Anda di halaman 1dari 21

Analisa Perhitungan Andongan Kawat saluran Pada Jaringan

Transmisi 150 kV Jalur Tasikria-Tomohon

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh

I Komang Agus Indra Prayoga

17021103009

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisa Perhitungan Andongan Pada Jaringan Transmisi 70 kV Jalur Tasikria-
Tomohon”

Proposal ini di susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada program studi S1 Teknik Elektro di Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Elektro Universitas Sam Ratulangi Manado.

Dalam penyusunan proposal ini penulis menyadari bahwa masih banyak


kekurangan baik isi maupun susunannya. Semoga Proposal yang saya susun dapat
bermanfat bagi penulis maupun juga para pembaca.

Penulis

Manado, 2021
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang

1.2 Rumusan masalah

1.3 Tujuan penelitian

1.4 Batasan masalah

1.5 Manfaat penelitian

BAB II DASAR TEORI

2.1 Sistem Saluran Transmisi

2.2 Kawat Penghantar

2.3 Jenis Kawat Penghantar

2.4 Jarak Antar Penghantar

2.5 Jarak Antar Tiang (Span)

2.6 Tegangan Tarik Penghantar

2.7 Kedua Menara Tidak Sama Tinggi

2.8 Tekanan Angin

2.9 Jarak Bebas

2.10 Konstur Tanah


2.11 Pentanahan (Grounding)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Flowchart Penelitian

3.2 Penjelasan Alur Bagan Penelitian

3.3 Rumus- Rumus Yang Akan Digunakan

3.4 Estimasi Waktu Penelitian


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saluran transmisi adalah merupakan bagian dari sistem tenaga listrik untuk
menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat listrik ke gardu induk yang selanjutnya di-
distribusikan ke konsumen. Dalam penyaluran tenaga listrik dari pusat-pusat
pembangkit ke beban (konsumen), di mana jaraknya cukup jauh maka dilakukan
lewat saluran transmisi tegangan tinggi. Pada saluran transmisi 70 kV, Untuk lebih
mengoptimalkan hasil yang akan diperoleh dalam membangun suatu saluran
transmisi, di sini penulis mencoba membahas kriteria mekanis dalam perencanaan
saluran transmisi khususnya dalam Menghitung Andongan Kawat Saluran Transmisi
70 kV " serta beberapa aspek yang mendukungnya, seperti jarak antara penghantar,
kuat tarik penghantar dan keadaan geografis. Sehingga nantinya akan diperoleh hasil
yang lebih optimal untuk membangun saluran transmisi yang sesuai dengan kondisi
geografisnya guna memenuhi kebutuhan akan tenaga listrik yang semakin meningkat.

Pada daerah-daerah dimana permukaan bumi tidak rata, misalnya pada daerah
pegunungan. Andongan kawat dapat mendekati permukaan bumi pada bagian bagian
yang tidak sama tinggi antara dua menara. Oleh sebab itu di perlukan perhitungan
yang optimal agar pada pemasangan kawat pada suatu rentangan diperoleh andongan
dengan jarak bebas dari permukaan bumi.

Kawat penghantar yang di pasang antara dua menarat transmisi, tidak akan
membentuk suatu garis lurus (horizontal), melainknan akan membentuk suatu
lengkungan atau andongan (zag). Andongan (zag) merupakan jarak lenturan dari suati
bentangan kawat penghantar antara dua tiang penyangga, yang di perhitungkan
berdasarkan garis lurus (horizontal) kedua tiang tersebut.

Salah satu saluran transmisi yang berada di sisitem Minahasa adalah saluran
transmisi 70 kV dari Gardu Induk Tasikria ke Gardu Induk Tomohon dengan panjang
jaringan 26.040 km. Saluran transmisi jalur Tasikria-Tomohon yang melewati daerah-
daerah dataran tinggi salah satunya yang berada di desa Ranowangko dimana dua
buah tower/ menara dari bukit satu ke bukit lainnya . Untuk panjangnya diperkirakan
mencapai 340 m sehingga akan membentuk lengkungan atau andongan (zag).

