Anda di halaman 1dari 15

MODUL : DASAR LISTRIK & ELEKTRONIKA

MODUL : BAB
PENERAPAN SISTEM
RADIO DAN TELEVISI 3

Modul Dasar Listrik & Elektronika Kelas X 1


Oleh: Hengraini Eka Putri, S. Pd
MATERI POKOK 3
SALURAN TRANSMISI DAN ANTENA GELOMBANG RADIO

I. Kompetensi Dasar

3.3 Menjelaskan saluran transmisi dan antenna gelombang radio.


4.3 Mengukur parameter fisik dan listrik saluran transmisi dan antena radio.

II. Indikator Pencapaian Kompetensi

3.3.1 Mengidentifikasi saluran transmisi dan antena gelombang radio.


3.3.2 Menjelaskan saluran transmisi dan antena gelombang radio.
4.3.1 Mempersiapkan peralatan transmisi dan antena radio.
4.3.2 Menggunakan elektronika peralatan transmisi dan antena radio.
4.3.3 Mengukur parameter fisik dan listrik saluran transmisi dan antena radio.

III. Uraian Materi

Saluran transmisi adalah penghantar, baik berupa konduktor ataupun isolator


(dielektrika), yang digunakan untuk menghubungkan suatu pembangkit sinyal,
disebut juga sumber, dengan sebuah penerima/pemakai atau disebut juga beban.
Karena sinyal elektrik merambat "hanya" dengan kecepatan cahaya, maka sinyal
elektrik juga memerlukan suatu waktu tempuh tertentu untuk merambat dari suatu
tempat, misalnya beban.
Dalam sistem transmisi data, saluran transmisi adalah jalur fisik antara
pemancar dan penerima. Baik sinyal analog maupun digital dapat dipancarkan
melalui saluran transmisi yang sesuai. Seiring dengan perkembangan teknologi
khususnya bidang telekomunikasi yang begitu pesat, semakin banyak pilihan yang
ditawarkan. Tentu saja sesuai dengan kebutuhan, saluran transmisi digunakan pada
setiap bidang kelistrikan karena merupakan bagian yang mendasar untuk
menyampaikan data ke tujuan yang diinginkan.
Gambar 3.1 Skema Radio Transmisi

A. SISTEM TRANSMISI RADIO


Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima
informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di
antara keduanya. Jika jarak antara sumber informasi dengan penerima informasi
dekat, maka sistem transmisi yang dipakai cukup melalui udara. Namun bila
jarak keduanya jauh dan sangat jauh, maka dibutuhkan suatu sistem transmisi
yang lebih kompleks. Sistem transmisi itu dapat terdiri atas satu atau lebih media
transmisi. Media yang digunakan dalam sistem ini dapat berupa media fisik
(kabel) maupun non fisik (nirkabel). Media transmisi fisik merupakan media
transmisi yang mempunyai bentuk fisik. Media fisik ini umumnya nggunakan
kabel, bumbung gelombang atau serat optik, sedangkan media non fisik berupa
udara atau ruang bebas (free space). Saluran transmisi merupakan suatu
komponen yang sangat penting dalam sistem transmisi baik sistem kabel
maupun nirkabel. Pada sistem transmisi nirkabel, saluran transmisi digunakan
untuk menghubungkan pemancar dengan antena pemancar dan penerima dengan
antena penerima.
1. Jenis Media Saluran Transmisi
Walaupun secara umum media saluran transmisi yang digunakan pada
frekuensi tinggi maupun gelombang mikro (microwaves) dapat berupa
sepasang penghantar atau sebuah penghantar berongga, namun dalam
aplikasinya dapat kita bedakan dalam empat kategori, yaitu:
a. Saluran transmisi dua kawat sejajar (two-wire transmission line)
b. Saluran transmisi koaksial (coaxial transmission line)
c. Microstrip dan stripline
d. Bumbung gelombang (waveguides)
Saluran transmisi two-wire hanya cocok dipakai pada daerah frekuensi
terendah dari spektrum frekuensi radio sebab pada frekuensi yang lebih tinggi
saluran transmisi jenis ini memiliki redaman yang sangat besar. Untuk
memperbaiki keterbatasan saluran two-wire ini maka pada frekuensi yang
lebih tinggi, penggunaan sepasang penghantar sejajar digantikan oleh
sepasang penghantar yang disusun dalam satu sumbu yang sama, disebut
"coaxial". Dengan saluran ini redaman yang dialami medan elektromagnetik
dapat dikurangi. Pada daerah frekuensi yang lebih tinggi lagi (gelombang
mikro), saluran coaxial tidak cocok dipakai karena gelombang
elektromagnetik merambat dalam bentuk radiasi menembus bahan dielektrik
saluran sehingga redamannya semakin besar.
Untuk itu, digunakan suatu saluran berupa penghantar berongga yang
disebut bumbung gelombang. Sedangkan untuk menghubungkan jarak yang
dekat, pada frekuensi ini biasanya digunakan saluran transmisi yang disebut
stripline dan microwaves. Berdasarkan konstruksi fisik, saluran transmisi
dapat dibedakan menjadi yaitu:
a. Two-wire (Twin Lead)
Merupakan saluran dua kawat yang terdiri dari sepasang penghantar
sejajar yang dipisahkan oleh bahan dielektrik jenis polythylene. Saluran
ini biasanya mempunyai impedansi karakteristik 300 Ω sampai 600 Ω dan
banyak dipakai untuk menghubungkan penerima pesawat televisi dengan
antena penerima pada daerah Very High Frequency (VHF). Struktur
fisiknya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini. Garis putus-putus pada
gambar tersebut menunjukkan medan magnet yang timbul di sekeliling
induktor, sedangkan garis yang tidak putus-putus menunjukkan medan
listrik.

