Anda di halaman 1dari 14

ANALISA PENGARUH GELOMBANG PANTUL PADA

SALURAN TRANSMISI SISTEM MINAHASA

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
BARTOLOMIUS CHRISTOFFEL
18021103043

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
MANADO
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem tenaga listrik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk menyalurkan energi listrik
yang dibangkitkan oleh pusat-pusat pembangkit menuju ke pusat-pusat beban. Dikarenakan
pembangunan pembangkit tenaga listrik berada jauh dari daerah yang akan disupply maka
dibangunlah suatu sistem yang akan menyalurkan energi listrik yang jauh ini ke baban melalui
Sistem transmisi tenaga listrik. Semakin berkembang suatu daerah atau negara maka kebutuhan
energi listrik semakin besar dan daerah penyalurannya semakin jauh. Untuk mengurangi rugi-rugi
sepanjang saluran maka dinaikkanlah tegangan listrik.

Berdasarkan jarak penyaluran maka sistem transmisi tenaga listrik dibagi atas 3 bagian
yakni : transmisi jarak pendek, transmisi menengah dan transmisi panjang. Untuk transmisi jarak
panjang diperlukan analisa gelombang, disebabkan oleh panjang saluran yang membuat terjadi
ketidaksesuaian antara karakteristik impedansi saluran transmisi dengan impedansi beban,
sehingga sebagian gelombang yang merambat dipantulkan kembali kearah sumber gelombang
tersebut. Hal tersebut dapat memberikan kerugian dalam penyaluran energi listrik. Ada beberapa
metoda yang digunakan dalam menganalisis permasalahan pada transmisi tenaga listrik salah
satunya adalah metoda The Smith chart.

Permasalahan saluran transmisi sering kali mencakup manipulasi dengan bilangan


kompleks, hal ini menyebabkan lebih banyak waktu dan usaha yang diperlukan untuk
memecahkannya. Untuk itu diperlukan suatu perangkat lunak komputer sehingga waktu
penyelesaiannya dapat lebih cepat.

Dengan hal-hal di atas maka penulis mencoba untuk meneliti bagaimana menerapkan
metoda The Smith Chart dalam perhitungan pada sistem transmisi tenaga listrik tipe panjang
dengan menggunakan perangkat lunak SimNec 1.2
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan diatas, rumusan masalah dapat
dirumuskan antara lain :

1. Apakah dampak panjang saluran transmisi terhadap penyaluran energi listrik?


2. Bagaimana pengaruh gelombang pantul pada saluran transmisi jarak panjang?
3. Bagaimana menerapkan metode The Smith Chart dalam melakukan perhitungan
gelombang pantul menggunakan SimNec 1.2?

1.3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi pada :

1. Dalam perhitungan dibatasi hanya untuk jaringan transmisi tanpa adanya rugi-rugi
2. Melakukan analisa gelombang pantul dengan menggunakan perangkat lunak SimNec
1.2
3. Penelitian dilakukan pada saluran transmisi dengan rating tegangan 70 kV

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Untuk menganalisis permasalahan sistem transmisi khususnya dalam perhitungan


parameter-parameter jaringan transmisi yang berkaitan gelombang yang dipantulkan
dengan menggunakan perangkat lunak SimNec 1.2
2. Untuk mengetahui pengaruh gelombang pantul

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah unuk mempermudah perhitungan analisis dalam
transmisi tenaga listrik dengan menerapkan Metoda Smith Chart menggunakan perangkat lunak
SimNec 1.2
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Klasifikasi Transmisi Tenaga Listrik

Sistem transmisi tenaga listrik merupakan sub-sistem pengiriman energi listrik dari pusat
pembangkit menuju ke gardu-gardu induk transmisi, sehingga dapat disalurkan sampai kepada
konsumen. Pada umumnya, pusat-pusat pembangkit dan gardu-gardu induk terpisah dengan jarak
(𝑙) berkisar antara 160 km < 𝑙 < 1700 km. Akibatnya, panjangnya jarak tersebut bisa berdampak
pada besarnya rugi-rugi di sepanjang saluran transmisi. Salah satu cara untuk memperkecil
besarnya rugi-rugi listrik tersebut saat proses penyaluran adalah dengan memperbesar nilai dari
tegangan listriknya. Standar tegangan pada sistem transmisi di Indonesia diklasifikasi sebagai
tegangan ekstra tinggi (TET) yaitu dengan nominal 500 kV dan tegangan tinggi (TT) dengan
nominal 70 kV dan 150 kV.

