Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

Penyaluran daya listrik biasanya tidak begitu menarik perhatian seperti


pembangkitan dan pemakaiannya, oleh sebab itu kita kadang-kadang cenderung untuk
mengabaikan bagian yang penting ini. Hal ini tidak menguntungkan sebab pada
bagian penyaluran daya ini membutuhkan dan melibatkan sumber daya manusia dan
material yang lebih banyak dibandingkan dengan pembangkitan daya listrik.
Daya listrik disalurkan dengan konduktor sedemikian rupa yaitu sebagai saluran
transmisi diatas tanah dan kabel dibawah tanah. Walaupun konduktor ini kelihatannya
sederhana, tetapi mempunyai sifat-sifat listrik yang memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap penyaluran daya listrik. Selanjutnya kita akan mempelajari
sifat-sifat listrik dari konduktor ini dalam hal penyaluran daya dengan saluran
transmisi tegangan tinggi.

I.1. Diagram Satu Garis Sistem Transmisi dan Distribusi

Gambar-1 menunjukkan suatu diagram dasar sebuah sistem transmisi dan distribusi
daya listrik mulai dari pembangkit sampai kekonsumen. Sistem terdiri dari dua buah
stasiun pembangkit G1 dan G2, beberapa sub station, sebuah sub station interkoneksi
dan beberapa beban seperti beban komersil , industri dan tempat tinggal.
Daya listrik disalurkan dengan saluran transmisi tegangan ekstra tinggi ( TET ) ,
tegangan tinggi (TT), tegangan menengah ( TM ) dan tegangan rendah ( TR ) .

Gbr- 1.1 Diagram Satu Garis Sistem Transmisi dan Distribusi

Keterangan Gbr-1 : TM = Tegangan Menengah


TET = Tegangan Ekstra Tinggi
TT = Tegangan Tinggi
TR = Tegangan Rendah
GI = Gardu Induk

1.2. Syarat-Syarat Penyaluran Daya Listrik

Untuk menyediakan daya listrik bagi konsumen dalam bentuk yang siap dipakai ,
sistem transmisi dan distribusi daya listrik harus memenuhi beberapa syarat . Jadi
sistem tersebut haruslah :

1. Daya yang dibutuhkan konsumen harus tersedia setiap saat.


2. Sistem tetap stabil, tegangan nominal boleh bervariasi tidak boleh lebih dari
10 %
3. Frekwensi tetap stabil, bervariasi tidak boleh lebih dari 0,1 Hz
4. Energi listrik yang disuplai dengan harga yang pantas.
5. Standard yang digunakan adalah aman bagi konsumen
6. Memperhatikan standard lingkungan.

1.3. Sistem Tegangan

Sistem distribusi daya listrik dapat dibagi dua kelompok yaitu :

1. Sistem transmisi : tegangan yang digunakan pada saluran besarnya


berada antara 115 kV sampai 800 kV . Berdasarkan tegangan yang digunakan sistem
transmisi dapat dibagi atas :
a. Saluran Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi : 500
kV
b. Saluran Transmisi Tegangan Tinggi : 150 kV

2. Sistem distribusi : tegangan sistem yang digunakan besarnya berada


antara 120 V sampai 69 kV. Sistem didtribusi dapat pula dibagi atas :

a. Sistem didtribusi tegangan menengah :


2,4 - 69 kV
b. Sistem didtribusi tegangan rendah :
120 - 600 V

1.4. Jenis - Jenis Saluran Transmisi Daya Listrik

Dalam merencanakan saluran transmisi daya harus diperhatikan dan dipertimbangkan


hal-hal sebagai berikut :
1. Jumlah atau besarnya daya aktif yang harus disalurkan.
2. Panjang saluran atau jarak beban yang harus dilayani
3. Biaya pembangunan saluran transmisi
4. Keindahan, kepadatan penduduk, instalasi yang aman dan perkembangan
beban yang diharapkan.

Sesuai dengan kelas tegangan yang digunakan , dapat dibedakan empat jenis saluran
transmisi sebagai berikut :

1. Saluran transmisi tegangan rendah , dipasang didalam gedung-gedung, pabrik dan


rumah-rumah untuk keperluan mengalirkan daya kemotor-motor, pemanas listrik,
lampu dan sistem pendingin udara. Sumber tegangannya disebut panel kemudian
diteruskan ke kabel bawah tanah atau busbar yang beroperasi pada tegangan 600 V
atau lebih kecil.

2. Saluran transmisi tegangan menengah, adalah untuk menghubungkan gardu induk


ke pusat beban. Tegangan sistem yang digunakan antara 2,4 - 69 kV. Dengan
demikian sistem transmisi tegangan menengah mempunyai peranan penting dalam
suatu kota besar untuk mensuplai bermacam-macam pusat beban seperti : gedung-
gedung bertingkat, pusat-pusat perbelanjaan, universitas-universitas dan daerah-
daerah pinggiran kota.

3. Saluran transmisi tegangan tinggi, adalah untuk menghubungkan pusat pembangkit


tenaga listrik ke gardu induk. Saluran transmisi terdiri kawat telanjang atau kabel
bawah tanah dengan tegangan sampai 230 kV.

4. Saluran transmisi tegangan ekstra tinggi, digunakan apabila pusat-pusat


pembangkit tenaga listrik sangat jauh dari pusat beban. Saluran bekerja pada tegangan
diatas 500 kV dengan panjang saluran kira-kira 1000 Km.

1.5. Standard Tegangan

Untuk menghemat biaya-biaya produksi dari peralatan-peralatan transmisi dan


distribusi daya listrik, fasilitas-fasilitas proteksi, maka ditetapkan suatu tegangan
standard yang berlaku secara internasional oleh suatu organisasi para insinyur listrik
yaitu IEEE ( The Institute of Electrical and Electronic Engineers ) yang diberikan
dalam Tabel-1.

Tabel -1.1 Kelas Tegangan

KELAS TEGANGAN NOMINAL SISTEM


TEGANGAN

2 Kawat 3 Kawat 4 Kawat

Tegangan
Rendah ( TR ) 120 V 120/240 V -
480 V 277/480 V
600 V 347/600 V
Tegangan 2400 V
Menengah ( TM ) 4160 V
4800 V
6900 V
13.800 V 7.200/12.470 V
23.000 V 7.620/13.200 V
34.500 V 7.970/13.800 V
46.000 V 14.400/24.940 V
69.000 V 19.920/34.500 V

Tergangan 115.000 V
Tinggi ( TT ) 138.000 V
161.000 V
230.000 V
Tegangan 345.000 V
Ekstra Tinggi ( EHV ) 500.000 V
735.000 - 765.000 V
1.6. Bagian Utama Saluran Transmisi

1. Tiang Transmisi ( Tower )

Berfungsi untuk menopang saluran transmisi yang direncanakan sedemikian rupa


sehingga kuat terhadap gaya-gaya yang bekerja akibat dari tarikan kawat-kawat ,
angin, gaya berat material listrik yang terpasang pada tiang tersebut.

2. Kawat Tanah ( Ground Wire )

Berfungsi untuk melindungi kawat penghantar terhadap sambaran petir langsung.


Kawat tanah diletakkan pada bagian paling atas dari tower. Dalam keadaan normal
kawat tanah tidak dialiri arus listrik. Kawat tanah terbuat dari baja dan dihubungkan
langsung dengan pentanahan kaki tower.

3. Kawat Penghantar ( Conductor )

Berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari suatu tempat ketempat yang lain.Jenis
kawat yang digunakan adalah kawat ACSR ( Aluminium Conductor Steel
Reinforced ) atau kawat tembaga.
Kawat ACSR biasanya lebih disukai , sebab lebih ringan, lebih ekonomis, tahanan
listriknya kecil dan kekuatan mekanisnya lebih besar.

4. Isolator

Umumnya terbuat dari porselen atau kaca dan berfungsi sebagai isolasi tegangan
listrik antara kawat penghantar dengan tiang transmisi dan sekaligus untuk
menggantung kawat penghantar.
Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi tegangan tinggi adalah isolator
piring . Jumlah piring isolator disesuaikan dengan tegangan sistem saluran transmisi.

5. Spacer dan Damper

Spacer dipasang pada sistem kawat berkas ( bundle conductor ) untuk menjaga agar
jarak kawat dengan kawat yang sephasa tidak berubah-ubahakibat adanya gaya
elektromanetik atau angin.

Damper ( peredam ) dipasang kawat penghantar dan kawat tanah yang berfungsi
untuk mengurangi getaran kawat akibat angin dan lain-lain.