Gambar 3.2 Two-wire

b. Coaxial Line
Merupakan saluran tidak seimbang (unbalanced line), di mana salah
satu kawat penghantarnya digunakan sebagai pelindung bagi kawat
penghantar yang lain dalam satu sumbu yang sama. Kedua kawat
penghantarnya dipisahkan oleh bahan dielektrik Polyethelyne atau teflon.
Saluran transmisi ini paling banyak digunakan untuk mengirimkan
energi dengan frekuensi radio (RF), baik dalam sistem pemancar maupun
penerima.
Impedansi karakteristiknya beragam, mulai dari 50 Ωsampai 75 Ω.
Struktur fisik dan pola medannya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini
di mana garis putus-putus menunjukkan medan magnet, sedangkan garis
yang tidak putus-putus menunjukkan medan listrik.

Gambar 3.3 Kabel Coaxial

c. Balanced Shielded Wire


Merupakan perpaduan dari saluran two wire line dan coaxial, di
mana kedua kawat penghantarnya saling sejajar, namun untuk mengurangi
rugi-rugi radiasi digunakan pelindung (shielded) dari jalinan serat logam
seperti pada saluran coaxial. Kabel ini mempunyai karakteristik yang lebih
baik dibandingkan kabel two-wire.
d. Microstrip dan Stripline
Merupakan saluran transmisi yang bentuk fisiknya berupa kabel
yang bersifat kaku. Saluran transmisi jenis ini biasanya digunakan untuk
bekerja pada daerah frekuensi gelombang mikro (orde GHz) dan
digunakan untuk menghubungkan peranti elektronik yang berjarak dekat.
Saluran microstrip biasanya dibuat dalam bentuk Primed Cabling Board
(PCB) dengan bahan khusus yang mempunyai rugi-rugi rendah pada
frekuensi gelombang mikro.
e. Bumbung gelombang (Waveguides)
Bumbung gelombang (waveguides) merupakan saluran tanggal yang
berfungsi untuk menghantarkan gelombang elektromagnetik (microwave)
dengan frekuensi 300 MHz - 300 GHz. Dalam kenyataannya, waveguide
merupakan media transmisi yang berfungsi memandu gelombang pada
arah tertentu. Pada frekuensi yang sangat tinggi, di atas 1 GHz, saluran
transmisi tidak efektif lagi sebagai media transmisi gelombang
elektromagnetik, karena pada frekuensi tersebut efek radiasi dari redaman
saluran sudah terlalu besar.
Impedansi karakteristik dan mode perambatan gelombang pada
saluran jenis ini berbeda dengan jenis sebelumnya. Salah satu aplikasi dari
bumbung gelombang ini adalah serat optik. Walaupun kondisinya
berbentuk kabel, namun serat optik merupakan saluran transmisi jenis
“bumbung gelombang” dalam hal ini, bumbung berpenampang lingkaran
(circular waveguide). Aplikasi yang lainnya yaitu sebagai pengumpan
(feeder) pada antena parabola. Adapun gambar bumbung gelombang
seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.4 (a) Rectangular Waveguide dan (b) Circular Waveguide

