Anda di halaman 1dari 146

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK

Nama : Ahmad Mushawwir Alfikri


Nim : 2018-11-233
Kelas :A
Jurusan : S1 Teknik Elektro
Tanggal Praktikum : 5 November 2021
12 November 2021
19 November 2021
26 November 2021
Tanggal Presentasi : 3 Desember 2021
Asisten : Muhammad Ilhamsyah

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK


INSTITUT TEKNOLOGI PLN
JAKARTA
2021
MODUL I
DIAGRAM SALURAN TUNGGAL
(SINGLE LINE DIAGRAM)

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari fungsi ETAP dalam sistem tenaga listrik.
2. Dapat memahami cara pengoperasian program software ETAP.
3. Dapat menggambar diagram saluran tunggal sistem tenaga listrik dan setting
beberapakomponennya pada software ETAP.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. 1 unit PC
2. Software ETAP
III. TEORI
Setiap komponen Sistem Tenaga Listrik dapat digambarkan dalam worksheet atau ruang
kerja program dengan lambang-lambang tertentu. Spesifikasi masing-masing komponen dapat
disesuaikan keadaan sebenarnya atau kondisi nyata di lapangan. Spesifikasi ini juga dapat
dipilih sesuai data umumnya yang dapat diambil dari library atau data yang ada pada program.
Misalnya, panjang dan ukuran kabel, kapasitas dan rating trafo, kapasitas dan tegangan beban
dan lain-lain. Simbol elemen listrik yang digunakan dalam analisa dengan menggunakan ETAP
pun berbeda

Gambar 1.1 AC Toolbar

Beberapa elemen yang digunakan dalam suatu diagram saluran tunggal adalah:

1. Power Grid merupakan sumber tegangan yang ideal, artinya sumber tegangan yang mampu
mensuplai daya dengan tegangan tetap sekalipun daya yang diserap cukup besar. Power
Grid dapat berupa sebuah generator yang besar, atau sebuah Gardu Induk yang
merupakanbagian dari sebuah sistem tenaga listrik interkoneksi yang cukup besar.

Gambar 1.2 Simbol Power Grid di ETAP


2. Transformator atau trafo adalah sebuah alat untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan sistem. Spesifikasi yang pokok pada sebuah trafo adalah:
a. Kapasitas trafo yaitu daya maksimum yang dapat bekerja pada kapasitas trafo terus-
menerus tanpa mengakibatkan kerusakan.
b. Tegangan primer dan sekunder trafo.
c. Impedansi trafo yang merupakan gabungan antara resistansi kawat dan reaktansi
kumparan trafo.
d. Tap trafo yang dapat digunakan untuk mengubah perbandingan antara kumparan
primer dengan kumparan sekunder dari perbandingan semula.

Gambar 1.3 Simbol Transformator di ETAP


3. Busbar atau sering disingkat bus, yaitu tempat penyambungan beberapa komponen sistem
tenaga listrik (saluran transmisi, jaringan distribusi, Power Grid, beban atau generator).
Leveltegangan bus disesuaikan dengan level tegangan yang dihubungkan dengan bus
tersebut.

Gambar 1.4 Simbol Busbar di ETAP


4. Beban yaitu peralatan listrik yang memanfaatkan atau menyerap daya dari jaringan. Salah satu
jenis beban sistem tenaga listrik adalah Static load, merupakan beban yang tidak
banyakmengandung motor listrik, sehingga tidak banyak mempengaruhi tegangan sistem
ketika start. Spesifikasi yang pokok pada sebuah beban statis adalah kapasitas daya dan
faktordayaatau cos Ɵ

Gambar 1.5 Simbol beban statis di ETAP


Selain komponen AC yang telah dijelaskan diatas, ETAP juga memiliki berbagai komponen
DC diantaranya: Inverter, DC cable, DC static load, Battery, Variable frequency drive,
Uninterruptible power supply, DC single throw switch, DC circuit breaker, dll. Yang tentunya
memiliki fungsi nya masing-masing dan dapat digunakan sesuai kebutuhan dari one line
diagram.
IV. LANGKAH PERCOBAAN
Setting ETAP
Standard : IEC
Frequency : 50 Hz Unit
System : Metric
Pemodelan Sistem Tenaga pada ETAP
1. Dengan mengacu pada sistem tenaga listrik yang tergambar pada gambar s/d gambar,
gambarkan model one-line-diagram yang lengkap dari sistem tenaga listrik tersebut
pada software analysis sistem tenaga ETAP
2. Dengan menggunakan data yang ada pada tabel s/d tabel , lengkapi data base dari
peralatan pada sistem tenaga listrik di atas!
3. Analisa data yang dapat langsung digunakan, dan data yang perlu dikonversi lebih
lanjut! Amati asumsi-asumsi yang diperlukan dalam pengisian data.
4. Pada menu bar project, klik information dan standard, lalu isi data seperti di bawah ini:

5. Susun rangkaian seperti gambar di bawah ini


Gambar 1.1 Rangkaian Percobaan Membuat Single Line Diagram
Gambar 1.2 Network2

Gambar 1.4 Cmtr1

Isi rating berdasarkan data yang telah ditentukan asisten :


A. Generator
ID Mode MW Rating kV Rating PF Rating Imp/Model
PLTU Unit I PF Control 2 MW 13,8 85% Typical Data
PLTU Unit II PF Control 2 MW 13,8 85% Typical Data
PLTU Unit Mvar Control 3 MW 13,8 85% Typical Data
III
PLTG Unit I Mvar Control 4 MW 13,8 85% Typical Data
PLTA Unit I PF Control 3 MW 13,8 85% Typical Data

PLTU Unit I
PLTU Unit II

PLTU Unit III

PLTG Unit I

PLTA Unit I
B. Power Grid
ID MVAsc (3-Phase) MVAsc (1-Phase) X/R

Jaringan Transmisi
TET 5 5 20

C. PV Array
PLTS 1; PLTS 2
Manufacturer : Q CELLS
Model : QQ..BBAASSEE 215-230
Series Panel :5
Parallel Panel :4

Irradiance: 919 W/m2

D. Inverter
kW : 7.78
V : 0,4
Eff : 90 %
PF : 100 %

E. Transformator
ID Vp Vs Nilai Typical Groundin Prim. Sec.
(kV) (kV) MVA Data g Grounding Grounding
Trafo Tng I 13,8 500 9 Z & X/R Resistor 40 Resistor 40
13,8/500 kV - Ω Ω
Trafo Tng II 13,8 500 3,1 Z & X/R Resistor 40 Resistor 40
13,8/500 kV - Ω Ω
Trafo Tng III 13,8 500 6 Z & X/R Resistor 40 Resistor 40
13,8/500 kV - Ω Ω
Trafo Tng I 13,8 150 4 Z & X/R Resistor 40 Resistor 40
13,8/150 kV - Ω Ω
Trafo Interbus 13,8 150 5 Z & X/R Resistor 40 Resistor 40
500/150 kV - Ω Ω
Trafo Tng I 150 20 1 Z & X/R Resistor 40 -
150/20 kV - Ω
Trafo Tng II 150 20 2 Z & X/R Resistor 40 -
150/20 kV - Ω
Trafo Tng III 150 20 0,35 Z & X/R - Resistor 40 -
150/20 kV Ω
Trafo Tng IV 150 20 1,5 Z & X/R - Resistor 40 -
150/20 kV Ω
Trafo Dist. I 20 0,4 0,5 Z & X/R - - Resistor 40
20/0,4 kV Ω
Trafo Dist. II 20 0,4 0,45 Z & X/R - - Resistor 40
20/0,4 kV Ω
Trafo Dist. III 20 0,4 0,1 Z & X/R - - Resistor 40
20/0,4 kV Ω
Trafo Dist. IV 20 0,4 0,4 Z & X/R - - Resistor 40
20/0,4 kV Ω
F. Static Load
ID kVA kV % PF
Load1 60 0,4 100
Load2 30 0,4 100
Load3 50 0,4 100
Load4 6 0,4 95
Load5 6 0,4 95
Load6 6 0,4 95
Load7 100 0,4 100

G. Lumped Load
ID kVA kV % PF
Lump1 230 0,4 85
Lump2 200 0,4 85
Lump3 200 20 85
Lump4 200 20 85
Lump5 200 20 85
Lump6 170 20 85
Lump7 180 20 85
Lump8 350 0,4 85

H. Induction Machine (Motor Induksi)


ID Kva kV % PF
Mtr1 250 20 75
Mtr2 300 20 85

I. Synchronous Motor
ID HP kV % PF
Syn1 250 20 91,8
J. Transmission Line

ID Length (km)
SUTET I 90
SUTET II 80
SUTT I 50
SUTT II 45
SUTT III 35
SUTT IV 30
SUTT V 30

Conductor Lib : Metric; 50 Hz; AAAC; Pirelli; KRYPTON 158 mm2


Impedance (User-Defined)

SUTET I dan SUTET II


SUTT I, SUTT II, SUTT III, SUTT IV, dan SUTT V

K. Cable
Length Freq
ID (km) Size Unit kV #C Insul Source Install
(mm2) Syste m (Hz)
SKUTM I 10 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SKUTM II 10 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SKUTM III 12 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SKUTM IV 12 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SKUTM V 10 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SKUTM VI 10 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SKUTM VII 14 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SUTR I 0,200 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE Heesung Non-Mag
SUTR II 0,120 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
SUTR III 0,020 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
SUTR IV 0,020 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
SUTR V 0,250 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
SUTR VI 0,070 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
SUTR VII 0,035 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Mag
Cable1 0,010 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Non-Mag
Cable2 0,010 400 Metric 50 1,0 3/C XLPE BS5467 Non-Mag
V. GAMBAR RANGKAIAN
Terlampir pada halaman selanjutnya
VI. TEORI TAMBAHAN
Sistem Tenaga Listrik adalah sebuah jaringan komponen terinterkoneksi yang
dirancang untuk mengkonversi energi non-listrik menjadi bentuk energi listrik secara
berkelanjutan/terus-menerus; membawa energi listrik melalui jarak yang berpotensi jauh;
dan mengubah energi listrik menjadi bentuk energi nonlistrik yang dapat digunakan
dengan toleransi kerugian yang sangat kecil. (Charles A. Gross: 1986).
Agar dapat diimplementasikan, sistem ini harus aman, dapat diandalkan,
ekonomis, ramah lingkungan, dan secara sosial dapat diterima. Sistem tenaga dapat
dipandang terdiri dari beberapa sub-sistem, yaitu:
- Pembangkitan (Generation)
- Transmisi (Transmission)
- Subtransmission
- Distribusi: primer, sekunder
- Beban
PLN mengaplikasikan sistem 3-phasa dalam keseluruhan sistem kelistrikannya,
mulai dari pembangkitan, transmisi daya hingga sistem distribusi. Sistem 3-phasa secara
umum lebih ekonomis dalam penghantaran daya listrik, disbanding dengan 1-phasa untuk
ukuran penghantar yang sama karena :
1. Dapat menghantarkan daya listrik yang lebih besar.
2. Dapat mensuplay daya ke beban yang membutuhkan daya listrik besar seperti
motor-motor listrik.
Pembagian Sistem Tenaga Kelistrikan

Gambar 1. Pembagian Sistem Tenaga Listrik


Sistem kelistrikan PLN secara umum dibagi dalam 3 bagian besar:
1. Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik Terdiri dari pembangkit-pembangkit
listrik yang tersebar di berbagai tempat, dengan jenis-jenisnya antara lain yang cukup
banyak adalah:
• PLTA (menggunakan sumber tenaga air)
• PLTU (menggunakan sumber batubara)
• PLTG (menggunakan sumber dari gas alam)
• PLTGU (menggunakan kombinasi antara gas alam dan uap)
Pembangkit-pembangkit tersebut mengubah sumber-sumber alam tadi menjadi
energi listrik.
Piranti utama di sub-sistem pembangkitan adalah generator yang merupakan
sumber energi listrik. Istilah “sumber energi” di sini agaknya kurang tepat, mengingat
bahwa sesungguhnya generator hanyalah mengubah energi non-listrik menjadi energi
listrik. Generator ini, di pusat pembangkit tenaga air misalnya, digerakkan (diputar) oleh
turbin air dan turbin sendiri digerakkan oleh air terjun. Air terjunlah yang sesungguhnya
sumber energi. Namun demikian pembahasan kita hanya menyangkut sistem tenaga
listrik, sehingga peralatan-peralatan “di depan generator” tidak kita bicarakan dan kita
menganggap generator sebagai sumber energi.
Pada umumnya generator merupakan mesin berputar, yang membangkitkan daya
mulai dari puluhan kW hingga lebih dari 1000 MW, dengan tegangan mulai dari 380 V
sampai 25 kV. Sisi keluaran generator merupakan sistem tiga-fasa.
2. Sistem Transmisi Daya
Transmisi tenaga listrik adalah proses penghantaran tenaga listrik secara besar-
besaran dari pembangkit listrik, ke gardu listrik. Jalur yang terinterkoneksi untuk
memfasilitasi penghantaran ini dikenal sebagai jaringan transmisi listrik. Transmisi
berbeda dengan proses penghantaran listrik dari gardu ke pengguna, yang biasanya
disebut sebagai distribusi tenaga listrik. Kombinasi dari jaringan transmisi dan distribusi
listrik dikenal sebagai "sistem kelistrikan". Oleh sebab itu, suplai energi listrik harus
sesuai dengan permintaan pada saat itu juga
Karena itu sistem transmisi daya listrik dibangun untuk menghubungkan
pembangkit-pembangkit listrik yang tersebar tadi dan menyalurkan listriknya langsung
saat itu juga ke pelanggan-pelanggan listrik. Saluran penghantarannya dikenal dengan
nama SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi), SUTET (Saluran Udara Tegangan Extra
Tinggi) dll.
a. Transmisi
Daya listrik dari pusat pembangkit disalurkan ke berbagai tempat melalui saluran
transmisi. Tegangan saluran transmisi di sistem PLN adalah 150 kV, yang disebut Saluran
Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan 275 – 500 kV yang disebut Saluran Udara Tegangan
Ekstra Tinggi (SUTET). Di Amerika digunakan tegangan mulai 115 kV sampai 765 kV.
Sesungguhnya ada dua kemungkinan pembangunan saluran transmisi yaitu bawah
tanah (underground) dan diatas tanah (overhead) yang kita sebut saluran udara. Saluran
udaralah yang umum digunakan. Saluran udara ini biasanya panjang sampai ratusan
kilometer. Konduktor yang digunakan adalah konduktor telanjang (tanpa isolasi padat)
sehingga ia harus didukung oleh isolator yang terpasang pada menara. Saluran ini
berhubungan langsung dengan udara sekitarnya sehingga sangat terpengaruh oleh kondisi
alam seperti polusi dan petir.
Jaringan transmisi harus memiliki fleksibilitas untuk menyalurkan daya besar
melalui sejumlah route. Ia harus dirancang sedemikian rupa sehingga gagalnya sejumlah
kecil saluran tidak menyebabkan kegagalan seluruh sistem. Saluran ini juga harus mampu
berfungsi sebagai penghubung yang mampu menyalurkan energi ke kedua arah.
Piranti yang menghubungkan generator dan saluran transmisi adalah
transformator, yang berfungsi untuk mengubah tegangan keluaran generator ke tegangan
transmisi yang lebih tinggi.
b. Substransmisi
Di Indonesia (jaringan PLN), istilah “subtransmisi” tidak digunakan. Di PLN
pernah digunakan saluran dengan tegangan 30 kV dan 70 kV, namun telah mulai
ditinggalkan. Saluran subtransmisi biasanya tidak panjang (kurang dari beberapa puluh
kilometer), kapasitas rendah (kurang dari 100 MVA) dan banyak cabang untuk mencatu
pusat-pusat beban.
3. Sistem Distribusi Daya Listrik
Dengan sistem transmisi, listrik akan sampai ke pelanggan-pelanggannya
(terutama perumahan) dengan terlebih dahulu melalui Gardu Induk dan kemudian Gardu
Distribusi. Gardu Induk mengambil daya listrik dari system transmisi dan menyalurkan
ke Gardu-gardu distribusi yang tersebar ke berbagai daerah perumahan. Pada gardu
distribusi, terdapat trafo distribusi yang menyalurkan listrik langsung ke rumah-rumah
dengan melewati JTR (Jaringan Tegangan Rendah).
Saluran transmisi mencatu gardu-gardu induk, di mana tegangan diturunkan
menjadi tegangan distribusi primer. Jaringan distribusi primer mencatu pelanggan
tegangan menengah 20 kV. Pernah pula digunakan tegangan 6 dan 12 kV namun telah
ditinggalkan.
Jaringan distribusi primer bisa dirancang sebagai jaringan radial ataupun loop.
(lihat Gambar 2.) Pada jaringan radial daya mengalir satu arah yaitu dari sumber (gardu)
ke beban (pengguna/pelanggan). Pada jaringan loop, beban dapat menerima daya lebih
dari satu arah. Selain radial dan loop, dikembangkan pula struktur jaringan spindle.
Gambar 2. Jaringan Radial dan Loop
Pada tahap terakhir, tegangan diturunkan lagi menjadi 380/220 V. Jaringan yang
melayani pengguna pada tegangan rendah ini merupakan jaringan distribusi sekunder.
Jaringan ini bisa sangat rumit, terutama di lokasi padat pengguna.
Beban atau Konsumen
Beban (pengguna/pelanggan) mengambil energi listrik dari jaringan. Ada hal-hal
yang harus dipenuhi dalam melayani beban ini.
1. Tegangan harus konstan, tidak naik-turun.
2. Frekuensi harus konstan.
3. Bentuk gelombang tegangan sedapat mungkin sinusoidal.
Untuk menentukan apakah ketentuan ini terpenuhi atau tidak, digunakan indeks
kinerja.
1. Regulasi Tegangan: Deviasi nilai tegangan pada waktu beban berubah dalam
batas-batasnya. Biasanya diambil sekitar 5%.
2. Regulasi Frekuensi: Pada keadaan normal, variasi frekuensi biasanya cukup
kecil, ±0.1 Hz, dan tidak terasa oleh beban.
3. Kandungan Harmonisa: (Lihat: Analisis Rangkaian Listrik Jilid-3).

Sumber:
Sudirham, Sudaryatno. (2012). “ANALISIS SISTEM TENAGA”. Bandung: Darpublic.
Senen, Adri. (2020). “ANALISA SISTEM TENAGA LISTRIK”. Jakarta: IT-PLN
VII. ANALISA
Pada praktikum modul pertama yang berjudul “Diagram Saluran Tunggal (Single Line
Diagram)” dilakukan sebuah percobaan dengan tujuan agar praktikan mampu mempelajari
fungsi ETAP dalam sistem tenaga listrik, praktikan mampu memahami cara pengoperasian
program software ETAP, serta praktikan mampu menggambar diagram saluran tunggal
sistem tenaga listrik dan setting beberapa komponennya pada software ETAP. Praktikum
dilakukan dengan menggunakan sebuah unit PC/Komputer yang dalamnya sudah ter-install
perangkat lunak ETAP.
ETAP merupakan singkatan dari Electric Transient Analysis Program, sebuah software
yang digunakan untuk melakukan simulasi sistem tenaga listrik serta analisa fenomena yang
terjadi pada suatu sistem tenaga listrik. Fenomena yang dimaksud seperti aliran daya listrik
pada sistem tenaga listrik, gangguan-gangguan pada sistem tenaga listrik seperti hubung
singkat, ataupun pengaruh motor starting terhadap kestabilan transien. ETAP merupakan
salah satu software yang dapat digunakan untuk perancangan, simulasi, dan analisa sistem
tenaga listrik, yang dimana ketiga fungsi tersebut sangat penting untuk dipahami bagi para
teknisi listrik dalam mempelajari kondisi real-time sistem kelistrikan suatu wilayah dan
membuat sistem tersebut menjadi semakin andal.
Single Line Diagram atau yang disingkat dengan SLD sangat umum digunakan pada
simulasi dan analisa sistem tenaga listrik, karena Diagram Saluran Tunggal merupakan
notasi yang disederhanakan untuk merepresentasikan sebuah sistem jaringan tenaga listrik
tiga fasa. Sistem Tenaga Listrik yang secara garis besar menggunakan saluran tiga fasa (tiga
saluran untuk masing-masing fasa), disederhanakan penggambarannya menjadi satu buah
saluran, untuk memudahkan pembacaan diagram/aliran daya dan analisa rangkaian. Metode
penyederhanaan ini mirip seperti Teorema Thevenin, menyederhanakan suatu rangkaian
rumit menjadi sebuah rangkaian yang hanya terdiri dari satu buah resistor penghubung ke
beban dan satu buah sumber tegangan yang ekivalen. Tentunya masih ada metode
penyederhanaan lainnya seperti Teorema Norton, yang mana semua metode tersebut
bertujuan untuk menyederhanakan dan memudahkan analisa rangkaian listrik.
Dari praktikum modul pertama ini, dapat dipahami bahwa perancangan sistem tenaga
listrik tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Pada dasarnya, suatu sistem tenaga listrik
dapat digambarkan dengan sebuah rangkaian listrik sederhana yang terdiri dari sebuah
sumber daya/sumber tegangan dan sebuah beban lalu saling dihubungkan dengan sebuah
penghantar dengan nilai resistansi tertentu, dimana sistem ini akan tepat guna apabila beban
menyerap energi listrik yang sesuai dengan jumlah energi listrik yang dihasilkan sumber
daya. Apabila terjadi ketidakseimbangan disalah satu sisi, baik itu sumber daya
menghasilkan energi berlebih ataupun permintaan listrik beban berlebih, maka dapat
dikatakan sistem ini memiliki keandalan yang rendah, tidak menguntungkan dan berpotensi
gagal. Sumber Daya pada kenyataannya adalah Generator Listrik, sebuah komponen yang
menghasilkan energi listrik dari hasil konversi energi non-listrik. Beban pada kenyataannya
adalah konsumen listrik, yang direpresentasikan pada 3 bentuk dasar, yaitu beban resistif,
beban induktif, dan beban kapastif. Beban Resistif adalah golongan beban yang hanya
menyerap daya aktif dan beroperasi pada faktor daya unity, contoh komponen pada ETAP
adalah Static Load. Beban Induktif merupakan golongan beban yang menyerap daya aktif
dan reaktif serta beroperasi pada faktor daya lagging, contoh komponen pada ETAP adalah
Induction Machine. Beban Kapasitif adalah golongan beban yang menyerap daya aktif dan
menyuplai daya reaktif serta beroperasi pada faktor daya leading, contoh komponen pada
ETAP adalah Capacitor Bank. Penghantar Listrik digunakan untuk menghubungkan sumber
daya dengan beban agar penyaluran energi listrik dapat terpenuhi. Namun setiap penghantar
akan memiliki nilai resistansi tertentu, sehingga terjadi susut daya dan jatuh tegangan yang
merupakan kerugian (losses) energi listrik disepanjang penghantar. Semakin jauh jarak
beban dari sumber daya, maka penghantar yang digunakan juga lebih banyak dan lebih
panjang, yang akan membuat susut daya dan jatuh tegangan makin membesar. Untuk itu
sistem penyaluran energi listrik dibagi menjadi 2 sistem yaitu sistem transmisi dan sistem
distribusi, yang dimana pada masing-masing sistem tersebut terdapat pos-pos yang disebut
Gardu. Pos-pos ini berfungsi sebagai tempat pemulihan energi listrik dengan menggunakan
trafo yang akan menaikkan kembali nilai tegangan setelah listrik mengalami jatuh tegangan
sepanjang penghantar. Semakin banyak gardu dan semakin berdekatan jaraknya, maka susut
daya dapat diminimalkan, namun hal ini sulit dicapai karena banyaknya biaya yang
dibutuhkan dalam pembuatan gardu. Pada sistem transmisi, penghantar yang digunakan
adalah konduktor telanjang dan beroperasi pada tegangan diatas 20kV, contoh komponen
pada ETAP adalah Transmission Line. Sedangkan pada sistem distribusi, penghantar yang
digunakan adalah konduktor berisolator dan beroperasi pada tegangan dibawah 20kV,
contoh komponen pada ETAP adalah Cable.
Suatu Sistem Tenaga Listrik terdiri dari Sistem Pembangkitan, Sistem Transmisi, dan
Sistem Distribusi, yang dimana ketiga bagian ini dapat digambarkan pada ETAP dalam
bentuk Single Line Diagram dengan menggunakan beberapa komponen yaitu Synchronous
Generator atau PV Panel System sebagai pembangkit, Lumped Load sebagai representasi
beban campuran, Busbar dan Transformator yang dihubungkan dengan Transmission Line
untuk membentuk sistem transmisi atau dengan Cable untuk membentuk sistem distribusi.
Terdapat juga komponen tambahan yaitu HVCB dan LVCB sebagai komponen proteksi
jaringan listrik, beberapa jenis beban lainnya seperti Synchronous Motor, Induction
Machine, dan Static Load, serta komponen penting lainnya seperti Power Grid, Composite
Network, dan AC Composite Motor yang dapat digunakan untuk menyederhanakan
rangkaian.
Pada modul pertama ini praktikan juga memahami bahwa ada 4 bentuk konfigurasi
jaringan yang dapat digunakan dalam membentuk suatu sistem tenaga listrik, yaitu
Konfigurasi Jaringan Radial, Konfigurasi Jaringan Loop, Konfigurasi Jaringan Spindel,
Konfigurasi Jaringan Tieline.
VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum modul pertama, praktikan dapat mengambil kesimpulan yaitu:
1. ETAP merupakan salah satu software yang dapat digunakan untuk perancangan, simulasi,
dan analisa sistem tenaga listrik, yang dimana ketiga fungsi tersebut sangat penting untuk
dipahami bagi para teknisi listrik dalam mempelajari kondisi real-time sistem kelistrikan suatu
wilayah dan membuat sistem tersebut menjadi semakin andal.
2. Single Line Diagram (Diagram Satu Garis) merupakan notasi yang disederhanakan untuk
merepresentasikan suatu jaringan listrik bersaluran 3 fasa.
3. Suatu Sistem Tenaga Listrik terdiri dari Sistem Pembangkitan, Sistem Transmisi, dan
Sistem Distribusi, yang dimana ketiga bagian ini dapat digambarkan pada ETAP dalam bentuk
Single Line Diagram dengan menggunakan beberapa komponen yaitu Synchronous Generator
atau PV Panel System sebagai pembangkit, Lumped Load sebagai representasi beban
campuran, Busbar dan Transformator yang dihubungkan dengan Transmission Line untuk
membentuk sistem transmisi atau dengan Cable untuk membentuk sistem distribusi. Terdapat
juga komponen tambahan yaitu HVCB dan LVCB sebagai komponen proteksi jaringan listrik,
beberapa jenis beban lainnya seperti Synchronous Motor, Induction Machine, dan Static Load,
serta komponen penting lainnya seperti Power Grid, Composite Network, dan AC Composite
Motor yang dapat digunakan untuk menyederhanakan rangkaian.
IX. REPORT
Terlampir pada halaman selanjutnya.
X. TUGAS AKHIR
Terlampir pada halaman selanjutnya
XI. PERTANYAAN
1. Pada rangkaian yang Anda buat, konfigurasi rangkaian apa yang Anda pakai? Dan
berikan alasan Anda memakai konfigurasi itu!
2. Pada rangkaian yang Anda buat, mode generator apa yang dipakai? Jelaskan definisi
mode operasi generator Swing, Voltage Control, Mvar Control, dan PF Control!
3. Pada rangkaian yang Anda buat, jenis saluran apa saja yang Anda pakai? Dan berikan
alasan!
4. Jelaskan perbedaan Power Grid dan Generator!
5. Jelaskan perbedaan Transmission Line dan Cable!

