Anda di halaman 1dari 276

TEKNIK INSTALASI LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

BAB I
KONSTRUKSI MENARA/TIANG JARINGAN
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

A. Tujuan
Setelah mengikuti menyelesaikan kegian-kegiatan belajar dari modul
ini, diharapkan peserta diklat memiliki spesifikasi kinerja sebagai berikut:
Mampu menganalisi kontruksi menara/tiang jaringan distribusi tenaga
listrik.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator pencapaian kompetensi untuk kegiatan pembelajaran ini adalah :
Menganalisis konstruksi menara/ tiang jaringan distribusi tenaga listrik

C. Uraian Materi
1. Pendahuluan
Tiang listrik pada jaringan distribusi digunakan untuk saluran
udara (overhead line) sebagai penyangga kawat penghantar
agar penyaluran tenaga listrik ke konsumen atau pusat pusat
beban dapat disalurkan dengan baik. Persyaratan suatu tiang
penyangga yang digunakan untuk penompang jaringan
distribusi tenaga listrik adalah :
a. Mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi
b. Mempunyai umur yang panjang
c. Mudah pemasangan dan murah pemeliharaannya
d. Tidak terlampau berat
e. Harganya murah
f. Berpenampilan menarik
g. Mudah dicabut dan dipasang kembali
Tiang listrik pada jaringan distribusi digunakan untuk saluran
udara (overhead line) sebagai penyangga kawat penghantar
agar penyaluran tenaga listrik ke konsumen atau pusat pusat
beban dapat disalurkan dengan baik.
2. Klasifikasi Tiang Penyangga Jaringan Distribusi

a. Berdasarkan bahannya
Jenis tiang jaringan distribusi yang digunakan untuk jaringan
distribusi tenaga listrik ada beberapa macam, yaitu :
1) Tiang Kayu (Wood Pole)
Tiang kayu banyak digunakan sebagai penyangga jaringan
karena konstruksinya yang sederhana dan biaya investasi lebih
murah bila dibandingkan dengan tiang jenis yang lain.
Selain itu tiang kayu merupakan penyekat (isolator) yang paling
baik sebagai penompang saluran udara terhadap gangguan
hubung singkat.
Jenis kayu yang digunakan sebagai tiang listrik diambil dari
jenis tertentu. Untuk Indonesia yang memiliki berjuta-juta hektar
hutan kayu dari berbagai jenis, yaitu kayu untuk jaringan distribusi
dari jenis kayu : ulin (Eusidiraxylon Zwageri), kayu jati
(Tectona Grandis), kayu rasamala (Altanghia Exelsa Novanla).
Sedangkan di Amerika Serikat jenis tiang kayu yang digunakan
dari jenis kayu den (douglas fir), kayu cemara (yellow pine),
dan kayu aras (western red cendar), kayu Ulin (Eusidiraxylon
Zwageri), kayu Jati (Tectona Grandis), kayu Rasamala (Altanghia
Exelsa Novanla), kayu Den (Douglas Fir), kayu Cemara (Yellow
Pine), dan kayu Aras (Western Red Cender).
Kebaikan Tiang Kayu ini adalah mempunyai konstruksi yang
sederhana, biaya investasi lebih murah, merupakan bahan

112
penyekat (isolasi) yang baik buat penompang jaringan, dapat
dibentuk menurut konstruksi, biaya perawatan rendah dan bebas
dari gangguan petir.
Kelemahan Tiang Kayu ini adalah tergantung pada persediaan
kayu yang ada, perlu pengawetan terlebih dahulu, umur
lebih pendek : 10 - 12 tahun bila tak diawetkan dan 20 - 30 tahun
bila diawetkan, tidak dapat menyangga beban secara aman,
dan apalagi bila terjadi satu atau dua kawat terputus.

Gambar 2. Tiang kayu dalam bentuk segiempat

Sebelum digunakan tiang kayu ini diawetkan dulu agar tahan


lama. Penggunaan tiang kayu yang tidak diawetkan dianggap
tidak ekonomis, karena kayu akan cepat lapuk oleh
sebangsa/sejenis cendawan (jamur) yang menempel pada kayu
tersebut. Dimana cendawan lebih senang hidup menempel
pada kayu apabila dalam keadaan lembab (basah). Dengan
diadakan pengawetan umur tiang kayu akan berkisar antara 25
sampai 30 tahun lebih, apalagi bila digunakan jenis kayu ulin,
kayu jati, dan kayu rasamala akan sangat memuaskan sesuai
pengalaman selama ini. Terutama kayu ulin memiliki kekerasan
dan kekuatan yang baik tanpa diawetkan. Sedangkan jenis kayu
lain apabila tidak diawetkan akan mempunyai umur hanya 10
sampai 12 tahun. Penggunaan tiang kayu ini ternyata
menghasilkan penghematan biaya investasi yang tidak kecil
dibandingkan tiang baja. Apalagi Indonesia tersedia banyak
sekali persediaan kayu. Walaupun demikian biaya pengangkutan
untuk mendatangkan kayu ulin dari hutan-hutan di Kalimantan
cukup tinggi. Begitu pula untuk biaya pemeliharaan tiang,
khususnya tiang yang tidak mengalami pengawetan sebelumnya.

Gambar 3. Tiang kayu dalam bentuk bulat

Tabel 3 : Perbandingan Kekuatan Tiang Kayu

Persentase Elastisitas Ketegangan Kekuatan


Berat Jenis tindas
Jenis Kayu Kelembaban Modulus Serat
(g/cm2)
(%) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2)

114
Tiang Den 12 0,47 137.000 548 522
Tiang Cemara 12 0,51 127.000 548 498
Tiang Aras 12 0,33 79.000 422 353
Tiang Damar 15,7 0,45 4.000 295
Tiang
14,7 0,80 92.000 575 598
Rasamala
Tiang Ulin 15,5 1,04 184.000 1.113 734

Tabel 4 : Ukuran Tiang Kayu

Diameter Kedalaman
Tinggi Tiang Diameter Bagian
Bagian Bawah Pondasi
(m) Atas (m)
(m) (m)
1 20 1,65
9 5 25 1,65
2 30 1,65
0
1 20 1,65
10 5 25 1,65
2 30 1,65
0
1 20 1,80
11 5 25 1,80
2 30 1,80
0
2 20 2,00
12 0 25 2,00
2 30 2,00
0
2 20 2,15
13 0 25 2,15
2 30 2,15
0
2 20 2,30
14 0 25 2,30
2 30 2,30
20 2,50
15 2 25 2,50
0 30 2,50
20 2,65
16 2 25 2,65
0 30 2,65
20 3,00
17 2 25 3,00
0 30 3,00
Kedalaman tiang dihitung seperenam dari tinggi tiang.
Gambar 4. Konstruksi tiang kayu yang digunakan pada jaringan distribusi

b. Tiang Baja (Steel Pole)


Tiang baja yang digunakan berupa pipa-pipa baja bulat yang
disambung dengan diameter yang berbeda dari pangkal hingga
ujungnya. Pada umumnya ukuran penampang bagian pangkal lebih
besar dari ukuran penampang bagian atasnya (ujung).
Melihat konstruksinya yang lebih kokoh, lurus dan bentuknya lebih
indah dibandingkan dengan tiang kayu, tiang baja ini banyak
dipakai. Walaupun ongkos pengangutan dan pemeliharaan tiang
baja ini lebih mahal , tetapi bila dibanding-kan dengan tiang kayu
maka tiang baja ini lebih banyak dipilih untuk penyangga kawat
penghantar jaringan distribusi, terutama untuk jaringan distribusi
tegangan tinggi. Hal ini disebabkan beban penompang pada
jaringan distribusi tegangan tinggi lebih besar bila dibandingkan
beban penompang pada jaringan distribusi tegangan rendah.
Tiang baja bulat sangat banyak digunakan untuk penopang jaringan
listrik SUTM dan SUTR. Disamping penggunaan jenis lainnya
seperti: tiang kayu, tiang beton bertulang, tiang beton bertulang dan
tiang konstruksi baja.
Tiang baja bulat ukuran 12 m dan 14 m digunakan untuk

116
keper1uan-keperluan khusus. Seperti untuk tiang penopang
jaringan 20 kV yang melintasi jaringan 6 kV yang berada di
bawah 20 kV tersebut.
Tiang baja bulat ukuran 11 m sering dipakai untuk penopang
jaringan SUTM. Tiang baja bulat ukuran 9 m digunakan untuk
penopang jaringan SUTR.
Baja bulat ukuran 8 m digunakan untuk tiang penyangga kawat
pada penguat tiang jenis (schoer kontra mast).baja bulat ukuran 3 m
dipakai pada penyambungan tiang 9 m ada untuk jaringan SUTR,
dimana akan dipasangkan jaringan di atas jaringan SUTR tersebut.

Gambar 5. Ukuran Tiang Baja Sambungan

Gambar 6. Ukuran Tiang Baja Jenis Mannasmann


c. Tiang Beton
1) Tiang Beton Bertulang
Tiang jenis ini lebih mahal dari pada tiang kayu tetapi lebih
murah dari pada tiang baja bulat. Tiang ini banyak digunakan
untuk mendistribusikan tenaga listrik di daerah pedesaan dan
daerah terpencil atau di tempat-tempat yang sulit dicapai.
Karena tiang beton bertulang dapat dibuat di tempat tiang
tersebut akan didirikan. Tiang beton bertulang juga dipilih jika
dikehendaki adanya sisi dekoratif. Untuk penbuatan beton
bertulang digunakan campuran beton 1 : 1,5 : 3 dengan kerikil
yang seragam berukuran diameter 15 mm.
Tiang beton bertulang memiliki umur yang sangat panjang
dengan perawatan yang sederhana, tetapi tiang ini berukuran
besar dan cukup berat. Kelemahannya tiang ini cendrung hancur
jika ditabrak kendaraan.

2) Tiang Beton Pratekan


Jenis tiang ini lebih mahal dari tiang beton bertulang.
Pemasangannya lebih sulit dibandingkan dengan tiang kayu
karena sangat berat. Tiang beton bertulang memiliki umur yang
sangat panjang dengan perawatan yang sangat sederhana.
Tiang jenis ini tidak perlu di cat untuk pengawetannya, karena
tidak akan berkarat. Kelemahan jenis tiang ini cendrung hancur
jika terlanggar oleh kendaraan.

118
Gambar 7. Penampang Tiang Beton Pratekan

Berikut ini. tabel standar specifikasi tiang beton pratekan


dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 5. Standar Spesifikasi Tiang Beton Praktekan
Rancangan Momen Value
A B C D E F G H Berat
Type Beban Lentur
(daN) (KnM)
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) a3 Nominal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
9-16-100 100 9 7,5 1,5 160 260 280 40 15 0,204 512
9-16-200 200 14,2 9 7,5 1,5 160 260 280 40 15 0,024 524
9-19-350 350 24,85 9 7,5 1,5 190 290 310 45 15 0,261 660
9-19-500 500 35,5 9 7,5 1,5 190 290 310 45 15 0,261 671
11-19-200 200 11 9,1 1,9 190 311 337 45 15 0,341 850
11-19-350 350 30,68 11 9,1 1,9 190 311 337 45 15 0,341 858
11-19-500 500 43,83 11 9,1 1,9 190 311 337 50 15 0,283 926
11-22-850 850 74,52 11 9,1 1,9 220 341 337 60 15 0,484 1243
11-22-1200 1200 105,20 11 9,1 1,9 220 341 337 60 15 0,484 1292
12-19-200 200 19,2 12 10 2 190 323 350 45 15 0,415 1063
12-19-350 350 33,6 12 10 2 190 323 350 45 15 0,415 1063
12-19-500 500 48 12 10 2 190 323 350 50 15 0,415 1063
13-19-350 350 36,52 13 10,8 2,2 190 334 363 45 15 0,426 1076
13-19-500 500 52,17 13 10,8 2,2 190 334 363 50 15 0,463 1185
13-22-850 850 88,68 13 10,8 2,2 220 364 393 60 15 0,604 1553
13-22-1200 1200 125,2 13 10,8 2,2 220 364 393 60 15 0,604 1616
14-19-350 350 39,43 14 11,6 2,4 190 346 367 45 15 0,459 1159
14-19-500 500 56,33 14 11,6 2,4 190 346 367 45 15 0,459 1159
d. Berdasarkan sifatnya
Menurut sifatnya tiang listrik dapat digolongkan menjadi
tiga macam, yaitu tiang kaku (rigid), tiang lentur (flexible),
dan tiang setengah lentur (semi flexible).
Tiang kaku direncanakan untuk menahan beban penompang
yang diperkirakan besar (berat), sedangkan tiang lentur dan
setengah lentur direncanakan untuk menahan beban penompang
tidak terlalu berat atau lebih ringan.
Untuk tiang kayu yang memiliki sifat lentur biasanya
tidak digunakan untuk saluran feeder utama (jaringan distribusi
primer) yang memiliki beban penompang lebih besar, tetapi
banyak digunakan untuk jaringan distribusi tegangan rendah.
Untuk tiang yang memiiki sifat setengah lentur banyak digunakan
untuk jaringan distribusi sekunder atau untuk tiang service
(pelayanan) pada konsumen.
Tiang yang mempunyai sifat lentur dan setengah lentur ini
banyak sekali kerugiannya dan diperlukan perencanaan yang
lebih teliti sebelum digunakan. Khususnya dalam merencanakan
ketegangan (stress) kawat yang menompang di antara jarak tiang
(span). Kalau tidak akan terjadi kelenturan ke arah tegangan
(stress) kawat yang terkencang. Hal ini bisa terjadi pula
apabila salah satu atau dua kawat yang menompang pada
tiang di antara span tersebut putus. Dan kelenturan tiang
akan mengarah ke span yang kawatnya tidak putus. Kesulitan
lain apabila mengukur ketegangan kawatnya (sag) bila tidak
sesuai dengan beban yang menompang pada tiang akan
mengakibatkan kejadian yang sama. Atau bila pondasi tiang tidak
kokoh akan mengakibatkan tiang menjadi miring atau amblas ke
dalam tanah.
e. Berdasarkan konstruksinya
Melihat bentuk konstruksi jaringan distribusi tenaga listrik saluran
udara, maka dikenal 2 macam konstruksi, yaitu :
1) Tiang horizontal
Keuntungannya
a) Tekanan angin yang terjadi, terfokus pada wilayah cross-

120
arm
(travers)
b) Dapat digunakan untuk saluran ganda tiga fasa

Gambar 8. Tiang dalam konstruksi horizontal


Kerugiannya
a) Lebih banyak menggunakan cross-arm (travers)
b) Beban tiang (tekanan ke bawah) lebih berat.
c) Lebih banyak menggunakan isolator
2) Tiang vertikal
Keuntungannya
a) Sangat cocok untuk wilayah yang memiliki bangunan tinggi
b) Beban tiang (tekanan ke bawah) lebih sedikit
c) Isolator jenis pasak (pin insulator) jarang digunakan
d) Tanpa menggunakan cross-arm (travers)
Kerugiannya
a) Tekanan angin merata di bagian tiang
b) Terbatas hanya untuk saluran tunggal tiga fasa

Gambar 9.Tiang dalam konstruksi vertikal

f. Berdasarkan fungsinya
1) Tiang Singgung (tangent pole)
Tiang singgung ini digunakan untuk saluran yang lurus,
dan diterapkan untuk sudut line tidak kurang dari 5 derajat.
Fungsi tiang singgung ini untuk menyangga kawat penghantar
dan isolator yang memiliki beban penompang yang lebih
ringan. Sehingga tidak ada gaya yang ditimbulkan oleh tarikan
kawat pada sudut kurang dari 5 derajat. Isolator yang dipakai
untuk tiang singgung ini biasanya dari jenis pasak (pin type
insulator) dan isolator jenis pos saluran (line post insulator).

Gambar 10. Simbol untuk tiang singgung (tangent)

2) Tiang Ujung (deadend pole)


Pada ujung-ujung jaringan tenaga listrik dipasang tiang-tiang
penarik yang berfungsi merentangkan kawat penghantar.

122
Jika kekuatan tarik pada tiang ujung ini lebih besar maka
digunakan dua buah atau kadang-kadang tiga buah kawat
tarikan (guy wire). Hal ini dimaksudkan untuk mengimbangi
kekuatan tarik kawat penghantar. Jenis isolator yang dipasang
pada tiang ujung ini sesuai dengan kekuatan tarik yang
lebih besar, dipakai isolator jenis gantung (suspension type
insulator).

Gambar 11. Simbol untuk tiang ujung (deadend)

3) Tiang Sudut (angle pole)


Tiang sudut digunakan untuk saluran yang memiliki sudut
lebih besar dari 5 derajat. karena sudut yang terjadi biasanya
lebih besar, maka tiang sudut diperkuat dengan suatu kawat
tarikan (gay wire) sebagai penahan gaya tarikan dari kawat
penghantar yang membuat sudut tersebut. Sudut yang
diperke-nankan adalah (a) sudut kecil antara 5 derajat
sampai 10 derajat, dan (b) sudut besar antara 10 derajat
sampai 60 derajat.
Pembagian sudut ini menetukan isolator yang dipasangkan
pada tiang tersebut. Karena tiap-tiap isolator mempunyai
kekuatan mekanis sendiri-sendiri. Untuk sudut kecil (5 - 10
derajat), pada tiang sudut dipasang isolator jenis pasak (pin
type insulator) yang dipasang secara ganda. Sebab bila
dipasang tunggal tidak memungkinkan kekuatannya pada
tarikan sudut sampai 10 derajat. Sedangkan untuk sudut besar
(10 - 60 derajat) karena kekuatan tarik dari kawat penghantar
lebih besar maka tiang sudut besar ini digunakan isolator jenis
gantung (suspension type insulator).

Gambar 12. Simbol untuk tiang sudut (angle pole)

4) Tiang Penegang (tension pole)


Tiang penegang ini biasanya digunakan untuk
memperkuat tegangan kawat (stress) pada tiang-
tiang sudut yang kawat tarikannya (guy wire)
menghadap ke jalan raya atau sungai, sehingga
tidak memung-kinkan meletakkan kawat tarikan di
tengah jalan raya atau di tengah sungai. Oleh sebab itu
untuk tidak mengganggu lalu lintas jalan raya, maka
digunakan tiang penegang tersebut. Karena fungsi tiang
penegang ini hanya untuk memperkuat tegangan kawat
maka tidak digunakan isolator. Tetapi bila letak tiang
penegang ini di daerah padat beban maka tiang
penegang ini dapat dialihkan fungsinya sebagai tiang
service (pelayanan) dengan menggunakan kabel
service yang terbungkus isolasi yang digantungkan
pada kawat penegang dan isolator jenis pasak (pin
type insulator).

124
Gambar 13. Simbol untuk tiang penegang (tension pole)
5) Ukuran Tiang Penyangga
Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai ukuran tiang listrik
ini adalah
a) Tinggi tiang, yang tergantung pada ukuran tegangan
sistem.
b) Kedalaman pondasi tiang, yang tergantung pada kondisi
tanah
setempat.
6) Jarak antara tiang (span), yang tergantung pada
kepadatan beban untuk suatu daerah pelayanan, jenis
kawat
penghantara dan ketinggian tiang.

Tabel 6.
Ukuran Tiang Dan Jarak Antar Tiang Menurut
Peraturan AVE D210

Tegangan Tinggi Jarak


Macam
Saluran Macam Tiang Tiang Tiang
Saluran
(kV) (m) (m)
Distribusi Tiang kayu
Tegangan Tiang pipa besi
0 s/d 1 9 s/d 12 40 s/d 80
Rendah Tiang baja
Tiang kayu,
Distribusi
Tiang pipa besi, Tiang
Tegangan
6 s/d 30 baja, 10 s/d 20 60 s/d 150
Tinggi
Tiang konstruksi besi
Transmisi Tiang konstruksi besi,
Tegangan Tiang beton ertulang,
60 s/d 110 30 s/d 60 200 s/d 300
Tinggi Menara baja
Transmisi
Extra High 220 s/d 380 Konstruksi besi 40 s/d 80 250 s/d 350
Voltage
Ketentuan-ketentuan diatas sudah ditetapkan dalam
standarisasi seperti PUIL atau AVE-VDE. Hingga saat ini
ketentuan-ketentuan dalam bidang jaringan distribusi belum
ada yang dirobah. Dengan adanya perkembangan bidang
teknologi dewasa ini, nampaknya perlu ditinjau kembali.

3. Standarisasi Konstruksi Jaringan Distribusi Tegangan Rendah


Konstruksi jaringan distribusi tenaga listrik dengan saluran udara terdiri
dari beberapa macam bentuk atau formasi. Hal ini banyak disebabkan
oleh sejumlah faktor yang diantaranya oleh faktor alih teknologi dan
kondisi rute jaringannya sendiri. Konstruksi jaringan distribusi dengan
saluran udara yang dipergunakan di wilayah Sumatera Barat tidak jauh
beda dengan konstruksi jaringan distribusi dengan saluran udara
yang dipergunakan di Jawa Timur maupun di Jawa Barat.
Konstruksi jaringan distribusi tersebut merupakan penyempurnaan
dari standar konstruksi distribusi yang telah ada, yaitu berasal dari
Standart Sofrelec, New Jack, dan Chas T. Main International, Inc.yang
telah menyebar ke wilayah- wilayah PLN.
Pemahaman konstruksi jaringan distribusi ini banyak manfaatnya yang
dapat dipetik yaitu :
a. Agar dapat membantu sistem informasi mengenai standar
konstruksi
distribusi ini.
b. Terdapat keseragaman konstruksi jaringan distribusi sehingga akan
mempermudah pelaksanaan pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan jaringan distribusi di seluruh wilayah PT PLN .

126
c. Dengan adanya pengetahuan standar konstruksi jaringan distribusi
tersebut
bagi pelaksana akan membantu meningkatkan penguasaan standar
konstruksi yang sekaligus akan meningkatkan profesionalisme
sumber
daya manusia di bidang konstruksi.
d. Meningkatnya mutu jaringan distribusi yang nantinya akan
meningkatkan
mutu keandalan dan keandalan dalam pelayanan.
e. Mempercepat proses perencanaan, pengoperasian dan
pemeliharaan
jaringan distribusi.
f. Memudahkan dalam mengedit maupun merubah konstruksin
dan
komponennya sesuai kondisi di lapangan.
Ada 10 jenis konstruksi jaringan distribusi tegangan rendah, yang
masing-masing sesuai dengan kondisi/rute jaringan di lapangan.
Masing- masing konstruksi tersebut adalah :
a. Konstruksi TR-1.
Konstruksi TR-1 merupakan konstruksi saluran kabel udara
tegangan rendah (SKUTR) yang menggunakan suspension small
angle assembly (penggantung untuk tiang sangga/tumpu).
Gambar 14. Konstruksi Pemasangan SKUTR Tiang Penyangga TR1
b. Konstruksi TR-2.
Konstruksi TR-2 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR dengan
sudut kurang dari 45, dengan menggunakan large angle assembly
(penggantung untuk tiang belokan/sudut).
TR-2 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang dipasang
pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar
membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal.

Gambar 15. Konstruksi Pemasangan SKUTR Tiang Sudut TR2


c. Konstruksi TR-3.
Konstruksi TR-3 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR untuk
tiang akhir atau tiang awal dengan treck schoor. Pengait
kabel digunakan fixed dead-end clamp complete plastic strip (peralatan
untuk penarik pada tiang awal/akhir lengkap dengan plastic strap).

128
Gambar 16. Konstruksi Pemasangan SKUTR Tiang Awal/Akhir TR3
d. Konstruksi TR-4.
Konstruksi TR-4 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR
sebagai tiang penyangga pada persimpangan (silang). Kedua saluran
dikaitkan pada suspension small angle assambly.

Gambar 17. Konstruksi Pemasangan SKUTR


Tiang Penyangga Pada Persimpangan TR4
e. Konstruksi TR-5.
Konstruksi tiang TR-5 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR
pada tiang penegang. Kabel dikaitkan pada fixed dead-end assambly.
Tiang penegang/tiang tarik adalah tiang yang dipasang pada saluran
listrik yang lurus dimana gaya tarik kawat pekerja terhadap tiang
dari dua arah yang berlawanan.

Gambar 18. Konstruksi Pemasangan SKUTR Tiang Penegang TR5


f. Konstruksi TR-6.
Konstruksi TR-6 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada
tiang pencabangan, yang menggunakan suspension small angle
assambly dan fixed dead-end assambly untuk mengaitkan kabel.

Gambar 19. Konstruksi Pemasangan SKUTR Tiang


Pencabangan TR6
g. Konstruksi TR-7.
Konstruksi TR-7 merupakan konstruksi penyambungan SKUTR
dengan existing dengan menggunakan fixed dead-end assambly.

130
Gambar 20. Konstruksi Pemasangan SKUTR dengan Existing TR7
h. Konstruksi TR-8.
Merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada tiang awal atau
tiang akhir dengan menggunakan ajustable.

Gambar 21. Konstruksi Pemasangan SKUTR dengan Ajustable TR8


i. Konstruksi TR-9.
Konstruksi TR-9 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada
trafo tiang, dengan menggunakan fixed dead-end clamp untuk
mengikat kabel.

Gambar 22. Konstruksi Pemasangan SKUTR Trafo Tiang TR9

j. Konstruksi TR-10.
Konstruksi TR-10 merupakan konstruksi pemasangan SKUTR pada
trafo tiang untuk tiga jurusan. Pengikat kabel digunakan fixed dead-end
clamp.

Gambar 23. Konstruksi Pemasangan SKUTR pada Trafo Tiang TR10


4. Standarisasi Konstruksi Jaringan Distribusi Tegangan
Menengah
a. Konstruksi TM-1.
Konstruksi TM-1. Konstruksi TM-1 merupakan tiang tumpu yang
digunakan untuk rute jaringan lurus, dengan satu traves (cross-arm)
dan menggunakan tiga buah isolator jenis pin insulator dan tidak
memakai treck skoor (guy wire). Penggunaan kostruksi TM-1 ini
hanya dapat dilakukan pada sudut 170-180.
Konstruksi TM-1 ini termasuk tiang penyangga yang merupakan
tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dan hanya
berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar dimana gaya yang
ditanggung oleh tiang adalah gaya karena beban kawat.

132
Gambar 24. Konstruksi Tiang Penyangga TM-1 SUTM
Konstruksi TM-1D. Pada dasarnya konstruksi TM-1D sama dengan
TM-1, bedanya TM-1D digunakan untuk saluran ganda (double
sircuit), dengan dua traves (cross-arm) dan enam buah isolator
jenis pin insulator. Satu traves diletakkan pada puncak tiang,
sedangkan traves yang lain diletakkan dibawahnya.
b. Konstruksi TM-2.
Konstruksi TM-2. Konstruksi TM-2 digunakan untuk tiang tikungan
dengan sudut 150 170, menggunakan double traves dan
double isolator. Karena tiang sudut maka konstruksi TM-2
mempunyai treck skoor.

Gambar 25. Konstruksi Tiang Sudut TM-2 SUTM


Konstruksi TM-2 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang
yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah
penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal.
Konstruksi TM-2D. Konstruksi TM-2D mempunyai konstruksi sama
dengan TM-2, bedanya TM-2D digunakan untuk saluran ganda
(double sirkuit), dan menggunakan double treck schoor yang
diletakkan dibawah masing-masing traves.
c. Konstruksi TM-3.
Konstruksi TM-3 terpasang pada konstruksi tiang lurus, mempunyai
double traves. Isolator yang digunakan enam buah isolator jenis
suspention insulator dan tiga buah isolator jenis pin insulator.
Konstruksi TM-3 ini tidak memakai treck schoor.

Gambar 26. Konstruksi Tiang Penegang TM-3 SUTM


Konstruksi TM-3D. Konstruksi TM-3D sama dengan konstruksi TM-3,
bedanya TM-3D digunakan untuk saluran ganda (double sirkuit), empat
buah traves, 12 isolator jenis suspension insulator, dan 6 isolator jenis
pin insulator.
d. Konstruksi TM-4.
Konstruksi TM-4. Konstruksi TM-4 digunakan pada konstruksi tiang
TM akhir. Mempunyai double traves, dengan tiga buah isolator jenis

134
suspension insulator dan memakai treck schoor.

Gambar 27. Konstruksi Tiang Akhir TM-4 SUTM

Konstruksi TM-4 ini termasuk tiang awal atau tiang akhir yang
merupakan tiang yang dipasang pada permulaan atau pada
akhir penerikan kawat penghantar, dimana gaya tarikan kawat
pekerja terhadap tiang dari satu arah.
Konstruksi TM-4D. Konstruksi TM-4D sama dengan konstruksi TM-
4, bedanya TM-4D mempunyai double sirkuit dengan double treck
schoor.
e. Konstruksi TM-5.
Konstruksi TM-5. Terpasang pada konstruksi tiang TM lurus dengan
belokan antara 120 180, menggunakan double traves dengan
enam buah isolator jenis suspension dan tiga buah isolator jenis pin
insulator, dan memakai treck schoor.
Gambar 28. Konstruksi Tiang Penegang TM-5 SUTM
Konstruksi TM-5D. Konstruksi TM-5D sama dengan TM-5,
namun TM-5D digunakan untuk saluran ganda (double sirkuit) dengan
double treck schoor.
f. Konstruksi TM-6.
Konstruksi TM-6 ini terpasang pada konstruksi tiang TM siku (60 -
90). Masing-masing double traves disilang 4. Isolator yang
digunakan jenis suspension insulator sebanyak 6 buah dan satu
isolator jenis pin insulator. Konstruksi ini memakai treck skoor ganda.
Konstruksi TM-6 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang
yang dipasang pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah
penghantar membelok dan arah gaya tarikan kawat horizontal.

136
Gambar 29. Konstruksi Tiang Belokan TM-6 SUTM

g. Konstruksi TM-7.
Konstruksi TM-7 digunakan pada konstruksi pencabangan jaringan
tegangan menengah dengan sudut siku (90). Masing-masing double
traves disilang 4. Pada TM induk memakai isolator suspension, pada
TM percabangan juga memakai isolator suspension dan
menggunakan isolator jenis pin. Konstruksi ini memakai treck skoor.
Konstruksi TM-7D terpasang pada konstruksi percabangan Jaringan
Tegangan Menengah (JTM) sudut siku (90). Masing-masing satu
traves disilang 2. TM induk memakai isolator tumpu dan pada TN
percabangan juga memakai isolator tumpu. Type isolator tumpu. Dan
memakai treck skoor.
h. Konstruksi TM-8.
Konstruksi TM-8 ini terpasang pada konstruksi percabangan JTM
sudut siku (90). Masing-masing double traves disilang 4. TM
induk memakai isolator tumpu dan TM percabangan memakai isolator
suspension. Type isolator yang digunakan ada dua jenis. Memakai
treck skoor. TM-8 hampir sama dengan TM-7 hanya bedanya pada
isolator TM induknya.
Konstruksi TM-8D sama dengan TM-8 hanya bedanya TM-8D
mempunyai double sirkuit

i. Konstruksi TM-9.
Konstruksi TM-9 terpasang pada konstruksi jaringan TM penyangga
lurus. Satu traves. Type isolator tumpu. Tidak pakai treck skoor.
TM-9 biasanya lebih banyak digunakan pada daerah perkotaan
yang banyak bangunan.

Gambar 30. Konstruksi Tiang Belokan TM-9 SUTM


Konstruksi TM-9 ini termasuk konstruksi tiang penyangga yang
merupakan tiang yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dan
hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar dimana gaya
yang ditanggung oleh tiang adalah gaya karena beban kawat.
j. Konstruksi TM-10.
Konstruksi TM-10 sama dengan konstruksi TM-6. TM-10 terpasang
pada konstruksi tiang tikungan siku (sudut 60 - 90). Masing-
masing double traves disilang 4. Isolator type suspension. Memakai
treck skoor ganda.
k. Konstruksi TM-11.
Konstruksi TM-11 terpasang pada konstruksi tiang TM akhir,

138
Opstijg kabel. TM double traves. Isolator type suspension. Satu
traves untuk lightnig arrester. Dan memakai treck skoor.

Gambar 31. Konstruksi Tiang opstijg kabel TM-11 SUTM


Konstruksi TM-11 merupakan tiang akhir yang merupakan tiang
yang dipasang pada permulaan dan akhir penerikan kawat
penghantar, dimana gaya tarikan kawat pekerja terhadap tiang dari
satu arah.
l. Konstruksi TM-12.
Konstruksi TM-12 merupakan tiang penyangga lurus. Terpasang
pada konstruksi tiang pada hutan lindung. Mempunyai isolator
jenis tumpu. Tidak memakai traves.
Konstruksi TM-12 merupakan tiang penyangga, yaitu tiang yang
dipasang pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi
sebagai penyangga kawat penghantar dimana gaya yang ditanggung
oleh tiang adalah gaya karena beban kawat.
m. Konstruksi TM-13.
Konstruksi TM-13. Merupakan konstruksi tiang penyangga lurus.
Terpasang pada konstruksi tiang hutan lindung. Isolator type
tumpu. Tidak memakai traves.
Konstruksi TM-13 merupakan tiang penyangga, yaitu tiang yang
dipasang pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi
sebagai penyangga kawat penghantar dimana gaya yang ditanggung
oleh tiang adalah gaya karena beban kawat.

n. Konstruksi TM-14.
Konstruksi TM-14 merupakan konstruksi tiang tarik vertical (sudut
150 - 170). Terpasang pada konstruksi tiang hutan lindung.
Type isolator suspension. Tidak memakai traves.
o. Konstruksi TM-15.
Konstruksi TM-15 merupakan TM yang terpasang pada konstruksi
tiang tarik akhir dengan menggunakan Arrester. Mempunyai
double traves. Type isolator tumpu. Memakai treck skoor.

