inverse (SI), sehingga rumus yang digunakan untuk menghitung
waktu kerja (tk) adalah sebagai berikut :

0,14 . TMS
tk =
I 0 ʾ 02 - 1
Keterangan =
tk = waktu kerja
TMS = Time Multiple Setting
Arus hubung singkat antar fasa di titik terjauh atau dengan jarak gangguan 100%
penyulang adalah sebesar 1290,31 Ampere. Maka waktu kerja PMT outgoing dan
Recloser adalah :
a) Pada PMT KDS-06
Diketahui nilai setting PMT sebagai berikut :
Ihs = 1290,31
TMS = 0,25
Ratio PMT= 800/5
Iset = 480
Maka didapatkan nilai MPS dan tk sebagai berikut :
I hs
MPS =
I set
1290,31
800/5
= 480
800/5

= 2,69 Ampere

0,14 TMS
tk = (sekon)
I 0 ʾ 02 - 1
0,14 . 0,25
=
2,690 ʾ02 - 1
= 1,76 s
157

b) Pada recloser K6-39


Diketahui nilai setting recloser sebagai berikut :
Ihs = 1290,31
TMS = 0,06
Ratio PMT= 1000/1
Iset = 420
Maka didapatkan nilai MPS dan tk sebagai berikut :
I hs
MPS = I set

1290,31
1000/1
= 420
1000/1

= 3,07 Ampere

0,14 TMS
tk = (sekon)
I 0 ʾ 02 - 1
0,14 . 0,06
=
3,070 ʾ02 - 1
= 0,36 s

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, dengan nilai arus hubung singkat
yang sama ternyata waktu kerja antara PMT dengan recloser berbeda. Untuk arus
hubung singkat sebesar 1290,31 Ampere, waktu kerja yang terjadi adalah :
PMT = 1,76 s
Recloser = 0,36 s

Jika terjadi gangguan hubung singkat pada titik terjauh dengan arus gangguan
sebesar 1290,31 A, maka yang paling cepat bekerja adalah recloser K6-39,
sehingga recloser K6-39 akan trip namun tidak sampai lockout. Ini dikarenakan
adanya sectionalizer, maka gangguan akan terminimalisir. Sehingga yang akan
trip pada gangguan sebesar 696,29 adalah Sectionalizer K6-182/10. Dengan
adanya sectionalizer ini, maka daerah yang padam hanya daerah setelah
Sectionalizer K6-182/10. Apabila recloser gagal trip maka PMT akan trip dengan
158

waktu lebih lama dari recloser yaitu dengan waktu 1,76 s. Dengan hasil tersebut
maka OCR pada PMT KDS-06 dan recloser K6-39 dapat saling berkoordinasi.

Untuk mengetahui koordinasi OCR PMT Outgoing KDS-06 dan Recloser K6-39
sesuai dengan data pada tabel 4.15, maka didapatkan waktu kerja untuk relai OCR
PMT Outgoing dan Recloser seperti tabel 4.16 dan 4.17 berikut :

Tabel 4.16 Waktu Kerja Relai OCR Hasil Perhitungan terhadap Arus Hubung
Singkat Tiga Fasa di Penyulang KDS-06
Panjang Saluran Arus Hubung Waktu Kerja (sekon)
Singkat Tiga
PMT Zona
% Kms Fasa Recloser
Outgoing
(Ampere)
0% 0 13403,37 0,1 -
Highset 2 PMT
5% 1,0125 9711,04 0,1 -
10% 2,025 7569,48 0,3 -
15% 3,0375 6188,28 0,3 -
20% 4,05 5228,16 0,3 -
Highset 1 PMT
25% 5,0625 4523,64 0,3 -
30% 6,075 3985,29 0,3 -
35% 7,0875 3560,82 0,3 -
40% 8,1 3217,70 0,91 0,1
45% 9,1125 2934,67 0,95 0,1
50% 10,125 2697,26 1,0 0,1
HCL Recloser
55% 11,1375 2495,29 1,05 0,1
60% 12,15 2321,40 1,10 0,1
65% 13,1625 2170,12 1,15 0,1
70% 14,175 2037,32 1,2 0,1
75% 15,1875 1919,81 1,25 0,1
HCT Recloser
80% 16,2 1815,10 1,30 0,1
85% 17,2125 1721,20 1,36 0,1
90% 18,225 1636,53 1,42 0,3
95% 19,2375 1559,80 1,47 0,31 TD Recloser
100% 20,25 1489,93 1,53 0,32

Tabel 4.17 Waktu Kerja Relai OCR Hasil Perhitungan terhadap Arus Hubung
Singkat Dua Fasa di Penyulang KDS-06
Panjang Saluran Arus Hubung Waktu Kerja (sekon)
Singkat Tiga
PMT Zona
% Kms Fasa Recloser
Outgoing
(Ampere)
0% 0 11607,59 0,1 - Highset 2 PMT
159

5% 1,0125 8409,95 0,1 -


10% 2,025 6555,32 0,3 -
15% 3,0375 5359,17 0,3 -
20% 4,05 4527,70 0,3 - Highset 1 PMT
25% 5,0625 3917,57 0,3 -
30% 6,075 3451,34 0,3 -
35% 7,0875 3083,74 0,93 0,1
40% 8,1 2786,59 0,98 0,1
45% 9,1125 2541,48 1,04 0,1
HCL Recloser
50% 10,125 2335,88 1,09 0,1
11,137
55% 2160,98 1,15 0,1
5
60% 12,15 2010,38 1,21 0,1
13,162
65% 1879,37 1,27 0,1
5
HCT Recloser
70% 14,175 1764,36 1,33 0,1
15,187
75% 1662,59 1,40 0,1
5
80% 16,2 1571,91 1,46 0,31
17,212
85% 1490,60 1,54 0,32
5
90% 18,225 1417,27 1,61 0,33 TD Recloser
19,237
95% 1350,82 1,69 0,35
5
100% 20,25 1290,31 1,76 0,36

Berdasarkan data tabel 4.16 dan 4.17 kerja relai pada OCR PMT dan recloser
terdapat karakteristik instantaneous, definite, dan invers.

Untuk menganalisis koordinasi relai OCR digunakan gangguan hubung singkat


dua fasa 65% yaitu pada jarak 13,1625 kms. Gangguan hubung singkat berada di
depan Sectionalizer K6-182/10. Peralatan proteksi yang akan merasakan arus
gangguan hubung singkat dua fasa adalah relai OCR recloser sebesar 1879,37 A.
Sehingga recloser akan bekerja untuk trip pada waktu 0,1 sekon setelah relai
OCR merasakan arus gangguan. Setelah itu, Sectionalizer K6-182/10 akan
merasakan adanya arus gangguan yang telah melampaui nilai arus setting nya
serta merasakan hilang tegangan akibat trip recloser. Sehingga Sectionalizer K6-
182/10 akan trip dan meminimalisir daerah yang terganggu dan recloser dapat
menutup kembali.

Untuk mengetahui grafik kerja koordinasi relai OCR pada penyulang KDS-06
dapat dilihat pada gambar 4.7 berdasarkan data pada tabel 4.18 berikut :
160

Tabel 4.18 Waktu Kerja Relai OCR PMT dan Recloser pada Penyulang KDS-06
Terhadap Arus Hubung Singkat Dua Fasa
Arus Hubung Waktu Kerja (sekon)
No Singkat Dua Fasa
PMT Outgoing Recloser
(Ampere)
1 1290,31 1,76 0,36
2 1350,82 1,68 0,35
3 1417,27 1,61 0,33
4 1490,60 1,53 0,32
5 1571,91 1,46 0,31
6 1662,59 1,40 0,1
7 1764,36 1,33 0,1
8 1879,37 1,27 0,1
9 2010,38 1,21 0,1
10 2160,98 1,15 0,1
11 2335,88 1,09 0,1
12 2541,48 1,04 0,1
13 2786,59 0,98 0,1
14 3083,74 0,92 0,1
15 3451,34 0,3 -
16 3917,57 0,3 -
17 4527,70 0,3 -
18 5359,17 0,3 -
19 6555,32 0,3 -
20 8409,95 0,1 -
21 11607,59 0,1 -

Sehingga berdasarkan tabel 4.18 waktu kerja Relai OCR PMT Outgoing dan
Recloser pada penyulang KDS-06 di atas dapat diperoleh grafik koordinasi seperti
pada gambar 4.5 berikut.
161

Koordinasi Kerja Relai OCR PMT dan Recloser


2
1.8 PMT
1.6
1.4
Waktu [sekon]

1.2
1
0.8 TD
0.6
REC
0.4
0.2 Highset 1
TD HCL&HCT Highset 2
0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

Arus [Ampere]

Gambar 4.7 Grafik Koordinasi Kerja Relai OCR PMT dan Recloser

Berdasarkan gambar grafik koordinasi relai OCR PMT KDS-06 dan Recloser K6-
39 diatas dapat disimpulkan bahwa relai OCR pada penyulang KDS-06 telah
berkoordinasi dengan baik, dengan ditandainya garis kerja relai OCR PMT dan
recloser yang tidak saling berpotongan. Sehingga apabila terjadi gangguan di
depan recloser dapat dipastikan peralatan pengaman yang akan bekerja terlebih
dahulu adalah recloser dibandingkan PMT.

4.10.2 Koordinasi Relai GFR

Setelah melakukan evaluasi dan analisis zona proteksi pada relai GFR pada PMT
outgoing KDS-06 dan recloser K6-39 maka diperoleh data setting baru. Data
setting untuk PMT KDS-06 dan recloser K6-39 dapat dilihat pada Tabel 4.19
berikut.

