ELEKTRONIKA DASAR
JUDUL :
“PENYEARAH GELOMBANG”
NIM : 1912441004
A. Latar Belakang
Pada unit 6 ini membahas tentang penyearah gelombang. Penyearah
gelombang sendiri merupakan suatu rangkaian power supply yang berfungsi
untuk mengubah sinyal AC (Bolak-balik) menjadi DC (searah). Pada rangkaian
elektronik suatu sumber tegangan DC yang teratur antara 5 V hingga 30 V.
Dalam beberapa kasus hal ini dapat dilakukan secara langsung oleh baterai atau
sel kering lainnya (misalnya 6 V, 9 V, 12 V), namun dalam kasus lainnya akan
lebih menguntungkan apabila menggunakan sumber AC standar dengan cara
menurunkan atau menyearahkan sinyal bolak-balik PLN dengan sebuah system
penyearah gelombang. Dengan menggunakan dioda sebagai penyearah karena
diode memiliki karakteristik yang hanya melewatkan arus 1 arah dan
menghambat arus.
Ada 2 jenis system penyearah gelombang yang umum yaitu : penyearah
setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh. Untuk penyearah
gelombang penuh (full wave rectifier) atau yang biasa disebut dengan
penyearah jembatan membutuhkan 4 buah diode sehingga menghasilkan kerja
yang baik, Full Wave Rectifier menghasilkan tegangan output yang murni DC
atau memiliki beberapa komponen DC tertentu. Akan tetapi pada rangkaian
penyearah gelombang penuh menghasilkan tegangan DC dengan jumlah riak
(ripple) yang lebih sedikit dibanding dengan penyearah setengah gelombang.
Hal tersebut disebabkan oleh gelombang yang dihasilkan lebih rapat yakni
hasil penggabungan dari siklus sinyal sinus positif dan siklus sinyal sinus
negatif yang telah dibalik menjadi siklus positif.
Sedangkan pada penyearah setengah gelombang hanya membutuhkan 1
dioda. Rangkaian penyearah setengah gelombang memperoleh masukan dari
sekunder trafo yang berupa tegangan berbentuk sinus, vi = Vm Sin wt . Vm
merupakan tegangan puncak atau tegangan maksimum, sedangkan harga yang
tercantum pada sekunder trafo merupakan tegangan efektif yang dapat diukur
dengan menggunakan volt meter. Hubungan antara tegangan puncak Vm
dengan tegangan efektif (Veff) atau tegangan rms.
Prinsip kerja penyearah setengah gelombang bahwa pada saat sinyal input
berupa siklus positif maka dioda mendapat bias maju sehingga arus (i)
mengalir ke beban (RL), dan sebaliknya bila sinyal input berupa siklus negatif
maka dioda mendapat bias mundur sehingga tidak mengalir arus. Bentuk
gelombang tegangan input (vi) dan arus beban (i).
Pada percobaan penyearah gelombang ini akan dibuat rangkaian
penyearah setengah gelombang dan rangkaian penyerah gelombang penuh
menggunakan jembatan dioda dimana masing-masing komponen yang
diganakan yaitu trafo, dioda, resistor, kabel, multimeter, dan kapasitor elko
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menerapkan komponen diode sebagai penyearah
gelombang (?
2. Bagaimanakah cara membuat rancangan bangunan penyearah setengah
gelombang dan gelombang penuh secara sederhana ?
3. Bagaimana menentukan besar riak tegangan dan tegangan keluaran (V output)
hasil penyearah tanpa dan dengan filter ?
C. Manfaat praktikum
1. Mengetahui cara penerapan komponen diode sebagai penyearah
gelombang.
2. Mengetahui cara pembuatan rancangan bangunan penyearah setengah
gelombang dan gelombang penuh secara sederhana.