Kontruksi transmisi terdiri dari 2 bagian yaitu, Saluran Udara dan Saluran Kabel yang terdiri
dari, Saluran udara (Overhead Lines) Tegangan Tinggi ((SUTT) / Tegangan Ekstra Tinggi
(SUTET), Saluran Kabel Tanah (Underground Line) Tegangan Tinggi (SKTT), Saluran Kabel
Laut (Submarine Line) Tegangan Tinggi (SKLTT). Pada transmisi saluran udara terdapat beberapa
komponen pendukung yang penting yaitu : Konduktor, Tower/ Tiang Penyangga, Isolator dan
Kawat Tanah.

2.2. Parameter-parameter Sistem Jaringan Transmisi

2.2.1. Umum

Sebuah jaringan transmisi pada umumnya memiliki sebuah terminal pengirim


(sending-end port, AA`) dan terminal penerima (receiving-end port, BB`) dalam
menyalurkan energy listrik serta terdapat sumber tegangan dan beban yang di
hubungkan oleh jaringan transmisi, dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Jaringan sistem transmisi

Jaringan transmisi memiliki sebuah panjang (l) saluran yang mempengaruhi


penyaluran energy listrik dari sisi pengirim menuju penerima, yang menyebabkan
adanya penundaan (delay) dan hambatan yang lebih kompleks.

2.2.2. Karakteristik Saluran Transmisi

Karakteristik listrik pada saluran transmisi berbeda dengan karakteristik dari


rangkaian listrik biasa. Karakteristik listrik suatu saluran transmisi sangat bergantung
pada konstruksi dan dimensi fisiknya.

Ketika hubungan antara sumber dengan beban sedang berlangsung, maka


gelombang akan merambat pada pasangan kawat penghantar saluran transmisi menuju
ke ujung yang lain dengan kecepatan tertentu. Semakin panjang saluran transmisi,
maka waktu tempuh dari rambatan gelombang itu akan semakin lama. Arus yang
mengalir di sepanjang saluran akan membangkitkan suatu medan magnet yang
menyelimuti kawat penghantar dan ada kalanya saling berimpit dengan medan magnet
lain yang berasal dari kawat penghantar lain disekitarnya. Medan magnet yang
dibangkitkan oleh kawat penghantar berarus listrik, merupakan suatu timbunan energi
yang tersimpan dalam kawat penghantar tersebut sehingga dapat dianggap bahwa
kawat penghantar bersifat induktif atau memiliki induktansi.

𝐺𝑀𝐷
𝐿′ = 2 × 10−7 ln 𝐻/𝑚
𝐺𝑀𝑅
Tegangan yang ada diantara dua kawat penghantar akan membangkitkan medan
listrik. Medan listrik ini juga merupakan timbunan energi yang mungkin juga saling
berimpit dengan medan listrik lain disekitarnya, sehingga akan timbul kapasitansi
diantara dua kawat penghantar. Untuk saluran yang panjang, induktansi dan
kapasitansi itu akan menyebar secara merata pada sepanjang saluran dan besarnya
tergantung pada frekuensi sinyal atau gelombang yang merambat didalamnya.

2𝜋𝜀
𝐶′ = 𝐹/𝑚
𝐺𝑀𝐷
ln
𝐺𝑀𝑅

Setiap jenis saluran transmisi dua kawat juga mempunyai suatu nilai konduktansi
yakni nilai yang merepresentasikan kemungkinan banyaknya elektron yang mengalir
(arus) melewati atau menembus bahan dielektrik saluran. Jika saluran dianggap
semode (uniform), dimana semua nilai besaran-besaran tersebut sama disepanjang
saluran, maka potongan kecil saluran dapat dianggap merepresentasikan panjang
keseluruhan.

gambar 2.2. Saluran transmisi dengan parameternya (R’, L’, G’, C’)
2.2.3. Perambatan Gelombang pada Saluran Transmisi

Dengan adanya beberapa parameter dalam saluran transmisi, maka solusi untuk
menentukan tegangan saluran V (z, t) dan arus I (z, t) dapat dirumuskan dalam bentuk
eksponensial sebagai berikut :

𝑉̃ (𝑧, 𝑡) = 𝑉0+ 𝑒 −𝛾𝑧 𝑒 𝑗𝜔𝑡 + 𝑉0− 𝑒 𝛾𝑧 𝑒 𝑗𝜔𝑡

𝐼̃(𝑧, 𝑡) = 𝐼0+ 𝑒 −𝛾𝑧 𝑒 𝑗𝜔𝑡 + 𝐼0− 𝑒 𝛾𝑧 𝑒 𝑗𝜔𝑡

Dimana 𝛾 adalah kontanta propagasi kompleks. 𝛾 memiliki dua bagian yakni


bagian real yang disebut kontanta redaman atau attenuation constant (𝛼) dan bagian
khayal disebut konstanta fase atau phase constant (𝛽).