Tabel 4.19 Setting relai GFR pada PMT KDS-06 dan recloser K6-39

Karakteristik GFR PMT Karakteritsik GFR RECLOSER


162

I> 200 A I> 120 A

I>> (high set 1) 2600 A I>>(HCL) 900 A

I>>> (high set 2) 5000 A I>>> (HCT) 1150 A

Kurva Standard Invers Kurva Standard Invers

TMS 0,33 TMS 0,13

t>> 0,3 s t0>> 0,3 s

t>>> 0,1 s t0>>> 0,1 s

Untuk menganalisa koordinasi setting GFR, dipakai nilai arus hubung singkat satu
fasa ke tanah di titik gangguan terjauh. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa
saat nilai arus hubung singkat terkecil saja GFR dapat bekerja, sehingga jika
terjadi hubung singkat yang nilai arus gangguannya lebih besar, dapat dipastikan
GFR bekerja. Untuk relai inverse, agar dapat menghitung waktu kerja peralatan
maka kita harus mengetahui terlebih dahulu Time Multiple Setting (TMS),
Multiple Plug Setting (MPS) dan karakteristik relai yang tersedia. Untuk mencari
besar MPS dapat menggunakan rumus sesuai persamaan (2.54).

I hs
MPS =
I set

Keterangan =
I hs = arus hubung singkat yang dipandang dari sisi sekunder CT (Ampere)
Is = arus setting dari sisi sekunder CT (Ampere)

Karakteristik yang dipakai oleh peralatan pada penyulang KDS-06 adalah


Standard Inverse (SI), sehingga rumus yang digunakan untuk menghitung waktu
kerja (tk) adalah sebagai berikut :

0,14 . TMS
tk =
I 0 ʾ 02 - 1
Keterangan :
tk = waktu kerja
163

TMS = Time Multiple Setting


Arus hubung singkat satu fasa ke tanah di titik terjauh atau dengan jarak gangguan
100% penyulang adalah sebesar 696,29 Ampere. Maka waktu kerja PMT
outgoing dan Recloser adalah sebagai berikut :
a) Pada PMT KDS-06
Diketahui nilai setting PMT sebagai berikut :
Ihs = 696,29
TMS = 0,32
Ratio PMT= 800/5
Iset = 200
Maka didapatkan nilai MPS dan Tk sebagai berikut :
I hs
MPS =
I set
696,29
800/5
= 200
800/5

= 3,48 Ampere

0,14 TMS
tk = (sekon)
I 0 ʾ 02 - 1
0,14 . 0,32
=
3,480 ʾ02 - 1
= 1,77 s

b) Pada recloser K6-39


Diketahui nilai setting recloser sebagai berikut :
Ihs = 696,29
TMS = 0,13
Ratio PMT= 1000/1
Iset = 120
Maka didapatkan nilai MPS dan Tk sebagai berikut :
I hs
MPS = I set
164

696,29
1000/1
= 120
1000/1

= 5,8 Ampere

0,14 TMS
tk = (sekon) 0,0182
I 0 ʾ 02 - 1
0,14 . 0,13
=
5,80 ʾ02 - 1
= 0,51 s

Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, dengan nilai arus hubung singkat
yang sama ternyata waktu kerja antara PMT dengan recloser berbeda. Untuk arus
hubung singkat sebesar 696,29 Ampere, waktu kerja yang terjadi adalah :
PMT = 1,77 s
Recloser = 0,51 s

Jika terjadi gangguan hubung singkat pada titik terjauh dengan arus gangguan
sebesar 696,29 A, maka yang paling cepat bekerja adalah recloser K6-39,
sehingga recloser K6-39 akan trip namun tidak sampai lockout. Ini dikarenakan
adanya sectionalizer, maka gangguan akan terminimalisir. Sehingga yang akan
trip pada gangguan sebesar 696,29 adalah Sectionalizer K6-182/10. Dengan
adanya sectionalizer ini, maka daerah yang padam hanya daerah setelah
Sectionalizer K6-182/10. Apabila recloser gagal trip maka PMT akan trip dengan
waktu lebih lama dari recloser yaitu dengan waktu 1,77 s. Dengan hasil tersebut
maka GFR pada PMT KDS-06 dan recloser K6-39 dapat saling berkoordinasi.

Untuk mengetahui koordinasi GFR PMT Outgoing KDS-06 dan Recloser K6-39
sesuai dengan data pada tabel 4.19, maka didapatkan waktu kerja untuk relai GFR
PMT Outgoing dan Recloser seperti tabel 4.20 berikut.

Tabel 4.20 Waktu Kerja Relai GFR Hasil Perhitungan terhadap Arus Hubung
Singkat Satu ke Fasa Tanah di Penyulang KDS-06

Panjang Arus Hubung Waktu Kerja (sekon) Zona


165

Saluran Singkat Satu


Fasa Tanah PMT
% km Recloser
(Ampere) Outgoing
0% 0 13730,09 0,1 -
Highset 2 PMT
5% 1,0125 7152,56 0,1 -
10% 2,025 4815,82 0,3 -
15% 3,0375 3626,95 0,3 - Highset 1 PMT
20% 4,05 2908,07 0,3 -
25% 5,0625 2426,75 0,92 0,1
30% 6,075 2082,01 0,99 0,1
35% 7,0875 1822,99 1,05 0,1
40% 8,1 1621,25 1,11 0,1
HCL Recloser
45% 9,1125 1459,70 1,17 0,1
50% 10,125 1327,41 1,23 0,1
11,137
55% 1217,11 1,29 0,1
5
60% 12,15 1123,72 1,35 0,1
13,162
65% 1043,64 1,41 0,1
5
HCT Recloser
70% 14,175 974,22 1,47 0,1
15,187
75% 913,45 1,53 0,1
5
80% 16,2 859,82 1,60 0,46
17,212
85% 812,13 1,66 0,48
5
90% 18,225 769,46 1,73 0,49 TD Recloser
19,237
95% 731,05 1,80 0,50
5
100% 20,25 696,29 1,88 0,52

Berdasarkan data tabel 4.20 kerja relai GFR PMT dan Recloser adalah relai
karakteristik instantaneous, definite, dan invers.

Untuk menganalisis koordinasi relai GFR digunakan gangguan hubung singkat


satu fasa tanah 65% yaitu pada jarak 13,1625 kms. Gangguan hubung singkat
berada di depan Sectionalizer K6-182/10. Peralatan proteksi yang akan merasakan
arus gangguan hubung singkat satu fasa ini adalah relai GFR recloser sebesar
1043,64 A. Sehingga recloser akan bekerja untuk trip pada waktu 0,1 sekon
setelah relai GFR merasakan arus gangguan. Setelah itu, Sectionalizer K6-182/10
akan merasakan adanya arus gangguan yang telah melampaui nilai arus setting
nya serta merasakan hilang tegangan akibat trip recloser. Sehingga Sectionalizer
166

K6-182/10 akan trip dan meminimalisir daerah yang terganggu dan recloser dapat
menutup kembali.

Untuk mengetahui grafik kerja koordinasi kerja relai GFR pada penyulang KDS-
06 dapat dilihat pada gambar 4.8 berdasarkan data pada tabel 4.21 berikut :

Tabel 4.21 Waktu Kerja Relai GFR PMT dan Recloser pada Penyulang KDS-06
terhadap Arus Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah
Arus Hubung Singkat Waktu Kerja (sekon)
No Satu Fasa ke Tanah
PMT Outgoing Recloser
(Ampere)
1 696,29 1,87 0,52
2 731,05 1,80 0,50
3 769,46 1,73 0,49
4 812,13 1,66 0,48
5 859,82 1,60 0,46
6 913,45 1,53 0,1
7 974,22 1,47 0,1
8 1043,64 1,41 0,1
9 1123,72 1,35 0,1
10 1217,11 1,29 0,1
11 1327,41 1,23 0,1
12 1459,70 1,17 0,1
13 1621,25 1,11 0,1
14 1822,99 1,05 0,1
15 2082,01 0,99 0,1
16 2426,75 0,92 0,1
17 2908,07 0,3 -
18 3626,95 0,3 -
19 4815,82 0,3 -
20 7152,56 0,1 -
21 13730,09 0,1 -

Sehingga berdasarkan tabel 4.21 waktu kerja Relai GFR PMT Outgoing dan
Recloser pada penyulang KDS-06 di atas dapat diperoleh grafik koordinasi seperti
pada gambar 4.8 berikut.
167

Koordinasi Kerja Relai GFR PMT dan Recloser


2 PMT
1.8
1.6
1.4

Waktu [sekon]
1.2
1
TD
0.8
0.6 REC
0.4
0.2 TD
Highset 1
0 HCT
Highset 2
0 10 20 30 40 50 60

Arus [Ampere]

Gambar 4.8 Grafik Koordinasi Relai GFR PMT KDS-06 dan Recloser K6-39

Berdasarkan gambar grafik koordinasi relai GFR PMT KDS-06 dan Recloser K6-
39 diatas dapat disimpulkan bahwa relai GFR pada penyulang KDS-06 telah
berkoordinasi dengan baik, dengan ditandaninya garis kerja relai PMT dan
recloser yang tidak saling berpotongan. Sehingga apabila terjadi gangguan di
depan recloser dapat dipastikan peralatan pengaman yang akan bekerja terlebih
dahulu adalah recloser dibandingkan PMT.