3. Mengetahui besar riak tegangan dan tegangan keluaran (V output) hasil
penyearah tanpa dan dengan filter
BAB II
LANDASAN TEORI
Penerapan dioda yang paling banyak dijumpai saat ini adalah sebagai
penyearah. Penyearah dapat mengubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah
(DC) (Benhard,2013)
Kerja diode berdasarkan efek penyearahan, yaitu akan melewatkan arus pada
bias forward dan menahan arus pada bias reverse. Ada 2 tipe penyearah yaitu :
1) Penyearah ½ gelombanng (half wafe rectifier)
A. Identifikasi Variabel
Kegiatan 1: Penyearah setengah gelombang
1. Variabel manipulasi : Tegangan sumber (V)
2. Variable respon : Tegangan output (V)
3. Variable control : Resistansi (Ω), kapasitansi kapasitor (µF)
Kegiatan 2 : Penyearah gelombang penuh
1. Variable manipulasi : Tegangan sumber (V)
2. Variabel respon : Tegangan output (V)
3. Variable control : Resistansi (Ω), kapasitansi kapasitor (µF)
B. Definisi operasional variabel
1. Resistansi resistor :
Nilai hambatan dari resistor yang digunakan sebagai beban dalam
rangkaian ini. Nilai tersebut ditentukan berdasarkan hasil pembacaan
cincin warna pada resistor. Satuan resistansi resistor adalah ohm (Ω ).
2. Kapasitansi kapasitor :
Tertera pada kapasitor yang digunakan sebagai filter dalam
rangkaian penyearah gelombang ini. Nilai kapasitansi kapasitor ditentukan
berdasarkan keterangan yang tertera pada alat dan memiliki satuan
microfarad(µF).
3. Tegangan sumber :
Nilai tegangan awal yang berasal dari power supply dan
selanjutnya mengalir dalam rangkaian. Tegangan sumber ditentukan
beradasarkan penunjukan yang tertera pada power supply dan memiliki
satuan volt (V).
4. Tegangan output
Tegangan keluaran yang berasal dari dalam rangkaian setelah
penyearahan gelombang oleh dioda berlangsung. Tegangan output
ditentukan berdasarkan jumlah skala yang ditunjukkan pada osisloskop
sinar katoda. Tegangan output memiliki satuan volt (V).
C. Alat dan Bahan
1. Multimeter digital, untuk mengukur Vout pada rangkaian. 1 buah
2. Dioda penyearah, untuk menyearahkan gelombang ac menjadi gelombang
dc 4 buah
3. Kapasitor elektrolit 100 µF dan 47 µF, berfungsi sebagai filter. 2 buah
4. Resistor 1000±5% Ω, berfungsi sebagai regulator tegangan. 1 buah
5. Papan kit, berfungsi sebagai tempat untuk menyusun rangkaian 1 buah
6. Konektor, untuk menghubungkan rangkaian 1 buah
7. Kabel penghubung, untuk menghubungkan rangkaian 3 buah
8. Power supply, sebagai sumber tegangan 1 buah
9. Osiloskop sinar katoda+probe, untuk menampilkan bentuk gelombang 1 set
D. Prosedur Kerja
1. Merangkai kit percobaan seperti pada Gambar berikut di atas papan kit.
%diff = | | x 100%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1 4 2.304 0.904
2 8 5.004 2.204
3 12 7.804 3.404
1 4 1.204 1.404
2 8 2.704 3.804
3 12 4.204 6.304
VDC =
VDC = 1.051 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
VOUT = Vp = 2.304 V
VDC =
VDC =
VDC = 0.733 V
%diff = | | x 100%
=| | x 100%
=35.65%
Multimeter
VDC = 0.904 V
%diff = | | x 100%
=| | x 100%
= 15.03%
Untuk Vp = 8V
Berdasarkan teori
Vin = Vp = 8V
Vm = Vp – 0.7
Vm = 8 V – 0.7
Vm = 7.3 V
VDC =
VDC =
VDC = 2.325 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
VOUT = Vp = 5.004 V
VDC =
VDC =
VDC = 1.593 V
%diff = | | x 100%
=| | x 100%
=37.36%
Multimeter
VDC = 2.204 V
%diff = | | x 100%
=| | x 100%
= 5.34%
Untuk Vp = 12V
Berdasarkan teori
Vin = Vp = 12V
Vm = Vp – 0.7
Vm = 12 V – 0.7
Vm = 11.3 V
VDC =
VDC =
VDC = 3.599 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
VOUT = Vp = 7.804 V
VDC =
VDC =
VDC = 2.485 V
%diff = | | x 100%
=| | x 100%
=36.61%
Multimeter
VDC = 3.404 V
%diff = | | x 100%
=| | x 100%
= 5.56%
= 3.3
= 6.6 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 3.3 – 3.3
=0V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
Vr (p-p) = 0.804 V
VDC = Vm - Vr ( )
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 200%
Multimeter
VDC = 1.804 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 200%
Untuk Vp = 8 V
C1 = 10 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 7.3 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm
= 7.3
= 14.6 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 7.3 – 7.3
=0V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
Vr (p-p) = 2.604 V
VDC = Vm - Vr ( )
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 200%
Multimeter 0.99925
VDC = 4.104 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 200%
Untuk Vp = 12 V
C1 = 10 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 11.3 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm
= 11.3
= 22.6 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 11.3 – 11.3
=0V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
Vr (p-p) = 4.604 V
VDC = Vm - Vr ( )