Gambar 32. Konstruksi Tiang Akhir Dengan Arrester TM-15 SUTM


Konstruksi TM-15 merupakan tiang akhir, yang merupakan tiang
yang dipasang pada permulaan dan akhir penerikan kawat
penghantar, dimana gaya tarikan kawat pekerja terhadap tiang dari
satu arah.

140
p. Konstruksi TM-16.
Konstruksi TM-16 merupakan konstruksi tiang portal dengan double
traves. Isolator yang digunakan jenis suspension, dan jenis pin.
Konstruksi TM-16 digunakan untuk jaringan yang melalui sungai
dengan treck schoor.

Gambar 33. Konstruksi Tiang Portal (Single Arm) TM-16 SUTM

q. Konstruksi TM-16A.
Konstruksi TM-16.A hampir sama dengan konstruksi TM-16 hanya
pada TM-16A digunakan untuk double circuit dengan 2 pasang double
traves.
Gambar 34. Konstruksi Tiang Portal (Double Arm) TM-16A SUTM
q. Konstruksi TM-17.
Konstuksi TM-17 merupakan konstruksi tiang tarik vertikal dengan
menggunakan isolator jenis suspension dan isolator jenis pin.
Konstruksi TM-17 ini digunakan untuk jaringan bersudut 120-180
dengan treck schoor.

r. Konstruksi TM-18.
Konstruksi TM-18 ini digunakan untuk sudut 90 yang merupakan
kontruksi tiang tarik vertikal yang menggunakan double treck
schoor. Isolator yang dgunakan jenis suspension tanpa travers.
s. Konstruksi TM-19.
Konstruksi TM-19 merupakan tiang khusus yang dipasang LBS
(Load Break Switch) pada bagian puncaknya. Mempunyai double
traves.Isolator yang digunakan jenis suspension.

142
Gambar 35. Konstruksi Tiang LBS TM-19 SUTM

D. Aktifitas Pembelajaran
Aktivitas pembelajaran dimulai dengan membaca seluruh bagian dari kegiatan
pembelajaran ini, disarankan anda membaca secara berurutan, sehingga
anda mengetahui tujuan dan indikator capaian kompetensi. Belajar dengan
menggunakan modul ini dituntut kemandirian dan kejujuran anda terhadap diri
sendiri. Beberapa kegiatan yang juga harus anda lakukan:
1. Membaca sumber bacaan lain, yang berhubungan dengan materi pada
kegiatan pembelajaran ini.
2. Mengerjakan latihan/tugas sebagai tagihan (pada pembelajaran on line)
dalam pembelajaran ini.
3. Apabila ada bagian-bagian yang belum anda kuasai sesuai yang
diharapkan, ulangi kembali dengan tidak tergesa-gesa.
4. Jawablah pertanyaan pada bagian Latihan/kasus/tugas pada Lembar
Kerja yang telah disediakan
5. Jika Saudara bisa menjawab pertanyan-pertanyaan pada bagian
latihan/kasus/tugas dengan baik, maka Saudara dapat melanjutkan
pembelajaran ke kegiatan pembelajaran 3.
E. Latihan
1) Tuliskan ada berapa macam cara pemasangan tiang
penopang ?
2) Jelaskan dimana saja tempat pemasangan tiang
penopang ?
3) Terangkan apa tujuan pemasangan tiang penopang?
4) Jelaskan bagaimana cara memeriksa mutu pekerjaan
pemasangan tiang penopang?
5) Jelaskan perbedaannya dari macam cara pemasangan tiang
penopang?
6) Jelaskan Tujuan pemeriksaan kondisi tanah dan lubang penanaman?
7) Terangkan teknis pengangkutan tiang dari pabrik/gudang ke lokasi
penanaman tiang?
8) Terangkan urutan proses penanaman tiang listrik ?
9) Jelaskan ada berapa cara teknik penanaman tiang?
10) Terangkan keadaan-keadaan tidak direncanakan yang mungkin
terjadi
dalam pekerjaan penanaman tiang?
11) Jelaskan cara mengantisifasi keadaan keadaan yang tidak
direncanakan?
12) Terangkan teknik pemeriksaan mutu pekerjaan penanaman tiang
listrik?

LEMBAR KERJA KB-1

1) Tuliskan ada berapa macam cara pemasangan tiang


penopang ?
...........................................................................................................
...........................................................................................................

144
...........................................................................................................
.........................................................

2) Jelaskan dimana saja tempat pemasangan tiang


penopang ?
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
.........................................................

3) Terangkan apa tujuan pemasangan tiang penopang?


...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
.........................................................

4) Jelaskan bagaimana cara memeriksa mutu pekerjaan


pemasangan tiang penopang?
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
.........................................................

5) Jelaskan perbedaannya dari macam cara pemasangan tiang


penopang?
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
.........................................................

6) Jelaskan Tujuan pemeriksaan kondisi tanah dan lubang penanaman?


...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
.........................................................

7) Terangkan teknis pengangkutan tiang dari pabrik/gudang ke lokasi


penanaman tiang?
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
.........................................................

8) Terangkan urutan proses penanaman tiang listrik ?


...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
.........................................................

9) Jelaskan ada berapa cara teknik penanaman tiang?


...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
.........................................................

10) Terangkan keadaan-keadaan tidak direncanakan yang mungkin


terjadi
dalam pekerjaan penanaman tiang?
...........................................................................................................
...........................................................................................................
...........................................................................................................
.........................................................

11) Jelaskan cara mengantisifasi keadaan keadaan yang tidak


direncanakan?
.........................................................................................................
.........................................................................................................

146
.........................................................................................................
...............................................................

12) Terangkan teknik pemeriksaan mutu pekerjaan penanaman tiang


listrik?
.........................................................................................................
.........................................................................................................
.........................................................................................................
...............................................................

F. Rangkuman
Tiang listrik pada jaringan distribusi digunakan untuk saluran udara
(overhead line) sebagai penyangga kawat penghantar agar penyaluran
tenaga listrik ke konsumen atau pusat pusat beban dapat disalurkan
dengan baik. Konstruksi jaringan distribusi tenaga listrik dengan saluran
udara terdiri dari beberapa macam bentuk atau formasi. Hal ini banyak
disebabkan oleh sejumlah faktor yang diantaranya oleh faktor alih
teknologi dan kondisi rute jaringannya sendiri.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Bandingkan jawaban anda dengan kunci jawaban yang tersedia.
Hitunglah jumlah jawaban yang benar. Kemudian gunakan rumus dibawah
ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan
belajar.

Nilai Akhir =
Jika anda mencapai tingkat penguasaan 75 % keatas, anda dapat
meneruskan ke modul berikutnya. Tetapi bila tingkat penguasaan anda
masih dibawah 75 %, anda harus mengulangi kegiatan belajar ini.
BAB 2
KONSTRUKSI SALURAN JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA
LISTRIK

A. Tujuan
Setelah mengikuti menyelesaikan kegian-kegiatan belajar dari modul
ini, diharapkan peserta diklat memiliki spesifikasi kinerja sebagai
berikut : Mampu menganalisi kontruksi saluran jaringan distribusi
tenaga listrik.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator pencapaian kompetensi untuk kegiatan pembelajaran ini
adalah : Menganalisis konstruksi saluran jaringan distribusi tenaga
listrik

C. URAIAN MATERI
1. Pendahuluan
Kawat penghantar merupakan bahan yang digunakan untuk
menghantarkan tenaga listrik pada sistem saluran udara dari Pusat
Pembangkit ke Pusat-Pusat Beban (load center), baik langsung
menggunakan jaringan distribusi ataupun jaringan transmisi
terlebih dahulu. Pemilihan kawat penghantar yang digunakan untuk
saluran udara didasarkan pada besarnya beban yang dilayani,
makin luas beban yang dilayani makin besar ukuran penampang
kawat penghantar yang digunakan. Dengan penampang kawat yang
besar akan membuat tahanan kawat menjadi kecil. Agar tak terjadi
kehilangan daya pada jaringan dan daya guna (efisiensi)
penyaluran tetap tinggi, diperlukan tegangan yang tinggi. Dengan

148
demikian besarnya penampang kawat penghantar tidak
mempengaruhi atau mengurangi penyaluran tenaga listrik. Tetapi
dengan penampang kawat yang besar akan membuat kenaikan
harga peralatan. Oleh sebab itu pemilihan kawat penghantar
diperhitungkan seekonomis mungkin dengan konduktivitas dan
kekuatan tarik yang tinggi, serta dengan beban yang rendah
tentunya. Oleh karena itu untuk jaringan distribusi tegangan
tinggi maupun distribusi tegangan rendah lebih banyak
menggunakan kawat penghantar aluminium yang mempunyai faktor-
faktor yang memenuhi syarat sebagai kawat penghantar.

2. Bahan Kawat Penghantar Jaringan

Bahan-bahan kawat penghantar untuk jaringan tenaga listrik


biasanya dipilih dari logam-logam yang mempunyai konduktivitas
yang besar, keras dan mempunyai kekuatan tarik (tensile strenght)
yang besar, serta memiliki berat jenis yang rendah. Juga logam yang
tahan akan pengaruh proses kimia dan perubahan suhu serta
mempunyai titik cair yang lebih tinggi. Untuk memenuhi syarat-
syarat tersebut, kawat penghantar hendaknya dipilih suatu logam
campuran (alloy), yang merupakan percampuran dari beberapa
logam yang dipadukan menjadi satu logam. Dari hasil campuran
ini didapatkan suatu kawat penghantar dengan kekuatan tarik dan
konduktivitas yang tinggi. Logam campuran yang banyak digunakan
untuk jaringan distribusi adalah kawat tembaga campuran (copper
alloy) atau kawat aluminium campuran (aluminium alloy). Karena
faktor ekonomis, saat ini lebih banyak digunakan kawat aluminium
campuran untuk jaringan distribusi. Sedangkan kawat lain seperti
kawat tembaga, kawat tembaga campuran, atau kawat aluminium
berinti baja tidak banyak digunakan.
a. Kawat Tembaga
Tembaga murni merupakan logam liat berwarna kemerah-
merahan, yang mempunyai tahanan jenis 0,0175 dengan berat
jenis 8,9 dan titik cair sampai 1083 C, lebih tinggi dari kawat
aluminium. Kawat tembaga ini mempunyai konduktivitas dan
daya hantar yang tinggi. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 1 di
bawah ini.
Pada mulanya kawat tembaga ini banyak dipakai untuk
penghantar jaringan, tetapi bila dibandingkan
dengan kawat aluminium untuk tahanan (resistansi) yang
sama, kawat tembaga lebih berat sehingga harganya akan lebih
mahal. Dengan berat yang sama, kawat alauminium mempunyai
diameter yang lebih besar dan lebih panjang dibandingkan kawat
tembaga. Dewasa ini cenderung kawat penghantar jaringan
digunakan dari logam aluminium.
b. Kawat Aluminium
Aluminium merupakan suatu logam yang sangat ringan, beratnya
kira-kira sepertiga dari tembaga, dan mempunyai tahanan jenis
tiga kali dari tembaga. Logam aluminium berwarna keperak-
perakan, yang mempunyai tahanan jenis, dengan berat jenis, dan
titik cair sampai, lebih tinggi dari kawat,
Sifat logam aluminium ini mudah dibengkok-bengkokkan karena
lunaknya. Oleh karena itu kekuatan tarik dari kawat aluminium
lebih rendah dari kawat tembaga, yaitu setengah dari kekuatan
tarik kawat tembaga. Untuk itu kawat aluminium hanya dapat
dipakai pada gawang (span) yang pendek, sedangkan untuk
gawang yang panjang dapat digunakan kawat aluminium yang
dipilin menjadi satu dengan logam yang sejenis maupun yang
tidak sejenis, agar mempunyai kekutan tarik yang lebih tinggi.
Oleh karena itu kawat aluminium baik sekali digunakan sebagai
kawat penghantar jaringan.

150
Kelemahan kawat aluminium ini tidak tahan akan pengaruh
suhu, sehingga pada saat cuaca dingin regangan (stress) kawat
akan menjadi kendor. Agar kekendoran regangan kawat lebih
besar, biasanya dipakai kawat aluminium campuran (alloy
aluminium wire) pada gawang-gawang yang panjang. Selain itu
kawat aluminium tidak mudah dipatri (disolder) maupun di las dan
tidak tahan akan air yang bergaram, untuk itu diperlukan suatu
lapisan dari logam lain sebagai pelindung. Juga kawat
aluminium ini mudah terbakar, sehingga apabila terjadi
hubung singkat (short circuit) akan cepat putus.
Karena itu kawat aluminium ini banyak digunakan untuk jaringan
distribusi sekunder maupun primer yang sedikit sekali mengalami
gangguan dari luar. Sedangkan untuk jaringan transmisi kawat
yang digunakan adalah kawat aluminium capuran dengan
diperkuat oleh baja (aluminium conductor steel reinforsed)
atau (aluminium clad steel).
c. Kawat Logam Campuran
Kawat logam campuran merupakan kawat penghantar
yang terdiri dari percampuran beberapa logam tertentu yang
sejenis guna mendapatkan sifat-sifat tertentu dari hasil
pencampuran tersebut. Dimana di dalam pencampuran tersebut
sifat-sifat logam murni yang baik untuk kawat penghantar
dipertahankan sesuai dengan aslinya. Hanya saja pencampuran
ini khusus untuk menghilangkan kelemahan- kelemahan dari
logam tersebut.
Jenis yang banyak digunakan untuk kawat penghantar logam
campuran ini adalah kawat tembaga campuran (copper alloy)
dan kawat alumi-nium campuran (alloy aluminium). Kawat
tembaga campuran sedikit ringan dari kawat tembaga murni,
sehingga harganya lebih murah. Kekuatan tarik kawat tembaga
campuran ini lebih tinggi, sehingga dapat digunakan untuk
gawang yang panjang. Sedangkan kawat aluminium campuran
mempunyai kekuatan mekanis yang lebih tinggi dari kawat
aluminium murni, sehingga banyak dipakai pada gawang-gawang
yang lebih lebar. Juga kondiktivitasnya akan lebih besar serta
mempunyai daya tahan yang lebih tinggi terhadap perubahan
suhu. yang mempunyai tahanan jenis 0,0175 dengan berat jenis
8,9 dan titik cair sampai 1083 C, lebih tinggi dari kawat
aluminium.
d. Kawat Logam Paduan
Kawat logam paduan merupakan kawat penghantar yang terbuat
dari dua atau lebih logam yang dipadukan sehingga memiliki
kekuatan mekanis dan konduktivitas yang tinggi. Biasanya tujuan
dari perpaduan antara logam-logam tersebut digunakan untuk
merubah atau menghilangkan kekurangan-kekurangan yang
terdapat pada kawat-kawat penghantar dari logam murninya.
Kawat logam paduan ini yang banyak digunakan adalah kawat
baja yang berlapis dengan tembaga maupun aluminium. Karena
kawat baja merupakan penghantar yang memiliki kekuatan tarik
yang lebih tinggi dari kawat aluminium maupun kawat tembaga,
sehingga banyak digunakan untuk gawang-gawang yang lebar.
Tetapi kawat tembaga ini memiliki konduktivitas yang rendah.
Oleh karena itu diperlukan suatu lapisan logam yang mempunyai
konduktivitas yang tinggi, antara lain tembaga dan aluminium.
Selain itu dapat digunakan untuk melindungi kulit kawat logam
paduan dari bahaya karat atau korosi.
Jenis kawat logam paduan ini antara lain kawat baja berlapis
tembaga (copper clad steel) dan kawat baja berlapis aluminium
(aluminium clad steel). Kawat baja berlapis tembaga mempunyai
kekuatan mekanis yang besar dan dapat dipakai untuk gawang

152
yang lebih lebar. Sedangkan kawat baja berlapis aluminium
mempunyai kekuatan mekanis lebih ringan dari kawat baja
berlapis tembaga, tetapi konduktivitasnya lebih kecil. Oleh karena
itu banyak digunakan hanya untuk gawang-gawang yang tidak
terlalu lebar.
logam liat berwarna kemerah-merahan, yang mempunyai
tahanan jenis 0,0175 dengan berat jenis 8,9 dan titik cair sampai
1083 C, lebih tinggi dari kawat aluminium.

Tabel 7. Sifat-Sifat Logam Penghantar Jaringan

Tahanan Titik Koefisien Kekuatan


Macam Resistansi
BD jenis cair suhu tarik
logam () 0 2
( m/cm ) ( 0C ) ( K) (kg/mm )
Aluminium 2,56 0,03 660 33,3 0,0038 15 23
Tembaga 8,95 0,0175 1083 57,14 0,0037 30 48
Baja 7,85 0,42 1535 10 0,0052 46 - 90
Perak 10,5 0,018 960 62,5 0,0036
Kuningan 8,44 0,07 1000 14,28 0,0015
Emas 19,32 0,022 1063 45,45 0,0035

3. Bentuk Kawat Penghantar Jaringan


Dilihat dari bentuknya kawat penganta dapt diklasifikasikan
menjadi 3 macam yaitu: kawat padat (solid wire), kawat berlilit
(stranded wire), dan kawat berongga (hallow wire).
a. Kawat Padat
Kawat padat merupakan kawat tunggal yang berpenampang
bulat dan banyak dibuat dalam ukuran yang kecil, karena kawat
padat yang berpenampang besar akan kaku dan kokoh
sehingga sukar dibengkokkan dan tidak fleksibel. Oleh karena itu
banyak sekali kerugian-kerugian yang dimiliki bila dipakai
kawat padat tersebut, terutama bila terjadi kawat putus
maupun bila terjadi proses korosi pada kawat, dan kawat
padat ini mempunyai kekuatan tarik yang rendah, sehingga
tidak ekonomis penggunaannya.
Biasanya kawat padat ini digunakan untuk jaringan distribusi
sekunder atau jaringan pelayanan (service) ke konsumen, serta
untuk jaringan telepon maupun instalasi rumah dan gedung-
gedung. Walaupun digunakan untuk jaringan distribusi tegangan
rendah, hanya untuk gawang-gawang yang pendek. Penggunaan
kawat padat ini sudahmulai dihindari pemakaiannya, selain tidak
ekonomis juga pendistribusian tenaga listrik akan mengalami
hambatan-hambatan bila terjadi kawat putus, dan gejala-gejala
listrik lainnya.
b. Kawat Berlilit
Kawat berlilit merupakan sejumlah kawat padat yang dipilin
secara berlapis-lapis terkonsentris membentuk lingkaran dalam
suatu lilitan dengan penampang yang sama. Salah satu kawat
yang terdapat ditengah sebagai pusat kawat tidak ikut dipilin.
Oleh karena itu kawat berlilit akan memiliki ukuran yang besar,
lebih kaku dan mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi serta
mudah lentur.
Jenis kawat yang dipilin ini biasanya tidak hanya terdiri dari satu
jenis kawat. Untuk meningkatkan sifat-sifat kawat berlilit
ini digunakan kawat yang terdiri dari beberapa macam kawat.
Kombinasi dari beberapa kawat penghantar ini disesuaikan
dengan penggunaan untuk jaringan tenaga listrik pada
tegangan yang dipakai. Makin tinggi tegangan suatu sistem
makin disesuaikan kombinasi kawat logam tersebut tanpa
meninggalkan sifat logam itu sebagai kawat penghantar. Kawat
berlilit yang dikombinasikan ini umumnya digunakan hanya untuk
saluran transmisi tegangan tinggi maupun untuk saluran
tegangan ekstra tinggi (extra high voltage) dan saluran tegangan

154
ultra tinggi (ultra high voltage) untuk gawang-gawang yang lebar.
Jumlah serat (berkas) kawat dalam kawat penghantar tersebut
ditentukan oleh banyaknya lapisan, dan dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
2
N=3n -3n+1

Dengan : n = jumlah lapisan


N = banyak serat/berkas kawat pada penghantar
Jumlah berkas kawat biasanya terdiri dari 7, 19, 37, 61, 71, dan
127 berkas/serat.Untuk jaringan distribusi pada umumnya
dipakai 7 berkas /serat kawat penghantar, dimana satu kawat
sebagai kawat pusat yang berada ditengah sedangkan 6
berkas/serat kawar melilitinya.
Kawat berlilit ini selain menguntungkan dari segi
penggunaannya juga sangat baik dari segi keamanan dan
pemeliharaannya dibandingkan dengan kawat padat. Jenis
kawat berlilit ini adalah kawat tembaga berlilit (standed copper
conductor), kawat aluminium berlilit (stranded aluminium
conductor), kawat aluminium campuran berlilit, dan kawat
tembaga capuran berlilit, dan sebagainya. Sedangkan kawat
berlilit yang menggunakan dua kawat sebagai kombinasi adalah
kawat aluminium conductor steel reinforced (ACSR) dan kawat
aluminium conductor alloy reinforced (ACAR) yang merupakan
kombinasi kawat aluminium dengan kawat baja atau kawat
campuran (alloy).
Pada jaringan distribusi yang banyak digunakan adalah kawat
aluminium berlilit atau kawat aluminium campuran berlilit.
Perbaikan mutu kawat aluminium ini akan menghasilkan
kawat tarikan keras (hard drawn), kekuatan mekanis tinggi dan
beratnya lebih ringan, walaupun konduktivitasnya agak rendah
dari kawat tembaga.
c. Kawat Berongga
Kawat berongga merupakan kawat yang dipilin membentuk
suatu lingkaran dimana ditengah kawat ini tidak ditempatkan satu
kawatpun, sehingga merupakan rongga yang kemudian ditunjang
oleh sebuah batang "I" (I beam) atau sebuah segmen berbentuk
cincin. Kawat berongga ini jarang sekali digunakan untuk
jaringan distribusi, selain mahal harganya juga sangat berat.
Biasanya digunakan pada gardu induk sebagai rel penghubung.
Kerana kokoh dan ukurannya besar, kawat ini mempunyai
kekuatan mekanis yang sangat besar. Bentuk kawat berongga ini
direncanakan untuk menghindarkan terjadinya pangaruh kulit
(skin effect) pada kawat penghantar.

(a) (b)

(c)
Gambar 36. Bentuk kawat penghantar jaringan, (a) kawat penghantar
padat, (b) kawat penghantar berlilit, (c) kawat penghantar berongga

4. Karakteristik Kawat Penghantar Jaringan


a. Karakteristik Elektris
1) Resistansi Kawat Penghantar
Tiap-tiap logam mempunyai tahanan jenis () yang tertentu
besarnya. Makin kecil nilai tahanan jenis (resistivity) suatu
logam makin baik digunakan sebagai kawat penghantar. Seperti
halnya kawat tembaga mempunyai tahanan jenis yang paling
rendah (0,0175) merupakan logam yang sangat baik digunakan

156
sebagai kawat penghantar dibandingkan dengan kawat
aluminium yang mempunyai tahanan jenis 0,030.
Tahanan jenis inilah yang merupakan salah satu faktor untuk
menentukan besarnya tahanan (resistance) R dalam suatu kawat
penghantar, disamping faktor-faktor luas penampang kawat (A)
dan panjang kawat (l) pada suatu penghantar jaringan. Dimana
besarnya tahanan dari suatu kawat penghantar sebanding
dengan panjangnya dan berbanding terbalik dengan luas
penampang kawat, yang dinyatakan dengan persamaan :
l
R =
A
Dengan : R = besarnya tahanan kawat ()
= nilai tahanan jenis kawat (m/mm)
l = panjang kawat penghantar (m)
2
A = luas penampang kawat (mm )

Makin panjang suatu jaringan makin jauh pula jarak tempuh arus
listrik dan makin besar tahanan kawat tersebut. Sebaliknya kalau
diameter kawat makin besar, maka aliran listrik dapat mengalir
dengan mudah dan nilai tahanan makin kecil. Begitu pula
makin besar diameter kawat makin lebar ukuran beban pelayanan
yang harus dilayani.
Selain dari pada itu besarnya tahanan suatu kawat penghantar
akan berubah karena pengaruh suhu. Makin besar perbedaan
kenaikan suhu makin bertambah besar tahanan kawat
penghantar. Perubahan besarnya nilai tahanan tersebut sesuai
dengan persamaan :

Rt = Rto {1 + (t - to)}

Dengan : Rt = besarnya tahanan pada kenaikan suhu t


C ()
Rto = besarnya tahanan pada suhu semula ()

t = suhu sekarang ( C)
to = suhu mula-mula ( C)

= koefisien suhu
b. Konduktivitas Kawat Penghantar
Nilai konduktivitas suatu kawat penghantar dinyatakan sebagai
perbandingan terbalik dengan besarnya tahanan, yang besarnya
dinyatakan dengan persamaan :
1
C=
R
Dengan : C = besarnya konduktivitas kawat penghantar (mho)
Berarti makin besar suatu tahanan kawat penghantar makin kecil
nilai konduktivitasnya. Konduktivitas suatu kawat penghantar ini
tergantung pula pada kemurnian dari logam yang digunakan,
akan makin besar bila kemurnian logam bertambah tinggi dan
berkurang bila campurannya bertambah. Karena faktor-faktor
tersebut diatas maka besarnya konduktivitas tidak bisa
mencapai nilai tepat 100 %. Apabila digunakan aluminium yang
sebelumnya mempunyai konduktivitas sedikit rendah dari
tembaga, nilainya tidak akan berkurang dari 60 %.

D. Aktifitas Pembelajaran
Aktivitas pembelajaran dimulai dengan membaca seluruh bagian dari kegiatan
pembelajaran ini, disarankan anda membaca secara berurutan, sehingga
anda mengetahui tujuan dan indikator capaian kompetensi. Belajar dengan
menggunakan modul ini dituntut kemandirian dan kejujuran anda terhadap diri
sendiri. Beberapa kegiatan yang juga harus anda lakukan:
5. Membaca sumber bacaan lain, yang berhubungan dengan materi pada
kegiatan pembelajaran ini.

158
6. Mengerjakan latihan/tugas sebagai tagihan (pada pembelajaran on line)
dalam pembelajaran ini.
7. Apabila ada bagian-bagian yang belum anda kuasai sesuai yang
diharapkan, ulangi kembali dengan tidak tergesa-gesa.
8. Jawablah pertanyaan pada bagian Latihan/kasus/tugas pada Lembar
Kerja yang telah disediakan
5. Jika Saudara bisa menjawab pertanyan-pertanyaan pada bagian
latihan/kasus/tugas dengan baik, maka Saudara dapat melanjutkan
pembelajaran ke kegiatan pembelajaran 4.

E. Latihan
1. Jenis yang banyak digunakan untuk kawat penghantar logam
campuran
adalah ?
2. Jelaskan alasan kawat tembaga campuran banyak digunakan
sebagai
penghantar distribusi !
3. Nilai konduktivitas suatu kawat penghantar dinyatakan sebagai !
4. Gambarkan Bentuk kawat penghantar jaringan !
5. Kawat berlilit yang menggunakan dua kawat sebagai kombinasi
adalah

LEMBAR KERJA KB-3

1. Jenis yang banyak digunakan untuk kawat penghantar logam


campuran
adalah ?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
............
2. Jelaskan alasan kawat tembaga campuran banyak digunakan
sebagai
penghantar distribusi !
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
............
3. Nilai konduktivitas suatu kawat penghantar dinyatakan sebagai !
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
............
4. Gambarkan Bentuk kawat penghantar jaringan !
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
............
5. Kawat berlilit yang menggunakan dua kawat sebagai kombinasi
adalah
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
............

F. Rangkuman
Kawat penghantar merupakan bahan yang digunakan untuk

160
menghantarkan tenaga listrik pada sistem saluran udara dari Pusat
Pembangkit ke Pusat-Pusat Beban (load center), baik langsung
menggunakan jaringan distribusi ataupun jaringan transmisi terlebih
dahulu. Pemilihan kawat penghantar yang digunakan untuk saluran udara
didasarkan pada besarnya beban yang dilayani, makin luas beban
yang dilayani makin besar ukuran penampang kawat penghantar yang
digunakan.
Bahan-bahan kawat penghantar untuk jaringan tenaga listrik biasanya
dipilih dari logam-logam yang mempunyai konduktivitas yang besar,
keras dan mempunyai kekuatan tarik (tensile strenght) yang besar, serta
memiliki berat jenis yang rendah. Juga logam yang tahan akan pengaruh
proses kimia dan perubahan suhu serta mempunyai titik cair yang
lebih tinggi. Untuk memenuhi syarat-syarat tersebut, kawat
penghantar hendaknya dipilih suatu logam campuran (alloy), yang
merupakan percampuran dari beberapa logam yang dipadukan menjadi
satu logam.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Umpan Balik :
1 Dapat Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
2 Dapat Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan
aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, spiritual, dan latar
belakang sosial budaya.
3 Dapat Mengidentifikasi kesulitan belajar siswa serta memberikan
solusi kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Tindak Lanjut :
1 Penguatan dan penghargaan diberikan kepada peserta diklat yang telah
memenuhi stanndar
2 Teguran yang bersifat mendidik dan memotivasi diberikan kepada peserta
diklat yang belum memenuhi standar
3 Peserta diklat diberi kesempatan untuk mengikuti diklat lebih lanjut.

162
BAB 3
KONSTRUKSI ISOLATOR JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA
LISTRIK

A. Tujuan
Setelah mengikuti menyelesaikan kegian-kegiatan belajar dari modul ini,
diharapkan peserta diklat memiliki spesifikasi kinerja sebagai berikut :
Menganalisis konstruksi isolator jaringan distribusi tenaga listrik.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator pencapaian kompetensi untuk kegiatan pembelajaran ini adalah :
mampu Menganalisis konstruksi isolator jaringan distribusi tenaga listrik.

C. URAIAN MATERI
1. Pendahuluan
Isolator jaringan tenaga listrik merupakan alat tempat menompang
kawat penghantar jaringan pada tiang-tiang listrik yang digunakan
untuk memisahkan secara elektris dua buah kawat atau lebih agar
tidak terjadi kebocoran arus (leakage current) atau loncatan bunga api
(flash over) sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan pada
sistem jaringan tenaga listrik. Langkah yang perlu diambil untuk
menghindarkan terjadinya kerusakan terhadap peralatan listrik
akibat tegangan lebih dan loncatan bunga api, ialah dengan
menentukan pemakaian isolator berdasarkan kekuatan daya isolasi
(dielectric strenght) dan kekuatan mekanis (mechanis strenght)
bahan-bahan isolator yang dipakai. Karena sifat suatu isolator di
tentukan oleh bahan yang digunakan.
Kemampuan suatu bahan untuk mengisolir atau menahan tegangan
yang mengenainya tanpa menjadikan cacat atau rusak tergantung
pada kekuatan dielektriknya.

Fungsi utama isloator adalah :


1. Untuk penyekat / mengisolasi penghantar dengan tanah dan
antara penghantar dengan penghantar.
2. Untuk memikul beban mekanis yang disebabkan oleh berat
penghantar dan / atau gaya tarik penghantar.
3. Untuk menjaga agar jarak antar penghantar tetap (tidak
berubah).
2. Bahan-Bahan Isolator Jaringan
Bahan-bahan yang baik untuk isolator adalah bahan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Walaupun ada yang sanggup
menghantarkan arus listrik tetapi relatif sangat kecil, sehingga bisa
diabaikan terhadap maksud penggunaan atau pemakaiannya.
Pemakaian bahan isolasi ini diharapkan seekonomis mungkin
tanpa
mengurangi kemampuannya sebagai isolator. Sebab makin berat dan
besar ukuran isolator tersebut akan mempengaruhi beban
penyangga pada sebuah tiang listrik. Bahan-bahan isolasi yang
dipakai untuk isolator jaring an kebanyakan terbuat dari bahan padat,
seperti bahan porselin, gelas, mika, ebonit, keramik, parafin, kuarts,
dan veld spaat.
Persyaratan bahan isolator adalah :
1. bahan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
2. bahan isolasi yang ekonomis, tanpa mengurangi kemampuannya
sebagai isolator. Sebab makin berat dan besar ukuran isolator tersebut
akan mempengaruhi beban penyangga pada sebuah tiang listrik.
3. bahan yang terbuat dari bahan padat, seperti : porselin, gelas,
mika,

164
ebonit, keramik, parafin, kuarts, dan veld spaat.
1. Kriteria Bahan Isolator
Kriteria bahan yang baik digunakan sebagai isolator jaringan
distribusi adalah :
a. Bahan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik
b. Bahan isolasi yang ekonomis, tanpa mengurangi
kemampuannya sebagai isolator. Sebab makin berat dan besar
ukuran isolator tersebut akan mempengaruhi beban penyangga
pada sebuah tiang listrik.
c. Bahan yang terbuat dari bahan padat, dan memiliki kekuatan
mekanis tinggi seperti : porselin, gelas, mika, ebonit, keramik,
parafin, kuartz, dan veld spaat.
d. Mempunyai tahanan jenis yang tinggi
e. Memiliki kekuatan mekanis yang tinggi
f. Memiliki sifat-sifat (dua hal diatas) tidak berubah oleh
perubahan suhu, siraman air, kelembaban, sinar matahari, polaritas
listrik.
g. Bila mengalami loncatan listrik (flash over) tidak akan
meninggalkan jejak (cacat)
2. Isolator Porselin
Isolator porselin dibuat dari dari bahan campuran tanah porselin,
kwarts, dan veld spaat, yang bagian luarnya dilapisi dengan
bahan glazuur agar bahan isolator tersebut tidak berpori-
pori. Dengan lapisan glazuur ini permukaan isolator menjadi licin
dan berkilat, sehingga tidak dapat mengisap air. Oleh sebab itu
isolator porselin ini dapat dipakai dalam ruangan yang lembab
maupun di udara terbuka.
Isolator porselin memiliki sifat tidak menghantar (non
conducting) listrik yang tinggi, dan memiliki kekuatan mekanis
yang besar. Ia dapat menahan beban yang menekan serta tahan
akan perubahan-perubahan suhu. Akan tetapi isolator porselin
ini tidak tahan akan kekuatan yang menumbuk atau memukul.
Ukuran isolator porselin ini tidak dapat dibuat lebih besar, karena
pada saat pembuatannya terjadi penyusutan bahan.
Walaupun ada yang berukuran lebih besar namun tidak
seluruhnya dari bahan porselin, akan tetapi dibuat rongga di
dalamnya, yang kemudian akan di isi dengan bahan besi
atau baja tempaan sehingga kekuatan isolator porselin
bertambah. Cara yang demikian ini akan menghemat bahan yang
digunakan. Karena kualitas isolator porselin ini lebih tinggi
dan tegangan tembusnya (voltage gradient) lebih besar maka
banyak disukai pemakaiannya untuk jaringan distribusi primer.
Walaupun harganya lebih mahal tetapi lebih memenuhi
persyaratan yang diinginkan. Kadang-kadang kita jumpai juga
isolator porselin ini pada jaringan distribusi sekunder, tetapi
ukurannya lebih kecil.
Keuntungannya :
a. Terbuat dari dari bahan campuran tanah porselin, kwarts,
dan veld spaat,
b. Bagian luarnya dilapisi dengan bahan glazuur agar bahan
isolator tersebut tidak berpori-pori. Dengan lapisan glazuur ini
permukaan isolator menjadi licin dan berkilat, sehingga tidak
dapat mengisap air.
c. Dapat dipakai dalam ruangan yang lembab maupun di
udara terbuka.
d. Memiliki sifat tidak menghantar (non conducting) listrik
yang tinggi, dan memiliki kekuatan mekanis yang besar.
e. Dapat menahan beban yang menekan serta tahan akan
perubahan-perubahan suhu.
f. Memiliki kualitas yang lebih tinggi dan tegangan tembusnya

166
(voltage gradient) lebih besar, sehingga banyak disukai
pemakaiannya untuk jaringan distribusi primer.
Kadang-kadang kita jumpai isolator porselin ini pada jaringan
distribusi sekunder, tetapi ukurannya lebih kecil.
Kelemahannya :
a. Tidak tahan akan kekuatan yang menumbuk atau memukul.
b. Ukuran isolator porselin ini tidak dapat dibuat lebih besar,
karena pada saat pembuatannya terjadi penyusutan bahan.
Walaupun ada yang berukuran lebih besar namun tidak
seluruhnya dari bahan porselin, akan tetapi dibuat rongga di
dalamnya, yang kemudian akan di isi dengan bahan besi
atau baja tempaan sehingga kekuatan isolator porselin
bertambah. Cara yang demikian ini akan menghemat bahan
yang digunakan.
c. Harganya lebih mahal tetapi lebih memenuhi persyaratan
yang diinginkan.