Jawaban:
1. Konfigurasi yang digunakan adalah Jaringan Konfigurasi Spindel. Alasannya adalah
Konfigurasi ini merupakan gabungan dari Konfigurasi Radial dan Konfigurasi Loop, yang
memiliki karakteristik yaitu adanya Express Feeder dan memiliki keunggulan yaitu keandalan
yang tinggi.
2. Mode Generator yang digunakan adalah Mode PF Control.
- Mode Swing adalah mode generator dengan nilai sudut rotor/sudut torsi/phase angle yang
dapat diatur agar bisa memenuhi kekurangan daya pada sistem ketika beban puncak.
- Mode MVar Control adalah mode generator dengan nilai daya reaktif yang dapat diatur,
sehingga daya reaktif dapat disuplai pada angka tertentu sesuai kebutuhan
- Mode Voltage Control adalah mode generator dengan nilai tegangan yang dapat diatur,
disebabkan adanya pengaturan AVR, sehingga tegangan dapat dihasilkan pada angka tertentu
sesuai kebutuhan.
- Mode PF Control adalah mode generator dengan nilai faktor daya yang dapat diatur
disebabkan adanya pengaturan eksitasi, sehingga porsi daya aktif dan reaktif dapat
disesuaikan untuk menghasilkan faktor daya pada angka tertentu sesuai kebutuhan.
3. Seperti pada umumya, untuk merepresentasikan saluran transmisi digunakan komponen
transmission line, dan untuk merepresentasikan saluran distribusi digunakan komponen cable.
Dalam penerapan lapangan, transmission line dapat berupa SUTET dan SUTT, sedangkan
cable dapat berupa SKUTM dan SUTR. Pada rangkaian terdapat SUTET karena adanya
jaringan yang beroperasi pada tegangan 500kV, terdapat SUTT karena adanya jaringan yang
beroperasi pada tegangan 150kV, terdapat SKUTM karena adanya jaringan yang beroperasi
pada tegangan 20kV, dan terdapat SUTR karena adanya jaringan yang beroperasi pada
tegangan 0,4kV. Tentunya penggunaan tipe penghantar akan beragam tergantung pada
keragaman nilai tegangan yang dioperasikan, letak penggunaan penghantar nya apakah berada
di sistem transmisi atau distribusi, serta panjang penghantarnya pada kondisi lapangan. Jika
semakin panjang maka konduktor telanjang lebih cocok digunakan untuk mengurangi biaya
isolator. Jika semakin dekat dengan makhluk hidup maka konduktor berisolator lebih cocok
digunakan untuk memproteksi saluan dan makhluk hidup, sehingga agar lebih aman.
4. Power Grid adalah sumber tegangan yang ideal yang mampu menyuplai daya dengan
tegangan tetap sekalipun daya yang diserap cukup besar. Power Grid merupakan kumpulan
jaringan sistem tenaga listrik yang dapat berupa sebuah generator yang besar, atau sebuah
Gardu Induk yang merupakan bagian dari sebuah sistem tenaga listrik interkoneksi yang
cukup besar.
Sedangkan Generator adalah sumber tegangan yang tidak ideal dimana tegangan akan turun
ketika beban yang ditanggung melebihi kemampuan generator, dan suplai daya yang diberikan
hanya terbatas pada jumlah kapasitas generator. Generator merupakan sistem pembangkitan
tenaga listrik, dan bukan merupakan kumpulan jaringan sistem tenaga listrik interkoneksi
yang besar.
5. Transmission Line adalah saluran angkut listrik yang digunakan pada jaringan transmisi,
berupa konduktor telanjang dan beroperasi pada sistem bertegangan diatas 20kV. Sedangkan
Cable adalah saluran angkut listri yang digunakan pada jaringan distribusi, berupa konduktor
berisolator dan beroperasi pada sistem bertegangan dibawah 20kV.
MODUL II
ANALISA ALIRAN DAYA
(LOAD FLOW ANALYSIS)

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari konsep dan tujuan analisa aliran daya dalam sistem tenaga listrik.
2. Menganalisa masalah-masalah aliran daya pada sistem tenaga listrik.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. 1 unit PC
2. Software ETAP
III. TEORI
Analisis aliran daya merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui kondisi sistem
tenaga listrik, apakah masih dalam keadaaan aman atau tidak, sehingga sangat dibutuhkan
dalam perencanaan sistem untuk masa yang akan datang dan merupakan bahan evaluasi
terhadap sistem yang ada. Hasil perhitungan aliran daya digunakan juga sebagai data awal untuk
analisis gangguan sistem, analisis stabilitas sistem. Studi aliran daya juga memberikan
informasi mengenai beban saluran transmisi di sistem, tegangan di setiap lokasi evaluasi
regulasi kinerja sistem tenaga listrik dan bertujuan untuk menentukan besarnya daya nyata (real
power), daya reaktif (reactive power) di berbagai titik pada sistem daya yang dalam keadaan
berlangsung atau diharapkan untuk operasi normal. Perencanaan, pendesainan dan
pengoperasian sistem tenaga membutuhkan perhitungan- perhitungan tersebut untuk
menganalisis performansi sistem pada kondisi mantap pada berbagai macam kondisi operasi.

Pada praktikum ini, solusi analisis aliran daya diperoleh dengan menggunakan program
komputer khusus untuk keperluan ini (pada praktikum ini digunakan ETAP, untuk mengerti
detail formula perhitungan aliran daya, praktikan disarankan untuk membaca buku teks mengenai
analisis sistem tenaga). Permasalahan mendasar yang dipecahkan dengan studi aliran daya ini
adalah menemukan aliran daya pada setiap saluran dan trasformator di jaringan, serta besar
tegangan dan sudut phasa pada setiap busbar di jaringan, setelah data konsumsi daya pada titik-
titik beban dan produksi daya pada sisi generator diketahui.

Secara umum tujuan analisa aliran daya adalah:


1. Untuk memeriksa tegangan dan sudut fasa masing-masing bus.
2. Untuk memeriksa kemampuan semua peralatan yang ada dalam sistem apakah cukup besar
untuk menyalurkan daya yang diinginkan.
3. Untuk memperoleh kondisi awal bagi studi-studi selanjutnya, yakni studi hubung singkat,
studi rugi-rugi transmisi, studi analisa aliran daya harmonisa dan studi stabilitas.

Bus terdiri dari 3 jenis dan diklasifikasikan sebagai:


1. Bus PQ (bus beban) – Umumnya, dalam bus PQ, daya nyata dan daya reaktif yang
dibangkitkan akan dianggap nol. Namun, daya akan mengalir keluar, dengan demikian, daya
nyata dan daya reaktif akan menjadi negatif. The Beban Bus akan digunakan untuk menemukan
tegangan bus dan sudut.
2. Bus PV (Bus generator/pembangkit) – Daya dan tegangan sebenarnya ditentukan untuk bus
yang merupakan generator. Bus-bus ini memiliki pembangkit listrik yang konstan, dikendalikan
melalui penggerak utama, dan tegangan bus yang konstan.
3. Slack bus (Bus referensi atau Bus Swing) – bus ini untuk menyeimbangkan daya aktif dan
reaktif dalam sistem. Hal ini juga dikenal sebagai Bus Referensi atau Bus Swing . Bus slack
akan berfungsi sebagai referensi sudut untuk semua bus lain dalam sistem, yang diatur ke 0°.
Besarnya tegangan juga diasumsikan 1 p.u. pada slack bus.

Bus slack menyediakan atau menyerap daya aktif dan reaktif ke dan dari saluran transmisi untuk
menyediakan kerugian, karena variabel ini tidak diketahui sampai solusi akhir ditetapkan. Bus
slack adalah satu-satunya bus yang sudut fasa referensi sistemnya ditentukan. Dari sini, berbagai
perbedaan sudut dapat dihitung dalam persamaan aliran daya. Jika bus slack tidak ditentukan,
maka bus generator dengan daya nyata maksimum |P| bertindak sebagai bus kendur. Skema
yang diberikan dapat melibatkan lebih dari satu slack bus.

Pada tiap-tiap bus terdapat 4 Variabel besaran, yaitu :


1. Daya real atau daya aktif |P|
2. Daya reaktif |Q|
3. Tegangan |V|
4. Sudut fasa |δ|
Besaran

Diketahui Dihi
Jenis Bus
tung
Slack/Swig V, δ P, Q

Beban P, Q V, δ

Generator V, P Q, δ

Studi analisa aliran daya meliputi tiga langkah besar berikut:


1. Pemodelan komponen sistem tenaga dan jaringan
2. Pembuatan persamaan aliran daya
3. Memecahkan persamaan aliran beban menggunakan teknik numerik

Untuk melakukan kalkulasi aliran daya, terdapat 3 metode yang biasa digunakan:
1. Sistem Gauss-Seidel– Seidel Method
Sistem Gauss-Seidel adalah salah satu jenis analisis yang paling umum. Keunggulan dari sistem
ini adalah kesederhanaannya dalam pengoperasian, daya komputasi yang diperlukan terbatas,
dan waktu penyelesaian yang lebih sedikit. Namun, tingkat konvergensinya yang lambat
menghasilkan banyak iterasi. Jumlah bus yang lebih banyak meningkatkan iterasi ini.

2. Metode Newton–Raphson
Metode Newton-Raphson adalah metode yang lebih canggih, menggunakan konvergensi
kuadrat, dan dapat digunakan untuk situasi yang lebih kompleks. Metode ini membutuhkan
lebih sedikit iterasi untuk mencapai konvergensi, dan oleh karena itu juga membutuhkan lebih
sedikit waktu komputer. Ini juga lebih akurat karena kurang sensitif terhadap faktor-faktor
rumit seperti pemilihan bus kendur atau transformator regulasi. Salah satu kelemahannya adalah
pemrograman

Metode Newton-Raphson dikembangkan dari Deret Taylor dengan mengabaikan derivative


pertama fungsi dengan satu variabel dari persamaan Deret Taylor berikut ini [2].

Jika :

Untuk I, k = 1, 2, 3, ... , n
G = Konduktansi
B = Suseptansi
Y = Admitansi Daya
pada bus ke-i adalah [2]:

Untuk I, k = 1, 2, 3, …, n Besaran per unit (p.u) didefinisikan sebagai perbandingan harga yang
sebenarnya dengan harga dasar ( Base value ) :

3. Fast Decoupled Method


Keuntungan utama dari metode ini adalah menggunakan lebih sedikit memori komputer.
Kecepatan kalkulasi 5x lebih cepat daripada metode Newton – Raphson, menjadikannya pilihan
populer untuk manajemen jaringan listrik secara real-time. Namun, ini bisa menjadi kurang
akurat karena asumsi digunakan untuk mendapatkan penghitungan cepat. Karena lebih sulit
untuk mengubah program komputer ini untuk mencari masalah lain seperti keamanan atau
aliran sistem daya, cakupannya menjadi terbatas.

Adanya drop voltage maka akan mempengaruhi besar daya yang diterima dan terjadi rugi- rugi
daya (Plooses) yang dirumuskan dengan:

Plooses = I2.R
Dimana :
Plooses : Rugi-rugi daya (W)
I = Arus (A)
R = Hambatan (Ohm)

Qlooses = I2.X
Dimana :
Qlooses = Rugi-rugi daya (W) I = Arus (A)
X = Reaktansi (Ohm)
IV. LANGKAH PERCOBAAN
1. Gambarkan model one line diagram lanjutan dari modul 1

Gambar 2.1 OLV1 (Sebelum Diberi Gangguan)


2. Klik menu , kemudian klik study case akan tampil seperti dibawah ini: klik alert.
untuk mensetting batas kritis dan marginal system sesuai standard. Pada critical
undervoltage diganti standardnya menjadi 90% dan marginal undervoltage menjadi 95%.

3. Running Load Flow dan amati warna bus :


• Jika bus berwarna merah artinya level tegangan dalam kondisi kritis.
• Jika bus berwarna pink artinya level tegangan dalam kondisi marginal
• Jika bus berwarna hitam artinya level tegangan sesuai standard

4. Catat datanya pada table data pengamatan


V. GAMBAR RANGKAIAN
Terlampir pada halaman selanjutnya
VI. TEORI TAMBAHAN
Dalam analisis aliran daya, kita mengambil ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a). Sistem dalam keadaan seimbang; dengan demikian kita dapat melakukan perhitungan
dengan menggunakan model satu-fasa.
b). Semua besaran dinyatakan dalam per-unit; dengan demikian berbagai tingkat
tegangan dalam sistem sebagai akibat digunakannya transformator, tidaklah menjadi persoalan.
Bus-bus dalam rangkaian sistem tenaga merupakan simpul-simpul rangkaian yang biasa kita
kenal dalam analisis rangkaian listrik. Bus-bus ini dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis:
i) Bus-generator (generator bus), adalah bus dimana generator dihubungkan melalui
transformator. Daya yang masuk dari generator ke bus-generator ke-i (bus nomer i) adalah

(5.1)
Dari bus ke-i ini mengalir daya ke dua jurusan; yang pertama adalah aliran daya langsung ke
beban yang terhubung ke bus ini dan yang kedua adalah aliran daya menuju saluran transmisi.
Daya yang langsung menuju beban adalah

(5.2)
dan daya yang menuju saluran transmisi menjadi

(5.3)
ii) Bus yang tidak terhubung ke generator tetapi terhubung hanya ke beban disebut bus-
beban (load bus). Dari bus-beban ke-j (nomor bus j) mengalir daya menuju ke beban sebesar
SBj atau kita katakan daya mengalir menuju saluran transmisi sebesar

(5.4)
iii) Jika kita hanya memperhatikan daya sumber dan daya beban, teorema Tellegen tidak
akan terpenuhi karena masih ada daya keluar dari rangkaian yang tidak diketahui yaitu daya
yang diserap oleh saluran dan transformator. Oleh karena itu, untuk keperluan analisis, jika
tegangan semua bus-beban diketahui, baik melalui dugaan maupun ditetapkan, tegangan bus-
generator juga harus dapat ditetapkan kecuali satu di antaranya yang dibiarkan mengambang;
bus mengambang ini disebut slack bus. Slack bus seolah berfungsi sebagai simpul sumber
tegangan bebas dalam analisis rangkaian listrik yang biasa kita kenal. Dengan cara ini maka
teorema Tellegen akan bisa dipenuhi.
Karena relasi linier hanya ada pada tegangan dan arus, tidak pada daya, maka persamaan aliran
daya harus diturunkan melalui persamaan arus dan tegangan terlebih dulu. Selain itu, karena
kita menggunakan sistem per-unit, impedansi transformator dapat disatukan dengan impedansi
generator sehingga transformator tak digambarkan lagi dalam diagram satu garis untuk analisis
ini.
Sistem Dengan Dua Bus. Kita tinjau bus-1 (bus-generator nomer-1) yang terhubung melalui
saluran transmisi ke bus-2 (bus-generator nomer-2). Diagram satu garis dan model satu-fasa
terlihat pada Gb.5.1. dan Gb.5.2.

Gb.5.1 Model Satu-Fasa. Diagram Rangkaian

Gb.5.2 Model Satu-Fasa. Rangkaian Ekivalen


Ket:

Arus yang keluar dari bus-1 ke saluran transmisi adalah

(5.5.a)
dengan y12 = 1/z12 adalah admitansi transfer antara bus-1 dan bus-2
Admitansi total yang dilihat oleh bus-1 didefinisikan sebagai

(5.5.c)
Dengan pengertian ini maka relasi (5.5.a) dapat ditulis
(5.6.a)
Dengan pengertian yang sama, kita peroleh relasi untuk bus-2 sebagai

(5.6.b)
Dengan demikian kita memperoleh persamaan untuk sistem dengan dua bus (dengan mengbah
urutan penulisan pada (5.6.b))

(5.7)
Sistem Dengan Tiga Bus. Untuk sistem dengan tiga bus, relasi (5.7) dikembangkan menjadi

(5.8.a)
Secara formal, penulisan persamaan (5.8.a) adalah

(5.8.b)
Dengan Yij = -yij. Persamaan (5.8.b) dapat kita tuliskan dalam bentuk matriks sebagai

(5.9)
Sistem Dengan n Bus. Persamaan untuk sistem dengan tiga bus (5.9) dikembangkan untuk
sistem dengan n bus menjadi

(5.10.a)
Persamaan (5.10.a) ini dapat kita tulis dengan ringkas:
(5.10.b)
Persamaan Aliran Daya
Untuk menurunkan persamaan aliran daya kita perhatikan arus yang mengalir ke saluran
transmisi (tidak termasuk arus ke beban langsung). Untuk bus ke-i dalam sistim dengan n bus,
kita dapatkan

(5.11)
Dengan (5.11) ini kita dapat menghitung daya dari bus-i yang menuju saluran transmisi, yaitu

(5.12)

(5.13)
Perhatikan bahwa Si adalah daya yang mengalir ke saluran transmisi. Hubungan dengan daya
generator bisa diperoleh melalui relasi (5.3) yaitu

(5.14)
Persamaan (5.14) adalah dua persamaan yang kita peroleh untuk setiap bus-i. Dalam persamaan
ini terdapat enam besaran peubah yang terkait dengan bus yang bersangkutan, yaitu

(5.15)
Besaran yang lain adalah peubah di luar bus-i.
Jika bus-i adalah bus-generator, maka sebagian besaran yang terdapat pada persamaan (5.14)
merupakan besaran yang diketahui atau ditentukan:
- PBi dan QBi adalah daya beban yang diketahui.
- PGi merupakan besaran yang diketahui karena daya nyata ini bisa ditentukan dengan mengatur
masukan uap di turbin misalnya.
- Vi juga tertentu besarnya karena bisa di atur melalui arus eksitasi.
- QGi walaupun tidak diketahui namun, akan tertentu besarnya jika tegangan dan sudut fasa di
bus yang lain diketahui.
- dengan demikian hanya tinggal satu peubah yang harus
dihitung yaitu ψi.

Jika bus-i adalah bus-beban, tak ada generator terhubung ke sini; PGi dan QGi bernilai nol, dan
Pi = -PBi dan Qi = -QBi keduanya diketahui (tanda minus pada PBi dan QBi diberikan karena daya
dianggap mengalir ke saluran). Dengan demikian untuk bus-beban hanya ada dua besaran
peubah yang harus dihitung yaitu Vi dan ψi.

Jadi di setiap bus pada dasarnya hanya ada dua atau satu peubah yang harus dicari, yaitu Vi dan
ψi di bus-beban dan ψi saja di bus-generator. Dalam satu jaringan transmisi yang terdiri dari
total n bus, dengan nG bus-generator dan satu slack-bus, terdapat besaran yang harus dihitung
sebanyak

(5.16)
Kebanyakan bus dalam sistem tenaga adalah bus-beban; hanya sebagian kecil dari total jumlah
bus merupakan bus-generator.

