Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

PENGUJIAN VOLTAGE DROP

Disusun Oleh :

Muhammad Muqhtadir Nur

4D D4 Teknik Listrik
42121250

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2021/2022
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

I. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa dapat mendemonstrasikan kondisi undervoltage pada beberapa
jenis saluran trasmisi/ distribusi.
2. Mahasiswa dapat mengukur besar voltage drop untuk bebepa jenis
transmisi/ distribusi.

II. Teori Dasar


2.1 Sistem Tenaga Listrik
Pada dasarnya system tenaga listrik mengandung 4 unsur, yaitu, pertama,
adanya pembangkit tenaga listrik. Kedua, sistem transmisi, lengkap dengan
Gardu Induk. Ketiga, sistim distribusi yang terdiri dari jaringan utama (primer)
termasuk tegangan menengah, dan jaringan distribusi sekunder dengan
tegangan rendah. Keempat, terdapat unsur pemakaian atau utilisasi yang terdiri
atas instalasi pemakaian tenaga listrik seperti instalasi rumah tangga yang
menggunakan tegangan rendah, sedangkan pemakai besar seperti pada industri
menggunakan tegangan menengah atau tinggi. Gambar 2.1 memperlihatkan
suatu skema sistim tenaga listrik.
Pada sistem mempunyai subsistem yang berhubungan yang biasanya
termasuk sistem yang terkoneksi. Dikarenakan berbagai persoalan teknis,
tenaga listrik dibangkitkan hanya pada tempat – tempat tertentu saja.
Sedangkan konsumen listrik terdapat hampir di semua tempat. Penyaluran
energi listrik dari pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTD dan lain-
lain, lalu dikirimkan lewat jaringan transmisi setelah terlebih dahulu dinaikan
tegangannya di transformator pada gardu induk. Di Indonesia saluran tenaga
listrik dibagi menjadi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dengan 150 kV,
dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV (SUTET).

Pengujian Voltage Drop 2


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

Gambar 2. 1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik

2.2 Saluran Transmisi


Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga lisrik dari
tempat pembangkit tenaga listrik (Power Plant) hingga substation distribution
sehingga dapat disalurkan pada konsumen pengguna listrik melalui suatu bahan
konduktor terlihat pada Gambar 2.2. Besaran tegangannya dapat dibagi menjadi
beberapa kelas, yaitu:

1. Tegangan Ultra Tinggi (UHV) (1000 kV)

2. Tegangan Ekstra Tinggi (EHV) (500 kV)

3. Tegangan Tinggi (HV) (150 kV dan 70 kV)

4. Tegangan Menengah (MHV) (30 kV dan 20kV)

5. Tegangan Rendah (LV) ( 380 V dan 220 V)

Sedangkan saluran transmisi tegangan tinggi adalah sebuah proses penyaluran


energi listrik dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya. Dimana dalam proses
penyaluran energi listrik tersebut terdiri dari konduktor yang direntangkan antara
tiang-tiang (tower) melalui isolator-isolator, dengan sistem tegangan tinggi.
Dalam saluran transmisi persoalan tegangan harus diperhatikan baik keadaan

Pengujian Voltage Drop 3


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

operasi maupun dalam perencanaan dimana tegangan setiap titik saluran harus
selalu diperhatikan besar perubahan tegangan yang diperbolehkan ± 5%.

a. Macam-macam Saluran Transmisi


Saluran Transmis terdiri dari berbagai macam antara lain:
 Saluran udara: Kawat atau kondutor telanjang (tanpa isolasi) yang digantung
dengan ketinggian tertentu pada tower dengan ketinggian tertentu pada
tower dengan menggunakan i menggunakan isolator.
 Saluran bawah tanah: kabel atau konduktor berisolasi yang ditanam dalam
tanah dengan kedalaman tertentu.
 Saluran bawah laut: kabel atau konduktor berisolasi yang diletakkan di
dasar laut