3. Isolator Gelas
Isolator gelas pada umumnya terbuat dari bahan campuran
antara pasir silikat, dolomit, dan phospat. Komposisi dari
bahan-bahan tersebut dan cara pengolahannya dapat
menentukan sifat dari siolator gelas ini. Isolator gelas memiliki
sifat mengkondensir (mengembun) kelembaban udara, sehingga
lebih mudah debu melekat dipermukaan isolator tersebut. Makin
tinggi tegangan sistem makin mudah pula terjadi peristiwa
kebocoran arus listrik (leakage current) lewat isolator
tersebut,yang berarti mengurangi fungsi isolasinya. Oleh
karena itu isolator gelas ini lebih banyak dijumpai
pemakaiannya pada jaringan distribusi sekunder.
Kelemahan isolator gelas ini adalah memiliki kualitas tegangan
tembus yang rendah, dan kekuatannya berubah dengan cepat
sesuai dengan perubahan temperatur. Oleh sebab itu bila
terjadi kenaikan dan penurunan suhu secara tiba-tiba, maka
isolator gelas ini akan mudah retak pada permukaannya.
Berarti isolator gelas ini bersifat mudah dipengaruhi oleh
perubahan suhu disekeli-lingnya. Tetapi bila isolator gelas ini
mengandung campuran dari bahan lain, maka suhunya akan
turun. Selain dari pada itu, isolator gelas ini harganya lebih murah
bila dibandingkan dengan isolator porselin.
Keuntungannya :
a. Terbuat dari bahan campuran antara pasir silikat,
dolomit, dan phospat. Komposisi bahan tersebut dan cara
pengolahannya dapat menentukan sifat dari isolator gelas ini.
b. Lebih banyak dijumpai pemakaiannya pada jaringan
distribusi sekunder.
c. Isolator gelas ini harganya lebih murah bila dibandingkan
dengan isolator porselin.
Kelemahannya :
a. Memiliki sifat mengkondensir (mengembun) kelembaban
udara, sehingga lebih mudah debu melekat dipermukaan
isolator tersebut.
b. Makin tinggi tegangan sistem makin mudah pula
terjadi peristiwa kebocoran arus listrik (leakage current) lewat
isolator tersebut,yang berarti mengurangi fungsi isolasinya.
c. Memiliki kualitas tegangan tembus yang rendah, dan
kekuatannya berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan
temperatur.
d. Saat terjadi kenaikan dan penurunan suhu secara tiba-
tiba, maka isolator gelas ini akan mudah retak pada
permukaannya. Berarti isolator gelas ini bersifat mudah
dipengaruhi oleh perubahan suhu disekelilingnya. Tetapi bila

168
isolator gelas ini mengandung campuran dari bahan lain,
maka suhunya akan turun.

4. Kelemahan dan Kelebihan Isolator Porselin & Isolator


Gelas
a. Kelebihan isolator dari bahan porselin adalah :
1) Terbuat dari bahan campuran tanah porselin,
kwartz, dan veld spaat.
2) Bagian luarnya dilapisi dengan bahan glazuur
agar bahan isolator tersebut tidak berpoi-pori.
Dengan lapisan glazuur ini permukaan isolator
menjadi licin dan berkilat, sehingga tidak dapat
mengisap air.
3) Dapat dipakai dalam ruangan yang lembab
maupun di udara terbuka
4) Memiliki sifat tidak menghantar (non
conducting) listrik yang tinggi, dan memiliki
kekuatan mekanis yang besar.
5) Dapat menahan beban yang menekan serta
tahan akan perubahan-perubahan suhu.
6) Memiliki kualitas yang lebih tinggi dan tegangan
tembusnya (voltage gradient) lebih besar, sehingga
banyak disukai pemakaiannya untuk jaringan
distribusi primer. Kadang- kadang kita jumpai
isolator porselin ini pada jaringan distribusi
sekunder, tetapi ukurannya lebih kecil.
b. Kelemahan isolator dari bahan porselin adalah :
1) Tidak tahan akan kekuatan yang menumbuk atau memukul
2) Ukuran isolator porselin ini tidak dapat dibuat lebih besar,
karena pada saat pembuatannya terjadi penyusutan
bahan. Walupun ada yang berukuran yang lebih besar,
namun tidak seluruhnya terbuat dari bahan porselin, akan
tetapi di buat berongga didalamnya, yang kemudian di isi
dengan bahan besi atau baja tempaan sehingga kekuatan
isolator porselin bertambah. Cara yang demikian ini akan
menghemat bahan yang digunakan.
3) Harganya lebih mahal, tetapi lebih memenuhi
persyaratan
yang diinginkan.
c. Kelebihan isolator dari bahan gelas adalah :
1) Terbuat dari bahan campuran antara pasir silikat,
dolomit, dan phospat. Komposisi bahan tersebut dan
cara pengolahannya
dapat menentukan sifat dari isolator gelas ini.
2) Lebih banyak dijumpai pemakaiannya pada jaringan
distribusi
sekunder.
3) Isolator gelas ini harganya lebih murah bila dibandingkan
dengan isolator porselin.
d. Kelemahan isolator dari bahan gelas adalah :
1) Memiliki sifat mengkondensir (mengembun) kelem-baban
udara, sehingga lebih mudah debu melekat dipermukaan
isolator tersebut.
2) Makin tinggi tegangan sistem makin mudah pula
terjadi peristiwa kebocoran arus listrik (leakage current) lewat
isolator tersebut, yang berarti me-ngurangi fungsi isolasinya.
3) Memiliki kualitas tegangan tembus rendah, dan
kekuatannya
berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan temperatur.
4) Saat terjadi kenaikan dan penurunan suhu secara tiba-

170
tiba, maka isolator gelas ini akan mudah retak pada
permukaannya. Berarti isolator gelas ini bersifat mudah
dipengaruhi oleh perubahan suhu disekelilingnya. Tetapi
bila isolator gelas ini mengandung campuran dari bahan
lain, maka suhunya akan turun.
5. Kerusakan Pada Bahan Isolator Jaringan
Kerusakan isolator pada jaringan distribusi banyak
disebabkan karena (Sariadi, 1997 : 144) :
a. unsur isolasi yang sudah tua
b. gangguan mekanis, seperti terkena benturan atau
hentakan
yang keras.
c. panas yang berlebihan, yang melebihi ambang batas
yang diperkenankan
d. kesalahan dalam pemasangan
6. Pemburukan Isolator
Karena dipakai selama bertahun-tahun, isolator berkurang
daya isolasinya, misalkan karena mengalami keretakan pada
porselinya. Proses ini dinamakan pemburukan (deterioration).
Isolator. Sebab- sebab utama dari pemburukan isolator adalah
pengemabangan kimiawi dan pengembangan pembekuan
semen, perbedaan dari pengembangan karena panas
diberbagai bagaian isolator, pengembangan karena panas
arus bocor dan berkaratnya pasangan- pasangan logam.
Untuk mencegah proses pemburukan dilakukan hal-hal
sebagai
berikut :
a. Meninggikan kuat mekanis dari bagian porselin.
b. Membatasi pengembangan kimiawi dari bagian-bagian
semen.
c. Mencet (buffer paint) bagian-bagian semen.
d. tidak menggunakan semen dalam lapisan porselin.
Isolator jenis pasak (pin-type) paling banyak mengalami proses
pemburukan sehingga sering menyebabkan gangguan pada
saluran transmisi. Isolator gantung, isolator long-rod dan
isolator line-post jarang menyebabkan gangguankarena
pemburukan. Dengan kemajuan teknologi, maka isolator yang
dibuat akhir-akhir ini sedikit sekali mengalami pemburukan.
C. Jenis Isolator Jaringan
Isolator yang digunakan untuk saluran distribusi tenaga listrik
berdasarkan fungsi dan konstruksinya dapat dibedakan
dalam 4 macam, yaitu :
Beberapa jenis isolator yang digunakan untuk jaringan
distribusi primer maupun sekunder adalah :
1. Isolator Jenis Pasak (pin type insulator).
Isolator jenis pasak (pin type insulator), digunakan pada tiang-
tiang lurus (tangent pole) dan tiang sudur (angle pole) untuk
sudut 5 sampai 30.
Banyak terbuat dari bahan porselin maupun bahan gelas
yang
dibentuk dalam bentuk kepingan dan bagian bawahnya
diberi suatu pasak (pin) yang terbuat dari bahan besi atau baja
tempaan. Tiap kepingan diikatkan oleh suatu bahan semen
yang berkualitas baik.
Bentuk kepingan dibuat mengembang ke bawah seperti
payung, untuk menghindarkan air hujan yang menimpa
permukaan kepingan secara mudah. Banyaknya kepingan
tergantung pada kekuatan elektris bahan kepingan. Biasanya
jumlah kepingan ini maksimum lima buah.
Isolator pasak yang mempunyai satu keping, biasanya

172
digunakan untuk jaringan distribusi sekunder pada tegangan 6
kV ke bawah yang terbuat dari bahan gelas atau porselin.
Untuk jaringan distribusi primer biasanya terdiri dari dua
keping yang terbuat dari bahan porselin.
Isolator jenis pasak ini banyak digunakan pada tiang-tiang
lurus
(tangent pole) dengan kekuatan tarikan sudut (angle tensile
strenght) hingga 10. Kawat penghantar jaringan diletakkan
di bagian atas untuk posisi jaringan lurus, sedangkan untuk
jaringan dengan sudut di bawah 10 kawat penghantarnya
diikatkan pada bagian samping agar dapat memikul tarikan
kawat.

Gambar 37. Isolator jenis pasak

Kekuatan tarik isolator jenis pasak ini lebih rendah bila


dibandingkan dengan isolator jenis gantung, karena kekuatan
isolator jenis pasak ini ditentukan oleh kekuatan pasaknya
terhadap gaya tarikan kawat penghantar.
Pemasangan isolator jenis pasak ini direncanakan pada
puncak tiang maupun pada palang kayu (cross-arm) yang
disekrupkan pada isolator tersebut. Pemasangan isolator jenis
pasak pada tiang kayu saluran satu fasa yang memiliki sudut :
0 sampai 5, dan sudut 5 sampai 30, serta untuk saluran
tiga fasa dengan sudut 0 sampai 5, dan untuk sudut 5
sampai 30.
Isolator jenis pasak banyak digunakan karena :
a. lebih banyak jaringan dibuat lurus
b. sudut saluran dibuat kurang dari 15
c. isolator jenis gantung lebih mahal dari isolator jenis pasak
d. konstruksi tiang dibuat dengan cross-arm (travers) lebih
menonjolkan ke laur sudut.
2. Isolator Jenis Pos (post type insulator).
Isolator jenis pos (post type insulator) , digunakan pada
tiang- tiang lurus (tangent pole) dan tiang sudur (angle pole)
untuk sudut 5 sampai 15. Dibandingkan dengan isolator
jenis pasak, isolator jenis pos ini lebih sederhana
perencanaannya. Diameternya lebih kecil dan tak
menggunakan kepingan-kepingan seperti isolator jenis pasak.
Terdapat lekukan-lekukan pada permukaannya untuk
mengurangi hantaran yang terjadi pada isolator. Makin tinggi
tegangan isolasinya makin banyak lekukan-lekukan tersebut.
Isolator jenis pos ini bagian atasnya diberi tutup (cap) dan
bagian
bawah diberi pasak yang terbuat dari bahan besi atau baja
tempaan. Bahan yang digunakan untuk isolator jenis pos ini
terbuat dari bahan porselin basah yang murah harganya.

174
Gambar 38. Isolator jenis Pos
Kekuatan mekanis isolator jenis pos ini lebih
tinggi dibandingkan isolator jenis pasak dan penggunaannya
hanya pada jaringan ditribusi primer untuk tiang lurus (tangent
pole) pada sudut 5 sampai 15. Isolator jenis pos yang
digunakan untuk jaringan distribusi 20 kV, memiliki
tegangan tembus sebesar 35 kV dengan kekuatan tarik
(tensile strenght) sebesar 5000 pon.
3. Isolator Jenis Gantung (suspension type insulator).
Isolator jenis gantung (suspension type insulator),
digunakan pada tiang-tiang sudur (angle pole) untuk sudut 30
sampai 90, tiang belokan tajam, dan tiang ujung (deadend
pole).
Isolator jenis clevis lebih banyak digunakan karena lebih
kokoh
dan kuat dalam penggandengannya, serta tidak ada
kemungkinan lepas dari gandengannya, karena pada ujungnya
digunakan mur baut untuk mengikatnya. Isolator gantung
(suspension insulator) terdiri dari sebuah piringan yang
terbuat dari bahan porselin, dengan tutup (cap) dari bahan
besi tempaan (melleable iron) dan pasaknya terbuat dari
bahan baja yang diikatkan dengan semen yang berkualitas,
sehingga membentuk satu unit isolator yang berkualitas tinggi.
Dibandingkan isolator jenis pasak, isolator gantung ini
hanya mempunyai satu piringan yang terbuat dari bahan
porselin atau bahan gelas biru kelabu (blue gray glaze).
Dengan menggunakan bahan gelas biru kelabu ini harga
isolator dapat ditekan lebih murah dan dapat digunakan
untuk beberapa gandengan.
Umumnya isolator gantung dengan bahan gelas ini
digunakan untuk jaringan distribusi primer, sedangkan
isolator gentung dari bahan porselin banyak digunakan untuk
gandengan-gandengan pada jaringan transmisi tegangan
tinggi.

Gambar 39.
Isolator gantung jenis clevis dan jenis ball and socket

Dilihat dari konstruksinya, isolator gantung ini dikenal


dalam dua jenis, yaitu jenis clevis dan jenis ball and socket.
Jenis clevis ini memiliki bentuk tutup (cap) dan pasaknya (pin)
berbentuk pipih dengan lubang ditengahnya, yang
digunakan untuk keperluan penggandengan dari beberapa
isolator gantung dengan mengikatnya dengan mur baut
sehingga bisa lebih kuat penggan- dengannya.
Jenis ball and socket memiliki bentuk tutup (cap)
berlubang (socket) untuk menyangkut-kan pasak (pin) yang
berbentuk bulat (ball), sehingga penggandengan dari
bebarapa isolator gantung tidak menggunakan baut (bolt) lagi.
Kedua jenis ini yang paling banyak dipakai adalah jenis clevis,
karena dibandingkan dengan jenis ball and socket maka
jenis clevis ini lebih kokoh dan kuat serta tidak ada
kemungkinan lepas. Isolator gantung mempunyai kualitas
tegangan isolasi tidak begitu tinggi dibandingkan isolator jenis
pasak, karena isolator gantung hanya memiliki satu piringan
untuk setiap unit isolator. Oleh sebab itu agar memenuhi

176
kebutuhannya maka isolator gantung ini digandeng-
gandengkan satu unit dengan unit yang lain agar mendapatkan
kualitas tegangan isolasi yang tinggi. Bila digandengkan
isolator gandeng mempunyai kualitas yang lebih tinggi dari
isolator jenis pasak. Makin banyak gandengannya makin
tinggi kualitas tegangan isolasinya. Saluran transmisi banyak
sekali menggunakan isolator gantung ini. Karena kekuatan
mekanis isolator gantung ini lebih tinggi bila digandengkan,
maka banyak digunakan untuk menahan besarnya tarikan
atau ketegangan kawat pada tiang-tiang sudut (angle pole),
tiang belokan tajam, dan tiang ujung (deadend pole).
4. Isolator Jenis Cincin (spool type insulator).
Isolator jenis cincin (spool type insulator), digunakan pada
tiang- tiang lurus (tangent pole) dengan sudut 0 sampai 10,
yang dipasang secara horizontal maupun vertikal. Isolator
cincin bentuknya bulat berlubang ditengahnya seperti
cincin yang hanya terdapat satu atau dua lekukan
saja yang seluruhnya terbuat dari bahan porselin.

Gambar 40. Isolator jenis cincin

Isolator cincin ini tidak menggunakan pasak (pin) sehingga


isolator cincin memiliki kualitas tegangannya lebih rendah.
Biasanya tak lebih dari 3 kV. Isolator cincin ini besarnya
tidak lebih dari 7,5 cm tinggi maupun diameternya, yang
dipasangkan pada jaringan distribusi sekunder serta saluran
pelayanan ke rumah-rumah. Isolator ini dipasang pada
sebuah clamp (pengapit) dengan sebuah pasak yang
dimasukkan ke dalam lubang ditengahnya. Pemasangan
secara horizontal digunakan untuk jaringan lurus (tangent
line) dengan sudut antara 0 sampai 10. Untuk jaringan
lurus (angle line) untuk sudut lebih dari 10
dipasang pada kedudukan vertikal. Kesemuanya dipasang
pada tiang penyangga dengan jarak satu meter dari tiang atau
60 cm dari palang kayu (cross arm).

D. Karaktristik Isolator Jaringan


1. Karakteristik Isolator
a. Mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi agar dapat
menahan beban kawat penghantar
b. Memiliki konstanta dielektrikum (relative permittivity)
yang tinggi, agar memberikan kekuatan dielektrik (dielectric
strength) tinggi juga.
c. Mempunyai tahanan isolasi (insulation resistance) yang
tinggi agar dapat menghindari kebocoran arus ke tanah.
d. Mempunyai perbandingan (ratio) yang tinggi antara
kekuatan pecah dengan tegangan loncatan api (flashover
voltage).
e. Menggunakan bahan yang tidak berpori-pori
dan tidak
terpengaruh oleh perubahan temperatur
f. Bebas dari kotoran dari luar dan tidak retak maupun
tergores, agar dapat dilewati oleh air atau gas di atmosfir
g. Mempunyai kekuatan dielektrik (dielectric strenght)
dan kekuatan mekanis (mechanis strenght) yang tinggi
h. Bahan yang mampu mengisolir atau menahan tegangan

178
yang mengenainya.
i. Harganya murah
j. Tidak terlalu berat
2. Karakteristik Elektris
Isolator memiliki dari dua elektroda yang terbuat dari
bahan logam berupa besi atau baja campuran sebagai tutup
(cap) dan pasak (pin) yang dipisahkan oleh bahan isolasi.
Dimana tiap bahan isolasi mempunyai kemampuan untuk
menahan tegangan yang mengenainya tanpa menjadi rusak,
yang disebut dengan kekuatan dielektrikum.
Apabila tegangan diterapkan pada isolator yang ideal di
kedua elektroda tersebut, maka dalam waktu singkat arusnya
yang mengalir terhenti dan didalam bahan isolasi terjadi suatu
muatan (Q). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan
tegangan (V) diantara kedua elektroda. Besarnya muatan
itu adalah :
Q = C. V

Dimana nilai kapasitas C tergantung pada nilai konstanta


dielektrik dari suatu bahan uang terdapat diantara kedua
elektroda tersebut. Makin tinggi nilai konstanta dielektrikum
suatu bahan isolasi makin besar kapasitansi isolasi tersebut.
Untuk bahan isolasi porselin dan gelas nilai konstante
dielektriknya lebih tinggi dibandingkan dengan bahan-bahan
isolasi yang lain. Bandingkan konstante dielektrik bahan-
bahan di bawah ini.
Tabel 8. Nilai Konstante
Dilektrikum Beberapa Bahan

Macam Macam
Ebinit 2,8 Parafin 2,1 - 2,5
Fiber 2,5 - 5 Kertas 2,0 - 2,6
Gela 5,4 - 9,9 Porselin 5,7 - 6,8
Mika 2,5 - 6,6 Air 2,0 - 3,5
Minyak 2,2 - 6,6 Kayu 2,5 - 7,7
Selain nilai konstante dielektrik yang mempengaruhi nilai
kapasitansi, luas dan tebalnya suatu bahan mempengaruhi
juga nilai kapitansi tersebut. Makin besar volume suatu bahan
makin bertambah tinggi muatannya, dan makin besar
nilai kapasitansinya yang ditentukan dengan persamaan.

A
C=
4d
Dimana :
C = kapasitansi suatu bahan (Farad)
= konstanta dilektrikum
2
A = luas permukaan bahan (m )

d = diameter atau tebal bahan (m)

Nilai kapasitansi ini akan diperbesar lagi karena


kelembaban udara, debu, panas udara, kerusakan mekanis,
proses kimia serta tegangan lebih yang mempengaruhi
permukaan dari bahan isolasi tersebut.
Oleh karena itu pendistribusian tegangan pada bahan isolasi
tidak seragam, dan lebih besar pada bagian yang terkena
tegangan. Hal ini disebabkan terjadinya arus kebocoran
(leakage current) yang melalui permukaan bahan tersebut.
Arus kebocoran ini kecil kalau dibandingkan dangan
arus yang mengalir pada bahan isolasitersebut, yang besarnya
adalah :

Ii = V / R i
Dimana :

180
Il = arus kebocoran dalam Ampere

V = tegangan yang melaluinya dalam Volt


Ri = tahanan isolasi dalam

Hal tersebut diatas membuat isolator manjadi tidak ideal, yang


seharusnya arus mengalir berhenti dalam waktu yang
singkat, akan tetapi turun perlahan-lahan. Lihat gambar grafik
dibawah ini. Akan tidak ideal lagi isolator tersebut apabila
terjadi tegangan yang diterapkan diantara kedua elektroda
isolator tersebut mengalami tegangan loncatan api (flash over
voltage) atau tegangan tembus pada isolator ini. Dalam sistim
tenaga listrik tegangan loncatan api ini biasa dikatakan
sebagai tegangan lebih (over voltage) yang ditimbulkan
dari dua sumber. Pertama sumber berasal dari sistim itu sendiri
yang berupa hubungan singkat (short circuit), sedang yang
kedua sumber dari luar sistim biasa disebut gangguan
sambaran petir. Tegangan tembus inilah yang terutama
menentukan nilai suatu isolator sebagai penyekat dan
menunjukkan kekuatan dielektrik dari isolator yang besarnya
untuk tiap-tiap isolator berbeda-beda seperti yang terlihat
pada tabel-tabel dibawah ini. Isolator terdiri dari bahan
porselin yang diapit oleh elektroda- elektroda. Dengan
demikian isolator terdiri dari sejumlah kapasistansi.
Kapasistansi ini diperbesar oleh terjadinya lapisan yang
menghantarkan listrik, karena kelembaban udara, debu
dan bahan- bahan lainnya pada permukaan isolator tersebut.
Karena kapasistansi ini maka distribusi tegangan pada
saluran gandengan isolator tidak seragam. Potensial pada
bagain yang terkena tegangan (ujung saluran) adalah
paling besar dengan memasang tanduk busur api (arcing
horn), maka distribusi tegangan diperbaiki. Tegangan
lompatan api (flashover voltage) pada isolator terdiri atas
tegangan-tegangan lompatan api frekuensi rendah
(bolak0balik), impuls dan tembus dalam minyak (bolak-balik
frekuensi rendah). Tegangan lompatan api frekuensi rendah
kering adalah tegangan lompatan apai yang terjadi bila
tegangan diterapkan diantara kedua elektroda isolator
yang bersih dan kering permukaanya, nilai konstanta
serta nilai dasar karakteristik isolator. Tegangan lompatan
api basah adalah tegangan lompatan api yang terjadi bila
tegangan diterapkan diantara tegangan kedua elektroda
isolator yang basah karena hujan, atau dibasahi untuk
menirukan hujan. Tegangan lompatan api impuls adalah
tegangan lompatan api yang terjadi bila tegangan impuls
dengan gelombang standar diterapkan. Karakteristik impuls
terbagi atas polaritas positif dan negative. Biasanya tegangan
dengan polaritas positif (yang memberikan nilai loncatan
api yang rendah) yang dipakai. Untuk polaritas positif tegangan
loncatan api basah dan kering sama. Tegangan tembus
(puncture) frekuensi rendah menunjukan kekuatan dielektrik
dari isolator, dan terjadi bila tegangan frekuensi rendah
diterpkan antara kedua elektroda isolator yang dicelupkan
pada minyak sampai isolator tembus. Untuk isolator dalam
keadaan baik tegangan tembus ini lebih tinggi dari tegangan
loncatan api frekuensi rendah, dan nilainya kira-kira 140
kV untuk isolator gantung 250 mm.

3. Karakteristik Mekanis
Kecuali harus memenuhi persyaratan listrik, isolator
harus memiliki kekuatan mekanis guna memikul beban

182
mekanis penghantar yang diisolasikannya. Porselin sebagai
bagian utama isolator, mempunyai sifat sebagai besi cor,
dengan tekanan-tekanan yang besar dan kuat-tarik yang

2
lebih kecil. Kuat tariknya biasanya 400-900 kg/cm ,
sedangkan kuat tekanannya 10 kali lebih besar. Porselin harus
bebas dari lubang-lubang (blowholes) goresan- goresan,
keretakan-keretakan, serta mempunyaia ketahanan terhadap
perubahan suhu yang mendadak tumbukan-tumbukan dari
luar. Gaya tarik isolator yang telah dipasang relatif besar,
sehingga kekuatan porselin dan bagian-bagian yang
disemenkan padanya harus dibuat besar dari kekuatan
bagian-bagian logamnya. Kekuatan mekanis dari isolator
gantung dan isolator batang panjang harus diuji untuk
mengetahui kemampuan mekanis dan keseragamannya.
Kekuatan jenis ini dan line post ditentukan oleh kekuatan
pasaknya (pin) terhadap moment tekukan (bending momen)
oleh penghantar. Pengkajian kekuatannya karena itu
dilakukan dengan memberikan beban kawat secara lateral
terhadap pasak. Dalam perencanaan saluran transmisi udara,
tegangan lebih pada isolator merupakan factor penting.
Ditempat-tempat dimanan pengotoraqn udara tidak
mengkhawatirkan, surja-hubung (switching- surge) merupakan
factor penting dalam penentuan jumlah isolator dan jaraj
isolator. Karakteristik lompatan api dari surja-hubung lain dari
karakteristik frekuensi rendah dan impuls, (Gbr.9).
E. Penggunaan Isolator Pada Jaringan Distribusi
Ditinjau dari segi penggunaan isolator pada jaringan
distribusi dapat dibedakan menjadi besar kecil
tegangan, yaitu tegangan rendah (SUTR) dan
tegangan menengah/tinggi (SUTM).
1. Pada Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR)
Isolator SUTR adalah suatu alat untuk mengisolasi kawat
penghantar dengan tiang dan traves. Isolator yang
baik harus memiliki cirri-ciri, yaitu sudut dan lekukkan
yang licin dan tidak tajam, guna menghindari kerusakan
kawat penghantar akibat tekanan mekanis pada saat
pemasangan. Disamping itu isolator SUTR harus memenuhi
persamaan mekanis, elektris, dan thermis, mempunyai
ketahanan terhadap tembusan dan loncatan arus rambat
listrik. Juga tahanan terhadap gaya mekanis, perubahan
suhu, dan cuaca sesuai dengan keadaan kerja setempat.
Pada pemasangan SUTR pemakaian jenis isolator
dibedakan sesuai dengan lokasi berdiri tiang. Untuk tiang yang
berdiri ditengah- tengah jaringan yang lurus digunakan isolator
pasak type RM. Lokasi tiang yang berdiri pada akhir atau
ditikungan jaringan SUTR digunakan isolator pasak jenis
Spool Isolator dan Isolator pasak Type A, dan isolator line-
post. Sedangkan untuk tiang penegangan dipergunakan
isolator gantung.

Gambar 41. Isolator jenis pasak tipe A

Sebelum isolator dipasang pada SUTR terlebih dahulu


dilakukan pemeriksaan secara visual mengenai bentuk ukuran,
dan keadaan isolator itu sendiri. Disamping itu isolator harus

184
terbuat dari bahan porselen yang diglasir, mempunyai
kualitas isolator arus listrik tinggi, tidak berlapis-lapis,
tidak berlubang, dan tidak cacat. Bahan pin isolator harus
diglavanis sehingga tidak mudah berkarat. Pemasangan
pin pada poros isolator harus lurus. Pemasangan pin
pada poros idolator dilakukan dengan coran timah hitam.

2. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)


Isolator yang digunakan untuk jaringan SUTM,
karakteristiknya dan konstruksi dapat dilihat dibawah ini :
O
Temperature maksimum : 40

O
Temperature normal : 28

O
Temperature minimal : 16

Dalam jaringan SUTM ini mempergunakan isolator jenis


sangga dan isolator suspension (isolator gantung). Didalam
pemasangan isolator suspension maupun isolator sangga,
diperiksa baut dan mur yang ada harus dikunci dengan kuat.
Isolator itu dipasang pada traves dengan mengunci mur dan
baut yang terdapat pada plat penegang. Didalam memasang
isolator suspension dilakukan setiap satu persatuan unit.
Setiap satu jaringan SUTM yang terdapat sambungan saluran
udara pada tiang, dibutuhkan senam unit isolator suspension
dan satu isolator sangga. Isolator sangga berfungsi sebagai
penyangga kawat penghantar yang ditengah
jaringan melintasi traves. Sebagai pengunci kawat
penghantar dibutuhkan enam buah klem penyambung yang
terbuat dari bahan yang sama dengan bahan penghantar.
Pada traves diakhiri saluran SUTM dipakai tiga unit isolator
suspension.

D. Aktifitas Pembelajaran
Aktivitas pembelajaran dimulai dengan membaca seluruh bagian dari kegiatan
pembelajaran ini, disarankan anda membaca secara berurutan, sehingga
anda mengetahui tujuan dan indikator capaian kompetensi. Belajar dengan
menggunakan modul ini dituntut kemandirian dan kejujuran anda terhadap diri
sendiri. Beberapa kegiatan yang juga harus anda lakukan:
9. Membaca sumber bacaan lain, yang berhubungan dengan materi pada
kegiatan pembelajaran ini.
10. Mengerjakan latihan/tugas sebagai tagihan (pada pembelajaran on line)
dalam pembelajaran ini.
11. Apabila ada bagian-bagian yang belum anda kuasai sesuai yang
diharapkan, ulangi kembali dengan tidak tergesa-gesa.
12. Jawablah pertanyaan pada bagian Latihan/kasus/tugas pada Lembar
Kerja yang telah disediakan
5. Jika Saudara bisa menjawab pertanyan-pertanyaan pada bagian
latihan/kasus/tugas dengan baik, maka Saudara dapat melanjutkan
pembelajaran ke kegiatan pembelajaran 5.

E. Latihan
1. Jelaskan persyaratan bahan isolator !
2. Jelaskan Karakteristik Isolator !
3. Fungsi Isolator pada jaringan tenaga listrik adalah ?

186
LEMBAR KERJA KB-4

1. Jelaskan persyaratan bahan isolator !


..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
............

2. Jelaskan Karakteristik Isolator !


..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
............