2. Karakteristik Saluran Transmisi


Ketika hubungan antara sumber sinyal dengan beban sedang
berlangsung, maka sinyalakan merambat pada pasangan kawat penghantar
saluran transmisi menuju ke ujung yang lain dengan kecepatan tertentu.
Semakin panjang saluran transmisi, maka waktu tempuh dari rambatan sinyal
itu akan semakin lama. Arus yang mengalir di sepanjang saluran akan
membangkitkan suatu medan magnet yang menyelimuti kawat penghantar
dan ada kalanya saling berimpit dengan medan magnet lain yang berasal dari
kawat penghantar lain di sekitarnya. Medan magnet yang dibangkitkan oleh
kawat penghantar berarus listrik, merupakan suatu timbunan energi yang
tersimpan dalam kawat penghantar tersebut sehingga dapat dianggap bahwa
kawat penghantar bersifat induktif atau memiliki induktansi.
Tegangan yang ada di antara dua kawat penghantar akan
membangkitkan medan listrik. Medan listrik ini juga merupakan timbunan
energi yang mungkin juga saling berimpit dengan medan listrik lain di
sekitarnya, sehingga akan timbul kapasitansi di antara dua kawat penghantar.
Untuk saluran yang panjang, induktansi dan kapasitansi itu akan menyebar
secara merata pada sepanjang saluran dan besarnya tergantung pada frekuensi
sinyal atau gelombang yang merambat di dalamnya.
Setiap jenis saluran transmisi dua kawat juga mempunyai suatu nilai
konduktansi yakni nilai yang merepresentasikan kemungkinan banyaknya
elektron yang mengalir (arus) melewati atau menembus bahan dielektrik
saluran. Jika saluran dianggap seragam (uniform), di mana semua nilai
besaran-besaran tersebut sama di sepanjang saluran, maka potongan kecil
saluran dapat dianggap merepresentasikan panjang keseluruhan.

3. Impendansi Karakteristik
Gelombang yang merambat pada saluran transmisi yang panjangnya tak
berhingga, tidak akan memengaruhi apa yang ada di ujung saluran.
Perbandingan antara tegangan dan arus di ujung masukan saluran
sesungguhnya dapat dianggap sama dengan perbandingan antara tegangan
dan arus setelah mencapai ujung lainnya. Dapat diartikan bahwa arus dan
tegangan di antara kedua kawat penghantar saluran itu memandang saluran
transmisi sebagai suatu impedansi. Impedansi inilah yang disebut “Impedansi
Karakteristik (Zo)”.
𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑓𝑜𝑤𝑎𝑟𝑑
𝑧𝑜 =
𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑓𝑜𝑤𝑎𝑟𝑑

Jadi dapat dikatakan bahwa impedansi karakteristik adalah impedansi


yang diukur di ujung saluran transmisi yang panjangnya tak berhingga. Bila
daya dirambatkan pada saluran transmisi dengan panjang tak berhingga, maka
daya itu akan diserap seluruhnya di sepanjang saluran sebagai akibat
bocornya arus pada kapasitansi antar penghantar dan hilangnya tegangan
pada induktansi saluran.

Gambar 3.5 Pengukuran Impedansi Karakteristik

Pada Gambar di atas, diperlihatkan bahwa impedansi yang dipandang


pada titik 1’-2’ ke 1-2 berhingga) ke arah kanan adalah sebesar Zo juga.
Tetapi dengan tingkat tegangan dan arus yang lebih kecil dibandingkan
dengan tegangan pada titik 1-2. Sehingga bila impedansi pada titik 1’-2’
digantikan dengan impedansi beban sebesar Zo, maka impedansi di titik 1-2
akan sebesar Zo juga.
Impedansi karakteristik saluran tanpa rugi-rugi (losses-line) dapat
dituliskan sebagai berikut:
𝕃
𝑧𝑜 = √ {[Ω]Ι𝑚}

Dimana:
L = induktansi total kedua kawat penghantar sepanjang saluran (Henry)
C = kapasitansi antar kedua kawat penghantar dalutan sepanjang (Farad)

Besar impedansi karakteristik suatu saluran transmisi maupun


bumbung gelombang berbeda-beda dan nilainya ditentukan oleh ukuran fisik
penampang dan bahan dielektrik yang digunakan sebagai isolator.

