Anda di halaman 1dari 6

Tugas Review Paper

Sistem Distribusi Transmisi Tenaga


Nama Kelompok.
1. Hasbiyalloh (118340004)
2. Fikry Fahrezi (119130009)
3. Sukma Yuliandra Putri (119130021)
4. Graldine Novita Sari Saragih (119130039)
5. Arbi Aditya Ramadhan Assanagi (119130091)

1. Calculation of Electric Field and Potential Distribution Along Non Ceramic Insulators
Considering the Effects of Conductors and Transmission Towers
(Zhao, T., & Comber, M. G. (2000). Calculation of electric field and potential distribution along nonceramic insulators considering the
effects of conductors and transmission towers. IEEE Transactions on Power Delivery, 15(1), 313-318.)

Penelitian ini didasari oleh timbulnya medan listrik di sekitar kabel transmisi atau menara
akibat audible noise, radio noise, dan lainnya. Paper ini menganalisis penggunaan isolator non
keramik tegangan tinggi untuk saluran transmisi 345 kV menggunakan metode perhitungan
medan listrik numerik. Analisis yang dilakukan adalah meninjau geometri yang disederhanakan
menghasilkan keakuratan terkait perkiraan medan listrik. Insulator non keramik banyak
digunakan oleh utilitas untuk menggantikan isolator porselen dan kaca karena memiliki
keuntungan yang diperoleh dari bobot yang lebih rendah, kemudahan penanganan, pengurangan
biaya pemasangan dan pemeliharaan, peningkatan ketahanan terhadap vandalisme, serta kinerja
kontaminasi yang unggul. Selama lebih dari 25 tahun, produsen dan utilitas mempelajari bahwa
penting dalam mengendalikan medan listrik disekitar isolator untuk mencegah degradasi bahan
isolasi polimer dari fenomena terkait korona.
Objek penelitian adalah sebuah menara transmisi 345 kV tiga fasa. Terdapat 3 kabel
isolator (2 senar I dan satu senar V) yang terpasang di menara transmisi. Setiap fasa saluran
adalah bundel konduktor kembar. Diameter sub konduktor bundel adalah 32 mm (1,25 inch) dan
diameter bunder adalah 457 mm (18 inch). Konduktor yang digunakan adalah konduktor halus.
Ketebalan pelat Kuk untuk senar I dan V adalah 25,4 mm. Dua kabel ground diabaikan dalam
menganalisis secara langsung atau di lapangan.

Gambar 1. Menara Transmisi


Dalam paper ini dilakukan analisis berdasarkan hasil perhitungan geometri secara
keseluruhan tanpa membandingkan dengan keakuratan hasil seluruhnya. Dibagi beberapa poin,
yaitu Penilaian Akurasi Perhitungan, Pengaruh Konduktor, Pengaruh Konfigurasi Menara, dan
Pengaruh Cincin Grading. Fokus yang disorot mengenai konduktor dan isolator, maka pengaruh
konduktor dalam penelitian ini menjadi titik acuan. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa
perkiraan berlebihan yang signifikan dari medan listrik maksimum akan terjadi jika konduktor
diabaikan dalam representasi geometri keseluruhan. Sisa perhitungan pada paper ini, panjang
konduktor ditetapkan 8 kali panjang isolator.
Program analisis medan listrik berdasarkan metode elemen batas telah digunakan untuk
mempelajari medan listrik dan distribusi potensial di sepanjang isolator non-keramik, dan untuk
menunjukkan pengaruh berbagai aspek geometri garis dan menara pada medan listrik di
sepanjang isolator. Pemodelan isolator saja, tanpa memperhitungkan pengaruh struktur menara
dan konduktor, menyebabkan perkiraan medan listrik dan distribusi tegangan yang sangat tidak
akurat untuk isolator yang terpasang dalam pelayanan. Untuk mendapatkan hasil yang
mempertimbangkan efek konduktor dan menara, perlu dilakukan perhitungan 3D. Beberapa
penyederhanaan dimungkinkan tanpa mengurangi akurasi hasil secara signifikan. Weathershields
dari isolator non keramik dapat dihilangkan jika distribusi medan di sepanjang sumbu isolator
diselidiki; konduktor dapat direpresentasikan sebagai panjang yang relatif pendek. Struktur
menara di sekitar isolator dan diameter serta lokasi cincin permata penting dalam menentukan
kuat medan listrik maksimum di sepanjang isolator. Diameter tabung cincin permata memiliki
sedikit pengaruh pada medan listrik di sepanjang isolator, tetapi penting untuk kontrol medan
listrik (pengendalian timbulnya korona) pada cincin perata itu sendiri. Hasil perhitungan
diverifikasi oleh hasil pengukuran menggunakan tester isolator yang tersedia secara komersial.