3. Fungsi Isolator pada jaringan tenaga listrik adalah ?


..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
............
F. Rangkuman
Isolator jaringan tenaga listrik merupakan alat tempat menompang
kawat penghantar jaringan pada tiang-tiang listrik yang digunakan
untuk memisahkan secara elektris dua buah kawat atau lebih agar
tidak terjadi kebocoran arus (leakage current) atau loncatan bunga api
(flash over) sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan pada
sistem jaringan tenaga listrik.
Fungsi utama isloator adalah :
a. Untuk penyekat / mengisolasi penghantar dengan tanah dan antara
penghantar dengan penghantar.
b. Untuk memikul beban mekanis yang disebabkan oleh berat penghantar
dan / atau gaya tarik penghantar.
c. Untuk menjaga agar jarak antar penghantar tetap (tidak berubah).

Bahan-bahan yang baik untuk isolator adalah bahan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Walaupun ada yang sanggup
menghantarkan arus listrik tetapi relatif sangat kecil kriteria
bahan yang baik digunakan sebagai isolator jaringan
distribusi adalah :
a. Bahan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik
b. Bahan isolasi yang ekonomis, tanpa mengurangi kemampuannya
sebagai Isolator. Sebab makin berat dan besar ukuran isolator
tersebut akan mempengaruhi beban penyangga pada sebuah tiang
listrik.
c. Bahan yang terbuat dari bahan padat, dan memiliki kekuatan
mekanis tinggi seperti : porselin, gelas, mika, ebonit, keramik,
parafin, kuartz, dan veld spaat.
d. Mempunyai tahanan jenis yang tinggi
e. Memiliki kekuatan mekanis yang tinggi
f. Memiliki sifat-sifat (dua hal diatas) tidak berubah oleh perubahan
suhu,

188
siraman air, kelembaban, sinar matahari, polaritas listrik.
g. Bila mengalami loncatan listrik (flash over) tidak akan meninggalkan
jejak (cacat)

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Umpan Balik :
1. Dapat Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
2. Dapat Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan
aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, spiritual, dan latar
belakang sosial budaya.
3. Dapat Mengidentifikasi kesulitan belajar siswa serta memberikan solusi
kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Tindak Lanjut :
1. Penguatan dan penghargaan diberikan kepada peserta diklat yang
telah memenuhi stanndar
2. Teguran yang bersifat mendidik dan memotivasi diberikan kepada
peserta diklat yang belum memenuhi standar
3. Peserta diklat diberi kesempatan untuk mengikuti diklat lebih lanjut.
BAB 5

Spesifikasi Teknis Transformator Daya dan


Transformator Ukur Pada Gardu Induk Sistem
Tenaga Listrik

A. Tujuan
1. Peserta diklat/pelatihan dapat menjelaskan trasformator daya dan
trasformator ukur
2. Peserta diklat / pelatihan dapat menjelaskan peralatan utama dan
bagian peralatan bantu trasformator pada gardu induk sistem
tenaga listrik
3. Peserta diklat dapat menjelaskan bagian dari trasformator daya dan
transformator ukur pada gardu induk sistem tenaga listrik.
4. Peserta diklat dapat menjelaskan jenis jenis trasformator pada
gardu induk sistem tenaga listrik.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian kopentensi (IPK) dari mempelajari
menganalisis spesifikasi teknis transformator daya dan trasformator
ukur pada gardu induk sistem tenaga listrik adalah. Peserta
diklat/pelatihan mampu menganalisis menganalisis spesifikasi teknis
transformator daya dan trasformator ukur pada gardu induk sistem
tenaga listrik.

C. Uraian Materi
1. Pengertian trasformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan
dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke
rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan
berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Transformator
digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun
elektronika. Penggunaan transformator dalam sistem tenaga
memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai, dan ekonomis

190
untuk tiap-tiap keperluan misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi
dalam pengiriman daya listrik jarak jauh. Dalam bidang elektronika,
transformator digunakan antara lain sebagai:
a) gandengan impedansi antara sumber dan beban
b) untuk memisahkan satu rangkain dari rangkaian yang lain
c) untuk menghambat arus searah melalukan atau mengalirkan
arus bolak-balik
Berdasarkan frekuensi, transformator dapat dikelompokkan
menjadi:
a) Frekuensi daya, 50 sampai 60Hz
b) Frekuensi pendengaran, 50Hz sampai 20kHz
c) Frekuensi radio, diatas 30kHz
Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator
dikelompokkan menjadi:
a) Transformatror daya
b) Transformatror distribusi
c) Transformatror pengukuran, yang terdiri dari atas
transformator arus dan Transformator tegangan.

2. Kontruksi Transformator
Gambar dibawah memperlihatkan bentuk fisik dari transformator,
dimana tegangan masukan (V1) berbentuk sinusioda dihubungan
pada gulungan primer (N1). Arus arus masukan (I1) mengakibatkan
aliran fluk () pada gulungan (N1) maupun gulungan (N2). Fluk
pada gulungan sekunder (N2) menyebabkan aliran arus (I2) dan
tegangan (V2).
Gambar 3.8 Kontruksi Trasformator

3. Prinsip kerja transformator

Gambar 3.9 Bentuk lilitan Primer Dan Skunder Trasformator


Prinsip kerja transformator dapat dijelaskan berdasarkan induksi
elektromagnetik, dimana antara sisi primer dan sisi sekunder
terdapat penghubung magnetik. Gandengan magnet ini berupa inti
besi tempat melakukan fluks bersama. Medan magnet berperan
sangat penting sebagai rangkaian proses konversi energi. Melalui
medium medan magnet, bentuk energi mekanik dapat diubah
menjadi energi listrik, alat konversi ini disebut generator atau
sebaliknya dari bentuk energi listrik menjadi energi mekanik,
sebagai alat konversi disebut motor. Pada transformator, gandengan
medan magnet berfungsi untuk memindahkan dan mengubah energi
listrik dari rangkaian primer ke sekunder melalui prinsip induksi
elektromagnetik. Dari sisi pandangan elektris , medan magnet
mampu untuk menginduksikan tegangan pada konduktor sedangkan
dari sisi pandangan mekanis medan magnet sanggup untuk
menghasilkan gaya dan kopel (penggandeng). Kelebihan medan

192
magnet sebagai perangkai proses konversi energi disebabkan
terjadinya bahan-bahan magnetik yang memungkinkan diperolehnya
kerapatan energi yang tinggi; kerapatan energi yang tinggi ini akan
menghasilkan kapasitas tenaga per unit volume mesin yang tinggi
pula. Jelaslah bahwa pengertian kuantitatif tentang medan magnet
dan rangkaian magnet merupakan bagian penting untuk memahami
proses konversi energi listrik. Induktansi, tegangan pada kumparan
didefinisikan sebagai perubahan arus terhadap waktu yang melewati
kumparan tersebut.
4. Trasformator pada gardu induk

Gambar 3.10 Transformator Gardu Induk


a) Power Tranformator (Trafo Daya)
Transformator Daya adalah suatu peralatan tenaga listrik
yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga atau daya listrik dari
tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya.
Dalam operasi penyaluran tenaga listrik transformator
dapat dikatakan jantung dari transmisi dan distribusi.Dalam
kondisi ini suatu transformator diharapkan dapat beroperasi
secara maksimal (kalau bias secara terus menerus tanpa
berhenri).Mengingat kerja keras dari suatu transformator seperti
itu, maka cara pemeliharaan juga dituntut sebaik munkin.Oleh
karena itu tranformator harus dipelihara dengan menggunakan
system dan peralatan yang benar,baik dan tepat.Untuk itu regu
pemeliharaan harus mengetahui bagian-bagian tranformator dan
bagian-bagian mana yang perlu diawasi melebihi bagian lainnya.
Berdasarkan tegangan operasinya dapat dibedakan
menjadi tranformator 500/150 kV dan 150/70 kV biasa disebut
Interbus Transformator (IBT).Transformator 150/20 kV dan 70/20
kV disebut juga trafo distribusi.Titik netral transformator
ditanahkan sesuai dengan kebutuhan unutk system
pengamanan / proteksi,sebagai contoh transformator 150/70 kV
ditanahkan secara langsung di sisi netral 150 kV dan
transformator 70/20 kV ditanahkan dengan thanan rendah atau
tahanan tinggi atau langsung disisi netral 20 kV nya.
Transformator dapat dibagi menurut fungsi / pemakaian seperti :
1) Transformator Mesin (Pembangkit)
2) Transformator Gardu Induk
3) Transformator Distribusi

Komponen Transformator

Gambar 3.11 Kontruksi Transformator

194
Komponen transformator terdiri dari dua bagian, yaitu
peralatan utama dan peralatan bantu.
a) Bagian Utama
Peralatan utama transformator terdiri dari:
1. Inti besi
Inti Besi, dibuat dari lempengan-lempengan feromagnetik
tipis yang berguna untuk mempermudah jalan fluksi yang
ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan. Inti besi
ini juga diberi isolasi untuk mengurangi panas (sebagai rugi-
rugi besi) yang ditimbulkan oleh arus eddy Eddy Current.
2. Kumparan Transformator
Kumparan Trafo, kumparan trafo terdiri dari beberapa lilitan
kawat tembaga yang dilapisi dengan bahan isolasi (karton,
pertinax, dll) untuk mengisolasi baik terhadap inti besi
maupun kumparan lain. . Untuk trafo dengan daya besar
lilitan dimasukkan dalam minyak trafo sebagai media
pendingin. Banyaknya lilitan akan menentukan besar
tegangan dan arus yang ada pada sisi sekunder.Kadang kala
transformator memiliki kumparan tertier. Kumparan tertier
diperlukan untuk memperoleh tegangan tertier atau untuk
kebutuhan lain. Untuk kedua keperluan tersebut, kumparan
tertier selalu dihubungkan delta. Kumparan tertier sering juga
untuk dipergunakan penyambungan peralatan bantu seperti
kondensator synchrone, kapasitor shunt dan reactor shunt.
Gambar 3.12 Kumparan Transformator
3. Miyak Tasnformator
Minyak Trafo, berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi.
Minyak trafo mempunyai sifat media pemindah panas
(disirkulasi) dan mempunyai daya tegangan tembus tinggi.
Pada power transformator, terutama yang berkapasitas
besar, kumparan-kumparan dan inti besi transformator
direndam dalam minyak-trafo.
Syarat suatu cairan bisa dijadikan sebagai minyak trafo
adalah sebagai berikut:
a) Ketahanan isolasi harus tinggi ( >10kV/mm )
b) Berat jenis harus kecil, sehingga partikel-partikel inert
di dalam minyak dapat mengendap dengan cepat
c) Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi
dan kemampuan pendinginan menjadi lebih baik
d) Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang
dapat membahayakan
e) Tidak merusak bahan isolasi padat
f) Sifat kimia yang stabil
Dibawah ini tabel keterangan Minyak Trafo

196
Gambar 3.13 Tabel Minyak Trafo

4. Bushing
Bushing, sebuah konduktor (porselin) yang menghubungkan
kumparan transformator dengan jaringan luar. Bushing
diselubungi dengan suatu isolator dan berfungsi sebagai
konduktor tersebut dengan tangki transformator. Selain itu
juga bushing juga berfungsi sebagai pengaman hubung
singkat antara kawat yang bertegangan dengan tangki trafo.

Gamba 3.14 Bushing Transformator


5. Tagki Konservator
Tangki dan Konservator (khusus untuk transformator basah);
pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam
minyak trafo ditempatkan di dalam tangki baja. Tangki trafo-
trafo distribusi umumnya dilengkapi dengan sirip-sirip
pendingin ( cooling fin ) yang berfungsi memperluas
permukaan dinding tangki, sehingga penyaluran panas
minyak pada saat konveksi menjadi semakin baik dan efektif
untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki dilengkapi
dengan konservator.

Gambar 3.15 Tangki dan Konservator

b) Perlatan Bantu
1. Pendingin
Peralatan Pendingin, pada inti besi dan kumparan-
kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi besi dan
rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan
kenaikan suhu yang berlebihan, akan merusak isolasi di
dalam trafo, maka untuk mengurangi kenaikan suhu yang
berlebihan tersebut trafo perlu dilengkapi dengan sistem

198
pendingin untuk menyalurkan panas keluar trafo. Media
yang digunakan pada sistem pendingin dapat berupa:
udara/gas, minyak dan air.
2. TapChanger
Tap Changer yaitu suatu alat yang berfungsi untuk
merubah kedudukan tap (sadapan) dengan maksud
mendapatkan tegangan keluaran yang stabil walaupun
beban berubah-ubah. Tap changer selalu diletakkan pada
posisi tegangan tinggi dari trafo pada posisi tegangan
tinggi. Tap changer dapat dilakukan baik dalam keadaan
berbeban (on-load) atau dalam keadaan tak berbeban (off
load), tergantung jenisnya.

3. Alat Pernapasan (Dehydration Breather)


Peralatan Pernapasan (Dehydrating Breather),
ventilasi udara yang berupa saringan silikagel yang akan
menyerap uap air. Karena pengaruh naik turunnya beban
trafo maupun suhu udara luar, maka suhu minyakpun
akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila
suhu minyak tinggi, minyak akan memuai dan mendesak
udara di atas permukaan minyak keluar dari dalam tangki,
sebaliknya bila suhu minyak turun, minyak menyusut
maka udara luar akan masuk ke dalam tangki. Kedua
proses di atas disebut pernapasan trafo. Permukaan
minyak trafo akan selalu bersinggungan dengan udara
luar yang menurunkan nilai tegangan tembus minyak
trafo, maka untuk mencegah hal tersebut, pada ujung pipa
penghubung udara luar dilengkapi tabung berisi kristal zat
hygroskopis.
4. Indikator-indikator
Indikator; untuk mengawasi selama transformator
beroperasi, maka perlu adanya indikator pada
transformator yang antara lain sebagai berikut:
a. indikator suhu minyak

b. indikator permukaan minyak

c. indikator sistem pendingin

d. indikator kedudukan tap

c) Peralatan Proteksi
Peralatan Proteksi, peralatan yang mengamankan
trafo terhadap bahaya fisis, elektris maupun kimiawi. Yang
termasuk peralatan proteksi transformator antara lain sebagai
berikut:
1. Rele Bucholz
Rele Bucholz; yaitu peralatan rele yang dapat
mendeteksi dan mengamankan terhadap gangguan di
dalam trafo yang menimbulkan gas. Di dalam
transformator, gas mungkin dapat timbul akibat hubung
singkat antar lilitan (dalam phasa/ antar phasa), hubung
singkat antar phasa ke tanah, busur listrik antar laminasi,
atau busur listrik yang ditimbulkan karena terjadinya
kontak yang kurang baik.
2. Pengaman tekanan lebih (Explosive Membrane ) /
Burstin Plate

200
Rele tekanan lebih; peralatan rele yang dapat
mendeteksi gangguan pada transformator bila terjadi
kenaikan tekanan gas secara tiba-tiba dan an langsung
mentripkan CB pada sisi upstream-nya.
3. Rele beban lebih
Rele beban lebih; rele ini berfungsi untuk
mengamankan trafo terhadap beban yang berlebihan
dengan menggunakan sirkit simulator yang dapat
mendeteksi lilitan trafo yang kemudian apabia terjadi
gangguan akan membunyikan alarm pada tahap pertama
dan kemudian akan menjatuhkan PMT.
4. Rele fluks lebih
Rele fluks lebih; rele ini berfungsi untuk
mengamankan transformator dengan mendeteksi besaran
fluksi atau perbandingan tegangan dan frekwensi.
5. Rele Differensial
Rele diferensial; rele yang dapat mendeteksi
terhadap gangguan transformator apabila terjadi flash
over antara kumparan dengan kumparan, kumparan
dengan tangki atau belitan dengan belitan di dalam
kumparan ataupun antar kumparan.
6. Rele arus lebih
Rele arus lebih; rele ini berfungsi untuk
mengamankan transformator terhadap gangguan
hubunga singkat antar fasa didalam maupun diluar
daerah pengaman trafo, juga diharapkan rele ini
mempunyai sifat komplementer dengan rele beban lebih.
Rele ini juga berfungsi sebagai cadangan bagi pengaman
instalasi lainnya. Arus berlebih dapat terjadi karena
beban lebih atau gangguan hubung singkat.
7. Rele hubung tanah
Rele gangguan tanah terbatas; rele ini berfungsi
untuk mengamankan transformator terhadap gangguan
tanah didalam daerah pengaman transformator
khususnya untuk gangguan di dekat titik netral yang tidak
dapat dirasakan oleh rele diferential.
8. Rele thermis
Rele termis; rele ini berfungsi untuk mengamankan
transformator dari kerusakan isolasi kumparan, akibat
adanya panas lebih yang ditimbulkan oleh arus lebih.
Besaran yang diukur di dalam rele ini adalah kenaikan
temperatu
9. Rele tangki tanah
Rele ini berfungsi untuk mengamankan transformator
bila terjadi hubung singkat antara bagian yang
bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan pada
transformator.

d) Peralatan tambahan untuk Pengaman Transformator


1. Pemadam kebakaran (transformator transformator besar)
2. Rele Differensial
3. Rele arus lebih
4. Rele hubung tanah
5. Rele thermis
6. Arrester

202
Gamabar 3.16 Kontruksi Dalam Trasformator

e) Transformator Ukur
Transformator ukur didisain secara khusus untuk pengukuran
dalam sistem daya. Transformator ini banyak digunakan
dalam sistem daya karena mempunyai keuntungan, antara
lain:
1) Memberikan isolasi elektrik bagi sistem daya
2) Tahan terhadap beban untuk berbagai tingkatan
3) Tingkat keandalan yang tinggi
Secara fisik lebih sederhana bentuknya, dan Secara ekonomi
lebih murah
Transformator pengukuran terdiri dari:
1) Transformator tegangan (Voltage transformator, VT atau
Potential Transformator, PT)
2) Transformator arus (Current Transformator, CT)
Arus dan tegangan pada peralatan daya yang harus
dilindungi dirubah oleh transformator arus dan transformator
tegangan ke tingkat yang lebih rendah untuk pengoperasian
relai. Tingkat-tingkat yang lebih rendah ini diperlukan karena
dua alasan, yaitu: Tingkat masukan yang lebih rendah ke
relai-relai menjadikan komponen-komponen yang digunakan
untuk konstruksi relai-relai tersebut secara fisik menjadi
cukup kecil, karena itu dilihat dari segi ekonomi biayanya
akan lebih murah.
Transformator tegangan mempunyai standar tegangan
sekunder 120 volt.
Transformator arus (CT) mempunyai standar arus sekunder 5
ampere.
Transformator arus dibagi menjadi 2 kelas, yaitu:
1) Transformator arus kelas H (reaktansi bocor tinggi)
2) Transformator arus kelas L (reaktansi bocor rendah)
Keduanya mempunyai standar ketelitian 2,5% dan 10%.
Trafo arus (CT)
Terdapat 2 jenis transformator yang dapat digunakan untuk
menurunkan tegangan AC dan salah satunya adalah trafo
CT. Yang membedakan trafo CT ini dengan trafo biasa
adalah adanya titik tengah yang bersifat sebagai pentanahan
pada lilitan sekunder trafo CT. Untuk lebih mudahnya, jika
pada trafo biasa yang mempunyai spesifikasi tegangan
primer 220 VAC dan rasio lilitan 10:1 maka akan
menghasilkan tegangan sekunder sebesar 22 VAC pada
kedua ujung lilitan sekundernya.
Bagaimana jika spesifikasi tersebut dipakai pada trafo CT?
Sebetulnya apakah titik tengah itu? Titik tengah adalah
suatu titik tengah lilitan sekunder pada trafo CT yang
dihubungkan keluar lilitan dan bersifat sebagai sebagai
ground. Jadi, semisal terdapat 10 lilitan kawat pada bagian
sekundernya maka diantara lilitan ke-5 dan ke-6
dihubungkan pada sebuah kawat yang terhubung keluar
lilitan.

204
Tegangan sekunder yang dihasilkan oleh trafo CT ini ada 2
macam, mempunyai amplitudo yang sama namun saling
berlawanan fasa, masing2 sebesar 11VAC atau setengah dari
tegangan sekunder pada trafo biasa seperti contoh diatas.
Tegangan sekunder trafo CT ini diukur dari salah satu ujung
lilitan terhadap titik tengah-nya.
Dalam perancangan sebuah power supply, jenis
transformator step down yang dipakai biasanya berhubungan
dengan penentuan jenis penyearah yang akan digunakan.
Untuk jenis trafo biasa dibutuhkan penyearah jembatan
dioda (dioda bridge) yang dapat dibuat dari 4 dioda.
Sedangkan untuk jenis trafo CT hanya dibutuhkan
penyearah dengan menggunakan 2 dioda saja.

2. Jenis jenis transformator


Step Up

Gambar 3.17 Trasformator Step-Up


Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan
sekunder lebih banyak daripada lilitan primer, sehingga
berfungsi sebagai penaik tegangan. Transformator ini biasa
ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik
tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi
yang digunakan dalam transmisi jarak jauh.

Step Down

Gambar 3.18 Skema Trasformator step Up


Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit
daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penurun
tegangan. Transformator jenis ini sangat mudah ditemui,
terutama dalam adaptor AC-DC.
1) Autotransformator

Gambar 3.19 Skema Trasformator Step Down


Transformator jenis ini hanya terdiri dari satu lilitan yang
berlanjut secara listrik, dengan sadapan tengah. Dalam
transformator ini, sebagian lilitan primer juga merupakan lilitan

206
sekunder. Fasa arus dalam lilitan sekunder selalu berlawanan
dengan arus primer, sehingga untuk tarif daya yang sama lilitan
sekunder bisa dibuat dengan kawat yang lebih tipis
dibandingkan transformator biasa. Keuntungan dari
autotransformator adalah ukuran fisiknya yang kecil dan
kerugian yang lebih rendah daripada jenis dua lilitan. Tetapi
transformator jenis ini tidak dapat memberikan isolasi secara
listrik antara lilitan primer dengan lilitan sekunder. Selain itu,
autotransformator tidak dapat digunakan sebagai penaik
tegangan lebih dari beberapa kali lipat (biasanya tidak lebih dari
1,5 kali)

2) Autotransformator variabel
Autotransformator variabel sebenarnya adalah
autotransformator biasa yang sadapan tengahnya bisa diubah-
ubah, memberikan perbandingan lilitan primer-sekunder yang
berubah-ubah.

3) Trasformator isolasi
Transformator isolasi memiliki lilitan sekunder yang berjumlah
sama dengan lilitan primer, sehingga tegangan sekunder sama
dengan tegangan primer. Tetapi pada beberapa desain,
gulungan sekunder dibuat sedikit lebih banyak untuk
mengkompensasi kerugian. Transformator seperti ini berfungsi
sebagai isolasi antara dua kalang. Untuk penerapan audio,
transformator jenis ini telah banyak digantikan oleh kopling
kapasitor.

4) Transformator pulsa
Transformator pulsa adalah transformator yang didesain
khusus untuk memberikan keluaran gelombang pulsa.
Transformator jenis ini menggunakan material inti yang cepat
jenuh sehingga setelah arus primer mencapai titik tertentu, fluks
magnet berhenti berubah. Karena GGL induksi pada lilitan
sekunder hanya terbentuk jika terjadi perubahan fluks magnet,
transformator hanya memberikan keluaran saat inti tidak jenuh,
yaitu saat arus pada lilitan primer berbalik arah.

5) Transformator tiga fasa


Transformator tiga fasa sebenarnya adalah tiga transformator
yang dihubungkan secara khusus satu sama lain. Lilitan primer
biasanya dihubungkan secara bintang (Y) dan lilitan sekunder
dihubungkan secara delta ().

D. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas 1. Menganalisis Spesifikasi Teknis Trasformator Daya Gardu
Induk Sistem Tenaga Listrik
Saudara akan mendiskusikan bagaimana Menganalisis spesifikasi Teknis
Trasformator Daya Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik. Untuk kegiatan ini
Saudara harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Spesifikasi Trasformator Daya Gardu
Induk Sistem Tenaga Listrik?
2. Mengapa Saudara melakukan Analisis Spesifikasi Trasformator Daya
Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu melakukan Analisis atau
mengkaji Trasformator Daya Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
4. Apakah sajakah jenis-jenis Trasformator Daya Gardu Induk Sistem
Tenaga Listrik?
Saudara dapat menuliskan jawaban dengan menggunakan LK-31

Aktivitas 2. Menganalisis Spesifikasi Teknis Trasformator Ukur Gardu


Induk Sistem Tenaga Listrik
Setelah Saudara mendiskusikan kegiatan Analisis/mengkaji Spesifikasi
Teknis Transformator Daya Pada Gardu Induk pada aktivitas 1, maka pada
aktivitas 2 ini Saudara akan mendiskusikan Analisis/mengkaji Spesifikasi

208
Teknis Transformator Ukur Pada Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik. Untuk
kegiatan ini Saudara harus menjawab pertanyaan-pertanyaanberikut.
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Spesifikasi Trasformator Ukur Gardu
Induk Sistem Tenaga Listrik?
2. Mengapa Saudara melakukan Analisis Spesifikasi Trasformator Ukur
Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu melakukan Analisis atau
mengkaji Trasformator Ukur Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
4. Apakah sajakah jenis-jenis Trasformator Ukur Gardu Induk Sistem Tenaga
Listrik?
Saudara dapat menuliskan jawaban dengan menggunakan LK-32

E. Rangkuman
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan
dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke
rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan
berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Transformator digunakan
secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika.
Penggunaan transformator dalam sistem tenaga memungkinkan
terpilihnya tegangan yang sesuai, dan ekonomis untuk tiap-tiap
keperluan misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam pengiriman
daya listrik jarak jauh.
Prinsip kerja transformator dapat dijelaskan berdasarkan induksi
elektromagnetik, dimana antara sisi primer dan sisi sekunder terdapat
penghubung magnetik. Gandengan magnet ini berupa inti besi tempat
melakukan fluks bersama. Medan magnet berperan sangat penting
sebagai rangkaian proses konversi energi. Melalui medium medan
magnet, bentuk energi mekanik dapat diubah menjadi energi listrik, alat
konversi ini disebut generator atau sebaliknya dari bentuk energi listrik
menjadi energi mekanik, sebagai alat konversi disebut motor. Pada
transformator, gandengan medan magnet berfungsi untuk
memindahkan dan mengubah energi listrik dari rangkaian primer ke
sekunder melalui prinsip induksi elektromagnetik
Transformator Daya adalah suatu peralatan tenaga listrik yang
berfungsi untuk menyalurkan tenaga atau daya listrik dari tegangan
tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya
Transformator ukur didisain secara khusus untuk pengukuran
dalam sistem daya. Transformator ini banyak digunakan dalam sistem
daya karena mempunyai keuntungan, antara lain: Memberikan isolasi
elektrik bagi sistem daya, Tahan terhadap beban untuk berbagai
tingkatan dan Tingkat keandalan yang tinggi
Terdapat 2 jenis transformator yang dapat digunakan untuk
menurunkan tegangan AC dan salah satunya adalah trafo CT. Yang
membedakan trafo CT ini dengan trafo biasa adalah adanya titik tengah
yang bersifat sebagai pentanahan pada lilitan sekunder trafo CT. Untuk
lebih mudahnya, jika pada trafo biasa yang mempunyai spesifikasi
tegangan primer 220 VAC dan rasio lilitan 10:1 maka akan
menghasilkan tegangan sekunder sebesar 22 VAC pada kedua ujung
lilitan sekundernya.

F. Tes Formatif
1. Apa yang dimaksud dengan trasformator ukur
dan transformator daya!
2. Tuliskan peralatan utama dan peralatan bantu
transformator pada gardu induk!
3. Tuliskan peralatan peralatan untuk pengaman
trasformator pada gardu induk !
4. Apasajakah yang termasuk dari trasformator ukur!
5. Jelaskan jenis-jenis trasformator !

G. Kunci Jawaban
1. Jawab
Transformator Daya adalah suatu peralatan tenaga listrik yang
berfungsi untuk menyalurkan tenaga atau daya listrik dari tegangan
tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Sedangkan
Transformator ukur adalah Transformator yang di desain secara
khusus untuk pengukuran dalam sistem daya.

210
2. Jawab
Peralatan utama trasformator : inti besi, kumparan trasformator ,
minyak transformator, Busing, tangki konservator, Peralatan bantu :
pendingin, tap changer, peralatan Pernapasan, Indikator-indikator
3. Jawab
Pemadam kebakaran (transformator transformator besar), Rele
Differensial, Rele arus lebih, Rele hubung tanah, Rele thermis,
Arrester
4. Jawab
yang termasuk dari trasformator ukur
a. Transformator tegangan (Voltage transformator, VT atau Potential
Transformator, PT)
b. Transformator arus (Current Transformator, CT)
5. Jawab
a. Trasformator Step-up adalah transformator yang memiliki lilitan
sekunder lebih banyak daripada lilitan primer, sehingga
berfungsi sebagai penaik tegangan.
b. Trasformator Step Down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit
daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penurun
tegangan. Transformator jenis ini sangat mudah ditemui,
terutama dalam adaptor AC-DC
c. Autotransformator
Transformator jenis ini hanya terdiri dari satu lilitan yang
berlanjut secara listrik, dengan sadapan tengah. Dalam
transformator ini, sebagian lilitan primer juga merupakan lilitan
sekunder.
d. Autotransformator variabel sebenarnya adalah
autotransformator biasa yang sadapan tengahnya bisa diubah-
ubah, memberikan perbandingan lilitan primer-sekunder yang
berubah-ubah
e. Transformator isolasi memiliki lilitan sekunder yang berjumlah
sama dengan lilitan primer, sehingga tegangan sekunder sama
dengan tegangan primer.
f. Transformator pulsa adalah transformator yang didesain khusus
untuk memberikan keluaran gelombang pulsa.
g. Transformator tiga fasa sebenarnya adalah tiga transformator
yang dihubungkan secara khusus satu sama lain. Lilitan primer
biasanya dihubungkan secara bintang (Y) dan lilitan sekunder
dihubungkan secara delta ().

LEMBAR KERJA KB-3

LK - 30
1. Apa saja hal-hal yang harus dipersiapkan oleh saudara sebelum
mempelajari materi Menganalisis Spesifikasi Teknis Trasformator Daya
dan Transformator Ukur Pada Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
...............................................................

2. Bagaimana saudara mempelajari materi pembelajaran ini? Jelaskan!


..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..........................................................................

212
3. Ada berapa dokumen bahan bacaan yang ada di dalam Materi
pembelajaran ini? Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.....................................................................................

4. Apa topik yang akan saudara pelajari di materi pembelajaran ini?


Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.......................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
......................

5. Apa kompetensi yang seharusnya dicapai oleh saudara sebagai guru


kejuruan dalam mempelajari materi pembelajaran ini? Jelaskan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..........................................................................

6. Apa bukti yang harus diunjukkerjakan oleh saudara sebagai guru


kejuruan bahwa saudara telah mencapai kompetensi yang ditargetkan?
Jelaskan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
........................................................................................

LK 31
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Spesifikasi Trasformator Daya Gardu
Induk Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................

2. Mengapa Saudara melakukan Analisis Spesifikasi Trasformator Daya Gardu


Induk Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

214
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu melakukan Analisis atau


mengkaji Trasformator Daya Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................

4. Apa sajakah jenis-jenis Trasformator Daya Gardu Induk Sistem Tenaga


Listrik!
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

LK 32
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Spesifikasi Trasformator Ukur Gardu Induk
Sistem Tenaga Listrik?
.............................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
...........

2. Mengapa Saudara melakukan Analisis Spesifikasi Trasformator Ukur Gardu


Induk Sistem Tenaga Listrik?
.............................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
............

3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu melakukan Analisis atau mengkaji


Trasformator Ukur Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
...............

4. Apakah sajakah jenis-jenis Trasformator Ukur Gardu Induk Sistem Tenaga


Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
...............

216
BAB 6
Sistem Busbar dan Switchgear Pada Gardu Induk
Sistem Tenaga Listrik

A. Tujuan
1. Peserta diklat/pelatihan dapat menjelaskan komponen pada
switchgear dan busbar pada gardu induk sistem tenaga listrik
2. Peserta diklat/pelatihan dapat menjelaskan fungsi masing masing
komponen yang diletakkan pada sistem busbar dan switchgear
pada gardu induk sistem tenaga listrik

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator pencapaian kopentensi (IPK) dari mempelajari
menganalisis sistem busbar dan switchgear pada gardu induk sistem
tenaga listrik adalah. Peserta diklat/pelatihan mampu menganalisis
sistem busbar dan switchgear pada gardu induk sistem tenaga listrik.