Proses Pencarian Solusi


Solusi suatu persamaan aliran daya adalah mencari profil tegangan di semua bus dalam suatu
sistem tenaga. Karena persamaan daya merupakan persamaan non-linier, maka solusi dilakukan
dengan cara iterasi. Proses pencarian solusi adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan data teknis dari jaringan, tentukan elemen-elemen dari matriks [Ybus].
2. Pada bus-beban tentukan PB dan QB.
3. Pada bus-generator tentukan nilai tegangan bus V dan PG.
4. Buat slack-bus (bus nomer-1) bertegangan .
5. Asumsikan profil tegangan dan sudut fasanya, V dan ψ, bus yang lain.
6. Masukkan data [Ybus] dan profil tegangan yang diasumsikan ke persamaan (5.14) untuk
mencari Pi dan Qi. Setiap kali iterasi dilakukan, bandingkan hasil perhitungannya dengan
besaran yang ditetapkan sesuai langkah-2 dan langkah-3 atau hasil perhitungan sebelumnya.
7. Selisih yang diperoleh pada langkah-6, digunakan sebagai dasar untuk melakukan koreksi
pada langkah iterasi berikutnya sedemikian rupa sehingga selisih tersebut menjadi semakin
kecil.
8. Ulangi langkah-langkah iterasi sampai selisih yang didapat mencapai nilai kecil yang dapat
diterima. Profil tegangan pada situasi terakhir ini menjadi solusi yang dicari.

Sumber:
Sudirham, Sudaryatno. (2012). “Analisis Sistem Tenaga”. Bandung: Darpublic.
VII. DATA PENGAMATAN

Tabel 2.1 Analisa Aliran Daya pada Bus dengan Metode Newton Raphson
Adaptive Newton Raphson
No Bus Precision = 0.0001
kV Angle (o) Mag (%)
1 GI KIT 1A 13,8 0,3 100,255
2 GITET 500 0,0 100
3 GI I 150 -1,4 98.509
4 GI III 150 -1,5 98.370
5 BUS BEBAN IX 0,4 -5,5 86.58

Jumlah Iterasi =3
Losses = 0,0762 MW, -0,6079 MVAR

Tabel 2.2
Busbar (MW) (MVAR) (kA) (kV)
GI KIT IIA – GI
0,3 0,13 0,0137 13,8
KIT II
GI I – GI IA 0,257 0,134 0,0011 150
GI IA – BUS
0,253 0,126 0,4141 0,4
BEBAN
GI III – GI IIIA 0,313 0,207 0,0015 150
GI IIIA – BUS
0,309 0,191 0,0011 20
BEBAN VII
VIII. PENGOLAHAN DATA

Rugi-rugi saluran distribusi di SKUTM V dan SUTR V


1. SKUTM V
Diket :
I = 11 A X = 0,0898 Ω
R = 0,064 Ω l = 10 km
Ditanya : Plosses & Qlosses
Dijawab : Plosses = 3. I2. R . l
Plosses = 3. (11 A)2. 0,064 Ω . 10 km
Plosses = 232,32 W = 0,23233 kW

Qlosses = 3. I2. X . l
Qlosses = 3. (11 A)2. 0,0898 Ω . 10 km
Qlosses = 325,974 var = 0,325974 kvar

2. SUTR V
Diket :
I = 663 A X = 0,071 Ω
R = 0,064 Ω l = 0,25 km
Ditanya : Plosses & Qlosses
Dijawab : Plosses = 3. I2. R . l
Plosses = 3. (663 A)2. 0,064 Ω . 0,25 km
Plosses = 21099,31 W = 21,09931 kW

Qlosses = 3. I2. X . l
Qlosses = 3. (578 A)2. 0,071 Ω. 0,25 km
Qlosses = 23407,049 var = 23,407049 kvar
Jatuh tegangan saluran distribusi di SKUTM V dan SUTR V
A. 𝑆𝐾𝑈𝑇𝑀 𝑉
Diket :
I = 11 A X = 0,0898 Ω
R = 0,064 Ω l = 10 km
cos 𝜃 = 0,8498
Ditanya : Vd
Dijawab :
cos −1 𝜃 = 31,81 °
sin 𝜃 = sin 31,81 ° = 0,5271

𝑉𝑑 = √3 𝐼 𝑍
𝑉𝑑 = √3. 𝐼(𝑅 cos 𝜃 + 𝑋 sin 𝜃). 𝐼
𝑉𝑑 = √3. 11 𝐴(0,064 𝛺. 0,8498 +0,0898 𝛺. 0,5271) . 10 𝑘𝑚
𝑉𝑑 = 19,38 𝑉

B. 𝑆𝑈𝑇𝑅 𝑉
Diket :
I = 663 A X = 0,071 Ω
R = 0,064 Ω l = 0,25 km
cos 𝜃 = 0,8853
Ditanya : Vd
Dijawab :
cos −1 𝜃 = 27,71°
sin 𝜃 = sin 27,71 ° = 0,4649

𝑉𝑑 = √3 𝐼 𝑍
𝑉𝑑 = √3. 𝐼(𝑅 cos 𝜃 + 𝑋 sin 𝜃). 𝐼
𝑉𝑑 = √3. 663 𝐴(0,064 𝛺. 0,8853 +0,071 𝛺. 0,4649) . 0,25 𝐾𝑚
𝑉𝑑 = 25,74 𝑉
IX. ANALISA
Pada praktikum modul kedua yang berjudul “Anaisa Aliran Daya (Load Flow
Analysis)” dilakukan sebuah percobaan yang bertujuan agar praktikan mampu mempelajari
konsep dan tujuan analisa aliran daya dalam sistem tenaga listrik serta praktikan mampu
menganalisa masalah-masalah aliran daya pada sistem tenaga listrik. Praktikum dilakukan
dengan menggunakan sebuah unit PC/Komputer yang dalamnya sudah ter-install perangkat
lunak ETAP.
Analisa aliran daya atau Load Flow Analysis adalah analisis yang digunakan untuk
mengetahui kondisi sistem tenaga listrik, apakah masih dalam keadaan aman atau tidak.
Hasil Load Flow Analysis digunakan sebagai data awal untuk analisis gangguan sistem dan
analisis stabilitas sistem. Load Flow Analysis memberikan informasi mengenai beban
saluran transmisi di sistem, tegangan di setiap lokasi evaluasi regulasi kinerja sistem tenaga
listrik, dan bertujuan untuk menentukan besarnya real power (daya aktif) dan reactive power
(daya reaktif) diberbagai titik pada sistem yang dalam keadaan berlangsung atau diharapkan
untuk operasi normal. Perencanaan, pendesainan, pengoperasian, dan evaluasi sistem tenaga
membutuhkan perhitungan-perhitungan tersebut, sehingga Load Flow Analysis sangat
diperlukan untuk menganalisis performa sistem pada kondisi mantap dan pada berbagai
macam kondisi operasi. Intinya, Analisa Aliran Daya biasanya digunakan untuk memeriksa
tegangan dan sudut fasa pada masing-masing bus, memeriksa kemampuan semua peralatan
yang ada dalam sistem apakah cukup untuk menyalurkan daya yang diinginkan, untuk
memperoleh data kondisi awal untuk studi yang lebih lanjut seperti studi hubung singkat,
studi rugi-rugi transmisi, studi analisa aliran daya harmonisa dan studi stabilitas, yang mana
keempat studi tersebut diperlukan untuk perancangan sistem tenaga listrik baru ataupun
evaluasi sistem tenaga listrik yang sudah ada.
Pelaksanaan Analisa aliran daya meliputi 3 langkah utama, yaitu pemodelan komponen
sitsem tenaga dan jaringan, pembuatan persamaan aliran daya, dan memecahkan persamaan
aliran daya ke beban menggunakan teknik numerik. Teknik numerik yang dapat digunakan
yaitu Metode Gauss-Siedel, Metode Newton Raphson, dan Metode Fast Decoupled. Ketiga
metode tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Intinya, jika kita
menginginkan hasil yang lebih akurat dengan error sekecil mungkin, maka diperlukan daya
komputasi yang tinggi, dan waktu kerja yang relatif lebih lama.
Dari praktikum modul kedua ini, dapat dipahami bahwa aliran daya aktif dan reaktif
pada suatu sistem tenaga listrik akan sangat beragam tergantung pada kerapatan beban, jenis
beban, konfigurasi jaringan sistem, dan mode pembangkit pada sistem tenaga listrik tersebut.
Beban pada kenyataannya adalah konsumen listrik, yang direpresentasikan pada 3
bentuk dasar, yaitu beban resistif, beban induktif, dan beban kapastif. Beban Resistif adalah
golongan beban yang hanya menyerap daya aktif dan beroperasi pada faktor daya unity.
Beban Induktif merupakan golongan beban yang menyerap daya aktif dan reaktif serta
beroperasi pada faktor daya lagging. Beban Kapasitif adalah golongan beban yang menyerap
daya aktif dan menyuplai daya reaktif serta beroperasi pada faktor daya leading. Penghantar
Listrik digunakan untuk menghubungkan sumber daya dengan beban agar penyaluran energi
listrik dapat terpenuhi. Namun setiap penghantar akan memiliki nilai resistansi tertentu,
sehingga terjadi susut daya dan jatuh tegangan yang merupakan kerugian (losses) energi
listrik disepanjang penghantar. Semakin jauh jarak beban dari sumber daya, maka
penghantar yang digunakan juga lebih banyak dan lebih panjang, yang akan membuat susut
daya dan jatuh tegangan makin membesar. Apabila jatuh tegangan membuat level tegangan
turun hingga dibawah 90% dari nilai tegangan nominal, maka kondisi ini disebut critical
undervoltage, dan ini tanda bahwa kondisi sistem tidak maksimal karena beban/konsumen
tidak menerima tegangan yang sesuai standar. Besarnya jatuh tegangan juga sebanding
dengan banyaknya beban yang aktif. Semakin banyak jumlah demand beban, maka arus
listik yang dialirkan sepanjang saluran sistem semakin besar. Ini akan membuat susut daya
semakin besar berdasarkan rumus rugi-rugi penghantar, dimana loses makin membesar
apabila arus listrik yang mengalir semakin besar, dan tegangan pun makin jatuh. Adapun
sebaliknya, apabila jumlah beban berkurang hingga suplai daya melebihi demand beban,
maka terjadi over voltage, karena susut daya pada saluran berkurang akibat sedikitnya
jumlah arus listrik yang mengalir pada saluran, ditambah adanya daya lebih yang tidak
tersalurkan karena kurangnya beban. Overvoltage dapat ditoleransi/diperbolehkan hingga
pada batas 105% dari nilai tegangan nominal.
Berdasarkan daya pengamatan, dapat praktikan pahami bahwa terjadi undervoltage pada
Busbar GI I dengan nilai 98,518% dari tegangang nominal dan busbar berwarna hitam
(artinya terjadi drop voltage sebesar 2,492% disepanjang saluran sebelum mencapai Busbar
GI I), terjadi undervoltage pada Busbar GI III dengan nilai 98,380% dari tegangang nominal
dan busbar berwarna hitam (artinya terjadi drop voltage sebesar 2,620% disepanjang saluran
sebelum mencapai Busbar GI III), serta terjadi undervoltage pada BUS BEBAN IX dengan
nilai 86,843% dari tegangang nominal dan busbar berwarna merah (artinya kondisi tegangan
yaitu critical undervoltage dan terjadi drop voltage sebesar 13,157% disepanjang saluran
sebelum mencapai BUS BEBAN IX), yang menandakan bahwa kondisi sistem (distribusi)
kurang baik karena beban menerima teganga listrik yang dibawah standar. Selain
undervoltage, terjadi juga overvoltage pada Busbar GI KIT IA dengan nilai 100,255% dari
tegangan nominal dan busbar berwarna hitam. Dapat dipahami bahwa ada 3 kondisi warna
busbar yang tampak setelah praktikan menjalankan Run Load Flow Analysis. Jika bus
berwarna merah, menandakan level tegangan dalam konsisi kristis. Jika bus berwarna pink,
menandakan level tegangan dalam konsisi marginal, dimana nilai tegangan berada pada
rentang 90% sd. 95% atau 102% sd. 105%. Jika bus berwarna merah, menandakan level
tegangan dalam konsisi kristis, dimana nilai tegangan berada dibawah 90% atau diatas
105%. Jika bus berwarna hitam, menandakan level tegangan dalam konsisi standar atau
mendekati standar, dimana nilai tegangan berada pada nilai 100% atau pada rentang 95% sd.
102%. Pengaturan rentang level tegangan ini dilakukan dengan Tools Study Case pada
software ETAP, dan penenentuan nilanya sesuai dengan regulasi yang ditentukan di negara
Indonesia, yaitu nilai tegangan yang beroperasi dapat ditoleransi selama belum melebihi
+5% dan dibawah -10% dari tegangan nominal. Metode untuk mengatasi masalah susut daya
dan jatuh tegangan, akan dijelaskan pada sub modul 2.
Konfigurasi jaringan sistem juga berpengaruh pada aliran daya yang terjadi. Apabila
suatu jaringan memiliki feeder pendukung (yang umumnya ada pada konfigurasi jaringan
spindle), maka kontinuitas dan kestabilan aliran daya dapat terjaga. Apabila suatu jaringan
memiliki banyak tanggungan feeder, maka aliran daya juga besar sebanding dengan
banyaknya beban yang tersambung pada masing-masing feeder.
Selain itu Mode Pembangkit juga berpengaruh pada besar supai daya yang dihasilkan
serta aliran daya yang terjadi. Contoh kasus, apabila suatu jaringan memiliki banyak beban
induktif (contohnya Induction Machine) atau dengan porsi kebutuhan kVAR yang besar
(contohnya pada Lumped Load), maka diperlukan Generator dengan Mode khusus untuk
bekerja menyediakan suplai daya reaktif. Contoh lainnya, apabila disuatu jaringan terjadi
drop voltage yang besar, maka diperlukan Generator dengan Mode khusus yang dapat
menjaga nilai tegangan agar berada pada rentang level yang diperbolehkan. Mode
Pembangkit yang dimaksud terbagi menjadi 4 macam. Mode Swing adalah mode generator
dengan nilai sudut rotor/sudut torsi/phase angle yang dapat diatur agar bisa memenuhi
kekurangan daya pada sistem ketika beban puncak. Mode MVar Control adalah mode
generator dengan nilai daya reaktif yang dapat diatur, sehingga daya reaktif dapat disuplai
pada angka tertentu sesuai kebutuhan. Mode Voltage Control adalah mode generator dengan
nilai tegangan yang dapat diatur, disebabkan adanya pengaturan AVR, sehingga tegangan
dapat dihasilkan pada angka tertentu sesuai kebutuhan. Mode PF Control adalah mode
generator dengan nilai faktor daya yang dapat diatur disebabkan adanya pengaturan eksitasi,
sehingga porsi daya aktif dan reaktif dapat disesuaikan untuk menghasilkan faktor daya pada
angka tertentu sesuai kebutuhan.
X. KESIMPULAN
Dari praktikum modul kedua, praktikan dapat mengambil kesimpulan yaitu:
1. Analisa Aliran Daya biasanya digunakan untuk memeriksa tegangan dan sudut fasa pada
masing-masing bus, memeriksa kemampuan semua peralatan yang ada dalam sistem apakah
cukup untuk menyalurkan daya yang diinginkan, untuk memperoleh data kondisi awal untuk
studi yang lebih lanjut seperti studi hubung singkat, studi rugi-rugi transmisi, studi analisa
aliran daya harmonisa dan studi stabilitas, yang mana keempat studi tersebut diperlukan untuk
perancangan sistem tenaga listrik baru ataupun evaluasi sistem tenaga listrik yang sudah ada.
2. Jika bus berwarna pink, menandakan level tegangan dalam konsisi marginal, dimana nilai
tegangan berada pada rentang 90% sd. 95% atau 102% sd. 105%. Jika bus berwarna merah,
menandakan level tegangan dalam konsisi kristis, dimana nilai tegangan berada dibawah 90%
atau diatas 105%. Jika bus berwarna hitam, menandakan level tegangan dalam konsisi standar
atau mendekati standar, dimana nilai tegangan berada pada nilai 100% atau pada rentang 95%
sd. 102%. Pengaturan rentang level tegangan ini dilakukan dengan Tools Study Case pada
software ETAP, dan penenentuan nilanya sesuai dengan regulasi yang ditentukan di negara
Indonesia, yaitu nilai tegangan yang beroperasi dapat ditoleransi selama belum melebihi +5%
dan dibawah -10% dari tegangan nominal.
XI. REPORT
Terlampir pada halaman selanjutnya.
XII. TUGAS AKHIR
Terlampir pada halaman selanjutnya.
XIII. PERTANYAAN
(Pertanyaan no 1, 2, 3, dan 4)
1. Jelaskan analisis aliran daya pada bus pembangkit pada GI KIT IA hingga GI KIT I, beserta
penjelasan arah panahnya!
2. Mengapa dalam suatu sistem tenaga listrik harus memiliki pembangkit mode swing?
Jelaskan!
3. Hitunglah rugi-rugi saluran distribusi di SKUTM V dan SUTR V (Masukkan di
Pengolahan Data)!
4. Hitunglah jatuh tegangan saluran distribusi di SKUTM V dan SUTR V (Masukkan di
Pengolahan Data)!

Jawaban:
1. Daya yang disupply dari GI KIT IA sampai GI KIT 1 mengalami kenaikan dikarenakan
dibantu oleh daya PLTU UNIT III dan juga daya yang dihasilkannya tidak sama dengan
apabila 3 buah daya generator tersebut dijumlahkan karena terjadi jatuh tegangan di
Transformatornya dikarenakan adanya rugi rugi eddy current yaitu rugi rugi yang terjadi pada
inti besi.
2. Didalam suatu sistem tenaga listrik harus memiliki pembangkit mode swing dikarenakan
didalam suatu sistem tenaga akan terjadi nya perubahan daya beban, oleh karena itu adanya
generator swing yang akan mem-back up kekurangan daya tersebut.

3. Rugi-rugi saluran distribusi di SKUTM V dan SUTR V


a. SKUTM V
Diket :
I = 11 A X = 0,0898 Ω
R = 0,064 Ω l = 10 km
Ditanya : Plosses & Qlosses
Dijawab : Plosses = 3. I2. R . l
Plosses = 3. (11 A)2. 0,064 Ω . 10 km
Plosses = 232,32 W = 0,23233 kW

Qlosses = 3. I2. X . l
Qlosses = 3. (11 A)2. 0,0898 Ω . 10 km
Qlosses = 325,974 var = 0,325974 kvar
b. SUTR V
Diket :
I = 663 A X = 0,071 Ω
R = 0,064 Ω l = 0,25 km
Ditanya : Plosses & Qlosses
Dijawab : Plosses = 3. I2. R . l
Plosses = 3. (663 A)2. 0,064 Ω . 0,25 km
Plosses = 21099,31 W = 21,09931 kW

Qlosses = 3. I2. X . l
Qlosses = 3. (578 A)2. 0,071 Ω. 0,25 km
Qlosses = 23407,049 var = 23,407049 kvar

4. Jatuh tegangan saluran distribusi di SKUTM V dan SUTR V


A. 𝑆𝐾𝑈𝑇𝑀 𝑉
Diket :
I = 11 A X = 0,0898 Ω
R = 0,064 Ω l = 10 km
cos 𝜃 = 0,8498
Ditanya : Vd
Dijawab :
cos −1 𝜃 = 31,81 °
sin 𝜃 = sin 31,81 ° = 0,5271

𝑉𝑑 = √3 𝐼 𝑍
𝑉𝑑 = √3. 𝐼(𝑅 cos 𝜃 + 𝑋 sin 𝜃). 𝐼
𝑉𝑑 = √3. 11 𝐴(0,064 𝛺. 0,8498 +0,0898 𝛺. 0,5271) . 10 𝑘𝑚
𝑉𝑑 = 19,38 𝑉
B. 𝑆𝑈𝑇𝑅 𝑉
Diket :
I = 663 A X = 0,071 Ω
R = 0,064 Ω l = 0,25 km
cos 𝜃 = 0,8853
Ditanya : Vd
Dijawab :
cos −1 𝜃 = 27,71°
sin 𝜃 = sin 27,71 ° = 0,4649

𝑉𝑑 = √3 𝐼 𝑍
𝑉𝑑 = √3. 𝐼(𝑅 cos 𝜃 + 𝑋 sin 𝜃). 𝐼
𝑉𝑑 = √3. 663 𝐴(0,064 𝛺. 0,8853 +0,071 𝛺. 0,4649) . 0,25 𝐾𝑚
𝑉𝑑 = 25,74 𝑉
SUB MODUL 2
ANALISA ALIRAN DAYA LANJUT
(ADVANCED LOAD FLOW ANALYSIS)

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menganalisa sistem transmisi dan distribusi yang terjadi jatuh tegangan di bawah
standar.
2. Memperbaiki jatuh tegangan dengan melakukan tap changer pada transfomator.
3. Memperbaiki jatuh tegangan dengan pemasangan kapasitor bank.
4. Menganalisa sistem tenaga listrik yang memiliki faktor daya di bawah standar.
5. Memperbaiki faktor daya dengan pemasangan kapasitor.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. 1 unit PC
2. Software ETAP
III. TEORI
1.1 PEMASANGAN TAP CHANGER DAN CAPACITOR UNTUK PERBAIKAN
TEGANGAN
Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk mendapatkan tegangan
operasi sekunder yang lebih baik (diinginkan) dari tegangan jaringan / primer yang berubah-
ubah. Untuk memenuhi kualitas tegangan pelayanan sesuai kebutuhan konsumen (PLN
Distribusi), tegangan keluaran (sekunder) transformator harus dapat dirubah sesuai keinginan.
Untuk memenuhi hal tersebut, maka pada salah satu atau pada kedua sisi belitan transformator
dibuat tap (penyadap) untuk merubah perbandingan transformasi (rasio) trafo. Ada dua cara
mengubah Tap Changer yaitu :
1. Mengubah tap dalam keadaan trafo tanpa beban. Tap changer yang hanya bisa beroperasi
untuk memindahkan tap transformator dalam keadaan transformator tidak berbeban,
disebut “Off Load Tap Changer” dan hanya dapat dioperasikan manual. Biasanya
dioperasikan dengan cara diputar untuk memilih posisi tap pada trafo ( tombol pengaturnya
dibagian atas deksel trafo, diantara Bushing Primer dan sekunder.
2. Mengubah tap dalam keadaan trafo berbeban. Tap changer yang dapat beroperasi untuk
memindahkan tap transformator, dalam keadaan transformator berbeban, disebut “On Load
Tap Changer (OLTC)” dan dapat dioperasikan secara manual atau otomatis.

