Anda di halaman 1dari 21

SISTEM DISTRIBUSI PADA PT.

PLN (PERSERO) WILAYAH S2JB CABANG


PALEMBANG

Tugas Dasar Teknik Elektro

Nama Kelompok
M Abdul Khamid

111910201045

Fireno Eka W

111910201060

Dwi Suputera Adi

111910201064

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2014

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sarana kelistrikan di era globalisasi seperti sekarang ini sangat dibutuhkan.
Perkembangan teknologi tak akan berjalan tanpa adanya listrik. Dalam hal ini PT.
PLN Persero sangat berperan penting. PLN sendiri terbagi dalam beberapa perusahan
yang bergerak di bidangnya masing-masing, di antaranya unit pembangkit.
Karena berbagai persoalan teknis, energi listrik hanya dibangkitkan pada tempattempat tertentu saja. Sedangkan pemakai tenaga listrik atau pelanggan tenaga listrik
tersebar diberbagai tempat, maka penyampaiain tenaga listrik dari tempat
dibangkitkan sampai ke tempat pelanggan, memerlukan berbagai penanganan teknis.
Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG,
PLTP, PLTGU dan PLTD, kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah
terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan yang ada
dipusat listrik.
Saluran tegangan tinggi di Indonesia mempunyai tegangan 150 kV yang disebut
sebagai Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan tegangan 500 kV yang disebut
sebagai Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Saluran transmisi ada yang
berupa saluran udara dan ada pula yang berupa kabel tanah. Karena saluran udara
harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan kabel tanah, maka saluran transamisi
kebanyakkan berupa saluran udara. Karena pentingnya pentransmisian aliran listrik,
maka dalam makalah ini akan dibahas tentang sistem jaringan distribusi PT. PLN
(persero) W. S2JB.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengiriman daya listrik pada PT. PLN W. S2JB?
2. Bagaimana sistem jaringan distribusi pada PT. PLN W. S2JB?

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertan Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini
berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power
Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan), dan
2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan.
Karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui
jaringan distribusi. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik
besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikkan tegangannya oleh gardu
induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154 kV, 220 kV atau
500 kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan
ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam
hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I2.R).
Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir
semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi,
tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan
pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran
tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer
inilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya
dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt.
Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-konsumen.
Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam
sistem tenaga listrik secara keseluruhan. Pada sistem penyaluran daya jarak jauh,
selalu digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo stepup. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa
konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga
perlengkapan perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan
yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan
saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-

down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber
hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan
berbeda-beda.

2.2.Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta pembatasanpembatasan seperti pada Gambar 2.1 :
Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi (HV,UHV,EHV)
Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20 kV).
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen), Instalasi, bertegangan
rendah.
Berdasarkan pembatasan-pembatasan tersebut, maka diketahui bahwa porsi materi
Sistem Distribusi adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat
dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi apa kelasifikasi itu
dibuat. Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:
a. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan
peralatan perlengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
b. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination, batu bata,
pasir dan lain-lain.
c. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat
trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band,
peralatan grounding, dan lain-lain.
d. SUTR dan SKTR terdiri dari: sama dengan perlengkapan/ material pada SUTM
dan SKTM. Yang membedakan hanya dimensinya.

Gambar 2.1 Pembagian/Pengelompokan Tegangan Sistem Tenaga Listrik

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Keadaan Kelistrikan di Kota Palembang