C. Uraian Materi
Bahan Bacaan 1:
Komponen Sipil dan Mekanikal Pada Switchyard( switchgear)
a) Pondasi (tempat dudukan) Peralatan
1) Trasformator daya
2) Circuit Breaker (CB)
3) Disconnecting Switch (DS)
4) Capasitor Voltage Transformer (CTV)
5) Capasitor Trasformer (CT)
6) Lightning Arrester (LA)
7) Pontential Trasformer (PT)
8) Pontential Device (PD) dan lain sebagainya.
9)
b) Got Kabel (cable duct)
Adalah tempat peletakan kabel yang menghubungkan antara
peralatan di Switchyard, maupun antara peralatan di Switch yard
dengan peralatan di gedung kontrol. Jenis (dimensi) kabel duct :
D 250, D-300, D-400, D-600, D-600, D-900, D-1200 dan D-1500
tergantung kebutuhan.
Komponen mekanikal :
1) Serandang peralatan
2) Serandang post
3) Serandang beam
4) Rak kabel dan plat bordes untuk penutup got kabel
5) Pagar keliling GI
c) Komponen Sipil gedung kontrol, terdiri dari
1) Ruang peralatan kontrol (kendali) dan ruang cubicle)
2) Ruang operator
3) Ruang kontrol GI
4) Ruang relay
5) Ruang komunikasi
6) Ruang batery
7) Pondasi peralatan( panel relay, panel kontrol, cubicle, dan
lain lain)
8) Got kabel ( cabel duct)

d) Komponen mekanikal
Komponen mekanikal terdiri dari :
1) Air conditioning (AC)
2) Rak kabel yang dijadikan sebagai penempatan kabel, yang
menghubungkan antara peralatan yang ada di switch yard
dengan komponen yang ada di gedung kontrol, maupun yang
menghubungkan komponen yang ada di gedung kontrol.
Bahan Bacaan 2:
Switchyard( switchgear)
Adalah bagian dari gardu induk yang dijadikan tempat peletakan
komponen utama gardu induk. Pemahaman tentang switchgear
pada umumnya adalah jika komponen untama gardu induk
terpasang diarea terbuka yang luas, maka disebut switch yard, jika
komponen utama terpasang diarea terbatas (sempit) dan didalam
gedung, maka disebut switchgear. Sebenarnya yang dimaksud
dengan switchgear adalah peralatan yang ada di switch yard.
Jadi yang dimaksud switch yard adalah nama yang diperuntukkan
bagi gardu konvensional. Sedangkan switchgear, adalah nama yang
diperuntukkan bagi gas Insulated substation (GIS).

218
a) Trafo daya

Gambar 4.20 Trasformator daya GI konvensional


Trafo daya berfungsi mentrasformasikan daya listrik,
dengan merubah besaranan tegangan, sedangkan frekuensinya
tetap. Trasformator daya juga berfungsi untuk pengaturan
tegangan. Trasformator daya dilengkapi dengan trafo
pentanahan yang berfungsi untuk mendapatkan titik netral dari
trafo daya. Peralatan ini disebut Neutral Current Transformer
( NCT)
b) Neutral Grounding Resistance (NGR)
Diperlukan proteksi yang praktis dan biasanya tidak
terlalu mahal, karena karaktristik relay dipengaruhi oleh sistem
pentanahan natural. Komponen yang dipasang antara titik netral
trafo dengan pentanahan berfungsi untuk memperkecil arus
gangguan yang terjadi.
Gambar 4.21 Neutral grounding Resistance (NGR)
c) Circuit Breaker (CB)
Circuit Breaker (CB) adalah peralatan pemutus, yang
berfungsi untuk memutus rangkaian listrik dalam keadaan
berbeban (berarus). CB dapat dioperasikan pada saat jaringan
dalam kondisi normal maupun pada saat terjadi gangguan,
karena pada saat bekerja CB mengeluarkan ( menyebabkan
timbulnya) busur api, maka pada CB dilengkapi dengan
pemadaman Busur Api.
Pemadaman busur api berupa : minyak (OCB), Udara (ACB),
Gas (GCB)

220
Gambar 4.22 Circuit Breaker (CB)
d) Disconnecting Switch (DS)
Disconnecting switch (DS) adalah peralatan pemisah,
yang berfungsi untuk memisahkan rangkaian listrik dalam
keadaan tidak berbeban.
Dalam GI, DS terpasang di :
1) Transformator Bay ( TR Bay)
2) Trasformission Line Bay (TL Bay)
3) Busbar
4) Bus Couple
Karena DS hanya dapat dioperasikan pada kondisi jaringan
tidak berban, maka yang harus dioperasikan terlebih dahulu
adalah CB. Setelah rangkaian diputus oleh CB, baru DS
dioperasikan.
Gambar 4.23 Disconnecting Switch (DS)
e) Lightning Arrester (LA)

Gambar 4.24 Lightning Arester (LA)

222
Lightning Arrester (LA) berfungsi untuk melindungi
(pengaman) peralatan listrik di gardu induk dari tegangan lebih
akibat terjadinya sambaran petir ( Lightning surge) pada kawat
transmisi, maupun disebabkan oleh surya hubung (switching
surge). Dalam kondisi normal (tidak terjadi gangguan), LA
bersifat isolatif atau tidak bisa menyalurkan Arus Listrik. Dalam
keadaan terjadi gangguan yang menyebabkan LA bekerja, maka
LA bersifat konduktif atau menyalurkan arus listrik ke bumi.
f) Current Trasformer (CT)
Current Transformer (CT) berfungsi merubah besaran
arus dari arus yang besar ke arus yang kecil atau memperkecil
besaran arus listrik pada sistem tenaga listrik, menjadi arus
untuk sistem pengukuran dan protksi.
Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian prime, yaitu
memisahkan instalasi pengukuran dan proteksi tegangan tinggi.

Gambar 4.25 Current Trasformer (CT)


g) Potential Transformer (PT)
Potential Tansformer (PT) berfungsi untuk merubah
tegangan dari tegangan tinggi ketegangan rendah atau
memperkecil besaran tegangan listrik pada sistem tenaga listrik,
menjadi besaran tegangan untuk pengukuran dan proteksi.
Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer,
dengan memisahkan instalasi pengukuran dan proteksi
tegangan tinggi.

Gambar 4.26 Potential Transformer (PT)

h) Tarsformer Pemakaian Sendiri (TPS)


Transformator Pemakaian Sendiri (TPS) berfungsi sebagai
sumber tegangan AC 3 phasa 220/380 Volt. Digunakan untuk
kebutuhan intem gardu induk, antara lain untuk:
1) Penerangan di swtich yard, gedung kontrol, halaman GI dan
sekeliling GI
2) Alat Pendingin (AC)
3) Rectifier
4) Pompa air dan motor-motor listrik.

224
Gambar 4.27 Trafo Pemakaian Sendiri (TPS)
i) Rel (Busbar)
Rel (Busbar) berfungsi sebagai titik pertemuan/hubungan
(connecting) antara trasformator daya, SUTT, SKTT serta
komponen listrik lainnya yang ada pada Switchyard.

Gambar 4.28 Rel ( BusBar) pada GI Konvensional.


Komponen utama rel(busbar) antara lain :
1) Konduktor (AAAC, HAL, THL, BC, HDCC
2) Insulator string dan Fitting ( insulator, tension Clamp,
3) Suspension Clamp, Socket Eye, Anchor Sackle, Spacer)
D. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas 1. Menganalisis Sistem Busbar Pada Gardu Induk Sistem
Tenaga Listrik
Saudara akan mendiskusikan bagaimana Menganalisis Sistem Busbar Pada
Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik. Untuk kegiatan ini Saudara harus
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Spesifikasi Busbar Pada Gardu Induk
Sistem Tenaga Listrik?
2. Mengapa Saudara melakukan Analisis Sistem Busbar Pada Gardu Induk
Sistem Tenaga Listrik?
3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu melakukan Analisis atau
mengkaji Sistem Busbar Pada Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?

Saudara dapat menuliskan jawaban dengan menggunakan LK-41

Aktivitas 2. Menganalisis Sistem Switchgear Pada Gardu Induk Sistem


Tenaga Listrik
Setelah Saudara mendiskusikan kegiatan Analisis/mengkaji Sistem
Busbar Pada Gardu Induk pada aktivitas 1, maka pada aktivitas 2 ini
Saudara akan mendiskusikan Analisis/mengkaji Sistem Switchgear Pada
Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik. Untuk kegiatan ini Saudara harus
menjawab pertanyaan-pertanyaanberikut.
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Spesifikasi Sistem Switchger Pada
Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
2. Mengapa Saudara melakukan Analisis Spesifikasi Sistem Switchger Pada
Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu melakukan Analisis atau
mengkaji Sistem Switchger Pada Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
Saudara dapat menuliskan jawaban dengan menggunakan LK-42

E. Rangkuman
Switchgear adalah bagian dari gardu induk yang dijadikan
tempat peletakan komponen utama gardu induk. Pemahaman tentang
switchgear pada umumnya adalah jika komponen untama gardu induk

226
terpasang diarea terbuka yang luas, maka disebut switch yard, jika
komponen utama terpasang diarea terbatas (sempit) dan didalam
gedung, maka disebut switchgear. Sebenarnya yang dimaksud dengan
switchgear adalah peralatan yang ada di switch yard.
Rel (Busbar) berfungsi sebagai titik pertemuan/hubungan
(connecting) antara trasformator daya, SUTT, SKTT serta komponen
listrik lainnya yang ada pada Switchyard.
F. Tes Formatif
1. Tuliskan komponen sipil dan mekanikal pada switchgear!
2. Jelaskan pengertian switchgear !
3. Dalam sistem switchgear terdapat komponen mekanikal yang terdiri
dari ?

G. Kunci Jawaban
1. Komponen sipil dan mekanikal pada switchgear adalah
a. Pondasi (tempat dudukan)
Peralatan
b. Got Kabel (cable duct)
c. Komponen Sipil gedung
kontrol
d. Komponen mekanikal

2. Switchgear adalah nama yang diperuntukkan bagi gas insulated


substation (GIS)
3. Komponen mekanikal dalam switchgear yaitu :
a. Air conditioning (AC)
b. Rak kabel yang dijadikan
sebagai penempatan kabel, yang menghubungkan antara
peralatan yang ada di switch yard dengan komponen yang ada
di gedung kontrol, maupun yang menghubungkan komponen
yang ada di gedung kontrol.

LEMBAR KERJA KB-4


LK - 40
1. Apa saja hal-hal yang harus dipersiapkan oleh guru kejuruan sebelum
mempelajari materi pembelajaran Menganalisis Sistem Busbar dan
Switcgear Pada Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik? Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
...............................................................

2. Bagaimana saudara mempelajari materi pembelajaran ini? Jelaskan!


..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..........................................................................

3. Ada berapa dokumen bahan bacaan yang ada di dalam Materi


pembelajaran ini? Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................

228
..................................................................................................................
.....................................................................................

4. Apa topik yang akan saudara pelajari di materi pembelajaran ini?


Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.......................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
......................

5. Apa kompetensi yang seharusnya dicapai oleh saudara sebagai guru


kejuruan dalam mempelajari materi pembelajaran ini? Jelaskan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..........................................................................

6. Apa bukti yang harus diunjukkerjakan oleh saudara sebagai guru


kejuruan bahwa saudara telah mencapai kompetensi yang ditargetkan?
Jelaskan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
........................................................................................

LK 41
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Spesifikasi Busbar Pada Gardu Induk
Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................

2. Mengapa Saudara melakukan Analisis Sistem Busbar Pada Gardu Induk


Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu melakukan Analisis atau


mengkaji Sistem Busbar Pada Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

230
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................

LK 42
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Spesifikasi Sistem Switchger Pada Gardu
Induk Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..............

2. Mengapa Saudara melakukan Analisis Spesifikasi Sistem Switchger Pada


Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
...............

3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu melakukan Analisis atau mengkaji


Sistem Switchger Pada Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
...............
BAB 7
Simbol-Simbol Gambar Rencana Pada Gardu Induk
Sistem Tenaga Listrik

A. Tujuan
1) Peserta diklat dapat mengetahui macam macam simbol gambar
pada gardu induk
2) Peserta diklat dapat memahami fungsi simbol simbol pada gambar
gardu induk sistem tenaga listrik
3) Peserta diklat dapat mengetahui dan memahami makna dari simbol
gambar yang digunakan dalam gardu induk sistem tenaga listrik.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian kopentensi (IPK) dari mempelajari simbol
simbol gambar rencana gardu induk sistem tenaga adalah mampu
menjelaskan macam macam simbol dan fungsi dari rencana gambar
pada gardu induk sistem tenaga listrik.
C. Uraian Materi
Bahan Bacaan 1:
1. Fungasi dan Pengertian single line Diagram Gardu Induk
Single line diagram gardu induk adalah bagan kutub tunggal
yangmenjelaskan sistem kelistrikan pada gardu induk secara
sederhanasehingga memudahkan mengetahui kondisi dan fungsi
dari setiap bagianperalatan instalasi yang terpasang, untuk operasi
maupun pemeliharaan
2. Pengertian simbol simbol pada single line diagram

232
Bagan kutub tunggal di gambarkan dengan simbol-simbol yang
mewakilkan bentuk dan fungsi setiap peralatan yang tersedia seperti
dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 6.2 Simbol-Simbol Pada Single Line Diagram


No Simbol Keterangan
1 Pemutus Tenaga (PMT)
berfungsisebagai alat untuk memutus
danmenyambung arus beban baik
padakondisi normal maupun
gangguan.

2 Pemisah (PMS) berfungsi sebagai


alatuntuk memisahkan peralatan
daritegangan. Terdiri dari pemisah
tegangan(PMS REL & PMS Line) dan
pemisah pentanahan
3 Transformator Tenaga
adalahTransformator yang berfungsi
untukmenyalurkan tenaga listrik dari
tegangantinggi ke tegangan rendah
atausebaliknya.
4 Transformator Arus (CT) adalah
trafoinstrument yang berfungsi untuk
merubaharus besar menjadi arus kecil
sehinggadapat diukur dengan Amper
meter
5 Transformator Tegangan/Potensial
(PT)adalah trafo instrument yang
berfungsiuntuk merubah tegangan
tinggi menjaditegangan rendah
sehingga dapat diukurdengan Volt
meter
6 Netral Grounding Resistor (NGR)
adalahalat bantu untuk pengaman
peralatanTrafo tenaga, bila terjadi
hubung singkatpada sistem sekunder
7 Vektor group adalah hubungan
kumparantiga fasa sisi primer,
sekunder dan tertieryang dijelaskan
dengan angka pada jam

3. Dasar Dasar Wiring Diagram Gardu Induk


Sesuai SNI 04-0225-2000 Lambang gambar untuk diagram seperti
padalampiran B untuk diagram arus kuat adalah:

Tabel 6.9 Dasar Dasar Simbol Diagram Gardu Induk

234
236
D. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas 1. Memperjelas Simbol-Simbol Gambar Rencana Pada
Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik
Saudara akan mendiskusikan bagaimana Menganalisis spesifikasi Teknis
Rangkaian Kontrol Pada Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik. Untuk kegiatan
ini Saudara harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Simbol-Simbol Gambar Rencana Pada
Daya Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
2. Mengapa Saudara harus menjelaskan Simbol-Simbol Gambar Rencana
Pada Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu memahami Simbol-Simbol
Gambar Rencana Pada Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
4. Apa sajakah jenis-jenis Simbol-Simbol Gambar Rencana Pada Gardu
Induk Sistem Tenaga Listrik?
Saudara dapat menuliskan jawaban dengan menggunakan LK-61

E. Rangkuman
Single line diagram gardu induk adalah bagan kutub tunggal
yangmenjelaskan sistem kelistrikan pada gardu induk secara
sederhana sehingga memudahkan mengetahui kondisi dan fungsi dari
setiap bagian peralatan instalasi yang terpasang, untuk operasi
maupun pemelih

F. Tes Formatif
1. Buatlah contoh gambar rencana pada gardu induk sistem tenaga
listrik!
2. Jelaskan sistem kerja gambar proteksi berikut ini !

238
3. Jelaskan makna simbol berikut !
a. Simbol 1

b. Simbol 2

c. Simbol 3

G. Kunci Jawaban
Jawaban latihan mandiri
1. Jawab : contoh gambar rencana pada instalasi gardu induk sistem
tenaga listrik

2. Jawab :
Merupakan rangkaian proteksi gardu induk yang mempunyai dua
(double) busbar. Gardu induk sistem double busbar sangat efektif
untuk mengurangi terjadinya pemadaman beban, khususnya pada
saat melakukan perubahan sistem (manuver sistem). Jenis gardu
induk ini pada umumnya yang banyak digunakan.

3. Jawab :

LEMBAR KERJA KB-6

LK - 60
1. Apa saja hal-hal yang harus dipersiapkan oleh guru kejuruan sebelum
mempelajari mempelajari Simbol-Simbol Gambar Rencana Gardu
Induk Sistem Tenaga Listrik? Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
...............................................................

2. Bagaimana saudara mempelajari materi pembelajaran ini? Jelaskan!


..................................................................................................................
..................................................................................................................

240
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..........................................................................

3. Ada berapa dokumen bahan bacaan yang ada di dalam Materi


pembelajaran ini? Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
4. Apa topik yang akan saudara pelajari di materi pembelajaran ini?
Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.......................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
......................

5. Apa kompetensi yang seharusnya dicapai oleh saudara sebagai guru


kejuruan dalam mempelajari materi pembelajaran ini? Jelaskan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..........................................................................

6. Apa bukti yang harus diunjukkerjakan oleh saudara sebagai guru


kejuruan bahwa saudara telah mencapai kompetensi yang ditargetkan?
Jelaskan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
LK 61
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Simbol-Simbol Gambar Rencana Pada
Daya Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................

2. Mengapa Saudara harus menjelaskan Simbol-Simbol Gambar Rencana


Pada Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu memahami Simbol-Simbol


Gambar Rencana Pada Gardu Induk Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

242
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................

4. Apa sajakah jenis-jenis Simbol-Simbol Gambar Rencana Pada Gardu Induk


Sistem Tenaga Listrik!
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

BAB 8
Spesifikasi Teknis Peralatan Proteksi Sistem
Tenaga Listrik
A. Tujuan
1. Guru/ peserta Diklat/pelatihan dapat menjelaskan peralatan-
peralatan utama proteksi sistem tenaga listrik.
2. Guru/ peserta diklat/pelatihan dapat menjelaskan peralatan
peralatan penunjang pada proteksi sistem tenaga listrik.
3. Guru/ peserta diklat/pelatihan dapat menjelaskan bentuk dan
spesifikasi dari peralatan utama dan peralatan penunjang dari
proteksi sistem tenaga lsitrik.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator pencapaian kopentensi (IPK) dari mempelajari
menganalisis spesifikasi teknis peralatan proteksi sistem tenaga listrik
adalah Spesifiksi peralatan proteksi sistem tenaga listrik dapat
dianalisis dengan benar.

C. Uraian Materi
Peralatan Utama Sistem Proteksi
Sistem Proteksi pada jaringan distribusi didukung oleh beberapa
peralatan utama.peralatan utama ini lah yang berfungsi langsung
mengatasi gangguan dan mengisolasi bagian jaringan yang terganggu
dari bagian lain yang masih dapat beroperasi dengan baik. Diagram
peralatan proteksi secara umum ditunjukkan pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Diagram Peralatan Proteksi

Dari Gambar 2.1 terlihat bahwa peralatan utama sistem proteksi


ini terdiri atas:
a. Instrumen pengukuran
Instrumen pengukuran adalah peralatan proteksi yang
berfungsi melakukan pembacaan besaran arus dan tegangan
dan meneruskan informasi ini ke relai proteksi. Jika besaran
arus dan jaringan pada jaringan melewati setelan yang telah
dipasang pada relai dimana menandakan terjadinya gangguan,
maka relai atau circuit breaker akan segera memutus dan
mengisolasi jaringan yang mengalami gangguan tersebut.
Instrument pengukuran ini dapat berupa trafo arus (current
transformer/CT) dan trafo tegangan (voltage trasformer/VT).
1) Trafo Arus (CT)
Trafo arus merupakan trafo yang dipergunakan untuk
mentrasformasikan arus atau menurunkan arus besar pada
tegangan tinggi menjadi arus kecil pada tegangan rendah
untuk keperluan pengukuran dan pengamanan. Kumparan
primernya dihubungkan secara seri dengan beban yang
akan diukur atau dikendalikan. Beban inilah yang

244
menentukan besarnya arus yang mengalir ke trafo tersebut.
Kumparan sekundernya dibebani impedansi konstan
dengan syarat tertentu. Fluks inti dan arus yang mengalir
pada rangkaian sekunder akan tergantung pada arus
primer. Trafo ini juga disebut dengan trafo seri.
Trafo arus terdiri atas dua tipe:
a) Tipe wound primary
b) Tipe bar primary
Perbedaan kedua jenis tipe ini dapat dilihat pada Gambar
2.2 berikut:

Gambar 2.2 Tipe Rangkaian Trafo Arus CT


Klasifikasi CT (Berdasarkan IEC 44-1:
Class 0,2 S and 0,2 digunakan untuk pengukuran dengan
presisi tinggi
Class 0,5 and 0,5 S digunakan untuk pengukuran normal
Class 1,0 and 3 digunakan untuk pengukuran instrument dan
statistik
Class 5P and 10P digunakan pada relai proteksi, contoh
spesifikasi penulisan 5P20 ( 20 menyatakan faktor limit akurasi
terhadap arus rating).
Class TPX, TPY and TPZ digunakan untuk kondisi trasient
dimana TPY and TPZ dilengkapi dengan celah udara dan inti
yang benar.
Pada Gambar 2.3 berikut menggambarkan trafo arus dan
beberapa bagian utamanya.

Gambar 2.3 Trafo arus

2) Travo Tegangan (VT)


Trafo tegangan dalam sistem tiga fasa mengukur
tegangan antara dua konduktor atau tegangan antara satu
konduktor dengan tanah. Menurut standar, trafo tegangan
mensuplai tegangan 100V, atau juga 100V 3 pada sisi
sekunder dalam kondisi operasi teraan (rating operation).
Rasio tranformator teraan K N =U /U 2 N diberikan dalam
bentuk fraksi (misalnya 200.000 V / 100 V), seperti pada
trafo arus. Trafo tegangan didesain untuk pemakaian pada
beban resistansi tinggi karena itu tidak pernah dihubung
singkat pada sisi sekundernya. Tidak seperti pada trafo

246
arus, sisi sekunder trafo tengangan dapat diproteksi
dengan fuse.

Gambar 2.4 Kontruksi Trafo Tegangan Magnetik

Gambar 2.5 Kontruksi Trafo Tegangan Kapasitif

Trafo tegangan terdiri dari dua tipe yaitu magnetik dan


kapasitor yang masing masingnya punya karaktristik yang
berbeda. Bagian-bagian kontruksi trafo tegangan magnetik
ditunjukkan pada Gambar 2.4 dan kontruksi trafo tegangan
kapasitif ditunjukkan Gambar 2.5.
Magnetik PT dibedakan dari trafo daya dalam
pendinginan dan ukuran konduktor, outputnya ditetapkan
dengan ketepatan peralatan yang lebih baik dari pada
dengan limit pengoprasian temperature, sejak isolasi
peralatan disamakan untuk power trafo harga magnetik PT
untuk Circuit 100 KV menjadi dilarang, sekarang dalam
prakteknya untuk menurunkan V L , tegangan kapasitansi
dibagi sebelum digunakan untuk trafo tegangan. Rating
tegangan bagan primer PT bisa demikian setelah diturunkan
100 V L . Kapasitor PT biasanya dipilih untuk stasiun
indoor untuk menghindari bahaya api. Gambar 2.6
menunjukkan rangkaian magnetik dan kapasitor PT:

Gambar 2.6 Rangkaian Magnetik dan Kapasitor PT

b. Peralatan pemutus rangkaian


Peralatan pemutus rangkaian adalah peralatan proteksi
yang berfungsi mengisolasi jaringan yang mengalami
gangguan. Relai proteksi, circuit breaker dan fuse termasuk
dalam kategori ini.
1) Relai
Relai adalah alat yang memproteksi sistem tenaga listrik
dengan cara mendeteksi gangguan yang terjadi pada
saluran, jika terjadi gangguan maka relai akan memberikan
suplay daya kepada rangkaian proteksi untuk memutuskan
arus yang menyebabkan gangguan tersebut. Gambar dan
bentuk rangkaian pada relai ditunjukkan pada Gambar 2.7
dan Gambar 2.8.

248
Gambar .2.7 Relai Magnetik

Gambar 2.8 Kontruksi Relai Elektromekanik pada Posisi


NO (Normally Open)
Klasifikasi relai
Berdasarkan besaran input :
a) Arus [ I ] : Relai Arus lebih [ OCR ], Relai Arus kurang
[ UCR ]
b) Tegangan [ V ] : Relai Tegangan lebih [ OVR ], Relai
Tegangan kurang [ UVR ]
c) Frekuensi [ F ] : Relai Frekuensi lebih [ OFR ], relai
Frekuensi kurang [ UFR ]
d) Daya [ P;Q ] : Relai daya Max / Min, relai arah/
directional, Relai daya baik.
e) Impedansi [ Z ] : Relai jarak [ Distance ]
f) Beda Arus : Relai diferensial
Berdasarkan karaktristik waktu kerja :
a) Seketika [ Relai Instant/ moment/ High speed ]
b) Penunda waktu [ time delay ] Definite time delai , inverse
time delai
c) Kombinasi instant dengan tundaan waktu
Berdasarkan jenis kontak :
a) Relai dengan kontak dalam keadaan normal terbuka
(normallly open contact)
b) Relai dengan kontak dalam keadaan normal tertutup
(normally close contact)
Berdasarkan fungsi :
a) Relai Proteksi
b) Relai monitor
c) Relai programming : Reclosing Relai, Synchro check
relai
d) Relai pengaturan ( regulating relai )
e) Relai bantu : sealing unit, lock out relai, closing relai dan
tripping relai.
Berdasarkan prinsip kerja:
a) Tipe Elektromekanis
- Tarikan magnit ; tipe plunger, tipe hinged armature,
tipe tuas seimbang
- Induksi : tipe saded pole, tipe KWH, tipe mangkok
(cup)
b) Tipe termis
c) Tipe Gas ; Relai buccholz
d) Tipe tekan ; Pressure relai
e) Tipe statik (Elektronik)

2) Circuit Breaker (CB)


Circuit breaker merupakan perangkat pengaman arus
lebih yang bekerja membuka dan menutup rangkaian
secara non-otomatis dan memutus rangkaian secara
otomatis ketika arus yang mengalir dirangkaian melebihi
rating arus yang telah ditentukan tanpa menimbulkan

250
kerusakan pada peralatan ( CB dan rangkaian ) pada saat
terjadi gangguan. Contoh Circuit Breaker (CB) dan
kontruksinya ditunjukkan pada Gambar 2.9 dan Gambar
2.10.

Gambar 2.9 Circuit Breaker (CB)

Gambar 2.10 Kontruksi Circuit Breaker

Klasifikasi Circuit Breaker


Berdasarkan Pemakaian
a) LVCB ( Low Voltage Circuit Breaker, 600 V )
b) MVCB ( Medium Voltage Circuit Breaker 600 V
1000V )
c) HVCB ( High Voltage Circuit Breaker, 1000 V )
Berdasarkan Kontruksi :
a) MCCB ( Molded Case circuit Breaker )
MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang
dalam proses operasinya mempunyai dua fungsi yaitu
sebagai pengaman dan sebagai alat untuk penghubung.
Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat
berfungsi sebagai pengaman gangguan arus hubung
singkat dan arus beban lebih. Pada jenis tertentu
pengaman ini, mempunyai kemampuan pemutusan yang
dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.

Gambar 2.11 MCCB ( Mold Case Circuit Breaker)


Keterangan
1. Bahan BMC untuk bodi dan tutup
2. Peredam busur api
3. Blok sambungan untuk pemasangan ST dan VT
4. Penggerak lepas sambung
5. Kontak bergerak
6. Data kelistrikan dan pabrik pembuat
7. Unit magnetik trip
b) ICCB ( Insulated case Circuit Breaker )
Berdasarkan Medium :
a) ACB ( Air Circuit Breaker) Medium pemutus udara

252
ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker
dengan sarana pemadam busur api berupa udara. ACB
dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan
menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer
digunakan sebagai peredam busur api yang timbul
akibat proses switching maupun gangguan.

Gambar 2.12 ACB ( Air Circuit Breaker)


b) OCB ( Oil Circuit Breaker ) Medium pemutus minyak
Oil Circuit Breaker adalah jenis CB yang
menggunakan minyak sebagai sarana pemadam busur
api yang timbul saat terjadi gangguan. Bila terjadi busur
api dalam minyak, maka minyak yang dekat busur api
akan berubah menjadi uap minyak dan busur api akan
dikelilingi oleh gelembung-gelembung uap minyak dan
gas. Gas yang terbentuk tersebut mempunyai sifat
thermal conductivity yang baik dengan tegangan ionisasi
tinggi sehingga baik sekali digunakan sebagi bahan
media pemadam loncatan bunga api.
Gambar 2.13 OCB (Oil Circuit Breaker)

c) SF6CB ( Sulfur Circuit Breaker) Medium pemutus


gas ( SF6)
SF6 CB adalah pemutus rangkaian yang
menggunakan gas SF6 sebagai sarana pemadam busur
api. Gas SF6 merupakan gas berat yang mempunyai
sifat dielektrik dan sifat memadamkan busur api yang
baik sekali. Prinsip pemadaman busur apinya adalah
Gas SF6 ditiupkan sepanjang busur api, gas ini akan
mengambil panas dari busur api tersebut dan akhirnya
padam. Rating tegangan CB adalah antara 3.6 KV 760
KV.

254
Gambar 2.14 SF6CB ( Sulfur Circuit breaker )

d) VCB (Vacum Circuit Breaker ) Medium pemutus


hampa udara
Vacuum circuit breaker memiliki ruang hampa
udara untuk memadamkan busur api, pada saat circuit
breaker terbuka (open) sehingga dapat mengisolir
hubungan setelah bunga api terjadi, akibat gangguan
atau sengaja dilepas. Salah satu tipe dari circuit breaker
adalah recloser. Recloser hampa udara dibuat untuk
memutus- kan dan menyambung kembali arus bolak-
balik pada rangkaian secara otomatis. Pada saat
melakukan pengesetan besaran waktu sebelumnya atau
pada saat recloser dalam keadaan terputus yang
kesekian kalinya, maka recloser akan terkunci (lock out)
sehingga recloser harus dikembalikan pada posisi
semula secara manual.
Gambar 2.15 VCB (Vacum Circuit Breaker)
3) Fuse (Pelebur)
Fuse adalah alat yang memprooteksi sistem tenaga listrik
dengan cara mendeteksi gangguan yang terjadi pada
saluran berdasarkan seting nilai tertentu. Jika terjadi
gangguan yang melewati batas setting yang telah
ditentukan maka fuse akan secara langsung memutuskan
arus yang menyebabkan gangguan tersebut dengan
mekanisme meleburnya elemen fuse yang menghubungkan
sistem tersebut.
Klasifikasi Fuse
Berdasarkan kontruksinya:
Klasifikasi fuse menurut kontruksi fisiknya diperlihatkan
pada gambar berikut :

256
Gambar 2.16 Klasifikasi Fuse Menurut Kontruksi Fisik

Berdasarkan rating ( kapasitas pemutusan )


Berdasrkan ratingnya, standart EEI-NEMA
mengelompokkan fuse kedalam 3 tipe yaitu:
a) Tpe E : merupakan fuse dengan rating tegangan 2,4 kV
161 KV , biasanya digunakan sebagai pengaman pada
trafo maupun pengaman back up CB.
b) Tipe K :merupakn fuse dengan kecepatan lebur tinggi
dengan rating arus 6 A 200 A, biasanya digunakan
pada percabangan sistem distribusi.
c) Tipe T merupakan fuse dengan kecepatan lebur rendah
dengan rating dibawah 6 A, digunakan pada
percabangan yang mensuplai motor yang membutuhkan
waktu tunda untuk arus seting.
Masing masing perusahhan produsen fuse memiliki tingkat
rating tersendiri yang mengacu kepada ketiga fuse diatas,
sehingga untuk keperluan proteksi dibutuhkan katalog
khusus yang memuat informasi rating, rasio koordinasi dan
jenis fuse yang sesuai untuk aplikasi proteksi tertentu.
Peralatan Penunjang Sistem Proteksi
Peralatan penunjang merupakan komponen tambahan yang tidak
terkait langsung dengan pemutusan (perlindungan ) terhadap sistem
yang diproteksi. Namun demikian, peralatan penunjang ini berperan
untuk menjamin bahwa peralatan proteksi terpasang dapat beroperasi
dengan baik dalam kondisi gangguan dalam bentuk apapun. Peralatan
penunjang pada sistem proteksi dapat berupa : suplay DC, saluran
telekomunikasi dan arister.
a. Suplay DC
Suplai DC merupakan peralatan penunjang yang memberikan
suplay daya ke sistem relai yang pada umumnya memerlukan input
daya DC. Penggunaan sisitem suplay daya DC ini bertujuan untuk
menjaga kontinuitas perlindungan dari peralatan proteksi terhadap
sistem meskipun suplay utama terputus. Suplay DC ini biasanya
berupa batrai yang terhubung keperangkat relai melalui rangkian
suplai daya. Jenis batrai yang digunakan ada 2 tipe:
1) Lead acid type
Tipe ini berupa batrai elemen basah, dimana zat elektrolit
batrainya merupakan cairan. Batrai ini memerlukan perawatan
lebih intensif.
2) Nickel cadmium type.
Berupa batrai elemen kering, dimana zat elektrolitnya berupa
pasta kering sehingga tidak dibutuhkan perawatan intensif.
b. Saluran Telekomunikasi
Saluran telekomunikasi merupakan peralatan penunjang yang
menyediakan fasilitas telekomunikasi pada sistem proteksi. Saluran
ini dapat dipergunakan untuk monitoring keadaan sistem dan dapat
dikembangkan untuk pengendalian jarak jauh. Komponen
utamanya terdiri atas:
1) RTU ( Remote Terminal Unit )
2) Interfacing Card
3) Modem
4) CPU

258
5) Perangkat lunak sistem
Berbagai sistem telah dikembangkan untuk pemanfaatan saluran
telekomunikasi untuk keperluan monitoring dan pengendalian jarak
jauh, salah satunya yang umum digunakan pada sistem distribusi
PLN adalah SCADA ( Supervisory Control and Data Acquisition).
c. Arester
Arister petir disingkat arester, atau sering juga disebut
penangkap petir adalah alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga
listrik terhadap sambaran petir. Ia berlaku sebagai jalan pintas
sekitar isolasi. Arester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh
arus kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi
pada peralatan. Jalan pintas itu harus sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu aliran arus daya sistem 50 Hz.
Klasifikasi arester
1) Arester dengan celah udara ( Gapped Type surge Arrester)
Merupakan tipe konvensional dimana arester memiliki celah
untuk mencegah terbentukanya busur api pada saat operasi
normal, terdiri atas beberapa tipe : tipe expulsion, tipe spark gap
dan tipe katup
2) Arester tanpa celah (Gappless Type surge arrester)
Merupakan tipe yang banyak digunakan sampai sekarang,
dikembangkan dari material semikonduktor seperti ZnO yang
berfungsi sebagai pengganti celah.

D. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas 1. Menganalisis Peralatan Proteksi Sistem Tenaga Listrik
Saudara akan mendiskusikan bagaimana Menganalisis Peralatan Proteksi
Sistem Tenaga Listrik. Untuk kegiatan ini Saudara harus menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Analisis Peralatan Proteksi Sistem
Tenaga Listrik?
2. Mengapa Saudara Analisis Peralatan Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu melakukan Analisis atau
mengkaji Peralatan Proteksi Sistem Tenaga Listrik ?
4. Apakah sajakah Peralatan Proteksi Sistem Tenaga Listrik yang perlu di
analisis/dikaji? Mengapa?
Saudara dapat menuliskan jawaban dengan menggunakan LK-21

Aktivitas 2. Menganalisis Spesifikasi Teknis Peralatan Proteksi Sistem


Tenaga Listrik
Saudara akan mendiskusikan bagaimana Menganalisis Spesifikasi Teknis
Peralatan Proteksi Sistem Tenaga Listrik. Untuk kegiatan ini Saudara harus
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Analisis Spesifikasi Teknis Peralatan
Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
2. Mengapa Saudara melakukan Analisis Spesifikasi Teknis Peralatan
Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu melakukan Analisis Spesifikasi
Teknis Peralatan Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
Saudara dapat menuliskan jawaban dengan menggunakan LK-21

E. Rangkuman
Instrumen pengukuran adalah peralatan proteksi yang berfungsi
melakukan pembacaan besaran arus dan tegangan dan meneruskan
informasi ini ke relai proteksi. Jika besaran arus dan jaringan pada
jaringan melewati setelan yang telah dipasang pada relai dimana
menandakan terjadinya gangguan, maka relai atau circuit breaker akan
segera memutus dan mengisolasi jaringan yang mengalami gangguan
tersebut. Instrument pengukuran ini dapat berupa trafo arus (current
transformer/CT) dan trafo tegangan (voltage trasformer/VT).
Trafo arus merupakan trafo yang dipergunakan untuk
mentrasformasikan arus atau menurunkan arus besar pada tegangan
tinggi menjadi arus kecil pada tegangan rendah untuk keperluan
pengukuran dan pengamanan. Kumparan primernya dihubungkan
secara seri dengan beban yang akan diukur atau dikendalikan.

260
Trafo tegangan dalam sistem tiga fasa mengukur tegangan
antara dua konduktor atau tegangan antara satu konduktor dengan
tanah. Trafo tegangan didesain untuk pemakaian pada beban
resistansi tinggi karena itu tidak pernah dihubung singkat pada sisi
sekundernya. Tidak seperti pada trafo arus, sisi sekunder trafo
tengangan dapat diproteksi dengan fuse.
Peralatan pemutus rangkaian adalah peralatan proteksi yang
berfungsi mengisolasi jaringan yang mengalami gangguan. Relai
proteksi, circuit breaker dan fuse
Peralatan penunjang merupakan komponen tambahan yang
tidak terkait langsung dengan pemutusan (perlindungan) terhadap
sistem yang di proteksi. Peralatan penunjang pada sistem proteksi
dapat berupa : suplay DC, saluran telekomunikasi dan arister.

F. Tes Formatif
1. Jelaskan dengan singkat mengapa proteksi dibutuhkan !
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Breaking Capacity atau
Repturing Capacitypada sistem proteksi !
3. Jelaskan apa yang dimaksud Slektivitas dan Diskriminasi pada
suatu system proteksi !
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan proteksi pendukung (back up
protection) pada suatu sistem proteksi !
5. Sebutkan komponen dasar sistem proteksi !
6. Peralatan proteksi dipilih berdasarkan kapasitas arus hubung
singkat Breaking capacity atau Repturing Capcity. Selain itu
persyaratan apa yang harus dipenuhi oleh sistem proteksi ?

G. Kunci Jawaban
Jawaban Soal Mandiri
1. Untuk mengisolir peralatan yang terganggu agar bagian-bagian
yang lainnya tetap beroperasi seperti biasa, Membatasi kerusakan
peralatan akibat panas yang berkelebihan (overheating) serta
pengarug gaya-gaya mekanik.
2. Kesanggupan untuk menghilangkan gangguan tanpa merusak
peralatan proteksi itu sendiri.
3. Kesanggupan sistem dalam mengisolir gangguan pada bagian yang
mengalami gangguan saja.
4. Suatu sistem perlindungan berlapis yang dirancang apabila proteksi
utama tidak bekerja.
5. Komponen dasar sistem proteksi:
a. Circuti breaker
b. Relay
c. Trafo Arus (CT)
d. Trafo Tegangan (PT)
e. Supply ( Batere)
6. Selain itu peralatan proteksi harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Selektivitas dan Diskriminasi e. Operasi
b. Stabilitas f. Realibilitas (keandalan)
c. Kecepatan g. Proteksi pendukung (back up
protection)
d. Sensitivitas (kepekaan)

LEMBAR KERJA KB-2

LK - 20
1. Apa saja hal-hal yang harus dipersiapkan oleh guru kejuruan sebelum
mempelajari materi pembelajaran Menganalisis Spesifikasi Teknis
Peralatan Proteksi Sistem Tenaga Listrik? Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
...............................................................

262
2. Bagaimana saudara mempelajari materi pembelajaran ini? Jelaskan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..........................................................................

3. Ada berapa dokumen bahan bacaan yang ada di dalam Materi


pembelajaran ini? Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.....................................................................................

4. Apa topik yang akan saudara pelajari di materi pembelajaran ini?


Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.......................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
......................

5. Apa kompetensi yang seharusnya dicapai oleh saudara sebagai guru


kejuruan dalam mempelajari materi pembelajaran ini? Jelaskan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................

6. Apa bukti yang harus diunjukkerjakan oleh saudara sebagai guru


kejuruan bahwa saudara telah mencapai kompetensi yang ditargetkan?
Jelaskan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
........................................................................................

LK 21
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Analisis Peralatan Proteksi Sistem
Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

264
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................

2. Mengapa Saudara Analisis Peralatan Proteksi Sistem Tenaga Listrik?


..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................

3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu melakukan Analisis atau


mengkaji Peralatan Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................

4. Apa sajakah Peralatan Proteksi Sistem Tenaga Listrik yang perlu di


analisis/dikaji? Mengapa!

LK 22
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Analisis Spesifikasi Teknis Peralatan
Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
.............................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
............

2. Mengapa Saudara melakukan Analisis Spesifikasi Teknis Peralatan Proteksi


Sistem Tenaga Listrik?
.............................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
............

3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu melakukan Analisis Spesifikasi


Teknis Peralatan Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
...............

BAB 9
Menganalisis Sistem Instalasi Proteksi Sistem
Tenaga Listrik

A. Tujuan
1. Peserta diklat/pelatihan dapat menjelaskan cara instalasi proteksi
transmisi sistem tenaga listrik
2. Peserta diklat/ pelatihan dapat menganalisis gangguan pada
instalasi Proteksi sistem tenaga listrik
3. Peserta diklat /pelatihan dapat menjelaskan elemen pada sistem
proteksi tenaga listrik

266
4. Peserta diklat/pelatihan dapat menjelaskan penggunaan relay pada
instalasi sistem proteksi tenaga listrik
B. Indikator pencapaian Kopetensi
Indikator pencapaian kopentensi (IPK) dari mempelajai menganalisis
sistem instalasi sistem tenaga listrik adalah dapat menganalisis daya
beban sistem instalasi sistem proteksi tenaga listrik.

C. Uraian Materi
Pengertian Proteksi Transmisi Tenaga Listrik
Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik adalah proteksi yang
dipasang pada peralatan-peralatan listrik pada suatu transmisi tenaga
listrik sehingga proses penyaluran tenaga listrik dari tempat
pembangkit tenaga listrik(Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik
(substation distribution) dapat disalurkan sampai pada konsumer
pengguna listrik dengan aman. Proteksi transmisi tenaga listrik
diterapkan pada transmisi tenaga listrik agar jika terjadi gangguan
peralatan yang berhubungan dengan transmisi tenaga listrik tidak
mengalami kerusakan. Ini juga termasuk saat terjadi perawatan dalam
kondisi menyala. Jika proteksi bekerja dengan baik maka pekerja
dapat melakukan pemeliharaan transmisi tenaga listrik dalam kondisi
bertegangan. Jika saat melakukan pemeliharaan tersebut terjadi
gangguan maka pengaman-pengaman yang terpasang harus bekerja
demi mengamankan sistem dan manusia yang sedang melakukan
perawatan.
Gambar 3.17 Gambar Jaringan Sistem Tenaga Listrik
Tujuan dari sistem proteksi adalah

a. untuk mengidentifikasi gangguan, memisahkan bagian instalasi


yang terganggu dari bagian lain yang masih normal dan sekaligus
mengamankan instalasi dari kerusakan atau kerugian yang
lebih besar serta memberikan informasi / tanda bahwa telah terjadi
gangguan yang pada umumnya diikuti dengan membukanya PMT.

b. Pemutus Tenaga ( PMT ) untuk memisahkan / menghubungkan


satu bagian instalasi dengan bagian instalasi lain, baik instalasi
dalam keadaan normal maupun dalam keadaan terganggu. Batas
dari bagian-bagian instalasi tersebut dapat terdiri dari satu PMT
atau lebihSyarat yang harus dimiliki oleh sebuah sistem proteksi
adalah :

1) Sensitif : yaitu mampu merasakan gangguan sekecil apapun

268
2) Andal : yaitu akan bekerja bila diperlukan (dependability) dan
tidak akan bekerja bila tidak diperlukan (security)
3) Cepat : yaitu mampu bekerja secepat-cepatnya

1. Gangguan pada sistem proteksi

Proteksi ini berbeda dengan pengaman. Jika pengaman suatu


sistem berarti sistem tersebut tidak merasakan gangguan
sekalipun. Sedangkan proteksi atau pengaman sistem, sistem
merasakan gangguan tersebut namun dalam waktu yang sangat
singkat dapat diamankan. Sehingga sistem tidak mengalami
kerusakan akibat gangguan yang terlalu lama. Gangguan pada
transmisi tenaga listrik dapat berupa :
a. Gangguan Sistem
Gangguan non sistem adalah gangguan bukan pada
sistem, jenis nya antara lain kerusakan komponen relai, kabel
kontrol terhubung singkat dan interferensi / induksi pada kabel
kontrol.
b. Gangguan Fasa
Terhubungnya dua fasa atau lebih, secara langsung atau
tidak. Meliputi gangguan hubung singkat dua fasa dan tiga
fasa. Hubung singkat ditandai dengan: turunnya tegangan
sistem dan kenaikan arus dalam waktu yang sangat pendek.
c. Gangguan Tanah
Terhubungnya satu fasa atau lebih dengan tanah, secara
langsung atau tidak langsung. (tiang, badan trafo, selubung
timah kabel).

2. Elemen proteksi
a. Elemen pembanding
Elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebih
dahulu besaran itu diterima oleh elemen pengindera untuk
membandingkan besaran listrik pada saat keadaan normal
dengan besaran arus kerja relay
b. Elemen pengindra
Elemen ini berfungsi untuk merasakan besaran-besaran
listrik,seperti arus, tegangan, frekuensi,dan sebagainya
tergantung relai yang dipergunakan.
c. Elemen pengukur
Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara
cepat pada besaran ukurnya dan akan segera memberikan
isyarat untuk membuka PMT atau memberikan sinyal.
3. Penggunaan relay pada sistem proteksi
Relay adalah Sebuah alat yang bertugas
menerima/mendeteksi besaran tertentu untuk kemudian
mengeluarkan perintah sebagai tanggapan (respons) atas besaran
yang dideteksinya. Berdasarkan cara mendeteksi besaran:
a. Relay Primer; besaran yang dideteksi misalnya arus, dideteksi
secara langsung.
b. Relay Sekunder; besaran yang dideteksi, melalui alat-alat
bantu misalnya trafo arus/trafo tegangan

Konstruksi Relay terdiri dari dua bagian utama yaitu


kumparan magnit dan kumparan induksi ditunjukkan pada Gambar
3.18.

270
Gambar 3.18 Kontruksi Relai Kumparan Magnet dan
Kumparan Induksi

Jenis jenis Relay


a. Relay arus lebih
Merupakan rele pengaman yang bekerja karena adanya
besaran arus dan terpasang pada jaringan tegangan tinggi,
tegangan menengah juga pada pengaman transformator tenaga.
Rele ini berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik akibat
adanya gangguan fasa-fasa. Bentuk fisik rele arus ditunjukkan pada
Gambar 3.19.
Gambar 3.19 Bentuk Fisik Relay Arus Lebih

Jenis Relay Arus Lebih:

1) Relay invers waktu kerjanya tergantung kepada besarnya arus


hubung singkat, makin besar makin cepat. Pada koordinasi
antara relay-relay invers berlaku koordinasi arus dan waktu
sekaligus.

2) Relay Cepat digunakan dalam kombinasi dengan relay


definit/invers apabila diperlukan waktu kerja yang lebih cepat
misalnya jika terjadi gangguan dengan arus hubung singkat
besar.

3) Definit bekerjanya tidak tergantung kepada besarnya arus


hubung singkat yang melaluinya. Waktu kerjanya disetel tertentu
dan biasanya dikoordinasikan dengan waktu kerja pengaman
didepan dan dibelakangnya.
b. Relay Diffrensial

272
Relay Differensial pada prinsipnya adalah sama saja dengan
relay arus lebih hanya saja lebih peka karena harus bekerja
terhadap arus yang kecil. Perbedaan dengan relay arus lebih
terletak pada rangkaian listrik yang bertugas mendeteksi arus.
Skema dan gambar fisik relay diferensial ditunjukkan pada
Gambar 3.20

Gambar 3.20 Skema dan Bentuk Fisik Relay Diffrensial

c. Relay gangguan tanah terbatas


Rele Gangguan Tanah Terbatas ini berfungsi untuk
mengamankan transformator terhadap tanah didalam daerah
pengaman transformator khususnya untuk gangguan didekat titik
netral yang tidak dapat dirasakan oleh RELE differential, yang
disambung ke instalasi trafo arus ( CT ) dikedua sisi. Berikut ini
gambar single diagram rele gangguan tanag terbatas ditunjukkan
pada Gambar 3.21.
Gambar 3.21 Single diagram Rele Gangguan Tanah Terbatas

d. Relai Bucholtz
Rele Bucholtz berfungsi untuk mendeteksi adanya gas yang
ditimbulkan oleh loncatan ( bunga ) api dan pemanasan setempat
dalam minyak transformator. Penggunaan rele deteksi gas
(Bucholtz) pada transformator terendam minyak yaitu untuk
mengamankan transformator yang didasarkan pada gangguan
transformator seperti : arcing, partial discharge, over heating yang
umumnya menghasilkan gas. Bentuk fisik dan relay bucholtz
ditunjukan pada Gambar 3.22.

Gambar 3.22 Bentuk Fisik dari Relai Bucholtz

e. Relay Jansen
Relai Jansen berfungsi untuk mengamankan pengubah tap
(tap changer) dari transformator. Tap changer adalah alat yang

274
terpasang pada trafo berfungsi untuk mengatur tegangan keluaran
(sekunder) akibat beban maupun variasi tegangan pada sistem
masukannya (input). Tap changer umumnya dipasang pada ruang
terpisah dengan ruang untuk tempat kumparan,dimaksudkan agar
minyak tap changer tidak bercampur dengan minyak tangki utama.
Untuk mengamankan ruang diverter switch apabila terjadi
gangguan pada sistem tap changer ,digunakan pengaman yang
biasa disebut :RELE JANSEN (bucholznya Tap changer). Jenis
dan tipe rele jansen bermacam-macam bergantung pada merk
Trafo: misalnya RS 1000,LF 15,LF 30. Rele jansen dipasang
antara tangki tap changer dengan konservator minyak tap changer.
Berikut ini bentuk fisik dari relay jensen ditunjukkan pada Gambar
3.23

Gambar 3.23. Bentuk Fisik dari Relay Jensen

f. Relai zero sequenze current


Konstruksi dan prinsip kerjanya adalah seperti relay arus
lebih, hanya rangkaian arusnya yang bertugas mendeteksi arus
zero sequenze yang berbeda. Juga karena arus zero sequenze ini
ordenya lebih kecil maka relay arus zero sequenze ini juga harus
lebih peka dari relai arus lebih.
Dalam keadaan normal maka arus dalam setiap fasa I R, IS,
dan IT sama besarnya (Simetris) masing-masing berbeda fasa 120 0
,
sehingga arus melewati kumparan Zo =0. Apabila ada gangguan
hubung tanah maka keadaan arus setiap fasa tidak simetris lagi
dan mengalirkan komponen arus urutan nol lewat kumparan Zo
sehingga relai arus zero Sequenze bekerja. Rangkaian arus relay
zero sequencec cureent dan diagram vektornya ditunjukkan pada
Gambar 3.24

Gambar 3.24 Rangkaian Arus Relay Zero Sequencec Cureent


dan Diagram Vektornya

g. Relay Tekan Lebih


Rele Tekanan Lebih ini berfungsi mengamankan tekanan lebih
pada transformator. Dipasang pada transformator tenaga dan
bekerja dengan menggunakan membrane.Tekanan lebih terjadi
karena adanya flash over atau hubung singkat yang timbul pada
belitan transformator tenaga yang terendam minyak, lalu berakibat
dekomposisi dan evaporasi minyak sehingga menimbulkan
tekanan lebih pada tangki transformator.

276
Gambar 3.25 Bentuk Fisik dari Relai Tekan Lebih

h. Relai Impedansi
Relay impedansi disebut juga relay jarak atau impedance
relay atau Distance relay. Disebut relay impedansi karena
mendeteksi impedansi. Disebut relay jarak karena bersifat
mengukur jarak. Rele ini mempunyai beberapa karaktristik seperti
mho, quadralateral, reaktans, dan lain-lain. Sebagai unit proteksi
relai ini dilengkapi dengan pola teleproteksi seperti putt, pott dan
blocking. Jika tidak terdapat teleproteksi maka rele ini berupa step
distance saja.
Prinsip kerja relai impedansi berdasarkan kurvanya seperti
yang diperlihatkan pada Gambar 3.26
Gamabar 3.26 Kurva Relay Impedansi

i. Directional Comparison Relay


Relai penghantar yang prinsip kerjanya membandingkan arah
gangguan. Jika kedua relai pada penghantar merasakan
gangguan di depannyamaka relai akan bekerja. Cara kerjanya ada
yang menggunakan directional impedans, directional current dan
superimposed. Gambar single line diagram directional comparison
relai seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.27.

Gambar 3.27 Gambar single line diagram directional comparison relai

278
j. Relai hubung tanah (GFR)
Rele hubung tanah merupakan rele pengaman yang bekerja
karena adanya besaran arus dan terpasang pada jaringan
tegangan tinggi, tegangan menengah juga pada pengaman
transformator tenaga. Diagram pengaman arus lebih dengan 3
OCR + GFR dapat dilihat pada Gambar 3.28 berikut ini.

Gambar 3.28 Diagram Pengaman arus lebih dengan 3 OCR + GFR

k. Circuit Breaker (CB)


Circuit Breaker (CB) adalah salah satu peralatan pemutus
daya yang berguna untuk memutuskan dan menghubungkan
rangkaian listrik dalam kondisi terhubung ke beban secara
langsung dan aman, baik pada kondisi normal maupun saat
terdapat gangguan. Berdasarkan media pemutus listrik / pemadam
bunga api, terdapat empat jenis CB sbb:
1) Air Circuit Breaker (ACB), menggunakan media berupa
udara.
2) Vacuum Circuit Breaker (VCB), menggunakan media
berupa vakum.
3) Gas Circuit Breaker (GCB), menggunakan media berupa
gas SF6.
4) Oil Circuit Breaker (OCB), menggunakan media berupa
minyak.
Berikut ini adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
suatu peralatan untuk menjadi pemutus daya :
1) Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara
kontinu.
2) Mampu memutuskan atau menutup jaringan dalam
keadaan berbeban ataupun dalam keadaan hubung singkat
tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus daya itu
sendiri.
3) Mampu memutuskan arus hubung singkat dengan
kecepatan tinggi.

l. Relay Suhu
Relay ini digunakan untuk mengamankan transformator dari
kerusakan akibat adanya suhu yang berlebihan. Ada 2 macam
relay suhu pada transformator, yaitu :
1) Relay Suhu Minyak
Relay ini dilengkapi dengan sensor yang dipasang pada
minyak isolasi transformator. Pada saat transformator bekerja
memindahkan daya dari sisi primer ke sisi sekunder, maka
akan timbul panas pada minyak isolasi, akibat rugi daya
maupun adanya gangguan pada transformator.

2) Relay Suhu Kumparan


Relay ini hampir sama dengan relay suhu minyak.
Perbedaannya terletak pada sensornya. Sensor relay suhu
kumparan berupa elemen pemanas yang dialiri arus dari
transformator arus yang dipasang pada kumparan-kumparan
transformator. Rangkaian relai suhu dapat dilihat pada
Gambar 3.29 berikut ini.

280
Gambar 3.29 Rangakaian relai suhu

D. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas 1. Menganalisis Sistem Instalasi Proteksi Sistem Tenaga
Listrik
Saudara akan mendiskusikan bagaimana Menganalisis Sistem Instalasi
Proteksi Sistem Tenaga Listrik. Untuk kegiatan ini Saudara harus menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Analisis Sistem Instalasi Proteksi
Sistem Tenaga Listrik?
2. Mengapa Saudara melakukan Analisis Sistem Instalasi Proteksi Sistem
Tenaga Listrik?
3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu melakukan Analisis Sistem
Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
4. Apa sajakah jenis-jenis Sistem Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
Saudara dapat menuliskan jawaban dengan menggunakan LK-31

E. Rangkuman
1. Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik adalah adalah proteksi
yang dipasang pada peralatan-peralatan listrik pada suatu transmisi
tenaga listrik sehingga proses penyaluran tenaga listrik dari tempat
pembangkit tenaga listrik (Power Plant) hingga Saluran distribusi
listrik (substation distribution) dapat disalurkan sampai pada
konsumer pengguna listrik dengan aman.
2. Jika proteksi bekerja dengan baik, maka pekerja dapat melakukan
pemeliharaan transmisi tenaga listrik dalam kondisi bertegangan.
Jika saat melakukan pemeliharaan tersebut terjadi gangguan, maka
pengaman-pengaman yang terpasang haurus bekerja demi
mengamankan sistem dan manusia yang sedang melaukukan
perawatan.
3. Relay adalah Sebuah alat yang bertugas menerima/mendeteksi
besaran tertentu untuk kemudian mengeluarkan perintah sebagai
tanggapan (respons) atas besaran yang dideteksinya.
4. Rele Gangguan Tanah Terbatas ini berfungsi untuk mengamankan
transformator terhadap tanah didalam daerah pengaman
transformator khususnya untuk gangguan didekat titik netral yang
tidak dapat dirasakan oleh RELE differential, yang disambung ke
instalasi trafo arus ( CT ) dikedua sisi.

F. Tes Formatif
1. Apa tujuan dari sistem proteksi ?
2. Apa syarat yang harus dimiliki oleh sebuah sistem proteksi ?
3. Jelaskan ganggu- gangguan pada sistem proteksi sistem tenaga
listrik!
4. Jelaskan elemen elemen pada sistem proteksi sistim tenaga
listrik !
5. Apa fungsi relay pada sistim proteksi sitem tenaga listriuk !
6. Tuliskan dan jelaskan minimal 3 jenis relai !

G. Kunci Jawaban
Jawaban Soal Mandiri
1. Untuk mengidentifikasi gangguan, memisahkan bagian instalasi
yang terganggu dari bagian lain yang masih normal dan sekaligus
mengamankan instalasi dari kerusakan atau kerugian yang
lebih besar, serta memberikan informasi / tanda bahwa telah terjadi
gangguan, yang pada umumnya diikuti dengan membukanya PMT.

2. Syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah sistem Proteksi adalah


a) Sensitif : yaitu mampu merasakan gangguan sekecil apapun

282
b) Andal : yaitu akan bekerja bila diperlukan (dependability) dan
tidak akan bekerja bila tidak diperlukan (security)

c) Cepat : yaitu mampu bekerja secepat-cepatnya

3. Gangguan pada transmisi tenaga listrik dapat berupa :


a) Gangguan Sistem
Gangguan non sistem adalah gangguan bukan pada sistem,
jenis nya antara lain kerusakan komponen relai, kabel kontrol
terhubung singkat dan interferensi / induksi pada kabel kontrol.
b) Gangguan Fasa
Terhubungnya dua fasa atau lebih, secara langsung atau tidak.
Meliputi gangguan hubung singkat dua fasa dan tiga fasa.
Hubung singkat ditandai dengan: turunnya tegangan sistem dan
kenaikan arus dalam waktu yang sangat pendek.
c) Gangguan Tanah
Terhubungnya satu fasa atau lebih dengan tanah, secara
langsung atau tidak langsung. (tiang, badan trafo, selubung
timah kabel).

4. Elemen elemen pada sistem Proteksi adalah


a. Elemen pembanding
Elemen ini berfungsi menerimabesaran setelah terlebih dahulu
besaran itu diterima oleh elemen pengindera
untukmembandingkan besaran listrikpada saat keadaan normal
denganbesaran arus kerja relay
b. Elemen pengindra
Elemen ini berfungsi untukmerasakan besaran-besaran
listrik,seperti arus, tegangan, frekuensi,dan sebagainya
tergantung relai yang dipergunakan.
c. Elemen pengukur
Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara
cepet pada besaran ukurnya dan akan segera memberikan
isyarat untuk membuka PMT atau memberikan sinyal.
5. Relai pada sistem Proteksi tenaga listrik yaitu
menerima/mendeteksi besaran tertentu untuk kemudian
mengeluarkan perintah sebagai tanggapan (respons) atas besaran
yang dideteksinya.
6. 3 jenis jenis relay
a) Relai Bucholtz
Rele Bucholtz berfungsi untuk mendeteksi adanya gas yang
ditimbulkan oleh loncatan ( bunga ) api dan pemanasan
setempat dalam minyak transformator. Penggunaan rele
deteksi gas (Bucholtz) pada Transformator terendam minyak
yaitu untuk mengamankan transformator yang didasarkan
pada gangguan Transformator seperti : arcing, partial
discharge, over heating yang umumnya menghasilkan gas.
b) Relay Tekan Lebih
Rele Tekanan Lebih ini berfungsi mengamankan tekanan
lebih pada transformator, dipasang pada transformator
tenaga dan bekerja dengan menggunakan
membrane.Tekanan lebih terjadi karena adanya flash over
atau hubung singkat yang timbul pada belitan transformator
tenaga yang terendam minyak, lalu berakibat decomposisi
dan evaporasi minyak, sehingga menimbulkan tekanan lebih
pada tangki transformator.
c) Relai Impedansi
Relay impedansi disebut juga relay jarak atau impedance
relay atau Distance relay. Disebut relay impedansi karena

284
mendeteksi impedansi tapi disebut relay jarak karena bersifat
mengukur jarak.

LEMBAR KERJA KB-3

LK - 30
7. Apa saja hal-hal yang harus dipersiapkan oleh guru kejuruan sebelum
mempelajari materi pembelajaran Menganalisis Sistem Instalasi
Proteksi Sistem Tenaga? Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
...............................................................

8. Bagaimana saudara mempelajari materi pembelajaran ini? Jelaskan!


..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..........................................................................

9. Ada berapa dokumen bahan bacaan yang ada di dalam Materi


pembelajaran ini? Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.....................................................................................

10. Apa topik yang akan saudara pelajari di materi pembelajaran ini?
Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.......................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
......................

11. Apa kompetensi yang seharusnya dicapai oleh saudara sebagai guru
kejuruan dalam mempelajari materi pembelajaran ini? Jelaskan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................

286
..................................................................................................................
..........................................................................

12. Apa bukti yang harus diunjukkerjakan oleh saudara sebagai guru
kejuruan bahwa saudara telah mencapai kompetensi yang ditargetkan?
Jelaskan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
........................................................................................

LK 31
5. Apa yang Saudara ketahui tentang Analisis Sistem Instalasi Proteksi Sistem
Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................

6. Mengapa Saudara melakukan Analisis Sistem Instalasi Proteksi Sistem


Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

7. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu melakukan Analisis Sistem


Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................

8. Apa sajakah jenis-jenis Sistem Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik!


..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

BAB 10
Simbol-Simbol Gambar Rencana pada Instalasi
Proteksi Sistem Tenaga Listrik

A. Tujuan
1. Peserta diklat/pelatihan dapat mengenal simbol-simbol gambar
instalasi proteksi sistem tenaga listrik
2. Peserta diklat dapat menjelaskan simbol-simbol yang digunakan
pada instalasi proteksi sistem tenaga listrik

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

288
Indikator pencapaian kopentensi (IPK) dari mempelajari
memperjelas simbol-simbol gambar rencana pada instalasi proteksi
sistem tenaga listrik adalah simbol-simbol gambar rencana pada
instalasi proteksi sistem tenaga listrik dapat dijelaskan dengan benar.

C. Uraian Materi

Diagram segaris (one line diagram)


Diagram segaris adalah suatu diagram yang menunjukkan suatu
garis tunggal dan lambang lambang standar saluran trasmisi dan
peralatan peralatan yang berhubungan dengan sistem listrik.
Kegunaan diagram garis adalah untuk memberikan informasi yang
berarti mengenai satu sistem. Berikut adalah beberapa simbol yang
biasa digunakan pada proteksi sistem tenaga listrik dapat dilihat pada
Tabel 4.2

Tabel 4.2 Simbol-Simbol Diagram Segaris


N Simbol Kegunaan / Fungsi
o
1 Berfungsi untuk menaikkan
Trafo
dan menurunkan tegangan
500/150 KV-150/70 KV
150/20KV 70/20KV
2 Peralatan yang berfungsi
PMT
untuk memasukkan dan
melepas arus/ beban dalam
rangkaian
3 Peralatan yang berfungsi
PMS
untuk memasukkan dan
melepaskan tegangan
4 Peralatan yang berfungsi
PMS Tanah
untuk mengamankan
petugas pada saat ada
pemeliharaan
5 Peralatan yang berfungsi
Tanah / Ground
untuk menyalurkan sisa sisa
induksi listrik kedalam tanah,
seperti saat terjadi
tegangann lebih akibat
sambaran petir.
6 Peralatan yang berfungsi
Trf Teg ( PT )
untuk menurunkan tegangan
tinggi ke tegangan rendah
digunakan untuk proteksi
pengukuran
7 Peralatan yang berfungsi
Trf Arus ( CT )
untuk menurunkan arus
yang tinggi ke arus yang
rendah digunakan untuk
proteksi dan pengukuran.
8 Peralatan yang berfungsi
untuk menyalurkan tegangan
lebih ketanah, pada
Arrester ( LA )
umumnya ketika ada
sambaran petir.

9 Peralatan yang berfungsi


Bus Bar
untuk menyalurkan tegangan
pada sistem.

290
10 Peralatan yang berfungsi
Tahanan ( NGR )
untuk menyalurkan tegangan
sistem ke tanah ( membatasi
besarnya arus gangguan
tanah ).

Simbol- simbol huruf rele elektris trafo


Selain simbol-simbol diagram garis, dapat kita lihat juga
simbol-simbol huruf pada relai elektris trafo yang dapat kita lihat
pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Simbol-Simbol Huruf Rele Elektris Trafo
N Simbol Kegunaan/Fungsi
o
1 RELE DIFFERENTIAL.
Berfungsi untuk medeteksi gangguan
8 phasa - phasa di dalam maupun diluar

7 Trafo ( dibatasi antara CT Primer dan


CT Sekunder )
2 RELE PRIMER OVER CURRENT
Berfungsi untuk medeteksi gangguan
P5 phasa - phasa di dalam maupun diluar

1 Trafo khususnya sisi PRIMER.

3 RELE SEKUNDER OVER CURRENT


Berfungsi untuk medeteksi gangguan
S5 phasa - phasa di dalam maupun diluar

1 Trafo khususnya sisi SEKUNDER.

4 RELE NETRAL PRIMER OVER

NP CURRENT. Berfungsi untuk medeteksi


gangguan phasa - tanah di dalam
51 maupun diluar Trafo khususnya sisi
SEKUNDER
5 RELE NETRAL SUKUNDER OVER

NS5 CURRENT. Berfungsi untuk medeteksi


gangguan phasa - tanah di dalam
1 maupun diluar Trafo khususnya sisi
SEKUNDER.
6 RELE DIFFERENTIAL.
Berfungsi untuk medeteksi gangguan
RE phasa - tanah di dalam Trafo .

