2
Perkembangan Sistem Tenaga Listrik
Pendahuluan
• Untuk menikmati listrik, maka diperlukan sarana pembangkit yang berfungsi
membangkitkan energi listrik oleh generator disalurkan melalui saluran
transmisi dan distribusi menuju ke pemakai.
• Agar generator dapat membangkitkan energi listrik, diperlukan tenaga
penggerak (prime over), sehingga dikenallah beberapa pusat pembangkit
tenaga listrik, seperti
• PLTD (pembangkit listrik tenaga diesel)
• PLTU (pembangkit listri tenaga uap)
• PLTG (pembangkit listrik tenaga gas)
• PLTA (pembangkit listrik tenaga air)
• PLTN (pembangkit listrik tenaga nuklir)
• PLTP (pembangkit listrik tenaga panas bumi)
• PLTS (pembangkit listrik tenaga surya)
• dan lain-lain.
Sistem Tenaga Listrik
PLTA / PLTGU
GARDU INDUK
PLTG
STEP UP
UNIT PENGATUR
DISTRIBUSI
SALURAN
TRANSMISI
INDUSTRI
BESAR GARDU INDUK
70 kV
PLTD
GARDU INDUK
SALURAN
150 kV
TRANSMISI
KANTOR / PERTOKOAN
JARINGAN
INDUSTRI TM / TR
MENENGAH / KECIL
nilai � ≪ � dan � ≪ �
Saluran Distribusi
• Saluran transmisi berakhir di gardu induk. Di gardu induk, tegangan transmisi
diturunkan menjadi tegangan menengah (20 kV) yang selanjutnya
didistribusikan ke gardu ditribusi. Jadi Gardu induk merupakan penghubung
antara saluran transmisi dan saluran distribusi.
• Saluran distribusi tegangan menengah disebut saluran distribusi primer.
Saluran ini bisa langsung disalurkan ke pemakai-pemakai besar (konsumen
khusus) seperti industri, gedung-gedung besar, pusat-pusat perbelanjaan,
rumah sakit dan lain-lain.
• Untuk pemakai kecil (konsumen umum) seperti rumah tangga, industri kecil
atau kantor-kantor, tegangan menengah harus diturunkan menjadi tegangan
rendah (380/220 V). Penurunan tegangan dari tegangan menengah ke
tegangan rendah dilakukan di gardu distribusi.
• Saluran tegangan rendah yang disalurkan ke pemakai disebut saluran
distribusi sekunder. Jadi gardu distribusi merupakan penghubung antara
saluran distribusi primer dengan saluran distribusi sekunder.
Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia
• Dimulai dengan dibangunnya PLTD di Gambir,
ü Jakarta pada tahun 1897
ü Medan pada tahun 1899
ü Solo pada tahun 1902
ü Bandung pada tahun 1906
ü Surabaya pada tahun 1912
ü Banjarmasin 1922.
• PLTA pertama yang dibangun adalah PLTA Giring di daerah Madiun pada tahun
1917, kemudian PLTA Tes di Bengkulu pada tahun 1920, PLTA Plengan di
Priangan pada tahun 1922 dan PLTA Dago dan Bengkok di Bandung pada tahun
1923.
• Pada zaman penjajahan pengelolaan listrik dikelolah oleh ANIEM (Algeme
Nederlands Indische Electricities Maatschappy).
• Namun sejak tahun 1958 diambil alih oleh PLN (Perusahaan Listrik Negara).
Perkembangan Ketenagalistrikan di
Indonesia
• Perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia baik ditinjau dari jumlah
pembangkit, jenis pembangkitannya, daya yang dihasilkan, tegangan
yang digunakan sangatlah pesat.
• Pembangkit berdaya besar sudah, sedang dan akan dibangun.
• Selain PLTA, pembangkit berdaya besar yang lain juga sudah
dioperasikan. Seperti PLTU dan PLTG atau gabungan antara PLTU dan
PLTG yang disebut PLTGU.
• PLTA merupakan pembangkit yang sangat ekonomis dibandingkan
dengan pembangkit yang menggunakan bahan bakar minyak atau gas.
Bahan bakar minyak dan gas lambat laun akan semakin menipis dan
habis.
• Olehnya itu PLTA merupakan salah satu alternatif pembangkit yang
akan menjawab krisis bahan bakar di masa yang akan datang.
Sistem Tegangan Tinggi
• Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang semakin besar, sekarang sudah
dilakukan interkoneksi beberapa pembangkit.
• Tegangan transmisi juga ditingkatkan untuk mengurangi rugi daya selama
penyaluran sehingga dapat disalurkan dalam jarak yang jauh dan cakupan
wilayah yang luas.
• Beberapa pembangkit dapat dihubungkan satu sama lain, ini dilakukan untuk
memenuhi ketersediaan atau pasokan daya listrik.
• Seperti pada sistem interkoneksi transmisi di wilayah Jawa – Bali saat ini
sebagian besar telah menggunakan tegangan extra tinggi (extra high voltage)
500 kV. Namun untuk wilayah di luar Jawa – Bali masih menggunakan tegangan
tinggi (high voltage) 70 kV dan 150 kV.