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan, dapat dirumuskan adanya


permasalahan mengenai andongan pada saluran transmisi 70 kV akibat tekanan angin.
Dikarenakan konstur tanah yang tidak rata atau daerah dataran tinggi mengakibatkan
jalur trasnmisi harus bisa menyesuaikan dengan kondisi sekitar. Untuk dapat
menjawab permasalahan yang ada, penelitian ini diarahkan untuk mencapai sejumlah
tujuan..

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menghitung andongan pada kedua menara tidak sama tinggi

2. Menghitung tegangan tarik penghantar akibat pengaruh tekanan angin

3. Menghitung jarak antar kawat penghantar

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah yang ada pada penelitian skripsi ini untuk menganalisa kuat
tarik kawat penghantar dari dua menara yang tidak sama tinggi akibat tekanan angin
dan kodisi tanah yang berada di dataran tinggi. Salah satunya di Gardu Induk Tasikria
jalur Tasikria-Tomohon.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian skripsi ini adalah:

1. Bisa untuk memperdalam pengetahuan tentang perhitungan andongan


2. Memberikan motifasi kepada pihak-pihak tertentu agar tidak lepas dari
standard yang digunakan
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sistem Saluran Transmisi

Secara umum, saluran transmisi merupakan bagian dari sistem pembangkit.


Dimana digunakan sebagai salah satu media untuk penyaluran energi listrik dalam
jumlah besar dalam tegangan tinggi transmisi dari pembangkit ke pusat-pusat beban/
gardu induk. Dalam perencanaan saluran transmisi perlu di perhatikan beberapa hal,
antara lain: kebutuhan aliran daya, stabilitas sistem, pemilihan level tegangan, dan
aliran daya reaktif, pemilihan jenis konduktor, masalah korona, pengaruh medan
elektrokmagnetik, tegangan lebih, sistem isolasi, peralatan switching dan peralatan
proteksinya.

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembangunan sebuah menara


untuk saluran transmisi adalah : lokasi jalur transmisi, lokasi tapak penyangga
menara/tower, pembesanan tanah tapak tower dan tanam tumbuh (row).,
profile/permukaan tanah sepanjang jalur, kondisi tanah dan keadaan geografisnya.

Tenaga listrik dapat di bangkitkan denga mudah dan ekonomis hanya pada
tempat-tempat dimana sumber dari pembangkit tenaga seperti batubara dan air
tersedia. Ini jelas bahwa sumber dari tenaga listrik tersebut tidak tersedia pada saluran
tempat. Karena itu lokasi pembangkit di bangun pada tempat yang benar-benar
tersedia kebutuhan-kebutuhan untuk pembangkit itu sendiri. Dan melalui saluran
transmisi inilah penyaluran tenaga listrik bisa sampai pada konsumen. Adapun
komponen utama yang ada pada saluran transmisi itu sendiri adalah:

1. Menara transmisi atau tiang transmisi beserta pondasinya,

2. Isolator,

3. Kawat penghantar (conductor),

4. Kawat tanah (ground wire).


Dalam transmisi terdiri dari seperangkat konduktor yang membawa energi listrik dan
mentransmisikan dari pusat pembangkit ke gardu induk primer. Konduktor dari
saluran transmisi tersebut digantungkan pada isolator yang dikaitkan dengan menara.
Gambar 2.1 dan 2.2 menunjukan sketsa dari saluran transmisi.Gambar 2.1
memperlihatkan bagian dari menara yang membawa tiga bagian dari konduktor (3)
tiga phasa R, S dan T, ini disebut rangkaian tunggal. Gambar 2.2 menunjukkan
menara yang membawa 6 (enam) konduktor. Keenam konduktor ini tersusun diatas
dua rangkaian yang terpisah, masing-masing kawat dengan phasa R, S dan T. Tipe
yang ditunjukkan pada Gambar 2.2 disebut dengan saluran transmisi rangkaian
ganda.

Gambar 2.1 Saluran transmisi rangkaian tunggal


Gambar 2.2 Saluran Transmisi rangkaian ganda

2.2 Kawat Penghantar

Kawat penghantar adalah kawat untuk menghantarkan arus listrik dan


mempunyai sifat-sifat daya hantar listrik yang baik da tahan panas serta mempunyai
daya mekanis yang baik.

Kawat penghantar merupakan salah satu komponen utama saluran udara


khususnyauntuk saluran transmisi.