4. Gelombang Elektromagnetik dalam Saluran Transmisi


Ketika pengiriman sinyal melalui suatu saluran, maka medan-medan
(listrik dan magnet) yang dikirimkan dari sumber sampai ke beban dan setelah
sampai di beban, energi yang tersimpan dalam medan-medan tersebut diubah
menjadi energi yang diinginkan, di mana medan-medan ini dikenal sebagai
medan elektromagnetik. Perambatan energi listrik di sepanjang saluran
transmisi adalah bentuk medan elektromagnetik transversal yaitu gelombang
yang arah perambatannya tegak lurus terhadap perpindahannya.
Ada tiga tipe perambatan yang dikenal pada saluran transmisi maupun
bumbung gelombang, yaitu tipe TEM (Transverse Electric Magnetic), TE
(Transverse Electric) dan TM (Transverse Magnetic), biasanya tipe TEM
yang terjadi pada saluran transmisi, sedangkan tipe TE dan TM umumnya
terjadi pada bumbung gelombang (waveguides). Daerah atau bagian dari
saluran transmisi yang paling padat diselimuti oleh medan elektromagnetik
adalah bagian di antara kedua kawat penghantarnya, yang biasanya diisi oleh
suatu bahan isolator. Parameter yang penting dari bahan isolator adalah
konstanta dielektrik (k). Harga konstanta dielektrik ini merupakan harga
relatif terhadap konstanta dielektrik dari ruang hampa. Ada dua hal penting
yang memengaruhi suatu gelombang, yaitu:
a. Kecepatan Rambat Gelombang
Gelombang yang merambat di sepanjang saluran transmisi bisa
memiliki kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada jenis dan
karakteristik propagasi saluran tersebut. Kecepatan merambat medan
elektromagnetik di sepanjang saluran transmisi juga ditentukan oleh
besarnya konstanta dielektrik dari isolator kawat penghantarnya. Semakin
besar harga k, maka kecepatan merambat akan semakin pelan. Hubungan
antara konstanta dielektrik dengan kecepatan rambat gelombang dapat
dituliskan sebagai:
3 × 108
𝑣=
√𝑘
Dimana:
k = konstanta dielektrik bahan isolator

Harga konstanta dielektrik bahan isolator yang harganya adalah


relatif terhadap konstanta dielektrik udara (ruang hampa), sehingga tidak
memiliki satuan. Konstanta dielektrik beberapa bahan isolator ditampilkan
pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1 Konstanta Dielektrik dan Kecepatan Rambat Gelombang
Elektromagnetik pada Bahan Isolator
Konstanta Dielektrik Kecepatan Rambat
Material
(k) (v) [m/detik]
Ruang hampa 1.000 300 x 106
Udara 1.006 299.2 x 106
Teflon 2.100 207 x 106
PVC 3.300 165 x 106
Nylon 4.900 136 x 106
Polystryrene 2.500 190 x 106

Untuk saluran transmisi tanpa rugi-rugi (losses line), kecepatan


rambat gelombang dalam saluran dapat dituliskan sebagai:

𝑣=
√𝐿𝐶
Dimana:
t = Panjang potongan saluran (meter)
L = Induktansi total kedua kawat penghantar saluran sepanjang ℓ (Henry)
C =Kapasitansi antar kedua kawat penghantar sepanjang saluran ℓ
(Farad)

b. Panjang Gelombang
Panjang gelombang didefinisikan sebagai jarak di mana tersebut
bergeser atau berjalan sejauh satu siklus (identik dengan perubahan sudut
21). Bila suatu sinyal frekuensi tinggi merambat pada suatu saluran
transmisi, maka panjang gelombang sinyal tersebut di dalam saluran akan
bergantung pada harga konstanta dielektrik (k) dari bahan isolator tersebut
menurut hubungan:
𝑐
𝜆= (𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)
𝑓√𝑘
Dimana:
c = kecepatan rambat gelombang elektromagnetik pada ruang hampa (3
x 108 m/detik)
f = Frekuensi gelombang tersebut (Hz)
k = Konstanta dielektrik