Pengadaan tenaga listrik untuk kota Palembang dan sekitarnya dipasok oleh
beberapa pusat pembangkit, yaitu pusat pembangkit yang dikelola oleh PLN sektor
Keramasan dan pusat pembangkit yang dikelola oleh PLN Sektor Bukit Asam. Semua
pembangkit tenaga listrik tersebut tersebar dan dihubungkan satu dengan yang lain
menjadi satu sistem interkoneksi (Interkoneksi Sumbagsel). Pemakaian tenaga listrik
di kota Palembang dan sekitarnya sebagian besar digunakan untuk rumah tangga dan
sebagian lain untuk industri dan bisnis.
3.1.1 Pembangkit Tenaga Listrik Yang Dikelola Oleh PT. PLN
PLN sektor Keramasan mempunyai pusat-pusat pembangkit tenaga
listrik yang tersebar dalam kota Palembang, yaitu:
1. Pusat Pembangkit Tenaga Listrik di Keramasan, terdiri dari :
a. PLTU I dan II (2 x 12,5 MW)
b. PLTG II dan III (2 x 14,779 MW)
c. PLTG IV (1 x 21,35 MW)
2. Pembangkit Tenaga Listrik di Boombaru terdiri dari :
a. PLTG I (1 x 14 MW)
3. Pembangkit Tenaga Listrik di Sungai Juaro terdiri dari :
a. PLTD I dan II Hitachi (2 x 12,6MW)
3.1.2 Pembangkit Tenaga Listrik Yang Dikelola Oleh Sektor Bukit Asam:
1. PLTU Bukit Asam (4 x 65 MW)
2. PLTD / PLTS (3 X 6,37 MW)
Sekarang beban mampu yang terdapat pada seluruh pembangkit tenaga
sistem interkoneksi Sumbagsel sebesar 561 MW. Selain dalam interkoneksi
Sumsel-Lampung juga mempunyai pembangkit yang tidak berhubungan dengan
interkoneksi Sumsel-Lampung. Untuk di Cabang Palembang di bawah Seksi
Listrik Pedesaan dan Listrik di Pedesaan (Isolated) ini biasanya berupa PLTD.
Pusat Pembangkit Tenaga Diesel (PLTD) ini berada di bawah wewenang
PT.PLN (Persero) WS2JB Cabang Palembang yang terdiri dari :
1. PLTD Ranting Mariana, terdiri dari :

PLTD Sub Ranting Makarti Jaya


PLTD Sub Ranting Sunsang
PLTD Sub Ranting Sumber Makmur
PLTD Sub Ranting Air Saleh
2. PLTD Ranting Sekayu
PLTD Sub Ranting Sungai Lilin
PLTD Sub Ranting Keluang
PLTD Sub Ranting Tebing Bulang
PLTD Sub Ranting Babad Toman
PLTD Sub Ranting Muara Lakitan
PLTD Sub Ranting Mulak

3.2 Pengiriman Daya Listrik


Daya listrik yang dikirim dari pusat-pusat beban dari pembangkit
dikirimkan melalui saluran transmisi yang bertegangan 70 KV untuk dalam kota
dan 150 KV dari Tanjung Enim. Saluran 70 KV dalam kota memakai saluran
berbentuk ring yang melintasi pinggiran kota Palembang. Saluran transmisi ini
mulai beroperasi tahun 1974 dan menginterkoneksikan antara pembangkit tenaga
listrik yang berada di Boombaru, Sungai Juaro dan Keramasan. Sistem Transmisi
yang ada sekarang adalah menggunakan sistem Ring. Saluran Transmisi tersebut
menggunakan kawat penghantar udara ASCR dengan luas penampang 120 mm2 dan
kabel tanah GSWR dengan luas penampang 35 mm2. Tegangan 70 KV ini didapat
dengan menaikkan tegangan pada pusat pembangkit melalui Step Up Transformer
lalu disalurkan melalui saluran transmisi ke gardu-gardu induk. Pada gardu induk
70 KV diturunkan menjadi 12/20 KV melalui Step Down Transformer. Jumlah
gardu induk yang dioperasikan di kota Palembang adalah 7 buah, seperti terlihat
pada tabel 3.1.
Kemudian tegangan 12 KV dari masing-masing gardu induk yang
dikirimkan melalui gardu-gardu hubung (distribusi primer) dengan menggunakan
saluran udara tegangan menengah (SUTM) dan saluran kabel tegangan menengah
(SKTM). Dari gardu-gardu hubung langsung menuju ke gardu distribusi untuk
diturunkan tegangannya menjadi tegangan rendah (127/231 V atau 231/400).
6