2. Pengaruh Jarak Antar Sub Konduktor Berkas Reaktansi Induktif Saluran Terhadap
Transmisi 150 KV dari Gardu Induk Keramasan ke Gardu Induk Mariana
A. Nurdin and A. Aziz, "PENGARUH JARAK ANTAR SUB KONDUKTOR BERKAS REAKTANSI INDUKTIF SALURAN
TERHADAP TRANSMISI 150 KV DARI GARDU INDUK KERAMASAN KE GARDU INDUK MARIANA," Program Studi Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas PGRI Palembang, Palembang, 2018.

Listrik adalah sumber energi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan listrik
merupakan salah satu kebutuhan yang paling penting untuk menunjang kehidupan manusia saat
ini dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik dalam rumah tangga maupun dalam bisnis.
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik tersebut, maka pemerintah membangun pusat-pusat
pembangkit tenaga listrik. Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran
yang besarnya sebanding dengan panjang saluran. Penggunaan tingkat tegangan yang lebih
tinggi merupakan solusi dari permasalahan tersebut, tetapi jika tegangan ditingkatkan terus
menerus akan terjadi korona dan untuk mengurangi dampak lingkungan dari korona tersebut
dapat menggunakan konduktor berkas. Peningkatan jumlah kawat penghantar dalam suatu berkas
mengurangi efek korona dan mengurangi reaktansi, pengurangan reaktansi disebabkan oleh
kenaikan GMR dari konduktor. Peninggian tegangan pada saluran transmisi daya listrik dapat
mengurangi rugi-rugi daya, tetapi peninggian tegangan transmisi dapat menimbulkan korona
pada kawat transmisi. Salah satu cara untuk mengurangi efek korona yang dilakukan adalah
dengan menggunakan konduktor berkas pada saluran transmisi. Di samping mengurangi efek
korona, penghantar berkas dapat juga mengurangi reaktansi induktif saluran. Dari hasil
penelitian diperoleh hasil bahwa jarak antar sub konduktor berkas mempengaruhi besarnya GMR
konduktor berkas, dimana apabila jarak antar sub konduktor berkas semakin besar maka GMR
konduktor berkas akan semakin besar. Dengan semakin besarnya GMR konduktor berkas maka
reaktansi induktif pada saluran transmisi akan semakin besar. Dengan semakin besarnya
reaktansi induktif konduktor berkas maka rugi-rugi daya reaktif pada saluran transmisi akan
semakin besar.

Tenaga listrik yang dibangkitkan pada pusat-pusat pembangkit listrik (power plant)
seperti PLTA, PLTU, PLTG, dan PLTD lalu disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih
dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator step-up yang ada di pusat listrik. Saluran
transmisi tegangan tinggi mempunyai tegangan 70 kV, 150 kV, atau 500 kV. Saluran-saluran
transmisi membawa tenaga listrik dari pusat-pusat pembangkitan ke pusat-pusat beban melalui
saluran tegangan tinggi 150 kV atau melalui saluran transmisi tegangan ekstra tinggi 500 kV.
Jadi, transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit
tenaga listrik (Power Plant) hingga substation distribution sehingga dapat disalurkan sampai pada
konsumen pengguna listrik melalui suatu bahan konduktor. Saluran transmisi merupakan
komponen yang sangat penting dalam sebuah sistem tenaga listrik, karena saluran transmisi
merupakan penghubung antara pusat pembangkit dan beban. Sehingga saluran transmisi harus
dapat menjamin ketersediaan energi listrik secara kontinu pada setiap beban yang terhubung
dalam sebuah system. Karena permukaan tanah yang tidak selalu dalam kondisi datar dan
terkadang saluran transmisi harus melewati bukit-bukit, maka saluran transmisi saluran udara
lebih dipilih dibandingkan saluran bawah tanah. Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi
reaktansi dalam sebuah saluran transmisi dan rugi-rugi daya penyaluran yang besarnya
sebanding dengan panjang saluran. Penggunaan tingkat tegangan yang lebih tinggi merupakan
solusi dari permasalahan tersebut, tetapi jika tegangan ditingkatkan terus-menerus akan terjadi
korona dan untuk mengurangi dampak lingkungan dari korona tersebut dapat menggunakan
konduktor berkas (bundled conductor) yaitu penggunaan beberapa kawat konduktor pada setiap
fasa yang dipisahkan oleh spacer pada jarak tertentu. Peningkatan jumlah kawat penghantar
dalam suatu berkas mengurangi efek korona dan mengurangi reaktansi, pengurangan reaktansi
disebabkan oleh kenaikan GMR dari berkas. Salah satu cara untuk mengurangi efek korona yang
dilakukan adalah dengan menggunakan konduktor berkas pada saluran transmisi.