Transformator yang terpasang di gardu induk pada umumnya menggunakan tap changer
yang dapat dioperasikan dalam keadaan trafo berbeban dan dipasang di sisi primer. Sedangkan
transformator penaik tegangan di pembangkit atau pada trafo kapasitas kecil, umumnya
menggunakan tap changer yang dioperasikan hanya pada saat trafo tenaga tanpa beban.
OLTC terdiri dari:
1. Selector Switch
2. Diverter Swtich
3. Transisi Resistor

KAPASITOR BANK
Capasitor Bank merupakan peralatan listrik yang mempunyai sifat kapasitif yang terdiri
sekumpulan beberapa kapasitor yang disambung secara parallel untuk mendapatkan kapasitas
kapasitif tertentu. Besaran parameter yang sering dipakai adalah KVAR (Kilovolt ampere
reaktif).
Secara umum fungsi kapasitor pada sistem tenaga adalah :
a. Menyuplai daya reaktif sehingga memaksimalkan penggunaan daya kompleks (KVA)
b. Memperbaiki power faktor
c. Mengurangi jatuh tegangan
d. Menghindari kelebihan beban trafo
e. Memberi tambahan daya tersedia
f. Menghindari kenaikan arus dan suhu pada kabel
g. Menghemat daya / efisiensi

Selain dapat memperbaiki nilai tegangan, pengaturan tegangan dengan menggunakan


kapasitor bank juga dapat meningkatkan nilai faktor daya. Sebab dengan memasang kapasitor
bank, akan dapat mengurangi penyerapan daya reaktif oleh beban. Pengurangan penyerapan
daya reaktif oleh beban pada sistem, akan dapat meningkatkan nilai faktor daya. Kapasitor bank
memberikan manfaat yang besar untuk kinerja sistem distribusi. Dimana kapasitor bank dapat
mengurangi losses, memperbesar kapasitas layanan dan mengurangi drop tegangan. Dengan
kata lain, Kapasitor Bank merupakan komponen yang berfungsi untuk menghasilkan daya
reaktif untuk mengkompensasi kebutuhan daya reaktif pada beban.
Permasalahan yang sering dijumpai dalam system transmisi tenaga listrik maupun system
distribusi ialah terjadinya Jatuh Tegangan sistem yang di bawah standar. Standar yang
digunakan biasanya untuk overvoltage +5% dan untuk undervoltage -10%. Jatuh tegangan
terjadi pada saluran yang sangat panjang karena impedansi salurannya akan terus bertambah
besar.

Jatuh tegangan ditimbulkan karena adanya resistansi pada penghantar, Besar arus pada tiap fasa.
• Jatuh Tegangan dirumuskan dengan :

Dimana :
∆V = Jatuh Tegangan (Volt).
Vs = Tegangan kirim (Volt).
Vr = Tegangan terima (Volt).
• Persentase (%) Jatuh tegangan
Dimana :
∆V(%) = Jatuh Tegangan dalam % (Volt).
Vs = Tegangan kirim (Volt).
Vr = Tegangan terima (Volt).

Jatuh Tegangan juga dirumuskan dengan :


Vd = I.Z
Vd = I (R cos θ + X sin θ)
Dimana :
Vd = Drop Voltage (V)
I = Arus (A)
Z = Impedansi (Ohm)
R = Hambatan (Ohm)

Dengan adanya drop voltage maka akan mempengaruhi besar daya yang diterima dan terjadi
rugi-rugi daya (Plooses) yang dirumuskan dengan

Plooses = I2.R
Dimana :
Plooses : Rugi-rugi daya (W) R = Hambatan (Ohm)
I = Arus (A)

1.2 PEMASANGAN CAPACITOR UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA


Faktor daya
Faktor daya merupakan perbandingan antara daya aktif (P) dengan magnitude dari daya
semu (|S|). Faktor daya hanya akan ada pada arus bolak-balik (AC). Faktor daya pada arus
bolak-balik (AC) bernilai mulai dari 0 sampai 1. Pada beban resistif faktor daya akan bernilai
1 dan pada beban induktif faktor daya akan bernilai 0. Faktor daya juga dapat didefinisikan
sebagai nilai cosinus dari sudut antara daya aktif (P) dan daya semu (S) pada segitiga daya.
Daya reaktif yang baik akan memperbaiki sudut cosinus dan sebagai hasilnya faktor daya akan
menjadi lebih rendah. Faktor daya selalu lebih kecil atau sama dengan satu.

Faktor daya bisa dilambangkan dengan PF (power factor). Untuk persamaan dari faktor
daya adalah sebagai berikut:

Maka berdasarkan pers. 2.1 dapat ditentukan sudut dari faktor daya dengan persamaan :
Segitiga Daya
Segitiga daya merupakan sebuah segitiga siku-siku yang merepresentasikan tiga buah daya
pada sistem arus bolak-balik (AC) yaitu daya aktif (P), daya reaktif (Q), dan daya semu (S).
Segitiga daya ini digunakan juga untuk mempermudah perhitungan dalam menentukan besaran-
besaran yang berkaitan dengan daya-daya tersebut yang terlihat seperti Gambar 2c.1 di bawah.

Daya semu (S) merupakan daya yang belum sampai ke beban atau bisa didefinisikan juga
sebagai penjulamlahan vektor antara daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) dengan persamaan
sebagai berikut :

Daya aktif (P) merupakan daya yang diserap oleh beban yang bersifat resistif dengan
persamaan sebagai berikut :

Berdasarkan (pers 2.3) maka didapat :

Daya reaktif (Q) merupakan daya yang diserap atau disuplai oleh beban yang bersifat
induktif atau kapasitif dengan persamaan sebagai berikut :

Berdasarkan (pers. 2. 3) maka didapat :

Dari (pers. 2.5) dan (pers 2.7) jika dibandingkan maka akan didapat :

Kapasitor Bank
Kapasitor bank merupakan sekelompok kapasitor dari rating yang sama yang terhubung
secara seri atau paralel satu sama lain untuk menyimpan energi listrik. Energi dalam bentuk
suplai daya reaktif yang dihasilkan kemudian digunakan untuk mengoreksi faktor daya lagging
atau pergeseran fasa dalam sistem bolak-balik (AC). Kapasitor bank juga dapat digunakan
dalam sistem arus searah (DC) untuk meningkatkan kapasitas arus riak dari sumber atau untuk
meningkatkan jumlah keseluruhan energi yang tersimpan.

Gambar di atas merupakan segitiga daya dari suatu sistem yang mensuplai daya pada
sebuah beban. Terlihat bahwa bebannya adalah beban induktif yang menyerap daya reaktif
karena Q1 mengarah ke atas yang menunjukkan positif. Berdasarkan Gambar dapat diurakan
menjadi kondisi awal (sebelum pemasangan kapasitor) dan kondisi akhir (setelah pemasangan
kapasitor).
Kodisi awal :
Sudut = Ø1 Daya Aktif = P
Daya Semua = S Daya Reaktif = Q1
Setelah pemasangan kapasitor bank sebesar QC maka didapat :
Kodisi akhir :
Sudut = Ø2 Daya Semu = S2
Daya Aktif = P Daya Reaktif = Q2
Dari Gambar dan kondisi yang diuraikan diatas terlihat bahwa setelah pemasangan
kapasitor bank ada beberapa besaran dari sistem yang berubah nilainya, yaitu sudut antara daya
aktif (P) dan daya semu (S), daya reaktif (Q), dan daya semu (S). Daya aktif (P) tidak berubah
karena kapasitor bank hanya mengkompensasi daya reaktif (Q) saja. Sudut awal ( 1) yang
awalnya besar yang mengakibatkan faktor daya rendah setelah dipasang kapasitor bank sudut
akhirnya ( 2) menjadi lebih kecil yang mengakibatkan faktor daya meningkat. Seperti itulah
kapasitor bank memperbaiki faktor daya sistem.
Perbaikan PF
Berdasarkan yang terlihat pada Gambar (2d.1) maka Qc merupakan daya reaktif yang
disuplai oleh kapasitor bank untuk memperkecil besar sudut antara daya aktif (P) dan daya semu
(S) sehingga faktor daya menjadi meningkat yang ditunjukkan pada persamaan di bawah :

Pada Gambar (2d.1) terlihat pula bahwa setelah pemasangan kapasitor bank tidak merubah
(tetap) besar daya aktif yang disuplai oleh sistem. Sehingga berdasarkan (pers. 2.8) maka :

Karena pemasangan kapasitor bank tidak mempengaruhi besar daya aktif yang disuplai
oleh sistem maka P1 sama dengan P2. Sehingga persamaan yang didapat :

Kemudian berdasarkan (pers. 2.11) maka :


IV. LANGKAH PERCOBAAN
1. Lakukan perbaikan tegangan pada BUS dengan cara mengubah tap changer pada Trafo
yang berhubungan dengan BUS terkait yang terjadi jatuh tegangan dengan indikasi busbar
warna merah.

2. Catat perubahan nilai sebelum di tap pada table pengamatan


3. Pilih bus yang akan dipasang kapasitor. Klik add>>
4. Apabila bus masih mengalami drop voltage (bus marginal), Lakukan perbaikan tegangan
pada BUS yang berwarna pink (marginal) dengan pemasangan kapasitor.
5. Klik optimal capacitor placement

6. Edit study case


7. Pada gambar diatas juga tersedia table data kapasitor yang mencakup level tegangan
8. Pilih bus yang akan dipasang kapasitor. Klik add>>
9. maksimum, kapasitas, jumlah kapsitor bank, harga dan biaya operasi.
10. Klik OK
11. Run optimal capasitor placement secara otomatis etap akan mengkalkulasikan kapasitas
dan banyaknya kapasitor minimal yang dibutuhkan untuk memperbaiki level tegangan
system.

12. Running Load Flow, lalu amati kondisi sebelum dan sesudah penempatan kapasitor
13. Catat datanya pada table pengamatan.
14. Pasang capasitor seperti dibawah ini untuk memperbaiki faktor daya sistem.

15. Running Load Flow kembali dan catat perubahan factor dayanya
V. GAMBAR RANGKAIAN
Terlampir pada halaman selanjutnya.
VI. TEORI TAMBAHAN
Jatuh Tegangan (Voltage Drop)
Panjang sebuah jaringan tegangan menengah (JTM) dapat didesain dengan
mempertimbangkan drop tegangan (Voltage Drop). Drop tegangan adalah perbedaan tegangan
antara tegangan kirim dan tegangan terima karena adanya impedansi pada penghantar. Apabila
perbedaan nilai tegangan tersebut melebihi standar yang ditentukan, maka mutu penyaluran
tersebut rendah. Maka pemilihan penghantar (penampang penghantar) untuk tegangan
menengah harus diperhatikan. Berdasarkan dari standar SPLN 1 : 1978, dimana ditentukan
bahwa variasi tegangan pelayanan, sebagai akibat jatuh tegangan, karena perubahan beban,
adalah sebesar maksimum +5% dan minimum -10% dari tegangan nominalnya. Besarnya jatuh
tegangan tersebut, diukur pada titik yang paling jauh (ujung) atau konsumen terakhir terhadap
konsumen pertama.

Gambar 1. Diagram Profil Tegangan

Gambar 2. Tegangan Distribusi Sekunder


Perhitungan Jatuh Tegangan

Gambar 3. Rangkaian Ekivalen Saluran Distribusi


Drop tegangan pada saluran adalah (pendekatan):
Vd = ΔV = I (R cos θ + X sin θ)
Dengan mengambil turunan parsialnya terhadap sudut θ dan membuat hasilnya ke nol, maka:

atau
sehingga,

Rugi-Rugi Daya
Rugi-rugi Distribusi, terdiri dari:
1. Rugi-rugi teknis:
• Rugi-rugi di jaringan distribusi (JTM & JTR)
• Rugi-rugi di Trafo distribusi :
a. Rugi-rugi inti besi
b. Rugi-rugi tembaga
c. Rugi-rugi Dielectric
d. Rugi-rugi Stray Magnetic
• Rugi-rugi karena Harmonics
• Rugi-rugi karena faktor daya rendah
2. Rugi-rugi non-teknis :
• Percurian listrik
• Kesalahan pencatatan meter, atau faktor administrasi pelanggan
Rugi distribusi total:
Secara umum rugi-rugi sistem dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori :
1) Rugi-rugi tergantung arus
• Rugi-rugi tembaga = I2R
(terjadi di belitan trafo dan konduktor JTM dan JTR)
2) Rugi-rugi tergantung tegangan
• Rugi-rugi inti besi pd transformator
• Rugi-rugi Dielectric (insulation materials)
• Rugi-rugi krn Corona

Rugi-rugi di saluran distribusi :


• 1 phasa : P1Φ = I2R
• 3 phasa : P3Φ = 3 x I2R
Rugi di trafo distribusi :
• Rugi-rugi histerisis:
• Rugi-rugi arus Eddy:
• Rugi-rugi tembaga : Pcu = I2R

Dimana:
• Ph = rugi histerisis
• Pe = rugi arus eddy
• Ve = volume inti besi
• B = kepadatan flux maks
• t = ketebalan lempeng inti besi
• r = resistivitas material inti besi
• f = frekuensi

Pemanfaatan Kapasitor Daya


Beban listrik yang digunakan konsumen umumnya bersifat induktif. Beban induktif
membutuhkan daya reaktif (positif) seperti pada trafo, motor induksi dan lampu TL. Daya
reaktif tidak bermanfaat karena tidak menghasilkan tenaga akan tetapi diperlukan untuk proses
transmisi energi listrik pada beban. Pemborosan energi listrik terjadi apabila banyak beban
induktif. Dalam menggunakan energi listrik, pelanggan tidak hanya dibebani oleh daya aktif
(kW) saja tetapi juga daya reaktif (kVAR). Penjumlahan kedua daya itu akan menghasilkan
daya nyata (kVA) yang merupakan daya yang disuplai oleh PLN.
Kapasitor merupakan jenis beban yang bersifat kapasitif (negatif) yang mengeluarkan
daya reaktif. Dengan memasang kapasitor paralel pada beban induktif, maka daya reaktif yang
harus disuplai ke beban akan berkurang karena sebagian daya reaktif yang dibutuhkan beban
induktif akan disuplai oleh kapasitor.
Kapasitor daya digunakan pada jaringan listrik sejak tahun 1920 Pada awalnya tujuannya
adalah untuk perbaikan faktor daya. Hingga saat ini, kapasitor bank kapasitas tetap yang
dipasang paralel (shunt) sudah banyak digunakan. Kapasitor daya dapat dianggap sebagai
sumber daya reaktif, karena dapat mensuplai arus magnetik yang dibutuhkan oleh beban
induktif. Fungsi utama dari kapasitor daya adalah menyediakan kompensasi daya reaktif yang
dibutuhkan.

Tujuan Penggunaan Kapasitor Daya:


• Koreksi/ perbaikan faktor daya
• Penurunan rugi-rugi pada penyulang
• Membebaskan sebagian kapasitas sistem
• Voltage- Stabilization/Regulation
• Pemanfaatan daya listrik lebih efisien
• Peningkatan kualitas daya listrik
• Power Harmonic Filtering

Sumber:
Gonen, Turan. (2008). “Electric Power Distribution System Engineering”. California: CRC
Press
Susanto, Djoko. (2020). “Jatuh Tegangan & Rugi Daya”. Jakarta: IT-PLN
Susanto, Djoko. (2020). “Penggunaan kapasitor pada jaringan distribusi”. Jakarta: IT-PLN
VII. DATA PENGAMATAN
SUB MODUL 2.1 : PEMASANGAN CAPACITOR DAN TAP CHANGER UNTUK
PERBAIKAN TEGANGAN
Tabel 2.3 Pemasangan Tap Changer
Sebelum Tap Sesudah Tap
ID BUS %Tap
Tegangan Arus Tegangan Arus
GD V -5% 19,21 13,3 19,2 13,7
GD VA -5% 0,371 663,8 0,392 649,2
BUS BEBAN IX -5% 0,346 679,3 0,367 665,4

Tabel 2.4 Pemasangan Kapasitor


Sebelum Penampatan Sesudah Penempatan
Kapsitas Kapasitor
ID BUS Kapasitor Kapasitor
Banks kVar Tegangan Arus Tegangan Arus
GD V 2 170,05 19,2 13,7 19,55 13
GD VA 2 170,05 0,392 649,2 0,408 615,8
BUS
BEBAN 2 170,05 0,367 665,4 0,399 650
IX

CAPACITOR PLACEMENT UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA


Tabel 2.5 Pemasangan Kapasitor
Sesudah
Sebeleum Pemasangan
Kapasitas Kapasitor Pemasangan
ID BUS Kapasitor
Kapasitor
Banks kVAr Faktor Daya Faktor Daya
BUS BEBAN
1 52,6 74,99% 84,59%
VIII
VIII. PENGOLAHAN DATA

Qc untuk memperbaiki faktor daya beban pada motor mtr1 hingga 85%
Qc = P (tan (cos-1 ( PF1 ) ) - tan (cos-1 ( PF2 ) ))
Qc = 200,9 kW (tan (cos-1 ( 0,7499 ) ) - tan (cos-1 ( 0,85) ))
Qc = 52,7245 kvar

Ket :
PF1 = Power Faktor Keadaan Sekarang
PF2 = Power Faktor yang Diinginkan
P = daya yang disuplai
IX. ANALISA
Pada praktikum sub modul kedua yang berjudul “Analisa Aliran Daya Lanjut (Advanced
Load Flow Analysis)” dilakukan sebuah percobaan dengan tujuan agar praktikan mampu
menganalisa sistem transmisi dan distribusi yang terjadi jatuh tegangan dibawah standar,
memperbaiki jatuh tegangan dengan melakukan tap changer pada transformator,
memperbaiki jatuh tegangan dengan pemasangan kapasitor bank, menganalisa sistem tenaga
listrik yang memiliki faktor daya di bawah standar, serta praktikan mampu memperbaiki
faktor daya dengan pemasangan kapasitor. Praktikum dilakukan dengan menggunakan
sebuah unit PC/Komputer yang dalamnya sudah ter-install perangkat lunak ETAP.
Pada modul 2 telah praktikan pelajari bahwa drop voltage (jatuh tegangan) dan susut
daya pada saluran transmisi atau distribusi merupakan sebuah kerugian (losses) yang harus
ditangani, terlebih jika telah melebihi batas toleransi yang ditetapkan. Di Negara Indonesia,
telah ditetapkan bahwa nilai tegangan yang beroperasi dapat ditoleransi selama belum
melebihi +5% dan dibawah -10% dari tegangan nominal. Intinya angka operasi berada di
rentang +5% sd. -10%. Penetapan ini juga berlaku pada Total Harmonic Distortion (THD).
Apabila suplai daya tetap (dari pembangkit atau jaringan) namun beban atau penggunaan
listrik bertambah, maka terjadi drop voltage dan susut daya yang lebih besar. Semakin
panjang penghantar saluran, maka jatuh tegangan dan susut dayanya makin besar. Ini sesuai
dengan Perumusan Voltage Drop berdasarkan hukum Ohm dan juga perhitungan Cooper
Losses dari jenis penghantar yang digunakan. Semakin bagus konduktivitas jenis penghantar
yang digunakan, maka semakin kecil resistansi dan disipasi daya penghantar. Artinya susut
daya semakin kecil, dan jatuh tegangan lebih sedikit.
Lebih dalam lagi, pembebanan dan pengaturan tap trafo juga berpengaruh pada masalah
susut daya dan jatuh tegangan. Pembebanan trafo yang baik berada pada rentang 50% sd.
80% dari total kapasitas trafo yang digunakan. Semakin besar pembebanan trafo, maka
terjadi susut daya yang lebih besar. Perlu di ingat juga bahwa pada trafo sendiri terdapat
rugi-rugi trafo yaitu Core Losses dan Copper Loses dari Trafo. Pembebanan yang lebih
mengakibatkan panas berlebih pada trafo, dan ini merupakan tanda bahwa losses pada trafo
juga besar. Pengaturan tap trafo mengubah rasio kumparan pada trafo. Apabila jumlah
belitan sekunder makin besar, maka nilai tegangan yang dihasilkan juga lebih besar. Apabila
jumlah belitan sekunder yang tersambung ke jaringan dikurangi, maka nilai tegangan
sekunder yang dihasilkan makin kecil. Pada Trafo Distribusi, Nilai Tegangan Sekunder
harus berada pada nilai yang lebih besar dari standar Tegangan terima beban, sebagai bentuk
antisipasi terjadinya undervolatge di sisi beban setelah terjadinya jatuh tegangan di saluran
distribusi.
Fenomena jatuh tegangan dan susut daya ini dapat divisualisasikan pada aplikasi ETAP.
Jika bus berwarna pink, menandakan level tegangan dalam konsisi marginal, dimana nilai
tegangan berada pada rentang 90% sd. 95% atau 102% sd. 105%. Jika bus berwarna merah,
menandakan level tegangan dalam konsisi kristis, dimana nilai tegangan berada dibawah
90% atau diatas 105%. Jika bus berwarna hitam, menandakan level tegangan dalam konsisi
standar atau mendekati standar, dimana nilai tegangan berada pada nilai 100% atau pada
rentang 95% sd. 102%. Pengaturan rentang level tegangan ini dilakukan dengan Tools Study
Case pada software ETAP, dan penenentuan nilanya sesuai dengan regulasi yang telah
praktikan bahas. Jumlah susut daya dan jatuh tegangan saluran dapat kita tampilkan pada
lembar kerja dengan membuka Tools Display Options dari menu Load Flow, lalu
memberikan tanda centang pada kotak opsi kW + jkvar pada Branch Losses dan kotak opsi
Line/Cable pada Voltage Drop. Setelah menampilkan susut daya dan drop voltage, praktikan
kemudian dapat menentukan bagian-bagian mana saja dari sistem tenaga listrik yang
memerlukan tindakan untuk mengatasi masalah rugi-rugi susut daya dan drop voltage.
Dari sub modul 2 ini, praktikan dapat memahami bahwa metode yang ditempuh untuk
meminimalkan susut daya dan drop voltage adalah dengan melakukan Tap Changer pada
Trafo dan Pemasangan Kapasitor Bank. Tap Changer adalah alat pengubah rasio belitan trafo
untuk mendapatkan tegangan primer yang berubah-ubah untuk memenuhi kualitas tegangan
pelayanan sesuai kebutuhan bebab/konsumen. Kapasitor Bank adalah kumpulan dari
beberapa kapasitor yang dihubungkan secara seri atau paralel satu sama lain untuk
menyimpan energi listrik. Penyimpanan yang dihasilkan kemudian digunakan untuk
menetralkan atau memperbaiki faktor daya dan mengurangi jatuh tegangan. Beban Induktif
(contohnya Induction Machine) akan menyerap daya reaktif dari sistem, dan menimbulkan
drop voltage yang lebih besar dibandingkan drop voltage akibat beban resistif. Beban
Induktif seperti Motor Listrik akan menarik arus listrik lebih banyak (terlebih pada saat
starting), sehingga rugi-rugi saluran akan semakin besar, dan jatuh tegangan lebih banyak
sepanjang saluran. Pemasangan Kapasitor Bank adalah usaha yang dilakukan untuk
memberikan suplai daya reaktif, sehingga kapasitor bank akan mengurangi penyerapan daya
reaktif dari jaringan oleh beban induktif. Akibatnya, arus listrik yang diserap beban
(terutama arus lonjakan pada saat pengasutan) dapat diminimalkan, yang berefek pada
berkurangnya rugi-rugi saluran atau susut daya dan jatuh tegangan. Kompensasi Daya
Reaktif akan meningkatkan level tegangan jaringan, dan bahkan tegangan dapat bekerja pada
level standar saat beban puncak jika kapasitor bank yang digunakan tepat/mampu.
X. KESIMPULAN
Dari praktikum sub modul kedua, praktikan dapat mengambil kesimpulan yaitu:
1. Drop voltage (jatuh tegangan) dan Susut Daya pada saluran transmisi atau distribusi
merupakan sebuah kerugian (losses) yang harus ditangani, terlebih jika telah melebihi batas
toleransi yang ditetapkan. Di Negara Indonesia, telah ditetapkan bahwa nilai tegangan yang
beroperasi dapat ditoleransi selama belum melebihi +5% dan dibawah -10% dari tegangan
nominal. Intinya angka operasi berada di rentang +5% sd. -10%. Apabila suplai daya tetap
(dari pembangkit atau jaringan) namun beban atau penggunaan listrik bertambah, maka terjadi
drop voltage dan susut daya yang lebih besar. Semakin panjang penghantar saluran, maka
jatuh tegangan dan susut dayanya makin besar. Ini sesuai dengan Perumusan Voltage Drop
berdasarkan hukum Ohm dan juga perhitungan Cooper Losses dari jenis penghantar yang
digunakan. Semakin bagus konduktivitas jenis penghantar yang digunakan, maka semakin
kecil resistansi dan disipasi daya penghantar. Artinya susut daya semakin kecil, dan jatuh
tegangan lebih sedikit.
2. Metode yang ditempuh untuk meminimalkan susut daya dan drop voltage adalah dengan
melakukan Tap Changer pada Trafo dan Pemasangan Kapasitor Bank. Tap Changer adalah
alat pengubah rasio belitan trafo untuk mendapatkan tegangan primer yang berubah-ubah
untuk memenuhi kualitas tegangan pelayanan sesuai kebutuhan bebab/konsumen. Kapasitor
Bank adalah kumpulan dari beberapa kapasitor yang dihubungkan secara seri atau paralel satu
sama lain untuk menyimpan energi listrik. Penyimpanan yang dihasilkan kemudian digunakan
untuk menetralkan atau memperbaiki faktor daya dan mengurangi jatuh tegangan.
XI. REPORT
Terlampir pada halaman selanjutnya.
XII. TUGAS AKHIR
Terlampir pada halaman selanjutnya.
XIII. PERTANYAAN
(Pertanyaan no 5, 6, dan 7)
5. Mengapa saat melakukan tap pada trafo dilakukan pada sisi tegangan yang lebih tinggi?
Hubungkan dengan fungsi minyak pada transformator!
6. Hitunglah Qc untuk memperbaiki faktor daya beban pada motor mtr1 hingga 85%!
7. Setelah pemasangan kapasitor, mengapa faktor daya yang ditampilkan pada software etap
tidak sesuai dengan faktor daya yang kita inginkan? Jelaskan!

