Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTRONIKA DASAR
JUDUL :
“PENYEARAH GELOMBANG”

TANGGAL PRAKTIKUM : Rabu, 25 November 2020

NAMA : SRI UMMI KHUSNUL KHATIMAH

NIM : 1912441004

KELAS : PENDIDIKAN FISIKA ICP

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada unit 6 ini membahas tentang penyearah gelombang. Penyearah
gelombang sendiri merupakan suatu rangkaian power supply yang berfungsi
untuk mengubah sinyal AC (Bolak-balik) menjadi DC (searah). Pada rangkaian
elektronik suatu sumber tegangan DC yang teratur antara 5 V hingga 30 V.
Dalam beberapa kasus hal ini dapat dilakukan secara langsung oleh baterai atau
sel kering lainnya (misalnya 6 V, 9 V, 12 V), namun dalam kasus lainnya akan
lebih menguntungkan apabila menggunakan sumber AC standar dengan cara
menurunkan atau menyearahkan sinyal bolak-balik PLN dengan sebuah system
penyearah gelombang. Dengan menggunakan dioda sebagai penyearah karena
diode memiliki karakteristik yang hanya melewatkan arus 1 arah dan
menghambat arus.
Ada 2 jenis system penyearah gelombang yang umum yaitu : penyearah
setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh. Untuk penyearah
gelombang penuh (full wave rectifier) atau yang biasa disebut dengan
penyearah jembatan membutuhkan 4 buah diode sehingga menghasilkan kerja
yang baik, Full Wave Rectifier menghasilkan tegangan output yang murni DC
atau memiliki beberapa komponen DC tertentu. Akan tetapi pada rangkaian
penyearah gelombang penuh menghasilkan tegangan DC dengan jumlah riak
(ripple) yang lebih sedikit dibanding dengan penyearah setengah gelombang.
Hal tersebut disebabkan oleh gelombang yang dihasilkan lebih rapat yakni
hasil penggabungan dari siklus sinyal sinus positif dan siklus sinyal sinus
negatif yang telah dibalik menjadi siklus positif.
Sedangkan pada penyearah setengah gelombang hanya membutuhkan 1
dioda. Rangkaian penyearah setengah gelombang memperoleh masukan dari
sekunder trafo yang berupa tegangan berbentuk sinus, vi = Vm Sin wt . Vm
merupakan tegangan puncak atau tegangan maksimum, sedangkan harga yang
tercantum pada sekunder trafo merupakan tegangan efektif yang dapat diukur
dengan menggunakan volt meter. Hubungan antara tegangan puncak Vm
dengan tegangan efektif (Veff) atau tegangan rms.
Prinsip kerja penyearah setengah gelombang bahwa pada saat sinyal input
berupa siklus positif maka dioda mendapat bias maju sehingga arus (i)
mengalir ke beban (RL), dan sebaliknya bila sinyal input berupa siklus negatif
maka dioda mendapat bias mundur sehingga tidak mengalir arus. Bentuk
gelombang tegangan input (vi) dan arus beban (i).
Pada percobaan penyearah gelombang ini akan dibuat rangkaian
penyearah setengah gelombang dan rangkaian penyerah gelombang penuh
menggunakan jembatan dioda dimana masing-masing komponen yang
diganakan yaitu trafo, dioda, resistor, kabel, multimeter, dan kapasitor elko
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menerapkan komponen diode sebagai penyearah
gelombang (?
2. Bagaimanakah cara membuat rancangan bangunan penyearah setengah
gelombang dan gelombang penuh secara sederhana ?
3. Bagaimana menentukan besar riak tegangan dan tegangan keluaran (V output)
hasil penyearah tanpa dan dengan filter ?
C. Manfaat praktikum
1. Mengetahui cara penerapan komponen diode sebagai penyearah
gelombang.
2. Mengetahui cara pembuatan rancangan bangunan penyearah setengah
gelombang dan gelombang penuh secara sederhana.
3. Mengetahui besar riak tegangan dan tegangan keluaran (V output) hasil
penyearah tanpa dan dengan filter
BAB II
LANDASAN TEORI