Saluran transmisi biasanya digunakan untuk mengirimkan daya listrik


untuk jarak yang relative jauh. Dari ketiga jenis saluran transmisi, paling
banyak digunakan adalah saluran udara, karena lebih ekonomis. Biaya
pembangunan saluran udara relatif lebih ringan dibandingkan dengan jenis
yang lain, karena menggunakan penghantar yang telanjang atau tidak
berisolasi, sedang jenis yang llain harus menggunakan penghantar berisolasi.
Penghantar merupakan komponen pokok dari saluran transmisi, sehingga biaya
pembangunannya sangat dipengaruhi oleh jenis penghantar yang digunakan.
Saluran bawah tanah dan saluran bawah laut hanya digunakan jika saluran
udara tidak lagi bisa digunakan, misalnya untuk menyalurkan daya antar pulau.
Suatu saluran transmisi memiliki empat parameter listrik, yakni
resistansi, induktansi, kapasitansi dan konduktansi. Induktansi dan kapasitansi
disebabkan oleh pengaruh medan magnet dan medan litrik di sekitar konduktor
(penghantar). Sedangkan parameter konduktansi muncul di antara konduktor
– konduktor atau konduktor – ground (tanah).
Konduktansi menghasilkan arus bocor (leakage current ) pada isolator
saluran transmisi udara (OHL) atau melalui isolasi untuk transmisi bawah
tanah (UGC). Namun karena kebocoran pada isolator dapat diabaikan maka

Pengujian Voltage Drop 4


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

konduktansi antara konduktor pada OHL biasanya diabaikan (terutama untuk


transmisi jarak pendek).
Untuk resistansi dan induktansi terdistribusi merata di sepanjang
saluran yang membentuk impedansi seri. Konduktansi dan kapasitansi terdapat
di antara konduktor – konduktor ataupun dari konduktor ke netral/ ground
yang selanjutnya membentuk shunt admitatance. Meskipun resistansi,
induktansi dan kapasitansi terdistribusi namun rangkaian ekuivalen suatu
saluran dibuat menjadi satu.
Saluran transmisi dilihat dari jarak atau panjangnya dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
1. Saluran transmisi jarak pendek (short line), adalah saluran yang panjangnya
kurang dari 80 km.
2. Saluran transmisi jarak menengah (medium line), adalah saluran yang
panjangnya antara 80 – 240 km.
3. Saluran transmisi jarak jauh (long line), adalah saluran yang panjangnya
lebih dari 240 km.

b. Karakteristik saluran transmisi


Karakteristik listrik dari saluran transmisi adalah konstanta konstanta
saluran yaitu
1) Resistan (R)
Nilai resistansi saluran transmisi dipengaruhi oleh resitivitas konduktor
dan temperature. Resistansi dari sebuah penghantar sebanding dengan
panjang l dan berbanding terbalik dengan luas penampangnya, seperti rumus
dibawah ini :
l
R=ρ
A
Dimana
ρ=Resistivitas ( Ω ) R=Resistan arus searah ( Ω ) l= panjang konduktor ( m )

A=luas penampang ( m2 )

Pengujian Voltage Drop 5


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

2) Induktansi
Induktansi kawat 3 phase umumnya berlainan untuk masing – masing
kawat. Namun karena perbedaannya kecil, nilai induktansinya dari
penghantar yang ditransposisikan diambil, bila ketidak seimbangan tidak
besar. untuk mencari nilai reaktansi induktansi dapat digunakan persamaan
X L =2. π . f . L
dengan :
L = Induktansi karena fluks magnet dalam kawat
3) Kapasitansi(C)
Kapasitan adalah kemampuan dua konduktor yang dipisahkan oleh
isolator untuk menyimpan muatan listrik pada tegangan yang diberikan
diantara keduanya. Bila pada dua konduktor yang terpisah oleh jarak
tertentu dialirkan arus listrik maka akan terbentuk fluks elektrostatik dan
dua konduktor tersebut berfungsi sebagai kapasitor. Nilai kapasitasnya
semata-mata tergantung dari jari-jari konduktor dan jarak antara kedua
konduktor tersebut serta tidak dipengaruhi oleh besarnya medan magnet
maka untuk mencari nilai reaktansi kapasitif dapat digunakan persamaan
sebagai berikut :
1
XC=
2. π . f .C

2.3 Saluran Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi


a. Saluran Transmisi Jarak Pendek
Saluran transmisi pendek dapat didefinisikan sebagai saluran transmisi
yang panjangnya kurang dari 80 km. Pada saluran model ini besar besar arus
bocor ke tanah kecil terhadap arus beban, maka dalam hal ini kapasitansi
ketanah dapat diabaikan, yang tertera dalam rangkaian pengganti pada Gambar
2.2

Pengujian Voltage Drop 6


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

Gambar 2.2 Rangkaian ekivalen saluran transmisi pendek

Rangkaian ekivalen saluran transmisi pendek diperlihatkan dalam Gambar 2.2


diatas, dimana Is dan IR merupakan arus pada ujung pengirim dan ujung
penerima, sedangkan Vs dan VR adalah tegangan saluran terhadap netral pada
ujung pengirim dan ujung penerima.