6. Arcing Horn ( Tanduk Api )

Tanduk api berfungsi sebagai pelindung isolator dari tegangan surja ( Surge voltage )
agar tidak terjadi lompatan api ( flash over ) pada gandengan isolator yang dapat
merusak isolator tersebut.
Tanduk api ditunjukkan dalam gambar-1.2.
Gbr-1.2 Tanduk Api Pada Isolator

BAB - II

IMPEDANSI SERI SALURAN TRANSMISI

Suatu saluran transmisi daya elektrik mempunyai empat parameter yang


mempengaruhi kemampuan untuk menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit ke
pusat beban.Keempat parameter tersebut : tahanan, induktansi, kapasitansi dan
konduktansi.

Konduktansi antar kawat pengahantar atau atara kawat penghantar dengan


tanah menyebabkan adanya arus bocor pada isolator melalui tiang transmisi
( overhead line ) dan melalui isolasi pada kabel. Karena kebocoran pada isolator
saluran sangat kecil dapat diabaikan, konduktansi antar penghantar untuk saluran
udara sama dengan nol.

Kapasitansi timbul diatara kawat penghatar yang berupa muatan pada kawat
penghantar persatuan beda potensial diatara kedua kawat penghantar tersebut.

Tahanan dan induktansi secara merata terdistribusi sepanjang saluran transmisi


dalam bentuk impedansi seri. Konduktansi dan kapasitansi timbul antara kawat
penghantar pada saluran transmisi satu phasa atau dari kawat penghantar ke netral
pada saluran transmisi tiga phasa membentuk admittansi paralel ( shunt admittance ).
Meskipun tahanan , induktansi dan kapasitansi terdistribusi sepanjang saluran,
rangkaian pengganti suatu saluran transmisi terdiri dari parameter-parameter yang
terkumpul ( lumped ) seperti yang akan dijelaskan pada bab berikutnya.

2.1. Induktansi

Induktansi dari suatu kumparan atau konduktor adalah sama dengan jumlah fluksi
lingkup yang melingkupi kumparan atau konduktor dibagi dengan arus yang mengalir
pada kumparan atau konduktor tersebut, sesuai dengan rumus :

( Weber-Turn/A = Henry ) (2.1)


2.2. Induktansi Suatu Konduktor

Bila suatu konduktor yang dialiri arus disekeliling konduktor akan dibangkitkan fluksi
magnit yang bentuknya melingkari konduktor tersebut. Fluksi magnit tersebut ada
terdapat didalam dan diluar konduktor . Timbulnya induktansi suatu konduktor
disebabkan oleh adanya fluksi didalam dan diluar konduktor ini.

2.3. Induktansi Konduktor Karena Fluksi Dalam Konduktor

Pandanglah suatu konduktor yang dialiri arus I dengan panjang l , dimana penampang
konduktor mempunyai jari-jari r ditunjukkan seperti gambar- 2.1.

Gbr-2.1 Kuat Medan Magnit Hx Didalam Konduktor

Misalkan besarnya kuat medan magnit pada elemen dx yang berjarak x dari pusat
konduktor adalah Hx dengan panjang lintasannya S.
Hukum Ampere menyatakan : Bahwa mmf pada suatu lintasan tertutup dari medan
magnit H sama dengan arus total yang berada dalam lintasan S tersebut atau sama
dengan integral garis dari H sepanjang lintasan S tersebut, dapat ditulis menurut
rumus sebagai berikut :

( A-T ) ( 2.2 )

Sesuai dengan hukum Ampere tersebut , mmf pada elemen dx dalam gambar-2.1
adalah :

( A-T )
( (2.3 )

Kerapatan fluksi magnit pada elemen dx adalah :

Jika media sekitar konduktor adalah udara , permeabilitas udara , maka kerapatan
fluksi magnit menjadi :
( (2.4 )
Kemudian substitusi persamaan (2.3) kepersamaan (2.4) , diperoleh :

( (2.5 )

Jumlah fluksi magnit pada elemen dx adalah :

( Wb ) (2.6 )
Jika persamaan (2.6) dibagi dengan panjang konduktor maka diperoleh jumlah fluksi
magnit persatuan panjang yaitu :

( wb/m ) (2.7)

Kemudian substitusi persamaan (2.5) ke persamaan (2.7) , diperoleh :

( wb/m ) (2.8)

Jika skin effect ( efek kulit ) diabaikan , maka kerapatan arus pada penampang
konduktor adalah merata sihingga kerpatan arus pada luas linkaran dengan jari-jari x
sama dengan kerpatan arus pada luas lingkaran dengan jari-jari r yaitu :

(2.9)

Dari persamaan (2.8 ) dan (2.9 diperoleh besarnya fluksi magnit pada elemen dx
adalah :

( wb/m ) (2.10)

Perhatikan gambar 2.1 , hanya sebahagian arus yang berada dalam lintasan Hx , maka
fluksi lingkup pada elemen dx adalah sama dengan fluksi dikali dengan perbandingan
arus yang berada dalam lintasan dengan arus yang berada diluar lintasan , jadi fluksi
lingkup adalah :

( wb-T/m ) (2.11)

Dengan mengintegralkan persamaan (2.11) diperoleh fluksi lingkup total didalam


konduktor yaitu :
( wb-T/m ) (2.12)

Besarnya permeabilitas ruang hampa adalah H/m, sehingga diperoleh besarnya


fluksi lingkup didalam konduktor adalah :

( wb-T/m ) (2.13)

Besarnya induktansi konduktor yang disebakan oleh adanya fluksi didalam konduktor
adalah :

( H/m/kond ) (2.14)

2.4. Induktansi Konduktor Karena Fluksi Lingkup Diluar Konduktor

Misalkan suatu konduktor dengan panjang l , dialiri arus I dimana titik berada diluar
konduktor , kedua titik tersebut dilalui oleh garis fluksi magnit yang jaraknya masing-
masing dari pusat konduktor seperti ditunjukkan gambar-2.2.

Gbr-2.2. Fluksi Lingkup Diluar Konduktor Yang Melalui Titik P1 dan P2

Jika kuat medan magnit pada elemen dx yang berjarak x dari konduktor adalah Hx,
maka berdasarkan hukum Ampere besarnya kuat medan magnit tersebut adalah :

( A-T/m ) (2.15)

Kerapatan fluksi magnit pada elemen dx adalah :

( (2.16)

Dan jumlah fluksi magnit pada elemen dx adalah :

( wb ) (2.17)
Jika persamaan (2.17) dibagi dengan panjang saluran diperoleh jumlah fluksi
persatuan panjang sebagai berikut :

( wb/m ) (2.18)

Jumlah fluksi lingkup pada elemen dx adalah sama dengan jumlah fluksi magnit ,
karena arus total I dalam konduktor semuanya berada dalam lintasan Hx , maka fluksi
lingkup adalah :

( wb-T/m ) (2.19)

Jumlah fluksi lingkup total pada elemen dx diperoleh dengan mengintegralkan


persamaan (2.19 diatas , yaitu :

( wb-T/m ) (2.20)

Jadi induktansi konduktor yang disebabkan adanya fluksi lingkup diluar konduktor
adalah :

( H/m/kond ) (2.21)

Besarnya induktansi suatu konduktor adalah perjumlahan kedua induktansi internal


dan external tersebut.

2.5. Induktansi Pada Saluran Transmisi 1 Phasa

Suatu saluran transmisi 1 phasa terdiri dari dua kondukto seperti gambar-II.3 .

Gbr-2.3. Saluran Transmisi Satu Phasa

Mula-mula kita tinjau konduktor-1, dan berdasarkan persamaan (2.14) dan (2.21)
dapat dihitung induktansi konduktor-1 yaitu :
( H/m/kond ) (2.22)

Dengan cara yang sama dapat juga dihitung induktansi konduktor-2 , yaitu diperoleh
sbb :

( H/m/kond ) (2.23)

dimana : = GMR konduktor-1

= GMR konduktor-2

Apabila kedua konduktor sama diameternya, maka induktansi keduanya sama besar.
Jadi induktansi perkonduktor adalah :

( H/m/Kond ) (2.24)

dimana : = GMR konduktor yang jari-jarinya r

Persamaan (2.24) dapat ditulis dalam bentuk " log " sebagai berikut.