Penerapan dioda yang paling banyak dijumpai saat ini adalah sebagai
penyearah. Penyearah dapat mengubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah
(DC) (Benhard,2013)
Kerja diode berdasarkan efek penyearahan, yaitu akan melewatkan arus pada
bias forward dan menahan arus pada bias reverse. Ada 2 tipe penyearah yaitu :
1) Penyearah ½ gelombanng (half wafe rectifier)

Gambar 6.1 Penyearah ½ gelombanng (half wafe rectifier)


Sumber : Ahmad,2007
Rangkaian ini merupakan penyearah setengah gelombang dengan tapis
lolos rendah yang berfungsi menghaluskan riak voltase , maka sering disebut
sebagai tapis penghalus (Blocher,2006)
Vs adalah sumber tegangan bolak-balik (AC) yang memiliki pola
tegangam sinusoidal seperti pada persamaan 6.1 berikut :
Vs = Vm Sin w t . . . . . . . . . . . . . . . . persamaan 6.1
Fasa Vs berubah-ubah setiap setengah periode T untuk T/2 yang pertama
Vs berfasa positif pada kisaraan nilai 0<wt<π. Diode on untuk T/2 yang kedua V1
berfasa negative pada kisaran nilai π<wt<2π. Diode of tegangan Vs yang muncul
di R (tegangan jatuh) hanya berlaku yang fasanya positif saja dan disebut sebagai
besaran DC. Nilai yang terukur dapat dinyatakan pada persamaan di bawah
ini(Ahmad,2007)
VDC = Vm / π . . . . . . . . . . . . . . persamaan 6.2
Voltase keluaran akan naik ketika voltase positif trafo tinggi karena pada
waktu kondensator diisi dan voltase akan turun ketika voltase trafo kurang tinggi
atau negative. Selisih voltase output antara puncak atas dan besar voltase paling
rendah (voltase terendah) disebut ripple voltage peak to peak atau voltase riak
dari puncak kepuncak, Vrpp. Voltase DC yang didapatkan bila kapasitansi
kondensator tak terhingga. Klau kapasitansi kondensator tak terhingga, maka
kondensator memang diisi dengan muatan ketika voltase trafo lebih besar
daripada Vo∞ dan dikosongkan ketika voltase trafo lebih kecil. Tetapi perubahan
muatan itu tidak akan menghasilkan voltase Vo∞ hanya tergantung dari voltase
keluaran trafo tanpa beban dari resitivitas dalam pada trafo serta besar resitivitas
beban (Blocher,2006)
Prinsip kerja penyearah setengah gelombang adalah bahwa pada saat
sinyal input berupa siklus positif maka dioda mendapat bias maju sehingga arus
(i) mengalir ke beban (RL), dan sebaliknya bila sinyal input berupa siklus negatif
maka dioda mendapat bias mundur sehingga tidak mengalir arus. Bentuk
gelombang tegangan input (vi) ditunjukkan pada (a) dan arus beban (i) pada (b)
dari gambar 2. (Benhard,2013)

Gambar 6.2 a) gelombang tegangan input (Vi) b) arus beban (i)