Jawaban:
5. Jika dalam keadaan onload tap changer maka melakukan tap changer nya di sisi primer
karena pada sisi tersebut arus nya kecil karena jika melakukan tap changer pada sisi sekunder
yang dimana arus pada sisi tersebut besar makan nantinya akan muncul busur api yang sangat
besar, dimana busur api tersebut dapat membahayakan alat tersebut dan daerah sekitar , busur
api tersebut juga bisa menghasilkan kotoran yang dapat mengurangi kualitas minyak trafonya
yang dapat menyebabkan bertambahnya rugi rugi pada transformator .
6. Mtr1
Qc = P (tan (cos-1 ( PF1 ) ) - tan (cos-1 ( PF2 ) ))
Qc = 200,9 kW (tan (cos-1 ( 0,7499 ) ) - tan (cos-1 ( 0,85) ))
Qc = 52,7245 kvar
7. Karena tegangan aktual yang tersupply pada kapasitor tersebut tidak sama dengan tegangan
rating yang seharus nya di supply . hal ini disebabkan oleh jatuh tegangan.
MODUL III
ANALISA HUBUNG SINGKAT
(SHORT CIRCUIT ANALYSIS)

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari karakteristik arus gangguan.
2. Mempelajari jenis gangguan pada sistem tenaga.
3. Mempelajari simulasi gangguan pada Software ETAP.
4. Mempelajari manfaat analisa gangguan.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. 1 unit PC
2. Software ETAP
III. TEORI
1.1 Pendahuluan
Dalam operasi sistem tenaga listrik sering terjadi gangguan – gangguan yang dapat
mengakibatkan terganggunya penyaluran tenaga listrik ke konsumen. Gangguan adalah
penghalang dari suatu sistem yang sedang beroperasi atau suatu keadaan dari sistem penyaluran
tenaga listrik yang menyimpang dari kondisi normal. Suatu gangguan di dalam peralatan listrik
didefinisikan sebagai terjadinya suatu kerusakan di dalam jaringan listrik yang menyebabkan
aliran arus listrik keluar dari saluran yang seharusnya.

Berdasarkan ANSI/IEEE Std. 100-1992 gangguan didefinisikan sebagai suatu kondisi


fisis yang disebabkan kegagalan suatu perangkat, komponen, atau suatu elemen untuk bekerja
sesuai dengan fungsinya. Gangguan hampir selalu ditimbulkan oleh hubung singkat antar fase
atau hubung singkat fase ke tanah. Suatu gangguan hampir selalu berupa hubung langsung atau
melalui impedansi. Istilah gangguan identik dengan hubung singkat, sesuai standart
ANSI/IEEE Std. 100- 1992.

Hubung singkat merupakan suatu hubungan abnormal (termasuk busur api) pada
impedansi yang relatif rendah terjadi secara kebetulan atau disengaja antara dua titik yang
mempunyai potensial yang berbeda. Istilah gangguan atau gangguan hubung singkat digunakan
untuk menjelaskan suatu hubungan singkat. Untuk mengatasi gangguan tersebut, perlu
dilakukan analisis hubung singkat sehingga sistem Proteksi yang tepat pada Sistem Tenaga
Listrik dapat ditentukan. Analisis hubung singkat adalah analisis yang mempelajari kontribusi
arus gangguan hubung singkat yang mungkin mengalir pada setiap cabang didalam sistem (di
jaringan distribusi, transmisi, trafo tenaga atau dari pembangkit) sewaktu gangguan hubung
singkat yang mungkin terjadi di dalam sistem tenaga listrik.

Analisis Hubung Singkat memiliki tujuan, yaitu sebagai berikut.


1. Untuk menentukan arus maksimum dan minimum hubung singkat.
2. Untuk menentukan arus gangguan tak simetris bagi gangguan satu dan dua line ke tanah,
gangguan line ke line, dan rangkaian terbuka
3. Penyelidikan operasi rele-rele proteksi
4. Untuk menentukan kapasitas pemutus dari circuit breaker
5. Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan busbar selama gangguan.
Hubung singkat terjadi akibat dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dari
gangguan adalah rusaknya peralatan listrik. Faktor eksternal adalah antara lain cuaca buruk,
seperti badai, hujan, dingin; bencana, seperti gempa bumi, angin ribut, kecelakaan kendaraan;
runtuhnya pohon; petir; aktivitas konstruksi, ulah manusia, dan lain-lain. Sebagian besar
gangguan terjadi karena cuaca buruk, yaitu hujan atau badai, dan pohon.

Gangguan dapat terdiri dari gangguan temporer atau permanent. Kebanyakan gangguan
temporer di amankan dengan circuit breaker (CB) atau pengaman lainnya. Gangguan permanent
adalah gangguan yang menyebabkan kerusakan permanent pada sistem. Seperti kegagalan
isolator, kerusakan penghantar, kerusakan pada peralatan seperti transformator atau kapasitor.
Pada saluran bawah tanah hampir semua gangguan adalah gangguan permanen. Kebanyakan
gangguan peralatan akan menyebabkan hubung singkat. Gangguan permanen hampir semuanya
menyebabkan pemutusan/gangguan pada konsumen. Untuk melindungi jaringan dari gangguan
digunakan fuse, recloser atau CB.

Namun, berdasarkan kesimetrisannya, gangguan terdiri dari gangguan simetris dan


asimetris. Gangguan simetris adalah gangguan yang terjadi pada semua fasanya sehingga arus
dan tegangan pada masing-masing fasa bernilai sama, yaitu di antaranya Hubung Singkat 3 fasa
dan Hubung singkat 3 fasa ke tanah. Sedangkan gangguan simetris adalah gangguan yang
mengakibatkan arus yang mengalir pada setiap fasa tidak seimbang, yaitu di antaranya hubung
singkat 1 fasa ke tanah, hubung singkat fasa ke fasa, dan hubung singkat 2 fasa ke tanah.

Analisis Hubung Singkat secara umum menggunakan persamaan hubung singkat sebagai
berikut.

I. Komponen Simetris

Komponen simetris digunakan untuk menganalisis terutama sistem yang tidak seimbang,
misalnya saat terjadi hubung singkat tiga phasa, dua phasa dan satu phasa ke tanah. Dimana
sebuah sistem tak seimbang diubah menjadi tiga rangkaian persamaan yaitu rangkaian urutan
positif, urutan negatif, dan urutan nol. Menurut teorema Fortescue, tiga fasor tak seimbang dari
sistem tiga phasa dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan
seimbang komponen itu adalah (Stevenson, 1982: 260):
1. Komponen urutan positif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu
dengan yang lainnya dalam phasa sebesar 120o , dan mempunyai urutan phasa yang sama
seperti fasor lainnya.
2. Komponen urutan negatif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu
dengan yang lainnya dalam phasa sebesar 120o , dan mempunyai urutan phasa yang berlawanan
dengan fasor aslinya.
3. Komponen urutan nol, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan dengan pergeseran
phasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain.

Tujuan lain adalah untuk memperlihatkan bahwa setiap phasa dari sistem tiga phasa tak
seimbang dapat di pecah menjadi tiga set komponen.

Gambar Vektor Diagram untuk Komponen Simetris

Komponen simetris berpengaruh terhadap besarnya impedansi saluran. Impedansi saluran suatu
sistem tenaga listrik tergantung dari jenis konduktornya yaitu dari bahan apa konduktor itu
dibuat yang juga tentunya pula dari besar kecilnya penampang konduktor dan Panjang saluran
yang digunakan jenis konduktor ini. Komponen Simetris menyebabkan tegangan jatuh sesuai
dengan urutan arusnya dan tidak mempengaruhi urutan arus lainnya, berarti tiap urutan yang
seimbang akan terdiri dari suatu jaringan. Ketidakseimbangan arus atau tegangan ini akan
menimbulkan pula impedansi urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol. Impedansi urutan
dapat didefinisikan sebagai suatu impedansi yang dirasakan arus urutan bila tegangan urutannya
dipasang pada peralatan atau pada sistem tersebut. Seperti juga tegangan dan arus didalam
metode komponen simetris dikenal tiga macam impedansi urutan yaitu sebagai berikut.
1. Impedansi urutan positif (Z1), adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur bila
dialiri oleh arus urutan positif.
2. Impedansi urutan negatif (Z2), adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur bila
dialiri oleh arus urutan negatif.
3. Impedansi urutan nol (Z0), adalah impedansi tiga phasa simetris yang terukur bila
dialiri arus urutan nol.
IA = I1A + I2A + I0.
IB = a2 I1A + a I2A +I0.
IC = a I1A + a2 I2A + I0.
Dari persamaan tersebut, diperoleh persamaan berikut.
I1A = 1/3(IA + aIB + a2IC)
I2A = 1/3(IA + a2IB + aIC) I0 = 1/3(IA + IB + IC)

Persamaan di atas, terdapat operator a yang merupakan unit vektor yang membentuk sudut 120
derajat berlawanan jarum jam.

a. Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah

Diperoleh persamaan berikut.


b. Hubung Singkat 3 fasa

Pada ganguan hubung singkat tiga fasa, gangguan termasuk gangguam simetris, sehingga tidak
perlu menggunakan komponen simetris. Persamaan hubung singkat diperoleh sebagai berikut
Va = Vf – Ia1Za1 = 0

c. Hubung Singkat 2 fasa

Dengan menggunakan komponen simetris, diperoleh persamaan berikut

Ia0 = 0;
Sehingga diperoleh persamaan berikut.
IV. LANGKAH PERCOBAAN
1. Buat lah project dan folder sesuai dengan nama praktikan masing-masing.
2. Atur standar yang digunakan yaitu IEC

3. Rangkai gambar 3.1 dibawah menggunakan ETAP 16.0. Pada Modul 3, rangkaian
modul melanjutkan dari Modul 2.
4. Isi rating berdasarkan data yang telah ditentukan :
• Trafo
Nama Vp Vs Niai Typical Grounding Prim. Sec.
(kV) (kV) MVA Data Grounding Grounding
Trafo 150 20 6 Z& - Solid Resistor
GI X/R 40 Ω
GD 20 0,4 1,5 Z& - - Solid
1% X/R TN-C
GD 20 0,4 1,5 Z& - - Solid
25% X/R TN-C
GD 20 0,4 1,5 Z& - - Solid
50% X/R TN-C
GD 20 0,4 1,5 Z& - - Solid
75% X/R TN-C
GD 20 0,4 1,5 Z& - - Solid
100% X/R TN-C

• Lump Load
Lump ID kVA kV %PF
Lump 9 200 0,4 85
Lump 10 200 0,4 85
Lump 11 200 0,4 85
Lump 12 200 0,4 85
Lump 13 200 0,4 85
• Cable SKUTM
Nama Length Size Unit Freq kV #C Insul Source Install
(km) (mm2) System (Hz)

SKUTM 0,1 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-


1% Mag
SKUTM 2,4 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-
25 % Mag
SKUTM 2,5 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-
50 % Mag
SKUTM 2,5 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-
75 % Mag
SKUTM 2,5 400 Metric 50 20 3/C XLPE Heesung Non-
100 % Mag

• Current Transformer
Nama Primary (A) Secunder (A)
CT1 1000 5
CT2 300 5

5. Setelah itu running rangkaian dengan load flow analysis lalu klik
6. Setelah itu jika running load flow berhasil maka lakukan running hubung singkat.

7. Sebelum melakukan running hubung singkat, yaitu run short circuit , klik edit

study case lalu pilih masing-masing bus didaerah pembangkit, transmisi dan

distribusi. Setelah itu klik run 3 phase, LG LL . Beri gangguan sesuai gambar
dibawah ini
(Gambar 3.2 Rangkaian Setelah Diberi Fault)

8. Setelah itu cetak report dengan cara klik report manager lalu pilih bagian
summary. Ketika sudah ada data tertampil pada pdf anda bisa melihat nilai arus hubung
singkat yaitu I”k pada summary.

(Gambar Short Circuit Summary Report)


9. Lalu setelah itu tulis nilai I”k pada tabel pengamatan
V. GAMBAR RANGKAIAN
Terlampir pada halaman selanjutnya
VI. TEORI TAMBAHAN
Suatu sistem tenaga listrik sering dihadapkan dengan masalah gangguan yang dapat
menyebabkan pemasokan energi listrik terganggu. Gangguan hubung singkat merupakan salah
satu jenis gangguan yang dapat menyebabkan penyaluran energi listrik terhambat. Gangguan
hubung singkat biasanya disebabkan karena kerusakan bahan isolasi pada penghantar.
Gangguan hubung singkat secara mekanik dapat menyebabkan kerusakan pada sistem maupun
pada peralatan elektronik, dan secara ekonomi dapat menyebabkan kegiatan produksi dan
distribusi menurun atau terhenti. Gangguan hubung singkat pada sistem tenaga listrik akan
menyebabkan aliran arus menuju titik gangguan akan semakin besar. Besarnya arus listrik yang
mengalir pada penghantar dapat merusak peralatan listrik jika tidak dilengkapi dengan sistem
pengaman yang baik dan benar. Sehingga jenis gangguan ini diperlukan suatu perencanaan
yang khusus untuk dapat mengurangi risiko gangguan tersebut. Salah satu cara mengatasinya
adalah dengan melakukan studi analisis arus gangguan hubung singkat. Dengan demikian
dapat diketahui nilai arus gangguan hubung singkat maksimum yang terjadi dalam sistem
jaringan yang digunakan. Nilai arus hubung singkat ini dapat ditentukan untuk penentuan nilai
breaking capacity pada Circuit Breaker (CB).

Definisi studi analisis arus gangguan hubung singkat atau short-circuit study adalah
eksaminasi atau analisis atau evaluasi terhadap sistem kelistrikan untuk menentukan besarnya
arus yang dapat mengalir saat terjadi gangguan listrik dan membandingkan nilai tersebut
dengan peringkat peralatan yang dipasang. Studi hubung-singkat berkaitan dengan analisa atau
evaluasi yang membahas hubung singkat, pertimbangan saat pembuatan desain untuk sistem
baru, studi analitik untuk sistem eksisting, serta validasi operasional dan model sistem tenaga
untuk industri maupun komersial. Studi gangguan hubung singkat sangat penting dalam sistem
tenaga. Tanpa melakukan simulasi atau studi hubung singkat, kita juga tidak dapat melakukan
studi arc flash, dan ini merupakan praktik yang direkomendasikan untuk semua fasilitas sistem
tenaga.

Menurut standar IEC 60909, definisi hubung singkat adalah terbentuk jalur konduktif
yang tidak disengaja atau disengaja antara dua atau lebih bagian konduktif (misalnya hubung
singkat tiga fasa) yang membuat perbedaan tegangan (potensial) listrik antara bagian konduktif
tersebut menjadi sama atau mendekati nol.
Hubung-singkat merupakan gangguan listrik. Hubung singkat adalah koneksi abnormal
antara dua node pada jaringan listrik dengan tegangan yang berbeda. Hubung-singkat, atau
kadang disebut “korsleting”, mengakibatkan arus listrik lebih atau over-current.
Berikut beberapa penyebab umum gangguan hubung singkat:
• Kontak langsung dengan konduktor listrik
• Suhu berlebih karena arus lebih atau beban lebih
• Kegagalan isolasi kabel
• Wiring peralatan yang buruk – Korsleting dapat terjadi di steker stopkontak, kabel daya,
dan papan sirkuit internal peralatan dan perangkat
• Sambungan listrik yang longgar – Perlengkapan listrik kendor seiring waktu, yang
meningkatkan kemungkinan komponen logam bersentuhan satu sama lain
• Pelepasan elektron (discharge) yang merusak karena tegangan berlebih
• Busur akibat kondensasi bersama dengan udara, terutama pada isolator

A. Klasifikasi Gangguan Berdasarkan Lamanya Gangguan


1. Gangguan Permanen
Gangguan yang bersifat permanen dapat disebabkan oleh kerusakan peralatan, sehingga
gangguan ini baru hilang setelah kerusakan ini diperbaiki atau karena ada sesuatu yang
mengganggu secara permanen.
2. Gangguan Temporer
Merupakan gangguan yang terjadi dalam waktu yang singkat saja dimana kemudian sistem
kembali dalam keadaan normal.

B. Klasifikasi Gangguan Berdasarkan Kesimetrisannya


Gangguan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu: gangguan bersifat simetri atau
seimbang yang merupakan gangguan yang terjadi pada ketiga phase nya dan gangguan tidak
simetris atau tidak seimbang berupa gangguan antara phase, dua phase ke tanah, dan satu
phase ke tanah.

C. Dampak Gangguan HubungSingkat


Dalam waktu kisaran milidetik, arus gangguan hubung singkat besarnya bisa ribuan kali
lebih besar dari arus operasi normal sistem. Kerusakan akibat korsleting dapat dikurangi atau
dicegah dengan menggunakan sekring, pemutus arus, atau proteksi beban berlebih lainnya,
yang memutuskan daya sebagai reaksi terhadap arus berlebih. Proteksi beban berlebih harus
dipilih sesuai dengan nilai arus rangkaian. Sirkuit untuk peralatan rumah tangga berukuran
besar memerlukan perangkat pelindung yang disetel atau diberi nilai untuk arus yang lebih
tinggi daripada sirkuit penerangan. Pengukur kawat yang ditentukan dalam kode gedung dan
kelistrikan dipilih untuk memastikan operasi yang aman sehubungan dengan perlindungan
beban berlebih. Perangkat proteksi arus berlebih harus diberi peringkat untuk secara aman
memutus arus hubung singkat prospektif maksimum dengan aman.

Pada pemasangan yang tidak tepat (sambungan yang salah pada kabel, kontak yang salah
di soket daya, atau bahkan lokasi korsleting itu sendiri), arus berlebih saat terjadi korsleting
dapat menyebabkan pemanasan ohmik pada bagian sirkuit dengan konduktivitas yang buruk.
Panas berlebih seperti itu adalah penyebab umum kebakaran. Busur listrik, jika terbentuk
selama korsleting, menghasilkan panas dalam jumlah besar dan juga dapat menyebabkan
penyalaan zat yang mudah terbakar.

Dalam sistem distribusi industri dan utilitas, gaya dinamis yang dihasilkan oleh arus
hubung singkat yang tinggi menyebabkan konduktor menyebar. Busbar, kabel, dan peralatan
dapat rusak karena gaya yang dihasilkan dalam korsleting.