( mH/mile/kond ) (2.25)

dimana : ln = 2,3 log


1 mile = 1609 m

2.6. Reaktansi Induktif Pada Saluran Transmisi 1 Phasa

Reaktansi induktif perkonduktor adalah :

( (2.26)
Contoh soal 2.1
Hitunglah rektansi induktif perkonduktor saluran transmisi 1 phasa yang panjangnya
10 mile ( 16,1 km ).
Diman jarak konduktor D = 8 ft ( 2,44 m ) dan jari-jari konduktor r = 0,1 in ( 2,54 mm
) pada frekwensi 60 HZ ( 377 rad/det ).

Prosedur Perhitungan :
1. Hitung GMR ( Geometric Mean Radius )

GMR konduktor adalah

2. Hitung Induktansi per konduktor

3. Hitung Reaktansi Induktif per konduktor

2.7. Reaktansi Induktif Dalam Tabel

Reaktansi induktif bermacam-macam konduktor untuk frekwensi tertentu dapat


dihitung dan dimasukkan kedalam suatu tabel. Disamping itu tabel juga memuat
daftar besarnya GMR tiap-tiap konduktor.
Dari persamaan (2.26) diatas besarnya reaktansi induktif dapat dipisahkan menjadi
dua bagian, dimana bagian pertama hanya tergantung kepada diameter konduktor dan
bagian kedua hanya tergantung kepada jarak konduktor.Persamaan (2.26) dapat ditulis
seperti persamaan (2.27) dan (2.28).

(2.27)
(2.28)
Dimana : Reaktansi induktif untuk jarak konduktor 1 ft
Reaktansi induktif yang tergantung faktor jarak konduktor
2.8. Fluksi Lingkup Pada Satu Konduktor Dalam satu Group Konduktor

Dalam satu group konduktor yang dialiri arus dapat ditentukan berapa besar fluksi
lingkup pada tiap-tiap konduktor.Dalam gambar-2.4 satu group konduktor terdiri dari
n buah konduktor.
Masing-masing konduktor mempunyai jarak terhadap titik P yang jauh tak terhingga.
Tiap-tiap konduktor dialiri arus , dimana perjumlahannya

Gbr 2.4. Satu Group Konduktor

Tinjau konduktor-1 :

Fluksi lingkup antara konduktor-1 dengan titik P yang dihasilkan oleh arus adalah :

(2.29)

Fluksi lingkup antara konduktor-1 dengan titik P yang dihasilakan oleh arus adalah :

(2.30)
Fluksi lingkup antara konduktor-1 dan titik P yang dihasilkan oleh arus adalah :

(2.31)

Dan seterusnya , fluksi lingkup antara konduktor-1 dan tirik P yang dihasilkan arus
ke-n adalah :

(2.32)

Jumlah fluksi total antara konduktor-1 dan titik P adalah :

Substitusi arus ke persamaan diatas diperoleh :

Bila titik P jauh tak terhingga, maka jarak-jarak konduktor ketitik P akan mendekati
sama, sehingga bagian kedua dari persamaan diatas akan menjadi nol, jadi diperoleh
fluksi lingkup pada konduktor-1 adalah :
(2.34)

Dengan cara yang sama dapat juga dihitung fluksi lingkup pada konduktor-2 dan
seterusnya sampai konduktor ke-n sebagai berikut :

) (2.35)

(2.36)

(2.37)

2.9. Induktansi Konduktor Pilin

Gambar-2.5 menunjukkan saluran transmisi satu phasa yang menggunakan dua


konduktor pilin yaitu konduktor X dan Y, dimana konduktor pilin X terdiri dari n
buah konduktor yang identik dan konduktor pilin Y sebagai penghantar arus baliknya
terdiri dari m buah konduktor yang identik . Jika pada konduktor pilin X mengalir
arus I maka pada kondutor pilin Y adalah - I , sehingga arus yang mengalir pada tiap-
tiap konduktor dalam konduktor pilin X dan Y adalah I/n dan -I/m.

Gbr 2.5 Saluran Transmisi 1 Phasa Yang Menggunakan Konduktor Pilin X dan Y

Tinjau konduktor pilin-X :

Fluksi lingkup pada konduktor-a adalah :

(2.38)

Induktansi konduktor-a adalah :

(2.39)

Dengan cara yang sama dapat juga dihitung induktansi konduktor-b, c sampai ke-n
yaitu :

(2.40)

(2.41)

(2.42)
Induktansi tiap-tiap konduktor-a, b, c dan yang ke-n , besarnya mendekati sama besar
dan dapat diwakili oleh harga rata-ratanya, jadi induktansi rata-rata adalah :

(2.43)

Sedangkan konduktor pilin-X terdiri dari n buah konduktor yang paralel , maka
induktansi totalnya merupakan induktansi konduktor pilin-X yaitu :

(2.44)

Kemudian substitusi persamaan (2.39) sampai persamaan (2.42) ke dalam persamaan


(2.44) , maka diperoleh induktansi konduktor pilin-X adalah :

atau persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi :

( H/m/kond ) (2.45)

(2.46)

= mutual distance antara konduktor pilin-x dan konduktor pilin-y

(2.47)

= Self Distance atau GMR konduktor pilin-X, harganya dilihat dalam


tabel

Dalam bentuk " log " dapat ditulis sebagai berikut :

( mH/mile/kond ) (2.48)

Jika kita tinjau konduktor pilin-Y maka dengan cara yang sama diperoleh juga
induktantasi konduktor pilin-Y adalah :

( mH/mile/kond) (2.49)

Dimana : Dm = mutual distance antara konduktor Y dan X


Ds = Self Distance atau GMR konduktor pilin-Y , harga GMR
konduktor dapat dilihat dalam tabel

Contoh Soal 2.2

Hitunglah GMR konduktor pilin yang terdiri dari 7 konduktor yang identik ( seven
strand ) seperti ditunjukkan gambar 2.6 , dimana jari-jari tiap konduktor dalam
konduktor pilin adalah r.

Gbr 2.6 Konduktor Tujuh Strand

Prosedur perhitungan :

1. Hitung GMR tiap konduktor dalam konduktor pilin

GMR tiap konduktor , r' = 0,7788 r dimana ada 7 buah r' yang sama

2. Hitung GMR konduktor 7 strand

, ada 24 buah jarak yang sama


, ada 6 buah jarak yang sama
, ada 12 jarak yang sama

Jadi :

Atau :

Jika dimisalkan : A = luas konduktor dalam [cmil ]


d = diameter tiap-tiap konduktor yang berada dalam konduktor
pilin [ mil ]
r = jari-jari tiap konduktor yang berada dalam konduktor pilin
[ mil ]
Maka luas konduktor 7 strand ,

Dari persamaan ini diperoleh ,

Jadi , mil
Bila luas konduktor 7 strand , A = 266.800 cmil

Maka ,

atau

dimana : 1 mil =
1ft = 12 in

Contoh soal 2.3

Hitunglah reaktansi induktif perkonduktor saluran transmisi 1 phasa seperti gambar


2.7 .panjang 10 mile ( 16,1 km ) pada frekwensi 60 Hz ( 377 rad/det ) . Dimana jarak
antara konduktor D = 8 ft ( 2,44 m ). Saluran transmisi menggunakan konduktor jenis
ACSR, Ostrich, 26/7 strand , 300.000 cmil ( Tabel-2)

Gbr 2.7 Saluran transmisi 1 phasa dengan jarak konduktor 8 ft

Prosedur Perhitungan :

1. Hitung Reaktansi induktif


Dari tabel-2 GMR = Ds = 0,0229 ft

2.10. Induktansi Pada Saluran Transmisi Tiga Phasa


Saluran transmisi tiga phasa rangkaian tunggal dapat bedakan menurut sususunan
konduktornya yaitu saluran transmisi tiga phasa dengan jarak konduktor sama besar
dan saluran transmisi tiga phasa dengan jarak konduktor yang tidak sama besar.

2.10.1. Saluran Transmisi Tiga Phasa Dengan Jarak Konduktor Sama Besar

Susunan kondukltornya ditunjukkan dalam gambar- II.8.1, dimana masing-masing


konduktor mempunyai jarak yang sama yaitu D.

Gbr-2.6 Saluran Transmisi 3 Phasa Dengan Spacing Konduktor Sama

Dalam hal ini dihitung terlebih dahulu fluksi lingkup pada konduktor-a :

(2.50)

Dalam keadaan seimbang , perjumlahan arus pada tiap-tiap phasa adalah sama dengan
nol, maka :

Ia + Ib + Ic = 0
(2.51)

atau : Ib + Ic = -Ia
(2.52)

Kemudian substitusi persamaan ini ke persamaan diatas , diperoleh :

(2.53)

Induktansi konduktor-a adalah :


( H/m/kond ) (2.54)

atau : ( mH/mile/kond ) (2.55)

Dengan cara yang sama dapat juga dihitung induktansi konduktor b dan c , hasilnya
akan sama besar dengan induktansi konduktor-a. Jadi pada saluran transmisi 3 phasa
dengan spcing kondultor sama, akan diperoleh induktansi perphasanya atau
perkonduktornya akan sama besar.