Gambar 2.3 Diagram pengganti saluran transmisi jarak pendek

Rangkaian Gambar 2.3 dapat diselesaikan seperti halnya dengan rangkaian


AC seri yang sederhana. Karena tidak terdapat cabang paralel (shunt), pada
ujung-ujung pengirim dan penerima akan sama besar arus pada ujung pengirim
adalah :
i s=i R=I
Menghitung besar tegangan pada pengirim adalah :
v sLine
V S=
√3
Mencari didapat tegangan terima menggunakan persamaan sebagai berikut
V s =V R + I . Z

Pengujian Voltage Drop 7


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

Unutk mencari nilai impedansi, persamaan sebagai berikut :


Z=√ R 2+(X ¿ ¿ L−X C )2 ¿
Dengan :
1. Vs = tegangan saluran terhadap netral pada ujung pengirim (V)
2. VR = tegangan saluran terhadap netral pada ujung penerima (V)
3. is = arus pada ujung pengirim (A)
4. iR = arus pada ujung penerima (A)
5. Z = Z ( impedansi seri keseluruhan saluran) (Ω)
6. R = Resistansi (Ω)
7. L = Induktansi (H)
8. C = Kapasitif (F)
9. f = Frekuensi (Hz)

b. Susut Tegangan Pada Saluran Transmisi


Susut tegangan adalah perbedaan tegangan antara tegangan kirim dan
tegangan terima karena adanya impedansi pada penghantar. Susut tegangan
selalu terjadi pada jaringan, baik pada pelanggan maupun pada perusahaan
listrik. Susut tegangan pada saluran transmisi adalah selisih antara tegangan
pada sisi kirim (sending end) dan tegangan pada sisi terima (receiving end).
Diagram phasor untuk transmisi pendek ditunjukkan pada Gambar 2.4
dibawah ini. Diperlukan tegangan ujung pengirim (Vs) yang lebih besar untuk
mempertahankan suatu tegangan ujung penerima (VR) tertentu.

Gambar 2.4 Diagram phasor

Pengujian Voltage Drop 8


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

Umumnya beban yang terdapat pada sistem tenaga listrik bersifat


resistif - induktif. Beban tersebut akan menyerap daya aktif dan daya
reaktif yang disuplai kesistem. Penyerapan daya reaktif yang diakibatkan
oleh beban induktif dan kapasitif yang akan menyebabkan timbulnya susut
tegangan pada tegangan yang disuplai kesistem. Akibatnya nilai tegangan
di sisi penerima akan berbeda dengan nilai tegangan di sisi pengirim.
Perbaikan kualitas susut tegangan dapat dilakukan dengan mengatur daya
reaktif yang disuplai ke sistem. dengan menggunakan kapasitansi. Besar
persentasi susut tegangan pada saluran transmisi dapat dihitung dengan :
V RNL−V RFL
%∆V=
V FL
Dengan :
%∆V = Regulasi tegangan
V RNL= Receiving Voltage, No Load (tegangan sisi penerima kondisi tanpa
beban)
V RFL= Receiving Voltage, Full Load (tegangan sisi penerima kondisi
beban penuh)

Adanya perbedaan tegangan antara sisi pengirim dan penerima ini


disebabkan oleh adanya jatuh tegangan (voltage drop) oleh adanya
impedansi saluran. Jika voltage drop dinyatakan dalam Vz, maka besarnya
adalah
V Z =√ V R2 +V X 2
Dimana;
Vz = besarnya voltage drop pada suatu salauran transmisi (pendek)
Vr = besarnya resistive voltage drop
Vx = besarnya reactive voltage drop