Sumber : Benhard,2013
2.) penyearah gelombang penuh (full wave rectifier)
Gambar 6.3 rangkaian penyearah gelombang penuh dengan jembatan
diode
Sumber : Blocher,2006
Rangkaian dengan empat diode dalam skema rangkaian pada gambar 6.3
ini berarti tanpa trafo dan kondensator yang disebut jembatan diioda. Ada IC
dengan rangkaian jembatan diode, berarti empat diode didalam satu IC. IC
tersebut memilliki empat sambungan, dua sambungan untuk voltase bolak-balik,
satu sambungan positif (+) dan satu sambungan negative (-) yang disebut juga
jembatan diode, sama seperti rangkaian yang ada didalamnya (Blocher,2006)
Prinsip kerja rangkaian penyearah gelombang penuh sistem jembatan pada
saat rangkaian mendapatkan bagian positif dari siklus sinyal AC, maka:
 D1 dan D3 hidup (ON), karena mendapat bias maju
 D2 dan D4 mati (OFF), karena mendapat bias mundur
Sehingga arus I1 mengalir melalui D1, RL, dan D3. Sedangkan apabila
rangkaian memperoleh bagian siklus negatif, maka:
 D2 dan D4 hidup (ON), karena mendapat bias maju
 D1dan D3 mati (OFF), karena mendapat bias mundur
Sehingga arus I2 mengalir melalui D2, RL, dan D4 (Benhard,2013)
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Identifikasi Variabel
Kegiatan 1: Penyearah setengah gelombang
1. Variabel manipulasi : Tegangan sumber (V)
2. Variable respon : Tegangan output (V)
3. Variable control : Resistansi (Ω), kapasitansi kapasitor (µF)
Kegiatan 2 : Penyearah gelombang penuh
1. Variable manipulasi : Tegangan sumber (V)
2. Variabel respon : Tegangan output (V)
3. Variable control : Resistansi (Ω), kapasitansi kapasitor (µF)
B. Definisi operasional variabel
1. Resistansi resistor :
Nilai hambatan dari resistor yang digunakan sebagai beban dalam
rangkaian ini. Nilai tersebut ditentukan berdasarkan hasil pembacaan
cincin warna pada resistor. Satuan resistansi resistor adalah ohm (Ω ).
2. Kapasitansi kapasitor :
Tertera pada kapasitor yang digunakan sebagai filter dalam
rangkaian penyearah gelombang ini. Nilai kapasitansi kapasitor ditentukan
berdasarkan keterangan yang tertera pada alat dan memiliki satuan
microfarad(µF).
3. Tegangan sumber :
Nilai tegangan awal yang berasal dari power supply dan
selanjutnya mengalir dalam rangkaian. Tegangan sumber ditentukan
beradasarkan penunjukan yang tertera pada power supply dan memiliki
satuan volt (V).
4. Tegangan output
Tegangan keluaran yang berasal dari dalam rangkaian setelah
penyearahan gelombang oleh dioda berlangsung. Tegangan output
ditentukan berdasarkan jumlah skala yang ditunjukkan pada osisloskop
sinar katoda. Tegangan output memiliki satuan volt (V).
C. Alat dan Bahan
1. Multimeter digital, untuk mengukur Vout pada rangkaian. 1 buah
2. Dioda penyearah, untuk menyearahkan gelombang ac menjadi gelombang
dc 4 buah
3. Kapasitor elektrolit 100 µF dan 47 µF, berfungsi sebagai filter. 2 buah
4. Resistor 1000±5% Ω, berfungsi sebagai regulator tegangan. 1 buah
5. Papan kit, berfungsi sebagai tempat untuk menyusun rangkaian 1 buah
6. Konektor, untuk menghubungkan rangkaian 1 buah
7. Kabel penghubung, untuk menghubungkan rangkaian 3 buah
8. Power supply, sebagai sumber tegangan 1 buah
9. Osiloskop sinar katoda+probe, untuk menampilkan bentuk gelombang 1 set
D. Prosedur Kerja
1. Merangkai kit percobaan seperti pada Gambar berikut di atas papan kit.

2. Menghubungkan input salah satu channel osiloskop dengan terminal input


(Vin) dari rangkaian untuk mendapatkan tampilan gelombang masukan.
Mencatat hasil pengamatan anda ini sebagai nilai tegangan Vin, dan
menggambarkan bentuk gelombangnya di atas kertas grafik.
3. Memindahkan probe osiloskop ke output (Vout) rangkaian untuk
mengamati tampilan keluaran dan mencatat ini sebagai tegangan keluaran
(Vout) dan gambar bentuk gelombangnya
4. Mengukur pula Vout rangkaian dengan menggunakan voltmeter digital.
Mencatat dan bandingkan hasilnya.
5. Mengulangi kegiatan (b) sampai (d) dengan mengubah nilai tegangan
masukan hingga anda peroleh sedikitnya 3 data.
6. Mengulangi kegiatan (b) sampai dengan (e) dengan memparalel
hambatan beban dengan sebuah Kapasitor Elektrolit (Elco) 100 μF/25 V.
7. Melanjutkan kegiatan pengukuran untuk rangkaian penyearah gelombang
penuh berikut.