2.10.2. Saluran Transmisi Tiga Phasa Dengan Spacing Konduktor Tidak Sama

Misalkan Saluran transmisi tiga phasa dengan spacing konduktor tidak sama
ditunjukkan dalam gambar 2.10.2 , dimana jarak konduktor-konduktornya adalah .
Agar induktansi tiap konduktor menjadi sama besar, maka saluran transmisi
ditransposisi atau konduktornya dipertukarkan letaknya pada beberapa tempat.
Dengan cara ini diperoleh indutansi rata-rata perkonduktor yang sama besar.

Gbr-2.7 Saluran Transmisi Tiga Phasa Yang Ditransposisi Pada Tiga Tempat

Tinjau konduktor-a

Fluksi lingkup konduktor-a pada posisi-1 adalah :

(2.56)

Fluksi lingkup konduktor-a pada posisi-2 adalah :

(2.57)

Fluksi lingkup konduktor-a pada posisi-3 adalah :

(2.58)

Fluksi lingkup rata-rata pada konduktor-a adalah :


(2.59)

Untuk sistem transmisi tiga phasa yang seimbang berlaku :

(2.50)

Substitusi persamaan ini kepersamaan diatas , diperoleh :

(2.51)

Induktansi konduktor-a adalah :

(2.52)

( H/m/kond ) (2.53)

atau dalam bentuk log :

( mH/mile/kond ) (2.54)

Dimana :
Deq = (2.55)

Deq = Equivalent spacing untuk sistem 3 phasa tidak simetris

Dengan cara yang sama dapat juga dihitung induktansi konduktor-b dan konduktor-c ,
hasilnya akan sama besar dengan induktansi konduktor-a . Jadi untuk sistem transmisi
tiga phasa yang jarak konduktornya tidak sama tetapi ditransposisi, maka besar
induktansi perkonduktornya sama besar.

Reaktansi induktif perkonduktor atau per phasa adalah :

( Ohm/mile/kond ) (2.56)

2.11. Induktansi Pada Saluran Transmisi Tiga Phasa Double Circuit

Saluran transmisi tiga phasa double circuit mempunyai 6 buah konduktor , dimana
tiap phasanya terdapat 2 buah konduktor yang paralel yaitu phasa-a terdiri dari
konduktor a dan , phasa-b terdiri dari konduktor-b dan dan phasa-c terdiri dari
konduktor-c dan . Susunan konduktor dari saluran transmisi 3 phasa double circuit
dan ditransposisi ditunjukkan dalam gambar-2.8..
Gbr-2.8 Saluiran Transmisi 3 Phasa Double Circuit Yang Ditransposisi

Tinjau phasa-a :

Dengan menggunakan metode GMD ( Geometric Mean Distance ) , induktansi phasa-


A adalah :

( mH/mile/phasa ) (2.57)

Dimana Deq = Equivalent spacing antara phasa


Ds = GMR perphasa

Equivalent spacing antara phasa hanya ditinjau pada posisi-I , karena equivalent
spacing sama pada tiap posisi yaitu :

(2.58)

(2.59)

(2.60)

(2.61)

Maka diperoleh equivalent spacing :

(2.62)

GMR perhasa ( phasa-A ) adalah :

(2.63)

Dimana :

(2.64)

(2.65)
(2.66)

jadi :

(2.67)

Substitusi harga Deq dan Ds kepersamaan (2.57 ) , diperoleh induktansi perphasa


adalah :

( mH/mile/phasa) (2.68)

Induktansi perkonduktor sama dengan dua kali induktansi perphasa , karena phasa-A
terdiri dari dua kondultor-a dan a' paralel yang identik, maka induktansi
perkonduktor adalah :

( mH/mile/kond ) (2.69)

Contoh soal 2.3

Hitunglah reaktansi induktif per phasa pada 60 Hz ( 377 rad/det ) dari saluran
transmisi 3 phasa dengan spacing konduktor sama yaitu 8 ft . Konduktor yang
digunakan ACSR Ostrich 26/7 strand ( tabel 2 )

Prosedur Perhitungan :

1. Perhitungan Reaktansi induktif per konduktor


Dari tabel-2 GMR = Ds = 0,0229 ft
Contoh soal 2.4

Hitung reaktansi induktif perphasa ( perkonduktor ) untuk saluran transmisi 3 phasa


sperti gambar 2.7 pada frekwensi 60 Hz ( 377 rad/det ). Konduktor yang digunakan
konduktor ACSR Redwing ( Tabel-2 ).

Gbr 2.7 Saluran Transmisi 3 Phasa Susunan Horizontal

Prosedur Perhitungan :

1. Hitung induktansi L

Dari Tabel-2 , GMR = 0,0373 ft ( 0,01 m ).


/phasa

2. Hitung reaktansi induktif

Contoh Soal 2.5

Hitunglah reaktansi induktif per phasa pada frekwensi 60 Hz ( 377 rad/det ) dari
saluran transmisi 3 phasa double circuit seperti gambar 2.8. Konduktor yang
digunakan konduktor ACSR 26/7 strand, Ostrich ( Tabel-2 ).

Gbr 2.8 Saluran Transmisi 3 Phasa Double Circuit

Prosedur Perhitungan :

1. Hitung GMD ( Mutual Distance ) Antara Phasa

Mutual distance antara phasa -A dan B dan atara phasa-B dan C :

Mutual distance antara phada-C dan A :

Mutual GMD ( Mutual Distance ) :


2. Hitung Self GMD ( GMR ) perphasa :

3. Hitung induktansi L perphasa

mH/mile/phasa

4. Hitung reaktansi induktif per phasa

BAB-III

KAPASITANSI

3.1. Defenisi Kapasitansi

Kapasitansi adalah muatan per satuan beda potensial , yaitu :

[ Farad ]
(3.1)

Q = muatan [ Coulomb ]
V = bedapotensial [ Volt ]

3.2. Medan Listrik Sepanjang Konduktor Bermuatan


Misalkan konduktor mempunyai muatan q coulomb per meter dan
panjangnya seperti ditunjukkan dalam gambar. Disepanjang konduktor bermuatan
akan dibangkitkan fluksi listrik yang arahnya radial dari pusat konduktor menembus
dinding konduktor. Jika rapat fluksi listrik pada jarak x dari pusat konduktor adalah
D maka menurut hukum gauss besarnya muatan total konduktor adalah :

[ Coulomb ] (3.2)

D = Rapat fluksi pada jarak x [ ]


dA = elemen luas permukaan silinder pada jarak x [m ]

(3.3)

Dari sini diperoleh rapat fluksi :

(3.4)

Jika muatan persatuan panjang adalah maka , sehingga diperoleh rapat fluksi
sebagai berikut :
( ) (3.5)

Medan listrik sepanjang konduktor pada jarak x dari konduktor adalah ,

[ ] (3.6)

Gbr 3.1 Medan Listrik E Pada Jarak x Dari Konduktor

3.3. Beda Potensial Antara Dua Titik

Apabila ada suatu konduktor bermuatan, maka akan terjadi beda potensial
antara dua titik disekitar konduktor tersebut. Beda potensial antara dua titik adalah
sama dengan energi dalam joule per coulomb yang dibutuhkan untuk memindahkan
satu muatan positip dari titik yang rendah ketitik yang lebih tinggi potensialnya.
Misalkan suatu konduktor bermuatan positip yang berjarak dan dari titik
dan dan misalkan elemen dx berjarak x dari konduktor. Medan listrik pada jarak x
besarnya adalah sama dengan E yang ditunjukkan persamaan (3.6) , maka beda
potensial antara titik dan adalah :
= (3.7)

Gbr.3.2 Beda Potensial Antara Titik Dan Yang Disebabkan


Konduktor Bermuatan q.

3.4. Kapasitansi Pada Saluran Transmisi Satu Phasa

Misalkan saluran transmisi satu phasa seperti gambar-3.3, yaitu terdiri dari 2
konduktor a dan b masing-masing bermuatan qa dan qb.

