Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA NUKLIR

(TKN 213103)

PRAKTIKUM MODUL EN-02

“RANGKAIAN DC-to-HVDC”

ASISTEN PENGAMPU: A’RAF ADI NUGRAHA PUTRA

(18/425224/TK/46919)

TANGGAL PRAKTIKUM : 14 SEPTEMBER 2021

KELOMPOK PRAKTIKUM: A

OLEH: MUHAMMAD ILHAM AKBAR (19/443955/TK/49151)

LABORATORIUM SENSOR DAN SISTEM TELEKONTROL

DEPARTEMEN TEKNIK NUKLIR DAN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2021
TUJUAN
1. Memahami cara kerja rangkaian Direct Current (DC) to High Voltage Direct Current
(HVDC).

2. Mampu merangkai rangkaian DC – to – HVDC.

DASAR TEORI
High Voltage
Dalam kelistrikan, tegangan merupakan beda potensial antara 2 titik yang mampu
menggerakan aliran muatan diantaranya, tegangan dibangkitkan oleh berbagai sumber,
tegangan AC biasanya dibangkitkan dari powerplant sedangkan tegangan DC biasanya
dibangkitkan dari baterai atau melalui proses penyearahan dari AC, berdasar kuatnya,
tegangan dibagi menjadi tegangan rendah, sedang dan tinggi, pengkategorian dan nilai
tegangan berbeda beda tiap lembaga / institusi, contohnya DOE Electrical Safety
Guidelines menetapkan batas tegangan tinggi adalah 600 V sedangkan menurut PLN,
standar Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) memiliki batas tegangan tinggi 30kV,
tegangan tinggi banyak diaplikasikan pada bidang ketekniknukliran, dan fisika partikel,
diantaranya adalah pada detektor radiasi dan pada x-ray generator, selain itu tegangan
tinggi juga dimanfaatkan pada jaringan transmisi daya karena tegangan tinggi memiliki
rugi daya yg lebih rendah dibanding tegangan sedang atau rendah.

Potensiometer
Potensiometer pada dasarnya merupakan salah satu jenis resistor yang resistansinya
bisa diubah ubah sesuai kebutuhan, potensiometer sendiri merupakan kepanjangan dari
potential difference and metering, komponen ini memiliki : tiga kaki terminal,
komponen resistif dan sebuah tuas pengatur ditengahnya, komponen resistif berperan
layaknya resistor tetap, biasanya terbuat dari material karbon, keramik atau campuran
metal, yang menentukan besar kecilnya nilai resistansi adalah pergeseran dari tuas /
wiper.

Figure 1. Potensiometer dan struktur dasar


Potensiometer banyak diaplikasikan pada kontrol volume audio, kontrol posisi aktuator
poros dan transduser pada joystick, potensiometer dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan
mekanisme wipernya, antara lain :

1. Rotary
Potensiometer yang memiliki jalur resistif berbentuk melingkar, nilai resistansi
diatur dengan memutar wiper

Figure 2. (dari kiri ke kanan) potensiometer rotary, slider dan trimpot.

2. Linear / Slider
Memiliki jalur resistif berbentuk linear, variasi resistansi diatur dengan cara
menggeser wiper

3. Trimpot
Resistansi diatur dengan memutar poros menggunakan alat khusus, potensiometer
jenis ini biasanya jarang dilakukan pengaturan nilai resistansinya, tujuan dibuat
model seperti itu adalah agar tidak sembarang orang bisa memutar sehingga tidak
mengganggu / membahayakan setting rangkaian listrik yg menggunakan komponen
trimpot didalamnya

Pada Rangkaian praktikum, potensiometer digunakan untuk mengetahui hubungan


variasi resistansi terhadap tegangan keluaran Vpp, yaitu nilai tegangan setelah melewati
trafo dan terukur pada multimeter.