E. Teknik Analisis Data


1. Menentukan VDC berdasarkan teori untuk penyearah setengah gelombang
tanpa filter dengan menggunakan rumus :
VDC =

2. Menentukan VDC berdasarkan praktikum dengan menggunakan osiloskop


untuk penyearah setengah gelombang tanpa filter dengan menggunakan
rumus :
VDC =

3. Menentukan Vr (p-p) berdasarkan teori untuk penyearah setengah gelombang


dengan filter dengan menggunakan rumus :
Vr (p-p) = Vm

4. Menentukan VDC dengan menggunakan osiloskop berdasarkan praktikum


untuk penyearah setengah gelombang dengan filter dengan menggunakan
rumus :
VDC = Vm - Vr ( )

5. Menentukan VDC untuk penyearah gelombang penuh tanpa filter


berdasarkan teori dengan menggunakan rumus :
VDC = 2

6. Menentukan VDC untuk penyearah gelombang penuh tanpa filter


berdasarkan praktikum menggunakan osiloskop dengan menggunakan
rumus :
VDC =
7. Menentukan persen diff dengan menggunakan rumus :

%diff = | | x 100%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Pembahasan


Tabel pengamatan
RL = 1000 Ω
Tabel 6.1. Penyearah setengah gelombang tanpa filter.
No. Vin (Vp), Volt Vout (Vp), Volt Vdc (DMM), Volt

1 4 2.304 0.904

2 8 5.004 2.204

3 12 7.804 3.404

Tabel 6.2. Penyearah setengah gelombang dengan filter


No Vin (Vp), Vrippel , Volt (Vac) Vdc (DMM), Volt
Volt
C1(10 C2(47 C3(100 C1(10 C2(47 C3(100
μF) μF) μF) μF) μF) μF)

1 4 0.804 0.504 0.204 1.804 2.804 3.004

2 8 2.604 1.104 0.504 4.104 6.204 6.704

3 12 4.204 1.704 0.904 6.404 9.504 10.304

Tabel 6.3 Penyearah gelombang penuh tanpa filter


No. Vin (Vp), Volt Vout (Vp), Volt Vdc (DMM), Volt

1 4 1.204 1.404

2 8 2.704 3.804

3 12 4.204 6.304

Tabel 6.4 Penyearah gelombang penuh dengan filter


No Vin (Vp), Vrippel , Volt (Vac) Vdc (DMM), Volt
Volt C1(10 C2(47 C3(100 C1(10 C2(47 C3(100
μF) μF) μF) μF) μF) μF)

1 4 0.604 0.104 0.0904 0.404 2.404 2.504

2 8 1.404 0.404 0.204 5.104 6.104 6.404

3 12 2.204 0.704 0.404 8.304 9.804 10.104


B. Analisis Data
1. Penyearah setengah gelombang tanpa filter
Untuk Vp = 4V
Berdasarkan teori
Vin = Vp = 4V
Vm = Vp – 0.7
Vm = 4 V – 0.7
Vm = 3.3 V
VDC =

VDC =

VDC = 1.051 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
VOUT = Vp = 2.304 V
VDC =

VDC =

VDC = 0.733 V

%diff = | | x 100%

=| | x 100%

=35.65%
 Multimeter
VDC = 0.904 V

%diff = | | x 100%

=| | x 100%

= 15.03%

Untuk Vp = 8V
Berdasarkan teori
Vin = Vp = 8V
Vm = Vp – 0.7
Vm = 8 V – 0.7
Vm = 7.3 V
VDC =

VDC =

VDC = 2.325 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
VOUT = Vp = 5.004 V
VDC =

VDC =

VDC = 1.593 V

%diff = | | x 100%

=| | x 100%

=37.36%
 Multimeter
VDC = 2.204 V

%diff = | | x 100%

=| | x 100%

= 5.34%
Untuk Vp = 12V
Berdasarkan teori
Vin = Vp = 12V
Vm = Vp – 0.7
Vm = 12 V – 0.7
Vm = 11.3 V
VDC =