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 200%
Multimeter
VDC = 6.404 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 200%
Untuk Vp = 4 V
C1 = 47 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 3.3 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm
= 3.3
= 1.4085 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 3.3 – 0.7029
= 2.5971 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
Vr (p-p) = 0.504 V
VDC = Vm - Vr ( )
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 15.9 %
Multimeter
VDC = 2.804 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 7.6 %
Untuk Vp = 8 V
C1 = 47 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 7.3 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm
= 7.3
= 3.1098 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 7.3 – 1.5549
= 5.7451 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
Vr (p-p) = 1.104 V
VDC = Vm - Vr ( )
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 16.05 %
Multimeter
VDC = 6.204 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 7.6 %
Untuk Vp = 12 V
C1 = 47 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 11.3 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm
= 11.3
= 4.8138 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 11.3 – 2.4069
= 8.8931 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
Vr (p-p) = 1.704 V
VDC = Vm - Vr ( )
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 16.07 %
Multimeter
VDC = 9.504 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 6.64 %
Untuk Vp = 4 V
C1 = 100 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 3.3 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm
= 3.3
= 0.66 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 3.3 – 0.33
= 2.97 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
Vr (p-p) = 0.204 V
VDC = Vm - Vr ( )
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 7.3 %
Multimeter
VDC = 3.004 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 6.25 %
Untuk Vp = 8 V
C1 = 100 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 7.3 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm
= 7.3
= 1.46 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 7.3 – 0.73
= 6.57 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
Vr (p-p) = 0.504 V
VDC = Vm - Vr ( )
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 7.02 %
Multimeter
VDC = 6.704 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
=5%
Untuk Vp = 12 V
C1 = 100 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 11.3 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm
= 11.3
= 2.62 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 11.3 – 1.31
= 9.99 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
Vr (p-p) = 0.904 V
VDC = Vm - Vr ( )
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 8.23%
Multimeter
VDC = 10.304 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 5.14 %
3. Penyearah gelombang penuh tanpa filter
Untuk Vp = 4 V
Berdasarkan teori
Vin = Vp = 4 V
Vm = Vp – 1.4
Vm = 2.6 V
VDC = 2
VDC = 2
VDC = 1.66 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
VDC =
VDC =
VDC = 2.55 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
%diff = 42.3%
Multimeter
VDC = 1.404 V
%diff = | | x 100%
=| | x 100%
= 16.7 %
Untuk Vp = 8 V
Berdasarkan teori
Vin = Vp = 8 V
Vm = Vp – 1.4
Vm = 6.6 V
VDC = 2
VDC = 2
VDC = 4.20 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
VDC =
VDC =
VDC = 5.1 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
%diff = 19.35%
Multimeter
VDC = 3.804 V
%diff = | | x 100%
=| | x 100%
= 9.89 %
Untuk Vp = 12 V
Berdasarkan teori
Vin = Vp = 12 V
Vm = Vp – 1.4
Vm = 10.6 V
VDC = 2
VDC = 2
VDC = 6.75 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
VDC =
VDC =
VDC = 7.64 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
%diff = 12.37%
Multimeter
VDC = 6.304 V
%diff = | | x 100%
=| | x 100%
= 6.83 %
4. Penyearah gelombang penuh dengan filter
Untuk Vp = 4 V
C1 = 10 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 2.6 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm
= 2.6 V
= 2.6 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 2.6 – 1.3
= 1.3 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
Vr (p-p) = 0.604 V
VDC = Vm - Vr ( )
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 55.4 %
Multimeter
VDC = 0.404 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 105 %
Untuk Vp = 8 V
C1 = 10 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 6.6 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm
= 6.6 V
= 6.6 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 6.6 – 3.3
= 3.3 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
Vr (p-p) = 1.404 V
VDC = Vm - Vr ( )
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