F
7 RELE OVER VOLTAGE ( TEGANGAN
LEBIH) Berfungsi untuk medeteksi
64 gangguan tegangan lebih yang

V disebabkan adanya gangguan satu


phasa ketanah (TEGANGAN TAK
SEIMBANG. )
8 RELE OVER & UNDER VOLTAGE

84 ( TEGANGAN LEBIH & KURANG )


Berfungsi untuk medeteksi gangguan
tegangan lebih dan tegangan rendah
( pada umumnya dipasang pada sisi
bus bar 20 kV )

Simbol simbol huruf rele mekanis trafo


Tabel berikut ini merupakan simbol-simbol rele mekanis trafo
yang dapat kita lihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Simbol-Simbol Huruf Rele Mekanis Trafo
N Simbol Kegunaan / Fungsi
o
1 TEMPERATURE OIL ( SUHU ) ALARM
Berfungsi untuk medeteksi kenaikan
26 suhu / panas minyak Trafo.

DA

292
2 TEMPERATURE OIL ( SUHU ) TRIP
Berfungsi untuk medeteksi kenaikan
26 suhu / panas minyak Trafo.

DA
3 TEMPERATURE WINDING ( SUHU )

26 ALARM
Berfungsi untuk medeteksi kenaikan

WA suhu / panas belitan Trafo.

4 TEMPERATURE WINDING ( SUHU )

26 TRIP
Berfungsi untuk medeteksi kenaikan

WT suhu / panas belitan Trafo.

5 BUCHOLTZ ALARM
Berfungsi untuk medeteksi adanya Gas
96 didalam Trafo.

A
6 BUCHOLTZ TRIP.
Berfungsi untuk medeteksi adanya Gas
96 didalam Trafo.

T
7 RELE PRESSURE TANGKI TRAFO

63 TRIP
Berfungsi untuk medeteksi kenaikan

Q/P tekanan lebih didalam Trafo.


8 RELE PRESSURE TANGKI TAP

63Q CHANGER ALARM .


Berfungsi untuk medeteksi kenaikan

A/P tekanan lebih didalam Trafo.

A-
24
9 RELE PRESSURE TANGKI TAP

63Q CHANGER TRIP


Berfungsi untuk medeteksi kenaikan

T/P tekanan lebih didalam Trafo.

T-
24
10 RELE OIL LEVEL MINYAK TRAFO

T3 ALARM .
Berfungsi untuk medeteksi level minyak

3Q Trafo.

11 RELE OIL LEVEL MINYAK TAP

T3 CHANGER TRAFO ALARM .


Berfungsi untuk medeteksi level minyak

3Q Tap Changer Trafo.

-
24
12 RELE DIFFERENTIAL KABEL.
Berfungsi untuk medeteksi gangguan
87 phasa - phasa kabel tanah.

PW

294
13 RELE OVER CURRENT .
Berfungsi untuk medeteksi gangguan
51 phasa - phasa dan phasa - ground
14 GANGGUAN PMT .
Gangguan pada komponen PMT :
52 Motor, AC 3 ph, Udara

F
15 GANGGUAN GAS SF6.
Terjadi gangguan penurunan kebocoran
SF Gas SF6 pada PMT.

6
Simbol simbol huruf rele penghatar 70 KV
Pada tabel berikut ini terdapat simbol-simbol huruf rele
penghantar 70 KV. Dapat kita lihat pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5 Simbol-Simbol Huruf Rele Penghantar 70 KV
N Simbol Kegunan/ Fungsi
o
1 RELE DISTANCE.
Berfungsi untuk medeteksi gangguan
44 phasa - phasa

S
2 RELE SELECTIVE GROUND .
Rele Utama berfungsi untuk medeteksi
50 gangguan phasa - ground .

G
3 RELE DIRECTIONAL GROUND .
Rele Cadangan berfungsi untuk
67 medeteksi gangguan phasa - ground .

G
4 RELE RECLOSER.
Berfungsi untuk memasukan kembali
79 PMT, pada saat PMT trip karena adanya
rele bekerja.
5 RELE LOCK OUT ( PENGUNCI ) /

86 FINAL TRIP.
Berfungsi untuk mencegah masuknya
kembali PMT , pada saat terjadi
gangguan permanen .
6 RELE VOLTAGE .
Berfungsi untuk mendeteksi gangguan
64 tegangan menceng.

V
Simbol simbol huruf rele
Pada Tabel 4.6 berikut ini merupakan simbol-simbol huruf
yang digunakan pada rele.
Tabel 4.6 Simbol-Simbol Huruf Rele
N Simbol Kegunaan / Fungsi
o
1 Urutan Phasa pada peralatan Bus Bar,

A, B, Trafo, Pengukuran dan Rele

C
2 Urutan Phasa pada peralatan Bus Bar,

U, V, Trafo, Pengukuran dan Rele

W
3 Urutan Phasa pada peralatan Bus Bar,

R, Trafo, Pengukuran dan Rele

S, T

296
4 Urutan Phasa pada peralatan Bus Bar,

L1, Trafo, Pengukuran dan Rele

L2,
L3
5 Urutan Phasa pada peralatan Bus Bar,

N Trafo, Pengukuran dan Rele

6 Penamaan sisi Primer pada Trafo,

P CT,PT

7 Penamaan sisi Sekunder pada Trafo,

S CT, PT

8 Penamaan sisi Tertier pada Trafo, CT,

T PT

9 Pentanahan ( Grounding )

E,
G
Simbol-simbol huruf relay penyulang 20 kv
Pada Tabel 4.7 berikut merupakan simbol-simbol huruf yang
biasa digunakan pada relay penyulung 20 KV.
Tabel 4.7 Simbol-Simbol Huruf Relay Penyulung 20 KV
N Simbol Kegunaan/ Fungsi
o
1 RELE OVER CURRENT
Berfungsi untuk medeteksi gangguan
F phasa - phasa

51
2 RELE OVER CURRENT GROUND .

51 Berfungsi untuk medeteksi gangguan


phasa - ground .
G
3 RELE DIRECTIONAL GROUND .
Berfungsi untuk medeteksi gangguan
67 phasa - ground berarah.

G
4 RELE RECLOSER.
Berfungsi untuk memasukan kembali
79 PMT, pada saat PMT trip karena adanya
rele bekerja.
5 RELE LOCK OUT ( PENGUNCI ) /

86 FINAL TRIP.
Berfungsi untuk mencegah masuknya
kembali PMT , pada saat terjadi
gangguan permanen .
6 RELE UNDER FREQUENCY .
Berfungsi untuk mendeteksi gangguan
U Frequensi turun .

F
R
Simbol- simbol huruf rele distance Quadramho
Pada Tabel 4.8 berikut ini merupakan simbol-simbol huruf
yang biasa digunakan pada distance Quadramho
Tabel 4.8 Simbol-Simbol Huruf Rele Distance Quadramho
N Simbol Kegunaan / Fungsi
o
1 Gangguan phasa A, B, C satu
A,B,C phasa ketanah - Zone 1.

298
2 Gangguan phasa AB, BC, CA phasa
AB,BC, - phasa - Zone 1.
CA
3 Gangguan phasa A, B, C satu
A,B,C phasa ketanah - Zone 2.
+ Z2
4 Gangguan phasa AB, BC, CA phasa
AB,BC, - phasa - Zone 2.
CA +
Z2
5 Gangguan phasa A, B, C satu
A,B,C + phasa ketanah - Zone 3.
Z3
6 Gangguan phasa AB, BC, CA phasa
AB,BC,C - phasa - Zone 3.
A + Z3
7 Rele bekerja dengan bantuan Carrier
AIDED / PLC .
TRIP
8 Rele bekerja karena adanya
SOTF Ground .

9 Tegangan sekunder PT yang


V- mensuplai ke Rele Distance hilang .
FAIL
10 Terjadi ayunan daya pada sistem.
PWR -
SWIN
G
Simbol-simbol huruf rele over current GEC- MOGG
Pada Tabel 4.9 berikut ini merupakan simbol-simbol huruf
yang biasa digunakan pada rele over current GEC-MOGG.
Tabel 4.9 Simbol-Simbol Huruf Rele Over Current GEC-MOGG
N Simbol Kegunaan / Fungsi
o
1 Rele bekerja tanpa Tunda Waktu.

LED
MERA
H
ATAS
2 Rele bekerja dengan Tunda Waktu.

LED
MERA
H
TENG
AH
3 Rele bekerja hanya start ( Tidak Trip )

LED
HIJAU
BAW
AH
Simbol simbol huruf over current ABB SPAJ 140 C
Pada Tabel 4.10 berikut ini merupakan simbol-simbol huruf
yang digunakan pada Over Current ABB SPAJ 140 C.
Tabel 4.10 Simbol-Simbol Huruf Over Current ABB-SPAJ 140 C
N Simbol Kegunaan / Fungsi
o

300
1 Rele bekerja ( strat ) pada phasa R.
LED
KUNING
-IL1
2 Rele bekerja ( strat ) pada phasa S.
LED
KUNING
-IL2
3 Rele bekerja ( strat ) pada phasa T.
LED
KUNING
-IL3
4 Rele bekerja ( strat ) pada N.
LED
KUNING
-IL0
5 Rele bekerja ( strat ) dengan tunda
DISPLA waktu .
Y
MERAH
-1
6 Rele bekerja dengan tunda waktu .
DISPLA
Y
MERAH
-2
7 Rele bekerja start tanpa tunda waktu
DISPLA
Y
MERAH
-3
8 Rele bekerja tanpa tunda waktu
DISPLA
Y
MERAH
-4
9 Rele bekerja tanpa tunda waktu
LED
MERAH
- TRIP
10 Rele bekerja ( strat ) pada phasa R
LED
KUNING
-IL1
11 Rele bekerja ( strat ) pada phasa S
LED
KUNING
-IL2
12 Rele bekerja ( strat ) pada phasa T.
LED
KUNING
-IL3
13 Rele bekerja ( strat ) pada N.
LED
KUNING
-IL0

302
14 Rele bekerja ( strat ) dengan tunda
DISPLA waktu .
Y
MERAH
-1
15 Rele bekerja dengan tunda waktu .
DISPLA
Y
MERAH
-2
16 Rele bekerja start tanpa tunda waktu
DISPLA .
Y
MERAH
-3
17 Rele bekerja tanpa tunda waktu
DISPLA
Y
MERAH
-4
18 Indikasi Rele bekerja / Trip .
LED
MERAH
- TRIP

D. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas 1. Memperjelas Simbol Simbol Gambar Rencana Pada
Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik
Saudara akan mendiskusikan bagaimana Memperjelas Simbol-Simbol
Gambar Rencana Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik. Untuk kegiatan ini
Saudara harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Apa yang Saudara ketahui Simbol-Simbol Gambar Rencana Instalasi
Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
2. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu memahami Simbol-Simbol
Gambar Rencana Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
3. Menurut saudara apa saja Simbol-Simbol Gambar Rencana Instalasi
Proteksi Sistem Tenaga Listrik?

Saudara dapat menuliskan jawaban dengan menggunakan LK-41

E. Rangkuman
Diagram segaris adalah suatu diagram yang menunjukkan suatu
garis tunggal dan lambang lambang standar saluran trasmisi dan
peralatan peralatan yang berhubungan dengan sistem listrik.
Kegunaan diagram garis adalah untuk memberikan informasi yang
berarti mengenai satu sistem

F. Tes Formatif
4. Buatlah contoh gambar rencana pada instalasi proteksi sistem
tenaga listrik
5. Jelaskan prinsip kerja gambar proteksi berikut ini !

6. Jelaskan makna simbol berikut !


d. Simbol 1

304
e. Simbol 2

f. Simbol 3

G. Kunci Jawaban
Jawaban latihan mandiri
4. Jawab : contoh gambar rencana pada instalasi proteksi sistem
tenaga listrik

5. Jawab :
Merupakan rangkaian proteksi gardu induk yang mempunyai dua
(double) busbar. Gardu induk sistem double busbar sangat efektif
untuk mengurangi terjadinya pemadaman beban, khususnya pada
saat melakukan perubahan sistem (manuver sistem). Jenis gardu
induk ini pada umumnya yang banyak digunakan.

6. Jawab :
LEMBAR KERJA KB-4

LK - 40
7. Apa saja hal-hal yang harus dipersiapkan oleh guru kejuruan sebelum
mempelajari materi pembelajaran Memperjelas Simbol-Simbol Gambar
Rencana Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik? Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
...............................................................

8. Bagaimana saudara mempelajari materi pembelajaran ini? Jelaskan!


..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..........................................................................

306
9. Ada berapa dokumen bahan bacaan yang ada di dalam Materi
pembelajaran ini? Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.....................................................................................

10. Apa topik yang akan saudara pelajari di materi pembelajaran ini?
Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.......................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
......................

11. Apa kompetensi yang seharusnya dicapai oleh saudara sebagai guru
kejuruan dalam mempelajari materi pembelajaran ini? Jelaskan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..........................................................................

12. Apa bukti yang harus diunjukkerjakan oleh saudara sebagai guru
kejuruan bahwa saudara telah mencapai kompetensi yang ditargetkan?
Jelaskan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
........................................................................................

LK 41
4. Apa yang Saudara ketahui Simbol-Simbol Gambar Rencana Instalasi
Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................

5. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu memahami Simbol-Simbol


Gambar Rencana Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

308
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

6. Menurut saudara apa saja Simbol-Simbol Gambar Rencana Instalasi


Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
.....................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
....

BAB 11
Teknik-Teknik Pemasangan Pada Instalasi Proteksi
Sistem Tenaga Listrik

A. Tujuan
1. Peserta diklat/ pelatihan dapat menjelaskan jenis-jenis
pemasangan alat proteksi otomatis pada instalasi sistem tenag
listrik
2. Peserta diklat dapat menjelaskan teknik penerapan proteksi
transmisi pada sistem tenaga listrik
3. Peserta diklat dapat menjelaskan teknik pencegahan gangguan
pada pemasangan instalasi proteksi sistem tenaga listrik.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator pencapaian kopentensi (IPK) dari mempelajari teknik-
teknik instalasi proteksi sistem tenaga listrik adalah pemasangan alat
instalasi proteksi sistem tenaga dapat dijelaskan dengan benar.

C. Uraian Materi

Alat Proteksi Terhadap Sengatan Listrik Yang Berkerja


Otomatis
Pada saat ini sudah banyak dijumpai alat-alat proteksi otomatis
terhadap tegangan sentuh. Peralatan ini tidak terbatas pada
pengamanan manusia dari sengatan listrik, namun berkembang lebih
luas untuk pengamanan gedung yang terpasang jaringan instalasi listrik
dari bahaya kebakaran akibat hubung singkat (konsleting).

a) Jenis jenis Alat Proteksi Otomatis


Jenis-jenis alat proteksi yang banyak dipakai antara lain adalah:
Residual Current Device (RCD), Earth Leakage Circuit Breaker
(ELCB) dan Ground Fault Circuit Interruptor (GFCI). Walaupun
berbeda-beda nama namun secara prinsip adalah sama, yakni alat
ini akan bekerja atau aktif bila mendeteksi adanya arus bocor ke
tanah. Karena kemampuan itulah, arus bocor ini dianalogikan
dengan arus sengatan listrik yang mengalir pada tubuh manusia.
b) Prinsip Kerja Alat Proteksi Otomatis
Gambar 5.30 di bawah ini menunjukkan bentuk fisik sebuah RCD
untuk sistem satu fasa dan skema diagramnya ditunjukkan pada
gambar 5.31.

310
Gambar 5.30. Bentuk fisik RCD 1 Fasa

Gambar 5.31 Skema diagram RCD 1 fasa


Prinsip kerja RCD dapat dijelaskan sebagai berikut (perhatikan
skema diagram pada gambar 2) :
Iin : arus Masuk
Iout : arus keluar
IR1 : arus resudual yang mengalir ke tubuh
IR2 : arus resudual yang mengalir ke tanah
Min : medan Magnet yang dibangkitkan oleh arus masuk
Mout : medan magnet yang dibangkitkan oleh arus keluar.
Dalam keadaan terjadi arus bocor, maka arus keluar lebih
kecil dari arus masuk, Iout < Iin dan arus residu mengalir keluar
setelah melalui tubuh manusia atau tanah. Karena Iin>Iout maka
Min>Mout, akibatnya akan timbul ggl induksi pada coil yang
dibelitkan pada toroida sehingga ggl induksi mengaktifkan peralatan
pemutus rangkaian.
Bentuk fisik ELCB untuk sistem tiga fasa ditunjukkan pada Gambar
5.32 dan skema diagramnya ditunjukkan pada Gambar 5.33 di
bawah ini.

Gambar 5.32 Bentuk Fisik ELCB 3 fasa

Gambar 5.33 Skema diagram ELCB 3 Fasa

312
Prinsip kerja pengaman/proteksi otomatis untuk sistem tiga fasa
dapat dijelaskan sebagai berikut (perhatikan skema diagram
Gambar 5.33) :
Bila tidak ada arus bocor (ke tanah atau tubuh manusia) maka
jumlah resultan arus yang mengalir dalam keempat penghantar
sama dengan nol, sehingga trafo arus (CT) tidak mengalami induksi
dan trigger elektromagnet tidak aktif. Dalam hal ini tidak terjadi apa-
apa dalam sistem. Namun sebaliknya, bila ada arus bocor, maka
jumlah resultan arus tidak sama dengan nol, maka trafo arus (CT)
menginduksikan tegangan dan mengaktifkan trigger sehingga alat
pemutus daya ini bekerja memutuskan beban dari sumber
(jaringan).
Gambar 5.34 dan Gambar 5.35 memperlihatkan pemakaian
CRD atau ELCB. Bila pengamanan untuk satu jenis beban saja
maka RCD dipasang pada saluran masukan alat saja. Bila
pengamanan untuk semua alat/beban dan saluran maka alat
pengaman dipasang pada sisi masukan/sumber semua beban.
Mana yang terbaik, tergantung dari apa yang diinginkan. Kalau
keinginan pengamanan untuk semua rangkaian maka Gambar 5.35
yang dipilih. Namun perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya
karena semakin besar kapasitas arus yang harus dilayani maka
harga alat akan semakin mahal pula walaupun dengan batas arus
keamanan (bocor) yang sama.
Gambar 5.34 Pemasangan ELCB pada beban ( proteksi lokal)

Gambar 5.35 Pemasangan ELCB pada jaringan sumber (proteksi


terpusat)
Untuk alat-alat yang dipasang di meja, cukup dengan arus
pengamanan DIn= 30 mA, sedangkan untuk alat-alat yang
pemakaiannya menempel ke tubuh (bath tube, sauna, alat
pemotong jenggot, dan lain-lain) digunakan alat pengaman dengan

314
arus lebih rendah, yaitu DIn =10 mA. Untuk pengamanan terhadap
kebakaran (proteksi terpusat) dipasang dengan DIn= 500 mA.

c) Proteksi pada peralatan portabel


Metode pengamanan atau proteksi peralatan listrik portabel
dibedakan menjadi dua kelas, yaitu Alat Kelas I dan Kelas II.
Sedangkan untuk alat-alat mainan anak-anak dikategorikan sebagai
Alat Kelas III.
1) Alat Kelas I adalah alat listrik yang pengamanan terhadap
sengatan listrik menggunakan saluran pentanahan (grounding).
Alat ini mempunyai selungkup (casing) yang terbuat dari logam.
2) Alat Kelas II adalah alat listrik yang mempunyai isolasi ganda, di
mana selungkup atau bagian-bagian yang tersentuh dalam
pemakaiannya terbuat dari bahan isolasi. Pada alat kelas ini
tidak diperlukan saluran pentanahan. Berikut ini adalah contoh
alat yang termasuk Kelas I dan Kelas II. Gambar 5.36 berikut ini
merupakan contoh klasifikasi proteksi pada peralatan listrik
portabel.

Gambar 5.36 Contoh klasifikasi proteksi pada peralatan listrik


portable

d) Prosedur keselamatan umum


Dalam prosedur keselamatan kerja terkait dengan sistem proteksi
tenga listrik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
diantaranya :
1) Hanya orang-orang yang berwenang dan berkompeten yang
diperbolehkan bekerja pada atau di sekitar peralatan listrik
2) Menggunakan peralatan listrik sesuai dengan prosedur (jangan
merusak atau membuat tidak berfungsinya alat pengaman atau
alat proteksi).
3) Jangan menggunakan tangga logam untuk bekerja di daerah
instalasi listrik
4) Pelihara alat dan sistem instalasi listrik dengan baik
5) Menyiapkan langkah-langkah tindakan darurat ketika terjadi
kecelakaan
- Prosedur shut-down : tombol pemutus aliran listrik
(emergency off) harus mudah diraih.
- Pertolongan pertama pada korban
6) Pertolongan pertama pada orang yang tersengat listrik
- Korban harus dipisahkan dari aliran listrik dengan cara yang
aman sebelum dilakukan pertolongan pertama. Gambar 5.37
berikut ini merupakan pertolongan pertama pada saat
tersengat listrik.

Gambar 5.37 Pemisahan si korban dari aliran listrik


- Hubungi bagian yang berwenang untuk melakukan
pertolongan pertama pada kecelakaan. Pertolongan pertama
harus dilakukan oleh orang yang berkompeten.

316
e) Prosedur keselamatan kusus
1) Prosedur Lockout/Tagout
Prosedur ini merupakan prosedur keselamatan khusus yang
diperlukan ketika bekerja untuk melakukan
pemeliharaan/perbaikan pada sistem instalasi dan peralatan
listrik secara aman.

2) Tujuan
- Mencegah adanya release baik secara elektrik maupun
mekanik yang tidak disengaja yang membahayakan orang
yang sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan dan atau
perbaikan,
- Memisahkan/memutuskan dari aliran listrik.
3) Langkah- langkah prosedur
- Buat rencana lockout/tagout
- Beri tahu operator dan pengguna lainnya rencana pemutusan
aliran listrik
- Putuskan aliran pada titik yang tepa
- Periksa apakah tim/pekerja telah menggantungkan label
(padlocks) tanda perbaikan pada titik lockout
- Letakkan tulisan perhatian pada titik lockout
- Lepaskan energi sisa/tersimpan (seperti pada baterai,
kapasitor, per dan sebagainya)
- Pastikan bahwa peralatan/sistem tidak beraliran listrik
- Semua anggota tim/pekerja mengambil label (padlock)-nya
kembali setelah pekerjaan selesai.

Bahan Bacaan 2:
Penerapan Proteksi Transmisi Tenaga Listrik
Proteksi transmisi tenaga listrik diberlakukan di semua transmisi
tenaga listrik. Namun, untuk pemasangannya hanya berada di gardu
induk. Pemasangannya pada saluran masuk ke gardu induk dan di
saluran keluar gardu induk. Jika jaringan transmisis terjadi gangguan
maka gardu induk tidak mengalami kerusakan. Jika terjadi kerusakan
maka kerusakannya minimal. Kecuali kawat tanah. Kawat tanah
dipasang di atas kawat fasa yang berfungsi untuk melindungi kawat
fasa dari sambaran petir, sehingga pemasanggannya berada diseluruh
jaringan transmisi tenaga listrik. Wearing diagram jaringan transmisi
ditunjukkan pada Gambar 5.38

Gambar 5.38 Wearing diagram jaringan transmisi


Gambar pemasangan relai untuk memproteksi arus lebih pada jaringan
transmisi di sebuah gardu induk.

1. Pencegahan gangguan transmisi tenaga listrik


Pencegahan gangguan pada jaringan transmisi sangat penting
dilaksanakan karena jaringan transmisi merupakan penyalur utama dari
energi listrik untuk sampai ke jaringan distribusi dan seterusnya sampai
ke konsumen. Jika jaringan transmisi menyalurkan secara baik maka
energi listrik tidak akan terputus-putus. Pencegahan gangguan
bertujuan untuk mengecilkan frekuensi terjadinya hambatan penyaluran
energi listrik
a) Usaha memperkecil terjadinya gangguan
Cara yang ditempuh, antara lain:
1) Membuat alat proteksi sesuai dengan fungsinya masing-masing
dan dapat bekerja dengan cepat jika terjadi gangguan sehingga
tidak menyebabkan kerusakan pada sistem jaringan.
2) Menyetting relay proteksi sesuai dengan waktu kerjanya. Arus
atau tegangan kerja relay harus lebih besar dari arus dan
tegangan normal, sehingga relay dapat bekerja sesuai fungsinya
3) Membuat isolasi yang baik untuk semua peralatan transmisi

318
4) Membuat koordinasi isolasi yang baik antara ketahanan isolasi
peralatan transmisi dan penangkal petir (arrester)
5) Memakai kawat tanah dan membuat tahanan tanah pada kaki
menara sekecil mungkin serta selalu mengadakan pengecekan
6) Membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi pengaruh
dan mengurangi atau menghindarkan sebab-sebab gangguan
karena hubungsingkat dan sambaran petir
7) Pemasangan yang baik, artinya pada saat pemasangan harus
mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku
8) Menghindari kemungkinan kesalahan operasi, yaitu dengan
membuat prosedur tata cara operasional (Standar Operational
Procedur) dan membuat jadwal pemeliharaan yang rutin
9) Memasang kawat tanah pada SUTT dan gardu induk untuk
melindungi terhadap sambaran petir
10)Memasang lightning arrester (penangkal petir) untuk mencegah
kerusakan pada peralatan akibat sambaran petir.
b) Usaha mengurangi kerusakan akibat gangguan
Beberapa cara untuk mengurangi pengaruh akibat gangguan,
antara lain sebagai berikut:
1) Secepatnya memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan
memakai pengaman dan pemutus beban dengan kapasitas
pemutusan yang memadai yang diperintah otomatis oleh relay
proteksi.
2) Merencanakan agar bagian sistem yang terganggu bila harus
dipisahkan dari sistem tidak akan menganggu operasi sistem
secara keseluruhan atau penyaluran tenaga listrik ke jaringan
distribusi tidak terganggu.
3) Mempertahankan stabilitas sistem selama terjadi gangguan,
yaitu dengan memakai pengatur tegangan otomatis yang cepat
dan karakteristik kestabilan generator memadai.

D. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas 1. Memperjelas Teknik-Teknik Pemasangan Pada Instalasi
Proteksi Sistem Tenaga Listrik
Saudara akan mendiskusikan bagaimana Memeperjelas Teknik-Teknik
Pemasangan Pada Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik. Untuk kegiatan
ini Saudara harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Teknik-Teknik Pemasangan Pada
Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
2. Untuk apa Saudara mempelajari Teknik-Teknik Pemasangan Pada
Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu memahami Teknik-Teknik
Pemasangan Pada Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
4. Apa sajakah Teknik-Teknik Pemasangan Pada Instalasi Proteksi Sistem
Tenaga Listrik?
Saudara dapat menuliskan jawaban dengan menggunakan LK-51

E. Rangkuman
Jenis-jenis alat proteksi yang banyak dipakai, antara lain adalah:
Residual Current Device (RCD), Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB)
dan Ground Fault Circuit Interruptor (GFCI).
pengamanan atau proteksi peralatan listrik portabel dibedakan
menjadi dua kelas, yaitu Alat Kelas I dan Kelas II. Kelas I adalah alat
listrik yang pengamanan terhadap sengatan listrik menggunakan
saluran pentanahan (grounding). Kelas II adalah alat listrik yang
mempunyai isolasi ganda, di mana selungkup atau bagian-bagian yang
tersentuh dalam pemakaiannya terbuat dari bahan isolasi.
Pencegahan gangguan pada jaringan transmisi sangat penting
dilaksanakan karena jaringan tranmisi merupakan penyalur utama dari
energi listrik untuk sampai ke jaringan distribusi dan seterusnya sampai
ke konsumen. Jika jaringan transmisi menyalurkan secara baik maka
energi listrik tidak akan terputus-putus. Pencegahan gangguan
bertujuan untuk mengecilkan dari frekuensi terjadinya hambatan
penyaluran energi listrik

F. Tes Formatif
1. Tuliskan arti dari Iin, Iout , IR1, IR2, Min, Mout pada sebuah skema
diagram RDC 1 fasa dan jelaskan prinsip kerjanya!

320
2. Gambarkanlah skema diagram RDC 1 fasa sesuai dengan prinsip
kerjanya. !
3. Jelaskan prinsip kerja dari ELCB pada sistem proteksi Listrik.!
4. Jelaskan langkah langkah penyelamatan khusus pada sistem
proteksi!
5. Buatlah gambar skema pemasangan relai untuk proteksi arus lebih
pada jaringan transmisi di sebuah gardu induk !

G. Kunci Jawaban
1. Iin : arus masuk
Iout : arus keluar
IR1 : arus resudual yang mengalir ke tubuh
IR2 : arus resudual yang mengalir ke tanah
Min : medan Magnet yang dibangkitkan oleh arus masuk
Mout : medan magnet yang dibangkitkan oleh arus keluar.
Dalam keadaan terjadi arus bocor, maka arus keluar lebih kecil dari
arus masuk, Iout < Iin dan arus residu mengalir keluar setelah
melalui tubuh manusia atau tanah. Karena Iin>Iout maka Min>Mout,
akibatnya akan timbul ggl induksi pada coil yang dibelitkan pada
toroida sehingga ggl induksi mengaktifkan peralatan pemutus
rangkaian.
2. Jawab : skema diagram RDC 1 fasa

3. Jawab : Jawab Bila tidak ada arus bocor (ke tanah atau tubuh
manusia) maka jumlah resultan arus yang mengalir dalam keempat
penghantar sama dengan nol. Sehingga trafo arus (CT) tidak
mengalami induksi dan trigger elektromagnet tidak aktif
4. Jawab :
a) Buat rencana lockout/tagout
b) Beri tahu operator dan pengguna lainnya rencana pemutusan
aliran listrik
c) Putuskan aliran pada titik yang tepa
d) Periksa apakah tim/pekerja telah menggantungkan label
(padlocks) tanda perbaikan pada titik lockout
e) Letakkan tulisan perhatian pada titik lockout
f) Lepaskan energi sisa/tersimpan (seperti pada baterai, kapasitor,
per dan sebagainya)
g) Pastikan bahwa peralatan/sistem tidak beraliran listrik
h) Semua anggota tim/pekerja mengambil label (padlock)-nya
kembali setelah pekerjaan selesai.
5. gambar skema pemasangan relai untuk proteksi arus lebih pada
jaringan transmisi disebuah gardu induk

LEMBAR KERJA KB-5

LK - 50
1. Apa saja hal-hal yang harus dipersiapkan oleh guru kejuruan sebelum
mempelajari materi Memperjelas Teknik-Teknik Pemasangan Pada
Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik? Sebutkan!

322
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
...............................................................

2. Bagaimana saudara mempelajari materi pembelajaran ini? Jelaskan!


..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..........................................................................

3. Ada berapa dokumen bahan bacaan yang ada di dalam Materi


pembelajaran ini? Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.....................................................................................
4. Apa topik yang akan saudara pelajari di materi pembelajaran ini?
Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.......................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
......................

5. Apa kompetensi yang seharusnya dicapai oleh saudara sebagai guru


kejuruan dalam mempelajari materi pembelajaran ini? Jelaskan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..........................................................................

6. Apa bukti yang harus diunjukkerjakan oleh saudara sebagai guru


kejuruan bahwa saudara telah mencapai kompetensi yang ditargetkan?
Jelaskan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................

324
..................................................................................................................
..................................................................................................................
........................................................................................

LK 51
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Teknik-Teknik Pemasangan Pada
Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................

2. Untuk apa Saudara mempelajari Teknik-Teknik Pemasangan Pada Instalasi


Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu memahami Teknik-Teknik


Pemasangan Pada Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................

4. Apa sajakah Teknik-Teknik Pemasangan Pada Instalasi Proteksi Sistem


Tenaga Listrik!
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

326
BAB 12
Menggunakan Peralatan Kerja Pemasangan Pada
Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik

A. Tujuan
1. Peserta diklat/pelatihan dapat menjelaskan fungsi dan prinsip kerja
perlatan instalasi proteksi sistem tenaga listrik
2. Peserta diklat dapat menjelaskan peralatan peralatan yang
digunakan pada instalasi proteksi sistem tenaga listrik.
3. Peserta diklat/pelatihan dapat menjelaskan spesifikasi peralatan
yang digunakan pada instalasi sistem tenaga listrik.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator pencapaian kopentensi (IPK) dalam mempelajari
kegiatan pembelajaran menggunakan peralatan kerja pemasangan
pada instalasi proteksi sistem tenaga listrik adalah peralatan pada
instalasi proteksi sistem tenaga listrik dapat digunakan dengan benar.