Gbr-3.3. Saluran Transmisi Satu Phasa

Beda potensial antara konduktor a dan b yang disebabkan muatan qa adalah :

(3.8)

dan beda potential antara konduktor a dan b yang disebabkan muatan qb adalah :
(3.9)

Beda potensial yang disebabkan kedua muatan qa dan qb adalah ,

(3.10)

(3.11)

Sedangkan qb = - qa , jadi pesamaan diatas menjadi sebagai berikut,

(3.12)

Kapasitansi kawat ke kawat adalah :

(3.13)

jika kedua konduktor identik, jari-jari konduktor adalah sama ra = rb = r , maka


persamaan diatas dapat ditulis sbb :

[ F/m/kawat ke kawat ] (3.14)

Bila media sekitar konduktor udara :

(3.15)
(3.16)

dimana,
[ F/m ]

Jika satuan panjang dalam mile dan ln diubah menjadi log , maka persamaan diatas
menjadi sebagai berikut :

[ F/mile/kawat ke kawat ] (3.17)


3.4.1. Kapasitansi per konduktor kenetral

Kapasitansi konduktor-a kenetral dan kapasitansi konduktor-b kenetral akan


terhubung secara seri bila saluran transmisi satu phasa menggunakan transformator
center-tap, seperti gambar-3.4 berikut.

Gbr-3. 4 Kapasitansi Perkonduktor Kenetral

Kapasitansi perkonduktor kenetral adalah dua kali kapasitansi kawat ke kawat yaitu ,

Can = Cbn = 2 Cab


(3.18)

[ (3.19)

Contoh Soal 3.1

Hitunglah reantansi kapasitif perkonduktor keneral dari saluran tramsimi 1 phasa pada
frekwensi 60 Hz (377 rad/det ). Diameter konduktor = 0,368 in dan jarak antara
konduktor (spacing) 18 ft.

Prosedur Perhitungan :

1. Hitung reaktansi kapasitif

Jari-jari konduktor : r = 0,368/(2 x 12) = 0,0153 ft

Contoh Soal 3.2


Hitunglah reaktansi kapasitif per phasa kenetral dari trnansmisi 3 phasa pada 60 Hz
( gbr 3.5 ).
Konduktor yang digunakan ACSR Waxwing ( Tabel-2) dan panjang saluran 60 mile
( 96,6 km ).

Gbr 3.5 Saluran Transmisi 3 phasa dimana jarak konduktor 6 m ( 20 ft )

Prosedur perhitungan :

1. Hitung kapasitansi per phasa ke netral

Dari Tabel-2 , diameter luar konduktor = 0,609 in ( 0,015 m ).


Maka jari-jari konduktor r = 0,015/2 = 0,0075 m
GMD antara konduktor , Deq =

Jadi ,

2. Hitung reaktansi kapasitif per phasa kenetral

Contoh Soal 3.3

3.5. Beda Potensial Antara Dua Konduktor Dalam Satu Group Konduktor Bermuatan

Misalkan satu group konduktor yang terdiri dari m buah konduktor yang bermuatan
qa, qb, qc ....qm seperti ditunjukkan gambar-3.5.

Gbr-3.5 Satu Group Konduktor Bermuatan


Beda pottensial antara konduktor-a dan b yang disebabkan muatan qa :

(3.20)

Beda potensial antara konduktor-a dan b yang disebabkan muatan qb :

(3.21)

Beda potensial antara konduktor-a dan b yang disebabkan muatan qc :

(3.22)

Beda potensial antara konduktor-a dan b yang disebabkan muatan qm :

(3.23)

Maka beda potensial antara konduktor-a dan b yang disebabkan semua muatan
adalah :

(3.24)

Dengan cara yang sama dapat juga dihitung tegangan antara konduktor yang
lainnya yaitu:

(3.25)

(3.26)

3.6. Kapasitansi Pada Saluran Transmisi Tiga Phasa Dengan Jarak Konduktor Sama

Susunan konduktor pada saluran transmisi tiga phasa dengan jarak konduktor yang
sama ditunjukkan seperti gambar 3.6. Masing-masing konduktor mempunyai muatan
qa,qb dan qc dimana perjumlahan muatan-muatan pada sistem 3 phasa yang seimbang
adalah nol yaitu qa + qb + qc = 0.

Gbr.3.6 . Saluran Transmisi 3 Phasa Dengan Jarak Konduktor Sama

Dengan menggunakan persamaan (3.26) , dapat ditentukan beda potential antara dua
konduktor dalam satu group konduktor , dimana satu group terdiri dari 3 buah
konduktor.
Beda potensial antara konduktor-a dan b adalah :

(3.27)

Beda potensial antara konduktor-a dan c adalah :

(3.28)

Kemudian jumlahkan beda potensial Vab dan Vac sebagai berikut ini.

(3.29)

Bila sistem tiga phaha seimbang , maka :

(3.30)

(3.31)

Substitusi persamaan (3.30) dan (3.31) kepersamaan (3.29) diatas, maka diperoleh :

(3.32)

Dari persamaan (3.32) diperoleh kapasitansi antara phasa-a atau konduktor-a kenetral
sebagai berikut :

( F/m/kond ke netral ) (3.33)


Atau dalam bentuk "log" :

( F/mile / kond kenetral ) (3.34)

Pada saluran transmisi 3 phasa dengan susunan konduktor mempunyai jarak


konduktor yang sama, besar induktansi perkonduktor kenetral adalah sama besar.

3.7. Kapasitansi Pada Saluran Transmisi 3 Phasa Dengan Spacing Yang Tidak Sama

Pada saluran transimisi 3 phasa yang mempunyai susunan konduktor dengan jarak
( spacing ) konduktor tidak sama , besarnya kapasitansi per konduktor kenetral juga
tidak sama, sehingga dapat menyebabkan sistem transmisi 3 phasa menjadi tidak
seimbang. Untuk mengatasi persoalan ketidak seimbangan ini maka caranya adalah
dengan mengadakan transposisi konduktor-konduktornya , dengan transposisi artinya
konduktor phasa-a, phasa-b dan phasa-c dipertukarkan letaknya pada beberapa tempat
seperti yang ditunjukkan gambar 3.7. Dengan transposisi ini akan diperoleh
kapasitansi perkonduktor ke netral rata-rata yang sama besar, sehingga sistem tiga
phasa dapat menjadi seimbang.
Gbr 3.7 . Saluran Transmisi 3 Phasa Dengan Spacing Tidak Sama Dan Dtransposisi

Beda potensial antara konduktor-a dan b adalah :

(3.35)

Unutuk konduktor-a pada posisi-1 adalah :

(3.36)

Untuk konduktor-a pada posisi-2 adalah :

(3.37)

Untuk kondukduktor-a pada posisi-3 adalah :

(3.38)

Beda potensial antara konduktor-a dan b rata-rata adalah :

(3.39)

Substitusi persamaan (3.36) , (3.37) dan (3.38) ke persamaan (3.39) , diperoleh :

(3.40)

Kemudiian dihitung juga beda potensial antara konduktor-a dan c , yaitu :

(3.41)

Untuk konduktor-a pada posisi-1 adalah :

(3.42)

Untuk konduktor-a pada posisi-2 adalah :

(3.43)

Untuk konduktor-c padfa posisi-3 adalah :

(.3.44)
Beda potensial antara konduktor-a dan c rata-rata adalah :

(3.45)

Kemudian substitusi persamaan (3.42) , (3.43) dan (3.44) ke persamaan (3.45) ,


maka diperoleh beda potensial rata-rata antara konduktor-a dan c.

(3.46)

Kemudian jumlahkan Vab dan Vac, diperoleh :

(3.47)

jika :
(3.48)
= Equivalent spacing untuk saluran transmisi tidak simetris.

Maka diproleh beda potensial antara antara konduktor-a kenetral :

(3.49)

Kapasitansi antara konduktor-a kenetral adalah :

( F/m/kond ke netral ) (3.50)

Atau :

( F/mile/kond ke netral ) (3.51)

Dengan cara yang sama dapat juga dihitung kapasitansi antara konduktor-b kenetral
dan antara konduktor-c ke neteral , hasilnya akan sama besar dengan kapasitansi
antara konduktor-a kenetral.
Jadi pada saluran transmisi 3 phasa dengan jarak konduktor tidak sama tetapi
ditransposisi, besar kapasitansi per konduktor ke neteral adalah sama besar.

