Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ARTIKEL

TRANSMISI DAN ENERGI LISTRIK

D
I
S
U
S
U
N

OLEH

Nama : Aini Rizky Ananda


Kelas : IX 1

SMP REIS CENDIKIA


2023 / 2024
TRANSMISI DAN ENERGI LISTRIK
Sumber wikipedia.org/blog

Sebagian besar jalur transmisi menghantarkan listrik berarus bolak-balik tiga fasa tegangan
tinggi, walaupun arus bolak-balik satu fasa terkadang juga digunakan dalam elektrifikasi
perkeretaapian. Teknologi arus searah bertegangan tinggi juga digunakan untuk
menghantarkan listrik dalam jarak yang sangat jauh (biasanya ratusan mil) karena lebih
efisien daripada arus bolak-balik. Teknologi ini juga digunakan pada kabel listrik bawah laut
(biasanya dengan jarak lebih dari 30 mil (50 km)).

Diagram dari sebuah sistem kelistrikan; sistem transmisi ditunjukkan dengan warna biru
Listrik ditransmisikan pada tegangan tinggi (115 kV ke atas) untuk mengurangi hilangnya
listrik pada saat dihantarkan dalam jarak yang jauh. Listrik biasanya ditransmisikan melalui
saluran listrik udara, karena transmisi listrik melalui bawah tanah membutuhkan biaya
pemasangan yang lebih besar dan banyak batasan dalam operasionalnya, walaupun biaya
perawatannya lebih rendah. Transmisi listrik bawah tanah biasanya digunakan di kawasan
urban dan di kawasan dengan lingkungan yang sensitif.

Kurangnya fasilitas penyimpanan tenaga listrik dalam sistem transmisi menyebabkan tenaga
listrik harus dibangkitkan pada jumlah yang sama dengan jumlah kebutuhan pada saat itu.
Sebuah sistem kendali yang canggih pun dibutuhkan untuk memastikan bahwa pembangkitan
listrik menyamai jumlah listrik yang dibutuhkan pengguna. Jika jumlah kebutuhan pengguna
lebih besar dari jumlah listrik yang dapat dibangkitkan, maka ketidakseimbangan ini dapat
menyebabkan pembangkit dan peralatan transmisi untuk melepaskan diri dari sistem
kelistrikan secara otomatis, guna mencegah kerusakan. Pada kasus terburuk, lepasnya
pembangkit dan peralatan transmisi dari sistem ini dapat menyebabkan serangkaian
pemadaman listrik pada wilayah yang cukup luas. Contoh dari hal ini adalah Mati listrik Jawa
Bali 2005 dan Mati listrik Jawa 2019. Untuk mencegah hal ini, jaringan transmisi listrik
biasanya terinterkoneksi ke jaringan transmisi lain di dekatnya, atau bahkan ke jaringan
transmisi di negara lain, dengan menyediakan redundansi ganda, rute alternatif untuk
menghantarkan listrik apabila terjadi pemadaman secara tiba-tiba. Perusahaan pengelola
transmisi biasanya akan menentukan kapasitas handal maksimum dari tiap jalur transmisi
(biasanya kurang dari kapasitas maksimum aktual) untuk memastikan adanya kapasitas
cadangan yang dapat dipakai apabila terjadi kegagalan di jalur transmisi lain.
TRANSMISI DAN ENERGI LISTRIK
Sumber indonesiare.co.id/blog

Pembangkit listrik biasanya berlokasi di tempat yang berjarak cukup jauh dari pemukiman,
pabrik maupun daerah komersial. Untuk itu, diperlukan suatu sistem penyaluran listrik untuk
mendistribusikan listrik dari pembangkit ke konsumen akhir. Sistem penyaluran listrik
terbagi menjadi dua, yaitu sistem transmisi dan sistem distribusi listrik, seperti yang
ditunjukan pada Gambar 1. Kedua sistem tersebut terintegrasi menjadi satu kesatuan sistem
penyaluran listrik. Perbedaan keduanya terletak pada besar tegangan listrik yang melalui
kedua sistem tersebut.

Gambar 1. Skema Proses pembangkitan, transmisi dan distribusi listrik

Sistem transmisi listrik merupakan sistem yang berfungsi untuk mengalirkan listrik dari
pembangkit ke gardu listrik utama (main substation). Umumnya, pembangkit listrik dan
substation terpisah dengan jarak yang cukup jauh, berkisar antara 300 km hingga 3000 km.
Akibatnya, panjangnya jarak tersebut dapat berdampak pada besarnya rugi-rugi listrik, salah
satunya adalah disipasi panas. Salah satu cara untuk meminimalisir besarnya rugi-rugi listrik
saat proses penyaluran adalah dengan memperbesar tegangan listrik. Pada sistem transmisi
listrik, tegangan listrik mencapai 550 kV.