4.9 Simulasi Gangguan Hubung Singkat dengan Sofware ETAP

Melakukan simulasi pada software ETAP bertujuan untuk membandingkan antara


hasil perhitungan secara teori dengan hasil yang didapatkan dari ETAP. Setelah
membuat single line diagram, kemudian setiap komponen penyusun single line
diagram tersebut diisikan data setting yang dibutuhkan sesuai dengan data
spesifikasi yang ada di lapangan. Data setting pada Sofware ETAP dapat dilihat
pada tabel 4.22 berikut.

Tabel 4.22 Data Setting pada Software ETAP

No Data
a. IEC
168

b. Frekuensi 50 Hz
1. Standar
2. Power Grid Info
a. Connection = 3 Phasa
b. Configuration = Mode Swing

Rating
a. Rated kV = 150
b. Balanced/Unbalanced = Balanced
Short Circuit
a. kAsc 3∅ = 25,01 kA
b. kAsc 1∅ = 19,70 kA
c. Impedansi Urutan Positif = 0,20787 + j 1,52488
d. Impedansi Urutan = 0,20787 + j 1,52488
Negatif
e. Impedansi Urutan Nol = 0,6044 + j 2,7222
3. Trafo 3 GI Kudus
Info
a. Standard = IEC
b. Connection = Shell
Rating
a. Voltage Rating = 150/20
(Prim./Sec)
b. Type / Class = Liquid-Fill /
ONAN/OFAF
c. Power Rating = 60/60 MVA
(ONAN/OFAF)
d. Z Base = 60 MVA
Impedance
a. Impedance Positive = 12%
b. Impedance Zero = 12%
c. Typical = X/R
Grounding
a. Phase Shift = Vector Group
b. Angle =0
c. Primary = Y Solid
d. Secondary = Y Solid
4. Busbar Tegangan sistem = 20 kV
5. PMT Outgoing 20 Rating
a. Standard
kV (High Voltage = IEC
Circuit Breaker) b. Manfacturer
= ABB
c. Model
= 25HKSA1000
169

d. Min. Delay =0s


6. CT PMT a. Standard
= IEC
Outgoing 20 kV b. Ratio = 800 : 5
7. OCR
Relai PMT a. Manufacturer
Outgoing 20 kV = AREVA
b. Model = P123
8. a. Standard
CT PMT = IEC
b. Ratio = 800 : 5
Outgoing 20 kV
9. Rating
Recloser K6-39 a. Standard = IEC
b. Manufacturer = Nu-Lec
c. Model = N27
d. kV = 27 kV
e. Max. Amps = 350 A
f. Breaking Ka = 12,5 A
g. Break Time = 5 ms
10. a. Panjang
Kawat AAAC = 20,25 kms
b. Impedansi saluran
240 mm2
Z1 = Z2
= 0,1344 + j 0,3158 Ω
Z0 = 0,3631 + j 1,6180 Ω

4.9.1 Simulasi Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah dengan


Software ETAP

Berikut ini gambar 4.9 hasil simulasi gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah
menggunakan sofware ETAP 12.6.0 pada titik sesuai dengan jarak gangguan yang
telah ditentukan.
170

Gambar 4.9 Hasil Simulasi Gangguan Arus Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah
sesuai dengan Titik Gangguan yang telah ditentukan

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa saat terjadi gangguan hubung singkat
satu fasa ke tanah maka besar arus gangguan yang terjadi adalah sebesar 7,02 kA
pada jarak 5% dari PMT; 4,7 kA pada jarak 10% dari PMT; 1,83 kA pada jarak
35% dari PMT; 1,13 kA pada jarak 60% dari PMT; 1,13 kA pada jarak 65%;
0,778 kA pada jarak 90% dari PMT; dan 0,74 kA pada jarak 100%.

4.9.2 Simulasi Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa dengan Software


ETAP

Berikut ini gambar 4.10 hasil simulasi gangguan hubung singkat dua fasa
menggunakan sofware ETAP 12.6.0 pada titik sesuai dengan jarak gangguan yang
telah ditentukan.

Gambar 4.10 Hasil Simulasi Gangguan Arus Hubung Singkat Dua Fasa sesuai
dengan Titik Gangguan yang telah ditentukan

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa saat terjadi gangguan hubung singkat
dua fasa maka besar arus gangguan yang terjadi adalah sebesar 8,39 kA pada jarak
5% dari PMT; 6,54 kA pada jarak 10% dari PMT; 3,08 kA pada jarak 35% dari
PMT; 2,01 kA pada jarak 60% dari PMT; 2,01 kA pada jarak 65%; 1,42 kA pada
jarak 90% dari PMT; dan 1,29 kA pada jarak 100%.
171

4.9.3 Simulasi Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa dengan Software


ETAP
Berikut ini gambar 4.11 hasil simulasi gangguan hubung singkat tiga fasa
menggunakan sofware ETAP 12.6.0 pada titik sesuai dengan jarak gangguan yang
telah ditentukan.

Gambar 4.11 Hasil Simulasi Gangguan Arus Hubung Singkat Tiga Fasa sesuai
dengan Titik Gangguan yang telah ditentukan

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa saat terjadi gangguan hubung singkat
dua fasa maka besar arus gangguan yang terjadi adalah sebesar 9,69 kA pada jarak
5% dari PMT; 7,55 kA pada jarak 10% dari PMT; 3,55 kA pada jarak 35% dari
PMT; 2,32 kA pada jarak 60% dari PMT; 2,32 kA pada jarak 65%; 1,63 kA pada
jarak 90% dari PMT; dan 1,49 kA pada jarak 100%.

4.10 Koordinasi Rele OCR dan GFR menggunakan Software ETAP

Simulasi koordinasi Relai OCR dan GFR menggunakan ETAP perlu dilakukan
untuk mengetahui setting relai OCR dan GFR yang telah dilakukan apakah dapat
berkoordinasi dengan baik atau tidak.

4.10.1 Simulasi Koordinasi Relai OCR pada Lokasi Gangguan 5% dari


PMT
Dalam simulasi koordinasi Relai OCR digunakan contoh lokasi gangguan 5% dari
panjang penyulang untuk mengetahui koordinasi antara PMT KDS-06, recloser
172

K6-39, Sectionalizer K6-179, dan Sectionalizer K6-182/10 yang dapat dilihat


pada Gambar 4.12 berikut.

Gambar 4.12

Simulasi Koordinasi Relai OCR pada Jarak 5% dari PMT

Berdasarkan Gambar 4.12, gangguan hubung singkat dua fasa sebesar


8391 ampere terjadi pada jarak 5% dari PMT maka rele OCR PMT akan
merasakan arus gangguan dan bekerja dengan waktu kerja 0,1 detik. Titik
gangguan 5% dari PMT ini berada pada zona proteksi HS 2 (high set 2)
dan HS 1 (high set 1) PMT sehingga PMT akan trip pada waktu 0,1 s pada
HS 2 PMT dan 0,3 s pada HS 1 PMT. Maka yang trip dahulu adalah
waktu yang tercepat yaitu relai OCR HS 2 pada PMT yaitu 0,1 s.

4.10.2 Simulasi Koordinasi Relai OCR pada Lokasi Gangguan 10% dari
PMT
Dalam simulasi koordinasi Relai OCR digunakan contoh lokasi gangguan 10%
dari panjang penyulang untuk mengetahui koordinasi antara PMT KDS-06,
173

recloser K6-39,Sectionalizer K6-179, dan Sectionalizer K6-182/10 yang dapat


dilihat pada Gambar 4.13 berikut.

Gambar 4.13 Simulasi Koordinasi Relai OCR pada Jarak 10% dari PMT

Berdasarkan Gambar 4.13, gangguan hubung singkat dua fasa sebesar


6536 ampere terjadi pada jarak 10% dari PMT maka relai OCR PMT akan
merasakan arus gangguan dan bekerja dengan waktu kerja 0,3 detik. Titik
gangguan 10% dari PMT ini berada pada zona proteksi HS 1 (high set 1)
PMT sehingga PMT akan trip pada waktu 0,3 s.

4.10.3 Simulasi Koordinasi Relai OCR pada Lokasi Gangguan 35% dari
PMT

Dalam simulasi koordinasi Relai OCR digunakan contoh lokasi gangguan 35%
dari panjang penyulang untuk mengetahui koordinasi antara PMT KDS-06,
recloser K6-39, Sectionalizer K6-179, dan Sectionalizer K6-182/10 yang dapat

dilihat pada Gambar 4.14 berikut.

Gambar 4.14 Simulasi Koordinasi Relai OCR pada Jarak 35% dari PMT

Berdasarkan Gambar 4.14, gangguan hubung singkat dua fasa sebesar


3077 ampere terjadi pada jarak 35% dari PMT maka relai OCR PMT akan
merasakan arus gangguan yang bekerja pada zona TD PMT dan mulai
menghitung kapan bekerja dengan waktu kerja 0,925 s, sedangkan rele
174

OCR recloser akan merasakan arus gangguan yang bekerja pada zona
HCL recloser dan akan bekerja dengan waktu kerja 0,1 s. Maka yang trip
dahulu adalah waktu yang tercepat yaitu relai OCR HCL pada recloser
yaitu 0,1 s.

4.10.4 Simulasi Koordinasi Relai OCR pada Lokasi Gangguan 60% dari
PMT

Dalam simulasi koordinasi Relai OCR digunakan contoh lokasi gangguan 60%
dari panjang penyulang untuk mengetahui koordinasi antara PMT KDS-06,
recloser K6-39, Sectionalizer K6-179, dan Sectionalizer K6-182/10 yang dapat
dilihat pada Gambar 4.15 berikut.