2.3 Jenis Kawat Penghantar

Jenis kawat penghantar yang biasa di gunakan pada saluran transmisi adalah
kawat tembaga dengan konduktivitas 100% (CU 100%), kawat tembaga yang
konduktivitasnya 97,5% atau kawat alumunium dengan konduktivitasnya 61% (AL
61%). Kawat penghantar alumunium terdiri dari beberapa jenis dengan lambing
sebagai berikut:

 AAC = “ All- Alumunium Conductor “, yaitu kawat penghantar


yang seluruhnya terbuat dari alumunium.
 AAAC = “ All-Alumunium Alloy Conductor “, yaitu kawat penghantar
yang seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.
 ACSR = “ Almunium Conductor Steel Reinforced “, yaitu kawat
penghantar alumunium berinti kawat baja.
 ACAR = “ Alumunium Conductor Alloy Reinforced “, yaitu kawat
penghantar alumunium yang di perkuat dengan logam campuran.

2.4 Jarak Antar Penghantar

Dalam saluran transmisi, jarak antar penghantar harus di perhitungkan dengan


kemungkinan penghantar saling mendekat terutama di tengah rentangan dimana
andongan maksimum. Lompatan api tidak boleh terjadi bila penghantar saling
mendekat. Untuk itu harus ditentukan jarak minimal antar kawat sehingga terhindar
dari kemungkinan adanya loncata api.

Karena andongan kawat tergantung dari beberapa factor misalnya akuran dan
jenis penghantar, rentangan, cuaca dan lain sebagainya, maka sulit diadakan standar
untuk jarak tersebut. Untuk jarak antar Fasa SUTT 70 kV = 3 meter. Hal ini karena
untuk menghindari terjadinya efek ayunan yang dapat menimbulkan flashover antar
fasa.

2.5 Jarak Antar Tiang (Span)

Penentuan jarak antar tiang (span) sangan penting dalam perencanaan saluran
transmisi secara keseluruhan. Oleh sebab itu hal ini harus ditetapkan ditinjau dari segi
tegangan, konstruksi penghantar, tinggi menara transmisi, keadaan udara serta
keadaan tanah.

2.6 Tegangan Tarik Penghantar

Penghantar yang digunakan harus cukup aman dalam menyalurkan tenaga


listrik. Untuk itu daya kerja maksimum pada kawat harus ditambah kan dengan factor
keamanan untuk kawat tembaga tarikan keras (hard drawn) serta kawat-kawat
lainnya. Bila tarika sehari-hari pada kawat besar, maka penghantar mudah mejadi
letih karena getaran. Hal ini perlu diperhatikan dalam mempertimbangkan besarnya
kekuatan kerja maksimum.

Apabila tegangan kerja maksimum telah ditetapkan, maka andongan dan


tegangan tarik kawat dalam berbagai kondisi dapat dihitung.

2.7 Kedua Menara Tidak Sama Tinggi

Bila kedua menara tidak sama tinggi, maka andongan yang di hitung adalah
jarak antar garis yang di tarik diantara kedua ujung menara. Karena cukup besar
pergeseran titik terendah ke titik singgung N pada gambar 2.3 dapat diabaiakn dan
andongan (D) dapat di tentukan dengan menggunakan rumus.

Gambar 2.3 Kedua menara tidak sama tinggi

2.8 Tekanan Angin

Dalam perencanaan transmisi cenderung dipakai tegangan yang lebih dengan


pemakaian penghantar yang memiliki diameter lebih kecil sehingga tekanan angina
pada kawat penghantar dapat di kurangi, karena tekanan angina ini dapat
mempengarui tegangan dan andonagn kawat.

Untuk perencanaan nilai factor keefektifan angina (a) diambil 0,6 untuk
kecepatan angina sekitar 30 m/det. Dalam penerapan di Indonesia perlu diadakan
koreksi terhadap nilai yang di peroleh bila digunakan nilai factor keefektifan angina =
0,6 karena kecepatan angin rata-rata di Indonesia adalah 20 m/det.