=56.4 %
Multimeter
VDC = 5.104 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 42.9 %
Untuk Vp = 12 V
C1 = 10 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 10.6 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm
= 10.6 V
= 10.6 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 10.6 – 5.3
= 5.3 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
Vr (p-p) = 2.204 V
VDC = Vm - Vr ( )
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 56,7 %
Multimeter
VDC = 8.304 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 44.1 %
Untuk Vp = 4 V
C1 = 47 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 2.6 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm
= 2.6 V
= 0.546 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 2.6 – 0.273
= 2.327 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
Vr (p-p) = 0.104 V
VDC = Vm - Vr ( )
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 9.06 %
Multimeter
VDC = 2.404 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 3.25 %
Untuk Vp = 8 V
C1 = 47 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 6.6 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm
= 6.6 V
= 1.386 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 6.6 – 0.693
= 5.907 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
Vr (p-p) = 0.404 V
VDC = Vm - Vr ( )
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
=7.8 %
Multimeter
VDC = 6.104 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 3.2 %
Untuk Vp = 12 V
C1 = 47 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 10.6 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm
= 10.6 V
= 2.226 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 10.6 – 1.113
= 9.487 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
Vr (p-p) = 0.704 V
VDC = Vm - Vr ( )
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
=7.71 %
Multimeter
VDC = 9.804 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 0,43 %
Untuk Vp = 4 V
C1 = 100 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 2.6 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm
= 2.6 V
= 0.26 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 2.6 – 0.13
= 2.47 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
Vr (p-p) = 0.0904 V
VDC = Vm - Vr ( )
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 1.8%
Multimeter
VDC = 2.504 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 1.7%
Untuk Vp = 8 V
C1 = 100 μF
RL = 1000 Ω
Vm =6.6 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm
= 6.6 V
= 0.66 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 6.6 – 0.33
= 6.27 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
Vr (p-p) = 0.204 V
VDC = Vm - Vr ( )
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 3.57 %
Multimeter
VDC = 6.304 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 0.54 %
Untuk Vp = 12 V
C1 = 100 μF
RL = 1000 Ω
Vm = 10.6 V
f = 50 Hz
Berdasarkan Teori
Vr (p-p) = Vm
= 10.6 V
= 1.06 V
VDC = Vm - Vr ( )
= 10.6 – 0.53
= 10.07 V
Berdasarkan praktikum
Osiloskop
Vr (p-p) = 0.404 V
VDC = Vm - Vr ( )
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 3.2 %
Multimeter
VDC = 10.104 V
%diff = | | x 100%
%diff = | | x 100%
= 0.33%
C. Pembahasan
Pada kegiatan praktikum kali ini, mengenai Penyearah Gelombang,
dimana diketahui Penyearah merupakan rangkaian elektronika yang berfungsi
menyearahkan gelombang arus listrik. Arus listrik yang semula berupa arus
bolak-balik (AC) jika dilewatkan rangkaian penyearah akan berubah menjadi
arus searah (DC). Pada kegiatan praktikum kali ini, mengenai Penyearah
Gelombang, dimana diketahui Penyearah merupakan rangkaian elektronika
yang berfungsi menyearahkan gelombang arus listrik. Arus listrik yang semula
berupa arus bolak-balik (AC) jika dilewatkan rangkaian penyearah akan
berubah menjadi arus searah (DC).
Pada kegiatan pertama dilakukan percobaan penyearah setengah
gelombang tanpa filter dan nilai VDC yang didapatkan secara teori untuk Vs
4V, 8V dan 12V, sedangkan berdasarkan praktikum untuk pengukuran dengan
menggunakan osiloskop nilai VDC dengan %diff secara berturut-turut.
Sedangkan pengukuran dengan menggunakan DMM nilai VDC yang diperoleh.
Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai praktikum yang
diperoleh tidak jauh berbeda dengan nilai secara teori. Adapun kemungkinan
yang membuat nilai praktikum berbeda dengan teori ialah kurang layaknya
alat yang digunakan dan sebagainya. Lalu untuk percobaan penyearah
setengah gelombang dengan menggunakan filter yang nilainya C 1 = 10μF, C2
= 47 μF dan C3 = 100 μF nilai VDC rata-rata yang diperoleh berdasarkan teori
ialah 0V dan untuk pengukuran menggunakan osiloskop rata-rata nilai VDC
dan pengukuran menggunakan DMM nilai rata-rata VDC.