• Tegangan rendah hingga tahun 80-an dari 127 V diubah menjadi 220 V.
Tegangan menengah yang sebelumnya 6 kV diubah menjadi 20 kV.
Klasifikasi Tegangan
• Tegangan extra rendah (TER) / Extra Low Voltage (ELV) yaitu tegangan
sampai 50 V AC dan 120 V DC
• Tegangan rendah (TR) / Low Voltage (LV) yaitu tegangan sampai 1000 V
(1 kV) AC dan 1500 V DC
• Tegangan menengah (TM) / Middle Voltage (MV) yaitu tegangan sampai
30 kV AC
• Tegangan tinggi (TT)/ High Voltage (HV) yaitu tegangan sampai 150 kV
AC
• Tegangan extra tinggi (TET) / Extra High Voltage (EHV) yaitu sampai
500 kV AC
• Tegangan ultra tinggi (TUT) / Ultra High Voltage (UHV) yaitu tegangan
sampai 750 kV AC
Saluran Transmisi DC
• Pada sisi transmisi, yang menjadi permasalahan adalah
cukupkah transmisi yang ada untuk mengalirkan listrik yang
bersumber dari energi terbarukan ke dalam jaringan transmisi
dan distribusi. Karena banyak sumber energi terbarukan yang
terletak di lokasi yang sangat jauh dari pusat beban. Untuk saat
ini, ada beberapa teknologi jaringan listrik yang bisa
dipertimbangkan para pengembang jaringan, yaitu HVDC dan
kabel berteknologi nano.
• High Voltage Direct Current (HVDC), meski bukan merupakan
konsep baru, tetapi di Amerika Serikat menjadi perhatian
seiring dengan banyaknya energi listrik yang bersumber dari
energi terbarukan yang harus dikirimkan kepada beban.
Komponen Simetris
• Untuk menganalisis rangkaian tiga fasa, tegangan dan arus nya mempunyai
fasa yang seimbang (magnitude sama dan fasanya berbeda 120º) dapat
diselesaikan secara langsung dengan rangkaian setara fasa tunggal.
• Jika terjadi ketidakseimbangan antara fasa-fasanya akibat adanya beban yang
tidak seimbang atau pada saat terjadi gangguan yang menyebakan fasanya
tidak seimbang. Maka sulit untuk menyelesaikan dengan metode komponen
simetris yang mana menguraikan setiap komponen seimbang dalam sistem
tiga fasa (misal tegangan dan arus) menjadi tiga kelompok fasor yang seimbang.
a. Fasor urutan positif terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya di mana antara satu
fasor dengan fasor yang lainnya berbeda 120º dan mempunyai urutan yang sama
dengan fasor aslinya.
b. Fasor urutan negatif terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya di mana antara
satu fasor dengan fasor lainnya berbeda 120º dengan urutan yang berlawanan
dengan fasor semula.
c. Fasor urutan nol terdiri dari tiga fasor yang sama besar dan mempunyai beda fasa
antara satu dengan yang lain sebesar 0º.
Komponen Simetris
• Menganalisis dengan metode komponen simetris sangat berguna
untuk menentukan secara tepat dan cermat kelakuan suatu
sistem tenaga listrik selama mengalami gangguan yang
menyebabkan sistem tidak seimbang.
Sistem Per Satuan (Per Unit)
• Definisi nilai per unit suatu besaran adalah perbandingan kuantitas
tersebut terhadap nilai dasarnya yang dinyatakan dengan desimal.
Perbandingan (ratio) dalam persentasi adalah 100 kali nilai dalam per unit.
• Metode per unit mempunyai sedikit kelebihan dari metode persentasi
karena hasil perkalian dari besaran yang dinyatakan dalam per unit telah
berlangsung diperoleh dalam per unit juga, sedang hasil perkalian dari dua
besaran dalam persen masih harus dibagi dengan 100 untuk mendapat
hasil dalam persen.
2
�������� ����, ����
��������� ���� =
�����, ���1∅
Sistem Per Satuan (Per Unit)
• Untuk mengubah impedansi per satuan dengan suatu dasar yang diberikan
menjadi impedansi per satuan dengan dasar yang baru adalah:
Dimana
Fasor
• Tegangan atau arus sinusoidal pada frekuensi konstan dicirikan oleh dua
parameter: nilai maksimum dan sudut fase.
• Tegangan mempunyai nilai maksimum Vmax dan sudut fase ketika
direferensikan ke cos(vt). Nilai akar rata-rata-kuadrat (rms), juga disebut nilai
efektif, dari tegangan sinusoidal adalah
Fasor dapat dengan mudah diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Konversi dari
kutub ke persegi panjang ditunjukkan pada diagram fasor Gambar 2.1. identitas
Eulerdapat digunakan untuk mengubah dari bentuk eksponensial ke bentuk persegi
panjang. Misal, tegangan
mempunyai nilai Vmax 5 =169.7 volt, dan sudut fasa = 60 ketika direferensikan
cos(vt), dan fasor rms direpresentasikan dalam bentuk polar
mempunyai nilai Imax = 100 A, dan nilai rms I = 100/ 2 = 70.7 A, dan sudut fasa 45, dan
representasi fasor adalah: