I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari fungsi ETAP dalam sistem tenaga listrik.
2. Dapat memahami cara pengoperasian program software ETAP.
3. Dapat menggambar diagram saluran tunggal sistem tenaga listrik dan setting
beberapakomponennya pada software ETAP.
Beberapa elemen yang digunakan dalam suatu diagram saluran tunggal adalah:
1. Power Grid merupakan sumber tegangan yang ideal, artinya sumber tegangan yang mampu
mensuplai daya dengan tegangan tetap sekalipun daya yang diserap cukup besar. Power
Grid dapat berupa sebuah generator yang besar, atau sebuah Gardu Induk yang
merupakanbagian dari sebuah sistem tenaga listrik interkoneksi yang cukup besar.
PLTU Unit I
PLTU Unit II
PLTG Unit I
PLTA Unit I
B. Power Grid
ID MVAsc (3-Phase) MVAsc (1-Phase) X/R
Jaringan Transmisi
TET 5 5 20
C. PV Array
PLTS 1; PLTS 2
Manufacturer : Q CELLS
Model : QQ..BBAASSEE 215-230
Series Panel :5
Parallel Panel :4
D. Inverter
kW : 7.78
V : 0,4
Eff : 90 %
PF : 100 %
E. Transformator
ID Vp Vs Nilai Typical Groundin Prim. Sec.
(kV) (kV) MVA Data g Grounding Grounding
Trafo Tng I 13,8 500 9 Z & X/R Resistor 40 Resistor 40
13,8/500 kV - Ω Ω
Trafo Tng II 13,8 500 3,1 Z & X/R Resistor 40 Resistor 40
13,8/500 kV - Ω Ω
Trafo Tng III 13,8 500 6 Z & X/R Resistor 40 Resistor 40
13,8/500 kV - Ω Ω
Trafo Tng I 13,8 150 4 Z & X/R Resistor 40 Resistor 40
13,8/150 kV - Ω Ω
Trafo Interbus 13,8 150 5 Z & X/R Resistor 40 Resistor 40
500/150 kV - Ω Ω
Trafo Tng I 150 20 1 Z & X/R Resistor 40 -
150/20 kV - Ω
Trafo Tng II 150 20 2 Z & X/R Resistor 40 -
150/20 kV - Ω
Trafo Tng III 150 20 0,35 Z & X/R - Resistor 40 -
150/20 kV Ω
Trafo Tng IV 150 20 1,5 Z & X/R - Resistor 40 -
150/20 kV Ω
Trafo Dist. I 20 0,4 0,5 Z & X/R - - Resistor 40
20/0,4 kV Ω
Trafo Dist. II 20 0,4 0,45 Z & X/R - - Resistor 40
20/0,4 kV Ω
Trafo Dist. III 20 0,4 0,1 Z & X/R - - Resistor 40
20/0,4 kV Ω
Trafo Dist. IV 20 0,4 0,4 Z & X/R - - Resistor 40
20/0,4 kV Ω
F. Static Load
ID kVA kV % PF
Load1 60 0,4 100
Load2 30 0,4 100
Load3 50 0,4 100
Load4 6 0,4 95
Load5 6 0,4 95
Load6 6 0,4 95
Load7 100 0,4 100
G. Lumped Load
ID kVA kV % PF
Lump1 230 0,4 85
Lump2 200 0,4 85
Lump3 200 20 85
Lump4 200 20 85
Lump5 200 20 85
Lump6 170 20 85
Lump7 180 20 85
Lump8 350 0,4 85
I. Synchronous Motor
ID HP kV % PF
Syn1 250 20 91,8
J. Transmission Line
ID Length (km)
SUTET I 90
SUTET II 80
SUTT I 50
SUTT II 45
SUTT III 35
SUTT IV 30
SUTT V 30
K. Cable
Length Freq
ID (km) Size Unit kV #C Insul Source Install
(mm2) Syste m (Hz)
SKUTM I 10 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SKUTM II 10 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SKUTM III 12 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SKUTM IV 12 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SKUTM V 10 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SKUTM VI 10 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SKUTM VII 14 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SUTR I 0,200 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SUTR II 0,120 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
SUTR III 0,020 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
SUTR IV 0,020 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
SUTR V 0,250 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
SUTR VI 0,070 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
SUTR VII 0,035 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
Cable1 0,010 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Non-Mag
Cable2 0,010 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Non-Mag
V. GAMBAR RANGKAIAN
Terlampir pada halaman selanjutnya
VI. TEORI TAMBAHAN
Sistem Tenaga Listrik adalah sebuah jaringan komponen terinterkoneksi yang
dirancang untuk mengkonversi energi non-listrik menjadi bentuk energi listrik secara
berkelanjutan/terus-menerus; membawa energi listrik melalui jarak yang berpotensi jauh;
dan mengubah energi listrik menjadi bentuk energi nonlistrik yang dapat digunakan
dengan toleransi kerugian yang sangat kecil. (Charles A. Gross: 1986).
Agar dapat diimplementasikan, sistem ini harus aman, dapat diandalkan,
ekonomis, ramah lingkungan, dan secara sosial dapat diterima. Sistem tenaga dapat
dipandang terdiri dari beberapa sub-sistem, yaitu:
- Pembangkitan (Generation)
- Transmisi (Transmission)
- Subtransmission
- Distribusi: primer, sekunder
- Beban
PLN mengaplikasikan sistem 3-phasa dalam keseluruhan sistem kelistrikannya,
mulai dari pembangkitan, transmisi daya hingga sistem distribusi. Sistem 3-phasa secara
umum lebih ekonomis dalam penghantaran daya listrik, disbanding dengan 1-phasa untuk
ukuran penghantar yang sama karena :
1. Dapat menghantarkan daya listrik yang lebih besar.
2. Dapat mensuplay daya ke beban yang membutuhkan daya listrik besar seperti
motor-motor listrik.
Pembagian Sistem Tenaga Kelistrikan
Sumber:
Sudirham, Sudaryatno. (2012). “ANALISIS SISTEM TENAGA”. Bandung: Darpublic.
Senen, Adri. (2020). “ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK”. Jakarta: IT-PLN
VII. ANALISA
Pada praktikum modul pertama yang berjudul “Diagram Saluran Tunggal (Single Line
Diagram)” dilakukan sebuah percobaan dengan tujuan agar praktikan mampu mempelajari
fungsi ETAP dalam sistem tenaga listrik, praktikan mampu memahami cara pengoperasian
program software ETAP, serta praktikan mampu menggambar diagram saluran tunggal
sistem tenaga listrik dan setting beberapa komponennya pada software ETAP. Praktikum
dilakukan dengan menggunakan sebuah unit PC/Komputer yang dalamnya sudah ter-install
perangkat lunak ETAP.
ETAP merupakan singkatan dari Electric Transient Analysis Program, sebuah software
yang digunakan untuk melakukan simulasi sistem tenaga listrik serta analisa fenomena yang
terjadi pada suatu sistem tenaga listrik. Fenomena yang dimaksud seperti aliran daya listrik
pada sistem tenaga listrik, gangguan-gangguan pada sistem tenaga listrik seperti hubung
singkat, ataupun pengaruh motor starting terhadap kestabilan transien. ETAP merupakan
salah satu software yang dapat digunakan untuk perancangan, simulasi, dan analisa sistem
tenaga listrik, yang dimana ketiga fungsi tersebut sangat penting untuk dipahami bagi para
teknisi listrik dalam mempelajari kondisi real-time sistem kelistrikan suatu wilayah dan
membuat sistem tersebut menjadi semakin andal.
Single Line Diagram atau yang disingkat dengan SLD sangat umum digunakan pada
simulasi dan analisa sistem tenaga listrik, karena Diagram Saluran Tunggal merupakan
notasi yang disederhanakan untuk merepresentasikan sebuah sistem jaringan tenaga listrik
tiga fasa. Sistem Tenaga Listrik yang secara garis besar menggunakan saluran tiga fasa (tiga
saluran untuk masing-masing fasa), disederhanakan penggambarannya menjadi satu buah
saluran, untuk memudahkan pembacaan diagram/aliran daya dan analisa rangkaian. Metode
penyederhanaan ini mirip seperti Teorema Thevenin, menyederhanakan suatu rangkaian
rumit menjadi sebuah rangkaian yang hanya terdiri dari satu buah resistor penghubung ke
beban dan satu buah sumber tegangan yang ekivalen. Tentunya masih ada metode
penyederhanaan lainnya seperti Teorema Norton, yang mana semua metode tersebut
bertujuan untuk menyederhanakan dan memudahkan analisa rangkaian listrik.
Dari praktikum modul pertama ini, dapat dipahami bahwa perancangan sistem tenaga
listrik tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Pada dasarnya, suatu sistem tenaga listrik
dapat digambarkan dengan sebuah rangkaian listrik sederhana yang terdiri dari sebuah
sumber daya/sumber tegangan dan sebuah beban lalu saling dihubungkan dengan sebuah
penghantar dengan nilai resistansi tertentu, dimana sistem ini akan tepat guna apabila beban
menyerap energi listrik yang sesuai dengan jumlah energi listrik yang dihasilkan sumber
daya. Apabila terjadi ketidakseimbangan disalah satu sisi, baik itu sumber daya
menghasilkan energi berlebih ataupun permintaan listrik beban berlebih, maka dapat
dikatakan sistem ini memiliki keandalan yang rendah, tidak menguntungkan dan berpotensi
gagal. Sumber Daya pada kenyataannya adalah Generator Listrik, sebuah komponen yang
menghasilkan energi listrik dari hasil konversi energi non-listrik. Beban pada kenyataannya
adalah konsumen listrik, yang direpresentasikan pada 3 bentuk dasar, yaitu beban resistif,
beban induktif, dan beban kapastif. Beban Resistif adalah golongan beban yang hanya
menyerap daya aktif dan beroperasi pada faktor daya unity, contoh komponen pada ETAP
adalah Static Load. Beban Induktif merupakan golongan beban yang menyerap daya aktif
dan reaktif serta beroperasi pada faktor daya lagging, contoh komponen pada ETAP adalah
Induction Machine. Beban Kapasitif adalah golongan beban yang menyerap daya aktif dan
menyuplai daya reaktif serta beroperasi pada faktor daya leading, contoh komponen pada
ETAP adalah Capacitor Bank. Penghantar Listrik digunakan untuk menghubungkan sumber
daya dengan beban agar penyaluran energi listrik dapat terpenuhi. Namun setiap penghantar
akan memiliki nilai resistansi tertentu, sehingga terjadi susut daya dan jatuh tegangan yang
merupakan kerugian (losses) energi listrik disepanjang penghantar. Semakin jauh jarak
beban dari sumber daya, maka penghantar yang digunakan juga lebih banyak dan lebih
panjang, yang akan membuat susut daya dan jatuh tegangan makin membesar. Untuk itu
sistem penyaluran energi listrik dibagi menjadi 2 sistem yaitu sistem transmisi dan sistem
distribusi, yang dimana pada masing-masing sistem tersebut terdapat pos-pos yang disebut
Gardu. Pos-pos ini berfungsi sebagai tempat pemulihan energi listrik dengan menggunakan
trafo yang akan menaikkan kembali nilai tegangan setelah listrik mengalami jatuh tegangan
sepanjang penghantar. Semakin banyak gardu dan semakin berdekatan jaraknya, maka susut
daya dapat diminimalkan, namun hal ini sulit dicapai karena banyaknya biaya yang
dibutuhkan dalam pembuatan gardu. Pada sistem transmisi, penghantar yang digunakan
adalah konduktor telanjang dan beroperasi pada tegangan diatas 20kV, contoh komponen
pada ETAP adalah Transmission Line. Sedangkan pada sistem distribusi, penghantar yang
digunakan adalah konduktor berisolator dan beroperasi pada tegangan dibawah 20kV,
contoh komponen pada ETAP adalah Cable.
Suatu Sistem Tenaga Listrik terdiri dari Sistem Pembangkitan, Sistem Transmisi, dan
Sistem Distribusi, yang dimana ketiga bagian ini dapat digambarkan pada ETAP dalam
bentuk Single Line Diagram dengan menggunakan beberapa komponen yaitu Synchronous
Generator atau PV Panel System sebagai pembangkit, Lumped Load sebagai representasi
beban campuran, Busbar dan Transformator yang dihubungkan dengan Transmission Line
untuk membentuk sistem transmisi atau dengan Cable untuk membentuk sistem distribusi.
Terdapat juga komponen tambahan yaitu HVCB dan LVCB sebagai komponen proteksi
jaringan listrik, beberapa jenis beban lainnya seperti Synchronous Motor, Induction
Machine, dan Static Load, serta komponen penting lainnya seperti Power Grid, Composite
Network, dan AC Composite Motor yang dapat digunakan untuk menyederhanakan
rangkaian.
Pada modul pertama ini praktikan juga memahami bahwa ada 4 bentuk konfigurasi
jaringan yang dapat digunakan dalam membentuk suatu sistem tenaga listrik, yaitu
Konfigurasi Jaringan Radial, Konfigurasi Jaringan Loop, Konfigurasi Jaringan Spindel,
Konfigurasi Jaringan Tieline.
VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum modul pertama, praktikan dapat mengambil kesimpulan yaitu:
1. ETAP merupakan salah satu software yang dapat digunakan untuk perancangan, simulasi,
dan analisa sistem tenaga listrik, yang dimana ketiga fungsi tersebut sangat penting untuk
dipahami bagi para teknisi listrik dalam mempelajari kondisi real-time sistem kelistrikan suatu
wilayah dan membuat sistem tersebut menjadi semakin andal.
2. Single Line Diagram (Diagram Satu Garis) merupakan notasi yang disederhanakan untuk
merepresentasikan suatu jaringan listrik bersaluran 3 fasa.
3. Suatu Sistem Tenaga Listrik terdiri dari Sistem Pembangkitan, Sistem Transmisi, dan
Sistem Distribusi, yang dimana ketiga bagian ini dapat digambarkan pada ETAP dalam bentuk
Single Line Diagram dengan menggunakan beberapa komponen yaitu Synchronous Generator
atau PV Panel System sebagai pembangkit, Lumped Load sebagai representasi beban
campuran, Busbar dan Transformator yang dihubungkan dengan Transmission Line untuk
membentuk sistem transmisi atau dengan Cable untuk membentuk sistem distribusi. Terdapat
juga komponen tambahan yaitu HVCB dan LVCB sebagai komponen proteksi jaringan listrik,
beberapa jenis beban lainnya seperti Synchronous Motor, Induction Machine, dan Static Load,
serta komponen penting lainnya seperti Power Grid, Composite Network, dan AC Composite
Motor yang dapat digunakan untuk menyederhanakan rangkaian.
IX. REPORT
Terlampir pada halaman selanjutnya.
X. TUGAS AKHIR
Terlampir pada halaman selanjutnya
XI. PERTANYAAN
1. Pada rangkaian yang Anda buat, konfigurasi rangkaian apa yang Anda pakai? Dan
berikan alasan Anda memakai konfigurasi itu!
2. Pada rangkaian yang Anda buat, mode generator apa yang dipakai? Jelaskan definisi
mode operasi generator Swing, Voltage Control, Mvar Control, dan PF Control!
3. Pada rangkaian yang Anda buat, jenis saluran apa saja yang Anda pakai? Dan berikan
alasan!
4. Jelaskan perbedaan Power Grid dan Generator!
5. Jelaskan perbedaan Transmission Line dan Cable!
Jawaban:
1. Konfigurasi yang digunakan adalah Jaringan Konfigurasi Spindel. Alasannya adalah
Konfigurasi ini merupakan gabungan dari Konfigurasi Radial dan Konfigurasi Loop, yang
memiliki karakteristik yaitu adanya Express Feeder dan memiliki keunggulan yaitu keandalan
yang tinggi.
2. Mode Generator yang digunakan adalah Mode PF Control.
- Mode Swing adalah mode generator dengan nilai sudut rotor/sudut torsi/phase angle yang
dapat diatur agar bisa memenuhi kekurangan daya pada sistem ketika beban puncak.
- Mode MVar Control adalah mode generator dengan nilai daya reaktif yang dapat diatur,
sehingga daya reaktif dapat disuplai pada angka tertentu sesuai kebutuhan
- Mode Voltage Control adalah mode generator dengan nilai tegangan yang dapat diatur,
disebabkan adanya pengaturan AVR, sehingga tegangan dapat dihasilkan pada angka tertentu
sesuai kebutuhan.
- Mode PF Control adalah mode generator dengan nilai faktor daya yang dapat diatur
disebabkan adanya pengaturan eksitasi, sehingga porsi daya aktif dan reaktif dapat
disesuaikan untuk menghasilkan faktor daya pada angka tertentu sesuai kebutuhan.
3. Seperti pada umumya, untuk merepresentasikan saluran transmisi digunakan komponen
transmission line, dan untuk merepresentasikan saluran distribusi digunakan komponen cable.
Dalam penerapan lapangan, transmission line dapat berupa SUTET dan SUTT, sedangkan
cable dapat berupa SKUTM dan SUTR. Pada rangkaian terdapat SUTET karena adanya
jaringan yang beroperasi pada tegangan 500kV, terdapat SUTT karena adanya jaringan yang
beroperasi pada tegangan 150kV, terdapat SKUTM karena adanya jaringan yang beroperasi
pada tegangan 20kV, dan terdapat SUTR karena adanya jaringan yang beroperasi pada
tegangan 0,4kV. Tentunya penggunaan tipe penghantar akan beragam tergantung pada
keragaman nilai tegangan yang dioperasikan, letak penggunaan penghantar nya apakah berada
di sistem transmisi atau distribusi, serta panjang penghantarnya pada kondisi lapangan. Jika
semakin panjang maka konduktor telanjang lebih cocok digunakan untuk mengurangi biaya
isolator. Jika semakin dekat dengan makhluk hidup maka konduktor berisolator lebih cocok
digunakan untuk memproteksi saluan dan makhluk hidup, sehingga agar lebih aman.
4. Power Grid adalah sumber tegangan yang ideal yang mampu menyuplai daya dengan
tegangan tetap sekalipun daya yang diserap cukup besar. Power Grid merupakan kumpulan
jaringan sistem tenaga listrik yang dapat berupa sebuah generator yang besar, atau sebuah
Gardu Induk yang merupakan bagian dari sebuah sistem tenaga listrik interkoneksi yang
cukup besar.
Sedangkan Generator adalah sumber tegangan yang tidak ideal dimana tegangan akan turun
ketika beban yang ditanggung melebihi kemampuan generator, dan suplai daya yang diberikan
hanya terbatas pada jumlah kapasitas generator. Generator merupakan sistem pembangkitan
tenaga listrik, dan bukan merupakan kumpulan jaringan sistem tenaga listrik interkoneksi
yang besar.
5. Transmission Line adalah saluran angkut listrik yang digunakan pada jaringan transmisi,
berupa konduktor telanjang dan beroperasi pada sistem bertegangan diatas 20kV. Sedangkan
Cable adalah saluran angkut listri yang digunakan pada jaringan distribusi, berupa konduktor
berisolator dan beroperasi pada sistem bertegangan dibawah 20kV.
MODUL II
ANALISA ALIRAN DAYA
(LOAD FLOW ANALYSIS)
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari konsep dan tujuan analisa aliran daya dalam sistem tenaga listrik.
2. Menganalisa masalah-masalah aliran daya pada sistem tenaga listrik.
Pada praktikum ini, solusi analisis aliran daya diperoleh dengan menggunakan program
komputer khusus untuk keperluan ini (pada praktikum ini digunakan ETAP, untuk mengerti
detail formula perhitungan aliran daya, praktikan disarankan untuk membaca buku teks mengenai
analisis sistem tenaga). Permasalahan mendasar yang dipecahkan dengan studi aliran daya ini
adalah menemukan aliran daya pada setiap saluran dan trasformator di jaringan, serta besar
tegangan dan sudut phasa pada setiap busbar di jaringan, setelah data konsumsi daya pada titik-
titik beban dan produksi daya pada sisi generator diketahui.
Bus slack menyediakan atau menyerap daya aktif dan reaktif ke dan dari saluran transmisi untuk
menyediakan kerugian, karena variabel ini tidak diketahui sampai solusi akhir ditetapkan. Bus
slack adalah satu-satunya bus yang sudut fasa referensi sistemnya ditentukan. Dari sini, berbagai
perbedaan sudut dapat dihitung dalam persamaan aliran daya. Jika bus slack tidak ditentukan,
maka bus generator dengan daya nyata maksimum |P| bertindak sebagai bus kendur. Skema
yang diberikan dapat melibatkan lebih dari satu slack bus.
Diketahui Dihi
Jenis Bus
tung
Slack/Swig V, δ P, Q
Beban P, Q V, δ
Generator V, P Q, δ
Untuk melakukan kalkulasi aliran daya, terdapat 3 metode yang biasa digunakan:
1. Sistem Gauss-Seidel– Seidel Method
Sistem Gauss-Seidel adalah salah satu jenis analisis yang paling umum. Keunggulan dari sistem
ini adalah kesederhanaannya dalam pengoperasian, daya komputasi yang diperlukan terbatas,
dan waktu penyelesaian yang lebih sedikit. Namun, tingkat konvergensinya yang lambat
menghasilkan banyak iterasi. Jumlah bus yang lebih banyak meningkatkan iterasi ini.
2. Metode Newton–Raphson
Metode Newton-Raphson adalah metode yang lebih canggih, menggunakan konvergensi
kuadrat, dan dapat digunakan untuk situasi yang lebih kompleks. Metode ini membutuhkan
lebih sedikit iterasi untuk mencapai konvergensi, dan oleh karena itu juga membutuhkan lebih
sedikit waktu komputer. Ini juga lebih akurat karena kurang sensitif terhadap faktor-faktor
rumit seperti pemilihan bus kendur atau transformator regulasi. Salah satu kelemahannya adalah
pemrograman
Jika :
Untuk I, k = 1, 2, 3, ... , n
G = Konduktansi
B = Suseptansi
Y = Admitansi Daya
pada bus ke-i adalah [2]:
Untuk I, k = 1, 2, 3, …, n Besaran per unit (p.u) didefinisikan sebagai perbandingan harga yang
sebenarnya dengan harga dasar ( Base value ) :
Adanya drop voltage maka akan mempengaruhi besar daya yang diterima dan terjadi rugi- rugi
daya (Plooses) yang dirumuskan dengan:
Plooses = I2.R
Dimana :
Plooses : Rugi-rugi daya (W)
I = Arus (A)
R = Hambatan (Ohm)
Qlooses = I2.X
Dimana :
Qlooses = Rugi-rugi daya (W) I = Arus (A)
X = Reaktansi (Ohm)
IV. LANGKAH PERCOBAAN
1. Gambarkan model one line diagram lanjutan dari modul 1
(5.1)
Dari bus ke-i ini mengalir daya ke dua jurusan; yang pertama adalah aliran daya langsung ke
beban yang terhubung ke bus ini dan yang kedua adalah aliran daya menuju saluran transmisi.
Daya yang langsung menuju beban adalah
(5.2)
dan daya yang menuju saluran transmisi menjadi
(5.3)
ii) Bus yang tidak terhubung ke generator tetapi terhubung hanya ke beban disebut bus-
beban (load bus). Dari bus-beban ke-j (nomor bus j) mengalir daya menuju ke beban sebesar
SBj atau kita katakan daya mengalir menuju saluran transmisi sebesar
(5.4)
iii) Jika kita hanya memperhatikan daya sumber dan daya beban, teorema Tellegen tidak
akan terpenuhi karena masih ada daya keluar dari rangkaian yang tidak diketahui yaitu daya
yang diserap oleh saluran dan transformator. Oleh karena itu, untuk keperluan analisis, jika
tegangan semua bus-beban diketahui, baik melalui dugaan maupun ditetapkan, tegangan bus-
generator juga harus dapat ditetapkan kecuali satu di antaranya yang dibiarkan mengambang;
bus mengambang ini disebut slack bus. Slack bus seolah berfungsi sebagai simpul sumber
tegangan bebas dalam analisis rangkaian listrik yang biasa kita kenal. Dengan cara ini maka
teorema Tellegen akan bisa dipenuhi.
Karena relasi linier hanya ada pada tegangan dan arus, tidak pada daya, maka persamaan aliran
daya harus diturunkan melalui persamaan arus dan tegangan terlebih dulu. Selain itu, karena
kita menggunakan sistem per-unit, impedansi transformator dapat disatukan dengan impedansi
generator sehingga transformator tak digambarkan lagi dalam diagram satu garis untuk analisis
ini.
Sistem Dengan Dua Bus. Kita tinjau bus-1 (bus-generator nomer-1) yang terhubung melalui
saluran transmisi ke bus-2 (bus-generator nomer-2). Diagram satu garis dan model satu-fasa
terlihat pada Gb.5.1. dan Gb.5.2.
(5.5.a)
dengan y12 = 1/z12 adalah admitansi transfer antara bus-1 dan bus-2
Admitansi total yang dilihat oleh bus-1 didefinisikan sebagai
(5.5.c)
Dengan pengertian ini maka relasi (5.5.a) dapat ditulis
(5.6.a)
Dengan pengertian yang sama, kita peroleh relasi untuk bus-2 sebagai
(5.6.b)
Dengan demikian kita memperoleh persamaan untuk sistem dengan dua bus (dengan mengbah
urutan penulisan pada (5.6.b))
(5.7)
Sistem Dengan Tiga Bus. Untuk sistem dengan tiga bus, relasi (5.7) dikembangkan menjadi
(5.8.a)
Secara formal, penulisan persamaan (5.8.a) adalah
(5.8.b)
Dengan Yij = -yij. Persamaan (5.8.b) dapat kita tuliskan dalam bentuk matriks sebagai
(5.9)
Sistem Dengan n Bus. Persamaan untuk sistem dengan tiga bus (5.9) dikembangkan untuk
sistem dengan n bus menjadi
(5.10.a)
Persamaan (5.10.a) ini dapat kita tulis dengan ringkas:
(5.10.b)
Persamaan Aliran Daya
Untuk menurunkan persamaan aliran daya kita perhatikan arus yang mengalir ke saluran
transmisi (tidak termasuk arus ke beban langsung). Untuk bus ke-i dalam sistim dengan n bus,
kita dapatkan
(5.11)
Dengan (5.11) ini kita dapat menghitung daya dari bus-i yang menuju saluran transmisi, yaitu
(5.12)
(5.13)
Perhatikan bahwa Si adalah daya yang mengalir ke saluran transmisi. Hubungan dengan daya
generator bisa diperoleh melalui relasi (5.3) yaitu
(5.14)
Persamaan (5.14) adalah dua persamaan yang kita peroleh untuk setiap bus-i. Dalam persamaan
ini terdapat enam besaran peubah yang terkait dengan bus yang bersangkutan, yaitu
(5.15)
Besaran yang lain adalah peubah di luar bus-i.
Jika bus-i adalah bus-generator, maka sebagian besaran yang terdapat pada persamaan (5.14)
merupakan besaran yang diketahui atau ditentukan:
- PBi dan QBi adalah daya beban yang diketahui.
- PGi merupakan besaran yang diketahui karena daya nyata ini bisa ditentukan dengan mengatur
masukan uap di turbin misalnya.
- Vi juga tertentu besarnya karena bisa di atur melalui arus eksitasi.
- QGi walaupun tidak diketahui namun, akan tertentu besarnya jika tegangan dan sudut fasa di
bus yang lain diketahui.
- dengan demikian hanya tinggal satu peubah yang harus
dihitung yaitu ψi.
Jika bus-i adalah bus-beban, tak ada generator terhubung ke sini; PGi dan QGi bernilai nol, dan
Pi = -PBi dan Qi = -QBi keduanya diketahui (tanda minus pada PBi dan QBi diberikan karena daya
dianggap mengalir ke saluran). Dengan demikian untuk bus-beban hanya ada dua besaran
peubah yang harus dihitung yaitu Vi dan ψi.
Jadi di setiap bus pada dasarnya hanya ada dua atau satu peubah yang harus dicari, yaitu Vi dan
ψi di bus-beban dan ψi saja di bus-generator. Dalam satu jaringan transmisi yang terdiri dari
total n bus, dengan nG bus-generator dan satu slack-bus, terdapat besaran yang harus dihitung
sebanyak
(5.16)
Kebanyakan bus dalam sistem tenaga adalah bus-beban; hanya sebagian kecil dari total jumlah
bus merupakan bus-generator.
Sumber:
Sudirham, Sudaryatno. (2012). “Analisis Sistem Tenaga”. Bandung: Darpublic.