Tabel 3.1 Jumlah Gardu Induk

3.3 Sistem Jaringan Distribusi


Sistem jaringan distribusi bila ditinjau dari tegangannya dapat dikelompokkan
menjadi dua macam tegangan, yaitu:
1. Tegangan menengah
2. Tegangan rendah
Untuk tegangan menengah 12/20 KV dan untuk tegangan rendah 127/220 V.
Sistem distribusi tegangan menengah di PT. PLN mempunyai sistem radial dengan
udara pada umumnya. Penggunaan sistem kabel bawah tanah (underground cable)
biasanya

dijumpai

pada

bangunan-bangunan

yang

lokasinya

ramai

dam

membahayakan apabila mempergunakan hantaran udara (overhead lines), tapi gardu


distribusi yang terbuat dari beton dan metal clad, kabel tanah dipakai untuk saluran
dari rak pembagi tegangan rendah ke tiang pertama. Penggunaan hantaran udara
(overhead lines) sangat cocok dan sesuai untuk gardu tiang, karena pemasangan gardu
tiang tidak memerlukan tempat yang luas.
Beberapa keuntungan dan kerugian sistem hantaran udara :
1. Keuntungan :
a. Pemasangan lebih mudah dibandingkan dengan sistem hantaran kabel
bawah tanah.
b. Pemeliharaan jaringan lebih mudah dibandingkan dengan sistem kabel
bawah tanah.

c. Biaya pemasangan jauh lebih murah.


d. Lokasi gangguan langsung dapat dideteksi.
e. Mudah untuk perluasan jaringan.
2. Kerugian:
a. Mudah mendapat gangguan
b. Pencurian melalui jaringan mudah dilakukan.
Beberapa keuntungan dan kerugian hantaran bawah tanah:
1. Keuntungan :
a. Tidak mudah mengalami gangguan.
b. Faktor keindahan lingkungan tidak terganggu.
c. Tidak mudah dipengaruhi keadaan cuaca, seperti : cuaca buruk, taufan,
hujan angin, bahaya petir dan sebagainya.
d. Faktor terhadap keselamatan jiwa terjamin.
2. Kerugian :
a. Biaya pembuatan mahal.
b. Gangguan biasanya bersifat permanent.
c. Pencarian lokasi gangguan jauh lebih sulit dibandingkan menggunakan
sistem hantaran udara.
3.3.1 Jaringan Tegangan Menengah
Jaringan tegangan menengah berfungsi untuk menyalurkan tenaga
listrik dari pembangkit atau gardu induk ke gardu distribusi. Jaringan ini
dikenal dengan feeder atau penyulang. Tegangan menengah yang digunakan
PT. PLN adalah 12 kv dan 20 kv antar fasa (VL-L).
Konstruksi JTM terdiri dari:
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
SUTM merupakan jaringan kawat tidak berisolasi dan berisolasi.
Bagian utamanya adalah tiang (beton, besi), Cross arm dan konduktor.
Konduktor yang digunakan adalah aluminium (AAAC), berukuran 240
mm2, 150 mm2, 70 mm2 dan 35 mm2.
2. Saluran Kabel Tegangan Menegah (SKTM)
Kabel yang digunakan adalah berisolasi XLPE. Kabel ini ditanam
langsung di tanah pada kedalaman tertentu dan diberi pelindung terhadap

pengaruh mekanis dari luar. Kabel tanah ini memiliki isolasi sedemikian
rupa sehingga mampu menahan tegangan tembus yang ditimbulkan.
Dibandingkan dengan kawat pada SUTM maka kabel tanah banyak
memiliki keuntungan diantaranya:
a. Tidak mudah mengalami gangguan baik oleh cuaca dan binatang.
b. Tidak merusak estetika (keindahan) kota.
c. Pemeliharaannya hampir tidak ada.
Peralatan Kontruksi Untuk SKTM:
1. Kabel
Jenis kabel tegangan menengah adalah :
a. Poly Vinil Chlorida (PVC)
Digunakan untuk tegangan rendah dan tegangan menengah sampai 12
KV.
b. Poly Ethylene (PE)
Digunakan untuk tegangan diatas 10 KV. Contoh : CPT dan VIC
c. X Cross Linked Poly Ethylene (XLPE)
2. Jointing
3. Termination
4. Sepatu kabel (Schoen cable)
5. Instalasi Pembumian
Peralatan Konstruksi Untuk SUTM:
1. Tiang Listrik
Tiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang tunggal,
kecuali untuk gardu tiang memakai tiang ganda. Pemasangan tiang
biasanya dipasang di tepi jalan baik jalan raya maupun gang. Pemasangan
tiang dapat dikurangi dengan pemakaian sistem saluran bawah tanah pada
sistem distribusi. Tiang listrik biasanya berupa pipa makin ke atas makin
kecil diameternya, jadi tiang bawah mempunyai diameter besar. Tiang besi
berangsur-angsur diganti dengan tiang beton.
Perencanaan material dan ukuran tiang listrik ditentukan oleh
faktor-faktor mekanis seperti momen, kecepatan angin, kekuatan tanah,