VDC =

VDC = 3.599 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
VOUT = Vp = 7.804 V
VDC =

VDC =

VDC = 2.485 V

%diff = | | x 100%

=| | x 100%

=36.61%
 Multimeter
VDC = 3.404 V

%diff = | | x 100%

=| | x 100%

= 5.56%

2. Penyearah setengah gelombang dengan filter


Untuk Vp = 4 V
C1 = 10 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 3.3 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm

= 3.3

= 6.6 V
VDC = Vm - Vr ( )

= 3.3 – 3.3
=0V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
Vr (p-p) = 0.804 V
VDC = Vm - Vr ( )

VDC = 3.3 – 0.402


VDC = 2.898 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 200%
 Multimeter
VDC = 1.804 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 200%

Untuk Vp = 8 V
C1 = 10 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 7.3 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm

= 7.3

= 14.6 V
VDC = Vm - Vr ( )

= 7.3 – 7.3
=0V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
Vr (p-p) = 2.604 V
VDC = Vm - Vr ( )

VDC = 7.3 – 1.302


VDC = 6 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 200%
 Multimeter 0.99925
VDC = 4.104 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 200%
Untuk Vp = 12 V
C1 = 10 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 11.3 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm

= 11.3

= 22.6 V
VDC = Vm - Vr ( )

= 11.3 – 11.3
=0V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
Vr (p-p) = 4.604 V
VDC = Vm - Vr ( )

VDC = 11.3 – 2.302


VDC = 8.998 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 200%
 Multimeter
VDC = 6.404 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 200%
Untuk Vp = 4 V
C1 = 47 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 3.3 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm

= 3.3

= 1.4085 V
VDC = Vm - Vr ( )

= 3.3 – 0.7029
= 2.5971 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
Vr (p-p) = 0.504 V
VDC = Vm - Vr ( )

VDC = 3.3 – 0.252


VDC = 3.048 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 15.9 %
 Multimeter
VDC = 2.804 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 7.6 %
Untuk Vp = 8 V
C1 = 47 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 7.3 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm
= 7.3

= 3.1098 V
VDC = Vm - Vr ( )

= 7.3 – 1.5549
= 5.7451 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
Vr (p-p) = 1.104 V
VDC = Vm - Vr ( )

VDC = 7.3 – 0.552


VDC = 6.748 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 16.05 %
 Multimeter
VDC = 6.204 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 7.6 %
Untuk Vp = 12 V
C1 = 47 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 11.3 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm

= 11.3
= 4.8138 V
VDC = Vm - Vr ( )

= 11.3 – 2.4069
= 8.8931 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
Vr (p-p) = 1.704 V
VDC = Vm - Vr ( )

VDC = 11.3 – 0.852


VDC = 10.448 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 16.07 %
 Multimeter
VDC = 9.504 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 6.64 %
Untuk Vp = 4 V
C1 = 100 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 3.3 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm

= 3.3

= 0.66 V
VDC = Vm - Vr ( )

= 3.3 – 0.33
= 2.97 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
Vr (p-p) = 0.204 V
VDC = Vm - Vr ( )

VDC = 3.3 – 0.102


VDC = 3.198 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 7.3 %
 Multimeter
VDC = 3.004 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 6.25 %
Untuk Vp = 8 V
C1 = 100 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 7.3 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm

= 7.3

= 1.46 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 7.3 – 0.73
= 6.57 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
Vr (p-p) = 0.504 V
VDC = Vm - Vr ( )

VDC = 7.3 – 0.252


VDC = 7.048 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 7.02 %
 Multimeter
VDC = 6.704 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

=5%
Untuk Vp = 12 V
C1 = 100 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 11.3 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm

= 11.3

= 2.62 V
VDC = Vm - Vr ( )

= 11.3 – 1.31
= 9.99 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
Vr (p-p) = 0.904 V
VDC = Vm - Vr ( )