Sumber:
Omazaki. 2021. “STUDI & ANALISIS HUBUNG SINGKAT”:
https://www.omazaki.co.id/studi-analisis-hubung-singkat/
Sampeallo, Agusthinus. S. Nursalim. “ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT
PADA JARINGAN PEMAKAIAN SENDIRI PLTU BOLOK PT. SMSE (IPP) UNIT 3 DAN
4 MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 12.6.0”. Kupang: Universitan Nusa Cendana:
https://media.neliti.com/media/publications/298547-analisis-gangguan-hubung-singkat-pada-
ja-3a672eba.pdf
VII. DATA PENGAMATAN

Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat


Lokasi Arus 𝟑𝜃 𝜃- 𝜃 𝜃-G Rating
HS Sebelum kA A kA A kA A CB
Gangguan
GI KIT 3,01 3010 2,645 2645 3,063 3063
35,1 9,462
IA
0,264 264 0,230 230 0,311 311
GI II 13,2 0, 9156

Bus 8,078 8078 6,996 6996 0,006 6


415,4 14, 203
Beban I
*Masukkan nilai arus I”k pada report masing-masing
VIII. PENGOLAHAN DATA

GI KIT IA:
• Rate Ampere: 35,1 x 1,2 = 42,12
• Making Peak: 7,885 x 1,2 = 9,462
• Breaking: 3,083

GI II:
• Rate Ampere: 9,3 x 1,2 = 11,16
• Making Peak: 0,763 x 1,2 = 0,9156
• Breaking: 0,316

Bus Beban I:
• Rate Ampere: 424,6 x 1,2 = 509,52
• Making Peak: 11,836 x 1,2 = 14,203
• Breaking: 6,997
IX. ANALISA
Pada praktikum modul ketiga yang berjudul “Analisa Hubung Singkat (Short Circuit
Analysis)” dilakukan sebuah percobaan yang bertujuan agar praktikan mampu mempelajari
karakteristik arus gangguan, praktikan mampu mempelajari jenis gangguan pada sistem
tenaga, praktikan mampu mempelajari simulasi gangguan pada software ETAP, serta
praktikan mampu mempelajari manfaat analisa gangguan. Praktikum dilakukan dengan
menggunakan sebuah unit PC/Komputer yang dalamnya sudah ter-install perangkat lunak
ETAP.
Analisa Hubung Singkat adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui penyebab
hubung singkat, mengetahui perilaku/respon jaringan sistem tenaga listrik ketika terjadi
hubung singkat, serta mengetahui tindakan yang tepat untuk mengatasi hubung singkat
tersebut dengan resiko ketidakstabilan sekecil mungkin. Pada umumnya, penyebab
terjadinya gangguan hubung singkat disebabkan beberapa faktor. Faktor internal dari
gangguan adalah rusaknya peralatan listrik. Faktor eksternal adalah antara lain cuaca buruk,
seperti badai, hujan, dingin; bencana, seperti gempa bumi, angin ribut, kecelakaan
kendaraan; runtuhnya pohon; petir; aktivitas konstruksi, ulah manusia, dan lain-lain.
Sebagian besar gangguan terjadi karena cuaca buruk, yaitu hujan atau badai, dan pohon.
Adapun perilaku/respon jaringan ketika terjadinya hubung singkat adalah timbulnya osilasi
atau ketidakstabilan dalam periode yang singkat selama short circuit bahkan setelah alat
proteksi telah mengambil tindakan. Ketidaksabilan yang dimaksud meliputi anjloknya
tegangan, suplai daya tidak stabil, perubahan sudut rotor yang mengakibatkan perubahan
frekuensi untuk waktu yang singkat.
Terjadinya gangguan hubung singkat dapat menimbulkan dampak temporer dan
permanen. Kebanyakan gangguan temporer diamankan dengan CB atau pengaman lainnya.
Gangguan permanen adalah gangguan yang menyebabkan kerusakan permanen pada sistem,
seperti kegagalan isolator, kerusakan penghantar, kerusakan peralatan seperti trafo atau
kapasitor. Gangguan permanan hampir semuanya menyebabkan pemutusan/gangguan pada
konsumen. Untuk melindungi jaringan dari gangguan digunakan Fuse, Recloser atau CB,
serta Relay Proteksi.
Hubung Singkat terbagi menjadi 2 macam, yaitu Gangguan Simetris dan Gangguan
Asimetris. Gangguan Asimetris adalah gangguan yang mengakibatkan arus yang mengalir
pada setiap fasa tidak seimbang, yaitu di antaranya hubung singkat 1 fasa ke tanah (line to
ground fault), hubung singkat fasa ke fasa (line to line fault), dan hubung singkat 2 fasa ke
tanah (line to line to ground fault). Gangguan Simetrsi adalah gangguan yang terjadi pada
semua fasanya sehingga arus dan tegangan pada masing-masing fasa bernilai sama, yaitu di
antaranya Hubung Singkat 3 fasa (3 phase fault) dan Hubung singkat 3 fasa ke tanah (3 phase
to ground fault).
Komponen simetris Komponen simetris digunakan untuk menganalisis terutama sistem
yang tidak seimbang (contohnya saat terjadi hubung singkat tiga phasa, dua phasa dan satu
phasa ke tanah), dimana sebuah sistem tak seimbang diubah menjadi tiga rangkaian
persamaan yaitu rangkaian urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol. Berdasarkan
teorema Fortescue, tiga fasor tak seimbang dari sistem tiga phasa dapat diuraikan menjadi
tiga komponen fasor yang seimbang, yatu Komponen urutan positif (yang terdiri dari tiga
fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lainnya dalam phasa sebesar 120o, dan
mempunyai urutan phasa yang sama seperti fasor lainnya), Komponen Urutan negatif (yang
terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang lainnya dalam phasa
sebesar 120o, dan mempunyai urutan phasa yangberlawanan dengan fasor aslinya), dan
Komponen urutan nol (yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan denganpergeseran
phasa nol antara fasor yang satu dengan yang lain).
Komponen simetris berpengaruh terhadap besarnya impedansi saluran, dan impedansi
saluran suatu sistem tenaga listrik tergantung dari jenis konduktornya, penampang
konduktor serta panjang konduktor. Komponen Simetris menyebabkan tegangan jatuhsesuai
dengan urutan arusnya dan tidak mempengaruhi urutan arus lainnya, berarti tiap urutanyang
seimbang akan terdiri dari suatu jaringan. Ketidakseimbangan arus atau tegangan ini akan
menimbulkan pula impedansi urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol. Impedansi urutan
dapat didefinisikan sebagai suatu impedansi yang dirasakan arus urutan bila
teganganurutannya dipasang pada peralatan atau pada sistem tersebut. Seperti juga tegangan
dan arus didalam metode komponen simetris dikenal tiga macam impedansi urutan yaitu
sebagai berikut.
Dari praktikum modul 3 ini, praktikan dapat memahami bahwa diantara ganguan arus
saluran (tidak termasuk gangguan arus fasa seperti gangguan 3 fasa), gangguan hubung
singkat line-to-line-to-ground yang menghasilkan dampak terbesar karena arus gangguan
yang terjadi juga terbesar. Hal ini berdasarkan data yang terlampir pada Report Short-Circuit
dari software ETAP. Dari Report tersebut kita juga dapat memahami bahwa I”k merupakan
nilai arus ketika awal terjadinya gangguan hubung singkat, Ip merupakan nilai arus puncak
hubung singkat, Ik merupakan arus steady state ketika beberapa saat setelah awal terjadinya
gangguan hubung singkat, dan Ib merupakan nilai arus breaking atau nilai arus backing
pemutus gangguan hubung singkat. Praktikan juga kita memahami cara penentuan rating
CB, yaitu senilai dengan hasil perkalian Ip dengan savety factor sebesar 1,2.
X. KESIMPULAN
Dari praktikum modul kedua, praktikan dapat mengambil kesimpulan yaitu:
1. Gangguan hubung singkat berlangsung dalam periode yang singkat namun menimbulkan
dampak yang besar yaitu timbulnya osilasi atau ketidakstabilan dalam periode yang singkat
selama short circuit bahkan setelah alat proteksi telah mengambil tindakan. Ketidaksabilan
yang dimaksud meliputi anjloknya tegangan, suplai daya tidak stabil, perubahan sudut rotor
yang mengakibatkan perubahan frekuensi untuk waktu yang singkat. Dampak yang lebih
parah yaitu kerusakan permanen pada sistem, seperti kegagalan isolator, kerusakan
penghantar,
2. Hubung Singkat terbagi menjadi 2 macam, yaitu Gangguan Simetris dan Gangguan
Asimetris. Gangguan Asimetris adalah gangguan yang mengakibatkan arus yang mengalir
pada setiap fasa tidak seimbang, yaitu di antaranya hubung singkat 1 fasa ke tanah (line to
ground fault), hubung singkat fasa ke fasa (line to line fault), dan hubung singkat 2 fasa ke
tanah (line to line to ground fault). Gangguan Simetrsi adalah gangguan yang terjadi pada
semua fasanya sehingga arus dan tegangan pada masing-masing fasa bernilai sama, yaitu di
antaranya Hubung Singkat 3 fasa (3 phase fault) dan Hubung singkat 3 fasa ke tanah (3 phase
to ground fault).
3. Analisis gangguan hubung singkat bertujuan untuk menentukan arus maksimum dan
minimum hubung singkat, untuk menentukan arus gangguan tak simetris bagi gangguan satu
dan dua line ke tanah, gangguan line ke line, dan rangkaian terbuka, untuk menentukan
kapasitas pemutus dari circuit breaker, untuk menentukan distribusi arus gangguan dan
tingkat tegangan busbar selama gangguan, dan sebagai bahan penyelidikan operasi rele-rele
proteksi.
XI. REPORT
Terlampir pada halaman selanjutnya.
XII. TUGAS AKHIR
Terlampir pada halaman selanjutnya.
XIII. PERTANYAAN
1. Apa tujuan kita melakukan pengisian rating cb pada rangkaian? Apa yang akan terjadi
jika rating cb tidak sesuai dengan besarnya arus gangguan yang terjadi?
2. Pada saat terjadi arus hubung singkat, mengapa tegangannya bernilai nol? Jelaskan
dengan menggunakan rumus!
3. Mengapa pada saat disimulasikan dengan ETAP, beban motor menghasilkan arus
kontribusi hubung singkat pada rangkaian? Jelaskan!
4. Hitunglah arus hubung singkat 3 fasa dan 1 fasa ketanah pada bus GI II ! (Masukkan
di Pengolahan Data)

Jawaban :
1. Tujuan pengisian CB yakni agar cb bekerja sesuai dengan arus gangguang yang terjadi
sesuai dengan data pengamatan dimana saat gangguan hubung singkat fasa ke tanah nilai
dari Ib dan Ik sama, karena CB bekerja sesuai dengan arus gangguan yang diinputkan.
Bila salah memberian inputan rating pada CB itu akan membahayakan peralatan listrik,
missal CB berguna untuk melindungi transformator ketika ada gangguan hubung singkat,
dikarenakan salah memasukan nilai inputan rating maka CB tidak akan memutus bila
arus gangguan tersebut besar dibandingkan rating yang diinput.
2. Hubung singkat biasanya terjadi pada impedansi yang rendah atau bisa dianggap 0.
Bila dtinjau dari rumus hukum ohm maka V=I.Z ketika nika Z (impedasi 0) maka nilai V
akan 0 karena tegangan dan impedansi berberbanding lurus atau saling mempengaruhi.
3. Hal tersebut dikarena saat terjadi hubung singkat motor tidak langsung berhenti tetapi
masih ada komponen rotor yang berputar yang akan menimpulkan ggl seolah – olah
motor tersebut bertindak sebagi generator yang menyuplai arus ke jaringan.
𝑉𝐹𝑎𝑠𝑎
4. 𝐼𝐻3∅ = 𝑋 𝐶𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
𝑍
150
√3
𝐼𝐻3∅ = 𝑥 𝐶𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟
(𝑅 + 𝑖𝑋)
150
√3
𝐼𝐻3∅ = 𝑥 1,1
(49,00101 + 𝑖356,69100)
150
√3
𝐼𝐻3∅ = 𝑥 1,1
(360,041065 < 82,17786064)
𝐼𝐻3∅ = 0,264 − 82,18 𝑑𝑒𝑔
SUB MODUL III
KOORDINASI PROTEKSI OCR PADA PENYULANG DISTRIBUSI

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari koordinasi proteksi pada penyulang distribusi (OCR).
2. Penyelidikan operasi rele-rele proteksi.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. 1 unit PC
2. Software ETAP
III. TEORI
Sistem proteksi pada tenaga listrik merupakan suatu elemen yang penting dalam sistem
tenagalistrik. Karena memiliki fungsi sebagai pengaman dalam sistem tenaga listrik yang terdiri
dari pembangkitan, transmisi, dan distribusi daya listrik. Seperti yang diketahui sering sekali
terjadi gangguan pada suatu sistem tenaga listrik misalnya beban lebih, terjadi arus hubung
singkat, ataugangguan dari luar seperti petir.
Fungsi sistem proteksi adalah untuk mengamankan suatu sistem tenaga listrik dengan
cara mengetahui gangguan tersebut dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari
bagian lainyang masih dalam keadaan normal untuk mengamankan sistem keseluruhan dari
kerusakan yanglebih parah atau kerugian yang lebih besar. Sistem proteksi tenaga listrik pada
umumnya terdiri dari beberapa komponen yang di rancang untuk mengidentifikasi kondisi
sistem tenaga listrik dan bekerja berdasarkan informasi yang diperoleh dari sistem tersebut
seperti arus, tegangan atausudut fasa antara keduanya.

Fungsi dari sistem proteksi adalah :


1. Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat adanya
gangguan (kondisi abnormal).
2. Untuk mempercepat mengamankan daerah yang terganggu sehingga efek gangguan menjadi
sekecil mungkin.
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada konsumen.
4. Untuk melindungi manusia (terutama) terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

Adapun beberapa syarat perencanaan sistem proteksi yang efektif :


1. Selektif, yaitu mampu memisahkan jaringan yang terganggu saja.
2. Sensitif, yaitu mampu merasakan gangguan sekecil apapun.
3. Andal, yaitu akan bekerja bila diperlukan dan tidak akan bekerja bila tidak diperlukan.
4. Cepat, yaitu mampu bekerja secepatnya sesuai dengan permintaan peralatan yang
dilindunginya.

Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak pelanggan.


Karena fungsinya tersebut, maka keandalan menjadi sangat penting dan untuk itu jaringan
distribusi perlu dilengkapi dengan alat pengaman. Salah satu peralatan utama dalam sistem
proteksi yang digunakan pada saluran distribusi adalah relay arus lebih (Over Current Relay)
dan relaygangguan tanah (Ground Fault Relay)
Maka dari itu perlu adanya suatu koordinasi antara komponen penunjang sistem proteksi
tersebut yang terdiri dari Over Current Relay (OCR), dan Ground Fault Relay (GFR).
Koordinasiini bertujuan agar, disaat salah satu busbar mengalami gangguan atau tidak adanya
pengaman yang mengamankan busbar tersebut, akan mengakibatkan adanya
ketidakseimbangan yangdirasakan oleh sistem dan dapat mengakibatkan kontinyuitas aliran
daya dapat terganggu. Sistemproteksi yang handal dapat segera mengantisipasi gangguan sedini
mungkin dan meminimalisir efek yang terjadi akibat gangguan.

II. Relay Arus Lebih (OCR)


Relay arus lebih atau yang lebih dikenal dengan OCR (Over Current Relay ) merupakan
peralatan yang mensinyalir adanya arus lebih, yang disebabkan oleh adanya gangguan hubung
singkat antar fasa. Relay ini bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi nilai
arusdan waktu settingnya.
• Setelan Arus

• Setelan Waktu

Keterangan:
𝐼𝑛 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 (𝑘𝐴)
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑠𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟 (𝑘𝐴)
𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑠𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟 (𝑘𝐴)
𝑇𝐷 = 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑦 (𝑠)
𝐼𝑓 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 ℎ𝑢𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑓𝑎𝑠𝑎 (𝑘𝐴)
𝑇𝑀𝑆 = 𝑆𝑒𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑟𝑒lay
IV. LANGKAH PERCOBAAN
1. Buatlah project dan folder sesuai dengan nama praktikan masing-masing. Pada Sub
Modul 3, rangkaian modul melanjutkan dari Modul 3.
2. Buatlah single line diagram seperti gambar dibawah ini! Pada Sub Modul 3, rangkaian
modul melanjutkan dari Modul 3.

3. Setelah itu running rangkaian dengan Load Flow lalu klik

4. Setelah berhasil, pilih Star – Protection & Coordination , lalu edit study case

pilih fault type 3 phase (gangguan 3 fasa).


5. Lalu berikan gangguan (fault) pada bus saluran 1%, 25%, 50%, 75%, dan 100%,
Catat nilai arus hubung singkat 3 fasa pada lokasi relay dan isi nilai tersebut pada tabel
3.2.
6. Berdasarkan nilai arus hubung singkat yang telah didapat, carilah TMS dari masing –
masing relay (Incoming dan Outgoing) lalu tuliskan pada tabel 3.3 dan 3.4.
7. Isilah data relay berdasarkan hasil yang didapat pada tabel 3.3 dan 3.4.

8. Uji waktu kerja relay dengan cara klik fault insertion , letakkan pada bus saluran

25% lalu perhatikan time viewer . Catat waktu kerja relay yang ditunjukkan oleh
time viewer pada tabel
3.5. Setelah itu lanjutkan untuk bus saluran 50%, 75%, dan 100% untuk gangguan 3 fasa

9. Cetak grafik kerja relay dengan cara block kedua relay lalu Create Star View .
V. GAMBAR RANGKAIAN
Terlampir pada halaman selanjutnya.
VI. GAMBAR GRAFIK
Terlampir pada halaman selanjutnya.
VII. TEORI TAMBAHAN
Pemutus Daya
Kemampuan arus suatu pemutus daya dinyatakan dalam dua besaran, yaitu kemampuan
pemutusan arus (interrupting duty) dan kemampuan arus sesaat (momentary duty).
a. Kemampuan pemutusan arus, yaitu harga efektif arus hubung singkat simetri tertinggi yang
dapat diputuskan pemutus daya tanpa menimbulkan kerusakan pada kontak pemutus daya.
b. Kemampuan arus sesaat, yaitu harga efektif arus hubung singkat asimetri tertinggi yang dapat
dipikul pemutus daya tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus daya.
Kedua kemampuan arus di atas ditetapkan dengan menghitung terlebih dulu harga efektif
arus hubung singkat simetri (I’hs) dan asimetri (I”hs), dimana dalam perhitungan kedua arus
ini reaktansi mesin-mesin dinyatakan seperti pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Reaktansi mesin listrik untuk perhitungan arus hubung singkat


Secara umum, kemampuan arus sesaat dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut:
𝐼𝑚 = 1.6 𝑥 𝐼"ℎ𝑠
Sedangkan untuk tegangan dibawah 0.5 kV, adalah:
𝐼𝑚 = 1.5 𝑥 𝐼"ℎ𝑠
Kapasitas daya sesaat pemutus daya adalah:
𝑆𝑚 = √3 𝑉𝑝𝑓 𝑥 𝐼𝑚
Dimana:
𝑉𝑝𝑓= Tegangan phase ke phase sistem sebelum terhubung singkat

Dasar Teori Koordinasi Relay Proteksi


Koordinasi relay proteksi adalah sistem proteksi pada sebuah sistem tenaga listrik
yang memanfaatkan prinsip kerja relay Over Current Relay (OCR) yang bekerja berdasarkan
besaran arus dengan satuan waktu yang diatur. Sehingga relay akan bekerja secepat mungkin
ketika terjadi gangguan dengan batas waktu setting yang telah ditentukan. Untuk
mengkoordinasikan antara relay satu dengan relay yang lain dapat dilakukan dengan mengatur
jarak waktu kerja antara relay satu dengan relay yang lain sehingga relay akan bekerja
secara terkoordinasi.
Koordinasi yang dimaksud adalah relay satu dengan relay yang lain terhubung dalam
satu jaringan distribusi namun memiliki setting yang berbeda untuk menanggualngi gangguan
yang terjadi. Jenis–jenis gangguan yang terdeteksi oleh OCR antara lain:
1. Gangguan fasa ke tanah (Ground Fault).
2. Gangguan fasa ke fasa (Phase to Phase).
3. Gangguan frus lebih (Over Load Current).

Pada sebuah sistem koordinasi relay proteksi diperlukan jenis relay yang sesuai dengan
sistem tenaga listrik yang dibangun. Hal ini dikarenakan setiap sistem tenaga listrik memiliki
bagian –bagian yang berbeda sehingga jenis relay yang digunakan pun harus berbeda.

Gambar 1. Kurva Gabungan Karakteristik Relay Proteksi OCR


Adapun jenis dan karakteristik relay proteksi secara garis besar dapat dikelompokkan
sebagai berikut, yaitu:
1. Relay Waktu Singkat (Instantaneous Relay)
Relay ini bekerja seketika (tanpa jedah waktu) dengan jarak waktu kerja relay
dimulai dari pickup hingga bekerja dengan waktu sangat singkat yakni 10 sampai 20
ms.
2. Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time-lag Relay)
Relay ini akan memberi sinyal pada PMT ketika terjadi short circuit saat besar arus
melampaui setting (Is), dan jarak waktu kerja relay dimulai saat kondisi relay merasakan arus
gangguan (kondisi pickup) sampai kerja relay diperpanjang dengan waktu kerja yang tak
tergantung oleh besar arus yang mempengaruhi relay.
3. Relay Arus Libeh Waktu Terbaik (Inverse Time Relay)
Relay ini bekerja ketika terjadi short circuit dan saat relay bekerja pada rangkaian CB,
relay ini bekerja secara terbalik oleh besar arus gangguan yang dapat memicu relay sehingga
bekerja. Relay ini bekerja dengan nilai waktu tunda secara terbalik dengan besar arus (Inverse
Time), yakni semakin besar arus gangguan maka semakin pendek waktu tunda. Relay jenis ini
memiliki karakteristik kecuraman waktu dengan arus yang dikelompokkan menjadi:
standar/normal inverse, long time inverse, very inverse, dan extrimely inverse seperti pada
Gambar 2.

Gambar 2. Karakteristik Waktu Invers Relay (Inverse Time Relay).

Sumber:
Al-Faoury, Audih. “POWER SYSTEMS PROTECTION COURSE”. Yordania: Al-
Balqa Applied University:
https://www.bau.edu.jo/UserPortal/UserProfile/PostsAttach/16928_5876_1.pdf
Sampeallo, Agusthinus. S. Nursalim. “ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT
PADA JARINGAN PEMAKAIAN SENDIRI PLTU BOLOK PT. SMSE (IPP) UNIT 3 DAN
4 MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 12.6.0”. Kupang: Universitan Nusa Cendana:
https://media.neliti.com/media/publications/298547-analisis-gangguan-hubung-singkat-pada-
ja-3a672eba.pdf
VIII. DATA PENGAMATAN

Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat


Lokasi HS 3Ø
(Saluran) kA A
1% 1,089 1089
25% 1,06 1060
1,045 1045
50%
1,022 1022
75%
1 1000
100%

Tabel 3.2 Perhitungan Setting Relay O.C Incoming


Inom Iset Iset Incoming
Trafo Rasio CT (Ampere) Time Primer Sekunder Standard
Pengaman (Ampere) Delay (Ampere) (Ampere) Inverse
Primer Sekunder (s) TMS
OCR 216,5 1000 5 0,7 227,325 1,137 0,18

Tabel 3.3 Perhitungan Setting Relay O.C Outgoing


Inom Iset Iset Outgoing
Beban Rasio CT (Ampere) Time Primer Sekunder Standard
Pengaman (Ampere) Delay (Ampere) (Ampere) Inverse
Primer Sekunder (s) TMS
OCR 29,5 300 5 0,3 92,925 1,549 0,119
Tabel 3.4 Pemeriksaan Waktu Kerja Relay Standard Inverse
Lokasi Relay di Incoming Relay di Outgoing
Gangguan 3Ø 3Ø

25% 0,695 0,303


50% 0,707 0,306
75% 0,718 0,31
100% 0,730 0,313
IX. PENGOLAHAN DATA

Outgoing
• I Set Primer = K x Inom beban x 3
= 1,05 x 29,5
= 92,925
• I Set Sekunder = I Set Primer/ Ratio CT
= 92,925/300/5
= 1,549
𝐼𝐹 𝑆𝑒𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑇𝐷 (( )^0,02 −1
• 𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
TMS = 0,14
1385
0,3 (( )^0,02 −1
92,925
= 0,14

= 0,119

Incoming
• I Set Primer = K x Inom Trafo
= 1,05 x 216,5
= 227,325
• I Set Sekunder = I Set Primer/ Ratio CT
= 227,325/1000/5
= 1,137
𝐼𝐹 𝑆𝑒𝑡 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑇𝐷 (( )^0,02 −1
• 𝐼𝑠𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟
TMS = 0,14
1385
0,7 (( )^0,02 −1
227,325
= 0,14

