Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TEKNIK TRANSMISI DAN DISTRIBUSI

SALURAN TRANSMISI JARAK MENENGAH

DISUSUN OLEH :
BRIGITTA ENDAH S (16501241007)
ANDI SUSILO (16501241017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Kami bersyukur atas rahmat, berkah dan
karunia Tuhan sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah mengenai saluran
transmisi Menengah.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Transmisi &
Distribusi. Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca
serta menambah wawasan dan pengetahuan pembaca .
Dalam penulisan makalah ini tidak sedikit hambatan yang dialami kami, namun berkat
usaha, tekat dan bantuan serta motivasi dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat
diatasi. Rasa hormat dan terima kasih yang setulusnya saya sampaikan kepada Bapak Dr. Giri
Wiyono, M.T selaku dosen pengampu mata kuliah Proteksi Tenaga Listrik atas segala
bimbingan dan arahan, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari dalam
pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan, sehingga kelompok kami mohon kritik
dan saran demi kesempurnaan makalah tersebut.

Yogyakarta 29 Oktober 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Pusat-pusat listrik, biasa juga disebut sentral-sentral listrik (electric power


stations ), terutama yang menggunakan tenaga air, biasanya jauh letaknya dari tempat-
tempat dimana tenaga listrik itu digunakan. Karena itu, tenaga listrik yang
dibangkitkan harus disalurkan melalui kawat-kawat (saluran-saluran) transmisi.
Saluran-saluran ini membawa tenaga listrik dari Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) atau
Pusat Listrik Tenaga Termis (PLTT) ke pusat-pusat beban(load centers), baik
langsung maupun melalui saluran-saluran penghubung, gardu-gardu induk
(substations) dan gardu-gardu relay (relay substations).
Saluran transmisi biasanya dibedakan dari saluran distribusi karena
tegangannya. Tegangan pada generator besar biasanya berkisar di antara 13,8 kV dan
24 kV. Tetapi generator besar yang modern dibuat dengan tegangan yang bervariasi
antara 18 kV dan 24 kV. Tidak ada suatu standar yang umum diterima untuk tegangan
generator. Tegangan generator dinaikkan ke tingkat yang dipakai untuk transmisi,
yaitu 115 kV dan 765 kV. Tegangan tinggi standar (high voltages- HV
standard)adalah 115, 138, dan 230 kV. Tegangan ekstra tinggi (extra high voltage-
EHV) adalah 345, 500 dan 765 kV. Kini sedang dilakukan penelitian untuk
pemakaian tegangan ultra tinggi (ultra high voltage-UHV)antara 1000 sampai
1500kV. Keuntungan transmisi dengan tegangan yang lebih tinggi akan menjadi jelas
jika kita melihat pada kemampuan transmisi (transmision capability) suatu saluran
transmisi. Kemampuan ini biasanya dinyatakan dalam mega volt ampere (MVA).
Kemampuan transmisi dari saluran yang sama panjangnya berubah-ubah kira-kira
sebanding dengan kuadrat tegangannya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. SALURAN TRANSMISI SISTEM TENAGA LISTRIK


1. Pengertian Umum Saluran Transmisi
Pusat pembangkit tenaga listrik biasanya letaknya jauh dari tempat-tempat
dimana tenaga listrik itu digunakan. Karena itu, tenaga listrik yang
dibangkitkan disalurkan melaui penghantar-penghantar dari pusat pembangkit
tenaga listrik ke pusat-pusat beban, baik langsung maupun melalui saluran
penghubung, yaitu GI.

Saluran transimi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: saluran


udara (overhead line) dan saluran bawah tanah (underground). Sistem saluran
udara menyalurkan tenaga listrik melalui penghantar-penghantar yang
digantung pada tiang-tiang transmisi dengan perantaraan isolator-isolator,
sedangkan sistem saluran bawah tanah meyalurkan tenaga listrik melalui
kabel-kabel bawah tanah.
Tenaga listrik ini dapat disalurkan dengan beberapa tegangan nominal.
Berdasarkan dokumen IEC (International Electrotechnical Commission)
60038, tegangan transmisi dapat dikelompokkan menjadi : tegangan menengah
(1kV-35kV), tegangan tinggi (35kV – 230 kV) dan tegangan ekstra tinggi
(230kV – 800kV) dan tegangan ultra tinggi (di atas 800kV).
Menurut jenis arus yang dialirkan, saluran transmisi dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) jenis, yaitu sistem arus bolak-balik (A.C./alternating current)
dan sistem arus searah (D.C./direct current). Di dalam sistem A.C. penaikan
dan penurunan tegangan mudah dilakukan yaitu dengan menggunakan
transformator.
Pada sistem ini terdapat AC satu fasa dan tiga fasa. Sistem tiga fasa
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sistem satu fasa karena daya yang
disalurkan lebih besar, nilai sesaatnya konstan dan medan magnet putarnya
mudah diabaikan.
Berhubungan dengan keuntungan-keuntugannya, sistem AC paling
banyak digunakan. Namun, sejak beberapa tahun terakhir ini penyaluran arus
seaorah mulai dikembangkan karena, isolasinya lebih sederhana, daya-guna
yang tinggi serta tidak ada masalah stabilitas, sehingga dimungkinkan
penyaluran jarak jauh. Penyaluran tenaga listrik dengan sistem DC baru
dianggap ekonomis bila jarak saluran udara lebih dari 640 km atau saluran
bawah tanah lebih panjang dari 50 km.