Pengujian Voltage Drop 9


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

Gambar 2.5 Diagram vector hubungan antara VS, VR dan VZ

Dengan adanya pengukuran tegangan di sisi pengirim dan penerima, maka


besarnya jatuh tegangan pada suatu transmisi dapat diperoleh dengan:
V Z =V S −V R
Dengan memodifikasi gambar menjadi seperti gambar 2.6 dan dengan
menggunakan rumus Phytagoras,maka:
2 2 2
V S =(V ¿ ¿ R+ a) −b ¿

Gambar 2.6 Diagram vector hubungan antara VS, VR dan VZ

Normalnya nilai a dan b jauh lebih kecil dari nilai VS dan VR maka b2
dapat diabaikan. Sehingga diperoleh U1  U2 + a, atau Vz = a.
Dimana:
a=a R +a X
a R =R . I .cos α
a X = X . I .sin α

Pengujian Voltage Drop 10


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

Gambar 2.7. Diagram vector drop voltage

Sehingga drop voltage:


V Z =I ( RCos α + X . sin α )
Karena pada sistem tiga fase
P
P= √ 3 V . I . cos α atau I . cos α=
√3 V .
Q
Q= √3 V . I . sin α atau I . sin α =
√3 V .
Dengan melakukan subtitusi persamaan (11) ke dalam persamaan (10)
maka drop voltage juga dapat dituliskan sbb:
RP2+ XQ 2
% V Z=
VR

c. Faktor Daya
Faktor daya adalah perbandingan antara daya nyata dalam satuan
Watt dan daya reaktif dalam satuan Volt Ampere Reaktif (VAR) dari daya
yang disalurkan oleh pusat - pusat pembangkit ke beban. Nilai faktor daya
ini mempengaruhi jumlah arus yang mengalir pada saluran untuk suatu
beban yang sama. Faktor daya salah satunya disebabkan oleh penggunaan
peralatan pada pelanggan yang menyimpang dari syarat - syarat
penyambungan yang telah di tetapkan.
Rendahnya faktor daya disebabkan karena melebarnya sudut fasa
antara arus dan tegangan. Faktor daya yang terlalu rendah mengakibatkan
rugi yang sangat besar pada saluran. Pergeseran sudut fasa antara arus dan

Pengujian Voltage Drop 11


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

tegangan di tentukan oleh sifat impedansi beban (resistif, induktif dan


kapasitif) yang dihubungkan dengan sumber arus bolak balik tersebut.
Apabila beban mempunyai impedansi yang bersifat resistif, maka arus dan
tegangan sefasa atau besarnya pergeseran sudut fasa sama dengan nol.
Dengan demikian faktor daya sama dengan satu (unity power factor).
Impedansi beban yang bersifat kapasitif, vektor arus (I) mendahului vektor
tegangan (V), keadaan tersebut dinamakan faktor daya mendahului
(leading power factor), seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.8

Gambar 2.8 (a) Segituga daya (b) Diagram Phasor faktor mendahului

Sedangkan impedansi beban bersifat induktif, vektor arus (I) terbelakang


dari vektor tegangan (V), kondisi tersebut disebut faktor daya tertinggal
(lagging power factor), seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.9.

Pengujian Voltage Drop 12


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

Gambar 2.9 (a) Segituga daya (b) Diagram Phasor faktor tertinggal

Besarnya rugi tegangan pada saluran tranmisi jarak pendek tersebut,


diukur pada titik yang paling jauh (ujung). Untuk menghitung besar
tegangan pada ujung beban dan tegangan pengiriman, persentase susut
tegangan. Rumus unuk mencari faktor daya dapat dilihat pada persamaan
sebagai berikut :
P
cos θ=
S
S= √3 . V . I

Dari persamaan diatas maka didapat i dengan diturunkan menjadi :


P= √ 3 . V . I cos θ

dengan :
P = Daya aktif (Watt)
S = Daya semu (Watt)
Q = Daya rekatif (VAR)

Pengujian Voltage Drop 13


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

cos φ = Faktor daya


V = Tegangan (V)
i = Arus (A)

III. Alat dan Bahan


1. Modul Pembangkit, transmisi dan beban (Ex Terco)
2. Kabel secukupnya
3. Multimeter jika diperlukan

IV. Rangkaian Percobaan

Pengujian Voltage Drop 14


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

Pengujian Voltage Drop 15


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

Catatan: Untuk percobaan voltage drop pada transmisi jarak pendek,


kapasitansi antar saluran dan saluran ke tanah tidak perlu dihubungkan.