Transistor
Transistor merupakan salah satu komponen elektronika aktif, biasanya komponen ini
digunakan sebagai pembangkit sinyal maupun penguat, komponen ini memiliki 2 jenis
berdasarkan inputnya, yaitu BJT yang menggunakan input berupa arus dan FET yang
menggunakan input berupa medan listrik, kedua medium input tersebut digunakan
komponen untuk mengatur proses rangkaian. pada praktikum, transistor yang akan
digunakan adalah BJT, transistor ini memiliki 3 terminal, terdiri dari 3 lapis
semikonduktor yg disambung, bisa berupa NPN atau PNP dengan variable yg ditengah
berperan sebagai basis, variable pertama dan ketiga berperan sebagai emitor atau
kolektor, memiliki prinsip kerja yang serupa dengan diode dengan sedikit
pengembangan, semikonduktor tipe P ketika dibias maju akan mengalirkan arus
melewati semikonduktor tipe N dan pada kondisi tertentu ketika tegangan bias mundur,
akan terjadi hambatan arus dari N ke P sehingga komponen ini juga memiliki fungsi
sebagai “kran” yg mengatur arus listrik.

Transformator
Transformator merupakan komponen utama pada praktikum ini, karena komponen ini
bisa melipatgandakan tegangan input menjadi tegangan output yang dikehendaki baik
menjadi lebih kecil atau lebih besar, sehingga bisa menciptakan DC to HVDC,
komponen ini berupa dua buah coil yang terlilit pada gandengan inti magnet, komponen
ini bekerja berdasar prinsip elektromagnetik, dimana arah aliran arus listrik akan
menghasilkan medan magnet melingkar yang sesuai dengan kaidah ibu jari, ketika coil
primer dilewati arus listrik, akan menghasilkan medan magnet yang menginduksi coil
sekunder, besarnya tegangan yang mengalir pada coil sekunder bergantung kepada
perbandingan jumlah lilitan primer dan sekunder, digambarkan oleh persamaan :

𝑁2
𝑉2 = 𝑉1 ×
𝑁1

Transformator dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan perbandingan input dan outputnya,


yaitu trafo step-up dan step-down seperti ditunjukan pada gambar berikut :

Figure 3. Trafo step down dan step up dilihat dari jumlah lilitan

Trafo step-up digunakan untuk menaikan tegangan sedangkan trafos step down
digunakan untuk menurunkan tegangan

Aplikasi HV pada Detektor dan X-ray Generator


Detektor dan x-ray generator memerlukan tegangan tinggi dalam beroperasi, sehingga
Rangkaian DC to HVDC diperlukan untuk menyuplai sumber tegangan tinggi ke
detektor dan x-ray generator, pada detektor, khususnya detektor Isian gas, tegangan
tinggi digunakan untuk menarik elektron dan ion positif yang ada di tabung detektor
hingga arus elektron yg mengalir membentuk pulsa cacah, sedangkan pada x-ray
generator, tegangan tinggi digunakan untuk menarik elektron dari filamen pijar,
tegangan tinggi diperlukan agar elektron dapat terlepas dari filamen dan bisa
menumbuk anoda, sehingga bisa menghasilkan sinar-x.
KOMPONEN RANGKAIAN
1. Transistor BJT 2N3055A 1 buah
2. Dioda 1N4004G 2 buah
3. Potensiometer (pada simulasi digunakan resistor dengan value yg diubah ubah)
4. Ground 1 buah
5. Vcc 5V dan 12 V
6. Transformator 2P1S dan 1P1S
7. Multimeter 1 buah

HASIL PRAKTIKUM

Variasi Resistor
1. Rangkaian Multisim

a. VCC 5 Volt

Figure 4. Variasi Resistor 100 kOhm Figure 5.. Variasi Resistor 200 kOhm

Figure 6.Variasi Resistor 300 kOhm Figure 7. Variasi Resistor 400 kOhm
b. VCC 12 Volt

Figure 8. Variasi Resistor 100 kOhm Figure 9. Variasi Resistor 200 kOhm

Figure 10.Variasi Resistor 300 kOhm Figure 11. Variasi Resistor 400 kOhm

2. Tabel Hasil Pengamatan


Table 1. Hasil Pengamatan Variasi Resistor vs Vpp

No. Variabel Resistor (kOhm) Vcc (Volt) Vpp (Volt)


1. 100 5 29.381
2. 200 5 29.386
3. 300 5 29.388
4. 400 5 29.39
5. 100 12 71.332
6. 200 12 71.337
7. 300 12 71.34
8. 400 12 71.341
3. Grafik