VDC = 11.3 – 0.452


VDC = 10.848 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 8.23%
 Multimeter
VDC = 10.304 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 5.14 %
3. Penyearah gelombang penuh tanpa filter
Untuk Vp = 4 V
Berdasarkan teori
Vin = Vp = 4 V
Vm = Vp – 1.4
Vm = 2.6 V
VDC = 2

VDC = 2

VDC = 1.66 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
VDC =
VDC =

VDC = 2.55 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

%diff = 42.3%
 Multimeter
VDC = 1.404 V

%diff = | | x 100%

=| | x 100%

= 16.7 %
Untuk Vp = 8 V
Berdasarkan teori
Vin = Vp = 8 V
Vm = Vp – 1.4
Vm = 6.6 V
VDC = 2

VDC = 2

VDC = 4.20 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
VDC =

VDC =

VDC = 5.1 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%
%diff = 19.35%
 Multimeter
VDC = 3.804 V

%diff = | | x 100%

=| | x 100%

= 9.89 %
Untuk Vp = 12 V
Berdasarkan teori
Vin = Vp = 12 V
Vm = Vp – 1.4
Vm = 10.6 V
VDC = 2

VDC = 2

VDC = 6.75 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
VDC =

VDC =

VDC = 7.64 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

%diff = 12.37%
 Multimeter
VDC = 6.304 V

%diff = | | x 100%

=| | x 100%
= 6.83 %
4. Penyearah gelombang penuh dengan filter
Untuk Vp = 4 V
C1 = 10 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 2.6 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm

= 2.6 V

= 2.6 V
VDC = Vm - Vr ( )

= 2.6 – 1.3
= 1.3 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
Vr (p-p) = 0.604 V
VDC = Vm - Vr ( )

VDC = 2.6 – 0.302


VDC = 2.298 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 55.4 %
 Multimeter
VDC = 0.404 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%
= 105 %
Untuk Vp = 8 V
C1 = 10 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 6.6 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm

= 6.6 V

= 6.6 V
VDC = Vm - Vr ( )

= 6.6 – 3.3
= 3.3 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
Vr (p-p) = 1.404 V
VDC = Vm - Vr ( )

VDC = 6.6 – 0.702


VDC = 5.898 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

=56.4 %
 Multimeter
VDC = 5.104 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 42.9 %
Untuk Vp = 12 V
C1 = 10 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 10.6 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm

= 10.6 V

= 10.6 V
VDC = Vm - Vr ( )

= 10.6 – 5.3
= 5.3 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
Vr (p-p) = 2.204 V
VDC = Vm - Vr ( )

VDC = 10.6 – 1.102


VDC = 9.498 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 56,7 %
 Multimeter
VDC = 8.304 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 44.1 %
Untuk Vp = 4 V
C1 = 47 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 2.6 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm

= 2.6 V

= 0.546 V
VDC = Vm - Vr ( )

= 2.6 – 0.273
= 2.327 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
Vr (p-p) = 0.104 V
VDC = Vm - Vr ( )

VDC = 2.6 – 0.052


VDC = 2.548 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 9.06 %
 Multimeter
VDC = 2.404 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 3.25 %
Untuk Vp = 8 V
C1 = 47 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 6.6 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm

= 6.6 V

= 1.386 V
VDC = Vm - Vr ( )

= 6.6 – 0.693
= 5.907 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
Vr (p-p) = 0.404 V
VDC = Vm - Vr ( )

VDC = 6.6 – 0.202


VDC = 6.398 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

=7.8 %
 Multimeter
VDC = 6.104 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 3.2 %
Untuk Vp = 12 V
C1 = 47 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 10.6 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm

= 10.6 V

= 2.226 V
VDC = Vm - Vr ( )

= 10.6 – 1.113
= 9.487 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
Vr (p-p) = 0.704 V
VDC = Vm - Vr ( )

VDC = 10.6 – 0.352


VDC = 10.248 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

=7.71 %
 Multimeter
VDC = 9.804 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 0,43 %
Untuk Vp = 4 V
C1 = 100 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 2.6 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm

= 2.6 V

= 0.26 V
VDC = Vm - Vr ( )