5. Antena Gelombang Radio


Antena adalah salah satu elemen penting yang harus ada pada sebuah
teleskop radio, TV, radar, dan semua alat komunikasi nirkabel lainnya.
Sebuah antena adalah bagian vital dari suatu pemancar atau penerima yang
berfungsi untuk menyalurkan sinyal radio ke udara. Bentuk antena bermacam
macam sesuai dengan desain, pola penyebaran dan frekuensi dan gain.
Panjang antena secara efektif adalah panjang gelombang frekuensi radio yang
dipancarkannya. Antena dipol setengah gelombang adalah sangat populer
karena mudah dibuat dan mampu memancarkan gelombang radio secara
efektif.
a. Fungsi Antena
Fungsi antena adalah untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal
elektromagnetik, lalu meradiasikannya (pelepasan energi elektromagnetik
ke udara/ruang bebas). Dan sebaliknya, antena juga dapat berfungsi untuk
menerima sinyal elektromagnetik (penerima energi elektromagnetik dari
ruang bebas) dan mengubahnya menjadi sinyal listrik. Pada radar atau
sistem komunikasi satelit, sering dijumpai sebuah antena yang melakukan
kedua fungsi (peradiasi dan penerima) sekaligus. Namun, pada sebuah
teleskop radio, antena hanya menjalankan fungsi penerima saja.
b. Karakter Antena
Ada beberapa karakter penting antena yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih jenis antena untuk suatu aplikasi (termasuk untuk
digunakan pada sebuah teleskop radio), yaitu pola radiasi, direktivitas,
gain, dan polarisasi. Karakter karakterini umumnya sama pada sebuah
antena, baik ketika antena tersebut menjadi peradiasi atau menjadi
penerima, untuk suatu frekuensi, polarisasi, dan bidang irisan tertentu.
c. Pola Radiasi
Pola radiasi antena adalah plot 13-dimensi distribusi sinyal yang
dipancarkan oleh sebuah antena, atau plot 3-dimensi tingkat penerimaan
sinyal yang diterima oleh sebuah antena. Pola radiasi antena dibentuk oleh
dua buah pola radiasi berdasar bidang irisan, yaitu pola radiasi pada bidang
irisan arah elevasi pola elesi. Pola radiasi 3-dimensi inilah yang umum
disebut sebagai pola radiasi antena dipol. Sebuah antena yang
meradiasikan sinyalnya sama besar ke segala arah disebut sebagai antena
isotropis. Antena seperti ini akan memiliki pola radiasi berbentuk bola.
Namun, jika sebuah antena memiliki arah tertentu, di mana pada arah
tersebut distribusi sinyalnya lebih besar dibandingkan pada arah lain, maka
antena ini akan memiliki directivity. Semakin spesifik arah distribusi
sinyal oleh sebuah antena, maka semakin directivity antena tersebut.
Antena dipol termasuk non-directive antenna. Dengan karakter
seperti ini, antena dipol banyak dimanfaatkan untuk sistem komunikasi
dengan wilayah cakupan yang luas. Pada astronomi radio, antena dipol
digunakan pada teleskop radio untuk melakukan pengamatan pada rentang
High Frekuensi (HF). Bentuk data yang dapat diperoleh adalah variabilitas
intensitas sinyal yang dipancarkan oleh sebuah objek astronomi. Namun,
karena antena dipol tidak memiliki directivity pada arah tertentu, teleskop
radio elemen tunggal yang menggunakan antena jenis ini tidak dapat
digunakan untuk melakukan pencitraan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pola radiasi, yang
pertama adalah Half-power Beamwidth (HPBW), atau yang biasa dikenal
sebagai beamwidth suatu antena. Dalam astronomi radio, beamwidth
adalah resolusi spasial dari sebuah teleskop radio, yaitu diameter sudut
minimum dari dua buah titik yang mampu dipisahkan oleh teleskop radio
tersebut. Secara teori, beamwidth untuk antena yang berbentuk parabola
dapat ditentukan.
d. Gain
Gain (directive gain) adalah karakter antena yang terkait dengan
kemampuan antena mengarahkan radiasi sinyalnya, atau penerimaan
sinyal dari arah tertentu. Gain bukanlah kuantitas yang dapat diukur dalam
satuan fisis pada umumnya seperti watt, ohm, atau lainnya, melainkan
suatu bentuk perbandingan. Oleh karena itu, satuan yang digunakan untuk
gain adalah desibel.
Gain antena adalah tetap, dua pengertian yang berbeda antara gain
antena, transmit power dan EIRP atau daya terpancar, dengan menurunkan
transmit power tidak akan mengubah gain antena dan pola radiasinya,
hanya menurunkan EIRP atau daya terpancar ke udara.
Antena dengan gain rendah mempunyai pola radiasi yang berbeda
dengan antena sejenis yang punya gain besar. Pola radiasi antenadengan
gain rendah bersifat melebar sehingga energi yang dipancarkan
terdistribusi luas secara sektoral (sudut). Sedangkan antena dengan gain
besar memiliki pola pancar yang sempit, energi yang dipancarkan tidak
melebar, tetapi pada arah pancaran utamanya, energi ini bisa menjangkau
tempat yang lebih jauh.
Besar gain dari suatu antena menentukan kemampuan antena
tersebut untuk memfokuskan energi yang dipancarkannya kesuatu arah.
Contoh: antena dengan gain 20 dB lebih fokus dibandingkan antena
dengan gain 10 dB.