V. Prosedur Percobaan
Percobaan Transmisi/ distribusi
A. Tanpa parameter kapasitansi saluran
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Memilih salah satu modul transmisi/ distribusi. Merangkai percobaan
sesuai gambar percobaan (tidak perlu menghubungkan kapasitansi
saluran – saluran dan saluran – ground).
3. Mencatat parameter transmisi/ distribusi

Pengujian Voltage Drop 16


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

Contoh parameter setting untuk line modul 230 kV

4. Memastikan posisi beban pada level 0.


5. Memeriksa setting frekuensi motor pada posisi 50Hz.
6. Memastikan posisi pengaturan motor Auto.
7. Memastikan posisi pengaturan generator Auto
8. MengOn-kan motor turbine control (CBM)
9. Memeriksa kecepatan motor pada kecepatan 1500 rpm.
10. MengOn-kan generator excitation control (CBF)
11. Menaikkan perlahan-lahan arus eksitasi sampai out tegangan mencapai
kurang lebih 220 Volt di sisi generator atau tegangan sekunder trafo telah
mencapai 380/390 V.
12. Pada modul PST2210 C1 – modul generator - Close isolator switch I2 lalu
on-kan CB-1. Ini berarti Bus B telah mendapatkan tegangan dari
Generator.
13. Pada modul PST 2210 C3, pilih feeder ke 2, masukkan isolator I8 dan I10.
Selanjutnya close CB4.
14. Memasukkan beban sesuai tabel hasil percobaan.
15. Mencatat hasil pengukuran di sisi pengirim (meter sebelum transmisi dan
sisi penerima (meter di sisi beban). atau sesuai tabel.
16. MengOff kan feeder, offkan CB & isolating modul pembangkit, turunkan
eksitasi, offkan switch eksitasi dan off kan prime mover

Pengujian Voltage Drop 17


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

VI. Keamanan & Keselamatan Kerja (K3)


A. Potensi Bahaya
1. Menyentuh terminal bertegangan dari alat injeksi yang dapat
menimbulkan electric Shock.
2. Hubung singkat karena menginjeksi phase yang sama, hubung singkat,
kebakaran, dan rusaknya peralatan.
3. Kebakaran yang diakibatkan oleh kondisi injeksi tegangan yang
melampaui ketahanan isolasi dari peralatan.
B. Antisipasi
1. Mengikuti petunjuk instruksi manual dan pembimbing.
2. Memeriksa kembali semua rangkaian sebelum memulai
mengoperasikan peralatan praktikum dibawah pengawasan
pembimbing.
3. Matikan semua sumber tegangan sebelum membuat atau mengubah
koneksi apa pun.
4. Menggunakan peralatan pelindung seperti safety shoes dan helmet bila
diperlukan.
5. Biasakan diri Anda dengan peralatan keamanan, seperti: MCB

Pengujian Voltage Drop 18


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

VII. Data Hasil Percobaan

Jenis Modul : Transmisi 230 kV

Pengukuran
Load
Sending Point Receiving Point VT
I
Pf VLL VLN Q P S VLL VLN Q P S (V)
R L C (A)
(v) (v) (VAR) (Watt) (VA) (v) (v) (VAR) (Watt) (VA)
1 0 0 0,22 1 379,6 219,27 0 145 145 377 217,66 0 144 144 3,81
0 1 0 0,288 0,103 383,1 221,4 190 20 191 378 218,24 187 18 189 3,83
1 1 0 0,373 0,653 380,1 219,5 186 161 246 373 215,35 181 158 241 5,27
Tabel 7.1 Data hasil percobaan Pengujian Voltage drop pada transmisi 230 kV