Listrik yang dihasilkan oleh generator biasanya memiliki tegangan sebesar 15 kV hingga 25
kV. Tegangan ini terbilang rendah untuk dapat ditransmisikan dalam jarak yang sangat jauh.
Dua parameter yang menentukan daya listrik adalah tegangan dan arus seperti pada
persamaan: Daya = Tegangan x Arus. Dengan demikian, dengan nilai daya tertentu, apabila
tegangan rendah, maka arus listrik tinggi. Tingginya arus listrik akan berdampak pada
besarnya kerugian listrik saat melalui sistem transmisi, karena kuadrat arus proporsional
dengan energi yang terdisipasi dalam bentuk panas. Dengan demikian, listrik yang keluar dari
generator akan ditingkatkan tegangannya dengan menggunakan transformator. Ketika
tegangan listrik sudah cukup tinggi, kemudian listrik ditransmisikan melalui overhead lines
atau yang dikenal dengan sebutan SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) seperti
yang ditunjukan pada gambar berikut.
Overhead lines terdiri dari tiga komponen utama yaitu konduktor, insulator dan tower.
Konduktor merupakan suatu kabel yang memiliki peran sebagai media penyaluran listrik.
Material yang digunakan untuk konduktor biasanya merupakan paduan aluminium yang
memiliki konduktifitas listrik yang tinggi. Konduktor ini kemudian dibalut oleh insulator
listrik dan termal untuk mengurangi listrik yang terbuang ke lingkungan dalam bentuk rugi-
rugi listrik seperti panas, dan juga untuk meminimalisir bahaya pada lingkungan sekitar.

Ujung-ujung konduktor tersambung ke tower. Tower dilengkapi dengan penangkal petir


untuk menghindari kerusakan sistem akibat petir yang dapat berdampak pada terhentinya
penyaluran listrik. Jarak antara kedua tower tidak boleh terlalu jauh karena dapat berakibat
pada melengkungnya konduktor sampai batas yang dianggap tidak lagi aman bagi lingkungan
sekitar. Jarak vertikal antara konduktor dengan permukaan tanah (ground clearance) harus
dibatasi, biasanya antara 5 m hingga 7 m bergantung pada besarnya tegangan listrik yang
melalui sistem transmisi tersebut. Pembatasan ground clearance menjadi sangat esensial
karena sistem transmisi listrik dapat berdampak serius pada kesehatan manusia. Salah satu
contoh imbasnya pada manusia adalah dapat menimbulkan rasa pusing, insomnia, atau
bahkan masalah serius pada kesehatan seperti leukemia dan kanker.

Tegangan listrik yang sampai ke konsumen umumnya sebesar 120 V atau 230 V. Tentunya
nilai ini sangat jauh lebih kecil dibanding besar tegangan saat awal transmisi (550 kV). Pada
proses transmisi listrik, listrik yang disalurkan mengalami tiga tahap proses penurunan
tegangan (step down voltage) menggunakan trafo yang terdapat pada gardu listrik. Tahap
pertama yaitu ketika listrik bertegangan 550 kV mengalir melaluioverhead lines kemudian
sampai ke gardu listrik pertama. Di gardu listrik tersebut, tegangan diturunkan dari 550 kV
menjadi 230 kV. Kemudian listrik dialirkan lagi hingga ke gardu kedua yang memungkinkan
tegangan listrik diturunkan dari 230 kV ke 69 kV yang seterusnya dialirkan kembali melalui
overhead line ke gardu ketiga. Saat keluar dari gardu ini, tegangan listrik menjadi sebesar 12
kV. Proses transmisi listrik berakhir pada tahap ini. Proses penyaluran listrik selanjutnya
diteruskan oleh sistem distribusi listrik.

Fungsi sistem distribusi listrik adalah untuk menyalurkan listrik ke konsumen akhir. Pada
sistem distribusi listrik, media transportasi listrik bisa juga melalui overhead lines, dengan
ukuran kabel yang tidak sebesar pada sistem transmisi listrik, dan melalui underground cable.
Listrik bertegangan 12 kV mengalir melalui kabel sampai ke gardu listrik untuk menjalani
proses penurunan tegangan menjadi 120 V atau 230 V yang siap digunakan oleh konsumen.
Dengan demikian, sistem kelistrikan pada prinsipnya terdiri dari tiga proses utama dari hulu
ke hilir, yaitu proses pembangkitan listrik (power generation), proses transmisi listrik (power
transmission) dan proses distribusi listrik (power distribution).
TRANSMISI DAN ENERGI LISTRIK
Sumber sinarmonas.co.id/blog