besar beban penghantar, kekuatan tiang dan sebagainya. Jenis tiang listrik
menurut kegunaanya :
a. Tiang awal / akhir
b.

Tiang penyangga

c. Tiang sudut
d. Tiang Peregang / tiang tarik
e.

Tiang Topang

2. Cross Arm (Lengan Tiang)


Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang
perlu dipasang diatas tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross
Arm dipasang pada tiang. Pemasangan dapat dengan memasang klemklem, disekrup dengan baut dan mur secara langsung. Pada Cross Arm
dipasang baut-baut penyangga isolator dan peralatan lainnya, biasanya
Cross Arm ini dibor terlebih dahulu untuk membuat lubang-lubang baut.
3. Isolator
Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari tiang listrik
atau Cross Arm. Jenis-jenis isolator yang digunakan biasanya dipakai
untuk SUTM adalah isolator tumpu. Isolator tarik biasanya dipasang di
tiang tarik atau akhir dan isolator tumpu biasanya dipasang pada tiang
penyangga.
3.3.2 Jenis Gardu Yang Digunakan Untuk Tegangan Menegah
1. Gardu Hubung (GH)
Gardu hubung ini berfungsi sebagai penyalur daya dari gardu induk
ke gardu distribusi tanpa penurunan tegangan. Untuik membagi feeder
menjadi beberapa jurusan dan bias juga untuk pertemuan beberapa feeder
dimana dapat digunakan manuver jaringan apabila diperlukan.
2. Gardu Distribusi (GD)
Gardu Distribusi pada dasarnya adalah transformator atau trafo
yang berfungsi sebagai pengubah tegangan. Trafo ini dapat berupa trafo satu
fasa atau tiga fasa dengan kapasitas antara 400 5000 KVA. Selain trafo
terdapat juga peralatan penunjang lainnya., yaitu arrester, fuse (pelebur)
serta panel tegangan rendah.

10

Ada tiga jenis Gardu Distribusi, yaitu :


a. Gardu Tiang
Sesuai namanya, gardu tiang merupakan gardu distribusi yang dipasang
di tiang pada jaringan distribusi. Gardu tiang ini ada dua macam, yaitu:
1. Gardu Cantol yang dicantolkan pada tiang
2. Gardu yang menggunakan Platform
Trafo pada Gardu Cantol dapat berupa trafo satu fasa atau 1 buah
trafo 3 fasa. Pada gardu distribusi yang menggunakan trafo satu fasa,
gardu jenis ini telah dilengkapi pengaman yang berupa pelebur (fuse)
TM dan pemutus (circuit Breaker) TR. Gardu Tiang sangat cocok
digunakan untuk beban-beban daerah yang sangat padat seperti
perumahan-perumahan, pertokoan, dan lain-lain.
Kapasitas Gardu Tiang lebih kecil dibandingkan dengan Gardu
Beton maupun Gardu Metal Clad. Kapasitas Gardu Tiang biasanya
dibatasi sampai 250 kVA. Pembangunan Gardu Tiang lebih cepat,
mudah dan biayanya lebih murah dibandingkan Gardu Beton dan Gardu
Metal Clad.
b. Gardu Beton
Gardu Distribusi jenis beton merupakan peralatan Gardu Distribusi
yang dipasang dalam bangunan dari beton. Gardu beton memiliki
kapasitas lebih besar dari Gardu Tiang dan gardu Metal Clad dan dapat
juga dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.