𝛾 = 𝛼 + 𝑗𝛽

Sehingga persamaan karakteristik impedansi dari saluran transmisi menjadi seperti


dibawah ini.

𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐿′
𝑍0 = √ ′
𝐺 + 𝑗𝜔𝐶′

Keterangan.

𝛼 = 𝑅𝑒( √(𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐿′ )(𝐺 ′ + 𝑗𝜔𝐶 ′ ) ) (Np/m)

𝛽 = 𝐼𝑚( √(𝑅 ′ + 𝑗𝜔𝐿′ )(𝐺 ′ + 𝑗𝜔𝐶 ′ ) ) (Rad/m)

𝑉0+ = tegangan maju (V)

𝑉0− = tegangan balik (V)

𝑍0 = karekteristik impedansi saluran transmisi (Ω)

𝑒 = bilangan euler

𝑗 = bilangan khayal √−1

𝜔 = angular frekuensi (Rad/s)


𝑧 = panjang saluran (m)

𝑡 = waktu (s)

2.2.4. Perambatan Gelombang pada Saluran Transmisi tanpa Rugi-rugi

Ketika elemen resistansi dan konduktansi diabaikan (R’ = G’ = 0), saluran


transmisi dianggap sebagai struktur lossless. Dalam kasus hipotesis ini, model hanya
bergantung pada elemen L’ dan C’.

𝛾 = 𝑗√𝜔 2 𝐿′𝐶′

Dimana

𝛼 =0 (lossless line)

𝛽 = 𝜔√𝐿′𝐶′ (lossless line)

Sehingga persamaan karakteristik impedansi tanpa rugi-rugi dari saluran transmisi


dapat menjadi seperti dibawah ini.

𝐿′
𝑍0 = √
𝐶′

2.2.4.1. Koefisien Refleksi Tegangan

Koefisien Refleksi Tegangan Adalah besaran yang menyatakan


perbandingan gelombang pantul terhadap gelombang datang. Dengan 𝛾 = 𝑗𝛽
untuk saluran transmisi tanpa rugi-rugi, maka persamaan tegangan dan arus
menjadi :

𝑉̃ (𝑧) = 𝑉0+ 𝑒 −𝑗𝛽𝑧 + 𝑉0− 𝑒 𝑗𝛽𝑧

𝑉0+ −𝑗𝛽𝑧 𝑉0− 𝑗𝛽𝑧


𝐼̃(𝑧) = 𝑒 − 𝑒
𝑍0 𝑍0

Pada jaringan transmisi terdapat impedansi karakteristik serta panjang


saluran (l) yang terhubung dengan sebuah impedansi beban (ZL). Apabila terjadi
ketidaksesuaian antara impedansi beban dengan impedansi jaringan transmisi,
maka hal tersebut bisa menimbulkan sebagian gelombang datang di pantulkan
kembali ke-arah sumber gelombang tersebut. Dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.3. Gelombang Datang dan Gelombang Pantul

Pada terminal penerima terdapat tegangan (𝑉̃𝐿 ) dan arus (𝐼̃𝐿 ) yang melalui suatu
̃𝐿 ).
impedansi beban (𝑍

𝑉̃𝐿
̃𝐿 =
𝑍
𝐼̃𝐿

Apabila diamsumsikan bahwa panjang transmisi (z = l = 0), maka penurunan


koefisien pantul yang diukur dari beban menjadi persamaan seperti di bawah ini:

𝑉0− 𝑍𝐿 − 𝑍0
= = Γ
𝑉0+ 𝑍𝐿 + 𝑍0

2.2.4.2. Perbandingan Tegangan Gelombang Berdiri

Perbandingan Tegangan Gelombang Berdiri (VSWR) merupakan


perbandingan antara gelombang yang dikirim dengan yang dipantulkan oleh
beban pada saluran transmisi.

