Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR

UNIT 3
MERANGKAI DAN MENGUJI SISTEM PENYEARAH
GELOMBANG PENUH DAN PENYEDIA DAYA
TERKENDALI

Nama : Pandu Lukhyswara


Nomor Mahasiswa : 15/378860/TK/42802
Hari Praktikum : Jumat
Tanggal Praktikum : 4 Maret 2016
Kelompok : 12

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DASAR


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
A. Pendahuluan
1. Tujuan Praktikum
a. Merangkai sistem penyearah gelombang penuh dan penyedia daya terkendali.
b. Merangkai dan menguji rangkaian dasar penyearah gelombang penuh.
c. Merangkai dan menguji rangkaian dasar penyearah gelombang penuh dengan
filter berupa kapasitor.
d. Merangkai dan menguji rangkaian dasar penyearah gelombang penuh dengan
filter berupa kapasitor,dan beban resistor yang berfariatif
e. Merangakai dan menguji rangkaian penyedia daya terkendali.
2. Dasar Teori
Rangkaian penyearah (rectifier) berfungsi untuk mengubah sinyal alternating
current (AC), yang berubah arah secara periodis, menjadi sinyal direct current
(DC), yang mengalirkan arus hanya dalam satu arah tertentu. Rangkaian
penyearah banyak digunakan sebagai komponen catu daya (power supply) dan
sebagai detector sinyal radio. Rangkaian ini menggunakan dioda sebagai
komponen utama untuk menyearahkan gelombang, memanfaatkan sifat rectifying
contact pada bahan semikonduktor dioda. Rangkaian penyearah bisa
menggunakan kombinasi rangkaian beberapa diode sedemikian rupa sehingga
sinyal yang disearahkan dari AC ke DC bisa lebih efisien. Macam-macam
rectifier yang biasa digunakan yaitu :

a. Half-Wave Rectifier (Penyearah Setengah Gelombang).


b. Full-wave center-tap rectifier (Penyearah Gelombang Penuh dengan trafo
center-tap).
c. Bridge-Rectifier.
d. Rectifier with filtering (Penyearah dengan penapis).

Pada jenis rectifier dengan kapasitor dan bridge pada dasarnya yaitu masuk dalam
rectifier jenis full-wave rectifier,hanya saja komponen yang digunakan
berbeda.Selain jenis-jenis rectifier,ada hal yang penting dalam rectifier ,yaitu 3
bagian utama dalam rectifier yaitu penurun tegangan (transformer), penyearah
gelombang / rectifier (diode) dan filter (kapasitor) yang digambarkan dalam blok
diagram berikut.
a. Half-Wave Rectifier (penyerah setengah gelombang)
Penyearah setengah gelombang merupakan rangkaian penyearah yang paling
sederhana, yaitu yang terdiri dari satu dioda. Gambar 1 menunjukkan
rangkaian penyearah setengah gelombang. Rangkaian penyearah setengah
gelombang memperoleh masukan dari sekunder trafo yang berupa tegangan
berbentuk sinus, vi = Vm Sin wt (gambar 1 (b)). Vm merupakan tegangan
puncak atau tegangan maksimum. Harga Vm ini hanya bisa diukur dengan
CRO, sedangkan harga yang tercantum pada sekunder trafo merupakan
tegangan efektif yang dapat diukur dengan menggunakan volt meter.
Hubungan antara tegangan puncak Vm dengan tegangan efektif (Veff) atau
tegangan rms.

Half Wave rectifier


Prinsip kerja penyearah setengah gelombang adalah bahwa pada saat sinyal
input berupa siklus positif maka dioda mendapat bias maju sehingga arus (i)
mengalir ke beban (RL), dan sebaliknya bila sinyal input berupa siklus negatif
maka dioda mendapat bias mundur sehingga tidak mengalir arus. Bentuk
gelombang tegangan input (vi) ditunjukkan pada (b) dan arus beban (i) pada
(c) dari gambar 1.
Resistansi dioda pada saat ON (mendapat bias maju) adalah Rf, yang
umumnya nilainya lebih kecil dari RL. Pada saat dioda OFF (mendapat bias
mundur) resistansinya besar sekali atau dalam pembahasan ini dianggap tidak
terhigga, sehingga arus dioda tidak mengalir atau i = 0. Arus yang mengalir
ke beban (i) terlihat pada gambar (c) bentuknya arus searah (satu arah) yang
harga rataratanya tidak sama dengan nol seperti pada arus bolak-balik.