= 0,18
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

Outgoing
𝒃
TD = 𝑰𝑭 𝟎,𝟎𝟐
x TMS
( ) −𝟏
𝑰𝒔𝒆𝒕

𝟎,𝟏𝟒
• 25%: TD = 𝟏𝟑𝟒𝟖 𝟎,𝟎𝟐
x 0,119 = 0,303
( ) −𝟏
92,925

𝟎,𝟏𝟒
• 50%: TD = 𝟏𝟑𝟏𝟏 𝟎,𝟎𝟐
x 0,119 = 0,308
( ) −𝟏
92,925

𝟎,𝟏𝟒
• 75%: TD = 𝟏𝟐𝟕𝟓 𝟎,𝟎𝟐
𝒙 𝟎, 𝟏𝟏𝟗 = 0,31
( ) −𝟏
92,925

𝟎,𝟏𝟒
• 100%: TD = 𝟏𝟐𝟒𝟎 𝟎,𝟎𝟐
𝒙 𝟎, 𝟏𝟏𝟗 = 0,314
( ) −𝟏
92,925

Incoming
𝒃
TD = 𝑰𝑭 𝟎,𝟎𝟐
x TMS
( ) −𝟏
𝑰𝒔𝒆𝒕

𝟎,𝟏𝟒
• 25%: TD = 𝟏𝟑𝟒𝟖 𝟎,𝟎𝟐
x 0,18 = 0,7
( ) −𝟏
𝟐𝟐𝟕,𝟑𝟐𝟓

𝟎,𝟏𝟒
• 50%: TD = 𝟏𝟑𝟏𝟏 𝟎,𝟎𝟐
x 0,18 = 0,707
( ) −𝟏
𝟐𝟐𝟕,𝟑𝟐𝟓

𝟎,𝟏𝟒
• 75%: TD = 𝟏𝟐𝟕𝟓 𝟎,𝟎𝟐
𝒙 𝟎, 𝟏𝟖 = 0,72
( ) −𝟏
𝟐𝟐𝟕,𝟑𝟐𝟓

𝟎,𝟏𝟒
• 100%: TD = 𝟏𝟐𝟒𝟎 𝟎,𝟎𝟐
𝒙 𝟎, 𝟏𝟖 = 0,741
( ) −𝟏
𝟐𝟐𝟕,𝟑𝟐𝟓

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

X. ANALISA
Pada praktikum sub modul ketiga yang berjudul “Koordinasi Proteksi OCR pada
Penyulang Distribusi” dilakukan sebuah percobaan yang bertujuan agar praktikan mampu
mempelajari koordinasi proteksi pada penyulang distribusi (OCR). Praktikan juga
diharapkan mampu melakukan penyelidikan operasi rele-rele proteksi setelah
menyelesaikan praktikum sub modul ke tiga ini. Praktikum dilakukan dengan menggunakan
sebuah unit PC/Komputer yang dalamnya sudah ter-install perangkat lunak ETAP.
Sistem proteksi merupakan suatu elemen yang penting dalam sistem tenaga listrik, yaitu
berfungsi sebagai pengaman dalam sistem tenaga listrik dengan cara mendeteksi gangguan
dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lainyang masih dalam keadaan
normal untuk mengamankan sistem keseluruhan dari kerusakan yanglebih parah atau
kerugian yang lebih besar. Sistem proteksi juga berfungsi melindungi manusia (terutama)
terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik. Seperti yang diketahui sering sekali terjadi
gangguan pada suatu sistem tenaga listrik misalnya beban lebih, terjadi arus hubung singkat,
atau gangguan dari luar seperti petir. Sistem proteksi tenaga listrik pada umumnya terdiri
dari beberapa komponen yang di rancang untuk mengidentifikasi kondisi sistem tenaga
listrik dan bekerja berdasarkan informasi yang diperoleh dari sistem tersebut seperti arus,
tegangan atau sudut fasa antara keduanya.
Dengan mengetahui peranan penting tersebut, suatu sistem proteksi harus memenuhi
beberapa kriteria sehingga suatu sistem proteksi dapat dikatakan baik dan efektif, yaitu
Selektif, Sensitif, Andal, dan Cepat. Selektif bermakna sistem proteksi mampu memisahkan
jaringan yang terganggu saja. Sensitif bermakna sistem proteksi mampu merasakan
gangguan sekecil apapun. Andal bermakna sistem proteksi akan bekerja bila diperlukan dan
tidak akan bekerja bila tidak diperlukan. Cepat bermakna sistem proteksi mampu bekerja
secepatnya sesuai dengan permintaan peralatan yang dilindunginya.
Sistem Proteksi ini harus ada pada ketiga bagian sistem tenaga listrik, yaitu Pembangkit,
Jaringan Transmisi, dan Jaringan Distribusi. Umumnya pada Pembangkit atau Generator,
digunakan Multi CT Differential Relay yang dipasang di tiap fasa untuk mencegah stator
ground fault dan Phase Balance-Current Relay sebagai proteksi back-up ketika gangguan
hubung singkat terjadi. Pada Jaringan Transmisi, umumnya digunakan Distance Relay
(Relay Jarak) sebagai proteksi utama (main protection) pada saluran. Terkhusus pada
Jaringan Distribusi yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak pelanggan,
maka keandalan menjadi sangat penting dan untuk itu jaringan distribusi perlu dilengkapi
sistem proteksi dengan koordinasi yang baik. Salah satu peralatan utama dalam sistem

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233
proteksi yang digunakan pada saluran distribusi adalah relay arus lebih (Over Current Relay)
dan relay gangguan tanah (Ground Fault Relay).
Pada modul 3, telah praktikan pelajari bahwa perilaku/respon jaringan ketika terjadinya
hubung singkat adalah timbulnya osilasi atau ketidakstabilan dalam periode yang singkat
selama short circuit bahkan setelah alat proteksi telah mengambil tindakan. Ketidaksabilan
yang dimaksud meliputi anjloknya tegangan, suplai daya tidak stabil, perubahan sudut rotor
yang mengakibatkan perubahan frekuensi untuk waktu yang singkat.
Namun perlu diketahui bahwa sistem proteksi tidak bisa meminimalisir arus hubung
singkatnya, melainkan meminimalisir dampak dari gangguan hubung singkat. Diantaranya
dengan menggunakan PMT (Pemutus Tenaga atau Circuit Breaker), agar rangkaian dapat
terputus (terbuka), area gangguan menjadi terbatasi, sistem lain terlindungi, dan arus
gangguan dapat terhenti/hilang dengan segera. Arus gangguan ini dihilangkan dengan cepat
dengan menggunakan penghantar ke tanah khusus seperti yang ada pada Surge Arrester.
Dari praktikum sub modul 3 ini, praktikan memahami bahwa sistem proteksi dibagi
menjadi 2 jenis, yaitu Main Protection yang merupakan sistem proteksi pertama yang akan
bertindak cepat apabila terjadi gangguan dalam batas sirkit atau elemen yang dilindunginya,
dan Back-Up Protection yang merupakan sistem proteksi cadangan yang bekerja apabila
main protection gagal beroperasi atau terputus. Praktikan juga mempelajari bahwa suatu
sistem proteksi terlebih dari beberapa komponen, yang dalam rangkaian sub modul 3 ini
komponen tersebut adalah Current Transformer (Trafo Arus), OCR, Fuse, dan PMT. Ketika
terjadi gangguan hubung singkat pada saluran, arus saluran naik dengan sangat tinggi.
Kenaikan abnromal ini dibaca oleh OCR. Namun OCR tidak mampu menerima respon
langsung dari arus sebesar ini. Maka dari itu digunakan Trafo Arus (CT) dengan rasio belitan
step-down yang sangat tinggi. Arus gangguan pada saluran akan menginduksi CT lalu timbul
arus dikumparan sekunder dengan nilai yang sangat kecil sehingga dapat dibaca oleh OCR.
OCR lalu mengirimkan sinyal perintah ke PMT terdekat untuk melakukan pemutusan
sehingga sirkut menjadi terbuka dan dampak gangguan tidak tersebar ke sistem lain. Pada
rangkaian ETAP, dapat dipahami bahwa hubung singkat terjadi pada sistem distribusi, lalu
OCR Outgoing dan CB Outgoing berperan sebagai main protection, serta OCR Incoming
dan CB Outgoing berperan sebagai back-up protection dalam menjaga sistem transmisi di
atasnya. Perlu diketahui bahwa operasi kerja dan respon OCR dalam mengatasi hubung
singkat akan berbeda tergantung pada karakteristiknya. Ada 3 pilihan utama karakteristik
yaitu Instantaneous OCR, Definite Time OCR, Invers Time OCR. Adapun yang kita
gunakan adalah Standart Inverse, dengan delay waktu kerja OCR Incoming sekitar 0,7 s dan
delay waktu kerja OCR Outgoing sekitar 0,3 s.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

XI. KESIMPULAN
Dari praktikum modul kedua, praktikan dapat mengambil kesimpulan yaitu:
1. Ketika terjadi gangguan hubung singkat pada saluran, arus saluran naik dengan sangat
tinggi. Kenaikan abnromal ini dibaca oleh OCR. Namun OCR tidak mampu menerima
respon langsung dari arus sebesar ini. Maka dari itu digunakan Trafo Arus (CT) dengan
rasio belitan step-down yang sangat tinggi. Arus gangguan pada saluran akan menginduksi
CT lalu timbul arus dikumparan sekunder dengan nilai yang sangat kecil sehingga dapat
dibaca oleh OCR. OCR lalu mengirimkan sinyal perintah ke PMT terdekat untuk
melakukan pemutusan sehingga sirkut menjadi terbuka dan dampak gangguan tidak
tersebar ke sistem lain.
2. Perlu diketahui bahwa operasi kerja dan respon OCR dalam mengatasi hubung singkat
akan berbeda tergantung pada karakteristiknya. Ada 3 pilihan utama karakteristik yaitu
Instantaneous OCR, Definite Time OCR, Invers Time OCR. Adapun yang kita gunakan
adalah Standart Inverse, dengan delay waktu kerja OCR Incoming sekitar 0,7 s dan delay
waktu kerja OCR Outgoing sekitar 0,3 s. OCR Incoming memiliki setting waktu kerja
selama 0,18 s dan OCR Outgoing memiliki setting waktu kerja selama 0,119 s.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

XII. REPORT
Terlampir pada halaman selanjutnya

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

XIII. TUGAS AKHIR


Terlampir pada halaman selanjutnya

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

XIV. PERTANYAAN
1. Bagaimana sistem koordinasi proteksi antara CT, Relay, dan CB?
2. Apa yang dimaksud dengan main protection dan backup protection pada sistem
proteksi?
3. Apa yang terjadi jika mengalami kegagalan koordinasi proteksi , Jelaskan !
4. Mengapa arus hubung singkat terbesar terjadi di saluran 1%?

Jawaban:
1. Ketika terjadi gangguan hubung singkat pada saluran, arus saluran naik dengan sangat
tinggi. Kenaikan abnromal ini dibaca oleh OCR. Namun OCR tidak mampu menerima
respon langsung dari arus sebesar ini. Maka dari itu digunakan Trafo Arus (CT) dengan
rasio belitan step-down yang sangat tinggi. Arus gangguan pada saluran akan
menginduksi CT lalu timbul arus dikumparan sekunder dengan nilai yang sangat kecil
sehingga dapat dibaca oleh OCR. OCR lalu mengirimkan sinyal perintah ke PMT
terdekat untuk melakukan pemutusan sehingga sirkut menjadi terbuka dan dampak
gangguan tidak tersebar ke sistem lain.
2. Main Protection yang merupakan sistem proteksi pertama yang akan bertindak cepat
apabila terjadi gangguan dalam batas sirkit atau elemen yang dilindunginya, dan Back-
Up Protection yang merupakan sistem proteksi cadangan yang bekerja apabila main
protection gagal beroperasi atau terputus.
3. Gangguan hubung singkat akan terjadi lebih lama, dampak dari arus gangguang
hubung singkat akan tersebar, dan ketidakstabilan/osilasi dapat terjadi pada banyak titik
bagian sistem tenaga listrik.
4. Karena apabila hubung singkat terjadi di saluran 1%, terjadi banyak kehilangan beban,
dan arus hubung singkat yang terjadi sebanding dengan arus total yang dibutuhkan beban
yang hilang tersebut ketika berada pada kondisi normal.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

MODUL IV
ANALISA KESTABILAN TRANSIEN
(TRANSIENT STABILITY ANALYSIS)

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi kehilangan
pembangkit.
2. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi hubungsingkat
padasaluran transmisi dalam selang waktu tertentu.
3. Menganalisa dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi pelepasan beban
secaratiba-tiba.

II. ALAT DAN PERLENGKAPAN


1. 1 unit PC
2. Software ETAP

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

III. TEORI MODUL


Stabilitas adalah kemampuan sistem yang memiliki dua atau lebih mesin sinkron untuk
berpindah dari suatu kondisi steady-state karena adanya perubahan sistem ke kondisi
steady-state lainnya, maka sistem akan berubah dari kondisi lama ke kondisi baru. Periode
singkat antara dua kondisi itu disebut Kestabilan Peralihan (Transient Stability). Suatu
sistem tenaga listrik yang baik harus memenuhi beberapa syarat, seperti: Reliability,
Quality dan Stability.
1) Reliability adalah : Kemampuan suatu sistem untuk menyalurkan daya atau energi
secara terus menerus.
2) Quality adalah : Kemampuan sistem tenaga listrik untuk menghasilkan besaran-
besaran standart yang ditetapkan untuk tegangan dan frekuensi.
3) Stability adalah : Kemampuan dari sistem untuk kembali bekerja secara normal
setelah mengalami suatu gangguan.
Dalam sistem tenaga listrik yang baik maka ketiga syarat tersebut harusdipenuhi yaitu
sistem harus mampu memberi pasokan listrik secara terus menerus dengan standar besaran
untuk tegangan dan frekuensi sesuai dengan aturan yang berlaku dan harus segera kembali
normal bila sistem terkena gangguan.
A. Klasifikasi Kestabilan Sistem Tenaga Listrik
Kestabilan sistem tenaga listrik secara umum dapat dibagi menjadi tiga macam kategori,
yaitu: Angle Stability, Frequency stability dan Voltage stability. Angle Stability yaitu
kemampuandari mesin-mesin sinkron yang saling terkoneksi pada suatu sistem tenaga
listrik untuk tetap dalam keadaan sinkron. Frequency stability yaitu kemampuan dari suatu
sistem tenaga untuk mempertahankan kondisi steady state frekuensi akibat gangguan
Sedangkan Voltage Stability: yaitu kestabilan dari sistem tenaga listrik untuk dapat
mempertahankan nilai tegangan yang masihdapat diterima saat terjadi kontingensi atau
gangguan.
1. Kestabilan Peralihan
Kestabilan peralihan (Transient Stability) adalah kemampuan sistem untuk mencapai titik
keseimbangan atau stabilitas setelah adanya perubahan besar pada sistem yang
menyebabkan sistem sempat kehilangan stabilitasnya. Kestabilan peralihan terjadi ketika
teganganotomatis dan pengatur frekuensi belum bekerja. Pengklasifikasian kestabilan
dilakukan secara sistematis dan berdasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu:
1. Ukuran dari gangguan.
2. Pemodelan yang tepat dan analisis gangguan yang spesifik.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233
3. Rentang waktu saat gangguan berlangsung.
4. Parameter sistem yang paling berpengaruh.
Transient Stability Assessment atau studi tentang kestabilan transien harus dilakukan
karena suatu sistem dapat dikatakan stabil pada kestabilan steady state, namun belum tentu
stabil pada kestabilan peralihan, sehingga studi ini perlu dilakukan guna untuk mengetahui
apakah sistem dapat bertahan saat gangguan peralihan terjadi. Gangguan kestabilan
peralihan dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu :
1. Beban lebih akibat lepasnya satu generator dari sistem.
2. Hubungan singkat (short circuit).
3. Starting pada motor.
4. Pelepasan beban yang mendadak.
Persamaan Ayunan (Swing Equation) Persamaan ayunan adalah persamaan yang mengatur
gerakan rotor suatu mesin serempak didasarkan pada prinsip dalam dinamika yang
menyatakan:
”Momen putar percepatan (accellarating torque) adalah hasil kali momen
kelembaban(moment of inertia) rotor dan percepatan sudutnya”
Untuk generator serempak, persamaan ayunan ditulis:

Dengan :
J = Momen inersia dari massa rotor (kg-m2 )
0m = Pergeseran sudut rotor terhadap sumbu yang stasioner (radian- mekanis)
t= Waktu (detik)
Tm = Momen putar mekanis atau poros (penggerak) yang diberikan oleh penggerak
muladikurangi dengan momen putar perlambatan (retarding) yang disebabkan oleh rugi-
rugi perputaran (N-m) Te = Momen putar elektris (N-m)
Jika Tm dan Te dianggap positif untuk generator serempak berarti bahwa Tm adalah
resultan momen putar poros yang mempunyai kecendrungan untuk mempercepat rotor
dalam arah 0myang positif.
2. Kestabilan Frekuensi
Kestabilan ini berkaitan dengan kemampuan dari sistem untuk mempertahankan
kestabilan frekuensi akibat gangguan pada sistem yang mengakibatkan
ketidakseimbangan antara pembangkitan dan beban. Pada umumnya masalah
kestabilan frekuensi dikaitkan dengan ketidakmampuan dari respons peralatan,

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233
koordinasi yang buruk pada peralatan kontrol danperalatan proteksi, atau kurangnya
daya cadangan pembangkitan.
Selama terjadinya penyimpangan frekuensi, besarnya tegangan mungkin dapat
berubah dengansignifikan, terutama untuk kondisi islanding yang menggunakan
underfrequency load shedding untuk melepas bebannya. Perubahan nilai tegangan
yang mungkin prosentasenya lebih besar dari perubahan frekuensi dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan antara pembangkitan dan beban.Equilibrium point
(titik keseimbangan) antara suplai daya system dan beban harus dipertahankan
untukmenjaga system dari generator outage.
Klasifikasi kestabilan frekuensi diklasifikasikan menjadi dua, yaitu jangka panjang
dan jangka pendek. Contoh fenomena jangka pendek untuk kestabilan frekuensi adalah
pada pembentukan undergenerated island dengan pelepasan beban underfrequency
yang tidak mencukupi, sehingga frekuensi menurun secara tiba-tiba dan menyebabkan
sistem mati total dalam durasi beberapa detik. Sedangkan kestabilan frekuensi jangka
panjang biasanya disebabkan oleh kontrol governor tidak bekerja ketika terdapat
gangguan. Rentang waktu fenomena jangka panjang yaitu puluhan detik hingga
beberapa menit.
3. Kestabilan Sudut Rotor
Kestabilan sudut rotor adalah kemampuan dari beberapa mesin sinkron yang saling
terinterkoneksi pada suatu sistem tenaga untuk mempertahankan kondisi sinkron
setelah terjadi gangguan. Kestabilan sudut rotor bergantung pada kemampuan untuk
mempertahankan keseimbangan antara torsi elektromagnetik dan mekanik pada
mesin-mesin tersebut. Ketidakstabilan mengakibatkan peningkatan kecepatan sudut
yang berubah-ubah pada generator, yang akan menyebabkan hilangnya sinkronisasi
antar generator. Hal ini terjadi karena daya output generator yang berubah sesuai
dengan berubahnya rotor. Kestabilan sudut rotor pada gangguan besar merupakan
kemampuan sistem tenaga listrik untuk mempertahankan sinkronisasi, salah satu
contohnya adalah seperti hubungan singkat pada saluran transmisi.
4. Kestabilan Tegangan
Kestabilan tegangan adalah kemampuan dari suatu sistem tenaga listrik untuk
mempertahankan kestabilan tegangan pada semua bus dari sistem setelah mengalami
gangguan. Kestabilan tegangan bergantung pada kemampuan sistem untuk
mempertahankan kesetimbangan antara supply daya dari pembangkit dan jumlah
pembebanannya. Gangguan yang biasanya terjadi adalah lepasnya beban secara tiba-
tiba ataupun hilangnya sinkron dari salah satu pembangkit sehingga tegangan menjadi

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233
turun secara drastis. Kestabilan tegangan menyangkut dengan gangguan besar dan
gangguan kecil dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Ketidakstabilan yang
mungkin terjadi adalah terjadinya peningkatan atau jatuhnya nilai tegangan pada
beberapa bus pada sistem. Faktor utama yang menjadi penyebab ketidakstabilan
tegangan adalah ketidakmampuan dari sistem untuk memenuhi kebutuhandaya reaktif
beban.
Penurunan tegangan bus dapat juga dihubungkan dengan ketidakstabilan sudut rotor.
Contohnya, ketika terjadi loss of synchronism di antara dua grup mesin akan
mengakibatkan tegangan yang sangat rendah di tengah saluran sistem.
Kestabilan tegangan dikelompokkan menjadi dua macam, berdasarkan gangguannya:
1. Kestabilan tegangan akibat gangguan besar.
2. Kestabilan tegangan akibat gangguan kecil.
Penambahan Beban Secara Tiba-Tiba
Penambahan beban pada suatu sistem tenaga listrik dapat mengakibatkan timbulnya
gangguan peralihan jika:
1. Jumlah beban melebihi batas kestabilan keadaan mantap untuk kondisi tegangan
dan reaktansi rangkaian tertentu.
2. Jika beban dinaikkan sampai terjadi osilasi, sehingga menyebabkan sistem
mengalami ayunan yang melebihi titik kritis yang tidak dapat kembali.
Apabila sistem tenaga listrik dilakukan pembebanan dengan beban penuh secara tiba-
tiba, maka arus yang diperlukan sangat besar akibatnya frekuensi sistem akan turun
dengan cepat. Pada kondisi demikian sistem akan keluar dari keadaan sinkron
walaupun besar beban belum mencapai batas kestabilan mantap yaitu daya
maksimumnya, Hal ini dikarenakan daya keluar elektris generator jauh melampaui
daya masukan mekanis generator atau daya yang dihasilkan penggerak mula, dan
kekurangan ini disuplai dengan berkurangnya energi kinetis generator. Sehingga
putaran generator turun atau frekuensi sistem turun, sudut daya bertambah besar dan
melampaui sudut kritisnya, akibatnya generator akan lepas sinkron atau tidak stabil.
Sesaat dilakukannya pembebanan tersebut, rotor generator akan mengalami ayunan dan
getaran yang besar.
Kestabilan Mantap
Kondisi kestabilan pada suatu sistem tenaga listrik bukan hanya akibat dari kondisi
peralihan seperti proses pemutusan akibat adanya gangguan, tetapi meliputi aspek

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233
ketidakstabilan pada kondisi mantap. Bila terdapat sebuah mesin (generator) dengan
tegangan internal sebesar EG dihubungkan dengan sistem tak hingga (infinite bus)
dengan tegangan Ei melalui saluran transmisi dan rangkaian.

Dengan demikian, daya maksimum yang dapat ditransfer sebesar:

Besaran tersebut merupakan batas kestabilan mantap, sehingga pengiriman daya yang
lebih besar dari Pmax akan menyebabkan mesin tersebut keluar dari sistem. Berdasar
pada model diatas, terdapat 3 karakteristik listrik yang mempengaruhi kestabilan,
yaitu:
1. Tegangan internal generator
2. Reaktansi antara mesin generator dengan bus tak hingga
3. Tegangan pada bus tak hingga.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

IV. LANGKAH PERCOBAAN


1. Buatlah one line diagram dengan susunan seperti gambar di bawah ini !

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

2. Isi rating berdasarkan data yang telah ditentukan asisten :

A. Generator

PLTU Unit I; PLTU Unit II

PLTU Unit III

PLTA Unit I

PLTG Unit I

PLTU Unit I; Unit II; Unit III

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

PLTA Unit I

PLTG Unit I

PLTU Unit I; PLTU Unit II; PLTU Unit III; PLTA Unit I; PLTG Unit I

3. klik menu , kemudian Edit Study Case maka akan tampil seperti di bawah ini:

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

Klik Events, lalu klik Add pada Events dan Actions sesuai kondisi saat Kehilangan
Pembangkit, Hubung Singkat Pada Saluran Transmisi dan Pelepasan Beban. Isi Total
Simulation Time selama 60 sekon.

Kehilangan pembangkit
1. Lepas PLTU Unit III dengan membuka CB3 (t=1 s) atau isi sesuai gambar di bawah

ini:
2. Buka tab plot, lalu pilih Device ID yang ingin diplot sesuai yang akan diamati di
Data Pengamatan (PLTU Unit I dan GI KIT IA).
3. Klik untuk Run Transient Stability. Amati Daya Aktif, Daya Reaktif, Tegangan,
Frekuensi, Kecepatan Rotor dan Sudut Daya Relatif dengan menggunakan Slider,
lalu catat pada Data Pengamatan.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233
Hubung singkat pada saluran transmisi
1. Beri gangguan hubung singkat tiga fasa pada saluran 50% (t=1 s) dan Clear (t=3 s)
padaSUTET I atau isi sesuai gambar di bawah ini:
2. Buka tab plot, lalu pilih Device ID yang ingin diplot sesuai yang akan diamati di

Data Pengamatan (PLTU Unit I dan GI KIT IA).