3.8. Reaktansi Kapasitif Pada Saluran Transmisi

3.8.1. Reaktansi Kapasitif Pada Saluran Transmisi Satu Phasa

Dari persamaan (3.19) , kapasitansi per konduktor ke netral adalah :

( F/mile/kond-ke-netral ) (3.52)

Reaktansi Kapasitif per konduktor ke netral adalah :

( .mile/kond ke netral ) (3.53)

3.8.2. Reaktansi Kapasitif Pada Saluran Transmisi Tiga Phasa

Dari persamaan ( 3.51) , kapasitansi perkonduktor pada saluran transmisi 3 phasa


dengan spacing konduktor tidak sama adalah :

( F/mile/kond ke netral ) (3.54)

Reaktansi kapasitif per konduktor ke netral adalah :

( .mile/kond ke netral ) (3.55)

3.8.3. Tabel Harga Reaktansi Kapasitif Perkonduktor ke Netral

Besarnya reaktansi kapasitif untuk bermacam-macam konduktor dapat juga dilihat


dari suatu tabel.
Tabel tersebut dibuat berdasarkan persamaan (3.55) , dimana persamaan ini dapat
diuraikan menjadi dua bagian , bagian yang pertama menyatakan besar reaktansi
kapasitif yang hanya tergantung jenis konduktor dan bagian kedua menyatakan besar
kapasitansi yang hanya tergantung faktor spacing konduktor.
Bila persamaan (3.55) diuraikan menjadi dua bagian, sehingga dapat ditulis seperti
persamaan (3.56)

(3.56)

(3.57)

Dimana :

(3.58)
= Shunt Capacitive Reactance at 1 ft Spacing
dan
(3.59)

= Shunt Capacitive Reactance Spacing Factor

Deq = D untuk saluran transmisi 1 phasa dan 3 phasa dengan spacing


konduktor sama.

3.9. Kapasitansi Pada Saluran Transmisi 3 Phasa Double Circuit

Saluran transmisi 3 phasa double circuit terdiri dari 6 buah konduktor dengan susunan
seperti gambar-3.8.

Gbr 3.8 Saluran Transmisi 3 Phasa Double Circuit Ditransposisi

Besarnya kapasitansi perphasa ke netral dihitung dengan metode GMD yaitu :

( F/mile/kond ke netral ) (3.60)

Dimana Deq dan Ds besarnya sama dengan yang telah ditentukan pada Bab
induktansi yaitu :

(3.61)

dan

(3.62)

Dimana untuk kapasitansi harga r' diganti dengan r , yaitu jari-jari sebenarnya.
Jadi kapasitansi perphasa ke netral adalah :

( F/mile/phasa ke netral ) (3.63)

Dalam per phasa terdapat dua buah konduktor yang identik terhubung paralel, maka
kapasitansi perhasa ke netral akan sama dengan kapasintans paralel, sehingga
kapasitansi perkonduktornya adalah sama dengan dua kali kapasitansi perphasa
kenetral, jadi :

Kapasitansi perkonduktor ke netral adalah :

(3.64)

F/mile/kond ke netral (3.65)

Contoh Soal 3.2

Hitunglah reaktansi kapasitif per phasa kenetral dari transmisi 3 phasa pada 60 Hz
( gbr 3.9 ).
Konduktor yang digunakan ACSR Waxwing ( Tabel-2) dan panjang saluran 60 mile
( 96,6 km ).

Gbr 3.9 Saluran Transmisi 3 phasa dimana jarak konduktor 6 m ( 20 ft )

Prosedur perhitungan :

1. Hitung kapasitansi per phasa ke netral

Dari Tabel-2 , diameter luar konduktor = 0,609 in ( 0,015 m ).


Maka jari-jari konduktor r = 0,015/2 = 0,0075 m
GMD antara konduktor , Deq =

Jadi ,

2. Hitung reaktansi kapasitif per phasa kenetral


Contoh Soal 3.3

Hitunglah reaktansi kapasitif per phasa ke netral pada frekwensi 60 Hz ( 377 rad/det )
dari saluran transmisi 3 phasa double circuit seperti gambar 2.8. Konduktor yang
digunakan konduktor ACSR 26/7 strand, Ostrich ( Tabel-2 ).

Prosedur Perhitungan :

1. Hitung Kapasitansi per phasa ketral

Dari Contoh Soal 2.4, Deq = 16,1 ft


Untuk kapasitansi perhitungan self distance Ds , GMR konduktor pada induktansi
diganti dengan jari-jari konduktor yaitu r' diganti dengan r.
Dari Tabel-2 , diameter konduktor = 0,680 in.
Jari-jari, r = 0,680/(2 x 12) = 0,0283 ft

Deq =

Jadi,

2. Perhitungan reaktansi kapasitif per phasa keneral


3.10 Tahanan Konduktor

Suatu konduktor yang ditunjukkan seperti gambar 3.9, dengan panjang l , penampang
A dan tahanan jenisnya maka tahanan arus searah konduktor tersebut adalah :

(3.66)

Gbr 3.9 Konduktor Dengan Panjangnya l

Di Amerika Serikat satuan l biasanya diberikan dalam feet ( 1 ft = 0,3048 meter ),


satuan luas A dalam circular mil ( cmil ) dan dalam ohm-circular mil per feet. Dalam
satuan SI l diberikan dalam meter, A dalam meter persegi dan dalam ohm-meter.
Satuan circular mil adalah luas lingkaran dengan diameter 1 mil. Satu mil sama
dengan inch.
Luas penampang suatu konduktor silinder pejal ( solid ) sam dengan pangkat dua
diameter penghantar yang dinyatakan dalam mil. Satu circular mil dikalikan dengan
sama dengan satu mil pangkat dua.

Tahanan konduktor merupakan penyebab rugi-rugi daya ( power losses ) terpenting


dalam saluran transmisi yaitu :

Rugi-rugi daya :
(3.67)

Dimana I adalah harga efektif dalam konduktor dengan satua ampere, dan R adalah
tahanan efektif yang sama dengan tahanan arus searah pada konduktor jika arus
mengalir dalam konduktor merata.
Standar konduktivitas internasional adalah tembaga annealed. Konduktor tembaga
hard drawn mempunyai 97 % dan aluminium 61 % konduktivitas tembaga annealed
standar. Pada temperatur C untuk tembaga hard drawn , tahanan jenisnya sama
dengan 10,66 ohm.cmil/ft atau .Untuk aluminium pada temperatur tahanan jenisnya
adalah 17 ohm.cmil/ft, atau .
Tabel -3.1 memuat daftar persentase konduktivitas konduktor, koefisien temperatur
tahanan pada berdasarkan standar IACS ( International Annealed Copper Standard ).

Tabel-3.1. Perbandingan Konduktor Aluminium dan Tembaga Terhadap Tembaga


Standar IACS

Tahanan arus searah konduktor pilin lebih besar dari harga yang dihitung menurut
rumus (4.1) karena dengan dipilin konduktornya lebih panjang dari konduktor yang
tidak dipilin. Penambahan tahanan karena pilinan diperkirakan 1 % untuk konduktor
pilin tiga lapis dan 2 % untuk konduktor pilin lebih besar dari tiga lapis.

Perubahan tahanan konduktor karena temperatur merupakan garis lurus ( linir ),


diberikan oleh rumus :

(3.68)

atau :

(3.69)

dimana : tahanan pada


tahanan pada
tahanan pada temperatur
tahanan pada temperatur
koefisien temperatur bahan konduktor pada [ 1/
koefisien temperatur bahan konduktor pada

Jika tahanan fungsi temperatur dilukiskan pada salib sumbu seperti gambar 3.10 ,
perpanjangan garis lurus pada grafik itu sampai memotong sumbu mendatar
memberikan suatu cara yang memudahkan untuk menentukan tahanan karena
perubahan temperatur. Titik potong garis yang diperpanjang itu dengan sumbu
temperatur adalah sama dengan suatu temperatur T dimana tahanan sama dengan nol.

Gbr 3.10 Tahanan Suatu Konduktor Fungsi Temperatur

Menurut geometri gambar 3.10 diperoleh :

(3.70)
atau
(3.71)

Dari persamaan (3.69) dan (3.70) temperatur T dapat ditentukan yaitu :

(3.72)

atau secara umum dapat ditulis :

(3.73)
Untuk konduktor tembaga annealed dengan konduktivitas 100 % harga koefisien
temperatur konduktornya adalah , maka dengan menggunakan rumus (3.73)
diperoleh harga T = 234,5
Untuk konduktor tembaga hard drawn dengan konduktivitas 97 % , koefisien
temperatur konduktor pada temperatur adalah , dengan menggunakan rumus (3.73)
diperoleh T = 241 dan untuk konduktor aluminium ACSR dengan konduktivitas 61
% , dengan koefisien temperatur konduktor pada temperatur adalah diperoleh T =
228,1.