Gambar 3.6 Gain Antena

e. Polarisasi
Polarisasi didefinisikan sebagai arah orientasi dari medan listrik.
Antena dipol memiliki polarisasi linear (vertikal atau horizontal).
Mengenali polarisasi antena amat berguna dalam sistem komunikasi,
khususnya untuk mendapatkan efisiensi maksimum pada transmisi sinyal.
Pada aplikasi radio, WLAN dan radio seluler, polarisasi yang digunakan
adalah polarisasi linier vertikal. Antena pemancar dan penerima harus
diorientasikan vertikal. Sedangkan pada aplikasi TV broadcast, polarisasi
yang digunakan adalah polarisasi linier horizontal. Sedangkan pada
aplikasi RFID (radio frequency identification), polarisasi yang digunakan
adalah polarisasi sirkuler.
Pada astronomi radio, tujuan mengenali polarisasi sinyal yang
dipancarkan oleh sebuah objek astronomi adalah untuk mempelajari
medan magnetik dari objek tersebut,
f. Penggunaan Antena
1) Penggunaan antena pada radio
Antena adalah salah satu elemen penting yang harus ada pada
sebuah teleskop radio. Fungsinya adalah untuk mengubah sinyal listrik
menjadi sinyal elektromagnetik, lalu meradiasikannya. Dan sebaliknya,
antena juga dapat berfungsi untuk menerima sinyal elektromagnetik
dan mengubahnya menjadi sinyal listrik. Sehingga sinyal radio yang
dipancarkan oleh stasiun radio dapat ditangkap oleh radio.
2) Penggunaan antena pada televisi
Berdasarkan peraturan internasional yang berkaitan dengan
pengaturan penggunaan frekuensi (Radio Regulation) untuk penyiaran
televisi pada pita frekuensi VHF dan UHF. Sejarah pertelevisian di
Indonesia diawali pada tahun 1962 oleh TVRI di Jakarta dengan
menggunakan pemancar televisi VHF. Pembangunan pemancar TVRI
berjalan dengan cepat terutama setelah diluncurkannya satelit palapa
pada tahun 1975. Pada tahun 1987, yaitu lahirnya stasiun penyiaran
televisi swasta pertama di Indonesia, stasiun pemancar TVRI telah
mencapai jumlah kurang lebih 200 stasiun pemancar yang
keseluruhannya menggunakan frekuensi VHF, dan pemancar TV
swasta pertama tersebut diberikan alokasi frekuensi pada pita UHE
Kebijaksanaan penggunaan pita frekuensi VHF untuk TVRI dan UHF
untuk swasta. Sehingga untuk menangkap siaran TV digunakan antena
VHF dan UHF
3) Penggunaan antena pada radar
Radar atau Radio Detection and Ranging adalah suatu alat yang
sistemnya memancarkan gelombang elektromagnetik berupa
gelombang radio dan gelombang mikro. Pantulan dari gelombang yang
dipancarkan tadi digunakan untuk mendeteksi objek. Radar
menggunakan spektrum gelombang elektromagnetik pada rentang
frekuensi 300 MHz hingga 30 GHz atau panjang gelombang 1 cm
hingga 1 meter. Komponen sistem radar:
a) Transmiter untuk membangkitkan sinyal radio dari osilator.
b) Waveguide adalah penghubung antara Transmiter dan Antena.
c) Receiver adalah penerima pantulan sinyal radio
d) Signal processor adalah peralatan yang mengubah sinyal analog ke
sinyal digital
e) Radar Controller adalah penghubung yang akan mengantarkan
informasi ke user.
g. Jenis-jenis Antena
1) Berdasarkan fungsi
Berdasarkan fungsinya antena dibedakan menjadi antena
pemancar, antena penerima, dan antena pemancar sekaligus penerima.
Di Indonesia antena pemancar banyak dimanfaatkan pada stasiun-
stasiun radio dan televisi. Selanjutnya antena penerima, antena
penerima ini bisanya digunakan pada alat-alat seperti radio, tv, dan alat