3. Klik ikon untuk Run Transient Stability. Amati Daya Aktif, Daya Reaktif,
Tegangan, Frekuensi, Kecepatan Rotor dan Sudut Daya Relatif dengan
menggunakan Slider, lalu catat pada Data Pengamatan
4. Klik ikon untuk menampilkan grafik Device ID yang sudah diplot

Pelepasan beban
1. Lepas beban Lump7, Lump8 dan Load7 dengan membuka CB51 (t= 1s) atau isi
sesuaigambar di bawah ini

2. Buka tab plot, lalu pilih Device ID yang ingin diplot sesuai yang akan diamati di
Data Pengamatan (PLTU Unit I dan GI KIT IA).
3. Klik ikon untuk Run Transient Stability. Amati Daya Aktif, Daya Reaktif,
Tegangan, Frekuensi, Kecepatan Rotor dan Sudut Daya Relatif dengan
menggunakan Slider, lalu catat pada Pengamatan.
4. Klik ikon untuk menampilkan grafik Device ID yang sudah diplot.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

V. GAMBAR RANGKAIAN
Terlampir pada halaman selanjutnya.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

VI. GAMBAR GRAFIK


1. Kondisi kehilangan pembangkit
Terlampir pada halaman selanjutnya.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

2. Hubung singkat pada saluran transmisi


Terlampir pada halaman sleanjutnya.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

3. Pelepasan beban
Terlampir pada halaman selanjutnya.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

VII. TEORI TAMBAHAN


Transien pada Saluran Transmisi
Dalam pelajaran analisis rangkaian listrik kita telah mempelajari gejala transien.
Penutupan saklar S pada rangkaian RLC Gb.2.19. memberikan persamaan orde dua pada t ≥ 0+
sebagai berikut:

Persamaan ini diperoleh dengan pandangan bahwa begitu saklar ditutup, seluruh tegangan
vin terterapkan pada seluruh rangkaian RLC dan hukum Kirchhoff dapat kita terapkan pada
rangkaian ini. Pandangan ini tidak dapat kita aplikasikan begitu saja pada saluran transmisi.

Gb.2.19. Rangkaian RLC seri.


Panjang saluran transmisi adalah ratusan kilometer. Jika kita menutup circuit breaker di
ujung kirim, tegangan tidak serta merta terasakan di ujung terima; artinya tegangan masuk di
ujung kirim tidak segera mencakup seluruh rangkaian. Tegangan di ujung kirim harus
merambat dan memerlukan waktu untuk sampai ke ujung terima, walaupun waktu yang
diperlukan itu sangat pendek. Oleh karena itu kita harus hati-hati menerapkan hukum Kirchhoff.
Kita akan melihat kasus tegangan durasi terbatas yang muncul pada t = 0 di ujung kirim,
sementara saluran transmisi tidak memiliki simpanan energi sebelum t = 0. Tegangan dengan
durasi terbatas ini ditunjukkan pada Gb.2.20.

Gb.2.20. Tegangan dengan durasi terbatas diterapkan di ujung kirim.


Tegangan ini merupakan fungsi waktu dan muncul pada t = 0 di ujung kirim;
persamaannya adalah

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233
Di posisi lain di saluran transmisi, misalkan pada posisi x dari ujung kirim, tegangan ini
belum muncul; ia akan muncul beberapa waktu kemudian, misalnya baru terasa pada t = Tx.
Jadi terdapat pergeseran waktu kemunculan tegangan ini di posisi x. Tegangan di posisi x ini
ditunjukkan pada Gb.2.21 dengan persamaan yang dapat kita tuliskan sebagai

Sesungguhnya bentuk gelombang tegangan di posisi x tidak sama dengan bentuk


tegangan di ujung kirim (x = 0) karena ada faktor redaman di saluran transmisi. Namun untuk
analisis gejala transien ini, kita menganggap saluran transmisi sebagai lossless line. Dengan
anggapan ini maka kita boleh menganggap pula bentuk gelombang tidak berubah sepanjang
saluran.

Gb.2.21. Tegangan di posisi x.


Dengan demikian kita mengerti bahwa bentuk gelombang yang merambat di saluran
transmisi, yang disebut gelombang berjalan (travelling wave), tidak hanya merupakan fungsi t
tetapi juga merupakan fungsi x. Bentuk gelombang ini dapat kita tuliskan sebagai

Kita tinjau satu segmen saluran transmisi sepanjang ∆x yang kecil, seperti ditunjukkan
oleh Gb.2.22.

Gb.2.22. Situasi di satu segmen kecil saluran transmisi, ∆x.


Perhatikan bahwa kita menghitung jarak x dari ujung kiri (ujung kirim), bukan dari ujung
kanan (ujung terima) karena kita sedang membicarakan gelombang yang merambat dari ujung
kirim, atau lebih tepatnya dari ujung sumber masuknya gelombang tegangan. Pada segmen kecil

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233
terdapat induktansi seri ∆xL dan kapasitansi ∆xC dengan L dan C adalah induktansi dan
kapasitansi per satuan panjang, sedangkan resistansi diabaikan karena kita menganggap saluran
transmisi adalah lossless. Pada segmen kecil inilah kita dapat menerapkan hukum Kirchhoff.

Transien pada Mesin Sinkron


Peristiwa transien terjadi jika ada pembebanan tiba-tiba pada mesin sinkron. Salah satu
contoh yang akan kita uraikan di sini adalah terjadinya hubung singkat tiga-fasa pada terminal
generator; hubung singkat tiga-fasa merupakan pembebanan seimbang. Oleh karena itu kita
dapat menyatakan rangkaian ekivalen model satu-fasa untuk situasi ini, seperti terlihat pada
Gb.4.14.

Gb.4.14. Rangkaian ekivalen model satu-fasa, gangguan hubung singkat tiga-fasa.


Peristiwa transien di sini adalah peristiwa transien pada rangkaian orde-2, seperti yang
kita pelajari pada Analisis Rangkaian Listrik. Sinyal masukan adalah sinyal sinus. Hasil analisis
di kawasan waktu akan memberikan arus hubung singkat yang berbentuk

ditentukan oleh saat terjadinya hubung singkat atau masuknya saklar pada rangkaian
Gb.4.14. Sudah barang tentu nilainya sangat tidak menentu dan α ini membuat alur variasi arus
hubung singkat tidak simetris terhadap sumbu waktu, seperti terlihat pada Gb.4.15.
Untuk keperluan analisis sistem tenaga, α dianggap nol dan persamaan arus transien yang
diperhitungkan berbentuk

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

Kurva arus hubung singkat akan simetris terhadap sumbu waktu seperti terlihat pada
Gb.4.16, dan disebut arus hubung singkat simetris.

Gb.4.15. Arus hubung singkat tak simetris terhadap sumbu waktu.

Gb.4.16. Arus hubung singkat simetris terhadap sumbu waktu.


Penurunan nilai arus hubung singkat ditentukan oleh konstanta waktu τ, yang besarnya
tergantung dari proporsi Ra dan Xd. Namun bentuk gelombang arus ini hampir sinusoidal dan
kita dapat mendekati nilai arus efektifnya dengan membagi nilai puncak dengan √2. Nilai
efektif ini dapat kita plot sebagai nilai efektif yang merupakan fungsi waktu seperti terlihat pada
Gb.4.17.
Kurva 𝐼ℎ𝑠 (𝑡) = 𝑖̂ℎ𝑠 (𝑡)/√2 dapat didekati dengan suatu nilai konstan dalam selang-selang
waktu tertentu.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

Analisis sistem tenaga dilakukan di kawasan fasor, bukan di kawasan waktu. Oleh karena
itu pernyataan arus hubung singkat harus dilakukan dalam bentuk

Perubahan Ihs terhadap waktu, di kawasan fasor dapat dinyatakan dengan memilih salah
satu apakah tegangan sumber Ef konstan dan Xd yang berubah terhadap waktu, atau Xd konstan
dan Ef yang berubah terhadap waktu. Kita memilih Ef tetap dan Xd berubah terhadap waktu.
Dengan demikian maka dalam selang

Nilai-nilai X′′d dan X′d diberikan oleh pembuat generator. Mana yang akan kita
gunakan tergantung dari persoalan yang kita hadapi. Untuk menghitung arus hubung singkat
misalnya, kita akan memilih menggunakan reaktansi subtransien, X′′d.

Sumber:
Sudirham, Sudaryatno. (2012). “Analisis Sistem Tenaga”. Bandung: Darpublic.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

VIII. DATA PENGAMATAN

Tabel 4.1 Kondisi PLTU Unit I saat Kehilangan Pembangkit


Sudut
Daya Kec.
Daya Daya
Reaktif Rotor
Waktu Tegangan Frekuensi Aktif Relatif
(kVar) (RPM)
No. (s) (kV) (Hz) (kW) (Degree)
1. 1 13,8 50 400 131,4 3000 8,75
2. 1,001 13,77 50 596 147 2999,9 8,75
3. 5 13,8 49,7 493 167,4 2980,3 4,24
4. 10 13,8 49,7 540,9 166 2983,2 6,07
5. 20 13,8 49,7 578,3 159,6 2984,9 8,22
6. 50 13,8 49,8 590,8 159,1 2985,5 8,9
7. 60 13,8 49,8 591 159,1 2985,6 8,91

Tabel 4.2 Kondisi PLTU Unit I saat Hubungan Singkat pada Saluran Transmisi
Sudut
Daya Kec.
Daya Daya
Reaktif Rotor
Waktu Tegangan Frekuensi Aktif Relatif
(kVar) (RPM)
No. (s) (kV) (Hz) (kW) (Degree)
1. 1 13,8 50 400 131,4 3000 8,75
2. 1,001 2,2 50 136,1 1679 2999,9 8,75
3. 5 20,79 50 2725 1746 3009,8 29,23
4. 10 13,87 50,1 248,1 369,3 3002,6 8,65
5. 20 13,8 50 371,1 109,3 3002,6 11,42
6. 50 13,8 50 369,8 111,4 3002,3 11,14
7. 60 13,8 50 369,7 111,4 3002,3 11,14

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233
Tabel 4.3 Kondisi PLTU Unit I saat Pelepasan Beban

Sudut
Daya Kec.
Daya Daya
Reaktif Rotor
Waktu Tegangan Frekuensi Aktif Relatif
(kVar) (RPM)
No. (s) (kV) (Hz) (kW) (Degree)
1. 1 13,8 50 400 131,4 3000 8,75
2. 1,001 13,86 50 330,7 85,5 3000 8,75
3. 5 13,81 50,2 353,7 85,8 3009,5 11,12
4. 10 13,81 50,1 335,1 85,3 3007,8 10,19
5. 20 13,81 50,1 320 87 3006,5 9,01
6. 50 13,81 50,1 316,9 87,2 3006,2 8,76
7. 60 13,81 50,1 316,9 87,2 3006,2 8,76

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

IX. ANALISA
Pada praktikum modul keempat yang berjudul “Analisa Kestabilan Transien” dilakukan
sebuah percobaan dengan tujuan agar praktikan mampu menganalisa dan mengamati
kestabilan pembangkit saat terjadi kehilangan pembangkit, praktikan mampu menganalisa
dan mengamati kestabilan pembangkit saat terjadi hubungsingkat pada saluran transmisi
dalam selang waktu tertentu, serta praktikan dapat menganalisa dan mengamati kestabilan
pembangkit saat terjadi pelepasan beban secara tiba-tiba. Praktikum dilakukan dengan
menggunakan sebuah unit PC/Komputer yang dalamnya sudah ter-install perangkat lunak
ETAP.
Analisa Kestabilan Transien adalah analisa yang mempelajari penyebab terjadinya
masalah transien dan ketidak stabilan dengan tujuan untuk mengetahui metode yang tepat
untuk mengatasi masalah tersebut sehingga sistem kembali ke kondisi stabil. Tujuan
analisa ini dilakukan adalah untuk menganalisa metode-metode yang dapat ditempuh suatu
sistem untuk mencapai kestabilan, serta menganalisa penyebab-penyebab ketidakstabilan
sehingga mitigasi dapat dilakukan. Kestabilan Sistem Tenaga Listrik adalah kemampuan
dari sistem untuk menjaga kondisi operasi yang seimbang dan kemampuan sistem untuk
kembali ke kondisi operasi normal ketika terjadi gangguan. Suatu sistem tenaga listrik yang
baik harus memenuhi beberapa syarat yaitu reliability, quality, dan stability.
Kestabilan sistem tenaga listrik dapat dibagi menjadi 3 macam kategori yaitu angle
stability (kestabilan sudut rotor/sudut torsi), frequency stability (kestabilan frekuensi),
voltage stability (kestabilan tegangan). 3 Parameter ini yang harus dijaga kestabilannya
dalam operasional sistem tenaga listik. Terdapat beberapa faktor yang menimbulkan
masalah ketidakstabilan dalam sistem tenaga listrik, diantaranya yaitu Beban lebih akibat
lepasnya pembangkit dari sistem, Gangguan Hubung Singkat, Starting pada Motor Listrik,
Pelepasan beban yang mendadak, serta Koordinasi yang buruk pada peralatan kontrol dan
peralatan proteksi.
Dari praktikum modul keempat ini, dapat dipahami bahwa selama terjadinya
permasalahan kestabilan transien, terdapat osilasi/goncangan pada sistem selama beberapa
saat, namun selanjutnya akan kembali ke kondisi steady state dengan sendirinya, baik itu
kondisi baru atau sama seperti kondisi semula sebelum terjadinya masalah. Osilasi yang
dimaksud adalah osilasi pada angka suplai daya, osilasi nilai tegangan dan nilai frekuensi.
Osilasi pada nilai frekuensi, dapat diatasi dengan melakukan pengaturan pada sisi
pembangkit dan sisi beban. Pada sisi pembangkit, dapat dilakukan dengan mengatur jumlah
fluida yang masuk ke prime mover/turbin. Jumlah fluida ini akan mempengaruhi Daya

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233
Mekanik, Torsi Mekanik, dan Kecepatan Rotasi dari turbin. Apabila kita menginginkan
kenaikan frekuensi, maka jumlah fluida ditambah, baik itu dengan membuka lebih banyak
katup air ataupun dengan menambah pembakaran sehingga uap panas bertekanan tinggi
bertambah. Jika kita ingin penurunan frekuensi,maka jumlah fluida dikurangi, hingga
frekuensi kembali ke settingan normal yaitu 50 Hz. Pada sisi beban, jika terjadi penurunan
frekuensi akibat beban berlebih, frekuensi dapat dinaikkan dengan melakukan beberapa
pelepasan beban.
Namun apabila terjadi kehilangan pembangkit, pengaturan frekuensi ke kondisi semula
akan sulit dicapai. Kehilangan pembangkit akan menimbulkan hilangnya pasokan daya ke
jaringan selama pembangkit tersebut belum dapat beroperasi. Artinya, terjadi ketidak
seimbangan dimana demand beban lebih besar dibanding suplai daya. Ini akan
menimbulkan turunnya frekuensi disebabkan tidak adanya konversi energi mekanik dari
fluida menjadi energi listrik oleh pembangkit yang trip/hilang. Dan frekuensi tidak akan
kembali ke kondisi semula sampai pembangkit yang trip/hilang tersebut menjadi aktif dan
terhubung kembali ke jaringan, atau dengan adanya pembangkit lain dengan starting time
cepat yang dapat menopan kekurangan jumlah daya akibat hilangnya pembangkit tsb.
Berbeda halnya pada kasus terjadinya gangguan hubung singkat, frekuensi akan
mengalami osilasi selama adanya gangguan hubung singkat, namun frekuensi akan
kembali stabil pada nilai semula ketika gangguan tersebut telah teratasi. Hubung Singkat
merupakan gangguan yang bersifat sementara, sehingga jaringan dapat kembali ke kondisi
semula ketika Hubung Singkat selesai. Selama teradinya hubung singkat, ketidak stabilang
dapat terjadi, frekuensi mengalami osilasi atau perubahan. Namun setelah selesainya
hubung singkat dan ditutup kembalinya PMT, maka jaringan dengan sendirinya akan
segera pulih dan frekuensi dapat kembali ke nilai semula.
Osilasi Tegangan atau perubahan nilai tegangan menjadi masalah yang serius ketika
terjadi gangguan yang menimbulkan kestabilan transien. Jika kelebihan beban akan
menyebabkan under voltage akibat banyaknya voltage drop sepanjang saluran, maka
pelepasan beban atau kekurangan beban akan menyebabkan over voltage. Tegangan naik
secara tiba tiba seiiring dengan berkurangnya demand beban, sehingga ada suplai daya dari
pembangkit/jaringan yang tidak terpakai. Fenomena ini disebut Voltage Swell, yaitu
naiknya tegangan secara tiba-tiba selama periode tertentu akibat berkurangnya nilai
pembebanan. Untuk kasus sebaliknya disebut Voltage Sag. Contohnya, ketika terjadi
kehilangan pembangkit, tegangan turun secara tiba tiba seiiring dengan besarnya demand
beban, namun tidak ada suplai daya dari pembangkit/jaringan. Akibatnya drop voltage
sepanjang saluran makin besar, karena tidak seimbangnya antara beban dengan suplai daya.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

X. KESIMPULAN
Dari praktikum modul kedua, praktikan dapat mengambil kesimpulan yaitu:
1. Transient stability merupakan kemampuan sistem untuk mencapai titik keseimbangan
setelah adanya perubahan besar pada sistem yang menyebabkan sistem kehilangan
stabilitasnya. Adapun stabilitas merupakan kemampuan sistem yang memiliki dua atau lebih
mesin sinkron untuk berpindah dari suatu kondisi steady state karena adanya perubahan sistem
ke kondisi steady state lainnya.
2. Adapun penyebab terjadinya gangguan peralihan yaitu; beban lebih akibat lepasnya satu
generator dari sistem, hubung singkat, starting pada motor, serta pelepasan beban yang
mendadak.
3. Pada saat terjadinya pelepasan pembangkit, maka frekuensi akan turun, lalu setelah itu akan
naik kembali dikarenakan dibackup oleh pembangkit lain sehingga frekuensi kembali dalam
keadaan normal.
4. Saat terjadi pelepasan beban, tegangan dan daya yang disuplai oleh pembangkit akan
mengalami kenaikan dikarenakan beban yang ditanggungnya sudah berkurang.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

XI. REPORT
Terlampir pada halaman selanjutnya.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

XII. TUGAS AKHIR


Terlampir pada halaman selanjutnya.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233

XIII. PERTANYAAN
1. Apa yang menyebabkan terjadinya permasalahan kestabilan transient?
2. Apa akibatnya apabila terjadi permasalahn kestabilan transient dalam sistem tenaga listrik?
3. Apabila terjadi gangguan pada sistem tenaga, terjadi perubahn frekuensi. Jelaskan cara
untuk mengatur frekuensi sistem agar dapat kembali ke kondisi operasi normal!
4. Saat terjadi kehilangan pembangkit, mengapa frekuensi sistem tidak dapat kembali ke
kondisi semula? Jelaskan!
5. Saat terjadi gangguan hubung singkat, mengapa frekuensi sistem dapat kembali ke kondisi
semula? Jelaskan!
6. Saat terjadi pelepasan beban, mengapa tegangan sistem naik secara tiba-tiba? Jelaskan!
7. Saat terjadi kehilangan pembangkit, mengapa tegangan sistem turun secara tiba-tiba?
Jelaskan!

Jawaban:
1. Kehilangan Pembangkit, Hubung Singkat, Starting pada Motor Listrik, Pelepasan Beban,
dan Koordinasi yang buruk pada peralatan proteksi dan peralatan kontrol.
2. Terjadinya osilasi/goncangan pada sistem selama beberapa saat, namun selanjutnya akan
kembali ke kondisi steady state dengan sendirinya, baik itu kondisi baru atau sama seperti
kondisi semula sebelum terjadinya masalah. Osilasi yang dimaksud adalah osilasi pada angka
suplai daya, osilasi nilai tegangan dan nilai frekuensi.
3. Pada sisi pembangkit, dapat dilakukan dengan mengatur jumlah fluida yang masuk ke prime
mover/turbin. Jumlah fluida ini akan mempengaruhi Daya Mekanik, Torsi Mekanik, dan
Kecepatan Rotasi dari turbin. Apabila kita menginginkan kenaikan frekuensi, maka jumlah
fluida ditambah, baik itu dengan membuka lebih banyak katup air ataupun dengan menambah
pembakaran sehingga uap panas bertekanan tinggi bertambah. Jika kita ingin penurunan
frekuensi,maka jumlah fluida dikurangi, hingga frekuensi kembali ke settingan normal yaitu
50 Hz. Pada sisi beban, jika terjadi penurunan frekuensi akibat beban berlebih, frekuensi dapat
dinaikkan dengan melakukan beberapa pelepasan beban.
4. Kehilangan pembangkit akan menimbulkan hilangnya pasokan daya ke jaringan selama
pembangkit tersebut belum dapat beroperasi. Artinya, terjadi ketidak seimbangan dimana
demand beban lebih besar dibanding suplai daya. Ini akan menimbulkan turunnya frekuensi
disebabkan tidak adanya konversi energi mekanik dari fluida menjadi energi listrik oleh
pembangkit yang trip/hilang. Dan frekuensi tidak akan kembali ke kondisi semula sampai
pembangkit yang trip/hilang tersebut menjadi aktif dan terhubung kembali ke jaringan, atau
dengan adanya pembangkit lain dengan starting time cepat yang dapat menopan kekurangan
Laboratorium Sistem Tenaga Listrik
Institut Teknologi PLN
Ahmad Mushawwir Alfikri
2018-11-233
jumlah daya akibat hilangnya pembangkit tsb.
5. Hubung Singkat merupakan gangguan yang bersifat sementara, sehingga jaringan dapat
kembali ke kondisi semula ketika Hubung Singkat selesai. Selama teradinya hubung singkat,
ketidak stabilang dapat terjadi, frekuensi mengalami osilasi atau perubahan. Namun setelah
selesainya hubung singkat dan ditutup kembalinya PMT, maka jaringan dengan sendirinya
akan segera pulih dan frekuensi dapat kembali ke nilai semula.
6. Jika kelebihan beban akan menyebabkan under voltage akibat banyaknya voltage drop
sepanjang saluran, maka pelepasan beban atau kekurangan beban akan menyebabkan over
voltage. Tegangan naik secara tiba tiba seiiring dengan berkurangnya demand beban, sehingga
ada suplai daya dari pembangkit/jaringan yang tidak terpakai. Fenomena ini disebut Voltage
Swell, yaitu naiknya tegangan secara tiba-tiba selama periode tertentu akibat berkurangnya
nilai pembebanan. Dan untuk kasus sebaliknya disebut Voltage Sag.
7. Tegangan turun secara tiba tiba seiiring dengan besarnya demand beban, namun tidak ada
suplai daya dari pembangkit/jaringan. Akibatnya drop voltage sepanjang saluran makin besar,
karena tidak seimbangnya antara pembebanan dengan suplai pembangkit.

Laboratorium Sistem Tenaga Listrik


Institut Teknologi PLN

Anda mungkin juga menyukai