Dalam perencanaan rangkaian penyearah, hal penting untuk diketahui adalah


harga tegangan maksimum yang diijinkan terhadap dioda. Tegangan
maksimum ini sering disebut PIV (peak- nverse voltage) atau tegangan
puncak balik. Hal ini karena pada saat diode mendapat bias mundur (balik)
maka tidak arus yang mengalir dan semua tegangan dari sekunder trafo
berada pada dioda.
Formulasi yang digunakan pada penyearah setengah gelombang sebagai
berikut:
b. Full-wave center-tap rectifier (Penyearah Gelombang Penuh dengan
trafo center-tap).
Pada rangkaian penyearah gelombang penuh, seluruh muka gelombang
tegangan input dilewatkan dengan polaritas yang sama (bernilai positif
semuanya). Ada beberapa macam penyearah gelombang penuh. Diantaranya
menggunakan transformator center tap. Gambar di bawah menunjukkan
rangkaian penyearah gelombang penuh dengan menggunakan trafo CT.
Terminal sekunder dari Trafo CT mengeluarkan dua buah tegangan keluaran
yang sama tetapi fasanya berlawanan dengan titik CT sebagai titik tengahnya.
Kedua keluaran ini masing- masing dihubungkan ke D1 dan D2, sehingga saat
D1 mendapat sinyal siklus positip maka D2 mendapat sinyal siklus negatip,
dan sebaliknya.
Dengan demikian, D1 dan D2 hidupnya bergantian. Namun karena arus
i1 dan i2 melewati tahanan beban (RL) dengan arah yang sama, maka iL
menjadi satu arah. Rangkaian penyearah gelombang penuh ini merupakan
gabungan dua buah penyearah setengah gelombang yang hidupnya bergantian
setiap setengah siklus.

Tegangan puncak inverse yang dirasakan oleh dioda adalah sebesar 2Vm.
Pada saat siklus positiF, dimana D1 sedang hidup (ON) dan D2 sedang mati
(OFF), maka jumlah tegangan yang berada pada diode D2 yang sedang OFF
tersebut adalah dua kali dari tegangan sekunder trafo.
c. Bridge Rectifier

Prinsip kerja rangkaian penyearah gelombang penuh sistem jembatan dapat


dijelaskan melalui gambar 3. Pada saat rangkaian jembatan mendapatkan
positip dari siklus sinyal ac, maka :
D1 dan D3 hidup (ON), karena mendapat bias maju
D2 dan D4 mati (OFF), karena mendapat bias mundur sehingga arus
i1 mengalir melalui D1, RL, dan D3.
Apabila jembatan memperoleh siklus negatif, maka :
D2 dan D4 hidup (ON), karena mendapat bias maju
D1 dan D3 mati (OFF), karena mendapat bias mundur sehingga arus
i2 mengalir melalui D2, RL, dan D4.

Dengan demikian, arus yang mengalir ke beban (iL) merupakan penjumlahan


dari dua arus i1 dan i2. Besarnya arus rata-rata pada beban adalah sama
seperti penyearah gelombang penuh dengan trafo CT, yaitu:

Idc = 2Im/p = 0.636 Im

Ketiga jenis rectifier tersebut dapat dirangkum menjadi :

d. Rectifier with filter


Dapat diamati bahwa rangkaian hasil output dari penyearah masih berbentuk
gelombang atau belum menyerupai tegangan DC yang besar maupun arahnya
konstan. Untuk menghasilkan output tegangan yang lebih non-fluktuatif,
digunakan rangkaian penapis, yaitu dengan cara menghubungkan resistor
pada rangkaian penyearah dengan kapasitor secara parallel. Sifat dari diode
akan menghalangi kapasitor untuk proses discharging melalui sumber,
sehingga saat kapasitor terisi penuh, yaitu saat tegangan sumber mencapai
nilai maksimum, kapasitor dan resistor akan terputus dari sumber dan
membentuk rangkaian RC. Proses discharging terjadi pada rangkaian RC, di
mana tegangan output (yang semula mencapai nilai maksimum) akan
berkurang hingga tegangan sumber melebihi tegangan kapasitor dan kembali
terjadi proses charging. Begitu seterusnya sehingga dihasilkan tegangan jatuh
pada resistor yang lebih mulus daripada output dari penyearah gelombang
meskipun masih ada tegangan ripple/riak, yang merupakan fluktuasi tegangan
saat proses charging dan discharging kapasitor.

