(TKN 213103)
“RANGKAIAN DC-to-HVDC”
(18/425224/TK/46919)
KELOMPOK PRAKTIKUM: A
FAKULTAS TEKNIK
YOGYAKARTA
2021
TUJUAN
1. Memahami cara kerja rangkaian Direct Current (DC) to High Voltage Direct Current
(HVDC).
DASAR TEORI
High Voltage
Dalam kelistrikan, tegangan merupakan beda potensial antara 2 titik yang mampu
menggerakan aliran muatan diantaranya, tegangan dibangkitkan oleh berbagai sumber,
tegangan AC biasanya dibangkitkan dari powerplant sedangkan tegangan DC biasanya
dibangkitkan dari baterai atau melalui proses penyearahan dari AC, berdasar kuatnya,
tegangan dibagi menjadi tegangan rendah, sedang dan tinggi, pengkategorian dan nilai
tegangan berbeda beda tiap lembaga / institusi, contohnya DOE Electrical Safety
Guidelines menetapkan batas tegangan tinggi adalah 600 V sedangkan menurut PLN,
standar Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) memiliki batas tegangan tinggi 30kV,
tegangan tinggi banyak diaplikasikan pada bidang ketekniknukliran, dan fisika partikel,
diantaranya adalah pada detektor radiasi dan pada x-ray generator, selain itu tegangan
tinggi juga dimanfaatkan pada jaringan transmisi daya karena tegangan tinggi memiliki
rugi daya yg lebih rendah dibanding tegangan sedang atau rendah.
Potensiometer
Potensiometer pada dasarnya merupakan salah satu jenis resistor yang resistansinya
bisa diubah ubah sesuai kebutuhan, potensiometer sendiri merupakan kepanjangan dari
potential difference and metering, komponen ini memiliki : tiga kaki terminal,
komponen resistif dan sebuah tuas pengatur ditengahnya, komponen resistif berperan
layaknya resistor tetap, biasanya terbuat dari material karbon, keramik atau campuran
metal, yang menentukan besar kecilnya nilai resistansi adalah pergeseran dari tuas /
wiper.
1. Rotary
Potensiometer yang memiliki jalur resistif berbentuk melingkar, nilai resistansi
diatur dengan memutar wiper
2. Linear / Slider
Memiliki jalur resistif berbentuk linear, variasi resistansi diatur dengan cara
menggeser wiper
3. Trimpot
Resistansi diatur dengan memutar poros menggunakan alat khusus, potensiometer
jenis ini biasanya jarang dilakukan pengaturan nilai resistansinya, tujuan dibuat
model seperti itu adalah agar tidak sembarang orang bisa memutar sehingga tidak
mengganggu / membahayakan setting rangkaian listrik yg menggunakan komponen
trimpot didalamnya
Transistor
Transistor merupakan salah satu komponen elektronika aktif, biasanya komponen ini
digunakan sebagai pembangkit sinyal maupun penguat, komponen ini memiliki 2 jenis
berdasarkan inputnya, yaitu BJT yang menggunakan input berupa arus dan FET yang
menggunakan input berupa medan listrik, kedua medium input tersebut digunakan
komponen untuk mengatur proses rangkaian. pada praktikum, transistor yang akan
digunakan adalah BJT, transistor ini memiliki 3 terminal, terdiri dari 3 lapis
semikonduktor yg disambung, bisa berupa NPN atau PNP dengan variable yg ditengah
berperan sebagai basis, variable pertama dan ketiga berperan sebagai emitor atau
kolektor, memiliki prinsip kerja yang serupa dengan diode dengan sedikit
pengembangan, semikonduktor tipe P ketika dibias maju akan mengalirkan arus
melewati semikonduktor tipe N dan pada kondisi tertentu ketika tegangan bias mundur,
akan terjadi hambatan arus dari N ke P sehingga komponen ini juga memiliki fungsi
sebagai “kran” yg mengatur arus listrik.