komunikasi lainnya.
2) Berdasarkan gainnya
Berdasarkan besarnya gainnya antena dibedakan menjadi antena
VHF dan UHF yang biasanya digunakan pada TV. Kiranya semua
orang tahu bahwa besarnya daya pancar, akan memengaruhi besarnya
sinyal penerimaan siaran televisi di suatu tempat tertentu pada jarak
tertentu dari stasiun pemancar televisi. Semakin tinggi daya pancar
semakin besar level kuat medan penerimaan siaran televisi. Namun
besarnya penerimaan siaran televisi tidak hanya dipengaruhi oleh
besarnya daya pancar. Untuk memperbesar daya pancar pada stasiun
TV dan daya terima pada TV maka perlu digunakan antena.
Besarnya gain antena dipengaruhi oleh jumlah dan susunan
antena serta frekuensi yang digunakan. Antena pemancar UHF tidak
mungkin digunakan untuk pemancar TV VHF dan sebaliknya, karena
akan menimbulkan VSWR yang tinggi. Sedangkan antena penerima
VHF dapat saja untuk menerima signal UHF dan sebaliknya, namun
gain antenanya akan sangat mengecil dari yang seharusnya. Kualitas
hasil pencaran dari pemancar VHF dibandingkan dengan kualitas hasil
pancaran dari pemancar UHF adalah sama asalkan keduanya memenuhi
persyaratan dan spesifikasi yang telah ditentukan.
3) Berdasarkan polarisasinya
Berdasarkan polarisasinya, antena dibedakan menjadi dua yaitu
antena dipol dan monopol. Antena dipol memiliki polarisasi linear
vertikal, sedangkan antena monopol polarisasinya hanya pada satu arah.
Dengan karakter seperti ini, antena dipol banyak dimanfaatkan untuk
sistem komunikasi dengan wilayah cakupan yang luas.
4) Berdasarkan bentuknya
Antena berdasarkan bentuknya antara lain: microstrip, parabola,
vee, horn, helix, dan loop. Walaupun amat sering dijumpai teleskop
radio yang menggunakan antena berbentuk parabola, ada beberapa jenis
antena lainnya yang juga sering digunakan pada sebuah teleskop radio
atau interferometer. Misalnya, Mauritius Radio Telescope (MRT) yang
menggunakan 1084 buah antena berbentuk helix. Contoh lainnya
adalah teleskop radio yang menggunakan antena berbentuk horn, yang
digunakan oleh Arno Penzias dan Robert Woodrow Wilson ketika
menemukan Cosmic Microwave Background (CMB). Contoh antena
berdasarkan bentuknya adalah antena parabola, Antena parabola
merupakan antenayang berbentuk parabola, pancaran sinyal akan
dikonsentrasikan pada titik tengah antena. Antena parabola biasanya
didesain untuk Frekuensi Ultra Tinggi (UHF), penerima siaran TV
Satelit, dan transmisi gelombang mikro.
V. Kegiatan Belajar 4

LEMBARAN KERJA PESERTA DIDIK


(LKPD)
Saluran Trasmisi dan Antena Gelombang Radio
Nama :
Kelas :
Jurusan :
Tanggal :
Waktu :

A. Kompetensi Dasar
3.3. Menjelaskan saluran transmisi dan antena gelombang radio

B. Tujuan
Setelah pembelajaran ini diharapkan siswa dapat:
• Megidentifikasi saluran transmisi dan antena gelombang radio
• Menjelaskan saluran transmisi dan antena gelombang radio

C. Kerjakan soal-soal berikut dengan baik dan benar!


1. Jelaskanlah yang dimaksud dengan saluran transmisi!
Jawab:
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

2. Jelaskanlah bentuk-bentuk media saluran transmisi!


Jawab:
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

3. Jelaskanlah cara kerja antena dipole?


Jawab:
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

Anda mungkin juga menyukai