Gambar 4. Rangkaian sistem penyearah disertai penapis

Untuk mengurangi tegangan ripple, dapat digunakan kapasitor yang


mempunyai nilai kapasitansi yang besar. Penggunaan penyearah gelombang
penuh juga dapat mengurangi nilai tegangan ripple dibandingkan dengan
penyearah setengah gelombang. Selain itu, dapat digunakan rangkaian
regulator untuk mengurangi tegangan riak dan menstabilkan variasi pada
sumber tegangan.
Persamaan tegangan riak dan tegangan output rata-rata dari rangkaian di atas
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

.
=
2.



2
Gambar 5. Tegangan Output dari Rangkaian

B. Alat dan Bahan


PCB lubang transistor 10x10 ------------------------------ 1 buah
Diode ln 4002 ------------------------------------------------ 2 buah
Resistor 47k ------------------------------------------------ 1 buah
Resistor 22k ------------------------------------------------ 1 buah
Resistor 10k ------------------------------------------------ 1 buah
Resistor 3 --------------------------------------------------- 1 buah
Resistor 560 ------------------------------------------------ 1 buah
Kabel (untuk jumper) --------------------------------------- secukupnya
Kapasitor 220 F/35V -------------------------------------- 1 buah
Kapasitor 47 F/25V---------------------------------------- 1 buah
Transistor Fcs 9013 ----------------------------------------- 1 buah
Potensio mono 5k ---------------------------------------- 1 buah
LED ----------------------------------------------------------- 1 buah

C. Analisa Gambar Rangkaian


Gambar diatas merupakan gambar skema rangkaian sistem penyearah gelombang
penuh dan penyedia daya terkendali.Tampak komponen-komponen yang kita
gunakan,pada praktikum ini kita mengacu pada skema rangkaian diatas untuk
merangkai sebuah sistem penyearaha gelombang dan penyedia daya terkendali.

Gambar diatas merupakan gambar pada pcb.Penjelasan untuk gambar diatas adalah
sebagai berikut,untuk lambang-lambang diatas sudah cukup jelas sebagai contoh D1
merupakan dioda,untuk komponen bagian atas disombolkan dengan huruf BCE untuk
meltakkan kak-kaki komponen pada pcb,merupakan komponen transistor, sedangkan
untuk komponen 3 kaki yang disusun diagonal yaitu potensiometer.Titik-titik diatas
menggambarkan letak kakai pada pcb lubang,sedangkan titik yang bernomor yaitu
merupakan lubang untuk kita memasang jumper.
Gambar diatas merupakan gambar dari sisi bagian yang kita solder,garis-garis yang
menhubungkan titik-titk jumper ke titik kaki komponen merupakan jalur yang akan
kita buat dengan cara menyolder poada pcb.

Setelah komponen semua terpasang,kita cocokkan dengan gambar skematik dan juga
gambar komponen pada pcb,setelah semua sudah sesuai, kita melakukan percobaan-
percobaan pada unit 4 ini :
1. Pengujian bentuk gelombang sebelum tapis dipasang.

Sebelum menguji bentuk gelombang pada percobaan kali ini, hubungkan


jumper 1 ke trafo sebelah kiri CT ke angka 9,atau 12,atau 15.Lalu hubungkan
jumper 2 ke trafo sebelah kanan CT ke angka 9,12,atau 15.Sedangkan jumper 3 ke
CT pada trafo sebagai ground.Ambil probe CRO yang berkalibrasi 10x dan
dihidupkan CRO sebagai alat uji.

Gambar diatas merupakan gambar skematik dari pengujian gelombang


sebelum diapasang tapis.Dapat diamati bahwa rangkaian membentuk sistem
penyearah gelombang penuh tanpa penapis kapasitor. Tegangan input yang
bernilai positif akan diteruskan, sementara tegangan yang bernilai negative akan
diteruskan sebagai tegangan bernilai positif, sehingga tegangan yang jatuh pada
resistor hanya mempunyai satu polaritas. Rangkaian ini mengkonversikan
tegangan input AC menjadi tegangan input DC yang bekerja lebih efektif daripada
rangkaian half-wave rectifier, karena selain tegangan rata-ratanya lebih besar, jika
dipasangi penapis kapasitor, tegangan riaknya lebih kecil.
Untuk mengamati besar tegangan V1 dan V2 dengan cara menghubungkan
probe CRO ke jumper 1 dan ground CRO ke jumper .Untuk menguhi tegangan
output dengan menghubungkan probe CRO ke jumper 4 dan ground tetap ke
jumper 3.Pengujian output DC dengan menghubungkan pencolok merah(+) multi
ke jumper 4 dan probe hitam(-) ke jumper 3.
2. Pengujian bentuk gelombang setelah tapis dipasang
Sebelum menguji bentuk gelombang pada percobaan kali ini, hubungkan
jumper 1 ke trafo sebelah kiri CT ke angka 9,atau 12,atau 15.Lalu hubungkan
jumper 2 ke trafo sebelah kanan CT ke angka 9,12,atau 15.Sedangkan jumper 3 ke
CT pada trafo sebagai ground.Ambil probe CRO yang berkalibrasi 10x dan
dihidupkan CRO sebagai alat uji.