VII. DATA PENGAMATAN
Tabel 2.1 Analisa Aliran Daya pada Bus dengan Metode Newton Raphson
Adaptive Newton Raphson
No Bus Precision = 0.0001
kV Angle (o) Mag (%)
1 GI KIT 1A 13,8 0,3 100,255
2 GITET 500 0,0 100
3 GI I 150 -1,4 98.509
4 GI III 150 -1,5 98.370
5 BUS BEBAN IX 0,4 -5,5 86.58
Jumlah Iterasi =3
Losses = 0,0762 MW, -0,6079 MVAR
Tabel 2.2
Busbar (MW) (MVAR) (kA) (kV)
GI KIT IIA – GI
0,3 0,13 0,0137 13,8
KIT II
GI I – GI IA 0,257 0,134 0,0011 150
GI IA – BUS
0,253 0,126 0,4141 0,4
BEBAN
GI III – GI IIIA 0,313 0,207 0,0015 150
GI IIIA – BUS
0,309 0,191 0,0011 20
BEBAN VII
VIII. PENGOLAHAN DATA
Qlosses = 3. I2. X . l
Qlosses = 3. (11 A)2. 0,0898 Ω . 10 km
Qlosses = 325,974 var = 0,325974 kvar
2. SUTR V
Diket :
I = 663 A X = 0,071 Ω
R = 0,064 Ω l = 0,25 km
Ditanya : Plosses & Qlosses
Dijawab : Plosses = 3. I2. R . l
Plosses = 3. (663 A)2. 0,064 Ω . 0,25 km
Plosses = 21099,31 W = 21,09931 kW
Qlosses = 3. I2. X . l
Qlosses = 3. (578 A)2. 0,071 Ω. 0,25 km
Qlosses = 23407,049 var = 23,407049 kvar
Jatuh tegangan saluran distribusi di SKUTM V dan SUTR V
A. 𝑆𝐾𝑈𝑇𝑀 𝑉
Diket :
I = 11 A X = 0,0898 Ω
R = 0,064 Ω l = 10 km
cos 𝜃 = 0,8498
Ditanya : Vd
Dijawab :
cos −1 𝜃 = 31,81 °
sin 𝜃 = sin 31,81 ° = 0,5271
𝑉𝑑 = √3 𝐼 𝑍
𝑉𝑑 = √3. 𝐼(𝑅 cos 𝜃 + 𝑋 sin 𝜃). 𝐼
𝑉𝑑 = √3. 11 𝐴(0,064 𝛺. 0,8498 +0,0898 𝛺. 0,5271) . 10 𝑘𝑚
𝑉𝑑 = 19,38 𝑉
B. 𝑆𝑈𝑇𝑅 𝑉
Diket :
I = 663 A X = 0,071 Ω
R = 0,064 Ω l = 0,25 km
cos 𝜃 = 0,8853
Ditanya : Vd
Dijawab :
cos −1 𝜃 = 27,71°
sin 𝜃 = sin 27,71 ° = 0,4649
𝑉𝑑 = √3 𝐼 𝑍
𝑉𝑑 = √3. 𝐼(𝑅 cos 𝜃 + 𝑋 sin 𝜃). 𝐼
𝑉𝑑 = √3. 663 𝐴(0,064 𝛺. 0,8853 +0,071 𝛺. 0,4649) . 0,25 𝐾𝑚
𝑉𝑑 = 25,74 𝑉
IX. ANALISA
Pada praktikum modul kedua yang berjudul “Anaisa Aliran Daya (Load Flow
Analysis)” dilakukan sebuah percobaan yang bertujuan agar praktikan mampu mempelajari
konsep dan tujuan analisa aliran daya dalam sistem tenaga listrik serta praktikan mampu
menganalisa masalah-masalah aliran daya pada sistem tenaga listrik. Praktikum dilakukan
dengan menggunakan sebuah unit PC/Komputer yang dalamnya sudah ter-install perangkat
lunak ETAP.
Analisa aliran daya atau Load Flow Analysis adalah analisis yang digunakan untuk
mengetahui kondisi sistem tenaga listrik, apakah masih dalam keadaan aman atau tidak.
Hasil Load Flow Analysis digunakan sebagai data awal untuk analisis gangguan sistem dan
analisis stabilitas sistem. Load Flow Analysis memberikan informasi mengenai beban
saluran transmisi di sistem, tegangan di setiap lokasi evaluasi regulasi kinerja sistem tenaga
listrik, dan bertujuan untuk menentukan besarnya real power (daya aktif) dan reactive power
(daya reaktif) diberbagai titik pada sistem yang dalam keadaan berlangsung atau diharapkan
untuk operasi normal. Perencanaan, pendesainan, pengoperasian, dan evaluasi sistem tenaga
membutuhkan perhitungan-perhitungan tersebut, sehingga Load Flow Analysis sangat
diperlukan untuk menganalisis performa sistem pada kondisi mantap dan pada berbagai
macam kondisi operasi. Intinya, Analisa Aliran Daya biasanya digunakan untuk memeriksa
tegangan dan sudut fasa pada masing-masing bus, memeriksa kemampuan semua peralatan
yang ada dalam sistem apakah cukup untuk menyalurkan daya yang diinginkan, untuk
memperoleh data kondisi awal untuk studi yang lebih lanjut seperti studi hubung singkat,
studi rugi-rugi transmisi, studi analisa aliran daya harmonisa dan studi stabilitas, yang mana
keempat studi tersebut diperlukan untuk perancangan sistem tenaga listrik baru ataupun
evaluasi sistem tenaga listrik yang sudah ada.
Pelaksanaan Analisa aliran daya meliputi 3 langkah utama, yaitu pemodelan komponen
sitsem tenaga dan jaringan, pembuatan persamaan aliran daya, dan memecahkan persamaan
aliran daya ke beban menggunakan teknik numerik. Teknik numerik yang dapat digunakan
yaitu Metode Gauss-Siedel, Metode Newton Raphson, dan Metode Fast Decoupled. Ketiga
metode tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Intinya, jika kita
menginginkan hasil yang lebih akurat dengan error sekecil mungkin, maka diperlukan daya
komputasi yang tinggi, dan waktu kerja yang relatif lebih lama.
Dari praktikum modul kedua ini, dapat dipahami bahwa aliran daya aktif dan reaktif
pada suatu sistem tenaga listrik akan sangat beragam tergantung pada kerapatan beban, jenis
beban, konfigurasi jaringan sistem, dan mode pembangkit pada sistem tenaga listrik tersebut.
Beban pada kenyataannya adalah konsumen listrik, yang direpresentasikan pada 3
bentuk dasar, yaitu beban resistif, beban induktif, dan beban kapastif. Beban Resistif adalah
golongan beban yang hanya menyerap daya aktif dan beroperasi pada faktor daya unity.
Beban Induktif merupakan golongan beban yang menyerap daya aktif dan reaktif serta
beroperasi pada faktor daya lagging. Beban Kapasitif adalah golongan beban yang menyerap
daya aktif dan menyuplai daya reaktif serta beroperasi pada faktor daya leading. Penghantar
Listrik digunakan untuk menghubungkan sumber daya dengan beban agar penyaluran energi
listrik dapat terpenuhi. Namun setiap penghantar akan memiliki nilai resistansi tertentu,
sehingga terjadi susut daya dan jatuh tegangan yang merupakan kerugian (losses) energi
listrik disepanjang penghantar. Semakin jauh jarak beban dari sumber daya, maka
penghantar yang digunakan juga lebih banyak dan lebih panjang, yang akan membuat susut
daya dan jatuh tegangan makin membesar. Apabila jatuh tegangan membuat level tegangan
turun hingga dibawah 90% dari nilai tegangan nominal, maka kondisi ini disebut critical
undervoltage, dan ini tanda bahwa kondisi sistem tidak maksimal karena beban/konsumen
tidak menerima tegangan yang sesuai standar. Besarnya jatuh tegangan juga sebanding
dengan banyaknya beban yang aktif. Semakin banyak jumlah demand beban, maka arus
listik yang dialirkan sepanjang saluran sistem semakin besar. Ini akan membuat susut daya
semakin besar berdasarkan rumus rugi-rugi penghantar, dimana loses makin membesar
apabila arus listrik yang mengalir semakin besar, dan tegangan pun makin jatuh. Adapun
sebaliknya, apabila jumlah beban berkurang hingga suplai daya melebihi demand beban,
maka terjadi over voltage, karena susut daya pada saluran berkurang akibat sedikitnya
jumlah arus listrik yang mengalir pada saluran, ditambah adanya daya lebih yang tidak
tersalurkan karena kurangnya beban. Overvoltage dapat ditoleransi/diperbolehkan hingga
pada batas 105% dari nilai tegangan nominal.
Berdasarkan daya pengamatan, dapat praktikan pahami bahwa terjadi undervoltage pada
Busbar GI I dengan nilai 98,518% dari tegangang nominal dan busbar berwarna hitam
(artinya terjadi drop voltage sebesar 2,492% disepanjang saluran sebelum mencapai Busbar
GI I), terjadi undervoltage pada Busbar GI III dengan nilai 98,380% dari tegangang nominal
dan busbar berwarna hitam (artinya terjadi drop voltage sebesar 2,620% disepanjang saluran
sebelum mencapai Busbar GI III), serta terjadi undervoltage pada BUS BEBAN IX dengan
nilai 86,843% dari tegangang nominal dan busbar berwarna merah (artinya kondisi tegangan
yaitu critical undervoltage dan terjadi drop voltage sebesar 13,157% disepanjang saluran
sebelum mencapai BUS BEBAN IX), yang menandakan bahwa kondisi sistem (distribusi)
kurang baik karena beban menerima teganga listrik yang dibawah standar. Selain
undervoltage, terjadi juga overvoltage pada Busbar GI KIT IA dengan nilai 100,255% dari
tegangan nominal dan busbar berwarna hitam. Dapat dipahami bahwa ada 3 kondisi warna
busbar yang tampak setelah praktikan menjalankan Run Load Flow Analysis. Jika bus
berwarna merah, menandakan level tegangan dalam konsisi kristis. Jika bus berwarna pink,
menandakan level tegangan dalam konsisi marginal, dimana nilai tegangan berada pada
rentang 90% sd. 95% atau 102% sd. 105%. Jika bus berwarna merah, menandakan level
tegangan dalam konsisi kristis, dimana nilai tegangan berada dibawah 90% atau diatas
105%. Jika bus berwarna hitam, menandakan level tegangan dalam konsisi standar atau
mendekati standar, dimana nilai tegangan berada pada nilai 100% atau pada rentang 95% sd.
102%. Pengaturan rentang level tegangan ini dilakukan dengan Tools Study Case pada
software ETAP, dan penenentuan nilanya sesuai dengan regulasi yang ditentukan di negara
Indonesia, yaitu nilai tegangan yang beroperasi dapat ditoleransi selama belum melebihi
+5% dan dibawah -10% dari tegangan nominal. Metode untuk mengatasi masalah susut daya
dan jatuh tegangan, akan dijelaskan pada sub modul 2.
Konfigurasi jaringan sistem juga berpengaruh pada aliran daya yang terjadi. Apabila
suatu jaringan memiliki feeder pendukung (yang umumnya ada pada konfigurasi jaringan
spindle), maka kontinuitas dan kestabilan aliran daya dapat terjaga. Apabila suatu jaringan
memiliki banyak tanggungan feeder, maka aliran daya juga besar sebanding dengan
banyaknya beban yang tersambung pada masing-masing feeder.
Selain itu Mode Pembangkit juga berpengaruh pada besar supai daya yang dihasilkan
serta aliran daya yang terjadi. Contoh kasus, apabila suatu jaringan memiliki banyak beban
induktif (contohnya Induction Machine) atau dengan porsi kebutuhan kVAR yang besar
(contohnya pada Lumped Load), maka diperlukan Generator dengan Mode khusus untuk
bekerja menyediakan suplai daya reaktif. Contoh lainnya, apabila disuatu jaringan terjadi
drop voltage yang besar, maka diperlukan Generator dengan Mode khusus yang dapat
menjaga nilai tegangan agar berada pada rentang level yang diperbolehkan. Mode
Pembangkit yang dimaksud terbagi menjadi 4 macam. Mode Swing adalah mode generator
dengan nilai sudut rotor/sudut torsi/phase angle yang dapat diatur agar bisa memenuhi
kekurangan daya pada sistem ketika beban puncak. Mode MVar Control adalah mode
generator dengan nilai daya reaktif yang dapat diatur, sehingga daya reaktif dapat disuplai
pada angka tertentu sesuai kebutuhan. Mode Voltage Control adalah mode generator dengan
nilai tegangan yang dapat diatur, disebabkan adanya pengaturan AVR, sehingga tegangan
dapat dihasilkan pada angka tertentu sesuai kebutuhan. Mode PF Control adalah mode
generator dengan nilai faktor daya yang dapat diatur disebabkan adanya pengaturan eksitasi,
sehingga porsi daya aktif dan reaktif dapat disesuaikan untuk menghasilkan faktor daya pada
angka tertentu sesuai kebutuhan.
X. KESIMPULAN
Dari praktikum modul kedua, praktikan dapat mengambil kesimpulan yaitu:
1. Analisa Aliran Daya biasanya digunakan untuk memeriksa tegangan dan sudut fasa pada
masing-masing bus, memeriksa kemampuan semua peralatan yang ada dalam sistem apakah
cukup untuk menyalurkan daya yang diinginkan, untuk memperoleh data kondisi awal untuk
studi yang lebih lanjut seperti studi hubung singkat, studi rugi-rugi transmisi, studi analisa
aliran daya harmonisa dan studi stabilitas, yang mana keempat studi tersebut diperlukan untuk
perancangan sistem tenaga listrik baru ataupun evaluasi sistem tenaga listrik yang sudah ada.
2. Jika bus berwarna pink, menandakan level tegangan dalam konsisi marginal, dimana nilai
tegangan berada pada rentang 90% sd. 95% atau 102% sd. 105%. Jika bus berwarna merah,
menandakan level tegangan dalam konsisi kristis, dimana nilai tegangan berada dibawah 90%
atau diatas 105%. Jika bus berwarna hitam, menandakan level tegangan dalam konsisi standar
atau mendekati standar, dimana nilai tegangan berada pada nilai 100% atau pada rentang 95%
sd. 102%. Pengaturan rentang level tegangan ini dilakukan dengan Tools Study Case pada
software ETAP, dan penenentuan nilanya sesuai dengan regulasi yang ditentukan di negara
Indonesia, yaitu nilai tegangan yang beroperasi dapat ditoleransi selama belum melebihi +5%
dan dibawah -10% dari tegangan nominal.
XI. REPORT
Terlampir pada halaman selanjutnya.
XII. TUGAS AKHIR
Terlampir pada halaman selanjutnya.
XIII. PERTANYAAN
(Pertanyaan no 1, 2, 3, dan 4)
1. Jelaskan analisis aliran daya pada bus pembangkit pada GI KIT IA hingga GI KIT I, beserta
penjelasan arah panahnya!
2. Mengapa dalam suatu sistem tenaga listrik harus memiliki pembangkit mode swing?
Jelaskan!
3. Hitunglah rugi-rugi saluran distribusi di SKUTM V dan SUTR V (Masukkan di
Pengolahan Data)!
4. Hitunglah jatuh tegangan saluran distribusi di SKUTM V dan SUTR V (Masukkan di
Pengolahan Data)!
Jawaban:
1. Daya yang disupply dari GI KIT IA sampai GI KIT 1 mengalami kenaikan dikarenakan
dibantu oleh daya PLTU UNIT III dan juga daya yang dihasilkannya tidak sama dengan
apabila 3 buah daya generator tersebut dijumlahkan karena terjadi jatuh tegangan di
Transformatornya dikarenakan adanya rugi rugi eddy current yaitu rugi rugi yang terjadi pada
inti besi.