2.9 Jarak bebas

Untuk mendapatkan jarak bebas yang baik antara penghantar dengan


permukaan bumi. Pada daerah-daerah dengan permukaan bumi yang tidak rata,
misalnya daerah pegununggan, bisa terjadi bahwa jarak antar lengkungan penghantar
terlalu dekat dengan permukaan bumi.

Tabel 2.1 Jarak besas pada saluran transmisi


Bukan hanya jarak bebas penghantar terhadap permukaan bumi, namun juga jarak
bebas terhadap lingkungan sekitar, misalkan pepohonan, rumput liar yang bisa
merambat pada menara saluran transmisi.

2.10 Konstur tanah

Pada daerah-daerah tertentu tidak semua memiliki konstur tanah yang rata,
misalnya pada daerah pegunungan. Dilihat dari beberapa tempat yang memiliki
daerah pegunungan, dimana pada saat penempatan atau penentuan jalur untuk menara
transmisi, ini merupakan salah satu hal paling penting agar jarak lengkunagn atau
andongan tidak terlalu dekat dengan permukaan bumi.

2.11 Pentanahan (Grounding)

Dalam dunia listrik tidak terlepas dari keamana baik itu keamanan peralatan-
peralatan listrik maupun manusia yang berada di sekitarnya. Saluran transmisi
merupakan bagian yang sering mendapat gngguan, gangguan-gangguan tersebut
selain gangguann dari dalam atau pada peralatan itu sendiri juga terdapat gangguan
dari luar atau gangguan alam (salah satunya gangguan sambaran petir ) ter hadap
saluran transmisi karena saluran transmisi berhubungan langsung dengan lingkungan
luar yang melalui udara , panjang,tinggi dan tersebar di berbagai daerah terbuka serta
beroperasi dalam segala macam kondisi
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Flowchart Program


MULAI

Pengumpulan data dari buku-buku pedoman


perhitungan andongan kawat saluran, jurnal serta
referensi lainya dari engineer di PT.PLN sebagai
bahan tolak ukur

Pengambilan data di GI Tasikria

 Data spesifikasi menara transmisi


 Data teknis kabel
 Data tekanan angina
 Data spesifikasi andongan

Data Lengkap ?

Parameter perhitungan yaitu Kesimpulan


 Menghitung tegangan tarik
penghantar
 Menghitung jarak antar kawat Selesai
 Menghitung andongan pada
menara tidak sama tinggi
3.2 Penjelasan Bagan Alur Penelitian

1. Memulai Penelitian
2. Mengumpulkan data-data dari buku-buku, jurnal, serta referensi dari engineer
di GI Tasikria
3. Pengambilan data-data yang diperlukan, seperti diantaranya:
 Data spesifikasi menara transmisi
 Data teknis kabel
 Data tekanan angin
 Data spesifiksi andongan saluran transmisi
4. Parameter perhitungan yang akan digunakan
 Menghitung tegangan tarik penghantar
 Menghitung jarak antar kawat
 Menghitung andongan pada kedua menara tidak sama tinggi
5. Melalukan pengelompokan data pengolahan data yang diperoleh, berdaarkan
hal ini ditinjau kembali terhadap sumber data literature atau referensi yang
diambil dan dignakan

6. Setelah melakukan penulisan tugas akhir telah dianggap seleai dan memenuhi
persyaratan serta dan telah di setujui oleh dosen pembimbing yang bersangkutan

7. Selesai

3.3 Rumus-rumus yang akan digunakan

3.3.1 Jarak Antar Penghantar

Jarak antar kawat atau konduktor di pengaruhi oleh beberapa hal,


terutama hal-hal mekanis dari kawat konduktor. Untuk itu harus ditentukan
jarak minimal antar kawat sehingga terhindar dari kemungkinan adanya
loncatan api.
Ada beberapa rumus empiris yang digunakan untuk menghitung jarak
minimum antar kawat konduktor yang telah berhasil dalam pengujia, salah
satu di antaranya adalah perhitungan menurut Mecomb’s formula. Rumusnya
sebagai berikut:

D
a=0,3048 V +4,010 √ S cm
W

Perhitungan menurut VDE (Verbandes Deutscher Electrotechnischer) adalah


sebagai berikut:

V2
a=7,5 √5+ cm
200

Metode perhitungan menurut Swedish formula adalah sebagai berikut

a=6,5 √ S+ V cm

Metode perhitungan menurut French formula adalah sebagai berikut

V
a=8 √ S + L+ cm
1,5

Dimana

a = jarak antar kawat dalam cm

V = tegangan dalam kV

S = andongan dalam cm

L = panjang rentang isolator dalam cm

D = diameter konduktor dalam cm

w = berat konduktor dalam kg/m


3.3.2 Jarak bebas

Pengertian clearance sebenarnya meliputi clearance secara vertical


dan horizontal. Clearance secara horizontal berhubungan dengan jarak bebas
terhadap kaki-kaki menara. Sedangkan clearance secara vertical adalah jarak
bebas terhadap kawat konduktor terendah. Dalam tugas akhir ini clearance
yang dimaksud adalah clearance secara vertikal. Tinggi kawat minimum
diatas tanah menuru Safety Code Formula adalah:

h=20 ft + ( KV −50 ) 0,5+0,75 (d max −d kerja )inchi

Dimana

kV = tegangan

d max = andongan pada suhu maksimum

d kerja = andongan pada suhu kerja

Sedangkan niali clearance menurut IER adalah

(KV −33)
h=5,182+[0,305 × ]m
33

3.3.3 Tegangan Tarik Penghantar

Apabila tegangan kerja maksimum telah di tetapkan, maka andongan dan


tegangan tarik kawat dalam berbagai kondisi dapat dihitung. Untuk kawat yang
membentuk lengkungan parabolis andongan dan tarikan adalah:

Untuk mencari tegangan tarik kawat dipergunakan rumus-rumus:

f22{ f12 +¿K −a . tE ) } = M

Dimana
f1 = Tegangan kerja kawat penghantar [kg¿ mm2]

T = Suhu maksimum pada andongan tertentu [¿o C]

E = Koefisien elastisitas penghantar [kg¿ mm2]

α = Koefisien pemulaan linier [¿o C]

K = Koefisien tegangan tarik [kg¿ mm2]

M = Tegangan tarik kawat [kg¿ mm2]

Untuk mencari andongan (D) di pergunakan rumus :

δq 2 S2
D=
8f2

Dimana

D = Andongan [m]

δ = Berat konduktor perluas penampang [kg¿ mm2]

q2 = 1,37 untuk ketegangan maksimum

q2 = 1 untuk menghitung andongan

S = Rentangan [m]

Untuk mencari koefisien tegangan tarik kawat (K) dipergunakan rumus:

K = f 1¿ ¿

Sehingga berdasarkan rumus-rumus diatas didapat rumus untuk mencari tegangan


tarik kawat (M) yaitu:

M = ¿¿

Untuk mencari berat konduktor perluas penampang(δ)


W
δ=
A

Dimana

W = Berat penghantar persatuan panjang [kg¿ mm2]

A = Luas penampang penghantar [mm2]

Untuk mencari tegangan kerja kawat penghantar ( f 1) dipergunakan rumus:

T
f1 =
A

3.3.4 Rumus

3.4 Estimasi Waktu Penelitian

Waktu (Bulan)
No JenisKegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Studi Literature            
2 Pembuatan Proposal            
3 Seminar Proposal            
4 MelakukanPenelitian            
5 Analisa Data Penelitian            
6 PenyelesaianTugasAkhir            
7 Seminar Skripsi            
Daftar Pustaka

 T, Gonen,. Electric Power Transmission System Engineering: Analysis and


Design. California State University Sacramento: A Wiley- Interscience
publication, California,1988
 Artono, Arismunandar Teknik Tegangan Tinggi, Penerbit Pradaya Paramita,
Jakarta, 1990
 Sumarsono, Heru. (2009). Analisa Perhitungan Jarak Antar Kawat dan
Clearance Saluran Transmisi Udara. Jurnal Teknik Elektro Undip.
 Harmain, Sahid. (2007). Menghitung Andongan Kawat Penghantar Pada
Saluran Transmisi 150 kV. Jurnal Teknik Elektro. Universitar Mercu Buana
 Abdul, Halim. (2019). Menghitung Andongan Kawat Saluran Transmisi 150
kV. Jurnal Teknik Elektro. Fakultas Teknik UISU

Anda mungkin juga menyukai