2. Karakteristik Listrik dari Saluran Transmisi


Saluran transmisi listrik mempunyai empat parameter yang mempengaruhi
kemampuannya untuk berfungsi sebagai bagian dari suatu sistem tenaga, yaitu
resistansi, induktansi, kapasitansi dan konduktansi [2]. Parameter-parameter ini
merupakan salah satu pertimbangan utama dalam perencanaan saluran
transmisi. Impedansi seri dibentuk oleh resistansi dan induktansi yang terbagi
rata disepanjang saluran. Sedangkan konduktansi dan kapasitansi yang terdapat
diantara penghantar-penghantar dari suatu saluran fasa-tunggal atau di antara
sebuah penghantar dan netral dari suatu saluran tiga-fasa membentuk admitansi
paralel. Dalam perhitungan, rangkaian saluran ekivalen yang dibentuk dari
parameter-parameter dijadikan satu meskipun resistansi, induktansi dan
kapasitansi tersebut terbagi merata di sepanjang saluran.
2.1. Resistansi
Resistansi efektif ( R ) dari suatu penghantar adalah:
Resistansi efektif sama dengan resistansi dari saluran jika terdapat
distribusi arus yang merata (uniform) di seluruh penghantar. Distribusi arus
yang merata di seluruh penampang suatu penghantar hanya terdapat pada arus
searah, sedangkan tidak pada arus bolak-balik (ac).

Resistansi dc dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini:

Dengan meningkatnya frekuensi arus bolak-balik, distribusi arus makin


tidak merata (nonuniform). Peningkatan frekuensi ini juga mengakibatkan
tidak meratanya kerapatan arus (current density), disebut juga efek kulit (skin
effect).
Untuk penghantar dengan jari-jari yang cukup besar ada kemungkinan
terjadi kerapatan arus yang berisolasi terhadap jarak radial dari titik-tengah
penampang penghantar. Fluks bolak-balik mengimbaskan tegangan yang lebih
tinggi pada serat-serat di bagian dalam daripada di sekitar permukaan
penghantar, karena fluks yang meliputi serat dekat permukaan penghantar
lebih sedikit daripada fluks yang meliputi serat di bagian dalam penghantar.
Berdasarkan hukum Lenz, tegangan yang diimbaskan akan melawan
perubahan arus yang menyebabkannya, dan meningkatnya tegangan imbas
pada serat-serat di bagian dalam menyebabkan meningkatnya kerapatan arus
pada serat-serat yang lebih dekat ke permukaan penghantar dan karena itu
resistansi efektifnya meningkat. Sehingga dapat dikatakan pada arus bolak-
balik arus cenderung mengalir melalui permukaan penghantar.
Perhitungan resistansi total suatu saluran transmisi ditentukan oleh jenis
penghantar pabrikan, biasanya pabrikan akan memberikan tabel karakteristik
listrik dari penghantar yang dibuatnya, termasuk diantaranya nilai resistansi ac
penghantar dalam satuan Ω/km (Standar Internasional) atau Ω/mi (American
Standart).
Nilai resistansi juga dipengaruhi oleh suhu, ditunjukkan oleh persamaan
berikut:
R2 = R1[1 + a(T2 - T1 )]
dimana R1 dan R2 adalah resistansi pada suhu T1 dan T2, dan a adalah koefisien
suhu dari resistansi, yang nilainya tergantung dari bahan konduktor.