2. Didalam suatu sistem tenaga listrik harus memiliki pembangkit mode swing dikarenakan
didalam suatu sistem tenaga akan terjadi nya perubahan daya beban, oleh karena itu adanya
generator swing yang akan mem-back up kekurangan daya tersebut.
Qlosses = 3. I2. X . l
Qlosses = 3. (11 A)2. 0,0898 Ω . 10 km
Qlosses = 325,974 var = 0,325974 kvar
b. SUTR V
Diket :
I = 663 A X = 0,071 Ω
R = 0,064 Ω l = 0,25 km
Ditanya : Plosses & Qlosses
Dijawab : Plosses = 3. I2. R . l
Plosses = 3. (663 A)2. 0,064 Ω . 0,25 km
Plosses = 21099,31 W = 21,09931 kW
Qlosses = 3. I2. X . l
Qlosses = 3. (578 A)2. 0,071 Ω. 0,25 km
Qlosses = 23407,049 var = 23,407049 kvar
𝑉𝑑 = √3 𝐼 𝑍
𝑉𝑑 = √3. 𝐼(𝑅 cos 𝜃 + 𝑋 sin 𝜃). 𝐼
𝑉𝑑 = √3. 11 𝐴(0,064 𝛺. 0,8498 +0,0898 𝛺. 0,5271) . 10 𝑘𝑚
𝑉𝑑 = 19,38 𝑉
B. 𝑆𝑈𝑇𝑅 𝑉
Diket :
I = 663 A X = 0,071 Ω
R = 0,064 Ω l = 0,25 km
cos 𝜃 = 0,8853
Ditanya : Vd
Dijawab :
cos −1 𝜃 = 27,71°
sin 𝜃 = sin 27,71 ° = 0,4649
𝑉𝑑 = √3 𝐼 𝑍
𝑉𝑑 = √3. 𝐼(𝑅 cos 𝜃 + 𝑋 sin 𝜃). 𝐼
𝑉𝑑 = √3. 663 𝐴(0,064 𝛺. 0,8853 +0,071 𝛺. 0,4649) . 0,25 𝐾𝑚
𝑉𝑑 = 25,74 𝑉
SUB MODUL 2
ANALISA ALIRAN DAYA LANJUT
(ADVANCED LOAD FLOW ANALYSIS)
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menganalisa sistem transmisi dan distribusi yang terjadi jatuh tegangan di bawah
standar.
2. Memperbaiki jatuh tegangan dengan melakukan tap changer pada transfomator.
3. Memperbaiki jatuh tegangan dengan pemasangan kapasitor bank.
4. Menganalisa sistem tenaga listrik yang memiliki faktor daya di bawah standar.
5. Memperbaiki faktor daya dengan pemasangan kapasitor.
Transformator yang terpasang di gardu induk pada umumnya menggunakan tap changer
yang dapat dioperasikan dalam keadaan trafo berbeban dan dipasang di sisi primer. Sedangkan
transformator penaik tegangan di pembangkit atau pada trafo kapasitas kecil, umumnya
menggunakan tap changer yang dioperasikan hanya pada saat trafo tenaga tanpa beban.
OLTC terdiri dari:
1. Selector Switch
2. Diverter Swtich
3. Transisi Resistor
KAPASITOR BANK
Capasitor Bank merupakan peralatan listrik yang mempunyai sifat kapasitif yang terdiri
sekumpulan beberapa kapasitor yang disambung secara parallel untuk mendapatkan kapasitas
kapasitif tertentu. Besaran parameter yang sering dipakai adalah KVAR (Kilovolt ampere
reaktif).
Secara umum fungsi kapasitor pada sistem tenaga adalah :
a. Menyuplai daya reaktif sehingga memaksimalkan penggunaan daya kompleks (KVA)
b. Memperbaiki power faktor
c. Mengurangi jatuh tegangan
d. Menghindari kelebihan beban trafo
e. Memberi tambahan daya tersedia
f. Menghindari kenaikan arus dan suhu pada kabel
g. Menghemat daya / efisiensi
Jatuh tegangan ditimbulkan karena adanya resistansi pada penghantar, Besar arus pada tiap fasa.
• Jatuh Tegangan dirumuskan dengan :
Dimana :
∆V = Jatuh Tegangan (Volt).
Vs = Tegangan kirim (Volt).
Vr = Tegangan terima (Volt).
• Persentase (%) Jatuh tegangan
Dimana :
∆V(%) = Jatuh Tegangan dalam % (Volt).
Vs = Tegangan kirim (Volt).
Vr = Tegangan terima (Volt).
Dengan adanya drop voltage maka akan mempengaruhi besar daya yang diterima dan terjadi
rugi-rugi daya (Plooses) yang dirumuskan dengan
Plooses = I2.R
Dimana :
Plooses : Rugi-rugi daya (W) R = Hambatan (Ohm)
I = Arus (A)
Faktor daya bisa dilambangkan dengan PF (power factor). Untuk persamaan dari faktor
daya adalah sebagai berikut:
Maka berdasarkan pers. 2.1 dapat ditentukan sudut dari faktor daya dengan persamaan :
Segitiga Daya
Segitiga daya merupakan sebuah segitiga siku-siku yang merepresentasikan tiga buah daya
pada sistem arus bolak-balik (AC) yaitu daya aktif (P), daya reaktif (Q), dan daya semu (S).
Segitiga daya ini digunakan juga untuk mempermudah perhitungan dalam menentukan besaran-
besaran yang berkaitan dengan daya-daya tersebut yang terlihat seperti Gambar 2c.1 di bawah.
Daya semu (S) merupakan daya yang belum sampai ke beban atau bisa didefinisikan juga
sebagai penjulamlahan vektor antara daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) dengan persamaan
sebagai berikut :
Daya aktif (P) merupakan daya yang diserap oleh beban yang bersifat resistif dengan
persamaan sebagai berikut :
Daya reaktif (Q) merupakan daya yang diserap atau disuplai oleh beban yang bersifat
induktif atau kapasitif dengan persamaan sebagai berikut :
Dari (pers. 2.5) dan (pers 2.7) jika dibandingkan maka akan didapat :
Kapasitor Bank
Kapasitor bank merupakan sekelompok kapasitor dari rating yang sama yang terhubung
secara seri atau paralel satu sama lain untuk menyimpan energi listrik. Energi dalam bentuk
suplai daya reaktif yang dihasilkan kemudian digunakan untuk mengoreksi faktor daya lagging
atau pergeseran fasa dalam sistem bolak-balik (AC). Kapasitor bank juga dapat digunakan
dalam sistem arus searah (DC) untuk meningkatkan kapasitas arus riak dari sumber atau untuk
meningkatkan jumlah keseluruhan energi yang tersimpan.
Gambar di atas merupakan segitiga daya dari suatu sistem yang mensuplai daya pada
sebuah beban. Terlihat bahwa bebannya adalah beban induktif yang menyerap daya reaktif
karena Q1 mengarah ke atas yang menunjukkan positif. Berdasarkan Gambar dapat diurakan
menjadi kondisi awal (sebelum pemasangan kapasitor) dan kondisi akhir (setelah pemasangan
kapasitor).
Kodisi awal :
Sudut = Ø1 Daya Aktif = P
Daya Semua = S Daya Reaktif = Q1
Setelah pemasangan kapasitor bank sebesar QC maka didapat :
Kodisi akhir :
Sudut = Ø2 Daya Semu = S2
Daya Aktif = P Daya Reaktif = Q2
Dari Gambar dan kondisi yang diuraikan diatas terlihat bahwa setelah pemasangan
kapasitor bank ada beberapa besaran dari sistem yang berubah nilainya, yaitu sudut antara daya
aktif (P) dan daya semu (S), daya reaktif (Q), dan daya semu (S). Daya aktif (P) tidak berubah
karena kapasitor bank hanya mengkompensasi daya reaktif (Q) saja. Sudut awal ( 1) yang
awalnya besar yang mengakibatkan faktor daya rendah setelah dipasang kapasitor bank sudut
akhirnya ( 2) menjadi lebih kecil yang mengakibatkan faktor daya meningkat. Seperti itulah
kapasitor bank memperbaiki faktor daya sistem.
Perbaikan PF
Berdasarkan yang terlihat pada Gambar (2d.1) maka Qc merupakan daya reaktif yang
disuplai oleh kapasitor bank untuk memperkecil besar sudut antara daya aktif (P) dan daya semu
(S) sehingga faktor daya menjadi meningkat yang ditunjukkan pada persamaan di bawah :
Pada Gambar (2d.1) terlihat pula bahwa setelah pemasangan kapasitor bank tidak merubah
(tetap) besar daya aktif yang disuplai oleh sistem. Sehingga berdasarkan (pers. 2.8) maka :
Karena pemasangan kapasitor bank tidak mempengaruhi besar daya aktif yang disuplai
oleh sistem maka P1 sama dengan P2. Sehingga persamaan yang didapat :
12. Running Load Flow, lalu amati kondisi sebelum dan sesudah penempatan kapasitor
13. Catat datanya pada table pengamatan.
14. Pasang capasitor seperti dibawah ini untuk memperbaiki faktor daya sistem.
15. Running Load Flow kembali dan catat perubahan factor dayanya
V. GAMBAR RANGKAIAN
Terlampir pada halaman selanjutnya.
VI. TEORI TAMBAHAN
Jatuh Tegangan (Voltage Drop)
Panjang sebuah jaringan tegangan menengah (JTM) dapat didesain dengan
mempertimbangkan drop tegangan (Voltage Drop). Drop tegangan adalah perbedaan tegangan
antara tegangan kirim dan tegangan terima karena adanya impedansi pada penghantar. Apabila
perbedaan nilai tegangan tersebut melebihi standar yang ditentukan, maka mutu penyaluran
tersebut rendah. Maka pemilihan penghantar (penampang penghantar) untuk tegangan
menengah harus diperhatikan. Berdasarkan dari standar SPLN 1 : 1978, dimana ditentukan
bahwa variasi tegangan pelayanan, sebagai akibat jatuh tegangan, karena perubahan beban,
adalah sebesar maksimum +5% dan minimum -10% dari tegangan nominalnya. Besarnya jatuh
tegangan tersebut, diukur pada titik yang paling jauh (ujung) atau konsumen terakhir terhadap
konsumen pertama.
atau
sehingga,
Rugi-Rugi Daya
Rugi-rugi Distribusi, terdiri dari:
1. Rugi-rugi teknis:
• Rugi-rugi di jaringan distribusi (JTM & JTR)
• Rugi-rugi di Trafo distribusi :
a. Rugi-rugi inti besi
b. Rugi-rugi tembaga
c. Rugi-rugi Dielectric
d. Rugi-rugi Stray Magnetic
• Rugi-rugi karena Harmonics
• Rugi-rugi karena faktor daya rendah
2. Rugi-rugi non-teknis :
• Percurian listrik
• Kesalahan pencatatan meter, atau faktor administrasi pelanggan
Rugi distribusi total:
Secara umum rugi-rugi sistem dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori :
1) Rugi-rugi tergantung arus
• Rugi-rugi tembaga = I2R
(terjadi di belitan trafo dan konduktor JTM dan JTR)
2) Rugi-rugi tergantung tegangan
• Rugi-rugi inti besi pd transformator
• Rugi-rugi Dielectric (insulation materials)
• Rugi-rugi krn Corona
Dimana:
• Ph = rugi histerisis
• Pe = rugi arus eddy
• Ve = volume inti besi
• B = kepadatan flux maks
• t = ketebalan lempeng inti besi
• r = resistivitas material inti besi
• f = frekuensi
Sumber:
Gonen, Turan. (2008). “Electric Power Distribution System Engineering”. California: CRC
Press
Susanto, Djoko. (2020). “Jatuh Tegangan & Rugi Daya”. Jakarta: IT-PLN
Susanto, Djoko. (2020). “Penggunaan kapasitor pada jaringan distribusi”. Jakarta: IT-PLN
VII. DATA PENGAMATAN
SUB MODUL 2.1 : PEMASANGAN CAPACITOR DAN TAP CHANGER UNTUK
PERBAIKAN TEGANGAN
Tabel 2.3 Pemasangan Tap Changer
Sebelum Tap Sesudah Tap
ID BUS %Tap
Tegangan Arus Tegangan Arus
GD V -5% 19,21 13,3 19,2 13,7
GD VA -5% 0,371 663,8 0,392 649,2
BUS BEBAN IX -5% 0,346 679,3 0,367 665,4
Qc untuk memperbaiki faktor daya beban pada motor mtr1 hingga 85%
Qc = P (tan (cos-1 ( PF1 ) ) - tan (cos-1 ( PF2 ) ))
Qc = 200,9 kW (tan (cos-1 ( 0,7499 ) ) - tan (cos-1 ( 0,85) ))
Qc = 52,7245 kvar
Ket :
PF1 = Power Faktor Keadaan Sekarang
PF2 = Power Faktor yang Diinginkan
P = daya yang disuplai
IX. ANALISA
Pada praktikum sub modul kedua yang berjudul “Analisa Aliran Daya Lanjut (Advanced
Load Flow Analysis)” dilakukan sebuah percobaan dengan tujuan agar praktikan mampu
menganalisa sistem transmisi dan distribusi yang terjadi jatuh tegangan dibawah standar,
memperbaiki jatuh tegangan dengan melakukan tap changer pada transformator,
memperbaiki jatuh tegangan dengan pemasangan kapasitor bank, menganalisa sistem tenaga
listrik yang memiliki faktor daya di bawah standar, serta praktikan mampu memperbaiki
faktor daya dengan pemasangan kapasitor. Praktikum dilakukan dengan menggunakan
sebuah unit PC/Komputer yang dalamnya sudah ter-install perangkat lunak ETAP.
Pada modul 2 telah praktikan pelajari bahwa drop voltage (jatuh tegangan) dan susut
daya pada saluran transmisi atau distribusi merupakan sebuah kerugian (losses) yang harus
ditangani, terlebih jika telah melebihi batas toleransi yang ditetapkan. Di Negara Indonesia,
telah ditetapkan bahwa nilai tegangan yang beroperasi dapat ditoleransi selama belum
melebihi +5% dan dibawah -10% dari tegangan nominal. Intinya angka operasi berada di
rentang +5% sd. -10%. Penetapan ini juga berlaku pada Total Harmonic Distortion (THD).
Apabila suplai daya tetap (dari pembangkit atau jaringan) namun beban atau penggunaan
listrik bertambah, maka terjadi drop voltage dan susut daya yang lebih besar. Semakin
panjang penghantar saluran, maka jatuh tegangan dan susut dayanya makin besar. Ini sesuai
dengan Perumusan Voltage Drop berdasarkan hukum Ohm dan juga perhitungan Cooper
Losses dari jenis penghantar yang digunakan. Semakin bagus konduktivitas jenis penghantar
yang digunakan, maka semakin kecil resistansi dan disipasi daya penghantar. Artinya susut
daya semakin kecil, dan jatuh tegangan lebih sedikit.
Lebih dalam lagi, pembebanan dan pengaturan tap trafo juga berpengaruh pada masalah
susut daya dan jatuh tegangan. Pembebanan trafo yang baik berada pada rentang 50% sd.
80% dari total kapasitas trafo yang digunakan. Semakin besar pembebanan trafo, maka
terjadi susut daya yang lebih besar. Perlu di ingat juga bahwa pada trafo sendiri terdapat
rugi-rugi trafo yaitu Core Losses dan Copper Loses dari Trafo. Pembebanan yang lebih
mengakibatkan panas berlebih pada trafo, dan ini merupakan tanda bahwa losses pada trafo
juga besar. Pengaturan tap trafo mengubah rasio kumparan pada trafo. Apabila jumlah
belitan sekunder makin besar, maka nilai tegangan yang dihasilkan juga lebih besar. Apabila
jumlah belitan sekunder yang tersambung ke jaringan dikurangi, maka nilai tegangan
sekunder yang dihasilkan makin kecil. Pada Trafo Distribusi, Nilai Tegangan Sekunder
harus berada pada nilai yang lebih besar dari standar Tegangan terima beban, sebagai bentuk
antisipasi terjadinya undervolatge di sisi beban setelah terjadinya jatuh tegangan di saluran
distribusi.
Fenomena jatuh tegangan dan susut daya ini dapat divisualisasikan pada aplikasi ETAP.
Jika bus berwarna pink, menandakan level tegangan dalam konsisi marginal, dimana nilai
tegangan berada pada rentang 90% sd. 95% atau 102% sd. 105%. Jika bus berwarna merah,
menandakan level tegangan dalam konsisi kristis, dimana nilai tegangan berada dibawah
90% atau diatas 105%. Jika bus berwarna hitam, menandakan level tegangan dalam konsisi
standar atau mendekati standar, dimana nilai tegangan berada pada nilai 100% atau pada
rentang 95% sd. 102%. Pengaturan rentang level tegangan ini dilakukan dengan Tools Study
Case pada software ETAP, dan penenentuan nilanya sesuai dengan regulasi yang telah
praktikan bahas. Jumlah susut daya dan jatuh tegangan saluran dapat kita tampilkan pada
lembar kerja dengan membuka Tools Display Options dari menu Load Flow, lalu
memberikan tanda centang pada kotak opsi kW + jkvar pada Branch Losses dan kotak opsi
Line/Cable pada Voltage Drop. Setelah menampilkan susut daya dan drop voltage, praktikan
kemudian dapat menentukan bagian-bagian mana saja dari sistem tenaga listrik yang
memerlukan tindakan untuk mengatasi masalah rugi-rugi susut daya dan drop voltage.
Dari sub modul 2 ini, praktikan dapat memahami bahwa metode yang ditempuh untuk
meminimalkan susut daya dan drop voltage adalah dengan melakukan Tap Changer pada
Trafo dan Pemasangan Kapasitor Bank. Tap Changer adalah alat pengubah rasio belitan trafo
untuk mendapatkan tegangan primer yang berubah-ubah untuk memenuhi kualitas tegangan
pelayanan sesuai kebutuhan bebab/konsumen. Kapasitor Bank adalah kumpulan dari
beberapa kapasitor yang dihubungkan secara seri atau paralel satu sama lain untuk
menyimpan energi listrik. Penyimpanan yang dihasilkan kemudian digunakan untuk
menetralkan atau memperbaiki faktor daya dan mengurangi jatuh tegangan. Beban Induktif
(contohnya Induction Machine) akan menyerap daya reaktif dari sistem, dan menimbulkan
drop voltage yang lebih besar dibandingkan drop voltage akibat beban resistif. Beban
Induktif seperti Motor Listrik akan menarik arus listrik lebih banyak (terlebih pada saat
starting), sehingga rugi-rugi saluran akan semakin besar, dan jatuh tegangan lebih banyak
sepanjang saluran. Pemasangan Kapasitor Bank adalah usaha yang dilakukan untuk
memberikan suplai daya reaktif, sehingga kapasitor bank akan mengurangi penyerapan daya
reaktif dari jaringan oleh beban induktif. Akibatnya, arus listrik yang diserap beban
(terutama arus lonjakan pada saat pengasutan) dapat diminimalkan, yang berefek pada
berkurangnya rugi-rugi saluran atau susut daya dan jatuh tegangan. Kompensasi Daya
Reaktif akan meningkatkan level tegangan jaringan, dan bahkan tegangan dapat bekerja pada
level standar saat beban puncak jika kapasitor bank yang digunakan tepat/mampu.
X. KESIMPULAN
Dari praktikum sub modul kedua, praktikan dapat mengambil kesimpulan yaitu:
1. Drop voltage (jatuh tegangan) dan Susut Daya pada saluran transmisi atau distribusi
merupakan sebuah kerugian (losses) yang harus ditangani, terlebih jika telah melebihi batas
toleransi yang ditetapkan. Di Negara Indonesia, telah ditetapkan bahwa nilai tegangan yang
beroperasi dapat ditoleransi selama belum melebihi +5% dan dibawah -10% dari tegangan
nominal. Intinya angka operasi berada di rentang +5% sd. -10%. Apabila suplai daya tetap
(dari pembangkit atau jaringan) namun beban atau penggunaan listrik bertambah, maka terjadi
drop voltage dan susut daya yang lebih besar. Semakin panjang penghantar saluran, maka
jatuh tegangan dan susut dayanya makin besar. Ini sesuai dengan Perumusan Voltage Drop
berdasarkan hukum Ohm dan juga perhitungan Cooper Losses dari jenis penghantar yang
digunakan. Semakin bagus konduktivitas jenis penghantar yang digunakan, maka semakin
kecil resistansi dan disipasi daya penghantar. Artinya susut daya semakin kecil, dan jatuh
tegangan lebih sedikit.
2. Metode yang ditempuh untuk meminimalkan susut daya dan drop voltage adalah dengan
melakukan Tap Changer pada Trafo dan Pemasangan Kapasitor Bank. Tap Changer adalah
alat pengubah rasio belitan trafo untuk mendapatkan tegangan primer yang berubah-ubah
untuk memenuhi kualitas tegangan pelayanan sesuai kebutuhan bebab/konsumen. Kapasitor
Bank adalah kumpulan dari beberapa kapasitor yang dihubungkan secara seri atau paralel satu
sama lain untuk menyimpan energi listrik. Penyimpanan yang dihasilkan kemudian digunakan
untuk menetralkan atau memperbaiki faktor daya dan mengurangi jatuh tegangan.
XI. REPORT
Terlampir pada halaman selanjutnya.
XII. TUGAS AKHIR
Terlampir pada halaman selanjutnya.
XIII. PERTANYAAN
(Pertanyaan no 5, 6, dan 7)
5. Mengapa saat melakukan tap pada trafo dilakukan pada sisi tegangan yang lebih tinggi?
Hubungkan dengan fungsi minyak pada transformator!
6. Hitunglah Qc untuk memperbaiki faktor daya beban pada motor mtr1 hingga 85%!
7. Setelah pemasangan kapasitor, mengapa faktor daya yang ditampilkan pada software etap
tidak sesuai dengan faktor daya yang kita inginkan? Jelaskan!
Jawaban:
5. Jika dalam keadaan onload tap changer maka melakukan tap changer nya di sisi primer
karena pada sisi tersebut arus nya kecil karena jika melakukan tap changer pada sisi sekunder
yang dimana arus pada sisi tersebut besar makan nantinya akan muncul busur api yang sangat
besar, dimana busur api tersebut dapat membahayakan alat tersebut dan daerah sekitar , busur
api tersebut juga bisa menghasilkan kotoran yang dapat mengurangi kualitas minyak trafonya
yang dapat menyebabkan bertambahnya rugi rugi pada transformator .
6. Mtr1
Qc = P (tan (cos-1 ( PF1 ) ) - tan (cos-1 ( PF2 ) ))
Qc = 200,9 kW (tan (cos-1 ( 0,7499 ) ) - tan (cos-1 ( 0,85) ))
Qc = 52,7245 kvar
7. Karena tegangan aktual yang tersupply pada kapasitor tersebut tidak sama dengan tegangan
rating yang seharus nya di supply . hal ini disebabkan oleh jatuh tegangan.
MODUL III
ANALISA HUBUNG SINGKAT
(SHORT CIRCUIT ANALYSIS)
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari karakteristik arus gangguan.
2. Mempelajari jenis gangguan pada sistem tenaga.
3. Mempelajari simulasi gangguan pada Software ETAP.
4. Mempelajari manfaat analisa gangguan.
Hubung singkat merupakan suatu hubungan abnormal (termasuk busur api) pada
impedansi yang relatif rendah terjadi secara kebetulan atau disengaja antara dua titik yang
mempunyai potensial yang berbeda. Istilah gangguan atau gangguan hubung singkat digunakan
untuk menjelaskan suatu hubungan singkat. Untuk mengatasi gangguan tersebut, perlu
dilakukan analisis hubung singkat sehingga sistem Proteksi yang tepat pada Sistem Tenaga
Listrik dapat ditentukan. Analisis hubung singkat adalah analisis yang mempelajari kontribusi
arus gangguan hubung singkat yang mungkin mengalir pada setiap cabang didalam sistem (di
jaringan distribusi, transmisi, trafo tenaga atau dari pembangkit) sewaktu gangguan hubung
singkat yang mungkin terjadi di dalam sistem tenaga listrik.
Gangguan dapat terdiri dari gangguan temporer atau permanent. Kebanyakan gangguan
temporer di amankan dengan circuit breaker (CB) atau pengaman lainnya. Gangguan permanent
adalah gangguan yang menyebabkan kerusakan permanent pada sistem. Seperti kegagalan
isolator, kerusakan penghantar, kerusakan pada peralatan seperti transformator atau kapasitor.
Pada saluran bawah tanah hampir semua gangguan adalah gangguan permanen. Kebanyakan
gangguan peralatan akan menyebabkan hubung singkat. Gangguan permanen hampir semuanya
menyebabkan pemutusan/gangguan pada konsumen. Untuk melindungi jaringan dari gangguan
digunakan fuse, recloser atau CB.
Analisis Hubung Singkat secara umum menggunakan persamaan hubung singkat sebagai
berikut.
I. Komponen Simetris
Komponen simetris digunakan untuk menganalisis terutama sistem yang tidak seimbang,
misalnya saat terjadi hubung singkat tiga phasa, dua phasa dan satu phasa ke tanah. Dimana
sebuah sistem tak seimbang diubah menjadi tiga rangkaian persamaan yaitu rangkaian urutan
positif, urutan negatif, dan urutan nol. Menurut teorema Fortescue, tiga fasor tak seimbang dari
sistem tiga phasa dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan
seimbang komponen itu adalah (Stevenson, 1982: 260):
1. Komponen urutan positif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu
dengan yang lainnya dalam phasa sebesar 120o , dan mempunyai urutan phasa yang sama
seperti fasor lainnya.
2. Komponen urutan negatif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu
dengan yang lainnya dalam phasa sebesar 120o , dan mempunyai urutan phasa yang berlawanan
dengan fasor aslinya.
3. Komponen urutan nol, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan dengan pergeseran
phasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain.
Tujuan lain adalah untuk memperlihatkan bahwa setiap phasa dari sistem tiga phasa tak
seimbang dapat di pecah menjadi tiga set komponen.
Komponen simetris berpengaruh terhadap besarnya impedansi saluran. Impedansi saluran suatu
sistem tenaga listrik tergantung dari jenis konduktornya yaitu dari bahan apa konduktor itu
dibuat yang juga tentunya pula dari besar kecilnya penampang konduktor dan Panjang saluran
yang digunakan jenis konduktor ini. Komponen Simetris menyebabkan tegangan jatuh sesuai
dengan urutan arusnya dan tidak mempengaruhi urutan arus lainnya, berarti tiap urutan yang
seimbang akan terdiri dari suatu jaringan. Ketidakseimbangan arus atau tegangan ini akan
menimbulkan pula impedansi urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol. Impedansi urutan
dapat didefinisikan sebagai suatu impedansi yang dirasakan arus urutan bila tegangan urutannya
dipasang pada peralatan atau pada sistem tersebut. Seperti juga tegangan dan arus didalam
metode komponen simetris dikenal tiga macam impedansi urutan yaitu sebagai berikut.
1. Impedansi urutan positif (Z1), adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur bila
dialiri oleh arus urutan positif.
2. Impedansi urutan negatif (Z2), adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur bila
dialiri oleh arus urutan negatif.
3. Impedansi urutan nol (Z0), adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur bila
dialiri arus urutan nol.
IA = I1A + I2A + I0.
IB = a2 I1A + a I2A +I0.
IC = a I1A + a2 I2A + I0.
Dari persamaan tersebut, diperoleh persamaan berikut.
I1A = 1/3(IA + aIB + a2IC)
I2A = 1/3(IA + a2IB + aIC) I0 = 1/3(IA + IB + IC)
Persamaan di atas, terdapat operator a yang merupakan unit vektor yang membentuk sudut 120
derajat berlawanan jarum jam.
Pada ganguan hubung singkat tiga fasa, gangguan termasuk gangguam simetris, sehingga tidak
perlu menggunakan komponen simetris. Persamaan hubung singkat diperoleh sebagai berikut
Va = Vf – Ia1Za1 = 0
Ia0 = 0;
Sehingga diperoleh persamaan berikut.
IV. LANGKAH PERCOBAAN
1. Buat lah project dan folder sesuai dengan nama praktikan masing-masing.
2. Atur standar yang digunakan yaitu IEC
3. Rangkai gambar 3.1 dibawah menggunakan ETAP 16.0. Pada Modul 3, rangkaian
modul melanjutkan dari Modul 2.
4. Isi rating berdasarkan data yang telah ditentukan :
• Trafo
Nama Vp Vs Niai Typical Grounding Prim. Sec.
(kV) (kV) MVA Data Grounding Grounding
Trafo 150 20 6 Z& - Solid Resistor
GI X/R 40 Ω
GD 20 0,4 1,5 Z& - - Solid
1% X/R TN-C
GD 20 0,4 1,5 Z& - - Solid
25% X/R TN-C
GD 20 0,4 1,5 Z& - - Solid
50% X/R TN-C
GD 20 0,4 1,5 Z& - - Solid
75% X/R TN-C
GD 20 0,4 1,5 Z& - - Solid
100% X/R TN-C
• Lump Load
Lump ID kVA kV %PF
Lump 9 200 0,4 85
Lump 10 200 0,4 85
Lump 11 200 0,4 85
Lump 12 200 0,4 85
Lump 13 200 0,4 85
• Cable SKUTM
Nama Length Size Unit Freq kV #C Insul Source Install
(km) (mm2) System (Hz)
• Current Transformer
Nama Primary (A) Secunder (A)
CT1 1000 5
CT2 300 5
5. Setelah itu running rangkaian dengan load flow analysis lalu klik
6. Setelah itu jika running load flow berhasil maka lakukan running hubung singkat.
7. Sebelum melakukan running hubung singkat, yaitu run short circuit , klik edit
study case lalu pilih masing-masing bus didaerah pembangkit, transmisi dan
distribusi. Setelah itu klik run 3 phase, LG LL . Beri gangguan sesuai gambar
dibawah ini
(Gambar 3.2 Rangkaian Setelah Diberi Fault)
8. Setelah itu cetak report dengan cara klik report manager lalu pilih bagian
summary. Ketika sudah ada data tertampil pada pdf anda bisa melihat nilai arus hubung
singkat yaitu I”k pada summary.