1 + |Γ|
𝑆=
1 − |Γ|

2.2.4.3. Return Loss

Return Loss adalah besaran yang menyatakan perbandingan antara daya


yang dipantulkan dengan daya yang datang. Return loss dapat disebabkan oleh
ketidaksesuaian impedansi beban dengan karateristik impedansi dari saluran
transmisi.

RL = −20 log10 |Γ| , dB

2.2.4.4. Missmatch Loss

Missmatch Loss adalah besaran yang menyatakan perbandingan antara daya


yang diteruskan/ diserap oleh beban dengan daya masukan.

ML = −10 log10 |1 − Γ 2 | , dB

2.3. Metoda The Smith Chart


The smith chart adalah metode grafik yang digunakan untuk analisis serta desain pada sistem
transmisi. The Smith Chart dibuat oleh P. H. Smith pada tahun 1939, yang mana digunakan untuk
mengkalkulasi perhitungan-perhitungan bilangan kompleks secara grafis. The smith chart dapat
digunakan untuk menampilkan beberapa parameter secara bersamaan termasuk impedansi beban,
koefisien refleksi.
Sementara penggunaan kertas grafik smith untuk memecahkan matematika kompleks yang
terlibat dalam masalah pencocokan sebagian besar telah digantikan oleh metode berbasis
perangkat lunak, tetapi tampilan grafik smith masih merupakan metode yang disukai untuk
menampilkan hasil perhitungannya.
The smith chart adalah plotted pada koefisien refleksi (Γ-plane) di dua dimensi dan skala
dalam normalisasi impedansi (yang paling umum), dengan menggunakan warna yang berbeda
untuk membedakan antara impedansi (merah) dan admintasi (biru), dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4. The Smith Chart


Normalisasi scaling pada The smithchart memungkinkan digunakan untuk masalah yang
menyangkut karekteristik impedansi. Suatu impedansi beban dinyatakan dengan Z = R + jX, maka
impedansi tersebut dinormalisasi dengan impedansi saluran menjadi :
𝑍𝐿𝑜𝑎𝑑
𝑧𝑙 =
𝑍0
Dan kemudian dinyatakan dalam bentuk Γ-plane, menjadi :
𝑍𝐿 − 𝑍0
Γ=
𝑍𝐿 + 𝑍0

Gambar 2.5. Pemetaan antara Z-Plane dan Γ-plane


2.4. SimNec 1.2

SimNec 1.2 adalah perangkat lunak (open source), yang dapat mendukung sistem
manajemen kelistrikan khususnya untuk analisa pada sistem saluran transmisi. Perangkat ini bisa
beroperasi offline untuk simulasi dalam menghitung koefisien refleksi tegangan antara beban
dengan saluran transmisi untuk ditampilkan kedalam bentuk The Smith Chart.

Gambar 2.6. Perangkat Lunak SimNec 1.2


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memakai metode penelitian kuantitatif. Karena datanya
diperoleh dapat diukur sehingga bisa menggunakan penyelesaian matematika dalam
pengujiannya

3.2. Diagram Alur Penelitian

Mulai

Melakukan Pengumpulan Data

 Data Kabel Saluran


Transmisi
 Data Beban

Hitung Kapasitansi dan Induktasi Saluran Transmisi

Hitung Karekteristik Impedansi Saluran Transmisi

𝐿′
𝑍0 = √
𝐶′

A
A

Menghitung Koefisien refleksi tegangan


Dengan Menggunakan Software
SimNec 1.2
𝑉0− 𝑍𝐿 − 𝑍0
+ = = Γ
𝑉0 𝑍𝐿 + 𝑍0

Menghitung

 VSWR
 Return Loss
 Missmatch Loss

 Data Kabel Saluran


Transmisi
 Data Beban

Selesai
DAFTAR PUSTAKA

Ulaby F. T. (2002). Fundamentals of Applied Electromagnetics. New Delhi : Prentice-Hall of India


Private Limited

Stevenson W. D. (1984). Analisis Sistem Tenaga Listrik (Edisi ke-empat). Jakarta Pusat : Penerbit
Erlangga

Santjiatodjaja C. A. (2019). Analisa Gelombang Berjalan Pada Saluran Transmisi 70 kV Gardu


Induk Teling. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, 8(1), 1-8

Anda mungkin juga menyukai