Selama ini ada pemahaman bahwa yang dimaksud transmisi adalah proses penyaluran energi
listrik dengan menggunakan tegangan tinggi saja. Bahkan ada yang memahami bahwa
transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dengan menggunakan tegangan tinggi dan
melalui saluran udara (overhead Iine). Namun sebenarnya, transrnisi adalah proses
penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, yang besaran tegangannya
adalah Tegangan Ultra Tinggi (UHV), Tegangan Ekstra Tinggi (EHV), Tegangan Tinggi
(HV),Tegangan Menengah (MHV), dan Tegangan Rendah (LV).

Sedangkan Transmisi Tegangan Tinggi, berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu gardu
induk ke gardu induk lainnya, yang terdiri dari konduktor yang direntangkan antar tiang-tiang
(tower) melalui isolator-isolator, dengan system tegangan tinggi. Dan standar tegangan tinggi
yang berlaku di Indonesia adalah: 30kV, 70kV, 150kV, 275kV, 500kV (secara berangsur -
angsur untuk 30kV dan 70kV di Indonesia mulai tidak digunakan). Transmisi 70kV dan
150kV terdapat di pulau Jawa dan pulau lainnya di Indonesia. Sedangkan transmisi 275kV
dikembangkan di Sumatera. Untuk transmisi 500kV terdapat di Pulau Jawa.

Konstruksi transmisl di Indonesia untuk untuk tegangan rendah dan tegangan tinggi kabel
udara dan kabel tanah. Dan untuk tegangan tinggi dan ekstra tinggi menggunakan
menggunakan kabel udara.

Berikut ini disampaikan pembahasan tentang transmisi ditinjau dari klasifikasi tegangannya.

Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200kV — 500kV

SUTET 200kV-500kV, pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di


atas 500kV, dengan tujuan agar drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi secara
maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien.

Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah konstruksi tiang (tower) yang besar
dan tinggi memerlukan tapak tanah yang luas, kemudian memerlukan isolator yang banyak,
sehingga pembangunannya membutuhkan biaya yang besar. Dan masalah lain yang timbul
adalah masalah sosial, yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan antara lain:
protes dari masyarakat yang menentang pembangunan, permintaan ganti rugi tanah untuk
tapak tower yang terlalu tinggi, kemudian adanya permintaan ganti rugi sepanjang jalur
SUTET dan lain sebagainya. Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100km
sampai dengan 500km.

Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30kV 150kV

Untuk tegangan operasi antara 30kV sampai dengan 150kV, Konfigurasi jaringan pada
umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4
kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netralnya digantikan oleh tanah sebagai
saluran kembali. Bila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-
masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas
konduktor disebut Bundle Conductor.
TRANSMISI DAN ENERGI LISTRIK
Sumber www.kompas.com

Lokasi sistem pembangkit tenaga listrik tidak selalu dekat dengan lokasi gedung-gedung dan
perumahan konsumen listrik. Oleh karena itu, listrik dari sistem pembangkit harus
ditransmisikan dulu ke substasiun di dekat area konsumen untuk kemudian didistribusikan.
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai pengertian dan jalur dari transmisi
tenaga listrik sebagai berikut: Pengertian transmisi tenaga listrik Transmisi tenaga listrik
adalah pengiriman energi listrik dari stasiun pembangkit listrik ke substasiun atau gardu
listrik didekat area pelanggan. Jalur transmisi, jika saling terhubung satu sama lain akan
membentuk jaringan transmisi. Energi listrik ditransmisikan pada tegangan tinggi untuk
mengurangi kehilangan energi pada transmisi jarak jauh.

Energi listrik biasanya ditransmisikan melalui kabel-kabel listrik di udara pada tiang-tiang
yang tinggi (overhead transmission). Hal ini karena sistem transmisi bawah tanah
memerlukan biaya yang jauh lebih besar. Namun, di daerah perkotaan yang padat atau daerah
yang riskan, sistem transmisi bawah tanahlah yang dipilih. Jalur transmisi Ada dua jalur
transmisi diantaranya: Jalur transmisi di udara Jalur transmisi di udara menggunakan kawat
konduktor yang tidak tertutup bahan isolator, atau istilahnya menggunakan udara sebagai
isolator. Kawat konduktor ini bertegangan tinggi dan biasanya terbuat dari paduan (aloy)
alumunium yang dijadikan menjadi beberapa untai dan kadang diperkuat dengan untaian baja
di bagian intinya.