Definisi studi analisis arus gangguan hubung singkat atau short-circuit study adalah
eksaminasi atau analisis atau evaluasi terhadap sistem kelistrikan untuk menentukan besarnya
arus yang dapat mengalir saat terjadi gangguan listrik dan membandingkan nilai tersebut
dengan peringkat peralatan yang dipasang. Studi hubung-singkat berkaitan dengan analisa atau
evaluasi yang membahas hubung singkat, pertimbangan saat pembuatan desain untuk sistem
baru, studi analitik untuk sistem eksisting, serta validasi operasional dan model sistem tenaga
untuk industri maupun komersial. Studi gangguan hubung singkat sangat penting dalam sistem
tenaga. Tanpa melakukan simulasi atau studi hubung singkat, kita juga tidak dapat melakukan
studi arc flash, dan ini merupakan praktik yang direkomendasikan untuk semua fasilitas sistem
tenaga.
Menurut standar IEC 60909, definisi hubung singkat adalah terbentuk jalur konduktif
yang tidak disengaja atau disengaja antara dua atau lebih bagian konduktif (misalnya hubung
singkat tiga fasa) yang membuat perbedaan tegangan (potensial) listrik antara bagian konduktif
tersebut menjadi sama atau mendekati nol.
Hubung-singkat merupakan gangguan listrik. Hubung singkat adalah koneksi abnormal
antara dua node pada jaringan listrik dengan tegangan yang berbeda. Hubung-singkat, atau
kadang disebut “korsleting”, mengakibatkan arus listrik lebih atau over-current.
Berikut beberapa penyebab umum gangguan hubung singkat:
• Kontak langsung dengan konduktor listrik
• Suhu berlebih karena arus lebih atau beban lebih
• Kegagalan isolasi kabel
• Wiring peralatan yang buruk – Korsleting dapat terjadi di steker stopkontak, kabel daya,
dan papan sirkuit internal peralatan dan perangkat
• Sambungan listrik yang longgar – Perlengkapan listrik kendor seiring waktu, yang
meningkatkan kemungkinan komponen logam bersentuhan satu sama lain
• Pelepasan elektron (discharge) yang merusak karena tegangan berlebih
• Busur akibat kondensasi bersama dengan udara, terutama pada isolator
Pada pemasangan yang tidak tepat (sambungan yang salah pada kabel, kontak yang salah
di soket daya, atau bahkan lokasi korsleting itu sendiri), arus berlebih saat terjadi korsleting
dapat menyebabkan pemanasan ohmik pada bagian sirkuit dengan konduktivitas yang buruk.
Panas berlebih seperti itu adalah penyebab umum kebakaran. Busur listrik, jika terbentuk
selama korsleting, menghasilkan panas dalam jumlah besar dan juga dapat menyebabkan
penyalaan zat yang mudah terbakar.
Dalam sistem distribusi industri dan utilitas, gaya dinamis yang dihasilkan oleh arus
hubung singkat yang tinggi menyebabkan konduktor menyebar. Busbar, kabel, dan peralatan
dapat rusak karena gaya yang dihasilkan dalam korsleting.
Sumber:
Omazaki. 2021. “STUDI & ANALISIS HUBUNG SINGKAT”:
https://www.omazaki.co.id/studi-analisis-hubung-singkat/
Sampeallo, Agusthinus. S. Nursalim. “ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT
PADA JARINGAN PEMAKAIAN SENDIRI PLTU BOLOK PT. SMSE (IPP) UNIT 3 DAN
4 MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 12.6.0”. Kupang: Universitan Nusa Cendana:
https://media.neliti.com/media/publications/298547-analisis-gangguan-hubung-singkat-pada-
ja-3a672eba.pdf
VII. DATA PENGAMATAN
GI KIT IA:
• Rate Ampere: 35,1 x 1,2 = 42,12
• Making Peak: 7,885 x 1,2 = 9,462
• Breaking: 3,083
GI II:
• Rate Ampere: 9,3 x 1,2 = 11,16
• Making Peak: 0,763 x 1,2 = 0,9156
• Breaking: 0,316
Bus Beban I:
• Rate Ampere: 424,6 x 1,2 = 509,52
• Making Peak: 11,836 x 1,2 = 14,203
• Breaking: 6,997
IX. ANALISA
Pada praktikum modul ketiga yang berjudul “Analisa Hubung Singkat (Short Circuit
Analysis)” dilakukan sebuah percobaan yang bertujuan agar praktikan mampu mempelajari
karakteristik arus gangguan, praktikan mampu mempelajari jenis gangguan pada sistem
tenaga, praktikan mampu mempelajari simulasi gangguan pada software ETAP, serta
praktikan mampu mempelajari manfaat analisa gangguan. Praktikum dilakukan dengan
menggunakan sebuah unit PC/Komputer yang dalamnya sudah ter-install perangkat lunak
ETAP.
Analisa Hubung Singkat adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui penyebab
hubung singkat, mengetahui perilaku/respon jaringan sistem tenaga listrik ketika terjadi
hubung singkat, serta mengetahui tindakan yang tepat untuk mengatasi hubung singkat
tersebut dengan resiko ketidakstabilan sekecil mungkin. Pada umumnya, penyebab
terjadinya gangguan hubung singkat disebabkan beberapa faktor. Faktor internal dari
gangguan adalah rusaknya peralatan listrik. Faktor eksternal adalah antara lain cuaca buruk,
seperti badai, hujan, dingin; bencana, seperti gempa bumi, angin ribut, kecelakaan
kendaraan; runtuhnya pohon; petir; aktivitas konstruksi, ulah manusia, dan lain-lain.
Sebagian besar gangguan terjadi karena cuaca buruk, yaitu hujan atau badai, dan pohon.
Adapun perilaku/respon jaringan ketika terjadinya hubung singkat adalah timbulnya osilasi
atau ketidakstabilan dalam periode yang singkat selama short circuit bahkan setelah alat
proteksi telah mengambil tindakan. Ketidaksabilan yang dimaksud meliputi anjloknya
tegangan, suplai daya tidak stabil, perubahan sudut rotor yang mengakibatkan perubahan
frekuensi untuk waktu yang singkat.
Terjadinya gangguan hubung singkat dapat menimbulkan dampak temporer dan
permanen. Kebanyakan gangguan temporer diamankan dengan CB atau pengaman lainnya.
Gangguan permanen adalah gangguan yang menyebabkan kerusakan permanen pada sistem,
seperti kegagalan isolator, kerusakan penghantar, kerusakan peralatan seperti trafo atau
kapasitor. Gangguan permanan hampir semuanya menyebabkan pemutusan/gangguan pada
konsumen. Untuk melindungi jaringan dari gangguan digunakan Fuse, Recloser atau CB,
serta Relay Proteksi.
Hubung Singkat terbagi menjadi 2 macam, yaitu Gangguan Simetris dan Gangguan
Asimetris. Gangguan Asimetris adalah gangguan yang mengakibatkan arus yang mengalir
pada setiap fasa tidak seimbang, yaitu di antaranya hubung singkat 1 fasa ke tanah (line to
ground fault), hubung singkat fasa ke fasa (line to line fault), dan hubung singkat 2 fasa ke
tanah (line to line to ground fault). Gangguan Simetrsi adalah gangguan yang terjadi pada
semua fasanya sehingga arus dan tegangan pada masing-masing fasa bernilai sama, yaitu di
antaranya Hubung Singkat 3 fasa (3 phase fault) dan Hubung singkat 3 fasa ke tanah (3 phase
to ground fault).
Komponen simetris Komponen simetris digunakan untuk menganalisis terutama sistem
yang tidak seimbang (contohnya saat terjadi hubung singkat tiga phasa, dua phasa dan satu
phasa ke tanah), dimana sebuah sistem tak seimbang diubah menjadi tiga rangkaian
persamaan yaitu rangkaian urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol. Berdasarkan
teorema Fortescue, tiga fasor tak seimbang dari sistem tiga phasa dapat diuraikan menjadi
tiga komponen fasor yang seimbang, yatu Komponen urutan positif (yang terdiri dari tiga
fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lainnya dalam phasa sebesar 120o, dan
mempunyai urutan phasa yang sama seperti fasor lainnya), Komponen Urutan negatif (yang
terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lainnya dalam phasa
sebesar 120o, dan mempunyai urutan phasa yangberlawanan dengan fasor aslinya), dan
Komponen urutan nol (yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan denganpergeseran
phasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain).
Komponen simetris berpengaruh terhadap besarnya impedansi saluran, dan impedansi
saluran suatu sistem tenaga listrik tergantung dari jenis konduktornya, penampang
konduktor serta panjang konduktor. Komponen Simetris menyebabkan tegangan jatuhsesuai
dengan urutan arusnya dan tidak mempengaruhi urutan arus lainnya, berarti tiap urutanyang
seimbang akan terdiri dari suatu jaringan. Ketidakseimbangan arus atau tegangan ini akan
menimbulkan pula impedansi urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol. Impedansi urutan
dapat didefinisikan sebagai suatu impedansi yang dirasakan arus urutan bila
teganganurutannya dipasang pada peralatan atau pada sistem tersebut. Seperti juga tegangan
dan arus didalam metode komponen simetris dikenal tiga macam impedansi urutan yaitu
sebagai berikut.
Dari praktikum modul 3 ini, praktikan dapat memahami bahwa diantara ganguan arus
saluran (tidak termasuk gangguan arus fasa seperti gangguan 3 fasa), gangguan hubung
singkat line-to-line-to-ground yang menghasilkan dampak terbesar karena arus gangguan
yang terjadi juga terbesar. Hal ini berdasarkan data yang terlampir pada Report Short-Circuit
dari software ETAP. Dari Report tersebut kita juga dapat memahami bahwa I”k merupakan
nilai arus ketika awal terjadinya gangguan hubung singkat, Ip merupakan nilai arus puncak
hubung singkat, Ik merupakan arus steady state ketika beberapa saat setelah awal terjadinya
gangguan hubung singkat, dan Ib merupakan nilai arus breaking atau nilai arus backing
pemutus gangguan hubung singkat. Praktikan juga kita memahami cara penentuan rating
CB, yaitu senilai dengan hasil perkalian Ip dengan savety factor sebesar 1,2.
X. KESIMPULAN
Dari praktikum modul kedua, praktikan dapat mengambil kesimpulan yaitu:
1. Gangguan hubung singkat berlangsung dalam periode yang singkat namun menimbulkan
dampak yang besar yaitu timbulnya osilasi atau ketidakstabilan dalam periode yang singkat
selama short circuit bahkan setelah alat proteksi telah mengambil tindakan. Ketidaksabilan
yang dimaksud meliputi anjloknya tegangan, suplai daya tidak stabil, perubahan sudut rotor
yang mengakibatkan perubahan frekuensi untuk waktu yang singkat. Dampak yang lebih
parah yaitu kerusakan permanen pada sistem, seperti kegagalan isolator, kerusakan
penghantar,
2. Hubung Singkat terbagi menjadi 2 macam, yaitu Gangguan Simetris dan Gangguan
Asimetris. Gangguan Asimetris adalah gangguan yang mengakibatkan arus yang mengalir
pada setiap fasa tidak seimbang, yaitu di antaranya hubung singkat 1 fasa ke tanah (line to
ground fault), hubung singkat fasa ke fasa (line to line fault), dan hubung singkat 2 fasa ke
tanah (line to line to ground fault). Gangguan Simetrsi adalah gangguan yang terjadi pada
semua fasanya sehingga arus dan tegangan pada masing-masing fasa bernilai sama, yaitu di
antaranya Hubung Singkat 3 fasa (3 phase fault) dan Hubung singkat 3 fasa ke tanah (3 phase
to ground fault).
3. Analisis gangguan hubung singkat bertujuan untuk menentukan arus maksimum dan
minimum hubung singkat, untuk menentukan arus gangguan tak simetris bagi gangguan satu
dan dua line ke tanah, gangguan line ke line, dan rangkaian terbuka, untuk menentukan
kapasitas pemutus dari circuit breaker, untuk menentukan distribusi arus gangguan dan
tingkat tegangan busbar selama gangguan, dan sebagai bahan penyelidikan operasi rele-rele
proteksi.
XI. REPORT
Terlampir pada halaman selanjutnya.
XII. TUGAS AKHIR
Terlampir pada halaman selanjutnya.
XIII. PERTANYAAN
1. Apa tujuan kita melakukan pengisian rating cb pada rangkaian? Apa yang akan terjadi
jika rating cb tidak sesuai dengan besarnya arus gangguan yang terjadi?
2. Pada saat terjadi arus hubung singkat, mengapa tegangannya bernilai nol? Jelaskan
dengan menggunakan rumus!
3. Mengapa pada saat disimulasikan dengan ETAP, beban motor menghasilkan arus
kontribusi hubung singkat pada rangkaian? Jelaskan!
4. Hitunglah arus hubung singkat 3 fasa dan 1 fasa ketanah pada bus GI II ! (Masukkan
di Pengolahan Data)
Jawaban :
1. Tujuan pengisian CB yakni agar cb bekerja sesuai dengan arus gangguang yang terjadi
sesuai dengan data pengamatan dimana saat gangguan hubung singkat fasa ke tanah nilai
dari Ib dan Ik sama, karena CB bekerja sesuai dengan arus gangguan yang diinputkan.
Bila salah memberian inputan rating pada CB itu akan membahayakan peralatan listrik,
missal CB berguna untuk melindungi transformator ketika ada gangguan hubung singkat,
dikarenakan salah memasukan nilai inputan rating maka CB tidak akan memutus bila
arus gangguan tersebut besar dibandingkan rating yang diinput.
2. Hubung singkat biasanya terjadi pada impedansi yang rendah atau bisa dianggap 0.
Bila dtinjau dari rumus hukum ohm maka V=I.Z ketika nika Z (impedasi 0) maka nilai V
akan 0 karena tegangan dan impedansi berberbanding lurus atau saling mempengaruhi.
3. Hal tersebut dikarena saat terjadi hubung singkat motor tidak langsung berhenti tetapi
masih ada komponen rotor yang berputar yang akan menimpulkan ggl seolah – olah
motor tersebut bertindak sebagi generator yang menyuplai arus ke jaringan.