Rangkaian di atas adalah rangkaian penyearah dengan penapis yang akan


mengubah gelombang hasil penyearahan dioda menjadi mendekati gelombang DC
yang konstan, memanfaatkan sifat kapasitor sebagai penapis.
Tegangan yang diukur adalah Vout DC1 dengan cara menghubungkan
pencolok merah ke J4,5 dan pencolok hitam ke J3.VoutDC2 dihitung dengan cara
menghubungkan pencolok merah ke J6,7 dan pencolok hitam ke J3.Untuk
pengujian V riak 1 hubungkan probe CRO ke J4,5 dan ground ke J3,sedangkan
untuk pengujian V riak 2 dengan menghubungkan probe CRO ke J6,7 dan ground
tetap di J3.
3. Pengujian bentuk gelombang dengan beban resistor
Sebelum menguji bentuk gelombang pada percobaan kali ini, hubungkan
jumper 1 ke trafo sebelah kiri CT ke angka 9,atau 12,atau 15.Lalu hubungkan
jumper 2 ke trafo sebelah kanan CT ke angka 9,12,atau 15.Sedangkan jumper 3 ke
CT pada trafo sebagai ground.Ambil probe CRO yang berkalibrasi 10x dan
dihidupkan CRO sebagai alat uji.
Pada rangkaian ini, kita akan menambahkan beban pada rangkaian
sebelumnya. Beban akan dipasang parallel dan besarnya akan divariasikan seusai
dengan besar hambatan pada rangkaian yang ada, yaitu: 3 k(RL1), 22k (RL2),
dan 47k(RL3).
Untuk menghubungkan:
a. resistor 3 k ke rangkaian, hubungkan Jumper J6, J7, dan J8

b. resistor 22k ke rangkaian, hubungkan Jumper J6, J7, dan J9

c. resistor 47 k ke rangkaian, hubungkan Jumper J6, J7, dan J10

Tegangan yang diukur adalah Vout DC1 dengan cara menghubungkan


pencolok merah ke J4,5 dan pencolok hitam ke J3.VoutDC2 dihitung dengan cara
menghubungkan pencolok merah ke J6,7 dan pencolok hitam ke J3.Untuk
pengujian V riak 1 hubungkan probe CRO ke J4,5 dan ground ke J3,sedangkan
untuk pengujian V riak 2 dengan menghubungkan probe CRO ke J6,7 dan ground
tetap di J3.
4. Pengujian terhadap penyedia daya terkendali tanpa beban dengan tegangan
output diatur menjadi 5 volt.
Sebelum menguji bentuk gelombang pada percobaan kali ini, hubungkan
jumper 1 ke trafo sebelah kiri CT ke angka 9,atau 12,atau 15.Lalu hubungkan
jumper 2 ke trafo sebelah kanan CT ke angka 9,12,atau 15.Sedangkan jumper 3 ke
CT pada trafo sebagai ground.Ambil probe CRO yang berkalibrasi 10x dan
dihidupkan CRO sebagai alat uji.

Kita menghubungkan Jumper J4, J5, dengan J11, kemudian Jumper J6 dengan
J12, dan Jumper J7 dengan J13. J3 dan J14 pada rangkaian ini bekerja sebagai
terminal output. Kita akan mengatur potensiometer sedemikian rupa sehingga nilai
tegangan outputnya 5 volt.
Rangkaian di atas berfungsi untuk menstabilkan atau mempertahankan level
tegangan yang konstan. Keberadaan transistor menyebabkan arus yang keluar ke
output menjadi lebih stabil karena harus menyesuaikan dengan sifat amplifikasi arus
pada transistor, yaitu arus yang lewat collector merupakan perkalian dari arus yang
lewat base dengan factor penguat .
Besaran yang akan diukur:
Tegangan input DC, dengan cara menghubungkan terminal anoda CRO
ataupun multimeter ke Jumper J4 /J5/J11 dan katoda ke Jumper J3.
Tegangan Output DC, dengan cara menghubungkan terminal anoda CRO
ataupun multimeter ke Jumper J14 dan katoda ke Jumper J3.
5. Pengujian dengan daya Terkendali dengan beban resistor
Sebelum menguji bentuk gelombang pada percobaan kali ini, hubungkan
jumper 1 ke trafo sebelah kiri CT ke angka 9,atau 12,atau 15.Lalu hubungkan
jumper 2 ke trafo sebelah kanan CT ke angka 9,12,atau 15.Sedangkan jumper 3 ke
CT pada trafo sebagai ground.Ambil probe CRO yang berkalibrasi 10x dan
dihidupkan CRO sebagai alat uji.