Konduktor semacam ini disebut ACSR atau alumunium conductor steel reinforced. Dalam
praktiknya, konduktor dipasang pada tower atau tiang biasa. Oleh karena itu, kawat transmisi
di udara bergantung pada udara sebagai isolatornya, jalur kawatnya memerlukan jarak bebas
untuk menjamin keselamatan dan keamanan jaringan. Kondisi cuaca yang ekstrem dengan
kencangnya tiupan angin dan rendahnya temperatur dapat mengakibatkan jalur energi
terputus. Kecepatan angin 23 knot dapat mengakibatkan kawat konduktor melewati ruang
bebasnya dan bersentuhan satu sama lain.

Jalur transmisi kabel bawah tanah Energi listrik juga dapat ditransmisikan menggunakan
kabel bawah tanah dengan tegangan 30 kV-150 kV. Sistem transmisi semacam ini disebut
saluran kabel tegangan tinggi (SKTT). Kabel bawah tanah memerlukan jarak bebas yang
lebih sedikit daripada jalur konduktor di udara, tidak terlihat dan tidak banyak terpengaruh
cuaca. Namun, ongkos untuk pengadaan kabel yang terisolasi dan ongkos penggalian
memerlukan biaya yang lebih besar dari pada pengadaan jalur transmisi di udara. Kerusakan
pada jalur kabel bawah tanah juga memerlukan deteksi dan proses perbaikan yang relatif
lama. Jalur transmisi bawah tanah juga sangat terbatasi oleh kapasitas thermalnya, yang
hanya mampu sedikit menampung kelebihan beban. Kabel bawah tanah yang panjang
memiliki nilai resistansi yang cukup berpengaruh pada kemampuan kabel mentransimisikan
energi.
TRANSMISI DAN ENERGI LISTRIK
Sumber kumparan.com

Pada zaman yang serba modern ini, menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia. Tanpa adanya listrik, manusia akan sulit menjalani aktivitas sehari-
hari.
Pemanfaatan listrik dalam kehidupan sangat luas, mulai dari bidang industri, transportasi,
penerangan, juga sebagai sumber energi alat-alat elektronik, seperti TV, kulkas, pendingin
ruangan, dan sebagainya.

Listrik dapat dihasilkan dengan memanfaatkan sumber yang tersedia di alam, seperti aliran
air sungai (PLTA), panas bumi (PLTU), aliran angin (PLTA), dan sebagainya.
Untuk bisa dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, listrik perlu melalui serangkaian
proses transmisi hingga didistribusikan. Sistem transmisi listrik merupakan proses
penghantaran tenaga listrik secara besar-besaran dari pembangkit listrik ke gardu listrik
utama.
Di Indonesia, proses transmisi dan distribusi energi listrik tersebut merupakan tanggung
jawab Perusahaan Listrik Negara (PLN). Untuk bisa mendapatkan listrik, masyarakat harus
membayar biaya listrik per bulan kepada .
Lantas, bagaimana proses transmisi dan distribusi listrik hingga sampai di rumah? Simak
tahap-tahapnya berikut ini.
Proses Transmisi dan Distribusi Listrik hingga Sampai Rumah

Tahap 1 di Pembangkit Listrik


Proses perubahan energi menjadi energi listrik terjadi di pusat pembangkit listrik. Turbin dan
generator merupakan komponen utama dalam beberapa jenis pembangkit listrik.
Salah satu contohnya adalah di PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air). Energi kinetik yang
dihasilkan oleh aliran air diubah menjadi energi listrik oleh generator.

Tahap 2 di Transformator Penaik Tegangan


Setelah energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkit, energi listrik tersebut kemudian
dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan hingga 500 kV.
Hal tersebut diperlukan agar arus listrik yang mengalir di saluran tidak terlalu tinggi. Dengan
demikian, perpindahan arus listrik berlangsung secara efektif dan efisien.

Tahap 3 di Gardu Listrik


Setelah tegangannya dinaikkan, energi listrik lalu disalurkan ke berbagai tempat
menggunakan sistem transmisi yang dinamakan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
(SUTET). Melalui SUTET, listrik dialirkan ke gardu induk. Di sini, tegangan listrik
diturunkan menjadi tegangan menengah 20 kV oleh transformator penurun tegangan.

Tahap 4 di Gardu Distribusi


Energi listrik disalurkan ke gardu-gardu distribusi. Energi listrik kemudian diturunkan lagi
tegangannya hingga menjadi tegangan rendah 220 Volt.
Tegangan listrik sebesar itu sudah sesuai dengan kebutuhan di rumah. Setelah itu, energi
listrik dialirkan ke rumah-rumah dan industri melalui jaringan distribusi.

Anda mungkin juga menyukai