Kerugian

Gardu

Beton ini adalah memerlukan tempat yang luas dan biaya lebih mahal
serta pembangunannya yang lebih mahal. Gardu ini pada umumnya
digunakan untuk daya yang besar, sehingga pada Gardu Beton ini dapat
diletakkan beberapa trafo. Keuntungannya adalah peralatan yang ada
didalamnya terlindungi dari cuaca dan pengamanannya lebih mudah.
c. Gardu Metal Clad (MC)
Gardu Metal Clad (MC) sebagian besar kontruksinya terbuat dari
plat besi dengan bentuk menyerupai kios. Pembuatan gardu MC lebih
cepat dibandingkan gardu Beton dan peralatannya merupakan satuan
set lengkap.

11

3.3.3 Peralatan Yang Digunakan Pada Gardu Distribusi


1. Transformator Distribusi
Transformator Distribusi merupakan trafo yang berfungsi
menurunkan tegangan menengah menjadi tegangan rendah. Disesuaikan
dengan situasi dan kondisi beban daerah setempat.
2. Saklar Pemisah (PMS)
Pada umumnya pemisah tidak dapat memutuskan arus, tidak dapat
memutuskan arus yang kecil, misalnya arus pembangkitan trafo atau arus
pemuat riil, tetapi pembukaan dan penutupannya harus dilakukan setelah
pemutus tenaga lebih dulu dibuka.
Untuk menjamin bahwa kesalahan urutan operasi tidak terjadi,
maka harus ada keadaan saling mengunci (interlock), antara pemisah dan
pemutus beban. Seperti pemisah yang terdapat di GI dalam rangkaian
kontrolnya terdapat rangkaian interlock yang akan mencegah bekerjanya
saklar pemisah apabila pemutus tenaganya masih tertutup. Jika dikerjakan
dengan tangan (manual), maka untuk mencegah kesalahan kerja, dipakai
lampu sebagai tanda boleh kerja di dekat kontak operasi kontrol dari
ruangn kontrol. Cara lain adalah dengan menggunakan kunci untuk
masing-masing kontak kontrol atau kunci rangkap (doublet). Dalam
pemakaiannya PMS ini berfungsi untuk memisahkan perlengkapan sistem
dan perlengkapan sistem rel-rel yang bertegangan sewaktu ada perbaikan.
Contoh pemisah adalah load break switch (LBS), dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Dapat digunakan sebagai pemisah ataupun pemutus tenaga dengan
beban nominal.
2. Tidak dapat memutuskan jaringan dengan sendirinya pada waktu ada
gangguan listrik.
3. Dibuka dan ditutup hanya untuk memanipulasi beban.
3. Pemutus Beban (Cut Out)
Cut Out berfungsi sebagai pengaman lebur, jika ganguan arus lebih
yang melebihi kapasitas hantaran Cut Out, maka hantaran tersebut akan

12

melebur dan beban trafo distribusi akan terlepas dari sistem yang
bertegangan dari saluran pengirim daya.
Berbeda halnya dengan pemutus tenaga yang terdapat pada GI terdapat
banyak macam pemutus beban yang dikenal, antara lain :
1. Pemutus beban minyak volume kecil, adalah jenis pemutus tenaga
minyak yang kontak-kontak pemutusnya ada di dalam tabung isolator
porselin.
2. Pemutus beban udara dan pemutus beban semburan udara, adalah
sejenis

pemutus

ketika

busur

api

terjadi

dipadamkan

dengan

menghembuskan udara kepadanya dan mendorongnya ke ruang pemadam


busur. Berbeda dengan pemutus minyak, pemutus semburan udara ( air
blast ) tidak membutuhkan penggantian minyak yang biasanya cukup
merepotkan.
3. Pemutus gas SF6, adalah sejenis pemutus yang menggunakan gas SF6
(sulfur Hexafluoride) sebagai bahan pemadam busur api yang menggunakan udara tekan. Pemutus ini memiliki keuntungan tidak terpengaruh oleh
keadaan cuaca, tidak membahayakan manusia, hampir tidak memerlukan
pemeliharaan dan mudah dipasang. Dalam Perkembangan teknologinya
memberikan harapan yang menggembirakan dalam pemutusan tegangan
tinggi.
4. Lightning Arrester (LA)
Lightning Arrester merupakan alat untuk melindungi isolasi atau
peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang diakibatkan oleh sambaran
petir yang dari suatu penyambungan atau pemutusan rangkaian tanpa
gangguan sistem.
Bila terjadi tegangan lebih akibat petir pada jaringan, maka arrester
be-kerja dengan menggalirkan arus surja ke tanah, kemudian setelah itu
tegangan normal kembali.
Pada tegangan operasai normal, arrester harus mempunyai
impedansi sangat tinggi. Bila mendapat tegangan transien abnormal di atas
harga tegangan tembusnya, maka harus menembus dengan cepat. Arus
pelepasan selama waktu tembus tidak boleh melebihi arus pelepasan