Grafik Resistansi vs Vpp


80
y = 3E-05x + 71.33
70

60

50
Vpp (Volt)

Vcc 5 V
40
y = 3E-05x + 29.379 Vcc 12 V
30
Linear ( Vcc 5 V)
20 Linear (Vcc 12 V)
10

0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
Resistansi (kOhm)

Figure 12. Grafik Resistansi vs Vpp

Variasi Lilitan Trafo Step-Up

1. Rangkaian Multisim
a. Vcc 5 Volt

Figure 13. Variasi Lilitan Sekunder 200

Figure 14.Variasi Lilitan Sekunder 300


Figure 15. Variasi Lilitan Sekunder 400

Figure 16.Variasi Lilitan Sekunder 500

b. Vcc 12 Volt

Figure 17.Variasi Lilitan Sekunder 200

Figure 18.Variasi Lilitan Sekunder 300


Figure 19.Variasi Lilitan Sekunder 400

Figure 20.Variasi Lilitan Sekunder 500

2. Tabel Hasil Pengamatan

Table 2. Variasi Lilitan Sekunder terhadap Vpp

No Lilitan Primer Lilitan Sekunder Nilai Hambatan Vcc (Volt) Vpp


(kOhm) (Volt)
1. 100 200 100 5 9.077
2. 100 300 100 5 13.54
3. 100 400 100 5 17.97
4. 100 500 100 5 22.386
5. 100 200 100 12 22.98
6. 100 300 100 12 34.367
7. 100 400 100 12 45.67
8. 100 500 100 12 53.117
3. Grafik

Grafik Lilitan Sekunder vs Vpp


60
y = 0.1017x + 3.4336
50

40
Vpp (Volt)

VCC 5 Volt
30
VCC 12 Volt
y = 0.0444x + 0.2183
20 Linear (VCC 5 Volt)

10 Linear (VCC 12 Volt)

0
0 100 200 300 400 500 600
Lilitan Sekunder

Figure 21. Grafik Lilitan Sekunder vs Vpp

Variasi Lilitan Trafo Step-Down

1. Rangkaian Multisim
a. Vcc 5 Volt, Lilitan Primer II 100

Figure 22. Variasi Llilitan Primer I 200

Figure 23. Variasi Llilitan Primer I 300


Figure 24.Variasi Llilitan Primer I 400 Figure 25. Variasi Llilitan Primer I 500

b. VCC 12 Volt, Lilitan Primer I 100

Figure 26. Variasi Lilitan Primer II 200 V Figure 27.. Variasi Lilitan Primer II 300 V

Figure 28.. Variasi Lilitan Primer II 400 V Figure 29.. Variasi Lilitan Primer II 500 V
2. Tabel Hasil Pengamatan

No. Lilitan Lilitan Lilitan Nilai Vcc Vpp


Primer 1 Primer II Sekunder Hambatan (Volt) (Volt)
(kOhm)
1. 200 100 100 100 5 4.884
2. 300 100 100 100 5 4.875
3. 400 100 100 100 5 4.868
4. 500 100 100 100 5 4.863
5. 100 200 100 100 12 5.945
6. 100 300 100 100 12 3.964
7. 100 400 100 100 12 2.974
8. 100 500 100 100 12 2.379

3. Grafik

Variasi Lilitan Primer I (VCC 5 Volt)


4.89
4.885
4.88
Vpp

4.875
4.87
4.865
y = -7E-05x + 4.897
4.86
0 100 200 300 400 500 600
Jumlah Lilitan Primer I

Figure 30.Grafik Variasi Lilitan Primer I vs Vpp

Variasi Lilitan Primer II (VCC 12 Volt)


8

6
Vpp

2 y = -0.0117x + 7.9063

0
0 100 200 300 400 500 600
Jumlah Lilitan Primer II

Figure 31. Grafik Variasi Lilitan Primer II vs Vpp


PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan software Multisim, Rangkaian elektronika yang
dibuat adalah rangkaian DC to HVDC, nilai VDC input yang digunakan dibuat variasi 5 V dan
12 V, hal ini sebagai pembanding apabila rangkaian mendapat input VCC yang berbeda maka
seberapa besar outputnya, variasi tegangan dilakukan pada tiap tiap percobaan, terdapat 3
percobaan pada praktikum ini, yaitu : Transformator dengan variasi tegangan, transformator
dengan variasi jumlah lilitan step up dan step down.