Distribusi arus secara merata di seluruh penampang suatu konduktor hanya terjadi
pada arus searah . Untuk arus bolak balik dengan pengaruh frekwensi tertentu
menyebabkan arus tidak merata pada penampang konduktor. Pengaruh ini disebut
dengan efek kulit ( skin effect ) yang menyebabkan kerapatan arus lebih besar pada
bagian permukaan dalam konduktor. Perbandingan tahanan arus bolak balik dengan
tahanan arus searah karena efek kulit dinyakan dengan suatu konstanta K , maka
tahanan arus bolak balik dapat ditulis :

(3.74)

dimana harga K untuk frekwensi rendah sampai dengan 50 Hz adalah :

K= 1 untuk konduktor pejal ( solid )


K = 1,01 untuk konduktor pilin 2 lapis
K = 1,02 untuk konduktor pilin lebih besar 2 lapis

Harga tahanan untuk bermacam-macam konduktor dapat dilihat dalam tabel .

Contoh soal 3.1

Hitunglah tahanan konduktor aluminium jenis EC-H19 yang panjangnya 1000 ft


( 304,8 m ) pada temperatur Diameter konduktor = 0,2893 in ( 7,35 m ). Tahanan
jenis tembaga standar IACS = 10,4 .

Prosedur Perhitungan :

1. Perhitungan tahanan pada temperatur


Dalam tabel 3.1 konduktivitas konduktor EC-H19 = 61 % terhadap tembaga standar
IACS.
Tahnan jenis konduktor EC-H19 adalah :

2. Peritungan tahanan pada temperatur

Gunakan rumus
Tahanan konduktor pada , dan koefisien temperatur tahanan konduktor dalam tabel
3.1 , jadi :

Atau gunakan rumus dimana T = 228,1 untuk konduktor aluminium .

Jadi :
BAB-IV

RANGKAIAN EQUIVALENT SALURAN TRANSMISI

Tugas utama saluran transmisi adalahah untuk menyalurkan daya aktif dari pusat
pembangkit ke pusat beban atau dari satu titik ketik yang lain. Selain dari itu saluran
transmisi juga menyalurkan daya reaktif, tetapi daya reaktif tersebut relatif kecil.

Saluran transmisi haruslah mempunyai karakteristik sebagai berikut :


1. Tegangan harus tetap konstan untuk kondisi beban nol sampai beban penuh.
2. Rugi-rugi daya pada saluran transmisi harus sekecil mungkin, sehingga diperoleh
effisiensi yang tinggi.
3. Rugi-rugi daya pada saluran transmisi yaitu jangan sampai menimbulkan panas
yang berlebihan pada konduktor.
Parameter saluran transmisi yang terdiri dari impedansi seri dan impedansi paralel.
Impedansi seri terdiri dari tahanan R dan rektansi induktif sedangkan impedansi
paralel terdiri dari konduktansi dan reaktansi kapasitif . Impedansi-impedansi ini
terdistribusi depanjang saluran seperti ditunjukkan gambar 4.1.Satu bagian saluran
dari titik -0 sampai titik-1 terdiri dari elemen-elemen R,dan yang dinyatakan dengan
persatuan panjang.

Gbr 4.1 Impedansi Yang Terdistribusi Dari Saluran

Rangkaian gambar 4.1 dapat disederhanakan dengan mengumpulkan ( lumped ) tiap-


tiap elemen, shingga diperoleh tahanan total R, reaktansi induktif total dan reaktansi
kapasitif total dalam hubungan paralel . Berdasarkan panjangnya rangkaian equivalent
saluran transmisi dapat digolongkan menjadi tiga :

- Saluran transmisi pendek , panjangnya lebih kecil 50 mile


- Saluran transmisi panjang menengah, panjangnya antara 50 - 150 mile
- Saluran transmisi panjang , panjangnya lebih besar dari 150 mile.

4.1 Saluran Transmisi Pendek

Dari gambar 4.1 dapat diperhatikan bahwa tahanan R dan reaktansi induktif
bertambah besar dengan panjang saluran dan reaktansi kapasitif paralel akan
bertambah besar jika saluran bertambah pendek ,sehingga arus bocor sangat kecil dan
dapat diabaikan. Rangkaian equivalent saluran transmisi pendek hanya terdiri dari
impedansi seri total yang dikumpulkan seperti ditunjukkan gambar 4.2.

Gbr 4.2 Rangkaian Equivalent Transmisi Pendek


Keterangan : = tegangan ujung pengirim , line to neutral
= tegangan ujung penerima, line to neural
= arus ujung pengirim
= arus ujung penerima

Tegangan dan arus ujung pengirim adalah :


( 4.1 )
dan ( 4.2 )

dimana
= impedansi seri

Persamaan (4.1) dan (4.2) dalam bentuk matriks adalah :

( 4.3 )

Phasor diagram tegangan dan arus ditunjukkan seperti gambar 4.3, gambar 4.4 dan
gambar 4.5 dimana tegangan ujung penerima sebagai referensi.

Gbr 4.3 Phasor Diagram Tegangan Dan Arus Untuk lagging

Gbr 4.3 Phasor Diagram Tegangan Dan Arus Untuk

Gbr 4.4 Phasor Diagram Tegangan Dan Arus Untuk Leading

4.1.1 Effisiensi Saluran Transmisi

Effisiensi saluran transmisi merupakan perbandingan daya output dengan daya input
dan dinyatakan dalam persen , ditulis dengan rumus :

( 4.4 )
dan
( 4.5 )

( 4.6 )

dimana daya input atau daya ujung pengirim [ Watt )


= daya output atau daya ujung penerima [ Watt ]
= faktor daya ujung penerima, sudut antara dan
= faktor daya ujung pengirim, sudut antara dan
4.1.2 Pengaturan Tegangan ( Voltage Regulation )

Pengaturan tegangan saluran transmisi adalah perubahan tegangan dari keadaan


beban nol sampai dengan beban penuh., diberikan oleh rumus :

Pengaturan Tegangan = ( 4.7 )

Dari rumus (1) dapat dilihat bahwa tegangan tanpa beban ( no. load ) sama dengan
tegangan ujung pengirim dan tegangan beban penuh ( full load ) sama dengan
tegangan ujung penerima dalam keadaan berbeban penuh , sehingga rumus (4.7)
menjadi :

Pengaturan Tegangan = ( 4.8 )

4.2. Saluran Transmisi Panjang Menengah

Saluran transmisi yang panjangnya dari 50 - 150 mile reaktansi kapasitif paralel akan
bertambah kecil dibandingkan dengan saluran tansmisi pendek , sehingga
menyebabkan adanya arus bocor. Model rangkaian equivalent saluran transmisi
panjang menengah dapat digambarkan menjadi dua model , yang pertama model -
seperti gambar 4.5 dan yang kedua model-T seperti gambar 4.6. Pada rangkaian
equivalent model- impedansi seri total Z dikumpulkan ditengah-tengah saluran dan
reaktansi kapasitif paralel toatal sebahagian dikumpulkan diujung pengirim dan
sebahagian dikumpulkan diujung penerima.

4.2.1. Rangkaian Equivalent Model-

Gbr 4.5 Rangkaian Equivalent Model -

Persamaan tegangan dan arus ujung pengirim adalah :

( 4.9 )
dan ( 4.10 )

Dalam matriks :

(4.11)
4.2.2 Rangkaian Equivalent Model - T

Gbr 4.6 Rangkaian Equivalent Model - T


Persamaan tegangan dan arus ujung pengirim :

(4.12)

dan (4.13)

dimana : = impedansi seri total


= admittansi paralel total

Dalam bentuk matriks :


(4.14)

4.2.3 Pengaturan Tegangan

Pengaturan Tegangan (4.14)

dimana :

4.3 Saluran Transmisi Panjang


Saluran transmisi yang panjangnya lebih besar dari 150 mile digolong pada transmisi
panjang , besarnya reaktansi kapasitif paralel dan konduktansi semakiin kecil
sehingga arus bocor semakin besar. Jadi pada saluran panjang ini semua parameter R,
L, C dan G diperhitungkan secara terdistribusi sepanjang saluran.
Saluran transmisi panjang ditunjukkan seperti gambar 4.8, dalam hal ini ditinjau
bahagian yang terpendek dari saluran yaitu elemen dx yang berjarak x dari sisi beban.
Elemen saluran yang panjangnya dx terdiri dari impedansi seri z dan admittansi y
dalam persatuan panjang. Tegangan V dan Arus I adalah besar tegangan dan arus
pada sembarang titik yang berjarak x dari beban.