Pada percobaan kedua penyearah gelombang penuh tanpa filter untuk V S
4V, 8V dan 12V nilai VDC yang diperoleh adalah
Ini berarti semakin besar kapasitas kapasitor, maka semakin kecil
teganganyang dihasilkan dan keluaran akan semakin halus mendekati arus
DC. Semakin besarresistansi yang digunakan maka besar pula nilai tegangan
yang dihasilkan, hal inisesuai dengan fungsi resistansi itu sendiri yaitu sebagai
penghambat atau membatasiarus yang mengalir dalam suatu rangkaian
tertutup yang menyebabkan nilai tegangan berbanding lurus dengan nilai
resistansi. Sedangkan pengaruh adanya resistansi dalamrangkaian penyearah
setengah gelombang yaitu untuk menghambat atau memperkecilarus yang
mengalir, sehingga semakin besar resistansi yang digunakan maka
semakinkecil arus, dan semakin besar tegangan yang dihasilkan, namun pada
praktikum ini nilai tegangan tidak tepat, dimana hasil tegangan dari resistansi
besar menghasilkan tegangan yang lebih kecil dari resistansi yang kecil.
Seharusnya sesuai dengan hukum ohm yakni V = I R, yang artinya nilai
tegangan akan berbanding lurus dengan besarnya hambatan yang
bekerja.Tegangan input dengan arus bolak balik melewati satu dioda
penyearah kemudian pada outputnya tampak melewati “gunung” dari sinyal
sinus danmenghambat fase “lembahnya”. Hal ini mengakibatkan keluaran dari
penyearah setengah gelombang memilii banyak riak (riple) dan membutuhkan
kapasitor yang besra untuk me-“halus”-kannya. Penyearah setengah
gelombang memiliki riak (riple)yang besar pada tegangan DC sehingga
membutuhkan kapasitor yang besar. Fungsi kapasitor pada penyearah setengah
gelombang yaitu untuk menekan riple yang terjadi dari proses penyearahan
dan untuk memperkecil riak tegangan. Filter digunakanuntuk memperkecil
riak tegangan yang berfungsi untuk meloloskan komponen searahdan
mencegah komponen bolak balik. Dengan menambahkan kapasitor
padarangkaian penyearah setengah gelombang ,maka riak akan sangat ditekan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dioda menyearahkan gelombang dengan cara arus eksternal yang bersifat
positif masuk ke polartias positif pada diode hal ini mengakibatkan
rangkaian hubung singkat sehingga arus dapat lewat dengan setengah
gelombang yang terbentuk dan arus negative dalam hal ini electron masuk
ke kutub polaritas positif diode yang lain sehingga arus tidak dapat lewat
maka tidak terbentuk gelombang (diredam) sehingga terbentuklah
gelombang searah
2. Pada penyearah setengah gelombang menggunakan sebuah dioda yang kaki
anodanya dihubungkan dengan tegangan masuk dan kutub katodanya
sebagai keluaran tegangan. Sedangkan rangkaian penyearah gelombang
penuh menggunakan 4 dioda yang dibuat sebagai fungsi dioda jembatan
(penyearah jembatan)
3. Besar tegangan keluaran pada penyearah tanpa dan dengan filter diperoleh
dengan persamaan yang berlaku untuk penyearah setengah gelombang dan
yang berlaku untuk penyearah gelombang penuh. Kemudian secara
praktikum diperoleh untuk besar tegangan riaknya pada gelombang yang
tampak pada layar osiloskop.
pada rangkaian penyearah gelombang penuh menghasilkan tegangan DC
dengan jumlah riak (ripple) yang lebih sedikit dibanding dengan penyearah
setengah gelombang
B. Saran
1. Untuk praktikan: sebaiknya mengajukan pertanyaan yang kurang
dipahami agar tidak ada kesalahpahaman dan kesulitan dalam mengerjakan
laporan
2. Untuk para asisten: Karena sistem praktikum digunakan secara online atau
dengan cara berbagi video proses pelaksanaan praktikum, sebaiknya
pemateri memahami lebih dalam materi yang akan dipresentasikan karena
terlihat bahwa di beberapa bagian pemateri tidak sangat pandai dalam hal
itu. Diharapkan kedepannya pendamping atau pemateri laboratorium
memperhatikan detail kecil seperti jalur atau kabel yang terhubung.
3. Bagi asisten laboratorium: Apabila ada alat yang tidak berfungsi atau rusak
sebaiknya segera diganti dengan yang baru agar proses praktikum lebih
lancar.
DAFTAR PUSTAKA