= 2.6 – 0.13
= 2.47 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
Vr (p-p) = 0.0904 V
VDC = Vm - Vr ( )

VDC = 2.6 – 0.0452


VDC = 2.5548 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 1.8%
 Multimeter
VDC = 2.504 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 1.7%
Untuk Vp = 8 V
C1 = 100 μF
RL = 1000 Ω
Vm =6.6 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm

= 6.6 V

= 0.66 V
VDC = Vm - Vr ( )

= 6.6 – 0.33
= 6.27 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
Vr (p-p) = 0.204 V
VDC = Vm - Vr ( )

VDC = 6.6 – 0.102


VDC = 6.498 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 3.57 %
 Multimeter
VDC = 6.304 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 0.54 %
Untuk Vp = 12 V
C1 = 100 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 10.6 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm

= 10.6 V

= 1.06 V
VDC = Vm - Vr ( )

= 10.6 – 0.53
= 10.07 V
Berdasarkan praktikum
 Osiloskop
Vr (p-p) = 0.404 V
VDC = Vm - Vr ( )

VDC = 10.6 – 0.202


VDC = 10.398 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 3.2 %
 Multimeter
VDC = 10.104 V

%diff = | | x 100%

%diff = | | x 100%

= 0.33%
C. Pembahasan
Pada kegiatan praktikum kali ini, mengenai Penyearah Gelombang,
dimana diketahui Penyearah merupakan rangkaian elektronika yang berfungsi
menyearahkan gelombang arus listrik. Arus listrik yang semula berupa arus
bolak-balik (AC) jika dilewatkan rangkaian penyearah akan berubah menjadi
arus searah (DC). Pada kegiatan praktikum kali ini, mengenai Penyearah
Gelombang, dimana diketahui Penyearah merupakan rangkaian elektronika
yang berfungsi menyearahkan gelombang arus listrik. Arus listrik yang semula
berupa arus bolak-balik (AC) jika dilewatkan rangkaian penyearah akan
berubah menjadi arus searah (DC).
Pada kegiatan pertama dilakukan percobaan penyearah setengah
gelombang tanpa filter dan nilai VDC yang didapatkan secara teori untuk Vs
4V, 8V dan 12V, sedangkan berdasarkan praktikum untuk pengukuran dengan
menggunakan osiloskop nilai VDC dengan %diff secara berturut-turut.
Sedangkan pengukuran dengan menggunakan DMM nilai VDC yang diperoleh.
Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai praktikum yang
diperoleh tidak jauh berbeda dengan nilai secara teori. Adapun kemungkinan
yang membuat nilai praktikum berbeda dengan teori ialah kurang layaknya
alat yang digunakan dan sebagainya. Lalu untuk percobaan penyearah
setengah gelombang dengan menggunakan filter yang nilainya C 1 = 10μF, C2
= 47 μF dan C3 = 100 μF nilai VDC rata-rata yang diperoleh berdasarkan teori
ialah 0V dan untuk pengukuran menggunakan osiloskop rata-rata nilai VDC
dan pengukuran menggunakan DMM nilai rata-rata VDC.
Pada percobaan kedua penyearah gelombang penuh tanpa filter untuk V S
4V, 8V dan 12V nilai VDC yang diperoleh adalah
Ini berarti semakin besar kapasitas kapasitor, maka semakin kecil
teganganyang dihasilkan dan keluaran akan semakin halus mendekati arus
DC. Semakin besarresistansi yang digunakan maka besar pula nilai tegangan
yang dihasilkan, hal inisesuai dengan fungsi resistansi itu sendiri yaitu sebagai
penghambat atau membatasiarus yang mengalir dalam suatu rangkaian
tertutup yang menyebabkan nilai tegangan berbanding lurus dengan nilai
resistansi. Sedangkan pengaruh adanya resistansi dalamrangkaian penyearah
setengah gelombang yaitu untuk menghambat atau memperkecilarus yang
mengalir, sehingga semakin besar resistansi yang digunakan maka
semakinkecil arus, dan semakin besar tegangan yang dihasilkan, namun pada
praktikum ini nilai tegangan tidak tepat, dimana hasil tegangan dari resistansi
besar menghasilkan tegangan yang lebih kecil dari resistansi yang kecil.
Seharusnya sesuai dengan hukum ohm yakni V = I R, yang artinya nilai
tegangan akan berbanding lurus dengan besarnya hambatan yang
bekerja.Tegangan input dengan arus bolak balik melewati satu dioda
penyearah kemudian pada outputnya tampak melewati “gunung” dari sinyal
sinus danmenghambat fase “lembahnya”. Hal ini mengakibatkan keluaran dari
penyearah setengah gelombang memilii banyak riak (riple) dan membutuhkan
kapasitor yang besra untuk me-“halus”-kannya. Penyearah setengah
gelombang memiliki riak (riple)yang besar pada tegangan DC sehingga
membutuhkan kapasitor yang besar. Fungsi kapasitor pada penyearah setengah
gelombang yaitu untuk menekan riple yang terjadi dari proses penyearahan
dan untuk memperkecil riak tegangan. Filter digunakanuntuk memperkecil
riak tegangan yang berfungsi untuk meloloskan komponen searahdan
mencegah komponen bolak balik. Dengan menambahkan kapasitor
padarangkaian penyearah setengah gelombang ,maka riak akan sangat ditekan
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dioda menyearahkan gelombang dengan cara arus eksternal yang bersifat
positif masuk ke polartias positif pada diode hal ini mengakibatkan
rangkaian hubung singkat sehingga arus dapat lewat dengan setengah
gelombang yang terbentuk dan arus negative dalam hal ini electron masuk
ke kutub polaritas positif diode yang lain sehingga arus tidak dapat lewat
maka tidak terbentuk gelombang (diredam) sehingga terbentuklah
gelombang searah
2. Pada penyearah setengah gelombang menggunakan sebuah dioda yang kaki
anodanya dihubungkan dengan tegangan masuk dan kutub katodanya
sebagai keluaran tegangan. Sedangkan rangkaian penyearah gelombang
penuh menggunakan 4 dioda yang dibuat sebagai fungsi dioda jembatan
(penyearah jembatan)
3. Besar tegangan keluaran pada penyearah tanpa dan dengan filter diperoleh
dengan persamaan yang berlaku untuk penyearah setengah gelombang dan
yang berlaku untuk penyearah gelombang penuh. Kemudian secara
praktikum diperoleh untuk besar tegangan riaknya pada gelombang yang
tampak pada layar osiloskop.
pada rangkaian penyearah gelombang penuh menghasilkan tegangan DC
dengan jumlah riak (ripple) yang lebih sedikit dibanding dengan penyearah
setengah gelombang