Pada rangkaian ini, kita akan menambahkan beban pada rangkaian


sebelumnya. Beban akan dipasang parallel dan besarnya akan divariasikan seusai
dengan besar hambatan pada rangkaian yang ada, yaitu: 3 k(RL1), 22k (RL2),
dan 47k(RL3).
Untuk menghubungkan:
a. resistor 3 k ke rangkaian, hubungkan Jumper J6, J7, dan J8
b. resistor 22k ke rangkaian, hubungkan Jumper J6, J7, dan J9
c. resistor 47 k ke rangkaian, hubungkan Jumper J6, J7, dan J10
Besaran yang akan diukur:
Tegangan input DC, dengan cara menghubungkan terminal anoda CRO
ataupun multimeter ke Jumper J4 ,J5,J11 dan katoda ke Jumper J3.
Tegangan Output DC, dengan cara menghubungkan terminal anoda CRO
ataupun multimeter ke Jumper J14 dan katoda ke Jumper J3.
Arus beban dengan cara memutus hubungan antara Jumper J14 dengan
J8,J9,J10, kemudian menghubungkan terminal anoda multimeter ke
Jumper J14 dan katoda ke Jumper J8,J9,J10.
6. Pengujian R1,R2, dan V In DC dengan V output bervariasi
Rangkaian pada pengujian ini sama seperti rangkaian penyedia daya terkendali
tanpa beban. Pada pengujian ini nilai tegangan output akan divariasi, sehingga
nilai hambatan R1 dan R2 pada rangkaian berubah-ubah.
R1 sendiri adalah jumlah antara Rseri dan hambatan antara kaki atas potensio
dengan kaki tengahnya. Sementara R2 adalah hambatan antara kaki tengah
potensio dengan kaki bawahnya.
Tegangan output diatur 5V/7,5V.Pengujian R1 dan R2 dengan melepas
J4,5,11 dan J6,12 kemudian posisikan meter pada ohm.Hubungkan pencolok
merah ke J11 dan pencolok hitam ke titik potensio.Berapa ohm yang ditunjukkan
pada meter sebagai R1 untuk R2 hubungkan pencolok merah ke titik tengah
potensio dan pencolok hitam ke J3.Hubungkan kembali jumper-jumper tersebut
untuk mendapatkan tegangan Output yang berikutnya(pengujian secara berulang).

D. Hasil Pengujian
1. Pengujian bentuk gelombang sebelum tapis dipasang
Tegangan V1 = 35 Volt (CRO)
Tegangan V2 = 45 Volt (CRO)
Tegangan Output = 17 Volt (CRO)
Tegangan Output DC = 12 Volt (multimeter)
Gambar Gelombang V1 :

3,5
Gambar Gelombang V2 :

4,5

Gambar gelombang Vout :

2. Pengujian bentuk gelombang setelah tapis dipasang


Vout DC1 = 13 Volt (multimeter)
Vout DC2 = 9 Volt (multimeter)
V riak1 = 20 Volt (CRO)
V riak2 = 20 Volt (CRO)
Gambar gelombang riak 1 :
Gambar gelombang riak 2 :

3. Pengujian bentuk gelombang dengan beban resistor


a. Dengan beban RL1 3k
Vout DC1 = 16 Volt (multimeter)
Vout DC2 = 0,2mVolt (multimeter)
V riak1 = 1,2 Volt (CRO)
V riak2 = 6 mVolt (CRO)
Gambar gelombang riak 1 :

Gambar gelombang riak 2 :

b. Dengan beban RL2 22k


Vout DC1 = 16 Volt (multimeter)
Vout DC2 = 15 Volt (multimeter)
V riak1 =1 Volt (CRO)
V riak2 = 0,16 Volt (CRO)
Gambar gelombang riak 1 :

Gambar gelombang riak 2 :

c. Dengan beban RL3 47k


Vout DC1 = 16 Volt (multimeter)
Vout DC2 = 15 Volt (multimeter)
V riak1 = 10 Volt (CRO)
V riak2 = 0,16 Volt (CRO)
Gambar gelombang riak 1 :