3. Analisis Pengaruh Konfigurasi Konduktor Berkas Terhadap Efisiensi, Regulasi


Tegangan, dan Korona Pada Saluran Transmisi Udara

(U. Susilo, I. T. Sukmadi, M.T. and S. Handoko, S.T., M.T., "ANALISIS PENGARUH KONFIGURASI KONDUKTOR BERKAS
TERHADAP EFISIENSI, REGULASI TEGANGAN DAN KORONA PADA SALURAN TRANSMISI UDARA," Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.)
Seperti judul nya paper ini membahas tentang pengaruh konduktor berkas terhadap
efisiensi, regulasi tegangan dan korona pada saluran transmisi udara. Sebelum itu, konduktor
berkas merupakan konduktor yang terdiri dari dua konduktor atau lebih yang dipakai sebagai
konduktor satu fasa. Keuntungan memakai konduktor ini adalah mengurangi reaktansi induktif
saluran sehingga tegangan dapat diturunkan, dan mengurangi gradient tegangan permukaan
konduktor yang dapat meningkatkan tegangan kritis korona dan mengurangi rugi-rugi daya
korona. Sedangkan kelemahan menggunakan konduktor ini adalah meningkatkan berat total
saluran, meningkatkan kapasitansi saluran, konstruksi isolator yang lebih rumit, dan
meningkatkan investasi awal. Diameter konduktor yang digunakan untuk analisis biasa
digunakan konduktor yang digunakan pada SUTET 500 kV ataupun SUTT 150 kV di Indonesia
antara lain: ACSR Hawk ( 21,78 mm), ACSR Dove (23,54mm), ACSR Gannet (25,76 mm) dan
ACSR Zebra (28,62mm).

Efisiensi Saluran Transmisi merupakan perbandingan antara daya yang diterima dengan
daya yang disalurkan. Berdasarkan hasil perhitungan pada jurnal didapatkan bahwa besarnya
efisiensi berbanding lurus dengan banyaknya kawat konduktor dan diameter nya yang lebar. Dan
sebaliknya berbanding terbalik dengan tahanan total. Penambahan jarak antar subkonduktor
memperkecil induktansi saluran tetapi tidak mempengaruhi tahanan saluran. Pengurangan lebar
diameter subkonduktor dapat dikompensasi dengan penambahan jumlah berkas sehingga
efisiensi tetap meningkat. Selanjutnya, pada perhitungan rugi korona semakin tinggi jumlah
berkas, jarak antar subkonduktor diperkecil, dan diameter diperbesar maka nilai rugi korona
semakin kecil. Pada perhitungan nilai Audible Noise (AN) yang ditimbulkan saluran transmisi
akan lebih kecil jika jumlah berkas diperbanyak, jarak subkonduktor diperkecil dan ukuran
konduktor diperbesar.untuk perhitungan nilai Radio Interference sendiri, Nilai RI yang
ditimbulkan menjadi lebih kecil jika jumlah berkas diperbanyak dan diameter subkonduktor
diperbesar tetapi jika jarak subkonduktor diperbesar akan meningkatkan nilai RI. Pada rugi
korona, AN, dan RI di sirkuit tunggal lebih rendah daripada sirkuit ganda begitu juga efisiensi
dan regulasi tegangan lebih kecil dibanding sirkuit ganda.

4. Perancangan Sistem Transmisi Daya Listrik Bertegangan 150 KV dan Berkapasitas 35


MVA di Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur

(Alius, H. S., Hariyanto, N., & SYAHRIAL, S. (2014). Perancangan Sistem Transmisi Daya Listrik
Bertegangan 150 KV dan Berkapasitas 35 MVA di Kabupaten Bulungan Kalimantan Timur. REKA
ELKOMIKA, 2(4).)