2.2. Induktansi
Induktansi adalah sifat rangkaian yang menghubungkan tegangan yang
diimbaskan oleh perubahan fluks dengan kecepatan perubahan arus [2].
Persamaan awal yang dapat menjelaskan induktansi adalah menghubungkan
tegangan imbas dengan kecepatan perubahan fluks yang meliputi suatu
rangkaian. Tegangan imbas adalah:

Banyaknya weber-turns adalah hasil perkalian masing-masing weber dari


fluks dan jumlah lilitan dari rangkaian yang digandengkannya.
Jika arus pada rangkaian berubah-ubah, medan magnet yang
ditimbulkannya akan turut berubah-ubah. Jika dimisalkan bahwa media di
mana medan magnet ditimbulkan mempunyai permeabilitas yang konstan,
banyaknya fluks gandeng berbanding lurus dengan arus, dan karena itu
tegangan imbasnya sebanding dengan kecepatan perubahan arus dengan i
adalah arus yang mengalir pada saluran transmisi dalam satuan ampere (A).
di
e=L (2.5)
dt

Dimana L = konstanta kesebandingan

= induktansi (H)

di
= kecepatan perubahan arus (A/s)
dt
Dari Persamaan 2.3 dan 2.4 maka didapat persamaan umum
induktansi saluran dalam Henry, yaitu:

t
L= (2.6)
i

Induktansi timbal-balik antara dua rangkaian didefenisikan sebagai fluks


gandeng pada rangkaian pertama yang disebabkan oleh arus pada rangkaian
kedua per ampere arus yang mengalir di rangkaian kedua. Jika arus I2

menghasilkan fluks gandeng dengan rangkaian 1 sebanyak y12,


maka induktansi timbal baliknya adalah:
Persamaan di atas merupakan persamaan untuk saluran yang telah
ditransposisikan, yaitu suatu metode pengembalian keseimbangan ketiga fasa
dengan mempertukarkan posisi-posisi penghantar pada selang jarak yang
teratur di sepanjang saluran sedemikian rupa sehingga setiap penghantar akan
menduduki posisi semula penghantar yang lain pada suatu jarak yang sama,
lihat gambar dibawah ini:

a c b
Posisi 1

D12

D31
b a c
Posisi 2

D23

c b a
Posisi 3

Gambar Siklus Transposisi

Persamaan ini juga dapat dapat digunakan untuk saluran tiga fasa dengan
jarak pemisah tidak simetris karena ketidaksimetrisan antara fasa-fasanya
adalah kecil saja sehingga dapat diabaikan pada kebanyakan perhitungan
induktansi.

2.3. Kapasitansi
Kapasitansi suatu saluran transmisi adalah akibat beda potensial antara
penghantar, baik antara penghantar-penghantar maupun antara penghantar-
tanah. Kapasitansi menyebabkan penghantar tersebut bermuatan seperti yang
terjadi pada pelat kapasitor bila terjadi beda potensial di antaranya. Untuk
menentukan nilai kapasitansi antara penghantar-penghantar ditentukan dengan
persamaan:
Jika saluran dicatu oleh suatu transformator yang mempunyai sadapan
tengah yang ditanahkan, beda potensial antara kedua penghantar tersebut dan
kapasitansi ke tanah (kapasitansi ke netral), adalah muatan pada penghantar
per satuan beda potensial antara penghantar dengan tanah. Jadi kapasitansi ke
netral untuk saluran dan kawat adalah dua kali kapasitansi antara penghantar-

penghantar:
Persamaan (2.9) juga dapat digunakan untuk menentukakan kapasitansi
saluran tiga-fasa dengan jarak pemisah yang sama. Jika penghantar pada
saluran tiga-fasa tidak terpisah dengan jarak yang sama, kapasitansi masing-
masing fasa ke netral tidak sama. Namun untuk susunan penghantar yang
biasa, ketidaksimetrisan saluran yang tidak ditrasnposisikan adalah sangat
kecil, sehingga perhitungan kapasitansi dapat dilakukakan seakan-akan semua
saluran itu ditransposisikan. Untuk saluran tiga fasa yang ditransposisikan,
nilai kapasitansi fasa ke netral ditentukan dengan persamaan:
Dengan Deq adalah GMR penghantar, r adalah jari-jari penghantar dan
Dsbc adalah GMR penghantar berkas. Nilai Dsb c akan berubah sesuai dengan

jumlah lilitan dalam suatu berkas.