13

nominal supaya tidak merusak Arrester. Arus dengan frekuensi normal


harus diputuskan dengan segera apabila tegangan transien telah turun di
bawah tegangan tembusnya.
3.3.4 Jaringan Tegangan Rendah
Jaringan tegangan rendah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik
dari Gardu Distribusi ke Konsumen tegangan rendah. Tegangan rendah yang
digunakan PT. PLN ( persero) adalah 127/220 V dan 220/380 V. Konstruksi
Jaringan Tegangan Rendah (JTR) Konstruksi JTR terbagi atas :
a. Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)
SUTR merupakan jaringan kawat yang berisolasi maupun tidak
berisolasi. Bagian utama dari SUTR kawat tak berisolasi adalah tiang
listrik (besi, beton), Cross Arm, Isolator dan penghantar Aluminium /
Tembaga (Cu)
b. Saluran Kabel Udara Tegangan Rendah (SKUTR)
Kabel yang digunakan adalah jenis XLPE yang lebih dikenal
dengan nama LVTC ( Low Voltage Twisted Cable). Jenis kabel ini
direntangkan di antara tiang penyangga. Bagian utama adalah tiang, kabel
dan suspension Clamp Bracket, yang berfungsi untuk menahan kabel pada
tiang. Kabel jenis ini sekarang banyak digunakan dalam pemasangan JTR
baru karena dianggap kontruksi jenis ini lebih handal.
3.3.5 Konfigurasi Jaringan
Keandalan pemasokan daya merupakan tuntutan mutlak pelanggan
untuk itu diantisipasi dengan penyusunan pola jaringan distribusi yang sesuai
dengan tingkat keandalan yang diinginkan. Tidak semua pelanggan harus
dilayani dengan sistem yang mahal, tetapi pelanggan penting ( Industri Usaha,
Rumah Sakit dan Lain-lain ) harus mendapat tingkat keandalan yang tinggi.
Konfigurasi jaringan yang ada pada sistem Palembang , yaitu :
a. Radial Murni
Konfigurasi jenis ini adalah konfigurasi jaringan yang paling
sederhana dan paling murah pembangunannya. Konfigurasi jaringan jenis
ini terutama untuk melayani konsumen yang terletak di ujung jaringan
listrik. Pada jaringan radial cabang dari feeder lateral disebut feeder

14

sublateral. Arus yang paling besar mengalir pada jaringan adalah yang
paling dekat dengan Gardu Hubung, yang akan semakin berkurang dengan
semakin jauh jaraknya, sehingga memungkinkan untuk memperkecil luas
penampang dari penghantar. Konfigurasi Jaringan Radial ini keandalanya
sangat kurang di mana bila terjadi gangguan pada feeder lateral maka
konsumen yang berada di belakang titik gangguan tidak dapat menerima
energi listrik.
b. Ring Terbuka (Open Ring)
Struktur ini merupakan gabungan dari dua buah struktur jaringan
radial, di mana pada kedua jaringan dipasang sebuah pemutus (PMT) atau
pemisah (PMS). Pada saat terjadi gangguan dan gangguan tersebut dapat
diisolir, maka PMT/PMS ditutup sehingga aliran daya listrik ke bagian
yang tidak terkena gangguan tidak berhenti.
Dalam kondisi normal struktur jaringan ring ini merupakan dua
struktur radial. Pada umumnya penghantar dari struktur ini mempunyai
ukuran yang sama. Ukuran konduktor ini dipilah sehingga dapat
menyalurkan seluruh daya listrik beban struktur ring yang merupakan
jumlah daya listrik beban dari kedua struktur radial. Struktur jaringan ini
mempunyai keandalan yang cukup, sedangkan biaya pembangunan lebih
mahal dibandingkan dengan biaya pembangunan struktur jaringan radial.
c. Spindel
Spindel adalah suatu pola jaringan khusus yang ditandai dengan
ciri adanya sejumlah kabel keluar dari suatu Gardu Induk / Gardu Hubung
yang disebut Out Going Cable menuju kearah suatu titik temu yang disebut
Gardu refleksi. Kumpulan kabel ( dalam satu Spindel ) tersebut
dimaksudkan untuk menyalurkan energi listrik ke suatu daerah pelayanan
meliputi luas daerah antara 10 hingga 25 km . Satu spindle terdiri dari
maksimum 6 (enam) buah kabel. Kabel kerja sepanjang kabel ini
tersambung dengan Gardu Distribusi dan satu kabel cadangan (exspress
feeder) sama sekali tidak tersambung dengan Gardu Distribusi.
Kabel kerja disebut Working Cable atau Feeder, sedangkan kabel
cadangan disebut Express feeder. Kabel cadangan ini digunakan untuk