Gambar 4.15 Simulasi Koordinasi Relai OCR pada Jarak 60% dari PMT

Berdasarkan Gambar 4.15, gangguan hubung singkat dua fasa sebesar


2007 ampere terjadi pada jarak 60% dari PMT maka relai OCR PMT akan
merasakan arus gangguan yang bekerja pada zona TD PMT dan mulai
175

menghitung kapan bekerja dengan waktu kerja 1,206 s, sedangkan relai


OCR recloser akan merasakan arus gangguan yang bekerja pada zona
HCT recloser dan akan bekerja dengan waktu kerja 0,1 s. Pada zona
proteksi HCT recloser akan melakukan reclose 2 kali dan Sectionalizer
K6-179 akan lockout 2 detik pada saat recloser trip yang kedua. Dengan
ini, maka yang trip dahulu adalah waktu yang tercepat yaitu relai OCR
HCT pada recloser yaitu 0,1 s yang diikuti dengan lockout nya
Sectionalizer K6-179.

4.10.5 Simulasi Koordinasi Relai OCR pada Lokasi Gangguan 65% dari
PMT

Dalam simulasi koordinasi Relai OCR digunakan contoh lokasi gangguan 60%
dari panjang penyulang untuk mengetahui koordinasi antara PMT KDS-06,
recloser K6-39, Sectionalizer K6-179, dan Sectionalizer K6-182/10 yang dapat
dilihat pada Gambar 4.16 berikut.

Gambar 4.16 Simulasi Koordinasi Relai OCR pada Jarak 65% dari PMT

Berdasarkan gambar 4.16, gangguan hubung singkat dua fasa sebesar


2007 ampere terjadi pada jarak 65% dari PMT maka rele OCR PMT akan
176

merasakan arus gangguan yang bekerja pada zona TD PMT dan mulai
menghitung kapan bekerja dengan waktu kerja 1,206 s, sedangkan relai
OCR recloser akan merasakan arus gangguan yang bekerja pada zona
HCT recloser dan akan bekerja dengan waktu kerja 0,1 s. Pada zona
proteksi HCT recloser akan melakukan reclose 1 kali dan Sectionalizer
K6-182/10 akan lockout pada detik ke dua saat recloser trip pertama
dengan waktu 10 detik. Maka yang trip dahulu adalah waktu yang tercepat
yaitu relai OCR HCT pada recloser yaitu 0,1 s yang diikuti dengan
lockout nya Sectionalizer K6-182/10.

4.10.6 Simulasi Koordinasi Relai OCR pada Lokasi Gangguan 90% dari
PMT

Dalam simulasi koordinasi Relai OCR digunakan contoh lokasi gangguan 90%
dari panjang penyulang untuk mengetahui koordinasi antara PMT KDS-06,
recloser K6-39, Sectionalizer K6-179, dan Sectionalizer K6-182/10 yang dapat
dilihat pada Gambar 4.17 berikut.

Gambar 4.17 Simulasi Koordinasi Relai OCR pada Jarak 90% dari PMT
177

Berdasarkan Gambar 4.17, gangguan hubung singkat dua fasa sebesar


1416 ampere terjadi pada jarak 90% dari PMT maka
rele OCR PMT akan merasakan arus gangguan yang
bekerja pada zona TD PMT dan mulai menghitung
kapan bekerja dengan waktu kerja 1,601 s, sedangkan
relai OCR recloser akan merasakan arus gangguan
yang bekerja pada zona TD recloser dan akan bekerja
dengan waktu kerja 0,341 s. Pada zona proteksi TD
recloser akan melakukan reclose 1 kali dan
Sectionalizer K6-182/10 akan lockout pada detik ke 2
saat recloser trip pertama dengan waktu 10 detik. Maka
yang trip dahulu adalah waktu yang tercepat yaitu relai
OCR TD pada recloser yaitu 0,341 s yang diikuti
dengan lockout nya Sectionalizer K6-182/10.

4.10.7 Simulasi Koordinasi Relai GFR pada Lokasi Gangguan 5% dari


PMT
Dalam simulasi koordinasi Relai GFR digunakan contoh lokasi gangguan 5% dari
panjang penyulang untuk mengetahui koordinasi antara PMT KDS-06, recloser
K6-39, Sectionalizer K6-179, dan Sectionalizer K6-182/10 yang dapat dilihat
pada Gambar 4.18 berikut.
178

Gambar 4.18 Simulasi Koordinasi Relai GFR pada Jarak 5% dari PMT

Berdasarkan Gambar 4.18, gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah


sebesar 7016 ampere terjadi pada jarak 5% dari PMT maka rele GFR PMT
akan merasakan arus gangguan dan bekerja dengan waktu kerja 0,1 detik.
Titik gangguan 5% dari PMT ini berada pada zona proteksi HS 2 (high set
2) dan HS 1 (high set 1) PMT sehingga PMT akan trip pada waktu 0,1 s
pada HS 2 PMT dan 0,3 s pada HS 1 PMT. Maka yang trip dahulu adalah
waktu yang tercepat yaitu relai GFR HS 2 pada PMT yaitu 0,1 s.

4.10.8 Simulasi Koordinasi Relai GFR pada Lokasi Gangguan 10% dari
PMT

Dalam simulasi koordinasi Relai GFR digunakan contoh lokasi gangguan 10%
dari panjang penyulang untuk mengetahui koordinasi antara PMT KDS-06,
recloser K6-39, Sectionalizer K6-179, dan Sectionalizer K6-182/10 yang dapat
dilihat pada Gambar 4.19 berikut.

Gambar 4.19 Simulasi Koordinasi Relai GFR pada Jarak 10% dari PMT
179

Berdasarkan Gambar 4.19, gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah


sebesar 4771 ampere terjadi pada jarak 10% dari PMT maka relai GFR
PMT akan merasakan arus gangguan dan bekerja dengan waktu kerja 0,3
detik. Titik gangguan 10% dari PMT ini berada pada zona proteksi HS 1
(high set 1) PMT.

4.10.9 Simulasi Koordinasi Relai GFR pada Lokasi Gangguan 35% dari
PMT

Dalam simulasi koordinasi Relai GFR digunakan contoh lokasi gangguan 35%
dari panjang penyulang untuk mengetahui koordinasi antara PMT KDS-06,
recloser K6-39, Sectionalizer K6-179, dan Sectionalizer K6-182/10 yang dapat
dilihat pada Gambar 4.20 berikut.

Gambar 4.20 S
i
m u
l a
s i

Koordinasi Relai GFR pada Jarak 35% dari PMT

Berdasarkan Gambar 4.20, gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah sebesar
1833 ampere terjadi pada jarak 35% dari PMT maka relai GFR PMT akan
merasakan arus gangguan yang bekerja pada zona TD PMT dan mulai
menghitung kapan bekerja dengan waktu kerja 1,051 s, sedangkan relai GFR
recloser akan merasakan arus gangguan yang bekerja pada zona HCL recloser
dan akan bekerja dengan waktu kerja 0,1 s. Maka yang trip dahulu adalah waktu
yang tercepat yaitu relai GFR HCL pada recloser yaitu 0,1 s.
180

4.10.10 Simulasi Koordinasi Relai GFR pada Lokasi Gangguan 60% dari
PMT

Dalam simulasi koordinasi Relai GFR digunakan contoh lokasi gangguan 60%
dari panjang penyulang untuk mengetahui koordinasi antara PMT KDS-06,
Recloser K6-39, Sectionalizer K6-179, dan Sectionalizer K6-182/10 yang dapat
dilihat pada Gambar 4.21 berikut.

Gambar 4.21 Simulasi Koordinasi Relai GFR pada Jarak 60% dari PMT

Berdasarkan Gambar 4.21, gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah


sebesar 1134 ampere terjadi pada jarak 60% dari PMT maka relai GFR
PMT akan merasakan arus gangguan yang bekerja pada zona TD PMT dan
mulai menghitung kapan bekerja dengan waktu kerja 1,348 s, sedangkan
relai GFR recloser akan merasakan arus gangguan yang bekerja pada zona
HCT recloser dan akan bekerja dengan waktu kerja 0,1 s. Pada zona
proteksi HCT recloser akan melakukan reclose 2 kali dan Sectionalizer
K6-179 akan lockout 2 detik pada saat recloser trip yang kedua. Dengan
ini, maka yang trip dahulu adalah waktu yang tercepat yaitu relai GFR
HCT pada recloser yaitu 0,1 s yang diikuti dengan lockout nya
Sectionalizer K6-179.

4.10.11 Simulasi Koordinasi Relai GFR pada Lokasi Gangguan 65% dari
PMT
181

Dalam simulasi koordinasi Relai GFR digunakan contoh lokasi gangguan 65%
dari panjang penyulang untuk mengetahui koordinasi antara PMT KDS-06,
recloser K6-39, Sectionalizer K6-179, dan Sectionalizer K6-182/10 yang dapat
dilihat pada Gambar 4.22 berikut.

Gambar 4.22 Simulasi Koordinasi Relai GFR pada Jarak 65% dari PMT

Berdasarkan gambar 4.22, gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah


sebesar 1134 ampere terjadi pada jarak 65% dari PMT maka relai GFR
PMT akan merasakan arus gangguan yang bekerja pada zona TD PMT dan
mulai menghitung kapan bekerja dengan waktu kerja 1,348 s, sedangkan
relai GFR recloser akan merasakan arus gangguan yang bekerja pada zona
HCT recloser dan akan bekerja dengan waktu kerja 0,1 s. Pada zona
proteksi HCT recloser akan melakukan reclose 1 kali dan Sectionalizer
K6-182/10 akan lockout pada detik ke dua saat recloser trip pertama
dengan waktu 10 detik. Maka yang trip dahulu adalah waktu yang tercepat
yaitu relai GFR HCT pada recloser yaitu 0,1 s yang diikuti dengan lockout
nya Sectionalizer K6-182/10.