Transformator
Transformator merupakan komponen utama pada praktikum ini, karena komponen ini
bisa melipatgandakan tegangan input menjadi tegangan output yang dikehendaki baik
menjadi lebih kecil atau lebih besar, sehingga bisa menciptakan DC to HVDC,
komponen ini berupa dua buah coil yang terlilit pada gandengan inti magnet, komponen
ini bekerja berdasar prinsip elektromagnetik, dimana arah aliran arus listrik akan
menghasilkan medan magnet melingkar yang sesuai dengan kaidah ibu jari, ketika coil
primer dilewati arus listrik, akan menghasilkan medan magnet yang menginduksi coil
sekunder, besarnya tegangan yang mengalir pada coil sekunder bergantung kepada
perbandingan jumlah lilitan primer dan sekunder, digambarkan oleh persamaan :
𝑁2
𝑉2 = 𝑉1 ×
𝑁1
Figure 3. Trafo step down dan step up dilihat dari jumlah lilitan
Trafo step-up digunakan untuk menaikan tegangan sedangkan trafos step down
digunakan untuk menurunkan tegangan
HASIL PRAKTIKUM
Variasi Resistor
1. Rangkaian Multisim
a. VCC 5 Volt
Figure 4. Variasi Resistor 100 kOhm Figure 5.. Variasi Resistor 200 kOhm
Figure 6.Variasi Resistor 300 kOhm Figure 7. Variasi Resistor 400 kOhm
b. VCC 12 Volt
Figure 8. Variasi Resistor 100 kOhm Figure 9. Variasi Resistor 200 kOhm
Figure 10.Variasi Resistor 300 kOhm Figure 11. Variasi Resistor 400 kOhm
60
50
Vpp (Volt)
Vcc 5 V
40
y = 3E-05x + 29.379 Vcc 12 V
30
Linear ( Vcc 5 V)
20 Linear (Vcc 12 V)
10
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
Resistansi (kOhm)
1. Rangkaian Multisim
a. Vcc 5 Volt
b. Vcc 12 Volt
40
Vpp (Volt)
VCC 5 Volt
30
VCC 12 Volt
y = 0.0444x + 0.2183
20 Linear (VCC 5 Volt)
0
0 100 200 300 400 500 600
Lilitan Sekunder
1. Rangkaian Multisim
a. Vcc 5 Volt, Lilitan Primer II 100
Figure 26. Variasi Lilitan Primer II 200 V Figure 27.. Variasi Lilitan Primer II 300 V
Figure 28.. Variasi Lilitan Primer II 400 V Figure 29.. Variasi Lilitan Primer II 500 V
2. Tabel Hasil Pengamatan
3. Grafik
4.875
4.87
4.865
y = -7E-05x + 4.897
4.86
0 100 200 300 400 500 600
Jumlah Lilitan Primer I
6
Vpp
2 y = -0.0117x + 7.9063
0
0 100 200 300 400 500 600
Jumlah Lilitan Primer II
Pada Percobaan pertama, digunakan Rangkaian seperti pada figure 4. digunakan trafo 2P1S
dengan perbandingan P1 : 10, P2 : 10, S1 : 60, variable yang divariasikan pada percobaan ini
adalah nilai resistansi, digunakan nilai resistansi 100kOhm, 200kOhm, 300kOhm dan
400kOhm, berdasarkan simulasi dengan Multisim dan olah grafik dengan Ms. Excel,
didapatkan grafik Resistansi vs Vpp dengan slope yang hampir mendatar untuk nilai Vcc 5V
dan Vcc 12 V, ketika dibuat trendline linear, didapatkan persamaan :
dengan y merupakan variable terikat (Vpp) dan dan x merupakan variable bebas (resistansi),
dapat disimpulkan bahwa perubahan nilai resistansi tidak begitu berpengaruh terhadap nilai
Vpp, dan variasi Vcc 5V dan Vcc 12V tidak berpengaruh terhadap perubahan Vpp terhadap
resistansi, hal ini ditunjukan dengan slope keduanya yg sama (3E-05).
Pada Percobaan kedua, digunakan Rangkaian seperti figure 13. dilakukan variasi lilitan
sekunder sebanyak 200, 300, 400 dan 500 dan variasi Vcc 5V dan 12V, dari Percobaan,
didapatkan grafik hampir linear untuk kedua Vcc, ketika dibuat tendline linear didapatkan
persamaan :
y = 0.0444x + 0.2183 untuk Vcc 5 V dan
y = 0.1017x + 3.4336 untuk Vcc 12 V
dengan y merupakan variable terikat (Vpp) dan x merupakan variable bebas (lilitan), dari
grafik, bisa dilihat bahwa perubahan lilitan sekunder sedikit berpengaruh terhadap Vpp
(ditunjukan oleh slope), dan pada Vcc 12V memiliki slope lebih besar, sehingga bisa
disimpulkan bahwa semakin besar Vcc, maka akan semakin berpengaruh antara hubungan
lilitan sekunder dengan Vpp
Pada Percobaan ketiga, Rangkaian yang digunakan ditunjukan oleh figure.22, dilakukan variasi
pada banyak lilitan primer I dan II, pada grafik menunjukan adanya slope negative pada kedua
variasi lilitan primer I dan II dengan persamaan trendline linear :
KESIMPULAN
1. Tegangan DC to HVDC dihasilkan oleh trafo dengan kelipatan sesuai dengan jumlah lilitan
primer dan sekunder
DAFTAR PUSTAKA
[1] Budiyanto, M., “Mengenal Tegangan Listrik”, Web DTEDI UGM, Juni 2018 [Online].
Available : https://listrik.sv.ugm.ac.id/2018/06/25/mengenal-tegangan-listrik/
[Diakses September 2021]
[3] Alviansyah, Ryan, “Tugas Besar Alat Bantu dan Ukur”, Makalah Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadharma, Kalimalang, 2010
[4] Basri, Irma, Y., Irfan, Dedy, “ Komponen Elektronika”, Padang : Sukabina Press, 2018