Untuk menghitung kapasitansi saluran kabel ke tanah perlu menggunakan
metode muatan bayangan, lihat Gambar 2.1. Pada metode ini bumi dapat
diumpamakan dengan suatu penghantar khayal yang bermuatan di bawah
permukaan bumi pada jarak yang sama dengan penghantar asli di atas bumi.
Penghantar semacam itu mempunyai muatan yang sama tetapi berlawanan
tanda dengan penghantar aslinya dan disebut penghantar bayangan. Jika
ditempatkan satu penghantar bayangan untuk setiap penghantar atas-tiang,
fluks antara penghantar asli dengan bayangannya adalah tegak lurus pada
bidang yang menggantikan bumi, dan bidang itu adalah suatu permukaan
ekipotensial. Fluks di atas bidang itu adalah sama seperti bila bumi ada tanpa
adanya penghantar bayangan. Persamaan untuk menentukan kapasitansi
saluran kabel ke tanah adalah:
Dimana:
Cn= kapasitansi saluran kabel ke tanah (F/m)

H12' = jarak antara penghantar 1 dengan penghantar bayangan 2 (m)


H 23' = jarak antara penghantar 2 dengan penghantar bayangan 3 (m)
H 31' = jarak antara penghantar 3 dengan penghantar bayangan 1 (m)

H1 = jarak antara penghantar 1 dengan permukaan bumi (m)

H 2 = jarak antara penghantar 2 dengan permukaan bumi (m)

H 3 = jarak antara penghantar 3 dengan permukaan bumi (m)

Gambar Metode Muatan Bayangan

3. Saluran Transmisi Jarak Mengengah


Saluran transmisi dicirikan oleh adanya resistansi dan induktansi seri per satuan
panjang dan oleh kapasitansi paralel per-satuan panjang. Nilai-nilai ini menentukan
kapasitas penyaluran daya dari masing-masing saluran transmisi dan drop tegangan
pada saluran transmisi dalam kondisi berbeban.
Saluran transmisi jarak-menengah dapat dianggap sebagai rangkaian T atau
rangkaian p, perhatikan Gambar 2.4.
Dengan I S merupakan arus yang mengalir pada ujung pengirim, untuk
rangkaian T persamaannya adalah:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat
pembangkit tenaga listrik sampai ke saluran distribusi sehingga dapat disalurkan sampai
pada pengguna consumer listrik.
Dalam dunia kelistrikan, dikenal dua kategori arus listrik, yaitu arus bolak-balik
(Alternating Current/AC) dan arus searah (Direct Current/DC). Maka berdasarkan jenis
arus listrik yang mengalir di saluran transmisi, saluran transmisi terdiri dari:
1. Saluran transmisi AC
2. Saluran Transmisi DC
Tidak seperi generator, motor atau transformator, saluran transmisi secara fisik mempunyai
panjang yang terbentang sejauh puluhan atau ratusan kilometer. Sebagai akibatnya,
resistansi, induktansi dan kapasitansi yang berkaitan dengan saluran transmisi juga
terdistribusi sepanjang saluran tersebut.
Elemen seri dan paralel yang terdistribusi dari saluran transmisi membuatnya lebih sulit
untuk dimodelkan daripada transformator dan motor. Distribusi tersebut mungkin dapat
didekati dengan menggunakan resistor, induktor dan kapasitor sebagaimana yang tergambar
pada gambar berikut:
Akan tetapi, waktu yang dibutuhkan untuk menghitung tegangan dan arus yang mengalir
melalui saluran transmisi akan sangat banyak karena harus melakukan perhitungan tegangan
dan arus pada tiap-tiap simpul dari saluran transmisi.
Untungnya, adalah mungkin untuk membuat beberapa penyederhanaan dari model saluran
transmisi tanpa mengakibatkan error yang besar dalam perhitungan berdasarkan panjang dari
saluran transmisi itu sendiri, yaitu:

 Saluran transmisi pendek untuk saluran yang mempunyai panjang kurang dari 80 Km (50
mil)
 Saluran transmisi menengah untuk saluran yang mempunyai panjang antara 80 Km sampai
240 Km (150 mil), dan di beberapa referensi menyebutkan sampai 250 Km
 Saluran transmisi panjang untuk saluran yang mempunyai panjang lebih dari 240/250 Km.
DAFTAR PUSTAKA

dunialistrik.fr.yuku.com/forums/20
http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Bahan%20Ajar%20Motor%20dan%20Tenaga
%20Pertanian/sistem%20transmisi%20tenaga-1.htm
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/transient/article/view/1288

A. Arismunandar, S. Kuwara .1979. “Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik”, jilid II.Jakarta
: PT. Pradnya Paramitha.
Stevenson,William D.1993.”Analisis Sistem Tenaga Listrik”.Jakarta:Erlangga.
http://www.yumpu.com/id/document/view/4408747/makalah-teknik-tenaga-listrik-
transmission-of-electrical-energy

Anda mungkin juga menyukai