B. Saran
1. Untuk praktikan: sebaiknya mengajukan pertanyaan yang kurang
dipahami agar tidak ada kesalahpahaman dan kesulitan dalam mengerjakan
laporan
2. Untuk para asisten: Karena sistem praktikum digunakan secara online atau
dengan cara berbagi video proses pelaksanaan praktikum, sebaiknya
pemateri memahami lebih dalam materi yang akan dipresentasikan karena
terlihat bahwa di beberapa bagian pemateri tidak sangat pandai dalam hal
itu. Diharapkan kedepannya pendamping atau pemateri laboratorium
memperhatikan detail kecil seperti jalur atau kabel yang terhubung.
3. Bagi asisten laboratorium: Apabila ada alat yang tidak berfungsi atau rusak
sebaiknya segera diganti dengan yang baru agar proses praktikum lebih
lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Jayadin, 2007. ELDAS : Ilmu Elektronika. Jayadin wordpress.com


Blocher, Richard, Phys Dipl 2006. Dasar Elektronika : ANDI Yogyakarta
MUHAMMAD, B. I. PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN UNJUK
KERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT) PADA POKOK
BAHASAN PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG DAN
GELOMBANG PENUH KELAS XI JURUSAN
ELEKTRONIKA INDUSTRI.
DOKUMENTASI
LITERATUR

Anda mungkin juga menyukai