𝑉𝐹𝑎𝑠𝑎
4. 𝐼𝐻3∅ = 𝑋 𝐶𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
𝑍
150
√3
𝐼𝐻3∅ = 𝑥 𝐶𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
(𝑅 + 𝑖𝑋)
150
√3
𝐼𝐻3∅ = 𝑥 1,1
(49,00101 + 𝑖356,69100)
150
√3
𝐼𝐻3∅ = 𝑥 1,1
(360,041065 < 82,17786064)
𝐼𝐻3∅ = 0,264 − 82,18 𝑑𝑒𝑔
SUB MODUL III
KOORDINASI PROTEKSI OCR PADA PENYULANG DISTRIBUSI
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari koordinasi proteksi pada penyulang distribusi (OCR).
2. Penyelidikan operasi rele-rele proteksi.
• Setelan Waktu
Keterangan:
𝐼𝑛 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 (𝑘𝐴)
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑠𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 (𝑘𝐴)
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑠𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 (𝑘𝐴)
𝑇𝐷 = 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦 (𝑠)
𝐼𝑓 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑓𝑎𝑠𝑎 (𝑘𝐴)
𝑇𝑀𝑆 = 𝑆𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑟𝑒lay
IV. LANGKAH PERCOBAAN
1. Buatlah project dan folder sesuai dengan nama praktikan masing-masing. Pada Sub
Modul 3, rangkaian modul melanjutkan dari Modul 3.
2. Buatlah single line diagram seperti gambar dibawah ini! Pada Sub Modul 3, rangkaian
modul melanjutkan dari Modul 3.
4. Setelah berhasil, pilih Star – Protection & Coordination , lalu edit study case
8. Uji waktu kerja relay dengan cara klik fault insertion , letakkan pada bus saluran
25% lalu perhatikan time viewer . Catat waktu kerja relay yang ditunjukkan oleh
time viewer pada tabel
3.5. Setelah itu lanjutkan untuk bus saluran 50%, 75%, dan 100% untuk gangguan 3 fasa
9. Cetak grafik kerja relay dengan cara block kedua relay lalu Create Star View .
V. GAMBAR RANGKAIAN
Terlampir pada halaman selanjutnya.
VI. GAMBAR GRAFIK
Terlampir pada halaman selanjutnya.
VII. TEORI TAMBAHAN
Pemutus Daya
Kemampuan arus suatu pemutus daya dinyatakan dalam dua besaran, yaitu kemampuan
pemutusan arus (interrupting duty) dan kemampuan arus sesaat (momentary duty).
a. Kemampuan pemutusan arus, yaitu harga efektif arus hubung singkat simetri tertinggi yang
dapat diputuskan pemutus daya tanpa menimbulkan kerusakan pada kontak pemutus daya.
b. Kemampuan arus sesaat, yaitu harga efektif arus hubung singkat asimetri tertinggi yang dapat
dipikul pemutus daya tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus daya.
Kedua kemampuan arus di atas ditetapkan dengan menghitung terlebih dulu harga efektif
arus hubung singkat simetri (I’hs) dan asimetri (I”hs), dimana dalam perhitungan kedua arus
ini reaktansi mesin-mesin dinyatakan seperti pada tabel 1 berikut.
Pada sebuah sistem koordinasi relay proteksi diperlukan jenis relay yang sesuai dengan
sistem tenaga listrik yang dibangun. Hal ini dikarenakan setiap sistem tenaga listrik memiliki
bagian –bagian yang berbeda sehingga jenis relay yang digunakan pun harus berbeda.
Sumber:
Al-Faoury, Audih. “POWER SYSTEMS PROTECTION COURSE”. Yordania: Al-
Balqa Applied University:
https://www.bau.edu.jo/UserPortal/UserProfile/PostsAttach/16928_5876_1.pdf
Sampeallo, Agusthinus. S. Nursalim. “ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT
PADA JARINGAN PEMAKAIAN SENDIRI PLTU BOLOK PT. SMSE (IPP) UNIT 3 DAN
4 MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 12.6.0”. Kupang: Universitan Nusa Cendana:
https://media.neliti.com/media/publications/298547-analisis-gangguan-hubung-singkat-pada-
ja-3a672eba.pdf
VIII. DATA PENGAMATAN
Outgoing
• I Set Primer = K x Inom beban x 3
= 1,05 x 29,5
= 92,925
• I Set Sekunder = I Set Primer/ Ratio CT
= 92,925/300/5
= 1,549
𝐼𝐹 𝑆𝑒𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑇𝐷 (( )^0,02 −1
• 𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
TMS = 0,14
1385
0,3 (( )^0,02 −1
92,925
= 0,14
= 0,119
Incoming
• I Set Primer = K x Inom Trafo
= 1,05 x 216,5
= 227,325
• I Set Sekunder = I Set Primer/ Ratio CT
= 227,325/1000/5
= 1,137
𝐼𝐹 𝑆𝑒𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑇𝐷 (( )^0,02 −1
• 𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
TMS = 0,14
1385
0,7 (( )^0,02 −1
227,325
= 0,14
= 0,18
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233
Outgoing
𝒃
TD = 𝑰𝑭 𝟎,𝟎𝟐
x TMS
( ) −𝟏
𝑰𝒔𝒆𝒕
𝟎,𝟏𝟒
• 25%: TD = 𝟏𝟑𝟒𝟖 𝟎,𝟎𝟐
x 0,119 = 0,303
( ) −𝟏
92,925
𝟎,𝟏𝟒
• 50%: TD = 𝟏𝟑𝟏𝟏 𝟎,𝟎𝟐
x 0,119 = 0,308
( ) −𝟏
92,925
𝟎,𝟏𝟒
• 75%: TD = 𝟏𝟐𝟕𝟓 𝟎,𝟎𝟐
𝒙 𝟎, 𝟏𝟏𝟗 = 0,31
( ) −𝟏
92,925
𝟎,𝟏𝟒
• 100%: TD = 𝟏𝟐𝟒𝟎 𝟎,𝟎𝟐
𝒙 𝟎, 𝟏𝟏𝟗 = 0,314
( ) −𝟏
92,925
Incoming
𝒃
TD = 𝑰𝑭 𝟎,𝟎𝟐
x TMS
( ) −𝟏
𝑰𝒔𝒆𝒕
𝟎,𝟏𝟒
• 25%: TD = 𝟏𝟑𝟒𝟖 𝟎,𝟎𝟐
x 0,18 = 0,7
( ) −𝟏
𝟐𝟐𝟕,𝟑𝟐𝟓
𝟎,𝟏𝟒
• 50%: TD = 𝟏𝟑𝟏𝟏 𝟎,𝟎𝟐
x 0,18 = 0,707
( ) −𝟏
𝟐𝟐𝟕,𝟑𝟐𝟓
𝟎,𝟏𝟒
• 75%: TD = 𝟏𝟐𝟕𝟓 𝟎,𝟎𝟐
𝒙 𝟎, 𝟏𝟖 = 0,72
( ) −𝟏
𝟐𝟐𝟕,𝟑𝟐𝟓
𝟎,𝟏𝟒
• 100%: TD = 𝟏𝟐𝟒𝟎 𝟎,𝟎𝟐
𝒙 𝟎, 𝟏𝟖 = 0,741
( ) −𝟏
𝟐𝟐𝟕,𝟑𝟐𝟓
X. ANALISA
Pada praktikum sub modul ketiga yang berjudul “Koordinasi Proteksi OCR pada
Penyulang Distribusi” dilakukan sebuah percobaan yang bertujuan agar praktikan mampu
mempelajari koordinasi proteksi pada penyulang distribusi (OCR). Praktikan juga
diharapkan mampu melakukan penyelidikan operasi rele-rele proteksi setelah
menyelesaikan praktikum sub modul ke tiga ini. Praktikum dilakukan dengan menggunakan
sebuah unit PC/Komputer yang dalamnya sudah ter-install perangkat lunak ETAP.
Sistem proteksi merupakan suatu elemen yang penting dalam sistem tenaga listrik, yaitu
berfungsi sebagai pengaman dalam sistem tenaga listrik dengan cara mendeteksi gangguan
dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lainyang masih dalam keadaan
normal untuk mengamankan sistem keseluruhan dari kerusakan yanglebih parah atau
kerugian yang lebih besar. Sistem proteksi juga berfungsi melindungi manusia (terutama)
terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik. Seperti yang diketahui sering sekali terjadi
gangguan pada suatu sistem tenaga listrik misalnya beban lebih, terjadi arus hubung singkat,
atau gangguan dari luar seperti petir. Sistem proteksi tenaga listrik pada umumnya terdiri
dari beberapa komponen yang di rancang untuk mengidentifikasi kondisi sistem tenaga
listrik dan bekerja berdasarkan informasi yang diperoleh dari sistem tersebut seperti arus,
tegangan atau sudut fasa antara keduanya.
Dengan mengetahui peranan penting tersebut, suatu sistem proteksi harus memenuhi
beberapa kriteria sehingga suatu sistem proteksi dapat dikatakan baik dan efektif, yaitu
Selektif, Sensitif, Andal, dan Cepat. Selektif bermakna sistem proteksi mampu memisahkan
jaringan yang terganggu saja. Sensitif bermakna sistem proteksi mampu merasakan
gangguan sekecil apapun. Andal bermakna sistem proteksi akan bekerja bila diperlukan dan
tidak akan bekerja bila tidak diperlukan. Cepat bermakna sistem proteksi mampu bekerja
secepatnya sesuai dengan permintaan peralatan yang dilindunginya.
Sistem Proteksi ini harus ada pada ketiga bagian sistem tenaga listrik, yaitu Pembangkit,
Jaringan Transmisi, dan Jaringan Distribusi. Umumnya pada Pembangkit atau Generator,
digunakan Multi CT Differential Relay yang dipasang di tiap fasa untuk mencegah stator
ground fault dan Phase Balance-Current Relay sebagai proteksi back-up ketika gangguan
hubung singkat terjadi. Pada Jaringan Transmisi, umumnya digunakan Distance Relay
(Relay Jarak) sebagai proteksi utama (main protection) pada saluran. Terkhusus pada
Jaringan Distribusi yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak pelanggan,
maka keandalan menjadi sangat penting dan untuk itu jaringan distribusi perlu dilengkapi
sistem proteksi dengan koordinasi yang baik. Salah satu peralatan utama dalam sistem
XI. KESIMPULAN
Dari praktikum modul kedua, praktikan dapat mengambil kesimpulan yaitu:
1. Ketika terjadi gangguan hubung singkat pada saluran, arus saluran naik dengan sangat
tinggi. Kenaikan abnromal ini dibaca oleh OCR. Namun OCR tidak mampu menerima
respon langsung dari arus sebesar ini. Maka dari itu digunakan Trafo Arus (CT) dengan
rasio belitan step-down yang sangat tinggi. Arus gangguan pada saluran akan menginduksi
CT lalu timbul arus dikumparan sekunder dengan nilai yang sangat kecil sehingga dapat
dibaca oleh OCR. OCR lalu mengirimkan sinyal perintah ke PMT terdekat untuk
melakukan pemutusan sehingga sirkut menjadi terbuka dan dampak gangguan tidak
tersebar ke sistem lain.
2. Perlu diketahui bahwa operasi kerja dan respon OCR dalam mengatasi hubung singkat
akan berbeda tergantung pada karakteristiknya. Ada 3 pilihan utama karakteristik yaitu
Instantaneous OCR, Definite Time OCR, Invers Time OCR. Adapun yang kita gunakan
adalah Standart Inverse, dengan delay waktu kerja OCR Incoming sekitar 0,7 s dan delay
waktu kerja OCR Outgoing sekitar 0,3 s. OCR Incoming memiliki setting waktu kerja
selama 0,18 s dan OCR Outgoing memiliki setting waktu kerja selama 0,119 s.
XII. REPORT
Terlampir pada halaman selanjutnya
XIV. PERTANYAAN
1. Bagaimana sistem koordinasi proteksi antara CT, Relay, dan CB?
2. Apa yang dimaksud dengan main protection dan backup protection pada sistem
proteksi?
3. Apa yang terjadi jika mengalami kegagalan koordinasi proteksi , Jelaskan !
4. Mengapa arus hubung singkat terbesar terjadi di saluran 1%?
Jawaban:
1. Ketika terjadi gangguan hubung singkat pada saluran, arus saluran naik dengan sangat
tinggi. Kenaikan abnromal ini dibaca oleh OCR. Namun OCR tidak mampu menerima
respon langsung dari arus sebesar ini. Maka dari itu digunakan Trafo Arus (CT) dengan
rasio belitan step-down yang sangat tinggi. Arus gangguan pada saluran akan
menginduksi CT lalu timbul arus dikumparan sekunder dengan nilai yang sangat kecil
sehingga dapat dibaca oleh OCR. OCR lalu mengirimkan sinyal perintah ke PMT
terdekat untuk melakukan pemutusan sehingga sirkut menjadi terbuka dan dampak
gangguan tidak tersebar ke sistem lain.
2. Main Protection yang merupakan sistem proteksi pertama yang akan bertindak cepat
apabila terjadi gangguan dalam batas sirkit atau elemen yang dilindunginya, dan Back-
Up Protection yang merupakan sistem proteksi cadangan yang bekerja apabila main
protection gagal beroperasi atau terputus.
3. Gangguan hubung singkat akan terjadi lebih lama, dampak dari arus gangguang
hubung singkat akan tersebar, dan ketidakstabilan/osilasi dapat terjadi pada banyak titik
bagian sistem tenaga listrik.
4. Karena apabila hubung singkat terjadi di saluran 1%, terjadi banyak kehilangan beban,
dan arus hubung singkat yang terjadi sebanding dengan arus total yang dibutuhkan beban
yang hilang tersebut ketika berada pada kondisi normal.
MODUL IV
ANALISA KESTABILAN TRANSIEN
(TRANSIENT STABILITY ANALYSIS)
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi kehilangan
pembangkit.
2. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi hubungsingkat
padasaluran transmisi dalam selang waktu tertentu.
3. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi pelepasan beban
secaratiba-tiba.
Dengan :
J = Momen inersia dari massa rotor (kg-m2 )
0m = Pergeseran sudut rotor terhadap sumbu yang stasioner (radian- mekanis)
t= Waktu (detik)
Tm = Momen putar mekanis atau poros (penggerak) yang diberikan oleh penggerak
muladikurangi dengan momen putar perlambatan (retarding) yang disebabkan oleh rugi-
rugi perputaran (N-m) Te = Momen putar elektris (N-m)
Jika Tm dan Te dianggap positif untuk generator serempak berarti bahwa Tm adalah
resultan momen putar poros yang mempunyai kecendrungan untuk mempercepat rotor
dalam arah 0myang positif.