Gbr 4.8 Saluran Transmisi Panjang


Elemen yang dx terdiri dari impedansi seri z dan admittansi paralel y dalam
persatuan panjang ditunjukkan seperti gambar 4.9.

Gbr 4.9 Elemen Saluran Sepanjang dx

Misalkan : =- impedansi seri persatuan panjang [ ohm/mile ]


= admittansi paralel persatuan panjang [ mho/mile ]
= impedansi seri total [ ohm ]
= admittansi paralel total [ mho ]

Tegangan drop pada elemen dx adalah :

(4.15)

dan arus bocor pada elemen dx adalah :

(4.16)

Persamaan (4.15) dan (4.16) didiferensial terhadap x , maka diperoleh :

(4.17)
dan
(4.18)

Kemudian substitusi persamaan (4.15) dan (4.16) ke persamaan ( 4.17) dan (4.18),
diperoleh :

(4.19)
dan
(4.20)

Persamaan (4.19) dan (4.20) merupakan persamaan differensial orde-2,


penyelesaiannya dalam bentuk exponensial yaitu :

(4.21)

Substitusi persamaan (4.21) ke persamaan (4.15) , diperoleh besar arus pada jarak x
sebagai berikut.

maka diperoleh :
(4.22)

Konstanta ditentukan dengan memperhatikan kondisi saluran pada ujung penerima,


dimana untuk jarak x = 0 harga tegangan V = , dengan mensubtitusi harga-harga ini
kepersamaan (4.21) dan persamaan ( 4.22 ) diperoleh konstanta :

(4.23)
dan
(4.24)

Dengan mengganti pada persamaan (4.21) dan (4.22) akan diperoleh tegangan dan
arus saluran transmisi pada sembarang titik yang berjarak x dari ujung penerima
seperti yang ditunjukkan persamaan (4.25 ) dan persamaan (4.26)

(4.25)
dan
(4.26)

Persamaan (4.25) dan (4.26) merupakan gelombang tegangan dan arus , bahagian
pertama gelombang arah maju ( incident ) dan bahagian kedua gelombang arah mudur
( reflected ) dapat juga ditulis dengan rumus (4.27) dan (4.28).

(4.27)
(4.28)

dimana : = tegangan arah maju pada jarak-x

= tegangan yang dipantulkan pada jarak-x

= arus arah maju pada jarak-x

= arus yang dipantulkan pada jarak-x

Dari persamaan (4.26) dan (4.27) bila x = l , besar tegangan V dan arus I akan sama
dengan tegangan dan arus pada ujung pengirim yang diberikan oleh persamaan (4.29)
dan (4.30).

(4.29)

(4.30)

dimana : (4.31)
(4.32)
= impedansi karakteristik [ ]
= konstanta rambat gelombang
= konstanta redaman [ neper/mile ]
= konstanta sudut phasa [ radian/mile ]
Panjang gelombang adalah :

[ mile ] (4.33)
Kecepatan rambat gelombang adalah :

[ mile/det ] (4.34)
dimana : f = frekwensi [ Hz ]

3.4 Persamaan Tegangan dan Arus Ujung Pengirim


Dalam Bentuk Fungsi Hyperbolic

Tegangan dan arus ujung pengirim pada persamaan (4.25) dan (4.26) dapat dibuat
dalam bentuk fungsi hyperbolic.

(4.35)

dan

(4.36)
Untuk x = l , diperoleh tegangan dan arus pada ujung pengirim seperti persamaan
( 4.35) dan (4.36).

(4.37)

(4.38)
Dalam bentuk matriks adalah :

(4.39)

IV.3.1 Pengaturan Tegangan

Pengaturan Tegangan (4.40)

Dari persamaan (4.36) tegangan tanpa beban :


dan tegangan beban penuh :

BAB - V
KONSTANTA UMUM ABCD DARI SALURAN TRANSMISI

Rangkaian equivalent model- atau model-T dari saluran transmisi merupakan


rangkaian kutub-4 ( two port network ) yang terdiri dari 2 terminal daya masuk
rangkaian dan 2 terminal dimana daya keluar rangkaian. Perhatikan rangkaian
equivalent model-T gambar 5.1.

Gbr 5.1 Rangkaian Equivalent Model-T


Tegangan pada admittansi Y adalah tegangan pada beban ditambah tegangan drop
pada impedansi yaitu :
(5.1)

Arus pada admittansi :


(5.2)
Dari persamaan (5.1) dan (5.2) diperoleh :
(5.3)
Arus sisi input : (5.4)
Substitusi persamaan (5.3) ke persamaan (5.4) diperoleh arus pada sisi input :

(5.5)
Tegangan pada sisi input :

(5.6)
Kemudian substitusi persamaan (5.1) dan (5.5) ke persamaan (5.6) akan diperoleh
tegangan pada sisi input :

(5.7)
Persamaan ( 5.5) dan (5.7) dapat diserhanakan dengan memisalkan :

sehingga persamaan (5.5) dan (5.7) menjadi :

(5.8)
dan
(5.9)

Dalam bentuk matriks :


(5.10)

dimana A, B, C dan D merupakan konstanta dari rangkaian kutub-4 model-T.


Konstanta ABCD digunakan secara luas pada saluran transmisi, secara umum
digambarkan rangkaian kutub-4 model-T diatas dapat digambarkan seperti gambar
5.2.

Gbr 5.2 Rangkaian Kutub-4 Dengan Konstanta ABCD


Konstanta ABCD saluran transmisi pendek :
A=1 B=Z
C=0 D=1
Konstanta ABCD saluran transmisi panjang menengah model - :

dan model-T adalah :

Dan konstanta ABCD untuk saluran transmisi panjang adalah :


Contoh soal 5.1

Suatu saluran transmisi 3 phasa, 60 Hz, panjang 225 mile, mempunyai parameter
sebagai berikut :

mH/mile
F/mile

Saluran transmisi melayani beban 125.000 KW pada tegangan 200 KV, power factor
100 %.
Hitung : a. Tegangan arah maju dan tegangan yang dipantulkan pada ujung
penerima.
b. Tegangan arah maju dan tegangan yang dipantulakn pada ujung
pengirim
c. Tegangan pada ujung pengirim
d. Panjang gelombang
e. Kecepatan rambat gelombang

Prosedur Perhitungan :
1. Hitung impedansi seri persatuan panjang
/mile

2. Hitung admittansi paralel persatuan panjang


mho/mile

3. Hitung konstanta propagasi

4. Hitung impedansi karakteristik

5. Hitung arus ujung penerima


A

6. Tentukan tegangan ujung penerima line to neutral

7. Hitung tegangan arah maju dan tegangan yang dipantulkan pada ujung penerima
line to neutral

Untuk x = 0 :

Volt
Volt

8. Hitung tegangan arah maju dan tegangan yang dipantulkan line to neutral pada
ujung pengirim
Untuk x = l :

Volt

Volt

9. Hitung tegangan pada ujung pengirim line to neutral

Volt
Tegangan line to line pada ujung pengirim adalah :

10. Hitung panjang gelombang


Konstanta sudut phasa : rad/mile

Panjang gelombang : mile

11. Hitung kecepatan rambat gelombang


mile/det

Contoh soal 5.2

Dengan menggunakan rumus tegangan dan arus ujung pengirim bentuk fungsi
hyperbolic, hitunglah :
a. Tegangan dan arus pada ujung pengirim
b. Pengaturan tegangan saluran transmisi
c. Effisiensi saluran transmisi
Prosedur Perhitungan :
1. Hitung tegangan ujung pengirim
Tegangan ujung pengirim

Volt
Tegangan ujung pengirim line to line

2. Hitung arus ujung pengirim

A
Daya ujung pengirim :

KW

3. Hitung Effisiensi saluran transmisi

4. Hitung Pengaturan Tegangan


Pengaturan tegangan
Contoh soal 5.3
Dari contoh soal 5.1 diatas,
a. Tentukanlah konstanta ABCD
b. Hitunglah tegangan ujung pengirim
c. Hitunglah arus ujung pengirim
d. Hitung daya ujung pengirim

Prosedur perhitungan :
1. Tentukan konstanta ABCD

2. Hitung tegangan ujung pengirim line to line

Volt
Tegangan ujung pengirim line to line :

3. Hitung arus ujung pengirm

4. Tentukan daya ujung pengirim


Power factor ujung pengirim :
KW

Anda mungkin juga menyukai