4.10.12 Simulasi Koordinasi Relai GFR pada Lokasi Gangguan 90% dari
PMT
182

Dalam simulasi koordinasi Relai GFR digunakan contoh lokasi gangguan 90%
dari panjang penyulang untuk mengetahui koordinasi antara PMT KDS-06,
recloser K6-39, Sectionalizer K6-179, dan Sectionalizer K6-182/10 yang dapat
dilihat pada Gambar 4.23 berikut..

Gambar 4.23 Simulasi Koordinasi Relai GFR pada Jarak 90% dari PMT

Berdasarkan Gambar 4.23, gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah


sebesar 778 ampere terjadi pada jarak 90% dari PMT maka relai GFR
PMT akan merasakan arus gangguan yang bekerja pada zona TD PMT dan
mulai menghitung kapan bekerja dengan waktu kerja 1,729 s, sedangkan
relai GFR recloser akan merasakan arus gangguan yang bekerja pada zona
TD recloser dan akan bekerja dengan waktu kerja 0,478 s. Pada zona
proteksi TD recloser akan melakukan reclose 1 kali dan Sectionalizer K6-
182/10 akan lockout pada detik ke 2 saat recloser trip pertama dengan
waktu 15 detik. Maka yang trip dahulu adalah waktu yang tercepat yaitu
relay GFR TD pada recloser yaitu 0,478 s yang diikuti dengan lockout nya
Sectionalizer K6-182/10.

4.11 Perbandingan Nilai secara Perhitungan dan Simulasi ETAP


183

Dari simulasi OCR dan GFR dengan jarak gangguan 5%, 10%, 35%,
60%, 65%, dan 90% dari jarak PMT dapat dilakukan
bahwa nilai arus hubung singkat dan waktu kerja relai
secara perhitungan dan simulasi hampir menyerupai
dapat dilihat perbandingannya pada Tabel 4.23 dan
Tabel 4.24.

Tabel 4.23 Perbandingan Nilai Arus Hubung Singkat dengan Perhitungan dan
Simulasi ETAP

Arus Hubung Arus Hubung Arus


Jarak Arus Hubung
Singkat 1 Singkat 1 Hubung
Gangguan dari Singkat 2
Fasa ke Fasa ke Singkat 2
GI Fasa (A)
Tanah (A) Tanah (A) Fasa (A)
Perhitungan
% (km) Perhitungan ETAP ETAP
5 1,0125 7152,56 7016 8409,95 8391
10 2,025 4815,82 4771 6555,32 6536
35 7,0875 1822,99 1833 3083,74 3077
60 12,15 1123,72 1134 2010,38 2007
65 13,1625 1043,64 1134 1879,37 2007
90 18,225 769,46 778 1417,27 1416

Tabel 4.24 Perbandingan Nilai Waktu Kerja Saat Gangguan GFR


Gangguan Waktu kerja GFR secara Waktu kerja GFR dengan
% (km) Manual (detik) ETAP (detik)
5 1,0125 0,1 0,1
10 2,025 0,3 0,3
35 7,0875 0,1 0,1
60 12,15 0,1 0,1
65 13,1625 0,1 0,1
90 18,225 0,49 0,48
184

Perbandingan Arus Hubung Singkat Satu Fasa


8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
1.01 2.03 7.09 12.15 13.16 18.23

Hasil Perhitungan Hasil ETAP

Gambar 4.24 Grafik Perbandingan Arus Hubung Singkat Satu Fasa ke tanah

Dapat dilihat pada Gambar 4.24 untuk nilai arus hubung singkat satu Fasa
secara perhitungan mendekati dengan nilai ETAP, perbedaan nilai
diakibatkan karena perbedaan saat pembulatan nilai pada menghitung nilai
hubung singkat. Sedangkan pada waktu kerja sistem proteksi dapat dilihat
pada Tabel 4.24 untuk rele GFR nilai secara manual persis sama dengan
waktu kerja dengan ETAP.

Tabel 4.25 Perbandingan Nilai Waktu Kerja Saat Gangguan OCR


Gangguan Waktu kerja OCR secara Waktu kerja OCR dengan
% (km) Manual (detik) ETAP (detik)
5 1,0125 0,1 0,1
10 2,025 0,3 0,3
35 7,0875 0,1 0,1
60 12,15 0,1 0,1
65 13,1625 0,1 0,1
90 18,225 0,33 0,34
185

Perbandingan Arus Hubung Singkat Dua Fasa


9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
1.01 2.03 7.09 12.15 13.16 18.23

Hasil Perhitungan Hasil ETAP

Gambar 4.25 Grafik Perbandingan Arus Hubung Singkat Dua Fasa

Dapat dilihat pada Gambar 4.25 untuk nilai arus hubung singkat dua Fasa
secara perhitungan mendekati dengan nilai ETAP, pembedaan nilai
diakibatkan karena perbedaan saat pembulatan nilai pada menghitung nilai
hubung singkat. Sedangkan pada waktu kerja sistem proteksi dapat dilihat
pada Tabel 4.25 untuk rele OCR nilai secara manual persis sama dengan
waktu kerja dengan ETAP.

Dari simulasi yang dilakukan berdasarkan rele OCR dan GFR dengan
menggunakan simulasi ETAP bahwa hasil secara
perhitungan dengan simulasi ETAP hampir mendekati
nilai baik dalam nilai arus hubung singkat maupun
waktu kerja.

4.12 Pengujian Simulasi Berbasis PLC dan SCADA


4.12.1 Persiapan Pengujian Simulasi
Setelah melakukan perancangan alat pada trainer PLC dan pelengkap koneksinya,
maka selanjutnya yaitu tahap pengujian alat. Pengujian alat ini bertujuan untuk
melihat secara langsung cara kerja alat, apakah alat tersebut telah memenuhi
kriteria dan bekerja sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Sehingga apabila
186

hal tersebut belum tercapai atau masih terdapat kendala dan kekurangan, maka
akan dilakukan perbaikan terhadap alat atau program secepatnya. Persiapan-
persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pengujian meliputi hardware
dan software yaitu:
a. Untuk hardware, mempersiapkan trainer PLC MODICON TM221CE40R
beserta perlengkapan yang akan digunakan seperti kabel konektor.
b. Untuk software, mempersiapkan PC dengan program SoMachine untuk
pemrograman SCADA PLC dan Vijeo Citect untuk mengontrol dan
monitoring PLC.

4.12.2 Pengujian Alat

Program yang telah dibuat kemudian diuji sesuai dengan perencanaan awal,
apakah bekerja dengan seharusnya atau tidak. Hasil pengujian simulator dapat
dilihat pada Tabel 4.26 berikut :

Tabel 4.26 Pengujian Alat


Peralatan yang Diuji Pengujian Keterangan
Push Button Menggunakan Ohm Ketika Push button
Meter pada Posisi NO
ditekan maka akan
menjadi NC, Ohm
meter Digital
menunjukkan angka
0.
Potensiometer Menggunakan Ohm Ketika Potensiometer
Meter diputar maka angka
pada Ohm meter akan
berubah ubah.
Lampu Tanda DC Memberikan Lampu akan menyala.
Tegangan 24 VDC
pada lampu
Programmable Logic Menggunakan Ketika input diberi
Control Multimeter / tegangan 0 V, maka
Voltmeter DC lampu indicator input
187

di PLC akan menyala.


Ketika output PLC
aktif, maka lampu
indicator output
menyala.

4.12.3 Pengujian Sistem Ouput dan Input


Setelah program dibuat, maka sistem dicoba satu demi satu untuk
mengetahui kesalahan pada sistem. Apabila sistem
sudah sesuai yang diinginkan dan sudah berjalan sesuai
prinsip kerja yang diinginkan maka alat siap di
operasikan. Pengujian sistem output dan input pada
program dapat dilihat pada Tabel 4.27 dan Tabel 4.28
mengenai Tabulasi Deskripsi

Tabel 4.27 Tabulasi Deskripsi Kerja Input

No Nama Alamat Keterangan

Ketika Push Button ditekan maka


RESET SISTEM/
1. %I0.0 gangguan akan hilang dan
GANGGUAN
mengulangi sistem seperti semula.

Saat posisi local, posisi awal PMT


adalah OFF. Ketika Push Button
OPEN/ CLOSE PMT
2. %I0.1 ditekan maka PMT KDS-06 akan
LOCAL
ON. Ketika ditekan lagi PMT akan
OFF.
Saat posisi local, posisi awal
Recloser adalah OFF. Ketika Push
OPEN/ CLOSE
3. %I0.2 Button ditekan maka Recloser K6-
RECLOSER LOCAL
39 akan ON. Ketika ditekan lagi
Recloser akan OFF.
4. OPEN/ CLOSE %I0.4 Saat posisi local, posisi awal
SECTIONALIZER K6- sectionalizer adalah OFF. Ketika
179 LOCAL Push Button ditekan maka
sectionalizer akan ON. Ketika
188

ditekan lagi sectionalizer akan OFF.


Saat posisi local, posisi awal
OPEN/ CLOSE sectionalizer adalah OFF. Ketika
5 SECTIONALIZER K6- %I0.5 Push Button ditekan maka
182/10 LOCAL sectionalizer akan ON. Ketika
ditekan lagi sectionalizer akan OFF.

Ketika Push Button ditekan maka


6. START GANGGUAN %I0.8 simulasi gangguan akan mulai
selama 1 detik.

Keadaan awal simulasi pada posisi


remote. Ketika Push Button ditekan,
maka PMT KDS-06 akan posisi
local sehingga tidak bisa di
LOCAL/ REMOTE
7. %I0.10 open/close lewat SCADA/ remote.
PMT
Ketika Push Button ditekan kembali,
maka PMT KDS-06 akan posisi
remote sehingga tidak bisa di
open/close lewat local/Push Button.
Keadaan awal simulasi pada posisi
remote. Ketika Push Button ditekan,
maka Recloser akan posisi local
sehingga tidak bisa di open/close
LOCAL/ REMOTE
8. %I0.11 lewat SCADA/ remote. Ketika Push
RECLOSER
Button ditekan kembali, maka
Recloser akan posisi remote
sehingga tidak bisa di open/close
lewat local /Push Button.
Keadaan awal simulasi pada posisi
remote. Ketika Push Button ditekan,
maka sectionalizer akan posisi local
LOCAL/ REMOTE sehingga tidak bisa di open/close
9. SECTIONALIZER K6- %I0.12 lewat SCADA/ remote. Ketika Push
179 Button ditekan kembali, maka
sectionalizer akan posisi remote
sehingga tidak bisa di open/close
lewat local/ Push Button.
Keadaan awal simulasi pada posisi
LOCAL/ REMOTE remote. Ketika Push Button ditekan,
10. SECTIONALIZER K6- %I0.13 maka sectionalizer akan posisi local
182/10 sehingga tidak bisa di open/close
lewat SCADA/ remote. Ketika Push
189

Button ditekan kembali, maka


sectionalizer akan posisi remote
sehingga tidak bisa di open/close
lewat local/ Push Button.
Ketika Push Button ditekan, maka
OPEN/CLOSE LBS
LBS akan pada posisi close. Ketika
11. K5-256 (BEBAN %I0.14
Push Button ditekan kembali, maka
LEBIH)
ABSW akan pada posisi open.
Ketika potensio diputar maka akan
menginput arus gangguan antar fasa
atau satu fasa ke tanah sesuai yang
POTENSIO OCR
12. %IW0.0 diinginkan (ditampilkan di citect)
DAN GFR
untuk mensimulasi gangguan
sebelum START GANGGUAN
dijalankan.

Tabel 4.28 Tabulasi Deskripsi Kerja Output

No Nama Alamat Keterangan

Ketika PMT posisi OFF, maka


Lampu pilot PMT lampu indikator PMT akan mati.
1. %Q0.0
KDS-06 Ketika PMT posisi ON, maka lampu
indikator PMT akan menyala.
Ketika Recloser posisi OFF, maka
lampu indikator Recloser akan
Lampu pilot Recloser
2. %Q0.1 mati. Ketika Recloser posisi ON,
K6-39
maka lampu indikator Recloser
akan menyala.
Ketika Sectionalizer posisi OFF,
maka lampu indikator Sectionalizer
Lampu pilot
3. %Q0.2 akan mati. Ketika Sectionalizer
Sectionalizer K6-179
posisi ON, maka lampu indikator
Sectionalizer akan menyala.
Ketika Sectionalizer posisi OFF,
Lampu pilot maka lampu indikator Sectionalizer
4. Sectionalizer K6- %Q0.3 akan mati. Ketika Sectionalizer
182/10 posisi ON, maka lampu indikator
Sectionalizer akan menyala.
190

Ketika LBS posisi OFF, maka


Lampu pilot LBS K5- lampu indikator LBS akan mati.
5. %Q0.4
256 Ketika LBS posisi ON, maka lampu
indikator LBS akan menyala.
Ketika ada gangguan OCR 1 atau
GFR 1, maka lampu indikator akan
Lampu pilot gangguan
6. %Q0.6 menyala berkedip. Ketika tidak ada
OCR 1 dan GFR 1
gangguan OCR 1 atau GFR 1, maka
lampu indikator akan mati.
Ketika ada gangguan OCR 2 atau
GFR 2, maka lampu indikator akan
Lampu pilot gangguan
7. %Q0.7 menyala berkedip. Ketika tidak ada
OCR 2 dan GFR 2
gangguan OCR 2 atau GFR 2, maka
lampu indikator akan mati.
Ketika ada gangguan OCR 3 atau
GFR 3, maka lampu indikator akan
Lampu pilot gangguan
8. %Q0.8 menyala berkedip. Ketika tidak ada
OCR 3 dan GFR 3
gangguan OCR 3 atau GFR 3, maka
lampu indikator akan mati.
Ketika ada gangguan OCR 4 atau
GFR 4, maka lampu indikator akan
Lampu pilot gangguan
9. %Q0.9 menyala berkedip. Ketika tidak ada
OCR 4 dan GFR 4
gangguan OCR 4 atau GFR 4, maka
lampu indikator akan mati.
Ketika ada gangguan OCR 5 atau
GFR 5, maka lampu indikator akan
Lampu pilot gangguan
10. %Q0.10 menyala berkedip. Ketika tidak ada
OCR 5 dan GFR 5
gangguan OCR 5 atau GFR 5, maka
lampu indikator akan mati.
Ketika ada gangguan OCR 6 atau
GFR 6, maka lampu indikator akan
Lampu pilot gangguan
11. %Q0.11 menyala berkedip. Ketika tidak ada
OCR 6 dan GFR 6
gangguan OCR 6 atau GFR 6, maka
lampu indikator akan mati.
Ketika ada gangguan beban lebih,
maka lampu indikator akan
Lampu pilot gangguan
12. %Q0.12 menyala berkedip. Ketika tidak ada
beban lebih
gangguan beban lebih, maka lampu
indikator akan mati.
Ketika potensio diputar maka akan
POTENSIO OCR
13. %IW0.0 menginput arus gangguan antar fasa
DAN GFR
atau satu fasa ke tanah sesuai yang
191

diinginkan (ditampilkan di citect)


untuk mensimulasi gangguan
sebelum START GANGGUAN
dijalankan.

4.13 Data Hasil Percobaan


Dari percobaan menggunakan trainer PLC yang telah dilakukan, dapat dilihat
hasil pada tabel 4.28 dan tabel 4.29 sebagai berikut.
Tabel 4.29 Data Hasil Percobaan Gangguan Hubung singkat Dua Fasa
Arus Waktu Kerja
Jarak
Posisi Hubung OCR terhadap
No Gangguan Relai Kerja
Potensiometer Singkat Gangguan
(km)
(A) Antar Fasa
1 0% Posisi Normal
2 10% 2,025 OCR definite 6555 0,3
3 35% 7,0875 OCR Instant 3083 0,1
4 65% 13,1625 OCR Instant 1879 0,1
5 90% 18,225 OCR invers 1417 0,33

Tabel 4.30 Data Hasil Percobaan Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke
Tanah
Arus Waktu Kerja
Jarak
Posisi Hubung GFR terhadap
No Gangguan Relai Kerja
Potensiometer Singkat Gangguan
(km)
(A) Antar Fasa
1 0% Posisi Normal
2 10% 2,025 OCR definite 4815 0,3
3 35% 7,0875 OCR Instant 1822 0,1
4 65% 13,1625 OCR Instant 1043 0,1
5 90% 18,225 OCR invers 769 0,49

4.14 Analisa Pengujian Ladder Diagram PLC dan Kerja Simulasi


SCADA

Penyulang KDS-06 memiliki panjang sekitar 20,25 kms. Gangguan-gangguan


pada simulasi jalankan berdasarkan persen dari panjang penyulang tersebut yaitu
5%, 10%, 35%, 60%, 65%, dan 90%,. Misal, jarak 10% dari 20,25 kms adalah
2,025 kms sehingga akan dilakukan simulasi gangguan pada jarak 2,025 kms dari
192

PMT, begitu juga dengan jarak 35% (7,0875 kms), dan 65% (13,1625 kms). Relai
yang bekerja saat gangguan antar fasa adalah OCR, sedangkan relai yang bekerja
saat gangguan satu fasa ke tanah adalah GFR. Setelah melakukan percobaan
menggunakan simulasi SCADA, diperoleh hasil arus hubung singkat antar fasa
dan satu fasa ke tanah. Dapat dilihat pada Tabel 4.29 dan Tabel 4.30 semakin jauh
jarak gangguan maka arus hubung singkatnya semakin kecil. Hal ini dikarenakan
semakin panjang jarak jaringan maka impedansinya semakin besar sehingga
mengakibatkan arusnya semakin kecil. Relai kerja saat terjadi gangguan hubung
singkat pada penyulang disesuaikan dengan zona pengaman masing-masing. Zona
pengaman dapat dilihat pada Gambar 2.23. Zona-zona pengaman dirancang
sedemikian rupa sehingga over lap (tumpang tindih), hal ini dimaksudkan agar
tidak ada satu titik pun dalam sistem tenaga listrik yamg tidak mempunyai sistem
pengaman. Pada jarak 2,025 kms masuk zona pengaman High set 1 PMT, dan
relai kerja yang bekerja adalah OCR dan GFR instant, dikarenakan dibutuhkan
pengamanan yang cepat untuk memproteksi Trafo agar tidak sampai terbakar.
Pada jarak 2,025 kms masuk zona High set 1 PMT, dan relai kerja yang bekerja
adalah OCR dan GFR definite. Pada jarak 7,0875 kms yang bekerja adalah zona
HCL dan relai yang bekerja instant, digunakan relai instant agar recloser bekerja
terlebih dahulu dibanding PMT sehingga bisa segera mengamankan area
gangguan. Sedangkan pada jarak 13,1625 kms terlindungi oleh zona HCT
recloser yang relainya juga bersifat instant dan reclose satu kali, agar PMT tidak
bekerja terlebih dahulu.

Pada modul PLC terdapat 9 buah lampu indikator dan 10 Push Button yang
mewakili dari peralatan tenaga listrik yang terdapat dilapangan. Dalam
menjalankan simulasi PMT, Recloser dan Sectionalizer, langkah pertama yang
dilakukan yaitu memasangkan kabel ethernet ke port serial PLC MODICON
TM221CE40R dengan PC/ komputer. Selanjutnya lakukan pentransferan program
dari aplikasi SoMachine ke PLC. Sebelumnya pastikan kabel ethernet terhubung
dengan aplikasi SoMachine ditandai dengan munculnya IP Address. Kemudian
lakukan komisioning dengan langkah-langkah yang pertama klik “Login”,
kemudian lakukan download program klik pada “PC to controller” kemudian klik
“Start controller”.
193

Pertama yang dilakukan adalah mengkondisikan jaringan pada keadaan normal.


Keypoint PMT KDS-06, Recloser K6-39 , Sectionalizer K6-179, dan
Sectionalizer K6-182/10 diposisikan dalam keadaan close sehingga section satu
sampai dengan delapan akan terisi tegangan. Pertama, menghidupkan PMT secara
local/ remote melalui SCADA. Kedua, menghidupkan recloser secara local/
remote melalui SCADA. Ketiga, menghidupkan Sectionalizer K6-179 secara
local/ remote melalui SCADA. Keempat, menghidupkan Sectionalizer K6-182/10.
Setelah semua keypoint tadi dihidupkan dan section satu sampai dengan delapan
sudah terisi tegangan, maka jaringan sudah dalam kondisi normal dan siap untuk
dilakukan simulasi gangguan.

a) Simulasi Gangguan OCR 10%

Simulasi gangguan ini berjalan ketika semuanya sistem dalam keadan normal dan
diberikan berupa jenis gangguan dua fasa (line-line) dengan jarak gangguan
disimulasi pada jarak 10% dari PMT KDS-06 dengan besar nilai arus hubung
singkat adalah 6555 ampere. Dengan jenis gangguan dua fasa maka relai yang
bekerja adalah relay OCR sedangkan zona yang bekerja pada PMT adalah zona
HS 1 dengan settingan sebesar 3440 ampere sedangkan nilai arus hubung singkat
tersebut adalah 6555 ampere. Untuk melakukan simulasi adalah dengan memilih
jenis gangguan dengan via SCADA setelah itu maka memutar potensiometer ke
posisi kedua dengan nilai arus hubung singkat 6555 ampere, lalu menjalankan
gangguan selama 0,1 detik.

Maka relai OCR pada PMT akan bekerja pada waktu 0,3 detik dengan
menggunakan karakteristik definite, maka pada waktu simulasi SCADA relai
OCR pada PMT akan bekerja pada waktu 0,3 detik. Relai OCR PMT bekerja pada
zona HS 1.

Maka indikator pada simulasi open/trip pada PMT akan menyala sedangkan
indikator pada PMT akan mati. Setelah itu melakukan reset gangguan dan mulai
menyalakan PMT dengan cara remote atau local dengan menggunakan push
button pada modul PLC. Jika dalam posisi remote hanya dengan memasukkan
PMT dengan cara SCADA dan PMT langsung dinyalakan. Dan dengan posisi
194

local hanya dengan menekan push button pda modul PLC untuk menyalakan
PMT.

b) Simulasi Gangguan OCR 35%

Simulasi gangguan ini berjalan ketika semuanya sistem dalam keadan normal dan
diberikan berupa jenis gangguan dua fasa (line-line) dengan jarak gangguan
disimulasi pada jarak 35% dari PMT KDS-06 dengan besar nilai arus hubung
singkat adalah 3083 ampere. Maka dengan jenis gangguan dua fasa maka relai
yang bekerja adalah relai OCR sedangkan zona yang bekerja pada Recloser adalah
zona HCL dengan settingan sebesar 2050 ampere sedangkan nilai arus hubung
singkat tersebut adalah 3083 ampere. Untuk melakukan simulasi adalah dengan
memilih jenis gangguan dengan via SCADA setelah itu memutar potensiometer
ke posisi tiga dengan nilai arus hubung singkat 3083 ampere, lalu menjalankan
gangguan selama 0,1 detik.

Pada gangguan ini, relai OCR pada PMT juga merasakan gangguan sehingga
bekerja selama 0,93 detik. Relai OCR pada Recloser akan bekerja pada waktu 0,1
detik dengan menggunakan kurva intsaneous. Karena relai OCR pada Recloser
bekerja lebih cepat yaitu sebesar 0,1 detik maka relai OCR pada Recloser yang
akan bekerja. Kemudian ketika relai OCR Recloser bekerja indikator pada
simulasi open/trip pada Recloser akan menyala sedangkan indikator pada
Recloser akan mati. Kemudian melakukan reset gangguan dan mulai menyalakan
Recloser dengan cara remote atau local dengan menggunakan push button pada
modul PLC. Jika dalam posisi remote hanya dengan memasukkan Recloser
dengan cara SCADA dan Recloser langsung dinyalakan. Dan dengan posisi local
menggunakan hanya dengan menekan push button pada modul PLC untuk
menyalakan Recloser.

c) Simulasi Gangguan OCR 65%


195

Simulasi gangguan ini berjalan ketika semuanya sistem dalam keadan normal dan
diberikan berupa jenis gangguan dua fasa (line-line) dengan jarak gangguan
disimulasi pada jarak 65% dari PMT KDS-06 dengan besar nilai arus hubung
singkat adalah 1879 ampere. Maka dengan jenis gangguan dua fasa maka relai
yang bekerja adalah relai OCR sedangkan zona yang bekerja pada recloser adalah
zona HCT dengan settingan sebesar 1638 ampere sedangkan nilai arus hubung
singkat tersebut adalah 1879 ampere. Untuk melakukan simulasi adalah dengan
memilih jenis ganggauan dengan via SCADA setelah itu maka memutar
potensiometer ke posisi lima dengan nilai arus hubung singkat 1879 ampere, lalu
menjalankan gangguan selama 0,1 detik.

Pada gangguan ini, relai OCR pada recloser akan bekerja pada waktu 0,1 detik
dengan menggunakan kurva instaneous. Relai OCR recloser bekerja pada zona
HCT. Relai OCR pada recloser akan reclose dua kali dimana indikator untuk
simulasi open/trip pada recloser akan mati selama lima belas detik, lalu recloser
reclose dan trip untuk yang kedua kalinya dan mati selama 10 detik. Saat trip
yang kedua, kemudian pada detik kedua Sectionalizer K6-179 lockout dimana
indikator untuk simulasi open/trip akan menyala sedangkan indikator
Sectionalizer akan mati. Lalu recloser akan masuk kembali selama lima detik
maka indikator untuk simulasi open/trip pada recloser akan mati. Sedangkan
indikator pada recloser akan menyala kembali. Setelah itu melakukan reset
gangguan dan mulai menyalakan Sectionalizer K6-179 dengan cara remote atau
local. Jika dalam posisi remote hanya dengan memasukkan Sectionalizer K6-179
dengan cara SCADA dan recloser langsung dinyalakan. Dan dengan posisi local
menggunakan hanya dengan menekan push button pada modul PLC untuk
menyalakan Sectionalizer K6-179.

d) Simulasi Gangguan OCR 90%

Simulasi gangguan ini berjalan ketika semuanya sistem dalam keadan normal dan
diberikan berupa jenis gangguan dua fasa (line-line) dengan jarak gangguan
disimulasi pada jarak 90% dari PMT KDS-06 dengan besar nilai arus hubung
singkat adalah 1417 ampere. Maka dengan jenis gangguan dua fasa maka relai
yang bekerja adalah relai OCR sedangkan zona yang bekerja pada recloser adalah
196

zona time delay dengan settingan sebesar 420 ampere sedangkan nilai arus hubung
singkat tersebut adalah 1417 ampere. Untuk melakukan simulasi adalah dengan
memilih jenis gangguan dengan via SCADA setelah itu maka memutar
potensiometer ke posisi enam dengan nilai arus hubung singkat 1417 ampere, lalu
menjalankan gangguan selama 0,1 detik.

