(5113131020)
Pryo Utomo
(5113131035)
(5113131038)
Teddy Firmansyah
(5113131040)
Saluran transmisi AC
Saluran Transmisi DC
Pemilihan Tegangan
Transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat
lainnya, yang besaran tegangannya adalah Tegangan Ultra Tinggi (Ultra High
Voltage / UHV), Tegangan Ekstra Tinggi (Extra High Voltage / EHV), Tegangan
Tinggi (High Voltage / HV),
Berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu gardu induk ke gardu induk
lainnya.
Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas 500 MW.
Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi
secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien.
Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET adalah masalah sosial,
yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan, antara lain: Timbulnya
protes dari masyarakat yang menentang pembangunan SUTET, Permintaan ganti
rugi tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi tinggi, Adanya permintaan
ganti rugi sepanjang jalur SUTET dan lain sebagainya.
Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan
500 km.
Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit
terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar
netralnya digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali.
Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing
phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas
konduktor disebut Bundle Conductor.
Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling efektif adalah
100 km.
Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka tegangan jatuh (drop voltaje) terlalu
besar, sehingga tegangan diujung transmisi menjadi rendah.
Untuk mengatasi hal tersebut maka sistem transmisi dihubungkan secara ring
system atau interconnection system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan akan
dikembangkan di Pulau-pulau besar lainnya di Indonesia
SKTT dipasang di kota-kota besar di Indonesia (khususnya di Pulau Jawa), dengan beberapa
pertimbangan :
Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit mendapatkan
tanah untuk tapak tower.
Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat, karena padat
bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.
Kabel yang berisolasi (berbahan) Poly Etheline atau kabel jenis Cross Link Poly Etheline
(XLPE).
Kabel yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak (oil paper impregnated).
Single core dengan penampang 240 mm2 300 mm2 tiap core.
Three core dengan penampang 240 mm2 800 mm2 tiap core.
Pertimbangan fabrikasi.
Jatuh Tegangan
Jatuh tegangan pada saluran transmisi adalah selisih antara tegangan pada
pangkal pengiriman (sending end) dan tegangan pada ujung penerimaan
(receiving end) tenaga listrik. Pada saluran bolak balik besarnya tergantung dari
impedansi dan admintasi saluran serta pada beban dan factor daya. Jatuh
tegangan relative dinamakan regulasi tegangan (voltage regulation) dan
dinyatakan oleh rumus :
(vs-vr)/vr x 100%,
Dimana :
arus pada jala-jala suatu transmisi arus bolak-balik tiga fase adalah :
I= P/3.Vr.Cos (2)
dimana:
Jika persamaan (1) disubstitusi ke persamaan (2), maka rugi-rugi daya transmisi
dapat ditulis sebagai berikut :
Pt = P2.R/Vr2.cos2
Terlihat bahwa rugi-rugi daya transmisi dapat dikurangi dengan beberapa cara,
antara lain :
Tegangan tinggi dapat menimbulkan korona pada kawat transmisi. korona ini pun akan
menimbulkan rugi-rugi daya dan dapat menyebabkan gangguan terhadap komunikasi
radio.
2.
Jika tegangan semakin tinggi, maka peralatan transmisi dan gardu induk akan
membutuhkan isolasi yang volumenya semakin banyak agar peralatan-peralatan
tersebut mampu memikul tegangan tinggi yang mengalir. Hal ini akan mengakibatkan
kenaikan biaya investasi.
3.
Saat terjadi pemutusan dan penutupan rangkaian transmisi (switching operation), akan
timbul tegangan lebih surja hubung sehingga peralatan sistem tenaga listrik harus
dirancang untuk mampu memikul tegangan lebih tersebut. Hal ini juga mengakibatkan
kenaikan biaya investasi.
4.
5.
1. Bahan Konduktor
Bahan konduktor yang dipergunakan untuk saluran energi listrik perlu memiliki
sifat sifat sebagai berikut :
konduktivitas tinggi.
titik berat
biaya rendah
Konduktor jenis Tembaga (BC : Bare copper) merupakan penghantar yang baik
karena memiliki konduktivitas tinggi dan kekuatan mekanikalnya cukup baik. Namun
karena harganya mahal maka konduktor jenis tembaga rawan pencurian. Aluminium
harganya lebih rendah dan lebih ringan namun konduktivitas dan kekuatan
mekanikalnya lebih rendah dibanding tembaga.
Pada umumnya SUTT maupun SUTET menggunakan ACSR (Almunium Conductorn
Steel Reinforced). Bagian dalam kawat berupa steel yang mempunyai kuat mekanik
tinggi, sedangkan bagian luarnya mempunyai konduktifitas tinggi. Karena sifat
electron lebih menyukai bagian luar kawat daripada bagian sebelah dalam kawat
maka ACSR cocok dipakai pada SUTT/SUTET. Untuk daerah yang udaranya
mengandung kadar belerang tinggi dipakai jenis ACSR/AS, yaitu kawat steelnya
dilapisi dengan almunium.
Pada saluran transmisi yang perlu dinaikkan kapasitas penyalurannya namun SUTT
tersebut berada didaerah yang rawan longsor, maka dipasang konduktor jenis TACSR
(Thermal Almunium Conductor Steel Reinforced) yang mempunyai kapasitas besar
tetapi berat kawat tidak mengalami perubahan yang banyak. Konduktor pada
SUTT/SUTET merupakan kawat berkas (stranded) atau serabut yang dipilin, agar
mempunyai kapasitas yang lebih besar dibanding kawat pejal.
2. Urutan Fasa
Pada sistem arus putar, keluaran dari generator berupa tiga fasa, setiap fasa
mempunyai sudut pergerseran fasa 120. Pada SUTT dikenal fasa R; S dan T yang
urutan fasanya selalu R diatas, S ditengah dan T dibawah. Namun pada SUTET
urutan fasa tidak selalu berurutan karena selain panjang, karakter SUTET banyak
dipengaruhi oleh faktor kapasitansi dari bumi maupun konfigurasi yang tidak
selalu vertikal. Guna keseimbangan impendansi penyaluran maka setiap 100 km
dilakukan transposisi letak kawat fasa
2.
Kabel Tegangan Menengah : 3,6/6 kV (7,2 kV); 6/10 kV (12 kV); 8,7/15 kV (17,5
kV); 12/20 kV (24 kV) dan 18/30 kV (36 kV)
Pada keadaan kerja terus menerus yang tidak terganggu, kabel tanah harus
mampu diberi tegangan kerja maksimum sesuai dengan tegangan tertinggi.
The End