Pada paper ini, hal yang perlu diperhatikan adalah pengaruh dalam perancangan peralatan
tegangan tinggi yang akan digunakan dalam proses penyaluran energi listrik, yaitu kondisi
tanah tempat tower transmisi, jarak antara kawat-kawat (konduktor), pemilihan kawat
(konduktor) yang ekonomis, jumlah isolator, perhitungan tegangan tarik andongan lari
kawat yang dibentang, pentanahan kaki tower transmisi dan penentuan kawat pelindung
petir.
Isolator pada sistem transmisi ini berfungsi untuk penahan bagian konduktor terhadap
ground. Isolator terbuat dari bahan porselen yang gelas dan bahan isolasi sintetik. Jenis
isolator yang sering digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau gelas.
Ukuran dan tipe dari konduktor ditentukan oleh arus yang lewat melalui konduktor, karena
besar penampang konduktor berbanding lurus dengan kapasitas kuat arusnya.Semakin besar
kuat arus yang mengalir melalui saluran transmisi, maka semakin besar juga daya yang
mampu dikirim oleh saluran transmisi. Kuat arus per phasa pada perencanaan ini
berdasarkan pada rumus sebagai berikut (Chapman,1999).

5. Analisa Pembaangunan Saluran Transmisi 275 kV Antara GI Kiliranjao dan GI


Payakumbuh
I. B. Tamam, T. Koerniawan and M. N. Ichsan, "ANALISA PEMBANGUNAN SALURAN TRANSMISI 275 kV ANTARA GI
KILIRANJAO DAN GI PAYAKUMBUH," JURNAL ENERGI & KELISTRIKAN VOL. 9 NO. 1, Jakarta, 2017.

Berdasarkan kondisi saat ini kapasitas pasokan tenaga listrik beberapa tahun mendatang
tidak akan dapat memenuhi permintaan tenaga listrik di sejumlah wilayah di Indonesia. Studi
kelayakan lingkungan ini untuk memperoleh informasi yang akurat dalam mengantisipasi
permasalahan lingkungan yang timbul dan akan terjadi sebagai dampak dari pembangunan
transmisi T/L 275 kV ini, yang berguna bagi berbagai pihak. Berbagai wilayah yang mengalami
krisis listrik diperkirakan akan terus berlanjut. Namun ke depan khususnya di luar Jawa terdapat
sebagian kecil daerah yang krisis listriknya relatif akan mengalami perbaikan sekalipun belum
dapat pulih menjadi sistem yang handal dan mampu menyediakan listrik sepenuhnya termasuk
memenuhi pertumbuhan permintaan yang secara memadai. Ini jelas bahwa sumber dari tenaga
listrik tersebut tidak tersedia pada seluruh tempat, karena itu lokasi pembangkit dibangun pada
tempat yang benar-benar tersedia kebutuhankebutuhan untuk pembangkitan itu sendiri. Dan
melalui saluran transmisi inilah penyaluran tenaga listrik ini sampai pada konsumen. Adapun
komponen -komponen utama dari saluran transmisi terdiri dari menara transmisi atau tiang
transmisi beserta pondasinya, isolator -isolator, kawat penghantar (conductor), dan kawat tanah
(ground wire). Putaran mekanika kuantum dari satu partikel membentuk medan magnet dan
putaran itu dipengaruhi oleh dirinya sendiri seperti arus listrik; inilah yang menyebabkan medan
magnet dari ferromagnet "permanen". Sebuah medan magnet adalah medan vector, yaitu
berhubungan dengan setiap titik dalam ruang vektor yang dapat berubah menurut waktu. Arah
dari medan ini adalah seimbang dengan arah jarum kompas yang diletakkan di dalam medan
tersebut. Medan listrik adalah daerah di sekitar benda bermuatan listrik yang masih mengalami
gaya listrik. Karena gaya listrik mengikuti prinsip superposisi secara vektor, demikian juga yang
terjadi pada medan listrik. Hal ini berarti kuat medan listrik dari beberapa muatan titik adalah
jumlah vektor kuat medan listrik dari masing-masing muatan titik. Sehingga kuat medan listrik
dari beberapa muatan titik adalah jumlah vektor kuat medan listrik dari masingmasing muatan
titik. Suatu titik dikatakan berada dalam medan listrik apabila suatu benda yang bermuatan listrik
ditempatkan pada titik tersebut akan mengalami gaya listrik. Medan listrik yang diakibatkan oleh
awan merupakan dimana kondisi atmosfer bumi tertentu seperti suhu, tekanan udara dan
kelembaban yang tinggi akan menyebabkan awan badai terbentu. Medan listrik dan medan
magnet buatan manusia yaitu seperti pada kawat penghantar SUTT/SUTET yang bertegangan
akan timbul medan listrik, dan apabila pada kawat penghantar tersebut mengalir arus listrik maka
disamping medan listrik juga akan dibangkitkan medan magnet.

Anda mungkin juga menyukai