Maka relai OCR pada recloser akan bekerja pada waktu 0,33 detik dengan
menggunakan kurva invers. Relai OCR pada recloser akan reclose satu kali
dimana indikator untuk simulasi open/trip pada recloser akan menyala sedangkan
indikator pada recloser akan mati selama sepuluh detik pada detik yang kedua
saat open/trip recloser maka Sectionalizer K6-182/10 akan lockout dimana
indikator untuk simulasi open/trip akan menyala sedangkan indikator
Sectionalizer akan mati. Dan recloser akan masuk kembali selama sepuluh detik
maka indikator untuk simulasi open/trip pada recloser akan mati sedangkan
indikator pada recloser akan nyala kembali. Setelah itu melakukan reset gangguan
dan mulai menyalakan Sectionalizer K6-182/10 dengan cara remote atau local
dengan menggunakan push button pada modul PLC. Jika dalam posisi remote
hanya dengan memasukkan Sectionalizer K6-182/10 dengan cara SCADA dan
Sectionalizer K6-182/10 langsung dinyalakan. Dan dengan posisi local
menggunakan hanya dengan menekan push button pada modul PLC untuk
menyalakan Sectionalizer K6-182/10.

e) Simulasi Gangguan GFR 10%

Simulasi gangguan ini berjalan ketika semuanya sistem dalam keadan normal dan
diberikan berupa jenis gangguan antar fasa ke tanah (line-ground) dengan jarak
gangguan disimulasi pada jarak 10% dari PMT KDS-06 dengan besar nilai arus
hubung singkat adalah 4815 ampere. Dengan jenis gangguan satu fasa ke tanah
maka relai yang bekerja adalah relai GFR sedangkan zona yang bekerja pada
PMT adalah zona HS 1 dengan settingan sebesar 2600 ampere sedangkan nilai
arus hubung singkat tersebut adalah 4815 ampere. Untuk melakukan simulasi
adalah dengan memilih jenis gangguan dengan via SCADA setelah itu maka
memutar potensiometer ke posisi dua dengan nilai arus hubung singkat 4815
ampere, lalu menjalankan gangguan selama 0,1 detik.
197

Maka relai GFR pada PMT akan bekerja pada waktu 0,3 detik dengan
menggunakan karakteristik definite, maka pada waktu simulasi SCADA relai GFR
pada PMT akan bekerja pada waktu 0,3 detik. Relai GFR PMT bekerja pada zona
HS 1.

Maka indikator pada simulasi open/trip pada PMT akan menyala sedangkan
indikator pada PMT akan mati. Setelah itu melakukan reset gangguan dan mulai
menyalakan PMT dengan cara remote atau local dengan menggunakan push
button pada modul PLC. Jika dalam posisi remote hanya dengan memasukkan
PMT dengan cara SCADA dan PMT langsung dinyalakan. Dan dengan posisi
local hanya dengan menekan push button pada modul PLC untuk menyalakan
PMT.

f) Simulasi Gangguan GFR 35%

Simulasi gangguan ini berjalan ketika semuanya sistem dalam keadan normal dan
diberikan berupa jenis gangguan satu fasa ke tanah (line-ground) dengan jarak
gangguan disimulasi pada jarak 35% dari PMT KDS-06 dengan besar nilai arus
hubung singkat adalah 1822 ampere. Maka dengan jenis gangguan satu fasa ke
tanah maka relai yang bekerja adalah relai GFR sedangkan zona yang bekerja
pada Recloser adalah zona HCL dengan settingan sebesar 1150 ampere sedangkan
nilai arus hubung singkat tersebut adalah 1822 ampere. Untuk melakukan simulasi
adalah dengan memilih jenis gangguan dengan via SCADA setelah itu memutar
potensiometer ke posisi tiga dengan nilai arus hubung singkat 1822 ampere, lalu
menjalankan gangguan selama 0,1 detik.

Pada gangguan ini, relay GFR pada PMT juga merasakan gangguan sehingga
bekerja selama 1,05 detik. Sedangkan relai GFR pada Recloser bekerja pada
waktu 0,1 detik dengan menggunakan kurva instaneous. Karena relai GFR pada
Recloser bekerja lebih cepat yaitu sebesar 0,1 detik maka relai GFR pada
Recloser yang akan bekerja. Kemudian ketika relai GFR Recloser bekerja
indikator pada simulasi open/trip pada Recloser akan menyala sedangkan
indikator pada Recloser akan mati. Kemudian melakukan reset gangguan dan
mulai menyalakan Recloser dengan cara remote atau local dengan menggunakan
198

push button pada modul PLC. Jika dalam posisi remote hanya dengan
memasukkan Recloser dengan cara SCADA dan Recloser langsung dinyalakan.
Dan dengan posisi local hanya dengan menekan push button pda modul PLC
untuk menyalakan Recloser.

g) Simulasi Gangguan GFR 65%

Simulasi gangguan ini berjalan ketika semuanya sistem dalam keadan normal dan
diberikan berupa jenis gangguan satu fasa ke tanah (line-ground) dengan jarak
gangguan disimulasi pada jarak 65% dari PMT KDS-06 dengan besar nilai arus
hubung singkat adalah 1043 ampere. Dengan jenis gangguan satu fasa ke tanah
maka relai yang bekerja adalah relai GFR. Zona yang bekerja pada recloser
adalah zona HCT dengan settingan sebesar 900 ampere sedangkan nilai arus
hubung singkat tersebut adalah 1043 ampere. Untuk melakukan simulasi adalah
dengan memilih jenis ganggauan dengan via SCADA setelah itu maka memutar
potensiometer ke posisi lima dengan nilai arus hubung singkat 1043 ampere, lalu
menjalankan gangguan selama 0,1 detik.

Pada gangguan ini, relai GFR pada recloser akan bekerja pada waktu 0,1 detik
dengan menggunakan kurva instaneous. Relai GFR recloser bekerja pada zona
HCT. Relai GFR pada recloser akan recloser dua kali dimana indikator untuk
simulasi open/trip pada recloser akan mati selama sepuluh detik, lalu recloser
reclose dan trip untuk yang kedua kalinya dan mati selama 10 detik. Saat trip
yang kedua, kemudian pada detik kedua Sectionalizer K6-179 lockout dimana
indikator untuk simulasi open/trip akan menyala sedangkan indikator
Sectionalizer akan mati. Lalu recloser akan masuk kembali selama lima detik
maka indikator untuk simulasi open/trip pada recloser akan mati. Sedangkan
indikator pada recloser akan menyala kembali. Setelah itu melakukan reset
gangguan dan mulai menyalakan Sectionalizer K6-179 dengan cara remote atau
local. Jika dalam posisi remote hanya dengan memasukkan Sectionalizer K6-179
dengan cara SCADA dan recloser langsung dinyalakan. Dan dengan posisi local
menggunakan hanya dengan menekan push button pada modul PLC untuk
menyalakan Sectionalizer K6-179.
199

h) Simulasi Gangguan GFR 90%

Simulasi gangguan ini berjalan ketika semuanya sistem dalam keadan normal dan
diberikan berupa jenis gangguan satu fasa ke tanah (line-ground) dengan jarak
gangguan disimulasi pada jarak 90% dari PMT KDS-06 dengan besar nilai arus
hubung singkat adalah 769 ampere. Dengan jenis gangguan dua fasa maka relai
yang bekerja adalah relai GFR Recloser. Zona yang bekerja pada recloser adalah
zona time delay dengan settingan sebesar 120 ampere sedangkan nilai arus
hubung singkat tersebut adalah 769 ampere. Untuk melakukan simulasi adalah
dengan memilih jenis gangguan dengan via SCADA setelah itu maka memutar
potensiometer ke posisi enam dengan nilai arus hubung singkat 769 ampere, lalu
menjalankan gangguan selama 0,1 detik.

Maka relay GFR pada recloser akan bekerja pada waktu 0,49 detik dengan
menggunakan kurva invers. Relai GFR pada recloser akan reclose satu kali
dimana indikator untuk simulasi open/trip pada recloser akan menyala sedangkan
indikator pada recloser akan mati selama sepuluh detik pada detik yang kedua
saat open/trip recloser maka Sectionalizer K6-182/10 akan lockout dimana
indikator untuk simulasi open/trip akan menyala sedangkan indikator
Sectionalizer akan mati. Dan recloser akan masuk kembali selama lima detik
maka indikator untuk simulasi open/trip pada recloser akan mati sedangkan
indikator pada recloser akan nyala kembali. Setelah itu melakukan reset gangguan
dan mulai menyalakan Sectionalizer K6-182/10 dengan cara remote atau local
dengan menggunakan push button pada modul PLC. Jika dalam posisi remote
hanya dengan memasukkan Sectionalizer K6-182/10 dengan cara SCADA dan
Sectionalizer K6-182/10 langsung dinyalakan. Dan dengan posisi local
menggunakan hanya dengan menekan push button pada modul PLC untuk
menyalakan Sectionalizer K6-182/10.

i) Simulasi Gangguan Beban lebih (Overload)

Simulasi gangguan ini berjalan ketika semua sistem dalam keaadan normal dan
diberikan pelimpahan beban dari penyulang lain. Dengan menutup LBS K5-256
penyulang KDS-06 akan mendapat beban tambahan dari penyulang KDS-05.
200

Untuk melakukan simulasi adalah dengan cara memilih jenis gangguan overload
via SCADA kemudian melakukan start gangguan.

Pada saat di start gangguan pada recloser mendapat beban sebesar 470 A
sedangkan Iset adalah 420 A sehingga mengakibatkan TD recloser bekerja. Waktu
kerja TD recloser berdasarkan TMS nya adalah 0,06 detik. Ketika pelimpahan
beban maka recloser arusnya melebihi setting sehingga trip dan indikator recloser
akan mati. Kemudian recloser reclose dan trip kembali untuk kedua kalinya.
Setelah 2 detik pada trip yang kedua maka Sectionalizer K6-179 akan lockout
untuk meminimalisir gangguan dan setelah itu recloser reclose kembali dan
berjalan dengan normal dilihat pada indikator recloser menyala kembali.
Kemudian melakukan reset gangguan dan mulai menyalakan Sectionalizer K6-
179 dengan cara remote atau local dengan menggunakan push button pada modul
PLC. Jika dalam posisi remote hanya dengan memasukkan Sectionalizer K6-179
dengan cara SCADA dan Sectionalizer langsung dinyalakan. Dan dengan posisi
local menggunakan hanya dengan menekan push button pada modul PLC untuk
menyalakan Sectionalizer K6-179.

Anda mungkin juga menyukai