Gambar gelombang riak 2 :


4. Pengujian penyedia daya terkendali tanpa beban,dengan tegangan output
dapat diatur menjadi 5 Volt.
V in DC = 15,4 Volt (multimeter).
V out = 5 Volt.
V riak in = 0,5 Volt (CRO).
V riak out = 4mVolt (CRO).
Gambar gelombang riak input :

Gambar gelombang riak output :

5. Pengujian penyedia daya terkendali dengan beban resistor


a. RL1 : 3k
V DC 1 = 15,3 Volt (multimeter)
V DC 2 = 8,16 Volt (multimeter)
V riak1 = 0,02 Volt (CRO)
V riak2 = 2mVolt (CRO)
Gambar gelombang riak 1 :
Gambar gelombang riak 2 :

b. RL : 22k
V DC 1 = 15,3 Volt (multimeter)
V DC 2 = 4,7 Volt (multimeter)
V riak1 = 0,08 Volt (CRO)
V riak2 = 4mVolt (CRO)
Gambar gelombang riak 1 :

Gambar gelombang riak 2 :

c. RL3 : 47k
V DC 1 = 15,3 Volt (multimeter)
V DC 2 = 7,6 Volt (multimeter)
V riak1 = 0,06 Volt (CRO)
V riak2 = 4mVolt (CRO)
Gambar gelombang riak 1 :

Gambar gelombang riak 2 :

6. Pengujian R1,R2, dan V in DC dengan Voutput bervarian

Nilai Kompionen yang dipakai


1. Potensio = 5300
2. R seri = 900
3. Kapasitor 1 = 220F/50volt
4. Kapasitor 2 = 47F/25volt
Data Pengamatan

V out (volt) V in DC (volt) R1() R2 ()

3 2,96 - 1090

4 3,90 - -

6 5,95 - -

7 7,12 - -
9 9,08 - -

10 9,98 - -

E. Analisa hasil pengujian


1. Pengujian bentuk gelombang sebelum tapis dipasang
Pada pengujian kali ini digunakan tegangan 15volt sebelah kanan trafo CT dan
15volt sebelah kiri trafo CT.
Vrms = 15 volt
Vpp(V1) = 22 = 22 15 = 42,426
Nilai V1 akan sama dengan V2
Nilai hasil praktikum adalah 35 volt untuk V1 dan 45 volt untuk V2 hasil nya
cukup mendekati,nilai yang seharusnya. Hal ini disebabkan kurang ketelitian
praktikan pada pembacaan hasil di CRO,atau karena Vrms yang terbaca pada trafo
tidak sesuai dengan yang terukur.
Untuk perhitungan Voutput (CRO)
= (2 ) 0,7 = (2 15) 0,7 = 20,513
Nilai hasil praktikum adalah 17 volt,terjadi perbedaan cukup banyak. Hal ini
disebabkan kurang ketelitian praktikan pada pembacaan hasil di CRO,atau karena
Vrms yang terbaca pada trafo tidak sesuai dengan yang terukur.
Untuk Voutput DC
2. 2 20,513
= = = 13,066
3.14

Nilai hasil praktikum adalah 12 volt,terjadi perbedaan tidak jauh. Hal ini
disebabkan kurang ketelitian praktikan pada pembacaan hasil di CRO,atau karena
Vrms yang terbaca pada trafo tidak sesuai dengan yang terukur.
Gambar gelombang V1 dan V2 masih berbentuk gelombang sinusoidal,karena
merupakan tegangan input AC.Sedangkan gambar gelombang output sudah tidak
ada gelombang yang negatif,karena sudah disearahkan oleh fungsi dioda,karena
tegangan yang input sudah disearahkan (menjadi polaritas yang sama) menjadi
gelombang positif.
2. Pengujian bentuk gelombang setelah tapis dipasang
Pada pengujian kali ini digunakan tegangan 15volt sebelah kanan trafo CT dan
15volt sebelah kiri trafo CT.
Vrms = 15 volt
Vpp = 22 = 22 15 = 42,426
= (2 ) 0,7 = (2 15) 0,7 = 20,513
Vpeak = 20,513 Volt
frekuensi = 50 Hz(Frekuensi dari PLN)
R1 = 10k
C1 = 220F
R2 = 1k
C2 = 47 F


= =
1 1 + 2
1+
2

Dengan memasukkan komponen hitungan diatasa kedalam rumus,maka diperoleh:


Vdc 1 : 20,438 Volt
V dc 2 : 20,085 Volt
V riak 1 : 0,09 Volt
V riak 2 : 3,59 Volt
Pada praktikum teramati Vdc1 : 13 volt,Vdc2 : 9 Volt,Vriak1 : 20Volt,Vriak2 : 20
volt,terjadi perbedaan jauh. Hal ini disebabkan kurang ketelitian praktikan pada
pembacaan hasil di CRO dan multimeter,atau karena Vrms yang terbaca pada
trafo tidak sesuai dengan yang terukur.
3. Pengujian bentuk gelombang dengan beban resistor
a. Dengan beban RL 1 : 3k
Vdc 1 = 20,438 Volt
3
Vdc 2 = + 1 = 1+3 20,438 = 15,329 Volt
1
Vriak1 = = = 0,093
21 21

(+1)
Dengan = ++1 = 2857

2 = 1 = 0,9

1,3106 1,3
Dengan = = = 27,65
47
Dengan rumus-rumus seperti itu hasil yang kita dapatkan pada
praktikum,sedikit berbeda dikarenakan kurangnya ketelitian dalam
melakukan praktikum dan komponen yang digunakan kemungkinan kurang
baik.
b. Dengan beban RL2 : 22k
Vdc 1 = 20,438 Volt
22
Vdc 2 = + 1 = 1+22 20,438 = 19,549 Volt
1
Vriak1 = = = 0,093
21 21

(+2)
Dengan Rt = ++2
= 8000
1,3106 1,3
Dengan = = = 27,65
47


2 = 1 = 2,62

Dengan rumus-rumus seperti itu hasil yang kita dapatkan pada
praktikum,sedikit berbeda dikarenakan kurangnya ketelitian dalam
melakukan praktikum dan komponen yang digunakan kemungkinan kurang
baik.

c. Dengan beban RL3 : 47k


Vdc 1 = 20,438 Volt
47
Vdc 2 = + 1 = 1+47 20,438 = 20,012 Volt
1
Vriak1 = = = 0,093
21 21

(+2)
Dengan Rt = ++2
= 2000
1,3106 1,3
Dengan = = = 27,65
47


2 = 1 = 1,2

Dengan rumus-rumus seperti itu hasil yang kita dapatkan pada
praktikum,sedikit berbeda dikarenakan kurangnya ketelitian dalam
melakukan praktikum dan komponen yang digunakan kemungkinan kurang
baik.
4. Pengujian penyedia daya terkendali
a. Pengujian tanpa beban,dengan tegangan output diatur menjadi 5 volt
Dalam rangkaian ini kita tambahkan potensio sebagai pengaturan hambatan.
Tegangan pada emitter dijadikan tegangan output yang diatur menjadi 5 volt
dengan memutar kenop pada potensiometer.Dalam pengujian kali ini untuk
menghitung Vinput DC yaitu tergantung dari inputan tegangan trafo yang kita
gunakan,dalam praktikum ini menggunakan 15 volt,jadi yang terukur nilainya
mendekati 15 volt.Untuk Vout sudah ditentuakn 5 volt.Untuk V riak input dan
Vriak output karena nilainya terlalu kecil sehingga dalam perhitungan sering
diabaikan.
b. Pengujian dengan beban resistor
1. RL : 3K
Untuk Vdc1 sama dengan pengujian tanpa beban diatas.Untuk Vdc2
seperti voutput yang dihasilkan oleh rangkaian tanpa beban.Vdc2 akan
menghasilkan tegangan yang lebih rendah dari Vinput karena ada resistor
dan kapasitor.Untuk Vriak1 dan Vriak2 sama dengan rumus yang
digunakan untuk percobaan dengan tapis dan dipasang beban,namun untuk
nilainya sedikit berubah karena adanya potensio dan transistor sehingga
tegangan keluaran akan lebih stabil.
2. RL : 22K
Untuk VDC1 hasilnya akan sama dengan percobaan sebelumnya,untuk
Vdc2 hasilnya akan lebih kecil daripada Vdc2 sebelumnya.Untuk Vriak1
dan Vriak 2 harganya akan lebih stabil.
3. RL : 47K
Untuk Vdc1 sama dengan pengujian diatas.Untuk Vdc2 seperti voutput
yang dihasilkan oleh rangkaian percobaan sebelumnya.Vdc2 akan
menghasilkan tegangan yang lebih rendah dari Vinput karena ada resistor
dan kapasitor.Untuk Vriak1 dan Vriak2 sama dengan rumus yang
digunakan untuk percobaan dengan tapis dan dipasang beban,namun untuk
nilainya sedikit berubah karena adanya potensio dan transistor sehingga
tegangan keluaran akan lebih stabil,cenderung sama dengan percobaan
sebelumnya.