15

menormalkan kembali penyaluran energi listrik ke seluruh bagian feeder


yang mengalami ganggguan setelah bagian yang terganggu diketahui dan
dipisahkan (diisolasikan) terhadap jaringan opeasi. Kabel cadangan ini
harus selalu diberi tegangan sehingga jika terjadi gangguan dapat segera
dioperasikan bila sewaktu-waktu terjadi gangguan. Seandainya kabel
cadangan ini tidak diberi tegangan sebelum pada saat diperlukan sebagai
penyalur energi darurat, maka kerusakan sewaktu-waktu pada kabel
tersebut baru akan diketahui pada saat pemutusan tenaga kabel tersebut di
Gardu Induk.
Syarat utama untuk menjamin bekerjanya sistem darurat
(emergency system) sebagaimana seharusnya adalah dengan membiarkan
instalasi cadangan tetap pada posisi ON terus-menerus. Mengingat
perkembangan dasar Spindel adalah Loop terpisah, tanpa kabel cadangan
tetapi kedua kabel tersebut masing-masing kemampuan minimal
penyalurannya sehingga satu sama lain mampu sebagai cadangan apabila
diperlukan. Apabila beban dari salah satu kabel bertambah besar
melampaui harga 50% dari kemampuannya, maka sebuah kabel baru harus
ditarik. Keadaan ini adalah langkah kedua dari Spindel. Kabel baru yang
ditarik merupakan kabel cadangan terhadap kabel kerja lainnya. Sistem ini
tidak terdapat di Cabang Palembang.
3.3.6 Rencana Pengembangan Sistem Palembang
Untuk mengembangkan sistem yang ada di Palembang, PT. PLN
melakukan serangkaian perencanaan, antara lain :
1. Melakukan sistem radial menjadi sistem terbuka.
2. Perubahan tegangan menengah (PTM), yaitu semua sistem 12 KV menjadi
20 KV.
3. Perubahan tegangan rendah (PTR), yaitu semua tegangan 127/231 V
menjadi tegangan 231/400 V.
4. Penambahan jalur penyulang.
5. Perbaikan tegangan drop.
6. Pembangunan pembangkit baru untuk mengatasi kenaikan beban.
3.3.7 Rencana Kerja Bagian Distribusi

16

Rencana kerja bagian Distribusi adalah :


1. Penurunan susut distribusi baik teknis maupun non teknis.
2. Penurunan jumlah gangguan pada penyulang-penyulang.
3. Pelaksanaan efisiensi program.
4. Perbaikan konstruksi penyulang.
5. Pemeliharaan jaringan tegangan menengah dan rendah.

