Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA NUKLIR TAHUN AJARAN 2020/2021

EN-02

RANGKAIAN DC-TO-HVDC

TANGGAL PRAKTIKUM : 21 APRIL 2021


DISUSUN OLEH :

NAMA : AFRIG HIDAYAT SA NIM : 19/446708/TK/49813

ANGGOTA KELOMPOK G :

NAMA : Rizki Rizal Wicaksono NIM : 19/443962/TK/49158


Yosef Laskar Haryo Utomo 19/443964/TK/49160
Alfin Paskah Sinaga 19/446709/TK/49814
Fahlevi Ghifari Adji 19/446711/TK/49816
Faris Ghazi Andrian 19/446712/TK/49817
Fuadi Nur Amal 19/446713/TK/49818

PROGRAM STUDI TEKNIK NUKLIR

DEPARTEMEN TEKNIK NUKLIR DAN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA


1. Tujuan
a. Memahami cara kerja rangkaian direct current (DC) to High Voltage direct
current (HVDC).
b. Mampu merangkai rangkaian DC-to-HVDC.
2. Dasar Teori
HV atau High voltage dapat dilihat pada potensi listrik yang cukup besar yang
dihasilkan sebagai keluaran. Dalam industri tertentu, high voltage diartikan tegangan
yang terletak diatas suatu batas nilai tertentu. Tegangan tinggi biasa digunakan dalam
mendistribusikan tenaga listrik. Selain itu, tegangan tinggi juga digunakan untuk
menghasilkan busur listrik, sebagai pengapian, dalam tabung pengganda foto, dan
dalam tabung vakum penguat daya tinggi, serta industri lainnya, ada juga
pengaplikasian militer dan ilmiah lainnya seperti pada nuklir, high voltage digunakan
sebagai sinyal untuk menghitung pulsa yang masuk dan juga digunakan sebagai
energi untuk menggerakan partikel-partikel di photomultiplier di detektor GM. The
International Electrotechnical Commission menetapkan tegangan tinggi memiliki
nilai tegangan di atas 1000 V untuk arus bolak-balik, dan setidaknya 1500 V untuk
arus searah.
Potensiometer adalah jenis resistor yang nilai
resistansinya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan suatu
rangkaian elektronika. Potensiometer merupakan resistor yang
tergolong dalam kategori variabel resistor. Potensiometer
terdiri dari beberapa bagian , yaitu 3 kaki Terminal dengan
sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya.

Gambar 1 potensiometer

Berdasarkan bentuknya, potensiometer dapat dibagi menjadi 3, potensiometer


slider, potensiometer rotary, dan potensiometer trimmer. Potensiometer slider adalah
potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan cara menggeserkan wiper-
nya dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas sesuai dengan pemasangannya.
Potensiometer rotary adalah potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur
dengan cara memutarkan wiper-nya sepanjang lintasan yang melingkar.
Potensiometer trimmer adalah potensiometer yang bentuknya kecil dan harus
menggunakan alat khusus seperti obeng (screwdriver) untuk memutarnya, biasanya
dipasangkan di PCB.
Gambar 2 potensiometer slider Gambar 3 potensiometer rotary Gambar 4 potensiometer trimmer

Transistor adalah perangkat semikonduktor yang digunakan untuk


memperkuat atau mengalihkan sinyal elektronik dan daya listrik. Transistor terdiri
dari bahan semikonduktor yang terdiri atas tiga terminal untuk koneksi ke sirkuit
eksternal. Tegangan atau arus yang diterapkan ke satu pasang terminal transistor
mengontrol arus melalui pasangan terminal lainnya. Karena daya (keluaran) yang
dikontrol dapat lebih tinggi daripada daya (masukan) pengendali.

Transformator atau Trafo adalah perangkat pada rangkaian jaringan listrik


yang digunakan untuk mengubah suatu harga tegangan AC menjadi harga tegangan
AC yang lebih tinggi atau rendah, tanpa melalui kontak fisik dan juga tanpa terjadi
perubahan pada karakteristik fasa dan frekuensi. Perubahan harga tegangan AC
terjadi karena adanya induksi elektromagnetik antara kumparan primer akibat
perubahan fluks medan listrik dari arus AC dan menginduksi medan magnet pada
kumparan sekunder yang kemudian menghasilkan listrik yang harganya tergantung
pada rasio jumlah lilitan pada kumparan primer dan sekunder.

Ada beberapa jenis trafo, yang pertama adalah transformator step-up adalah
transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih banyak daripada lilitan primer
yang berfungsi sebagai penaik tegangan. Biasa ditemukan pada pembangkit tenaga
listrik sebagai penaik tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi
yang digunakan dalam transmisi jarak jauh. Yang kedua adalah trafo step-down,
transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan
primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini sangat
mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC.

Gambar 5 skema trafo step up dan step down


Radiasi yang jatuh pada detektor akan menghasilkan pancaran cahaya yang
menyebabkan terlepasnya elektron dari fotokatoda. Elektron tersebut akan
digandakan oleh dinoda yang terdapat pada tabung pengganda elektron (PMT).
Dinoda-dinoda ini diberi tegangan tinggi positif bertingkat untuk memperbanyak
cacah elektron dan cacah elektron ini akan terakumulasi di anoda sehingga mampu
menimbulkan sinyal dalam bentuk pulsa muatan. Pulsa muatan ini oleh preamplifier
diubah menjadi pulsa tegangan negatif berorde milivolt. Selanjutnya pulsa ini
diperkuat kembali oleh amplifier menjadi pulsa tegangan positif orde volt dan
dianalisis dengan menggunakan Multi Channel Analyzer.

Unit sinar-X memerlukan generator tegangan tinggi untuk mencapai daya


yang diperlukan untuk tabung sinar-X. Daya AC akan memasok unit sinar-X dengan
arus sinusoidal, menghasilkan 'puncak dan lembah', membatasi tabung sinar-X untuk
menghasilkan sinar-X hanya setengah dari 1/60 detik siklus kedua. Generator
tegangan tinggi satu fasa mengubah daya AC ini menjadi catu daya setengah atau
gelombang penuh dengan ukuran dalam ribuan volt. Perbaikan setengah gelombang
menghasilkan tegangan puncak yang akan turun ke nol, terjadi kembali; ini akibatnya
akan berpengaru pada perilaku radiasi yang dihasilkan dan karenanya nama puncak
kilovoltage (kVp) lahir. Kemajuan generator tegangan tinggi dari satu fase ke tiga
fase menjadi generator potensial konstan telah mengatasi 'tegangan riak' ini yang
menciptakan tegangan terus menerus dan tidak terputus. Unit sinar-X modern, yang
sebagian besar memanfaatkan, generator potensial konstan tidak memiliki 'tegangan
riak' dan akibatnya menggunakan istilah kV daripada kVp.

3. Alat dan Bahan


a. Transformator 1P2S dan 2P1S
b. Dioda 1N4004G 2 buah
c. Resistor
d. Multimeter
e. Ground
f. Transistor
g. VCC
h. Ground
4. Hasil praktikum
a. Resistor
Variabel Resistor Vcc
No Vp-p
(k.ohm) (Volt)
1. 1 5 29,336
2. 10 5 29,364
3. 100 5 29,381
4. 300 5 29,388
5. 1 12 71,272
6. 10 12 71,313
7. 100 12 71,332
8. 300 12 71,34
Resistor vs Vp-p
80
70
60 y = 0,0002x + 71,297
R² = 0,5576
50
variasi 5 volt
Vp-p