2. Kestabilan Frekuensi
Kestabilan ini berkaitan dengan kemampuan dari sistem untuk mempertahankan
kestabilan frekuensi akibat gangguan pada sistem yang mengakibatkan
ketidakseimbangan antara pembangkitan dan beban. Pada umumnya masalah
kestabilan frekuensi dikaitkan dengan ketidakmampuan dari respons peralatan,
Besaran tersebut merupakan batas kestabilan mantap, sehingga pengiriman daya yang
lebih besar dari Pmax akan menyebabkan mesin tersebut keluar dari sistem. Berdasar
pada model diatas, terdapat 3 karakteristik listrik yang mempengaruhi kestabilan,
yaitu:
1. Tegangan internal generator
2. Reaktansi antara mesin generator dengan bus tak hingga
3. Tegangan pada bus tak hingga.
A. Generator
PLTA Unit I
PLTG Unit I
PLTA Unit I
PLTG Unit I
PLTU Unit I; PLTU Unit II; PLTU Unit III; PLTA Unit I; PLTG Unit I
3. klik menu , kemudian Edit Study Case maka akan tampil seperti di bawah ini:
Klik Events, lalu klik Add pada Events dan Actions sesuai kondisi saat Kehilangan
Pembangkit, Hubung Singkat Pada Saluran Transmisi dan Pelepasan Beban. Isi Total
Simulation Time selama 60 sekon.
Kehilangan pembangkit
1. Lepas PLTU Unit III dengan membuka CB3 (t=1 s) atau isi sesuai gambar di bawah
ini:
2. Buka tab plot, lalu pilih Device ID yang ingin diplot sesuai yang akan diamati di
Data Pengamatan (PLTU Unit I dan GI KIT IA).
3. Klik untuk Run Transient Stability. Amati Daya Aktif, Daya Reaktif, Tegangan,
Frekuensi, Kecepatan Rotor dan Sudut Daya Relatif dengan menggunakan Slider,
lalu catat pada Data Pengamatan.
Pelepasan beban
1. Lepas beban Lump7, Lump8 dan Load7 dengan membuka CB51 (t= 1s) atau isi
sesuaigambar di bawah ini
2. Buka tab plot, lalu pilih Device ID yang ingin diplot sesuai yang akan diamati di
Data Pengamatan (PLTU Unit I dan GI KIT IA).
3. Klik ikon untuk Run Transient Stability. Amati Daya Aktif, Daya Reaktif,
Tegangan, Frekuensi, Kecepatan Rotor dan Sudut Daya Relatif dengan
menggunakan Slider, lalu catat pada Pengamatan.
4. Klik ikon untuk menampilkan grafik Device ID yang sudah diplot.
V. GAMBAR RANGKAIAN
Terlampir pada halaman selanjutnya.
3. Pelepasan beban
Terlampir pada halaman selanjutnya.
Persamaan ini diperoleh dengan pandangan bahwa begitu saklar ditutup, seluruh tegangan
vin terterapkan pada seluruh rangkaian RLC dan hukum Kirchhoff dapat kita terapkan pada
rangkaian ini. Pandangan ini tidak dapat kita aplikasikan begitu saja pada saluran transmisi.
Kita tinjau satu segmen saluran transmisi sepanjang ∆x yang kecil, seperti ditunjukkan
oleh Gb.2.22.
ditentukan oleh saat terjadinya hubung singkat atau masuknya saklar pada rangkaian
Gb.4.14. Sudah barang tentu nilainya sangat tidak menentu dan α ini membuat alur variasi arus
hubung singkat tidak simetris terhadap sumbu waktu, seperti terlihat pada Gb.4.15.
Untuk keperluan analisis sistem tenaga, α dianggap nol dan persamaan arus transien yang
diperhitungkan berbentuk
Kurva arus hubung singkat akan simetris terhadap sumbu waktu seperti terlihat pada
Gb.4.16, dan disebut arus hubung singkat simetris.
Analisis sistem tenaga dilakukan di kawasan fasor, bukan di kawasan waktu. Oleh karena
itu pernyataan arus hubung singkat harus dilakukan dalam bentuk
Perubahan Ihs terhadap waktu, di kawasan fasor dapat dinyatakan dengan memilih salah
satu apakah tegangan sumber Ef konstan dan Xd yang berubah terhadap waktu, atau Xd konstan
dan Ef yang berubah terhadap waktu. Kita memilih Ef tetap dan Xd berubah terhadap waktu.
Dengan demikian maka dalam selang
Nilai-nilai X′′d dan X′d diberikan oleh pembuat generator. Mana yang akan kita
gunakan tergantung dari persoalan yang kita hadapi. Untuk menghitung arus hubung singkat
misalnya, kita akan memilih menggunakan reaktansi subtransien, X′′d.
Sumber:
Sudirham, Sudaryatno. (2012). “Analisis Sistem Tenaga”. Bandung: Darpublic.
Tabel 4.2 Kondisi PLTU Unit I saat Hubungan Singkat pada Saluran Transmisi
Sudut
Daya Kec.
Daya Daya
Reaktif Rotor
Waktu Tegangan Frekuensi Aktif Relatif
(kVar) (RPM)
No. (s) (kV) (Hz) (kW) (Degree)
1. 1 13,8 50 400 131,4 3000 8,75
2. 1,001 2,2 50 136,1 1679 2999,9 8,75
3. 5 20,79 50 2725 1746 3009,8 29,23
4. 10 13,87 50,1 248,1 369,3 3002,6 8,65
5. 20 13,8 50 371,1 109,3 3002,6 11,42
6. 50 13,8 50 369,8 111,4 3002,3 11,14
7. 60 13,8 50 369,7 111,4 3002,3 11,14
Sudut
Daya Kec.
Daya Daya
Reaktif Rotor
Waktu Tegangan Frekuensi Aktif Relatif
(kVar) (RPM)
No. (s) (kV) (Hz) (kW) (Degree)
1. 1 13,8 50 400 131,4 3000 8,75
2. 1,001 13,86 50 330,7 85,5 3000 8,75
3. 5 13,81 50,2 353,7 85,8 3009,5 11,12
4. 10 13,81 50,1 335,1 85,3 3007,8 10,19
5. 20 13,81 50,1 320 87 3006,5 9,01
6. 50 13,81 50,1 316,9 87,2 3006,2 8,76
7. 60 13,81 50,1 316,9 87,2 3006,2 8,76
IX. ANALISA
Pada praktikum modul keempat yang berjudul “Analisa Kestabilan Transien” dilakukan
sebuah percobaan dengan tujuan agar praktikan mampu menganalisa dan mengamati
kestabilan pembangkit saat terjadi kehilangan pembangkit, praktikan mampu menganalisa
dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi hubungsingkat pada saluran transmisi
dalam selang waktu tertentu, serta praktikan dapat menganalisa dan mengamati kestabilan
pembangkit saat terjadi pelepasan beban secara tiba-tiba. Praktikum dilakukan dengan
menggunakan sebuah unit PC/Komputer yang dalamnya sudah ter-install perangkat lunak
ETAP.
Analisa Kestabilan Transien adalah analisa yang mempelajari penyebab terjadinya
masalah transien dan ketidak stabilan dengan tujuan untuk mengetahui metode yang tepat
untuk mengatasi masalah tersebut sehingga sistem kembali ke kondisi stabil. Tujuan
analisa ini dilakukan adalah untuk menganalisa metode-metode yang dapat ditempuh suatu
sistem untuk mencapai kestabilan, serta menganalisa penyebab-penyebab ketidakstabilan
sehingga mitigasi dapat dilakukan. Kestabilan Sistem Tenaga Listrik adalah kemampuan
dari sistem untuk menjaga kondisi operasi yang seimbang dan kemampuan sistem untuk
kembali ke kondisi operasi normal ketika terjadi gangguan. Suatu sistem tenaga listrik yang
baik harus memenuhi beberapa syarat yaitu reliability, quality, dan stability.
Kestabilan sistem tenaga listrik dapat dibagi menjadi 3 macam kategori yaitu angle
stability (kestabilan sudut rotor/sudut torsi), frequency stability (kestabilan frekuensi),
voltage stability (kestabilan tegangan). 3 Parameter ini yang harus dijaga kestabilannya
dalam operasional sistem tenaga listik. Terdapat beberapa faktor yang menimbulkan
masalah ketidakstabilan dalam sistem tenaga listrik, diantaranya yaitu Beban lebih akibat
lepasnya pembangkit dari sistem, Gangguan Hubung Singkat, Starting pada Motor Listrik,
Pelepasan beban yang mendadak, serta Koordinasi yang buruk pada peralatan kontrol dan
peralatan proteksi.
Dari praktikum modul keempat ini, dapat dipahami bahwa selama terjadinya
permasalahan kestabilan transien, terdapat osilasi/goncangan pada sistem selama beberapa
saat, namun selanjutnya akan kembali ke kondisi steady state dengan sendirinya, baik itu
kondisi baru atau sama seperti kondisi semula sebelum terjadinya masalah. Osilasi yang
dimaksud adalah osilasi pada angka suplai daya, osilasi nilai tegangan dan nilai frekuensi.
Osilasi pada nilai frekuensi, dapat diatasi dengan melakukan pengaturan pada sisi
pembangkit dan sisi beban. Pada sisi pembangkit, dapat dilakukan dengan mengatur jumlah
fluida yang masuk ke prime mover/turbin. Jumlah fluida ini akan mempengaruhi Daya
X. KESIMPULAN
Dari praktikum modul kedua, praktikan dapat mengambil kesimpulan yaitu:
1. Transient stability merupakan kemampuan sistem untuk mencapai titik keseimbangan
setelah adanya perubahan besar pada sistem yang menyebabkan sistem kehilangan
stabilitasnya. Adapun stabilitas merupakan kemampuan sistem yang memiliki dua atau lebih
mesin sinkron untuk berpindah dari suatu kondisi steady state karena adanya perubahan sistem
ke kondisi steady state lainnya.
2. Adapun penyebab terjadinya gangguan peralihan yaitu; beban lebih akibat lepasnya satu
generator dari sistem, hubung singkat, starting pada motor, serta pelepasan beban yang
mendadak.
3. Pada saat terjadinya pelepasan pembangkit, maka frekuensi akan turun, lalu setelah itu akan
naik kembali dikarenakan dibackup oleh pembangkit lain sehingga frekuensi kembali dalam
keadaan normal.
4. Saat terjadi pelepasan beban, tegangan dan daya yang disuplai oleh pembangkit akan
mengalami kenaikan dikarenakan beban yang ditanggungnya sudah berkurang.
XI. REPORT
Terlampir pada halaman selanjutnya.
XIII. PERTANYAAN
1. Apa yang menyebabkan terjadinya permasalahan kestabilan transient?
2. Apa akibatnya apabila terjadi permasalahn kestabilan transient dalam sistem tenaga listrik?
3. Apabila terjadi gangguan pada sistem tenaga, terjadi perubahn frekuensi. Jelaskan cara
untuk mengatur frekuensi sistem agar dapat kembali ke kondisi operasi normal!
4. Saat terjadi kehilangan pembangkit, mengapa frekuensi sistem tidak dapat kembali ke
kondisi semula? Jelaskan!
5. Saat terjadi gangguan hubung singkat, mengapa frekuensi sistem dapat kembali ke kondisi
semula? Jelaskan!
6. Saat terjadi pelepasan beban, mengapa tegangan sistem naik secara tiba-tiba? Jelaskan!
7. Saat terjadi kehilangan pembangkit, mengapa tegangan sistem turun secara tiba-tiba?
Jelaskan!
Jawaban:
1. Kehilangan Pembangkit, Hubung Singkat, Starting pada Motor Listrik, Pelepasan Beban,
dan Koordinasi yang buruk pada peralatan proteksi dan peralatan kontrol.
2. Terjadinya osilasi/goncangan pada sistem selama beberapa saat, namun selanjutnya akan
kembali ke kondisi steady state dengan sendirinya, baik itu kondisi baru atau sama seperti
kondisi semula sebelum terjadinya masalah. Osilasi yang dimaksud adalah osilasi pada angka
suplai daya, osilasi nilai tegangan dan nilai frekuensi.
3. Pada sisi pembangkit, dapat dilakukan dengan mengatur jumlah fluida yang masuk ke prime
mover/turbin. Jumlah fluida ini akan mempengaruhi Daya Mekanik, Torsi Mekanik, dan
Kecepatan Rotasi dari turbin. Apabila kita menginginkan kenaikan frekuensi, maka jumlah
fluida ditambah, baik itu dengan membuka lebih banyak katup air ataupun dengan menambah
pembakaran sehingga uap panas bertekanan tinggi bertambah. Jika kita ingin penurunan
frekuensi,maka jumlah fluida dikurangi, hingga frekuensi kembali ke settingan normal yaitu
50 Hz. Pada sisi beban, jika terjadi penurunan frekuensi akibat beban berlebih, frekuensi dapat
dinaikkan dengan melakukan beberapa pelepasan beban.
4. Kehilangan pembangkit akan menimbulkan hilangnya pasokan daya ke jaringan selama
pembangkit tersebut belum dapat beroperasi. Artinya, terjadi ketidak seimbangan dimana
demand beban lebih besar dibanding suplai daya. Ini akan menimbulkan turunnya frekuensi
disebabkan tidak adanya konversi energi mekanik dari fluida menjadi energi listrik oleh
pembangkit yang trip/hilang. Dan frekuensi tidak akan kembali ke kondisi semula sampai
pembangkit yang trip/hilang tersebut menjadi aktif dan terhubung kembali ke jaringan, atau
dengan adanya pembangkit lain dengan starting time cepat yang dapat menopan kekurangan
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233
jumlah daya akibat hilangnya pembangkit tsb.
5. Hubung Singkat merupakan gangguan yang bersifat sementara, sehingga jaringan dapat
kembali ke kondisi semula ketika Hubung Singkat selesai. Selama teradinya hubung singkat,
ketidak stabilang dapat terjadi, frekuensi mengalami osilasi atau perubahan. Namun setelah
selesainya hubung singkat dan ditutup kembalinya PMT, maka jaringan dengan sendirinya
akan segera pulih dan frekuensi dapat kembali ke nilai semula.
6. Jika kelebihan beban akan menyebabkan under voltage akibat banyaknya voltage drop
sepanjang saluran, maka pelepasan beban atau kekurangan beban akan menyebabkan over
voltage. Tegangan naik secara tiba tiba seiiring dengan berkurangnya demand beban, sehingga
ada suplai daya dari pembangkit/jaringan yang tidak terpakai. Fenomena ini disebut Voltage
Swell, yaitu naiknya tegangan secara tiba-tiba selama periode tertentu akibat berkurangnya
nilai pembebanan. Dan untuk kasus sebaliknya disebut Voltage Sag.
7. Tegangan turun secara tiba tiba seiiring dengan besarnya demand beban, namun tidak ada
suplai daya dari pembangkit/jaringan. Akibatnya drop voltage sepanjang saluran makin besar,
karena tidak seimbangnya antara pembebanan dengan suplai pembangkit.