3.4 Tingkat Jaminan Pada Sistem Distribusi


Sesuai dengan tingkat pertumbuhan kelistrikan di Indonesia, maka PLN tidak
saja berusaha memenuhi permintaan listrik yang meningkat, sesuai dengan tuntutan
konsumen, tetapi PLN perlu juga memperhatikan mutu keandalan pelayanan yang
terdiri dari:
1. Frekuensi
Frekuensi diharapkan sekonstan mungkin 50 Hz. Frekuensi akan berubah
bila terjadi perubahan keseimbangan antara energi yang disuplai fasilitas
pembangkit dan energi yang digunakan beban.
2. Tegangan
Diharapkan tegangan sekonstan mungkin pada tegangan nominal
(misalkan pada tegangan rendah tegangan nominal sekarang ialah 220 V fasa
tunggal dan 380 V fasa tiga). Variasi tegangan disebabkan sebagai akibat susut
tegangan, sebagai akibat bertambahnya beban pada sistem dan beroperasinya
pengatur tegangan otomatis yang menggunakan kompensasi jaringan.
3. Kelip (Flicker)
Kelip ialah susut tegangan sekejap antara 2 % - 30 % dengan frekuensi 1
setiap tahun sampai 20 Hz. Susut tegangan ini diakibatkan oleh pengasutan
langsung motor listrik, beroperasinya motor listrik dengan beban yang tidak
konstan, beroperasinya tanur busur dan lain sebagainya.
4. Ketidakseimbangan Tegangan Kandungan Harmonik
Ketidakseimbangan diukur pada sistem 3 fasa saja dan pengukuran ialah
tegangan antar fasa. Tegangan yang tidak seimbang antara lain akan
menyebabkan motor-motor induksi menjadi panas.
5. Kandungan Harmonik

17

Tegangan suplai dari PLN manapun pembangkit sendiri tidak mungkin


berbentuk sinusoidal murni dengan frekuensi 50 Hz. Harmonik antara lain dapat
mengurangi efisiensi baik peralatan pensuplai maupun peralatan pemakai.
Harmonik dapat berbentuk kontinue maupun tegangan yang sporadic yang dapat
mengganggu beroperasinya komputer.
6. Hilang Tegangan Sekejap
Hilang tegangan sekejap adalah susut tegangan dari 30% - 100% (hilang
tegangan) yang disebabkan oleh karena peristiwa hubung singkat atau
beroperasinya penutup balik. Untuk hubung singkat pada SUTT dimana
digunakan rele jarak sebagai pelindung, lama hilang tegangan sekejap bias
antara 80 ms 480 ms. Untuk hubung singkat SUTM, dimana digunakan rele
arus lebih biasa sebagai pelindung, hilang tegangan sekejap bias sampai 2 detik.
7. Pemadaman
Berhentinya suplai listrik disebut . Untuk mengukur parah tidaknya suatu
pemadaman digunakan 2 indeks, yaitu :
a. Indeks frekuensi pemadaman rata-rata adalah jumlah banyaknya pemadaman
yang dialami konsumen dalam 1 tahun dibagi dengan jumlah konsumen yang
dilayani. Satuan kali tiap tahun atau pemadaman tiap tahun.
b. Indeks lama pemadaman rata-rata adalah jumlah lamanya pemadaman yang
dialami konsumen dalam 1 tahun dibagi dengan jumlah konsumen yang
dilayani. Satuan jam tiap tahun.
Kedua indeks pemadaman tersebut dihitung dengan tidak ikut
menjumlahkan pemadaman sejenak (momentary interruption). Yang dimaksud
dengan pemadaman sejenak ialah pemadaman yang lamanya 5 menit atau kurang.

18

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Sistem tenaga listrik terdiri atas tiga bagian utama yaitu, sistem pembangkitan,
sistem transmisi dan sistem distribusi.
2. Sistem distribusi tenaga listrik terdiri dari Gardu Induk Distribusi, Jaringan
Primer (JTM), Transformator Distribusi, Jaringan Sekunder (JTR).
3. Sistem pengamanan jaringan dilakukan dengan perencanaan koordinasi
Pemutus Tenaga (PMT), dengan pengindera OCR dan GRF, Recloser dengan
pengindera OCR (Over Current Relay), Sectionaliser dengan pengindera
jumlah tegangan hilang / CTO (Count To Open), FCO dengan fuse pelebur
untuk pemutus rangkaian akibat hubung singkat karena gangguan atau beban
lebih, LBS (Load Breake Switch) yaitu pemutus tegangan pada jaringan dengan
kondisi diberi beban.

19

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pln.co.id/lampung/?p=3551
http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/12/sistem-distribusi-tenaga-listrik.html
http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/12/proses-penyampaian-energi-listrik.html
Syamsudin, Rasam, dkk. 2011. Sistem Proteksi dan Pentanahan.

20

Anda mungkin juga menyukai