Pada Percobaan pertama, digunakan Rangkaian seperti pada figure 4. digunakan trafo 2P1S
dengan perbandingan P1 : 10, P2 : 10, S1 : 60, variable yang divariasikan pada percobaan ini
adalah nilai resistansi, digunakan nilai resistansi 100kOhm, 200kOhm, 300kOhm dan
400kOhm, berdasarkan simulasi dengan Multisim dan olah grafik dengan Ms. Excel,
didapatkan grafik Resistansi vs Vpp dengan slope yang hampir mendatar untuk nilai Vcc 5V
dan Vcc 12 V, ketika dibuat trendline linear, didapatkan persamaan :

y = 3E-05x + 29.379 untuk Vcc 5 V dan


y = 3E-05x + 71.33 untuk Vcc 12 V

dengan y merupakan variable terikat (Vpp) dan dan x merupakan variable bebas (resistansi),
dapat disimpulkan bahwa perubahan nilai resistansi tidak begitu berpengaruh terhadap nilai
Vpp, dan variasi Vcc 5V dan Vcc 12V tidak berpengaruh terhadap perubahan Vpp terhadap
resistansi, hal ini ditunjukan dengan slope keduanya yg sama (3E-05).

Pada Percobaan kedua, digunakan Rangkaian seperti figure 13. dilakukan variasi lilitan
sekunder sebanyak 200, 300, 400 dan 500 dan variasi Vcc 5V dan 12V, dari Percobaan,
didapatkan grafik hampir linear untuk kedua Vcc, ketika dibuat tendline linear didapatkan
persamaan :
y = 0.0444x + 0.2183 untuk Vcc 5 V dan
y = 0.1017x + 3.4336 untuk Vcc 12 V

dengan y merupakan variable terikat (Vpp) dan x merupakan variable bebas (lilitan), dari
grafik, bisa dilihat bahwa perubahan lilitan sekunder sedikit berpengaruh terhadap Vpp
(ditunjukan oleh slope), dan pada Vcc 12V memiliki slope lebih besar, sehingga bisa
disimpulkan bahwa semakin besar Vcc, maka akan semakin berpengaruh antara hubungan
lilitan sekunder dengan Vpp

Pada Percobaan ketiga, Rangkaian yang digunakan ditunjukan oleh figure.22, dilakukan variasi
pada banyak lilitan primer I dan II, pada grafik menunjukan adanya slope negative pada kedua
variasi lilitan primer I dan II dengan persamaan trendline linear :

y = -7E-05x + 4.897 untuk variasi lilitan primer I dan


y = -0.0117x + 7.9063 untuk variasi lilitan primer II,
pada persamaan diatas, didapatkan orde yg terpaut jauh, dimana lilitan II memiliki pengaruh
slope yg jauh lebih besar.
Pada Rangkaian, saat digunakan resistor terlampau kecil, akan menyebabkan arus melonjak
besar sehingga menyebabkan short circuit, apabila resistor terlampau besar, maka tegangan
akan terfokus pada resistor saja, tidak cukup membagi tegangannya pada komponen lain.

KESIMPULAN
1. Tegangan DC to HVDC dihasilkan oleh trafo dengan kelipatan sesuai dengan jumlah lilitan
primer dan sekunder

2. Praktikan mampu merangkai Rangkaian DC to HVDC

DAFTAR PUSTAKA
[1] Budiyanto, M., “Mengenal Tegangan Listrik”, Web DTEDI UGM, Juni 2018 [Online].
Available : https://listrik.sv.ugm.ac.id/2018/06/25/mengenal-tegangan-listrik/
[Diakses September 2021]

[2] Modul Praktikum Elektronika Nuklir, DTNTF UGM, Yogyakarta, 2021

[3] Alviansyah, Ryan, “Tugas Besar Alat Bantu dan Ukur”, Makalah Jurusan Teknik Industri,
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadharma, Kalimalang, 2010

[4] Basri, Irma, Y., Irfan, Dedy, “ Komponen Elektronika”, Padang : Sukabina Press, 2018

Anda mungkin juga menyukai