Jenis Modul : Distribusi 35 kV


Pengukuran
Load
Sending Point Receiving Point VT
I
Pf VLL VLN Q P S VLL VLN Q P S (V)
R L C (A)
(v) (v) (VAR) (Watt) (VA) (v) (v) (VAR) (Watt) (VA)
1 0 0 0,219 1 379 218,9 0 144 144 375 216,5 0 143 143 5,21
0 1 0 0,285 0,107 382,8 221 188 20 189 374 215,93 184 18 185 5,81
1 1 0 0,369 0,652 379,8 219,3 183 158 243 368 212,46 177 155 235 7,57
Tabel 7.2 Data hasil percobaan Pengujian Voltage drop pada Distribusi 35 kV

Jenis Modul : Distribusi Kabel 11 kV


Tabel 7.3 Data hasil percobaan Pengujian Voltage drop pada Distribusi kabel 11 kV
Pengukuran
Load
Sending Point Receiving Point VT
I
Pf VLL VLN Q P S VLL VLN Q P S (V)
R L C (A)
(v) (v) (VAR) (Watt) (VA) (v) (v) (VAR) (Watt) (VA)
1 0 0 0,219 1 378,7 218,7 0 144 144 375 216,5 0 143 143 2,19
0 1 0 0,289 0,107 382,6 220,9 190 20 191 379 218,81 188 19 190 2,49
1 1 0 0,374 0,658 379,5 219,1 185 162 246 373 215,35 182 159 242 3,34

VIII. Analisa Data

Pengujian Voltage Drop 19


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

Pada percobaan kali ini, yakni transmisi dan distribusi yang dilakukan
guna mengetahui besar jatuh tegangan (voltage drop) antara sisi pengirim
(sending point) dan sisi penerima(Receiving Point).
Adapun parameter transmisi/ distribusi yang digunakan pada percobaan ini
adalah

Berdasarkan parameter diatas dapat diketahui nilai R dan L nya sebesar 3,7Ω dan
30 mH pada Transmisi 230 Kv, 6,3 Ω dan 50 mH pada distribusi 35 kV serta 4,5
Ω dan 20 mH pada distribusi kabel 11 kV

1. Percobaan Saluran Transmisi 230 kV


Ada 3 cara untuk menentukan besar jatuh tegangan (Voltage drop) pada
percobaan ini yaitu berdasarkan pengukuran yang dapat dilihat pada table 7.1,
dan berdasarkan teori dengan mengurangkan tegangan disisi pengirim (Vs)
dan sisi penerima (Vr) serta mengalikan arus (I) dengan impedansi saluran
(Zl) .
Pada percobaan ini ketika beban bersifat resitif R= 1 , L= 0 dan C=0
diperoleh arus sebesar 0,22 A dengan faktor dayanya sama dengan 1, hal ini
disebabkan beban R hanya menyerap daya aktif sehingga faktor dayanya
bernilai 1. Pada sisi pengirim(sending point) tegangan phasa-phasanya
sebesar 374,6 Volt sedangkan phasa netralnya sebesar 216,27 Volt
dikarenakan beban listrik bersifat resitif murni maka nilai dari daya reaktif
(Q) sama dengan 0 . sedangkan daya aktif (P) dan daya semunya (S) bernilai

Pengujian Voltage Drop 20


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

sama yaitu 145 Watt dan 145 VA ketika nilai P dan S sama maka faktor
dayanya sama dengan 1. Pada sisi beban (receiving point) tegangan phasa-
pahasanya sebesar 377 V dan phasa netralnya sebesar 217,66 V, nilai daya
reaktif pada sisi beban juga bernilai 0 . dan daya aktif dan daya semunya
bernilai sama yaitu 144 VA dan 144 Watt.
Pada saat beban bersifat Induktif R= 0 , L= 1 dan C= 0 dapat
menyebabkan rendahnya kualitas faktor daya dapat dilihat pada table 7.1
faktor dayanya sebesar 0,103 buruknya faktor daya akan mengurangi nilai
daya aktif yang dihasilkan dapat dilihat paada table nilai daya aktifnya
sebesar 20 W pada sisi pengirim dan 18 W pada sisi penerima dengan arus
yang diperoleh sebesar 0,288 A. pada sisi pengirim tegangan phasa-phasanya
sebesar 383,1 Volt dan phasa netralnya sebesar 221,4 Volt sedangkan pada
sisi penerima nilai VLL dan VLN yaitu 378 V dan 218,24 V , daya reaktif
dan daya semu pada sisi pengirim sebesar 190 VAR dan 191 VA
sedangankan pada sisi penerima sebesar 187 VAr dan 189 VA.
Beban bersifat resitif induktif mempunyai faktor daya yang rendah yaitu
sebesar 0,65 sehingga dapat menyebabkan tegangan dan arus berlawanan
dengan tegangan. sehingga menghasilkan daya reaktif (Q) yang besar yaitu
sebesar 186 VAR pada sisi pengirim dan 181 VAR pada sisi penerima
Dengan arus sebesar 0,37 A, VLL dan VLN sebesar 373 V dan 215,35 V ,
daya aktif dan semunya sebesar 158 watt dan 241 VA.
Adapun nilai voltage drop pada transmisi 230 kV berdasarkan hasil
pengukuran dapat dilihat pada table 8.1