40
variasi 12 volt
30
Linear (variasi 5 volt)
20 y = 0,0001x + 29,354
R² = 0,6108 Linear (variasi 12 volt)
10
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Resistor

b. Step-up
Nilai
Lilitan Lilitan Vcc Vp-p
No. Hambatan
Primer Sekunder (volt) (volt)
(k.ohm)
1. 60 10 100 50 8,252
2. 60 20 100 50 16,489
3. 60 30 100 50 24,714
4. 60 40 100 50 32,928
5. 60 10 100 120 19,883
6. 60 20 100 120 39,709
7. 60 30 100 120 53,121
8. 60 40 100 120 53,14

50 volt
35
30 y = 0,8225x + 0,0325
R² = 1
25
20
Vp-p

15
10
5
0
0 10 20 30 40 50
Lilitan Sekunder
c. Step-down
Lilitan Lilitan Nilai
Lilitan Vcc Vp-p
No. Primer Primer Hambatan
Sekunder (Volt) (volt)
1 2 (k.ohm)
1. 10 10 60 100 5 29,381
2. 20 10 60 100 5 29,31
3. 30 10 60 100 5 29,259
4. 40 10 60 100 5 29,218
5. 10 10 20 100 12 23,769
6. 10 10 30 100 12 35,657
7. 10 10 40 100 12 47,547
8. 10 10 50 100 12 59,439

5 volt
29,4
29,38
29,36
29,34
29,32
Vp-p

29,3 y = -0,0054x + 29,427


29,28 R² = 0,9845
29,26
29,24
29,22
29,2
0 10 20 30 40 50
Lilitan Primer 1
12 volt
70
60 y = 1,189x - 0,012
R² = 1
50
40

Vp-p
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60
Lilitan Primer 2

5. Pembahasan
Pada sub-praktikum pertama, secara teoritis, hubungan antara tegangan (Vp-
p) dan besar resistor akan berbanding lurus. Pada praktikum ini, diperoleh hubungan
dari kedua variabel ialah linear yang berbanding lurus sesuai dengan teori yang
disampaikan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena induktansi dari trafo yang
dikarenakan lilitan pada toroida tidak rapi dan bertumpukan satu sama lain.
Pada sub-praktikum kedua, secara teoritis jenis transformator step-up yang
digunakan akan menghasilkan digunakan akan menghasilkan Vp-p yang lebih besar
dari Vcc. Jumlah lilitan primer dibuat tetap yaitu 10 lilitan. Pada Grafik step up
diperoleh hasil yang sesuai dengan teori yaitu semakin besar jumlah lilitan primernya
terhadap jumlah lilitan sekunder, maka tegangan keluarnya (Vp-p) semakin besar. Hal
tersebut juga berlaku pada grafik step down.
6. Kesimpulan
a. Cara kerja dari rangkaian DC-to HVDC adalah dengan mengubah tegangan
yang masuk (Vcc) yang kemudian resistor yang akn divariasikan serta
menaikkan tegangan Vcc melalui transformator step-up dengan prinsip
induksi fluks magnet dari lilitan primer menjadi listrik pada lilitan sekunder.

b. Praktikan dapat merangkai rangkaian rangkaian DC-to-HVDC.

7. Daftar Pustaka
[1] “Electrical installation rules, standards,” Aug. 22, 2010.
https://web.archive.org/web/20100822180609/http://www.electrical-
installation.org/wiki/Electrical_installation_rules,_standards (accessed Mar. 18,
2021).
[2] D. Almanda and H. Yusuf, “Menggunakan Mikrokontroller,” vol. 14, no. 2, p. 10.
[3] P. Horowitz, The art of electronics, Third edition. New York, NY: Cambridge
University Press, 2015.
[4] J. W. Coltman, “The Transformer,” Sci. Am., vol. 258, no. 1, pp. 86–95, Jan. 1988,
doi: 10.1038/scientificamerican0188-86.
[5] H. Cember and T. E. Johnson, Introduction to health physics. New York:
McGraw-HillMedical, 2009.

Anda mungkin juga menyukai