5. Pengujian R1,R2,Vindc,dan Voutput bervariasi


Sebelumnya kita mengukur komponen yang kita akan gunakan,didapatkan
hasil seperti yang tertera di hasil pengujian.Pada data pengamatan seharusnya
nilai Vindc tidak dipengaruhi dengan bervariasinya Voutput,Voutput dapat
bervariasi karena adanya komponen potensiometer yang dapat kita atur
tegangannya.Karena keterbatasan waktu,kita tidak dapat menyelesaikan
pengamatan untuk R1 dan R2.Pada rangkaian ini seharusnya memenuhi
persamaan-persamaan berikut :

=
VBE = 0,7, maka :
= 0,7
2
=
1 + 2
+ 0,7 2
=
1 + 2

F. Kesimpulan
1. Salah satu jenis rangkaian penyearaha yaitu rectifier dengan transformator center
tap,hal ini yang kita gunakan untuk praktikum pada unit 4 ini.
2. Gelombang yang dihasilkan dari penyearah ini yaitu gelombang positif
saja,setelah melalui penyearahan oleh dioda.
3. Tujuan digunakannya kapasitor yaitu untuk rangkaian filter,dengan ditambahkan
kapasitor maka V riak akan semakin kecil,untuk memperkecil lagi dihubungkan
seri dengan resistor dan kapasitor ke dua,hal itu menyebabkan Vriak 2 akan selalu
lebih kecil dari V riak 1,hal itu terbukti dari hasil praktikum diatas.
4. Sifat khusus pada transistor yang mengatur hubugan antara arus yang lewat basis
dengan arus yang lewat collector menyebabkan tegangan output semakin stabil
atau mempertahankan level tegangan output pada suatu nilai yang konstan.
5. Potensiometer berguna untuk mengatur besaran tegangan output yang diinginkan
dengan cara memutar kenop yang akan memvariasikan nilai hambatannya.
G. Lampiran
1. Faktor riak secara toritis dapat dicari menggunakan rumus:

=
2

Sedangkan untuk Faktor riak setelah dipasang penapis secara rumus adalah sebagai
berikut

=
1 + 2

2. Fungsi dioda dan hambatan sebelum tapis digunakan adalah sebagai penyearah dan
akan menyeleksi tegangan forward biasnya saja, baik setengah gelombang maupun
gelombang penuh ( bergantung pada jumlah dioda yang digunakan).
Sedangkan fungsi tahanan blider adalah untuk mencegah terjadinya short circuit
yang bisa menyebabkan jalur terbakar/putus akibat dari arus yang tak berhingga.

3. Fugsi beberapa komponen pada rangkaian penyedia daya terkendali :


Kapasitor berfungsi untuk menghaluskan gelombang yang sudah disearahkan oleh
dioda agar lebih menyerupai bentuk gelombang DC.
R seri berfungsi untuk mengurangi arus yang lewat agar komponen-komponen
lainnya dapat berfungsi sesuai dengan tegangannya dan tidak merusak komponen-
komponen lain.
Potensio berfungsi sebagai hambatan yang dapat diubah-ubah, dan digunakan untuk
menentukan besar arus yang akan masuk ke basis transistor.
Transistor berfungsi untuk menja
ga agar tegangan keluaran yang dihasilkan oleh collector sesuai dengan rumus =
dan tetap stabil mengikuti rumus tersebut.

4. Berdasarkan hasil percobaan hubungan antara V out dengan V in DC adalah Vin DC


bisa dianggap konstan karena nilainya berkisar di 16 Volt walaupun V out DC
bertambah besar. Hubungan antara V out dengan R 1 adalah semakin besar nilai V
out, nilai R 1 semakin kecil. Hubungan antara V out dengan R 2 adalah semakin besar
nilai V out, nilai R 2 akan semakin membesar.

5. Grafik antara dengan V Out :


Vout

H. Daftar Pustaka
http://www.allaboutcircuits.com/textbook/semiconductors/chpt-3/rectifier-circuits/
http://www.electronics-tutorials.ws/diode/diode_6.html
http://elektronika-dasar.web.id/konsep-dasar-penyearah-gelombang-rectifier/
http://teknikelektronika.com/pengertian-rectifier-penyearah-gelombang-jenis-
rectifier/

Anda mungkin juga menyukai