Tabel 8.1 Voltage drop pada modul transmisi 230 kV berdasarkan hasil
pengukuran

Pengujian Voltage Drop 21


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

Beban VLL
Voltage
Sending point Receiving point
R L C Drop
Vs (Volt) Vr (Volt)
1 0 0 219,27 217,66 3,81

0 1 0 221,4 218,24 3,83

1 1 0 219,5 215,35 5,27

Adapun nilai Voltage drop juga dapat ditentukan melalui perhitungan berikut 2
cara untuk menentukan voltage drop pada modul transmisi 230 kV berdasarkan
rumus teori dasar.

i s=i R=I
V s =V R + I . Z
I . Z=V S −V R
∆ V =V S −V R

Untuk mengetahui nilai impedansi (Z) perlu terlebih dahulu dilakukan


perhitungan pada reaktansi induktif (XL)

X L =2 πFL
−3
X L =2∙ 3 , 14 ∙50 ∙ 30 ∙10
X L =9 , 42Ω

Sehingga nilai impedansinya dapat dihitung dengan rumus:

Pengujian Voltage Drop 22


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

Z=√ R 2+ X L2

Z=√ 3 ,7 2+ 9 , 422
Z=10 ,12 Ω

Pada saat R = 1, L=0 dan C=0 dengan arus I = 0,22 A


Maka besar Voltage dropnya dengan cara 2 dapat di hitung menggunakan
persamaan berikut:
∆ V =I × Z
¿ 0 , 22× 10 ,12
¿ 2 , 23V

Adapun perhitungan Voltage drop dengan cara 3 digunakan persamaan berikut:

Dimana Vs = 219,27 dan Vr = 217,66

∆ V =V S −V R
¿ 219 , 27−217 ,66
¿ 1 , 61V

Dengan menggunakan cara yang sama maka besar voltage drop lainya pada modul
transmisi 230 kV disajikan pada table berikut:

Tabel 8.2 Data hasil pegukuran dan perhitungan Voltage Drop

Beban VLN Voltage Drop(Volt)


I
Sending point Receiving point Teori
R L C (A) Praktek
Vs (Volt) Vr (Volt) ΔV=Vs-Vr ΔV= I.Z
1 0 0 0,22 219,27 217,66 3,81 1,61 2,23

0 1 0 0,288 221,4 218,24 3,83 3,16 2,92

1 1 0 0,373 219,5 215,35 5,27 4,15 3,77

Berdasarkan table 8.2 dapat dilihat perubahan voltage drop ΔV terhadap


perubahan beban yang diberikan , semakin tinggi atau semakin besar beban maka

Pengujian Voltage Drop 23


`
LAPORAN PRAKTIKUM PEMBANGKIT DAN PENYALURAN STL

arus semakin besar pula arus yang menalir sehingga mengakibatkan voltage drop
semakin tinggi . dapat dilihat pada table ketika R=1 L=0 dan C=0 arus yang
dihasilkan sebesar 0,22 A dengan Voltage dropnya sebesar 3,81 V ketika R=1 dan
L=1 arus yang dihasilkan sebesar 0,373 A dengan jatuh tegangan sebesar 5,27 V

Tegangan jatuh pada penghantar semakin besar jika arus semakin tinggi
termasuk resistansi pada rangkaian sama halnya dengan inductor inductor
termasuk penyumbang terjadinya rugi-rugi tegangan pada jaringan yang
menurunkan faktor daya.

Pengujian Voltage Drop 24


`

Anda mungkin juga menyukai