C. Uraian Materi

Current Transformer (CT)


CT atau Trafo Arus merupakan perantara pengukuran arus, dimana
keterbatasan kemampuan baca alat ukur. Misal pada sistem saluran
tegangan tinggi, arus yang mengalir adalah 2000A sedangkan alat ukur
yang ada hanya sebatas 5A. Maka dibutuhkan sebuah CT yang
mengubah representasi nilai aktual 2000A di lapangan menjadi 5A
sehingga terbaca oleh alat ukur.
CT umumnya selain digunakan sebagai media pembacaan juga
digunakan dalam sistem proteksi sistem tenaga listrik. Sistem proteksi
dalam sistem tenaga listrik sangatlah kompleks sehingga CT itu sendiri
dibuat dengan spesifikasi dan kelas yang bervariatif sesuai dengan
kebu tuhan sistem yang ada.
a. Fungsi CT
1) Memberikan sinyal ke relai yang proposional dengan besar arus
yang mengalir pada peralatan yang dilindungi
2) Mengurangi besar arus terukur ke level yang dapat ditangani
peralatan proteksi
3) Mengisolasi sisi tegangan rendah peralatan proteksi dari sisi
tegangan tinggi
b. Prinsip Kerja CT
Transformator arus ( current tarsformer/ CT) dibuat seperti trafo
satu fasa, arus secara langsung akan mengalir melalui sisi primer.
Menurut standar, arus standar pada sisi sekunder adalah 1 A atau

I1 N
juga 5 A. Sedangkan rasio tarsformasi teraan KN= diberikan
I2 N
dalam bentuk fraksi 1000 A/ 5 A.
Pada saat memasang trafo arus, harus memperhatikan arah arus.
Untuk maksud ini, terminal sisi primer yang ditandai tanda K (ke
sisi pusat pembangkit) dan yang ditandai dengan L (ke sisi
saluran). Berkaitan dengan sisi primer, terminal pada sisi sekunder
ditandai k dan l.
Trafo arus didesain untuk pemakaian pada beban dengan resisitansi
yang sangat rendah, dan tidak pernah dioperasikan dengan kondisi
rangkaian terbuka pada sisi sekundernya. Dalam pemakaiannya,
dikenal trafo arus untuk instrumen pengukuran (dilabelkan dengan
M) dan trafo arus untuk keperluan proteksi (diberi label P).
Deviasi arus sekunder CT dari nilai setnya dalam persen disebut
kesalahan arus F1 , yang di definisikan sebagai berikut:
I . K I
F1= 2 N 1 x 100
I1
I 1 = arus primer dalam A
I 1 = arus sekunder dalam A
K N = rasio teraan transformasi dari CT

328
Sebagai catatan, karena hambatan ammeter sangat rendah
maka trafo arus secara normalanya bekerja short circuit. Jadi perlu
diingat bahwa trafo arus tidak boleh dioperasikan dalam kondisi
rangkaian terbuka (open circuit) pada sisi sekundernya. Jika ini
terjadi maka akan terjadi fluks abnormal yang sangat besar pada
sisi primer yang menghasilkan rugi inti yang berlebihan yang diikuti
dengan pemanasan dan tegangan yang tinggi melewati terminal
sekunder.

c. Spesifikasi CT
1) Rating arus primer
2) Rating arus sekunder
a) 5A : biasanya digunakan pada relai elektromekanis
b) 1A : digunakan pada relai statis yang lebih sensiktif terhadap
arus kecil
3) Rasio transformasi, eg 400/200/1 or 800/5
4) Kelas akurasi
Berdasarkan spesifikasi di atas, terdapat 2 tipe CT:
1) P class CT : biasanya digunakan pada peralatan proteksi dengan
respon waktu tidak terlalu kritikal. Contoh : spesifikasi CT : 5P
100 F20
Maksudnya untuk 20 kali trafo arus normal output ke beban ,
menghasilkan 100 V, pada sisi sekunder Trafo, error yang
dihasilkan tidak lebih dari 5 %.
2) PL class CT: digunakan untuk peralatan proteksi dengan
kecepatan operasi tinggi dengan memperhitungkan aspek
transient. Contoh spesifikasi : 0.1PL200R3.0. Maksudnya
tahanan sekunder kurang dari 3,0 ohm pada 75%C tegangan
knee point 200V dan arus magnetisasi pada tegangan knee point
voltage adalah 0,1 A. Tegangan knee point adalah tegangan
dimana kenaikan 10% pada tegangan magnetisnya
menyebabkan kenaikan 50% pada arus magnetisasi.
Gambar 6.39 CT Magnetising Characteristic for 0.1PL200R2.0
Rangkaian ekuivalen CT

Gamabar 6.40 Rangkaian Ekuivalen CT

Perbedaan karakteristik CT pengukuran dan CT proteksi


CT pengukuran dipergunakan untuk memperoleh trasformasi
pengukuran yang presisi dengan besar arus sekunder CT
sebanding dengan rasio trasformasinya. Sedangkan CT proteksi
dipergunakan untuk melindungi peralatan proteksi yang hanya
mampu bekerja dengan arus rendah. Oleh karena itu maka kurva
saturasi arus magnetisasi pada CT pengukuran akan memiliki
daerah knee point yang lebih tajam daripada CT proteksi. Hal ini
diperlihatkan pada gambar berikut:

330
Gambar 6.41 karaktristik CT Pengukuran dan CT Proteksi

Voltage Trasformer (VT/PT)


Trafo tegangan (VT/PT) digunakan untuk menurunkan tegangan
sistem dengan perbandingan transformasi tertentu. Transformator
Tegangan/Potensial (VT/PT) adalah trafo instrument yang berfungsi
untuk merubah tegangan tinggi menjadi tegangan rendah sehingga
dapat diukur dengan Volt meter.
Prinsip kerja Trafo tegangan, kumparan primernya dihubungkan
parallel dengan jaringan yang akan diukur tegangannya. Voltmeter atau
kumparan tegangan wattmeter langsung dihubungkan pada
sekundernya. Jadi rangkaian sekunder hampir pada kondisi open
circuit. Besar arus primernya tergantung pada beban disisi sekunder.
Rancangan trafo tegangan ini sama dengan trafo daya step-down tetapi
dengan beban yang sangat ringan.

a) Fungsi VT
1) Mentrasformasikan tegangan tinggi ke rendah yang sesuai
kebutuhan relai.
2) Mengisolasi peralatan proteksi dari system tegangan tinggi.
3) Menentukan rating tegangan untuk relai.
b) Prinsip Kerja VT
Transformator tegangan digunakan untuk merubah besaran
tegangan primer menjadi tegangan yang lebih kecil sesuai dengan
perbandingan lilitannya. Dengan mengetahui N1 dan N2 ,
membaca tegangan V2 serta menganggap transformator ini ideal
maka tegangan V 1 adalah :
N
V 1= 1 V 2
N2
Ttegangan sekunder trafo dari nilai settingnya (set value) dalam
persen disebut kesalahan tegangan (voltage errors)
U . K U 1
F U . F u= 2 N x 100
U1
U 1= tegangan primer dalam V
U 2= tegangan sekunder dalam V
K N = rasio transformasi teraan trafo tegangan
c) Rangkaian Ekuivalen
Rangkaian ekuivalen VT/CT ditunjukan pada Gambar 6.42 berikut.

Gambar 6.42 Rangkaian Ekuivalen VT/PT

Bahan Bacaan 3:
Relay

332
Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan
merupakan komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang
terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal
(seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip
Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan
arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang
bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh, dengan Relay yang
menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan
Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk
menghantarkan listrik 220V 2A.
a) Fungsi relai
1) Secara umum relai berfungsi memberikan intruksi kepada
rangkaian pemutus (circuit breaker/ CB) untuk mengisolasi
sistem yang mengalami gangguan.
2) Secara khusus, fungsi masing-masing relai tergantung kepada
karaktristik dan besaran input yang mempengaruhi kerja relai
misalnya:
- Relai arus lebih ( Over Current Relai/ OCR) berfungsi
melindungi sistem dari gangguan arus lebih.
- Relai impedansi berfungsi melindungi sistem dari gangguan
yang terkait dengan perubahan impedansi saluran
- Relai jarak berfungsi melindungi sistem dari gangguan
berdasarkan besaran jarak tertentu yang disetting pada relay.

b) Prinsip kerja relai dapat kita lihat pada Tabel 6.11 berikut:
Tabel 6. 11 Prinsip Kerja Relai
Prinsip Kerja Relai Gambar
1) Tipe Plunger
Bila kumparan diberi arus
melebihi nilai puncaknya maka
plunger akan bergerak keatas dan
terjadi penutupan kontak
2) Tipe Hinged Armature
Bila kumparan diberi arus maka
lengan akan tertarik sehingga ujung
lengan yang lain menggerakkan
kontak. Gaya elektromagnetik juga
sebanding dengan kuadrat arus
kumparan . tipe ini banyakl
digunakan sebagai relai bantu
karena mempunyai kontak yang
banyak dan kontaknya mempunyai
kapasitas pemutusan arus yang
lebih besar.
3) Tipe Tuas Seimbang (balance
beam)
Tipe ini terdiri dari dua kumparan,
yaitu kumparan kerja dan dalam
keadaan seimbang dimana gaya
pegas diabaikan maka I1 / I2 = K
( Konstant). Bila I1/ I2 lebih besar
dari K maka relai akan menutup
kontak. Bila I1/I2 lebih kecil dari K
maka relai akan membuka kontak.
Tipe ini banyak digunakan sebagai
relai diferensial dan relai jarak.
4) Shaded Pole Induction Disk
Terjadi antara Fluk dengan Fluk.
Kedua fluk ini akan mengendalikan
arus pusar pada piringan, karena
kontak gerak dipasang pada poros
maka kontak akan menutup.

334
5) Tipe watimktrik (KWH)
Interaksi antara fluk U dan L
terhadap fluks yang diperoleh dari
arus pusar yang diinduksikan pada
piringan akan menggerakkan
piringan untuk berputar. Putaran ini
akan menutup kontak .

6) Induction Cup
Prinsipnya sama seperti motor
induksi terdapat rotor berbentuk
silinder yang ditengahnya inti
magnetik sehingga silinder tersebut
dapat berputar pada silinder
dipasang kontak gerak dan dapat
menutup kontak gerak ke kiri atau
ke kanan

c) Prinsip Kerja Relai Statik / Elektronik


Relai jenis ini bekerja dengan menggunakan prinsip dasar rangkaian
elektronik tertentu yang dapat dipergunakan sebagai penghasil sinyal
yang mentriger bagian elektronik relai bekerja. Komponen dasar
rangkaian elektronik ( unit dasar ) dari relai statik ini adalah :
1) Sirkuit input (biasanya intermediate ct)
2) Rectifier / penyearah
3) Level detector
4) Timer / integrator
5) Polarity detector
6) Comparator
d) Prinsip Kerja Relai Arus Lebih (OCR)
Relai arus lebih (over current relay / OCR) adalah relai yang
melindungi sistem dari gangguan arus lebih. Relai ini bekerja
berdasarkan perbandingan arus seting pada frelai terhadap arus
primer pada saluran. Jika I Primer I set maka relai tidak beroperasi,
jika I Primer I set barulah relai beroperasi. Berdasarkan
karaktristiknya relai arus lebih terdiri atas beberapa jenis sebagai
berikut:
1) Instantaneous Overcurrent Relay ( relai arus lebih tanpa waktu
tunda)
Adalah relai arus lebih yang bekerja tanpa seting waktu tunda,
waktu operasinya tetap yaitu sekitar 0,1 detik.
2) Time Delai Overcurrent relay
Relai ini terbagi atas:
- Definite time delay Relay
Relai ini mempunyai tundaan waktu tertentu tanpa dipengaruhi
oleh besaran nilai dari besaran penggerak relai tersebut atau
dengan kata lain tanpa tergantung dari seting yang
menggerakkan relai tersebut.
- Inverse Time Relay
Pada relai ini karaktristik waktu operasi berbanding terbalik
dengan besaran penggerak (setting arus). Berdasarkan
kecuraman karaktristiknya, secara garis besar dibagi atas:
standard inverse, very inverse, extremely inverse
Tabel 6.12 standard inverse, very inverse, extremely inverse

Directional Overcurrent Relay ( relai Arus Lebih Berarah)


Overview : terdiri atas 2 unit, directional dan non-directional
atau IDMT unit. Directional unit terdiri atas empat kutup induction cup,

336
dua kutub yang berlawanan disuplai oleh tegangan (polarizing quantity
= reference quantity), kutub yang lain disuplai dengan arus. Non
directional unit tidak akan bekerja (energised) jika kontak directional
unit tidak menutup (closed). Torka yang menggerakkan relai
dinyatakan: T = VI cos (-) - K dimana phi : sudut antara tegangan
dan arus K : torka lawan ( Pegas dan gesekan ).

Persamaan Torka Universal


2 2
T= K 1 I + K 2 V + K 3 V I cos ( ) + K
Persamaan ini dapat digunakan untuk menentukan karaktristik operasi
semua tipe relay.
- OCR jika K 2=K 3 =0
- Directional jika K 1=K 2=0

e) Relai Jarak ( Distance Relay)


1) Impedance
- K 3=0, sehingga T= K 1. I 2 + K 2 V 2 , K diabaikan
- Torka bekerja berdasarkan arus, daya lawan berdasarkan
tegangan
2 2
- Relai beroperasi jika K 1. I > K2V , sehingga V 2 /I 2 <
K 1. / K 2. , atau Z < K 1. / K 2. .
- Non directional
2) Reactance
2 2
- K 2=0, sehingga T = K 1 I + K 2 V + K 3 V I cos ( ) ,
abaiakan K
- Torka bekerja berdasarkan arus, dengan daya lawan (restraint)
bekerja berdasarkan arah arus-tegangan. Max restraint pada 90
deg.
( )
- Relai beroperasi jika : , sehingga Vsin ( /
K 1 I 2 > K 2 VI sin

I < K1/ K3 .
- Merupakan overcurrent relai dengan directional restaint.

3) Mho
- K 1=0, K 2 negatif, sehingga T = K 3 VI cos( )K 2 V 2 , K
diabaikan
- Torka kerja didasrkan kepada elemen V-I, daya lawan
dipengaruhi oleh tegangan.
- Relai beroperasi jika : K 2 V 2 < K 2 VIcos ( ) , sehingga Z <
K 3 VIcos ( ) / K 2

338
f) Diferential Relays
1) Bekerja jika perbeaan vektor antara 2 atau lebih bersama elektrik
yang sama melebihi nilai yang telah ditentukan ( misalnya dua
besaran dengan pergeseran fasa)
2) Current differential type (current balance)

Gambar 6.43 Tipe Relay Diverensial


3) Stabil untuk gangguan eksternal (tidak ada perbedaan), beroperasi
untuk inzone fault ( karena terdapat perbedaan ).
4) Jika operating coil tidak dirangkai pada titik dengan potensial yang
sama atau terdapat perbedaan pada CT, akan terdapat arus
diferensial yang menyebabkan relai tidak bekerja semestinya.
Solusi: tambahkan restraining coil untuk menambah stabilitas.
Gambar 6.44 Kurva Relai Diverensial
5) Voltage Diffrential Type (Balanced Voltage) : polaritas CT
menyebabkan tidak terdapat arus yang mengalir dirangkaian pilot.

Gambar 6.45 Voltage Diffrensial

g) Circuit Breaker
Fungsi
1) Memutus rangkaian jika terjadi gangguan pada saluran yang
diproteksi
2) Mencegah terjadinya busur api atau flashover pada saat
pemutusan rangkaian
3) Dapat berfungsi sebagai sakelar sekaligus pengaman arus lebih
dan overload.
Prinsip Kerja

340
Gambar 6.46 Prinsip Kerja Circuit Breaker

Prinsip kerja dari circuit breaker tergantung kepada jenis


penggerak yang mengatur membuka dan menutupnya kontak.

342
Pada dasarnya terdapat dua tipe kontak yaitu thermal dan
magnetik kontak.
Thermal kontak digunakan oleh bimetal yang sensitif
terhadap panas. Pada saat arus gangguan yang melewati kontak
melebihi arus rating CB maka bimetal akan memuai dan
melengkung sehingga menggerakkan trip bar dan menarik tuas
pengunci (Lutch) pada kontak. Dengan demikian kontak akan
terlepas dan saluran yang terganggu akan diputus dari jaringan.
Thermal kontak biasanya bekerja jika terjadi gangguan
overload, karena karakteristiknya yang membutuhkan waktu
tunda kerja.
Magnetik kontak digerakkan oleh elemen magnetis yang
dipengaruhi besar arus yang mengalir. Pada saat besae arus
yang mengalir pada CB melebihi arus rating maka elemen
magnetik akan terinduksi dan menghasilakan gaya magnetik
yang menggerakkan trip bar dan menarik tuas pengunci pada
kontak dan saluran akan terputus. Magnetik kontak akan bekerja
jika terjadi gangguan hubung singkat, disebabkan oleh
responnya yang cepat dan instantenous.
Kelemahan dari CB adalah kemungkinan terjadinya bunga
api saat kontak melepaskan saluran yang terganggu. Untuk
menghindari hal ini maka CB dirancang dengan mengguanakan
medium pemutus dari bahan isolator yang memiliki kemampuan
pemutusan berbeda-beda. Kemampuan pemutusan medium
pemutus akan semakin tinggi jika bahan isolasinya semakin baik.
Bahan isolator yang digunakan mulai dari kemampuan rendah
ketinggi antara lain: medium udara (air), minyak (oil), dan gas
SF6 dan Vakum.
Karaktristik kerja CB
Karaktristik kerja CB digambarkan dengan kurva arus dan
response waktu. Sesuai dengan fungsinya maka karaktristik CB
ini dapat dinyatakan sebagai karaktristik overload dan hubung
singkat. Untuk karaktristik overload maka CB akan bekerja pada
tundaan waktu tertentu untuk rating arus overload. Untuk arus
gangguan hubung singkat yang biasanya lebih besar beberapa
kali dari arus overload maka karaktristik CB harus dapat
merespon dengan waktu tunda yang lebih singkat daripada
kondisi overload bahkan instantenous untuk arus sangat besar.

h) Fuse
1) Fungsi
- Memutus rangkaian jika terjadi gangguan hubung singkat
pada saluran yang siproteksi
- Mengisolasi saluran yang mengalami gangguan dari
saluran yang beroperasi normal
- Tidak dapat berfungsi sebagai sakelar maupun pengaman
overload kecuali didesain khusus ( tipe dual element)
2) Prinsip kerja
- Non Time Delay Fuse
Non time delay fuse digunakan untuk pengaman arus
hubung singkat berupa tundaan waktu sehingga kerjanya
instantenous. Fuse ini terdiri atas satu elemen yang akan
melebur jika dilewati arus melebihi ratingnya, dengan
meleburnya elemen ini maka arus hubung singkat ke
saluran yang terganggu akan terputus.
- Dual element fuse
Dual element fude didesain khusus untuk dapat
beroperasi pada kondisi hubung singkat maupun kondisi
overload. Fuse ini memiliki satu elemen yang bekerja
pada saat hubung singkat dan elemen lainya bekerja pada
saat overload terjadi. Meleburnya overload terjadi dengan
tundaan waktu pada saat arus overload mengalir pada

344
saluran. Sedangkan elemen hubung singkat akan melebur
tanpa tundaan waktu (instantaneous) untuk arus yang
sangat besar.

D. Aktivitas Pembelajaran
Aktivitas 1. Menggunakan Peralatan Kerja Pemasanagan Pada
Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik
Saudara akan mendiskusikan bagaimana Menggunakan Peralatan Kerja
Pemasangan Pada Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik. Untuk kegiatan
ini Saudara harus menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Peralatan Kerja Pemasangan Pada
Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
2. Mengapa Saudara harus mengetahui Peralatan Kerja Pemasangan Pada
Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu memahami Peralatan Kerja
Pemasangan Pada Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
4. Apa sajakah Peralatan Kerja Pemasangan Pada Instalasi Proteksi Sistem
Tenaga Listrik?
Saudara dapat menuliskan jawaban dengan menggunakan LK-61

E. Rangkuman
1. Fungsi CT diantaranya adalah Memberikan sinyal ke relai yang
proposional dengan besar arus yang mengalir pada peralatan yang
dilindungi, mengurangi besar arus terukur ke level yang dapat
ditangani peralatan proteksi dan mengisolasi sisi tegangan rendah
peralatan proteksi dari sisi tegangan tinggi
2. CT pengukuran dipergunakan untuk memperoleh trasformasi
pengukuran yang presisi dengan besar arus sekunder CT
sebanding dengan rasio trasformasinya. Sedangkan CT proteksi
dipergunakan untuk melindungi peralatan proteksi yang hanya
mampu bekerja dengan arus rendah. Oleh karena itu maka kurva
saturasi arus magnetisasi pada CT pengukuran akan memiliki
daerah knee point yang lebih tajam daripada CT proteksi
3. Funsi VT diantaranya adalah Mentrasformasikan tegangan tinggi ke
rendah yang sesuai kebutuhan relai, mengisolasi peralatan proteksi
dari system tegangan tinggi dan menentukan rating tegangan untuk
relai.
4. Fungsi relai Secara umum relai berfungsi memberikan intruksi
kepada rangkaian pemutus (circuit breaker/ CB) untuk mengisolasi
sistem yang mengalami gangguan.
5. Fungsi Circuit Breaker adalah Memutus rangkaian jika terjadi
gangguan pada saluran yang diproteksi, mencegah terjadinya busur
api atau flashover pada saat pemutusan rangkaian dan Dapat
berfungsi sebagai sakelar sekaligus pengaman arus lebih dan
overload.
6. Karaktristik kerja CB digambarkan dengan kurva arus dan response
waktu. Sesuai dengan fungsinya maka karaktristik CB ini dapat
dinyatakan sebagai karaktristik overload dan hubung singkat. Untuk
karaktristik overload maka CB akan bekerja pada tundaan waktu
tertentu untuk rating arus overload. Untuk arus gangguan hubung
singkat yang biasanya lebih besar beberapa kali dari arus overload
maka karaktristik CB harus dapat merespon dengan waktu tunda
yang lebih singkat daripada kondisi overload bahkan instantenous
untuk arus sangat besar.

F. Tes Formatif
1. Jelaskan prinsip kerja CT (current Transformator)!
2. Apa perbedaan CT pengukuran dengan CT proteksi !
3. Jelaskan prinsip kerja VT ( Voltage Trasformator) !
4. Tuliskan komponen dasar rangkaian elektronik ( unit dasar ) dari
relai statik!
5. Apa kelemahan dari CB Circuit Breaker !

G. Kunci Jawaban
1. Transformator arus ( current tarsformer/ CT) dibuat seperti trafo
satu fasa, arus secara langsung akan mengalir melalui sisi primer.
Menurut standar, arus standar pada sisi sekunder adalah 1 A atau

346
I1 N
juga 5 A. Sedangkan rasio tarsformasi teraan KN= diberikan
I2 N
dalam bentuk fraksi 1000 A/ 5 A.
2. CT pengukuran dipergunakan untuk memperoleh trasformasi
pengukuran yang presisi dengan besar arus sekunder CT
sebanding dengan rasio trasformasinya. Sedangkan CT proteksi
dipergunakan untuk melindungi peralatan proteksi yang hanya
mampu bekerja dengan arus rendah.
3. Transformator tegangan digunakan untuk merubah besaran
tegangan primer menjadi tegangan yang lebih kecil sesuai dengan
perbandingan lilitannya. Dengan mengetahui N1 dan N2 ,
membaca tegangan V 2 serta menganggap transformator ini ideal
4. Komponen dasar rangkaian elektronik ( unit dasar ) dari relai statik
ini adalah :
a) Sirkuit input (biasanya intermediate ct)
b) Rectifier / penyearah
c) Level detector
d) Timer / integrator
e) Polarity detector
f) Comparator
5. Kelemahan dari CB adalah kemungkinan terjadinya bunga api saat
kontak melepaskan saluran yang terganggu. Untuk menghindari hal
ini maka CB dirancang dengan mengguanakan medium pemutus
dari bahan isolator yang memiliki kemampuan pemutusan berbeda-
beda. Kemampuan pemutusan medium pemutus akan semakin
tinggi jika bahan isolasinya semakin baik.

LEMBAR KERJA KB-6

LK - 60
1. Apa saja hal-hal yang harus dipersiapkan oleh guru kejuruan sebelum
mempelajari mempelajari Peralatan Kerja Pemasangan Pada Instalasi
Proteksi Sistem Tenaga Listrik? Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
...............................................................

2. Bagaimana saudara mempelajari materi pembelajaran ini? Jelaskan!


..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..........................................................................

3. Ada berapa dokumen bahan bacaan yang ada di dalam Materi


pembelajaran ini? Sebutkan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................
4. Apa topik yang akan saudara pelajari di materi pembelajaran ini?
Sebutkan!

348
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
.......................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
......................

5. Apa kompetensi yang seharusnya dicapai oleh saudara sebagai guru


kejuruan dalam mempelajari materi pembelajaran ini? Jelaskan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..........................................................................

6. Apa bukti yang harus diunjukkerjakan oleh saudara sebagai guru


kejuruan bahwa saudara telah mencapai kompetensi yang ditargetkan?
Jelaskan!
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................
........................................................................................

LK 61
1. Apa yang Saudara ketahui tentang Peralatan Kerja Pemasangan Pada
Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................

2. Mengapa Saudara harus mengetahui Peralatan Kerja Pemasangan Pada


Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

3. Menurut pendapat Saudara mengapa perlu memahami Peralatan Kerja


Pemasangan Pada Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
.........................................................................................................................

4. Apa sajakah Peralatan Kerja Pemasangan Pada Instalasi Proteksi Sistem


Tenaga Listrik!

350
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

PENUTUP

Upaya menyiapkan tenaga menengah kejuruan untuk memenuhi


kebutuhan akan tenaga pelaksana di bengkel atau di industri, dalam
kenyataannya sekarang ini sangat dipengaruhi oleh persaingan yang
sangat ketat baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Karena setiap
pengusaha akan bersaing dalam kualitas produksinya yang dilaksanakan
sehingga menghasilkan barang berdasarkan kebutuhan pasar dengan
harga yang bersaing.
Dalam hal ini maka untuk menjawab tantangan tersebut setiap orang yang
akan terlibat di dalam proses produksi harus mampu dan mempunyai
KOMPETENSI yang dikuasai, diakui, sedangkan untuk memperoleh
kompetensi tersebut harus melalui pendidikan dan pelatihan di
institusi/sekolah kejuruan .
Salah satu perangkat pembelajaran diklat kompetensi adalah buku
MODUL/ BAHAN AJAR, yang diharapkan dengan mempelajari buku
modul ini peserta akan dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan
dasar yang harus dikuasai untuk mengikuti UJI KOMPETENSI.
Modul Diklat PKB bagi Guru dan Tenaga Kependidikan ini disusun
sebagai acuan bagi peserta diklat PKB. Melalui modul ini selanjutnya
semua pihak terkait dapat menemukan kemudahan terkait informasi yang
diberikan sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
Modul Pembelajaran Diklat PKB ini merupakan informasi umum
bagi para peserta diklat agar dapat dikembangkan atau digali lebih
mendalam sesuai dengan tujuan dan harapan dunia pendidikan, yaknin
menjadi pendidik yang profesional. Terutama kegiatan pembelajaran yang
dapat mengarahkan dan membimbing peserta diklat dan para
widyaiswara/fasilitator untuk menciptakan proses kolaborasi belajar dan
berlatih dalam pelaksanaan diklat.

BAB 13
PERTIMBANGAN TEKNIK YANG BERKAITAN
DENGAN PERENCANAAN JARINGAN
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

A. Tujuan
Setelah mengikuti menyelesaikan kegian-kegiatan belajar dari modul ini,
diharapkan peserta diklat memiliki spesifikasi kinerja sebagai berikut : mampu
melakukan perhitungan teknis yang berkaitan dengan perencanaan jaringan
distribusi tenaga listrik.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator pencapaian kompetensi untuk kegiatan pembelajaran ini adalah :
melakukan perhitungan teknis yang berkaitan dengan perencanaan jaringan
distribusi tenaga listrik

352
C. Uraian Materi
1. Pendahuluan
Perencanaan sistem distribusi energi listrik merupakan bagian yang esensial
dalam mengatasi pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang cukup pesat.
Perencanaan diperlukan sebab berkaitan dengan tujuan pengembangan
sistem distribusi yang harus memenuhi beberapa kriteria teknis dan layak
ditinjau dari segi investasi.
Perencanaan sistem distribusi ini harus dilakukan secara sistemik dengan
pendekatan yang didasarkan pada peramalan beban untuk memperoleh suatu
pola pelayanan yang optimal. Perencanaan yang sistemik tersebut akan
memberikan sejumlah proposal alternatif yang dapat mengkaji akibatnya yang
secara langsung berhubungan dengan aspek keandalan dan ekonomis.
Tujuan umum perencanaan sistem distribusi ini adalah untuk mendapatkan
suatu fleksibilitas pelayanan optimum yang mampu dengan cepat
mengantisipasi pertumbuhan kebutuhan energi elektrik dan kerapatan beban
yang harus dilayani. Adapun faktor-faktor lain yang dapat menjadi input terkait
dalam perencanaan sistem distribusi ini antara lain adalah : pola penggunaan
lahan pada regional tertentu, faktor ekologi dan faktor geografi. Perencanaan
sistem distribusi ini harus mampu memberikan gambaran besarnya beban
pada lokasi geografis tertentu, sehingga dapat ditentukan dengan baik letak
dan kapasitas gardu-gardu distribusi yang akan melayani areal beban tersebut
dengan mempertimbangkan minimisasi susut energi dan investasi konstruksi,
tanpa mengurangi kriteria, teknis yang diperlukan.
Perencanaan sistem distribusi ini dapat dilakukan dalam perioda jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Perencanaan jangka panjang
harus selalu diatualisasi dan dikoordinasikan dengan perencanaan jangka
menengah dan dikoreksi oleh perkembangan jaringan distribusi kondisi
eksisting.Efektifitas perencanaan sistem distribusi ini makin diperlukan bula
dikaitkan dengan makin tingginya investasi terhadap energi, peralatan dan
tenaga kerja. Di samping itu perencanaan yang baik akan memberikan
kontribusi besar terhadap pengembangan sistem distribusi. Kondisi ini
disebabkan pada kenyataan sistem distribusi merupakan ujung tombak dari
pelayanan energi listrik karena langsung berhubungan dengan konsumen
sehingga adanya gangguan pada sisi distribusi akan berakibat langsung pada
konsumen. Sedangkan adanya gangguan pada sisi transmisi ataupun sisi
pembangkit belum tentu menyebabkan terjadinya proses interupsi disisi
konsumen.
Perencanaan sistem distribusi dimulai dari sisi konsumen. Pola kebutuhan,
tipe dan faktor beban dan karakteristik beban yang dilayani akan menentukan
tipe sistem distribusi yang akan dipakai. Kelompok-kelompok beban tersebut
akan dilayani oleh jaringan sekunder. Sekelompok jaringan sekunder ini akan
dilayani oleh trafo-trafo distribusi yang selanjutnya sejumlah trafo ini akan
memberikan gambaran pembebanan pada jaringan primer. Jaringan distribusi
ini akan mendapat masukan energi dari trafo-trafo gardu induk. Sistem beban
pada jaringan distribusi ini akan menentukan pula lintasan dan kapasitas
saluran distribusi. Dengan demikian setiap langkah proses perencanaan
sistem distribusi merupakan input bagi langkah proses berikutnya.
Perencanaan sistem distribusi dapat dibagi dalam beberapa subproblem yang
masing-masinng subproblem tersebut dapat ditangani dengan metoda-metoda
tertentu. Secara umum, metoda-metoda perencanaan sistem distribusi
didasarkan pada minimisasi investasi pada jaringan subtransmisi, gardu
induk, jaringan primer serta minimisasi susut energi akan trjadi pada sistem
distribusi tersebut.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, maka perancanaan sistem disribusi
ini harus memperhatikan akibat yang akan terjadi dengan adanya
penambahan ataupun modifikasi jaringan subtransmisi dan sistem distribusi
seperti, letak dan kapasitas gardu induk, area pelayanan gardu induk, lokasi
pemasangan breaker ataupun pemisah, ukuran penampang penyulang
primer, level tegangan, jatuh tegangan yang terjadi, serta pembebanan
penyulang dan trafo-trafo distribusi.
Adapun faktor-faktor teknis lainnya yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan sistem distribusi tersebut adalah impedansi trafo, insulation
level, kemampuan pembebanan trafo, tarif energi pada masing-masing tipe
konsumen. Disamping itu terdapat beberapa faktor penting lainnya yang

354
berkaitan dengan pola peramalatan jangka panjang sistem distribusi antara
lain :
Timing dan lokasi kebutuhan energi, lamanya dan frekuensi terjadinya
pemadaman, harga peralatan, tenaga kerja, kenaikan harga bahan bakar dan
perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat pengguna energi listrik ini.
Kondisi sosial ekonomi ini berkorelasi kuat dengan pola konsumsi energi.
Sedangkan faktor perkembangan teknologi konversi energi, perhatian
masyarakat terhadap masalah-masalah lingkungan, kenaikan dan penurunan
GNP merupakan aspek penting dalam penentuan pola pelayanan jangka
panjang pada sistem distribusi energi listrik.
2. Faktor-faktor Dasar Perencanaan Sistem
Mengingat terdapat sejumlah perhatian dan kompleksitas masalah dalam
perencanaan sistem distribusi energi elektrik, akan dilakukan pendekatan
bertahap dalam prosesnya.
Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka tahap awal yang diperhatikan
dalam proses perencanaan sistem distribusi ini berkaitan dengan minimisasi
biaya jaringan sub transmisi, gardu induk, investasi pada jaringan primer dan
sekunder serta biaya susut energi tanpa harus menurunkan kriteria teknis
yang diperlukan.
a. Peramalan beban
Perencanaan sistem distribusi memerlukan prakiraan (forecasting) beban
masa depan. Kualitas dan akurasi perencanaan sistem tergantung pada
kualitas dan akurasi data dan prakiraan beban. Dalam perencanaan sistem
distribusi meliputi penentuan ukuran, lokasi dan perubahan waktu masa
depan, seperti sejumlah komponen-komponen sistem (substasion, saluran,
penyulang, dan sebagainya).
Lokasi geografis beban-beban dianalisa menggunakan pendekatan area
yang kecil (small area), yang mana dibagi daerah pelayanan utilitas ke
dalam sejumlah area kecil dan prakiraan beban pada setiap salah satunya,
oleh sebab itu akan dapat ditentuan dimana dan berapa banyak yang akan
dikembangkan. Ada dua metode untuk membagi sistem ke dalam area
kecil :
(a) Melaksanakan prakiraan dalam perihal penyulang, substasion, atau
wilayah (zone) ditetapkan oleh komponen-komponen distribusi, atau
(b) Melaksanakan prakiraan dalam perihal grid seragam (uniform grid),
berbasis pada pemetaan sistem koordinasi.
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Metodologi
berbasis grid (b) memerlukan pertimbangan data input, tidak hanya historis
rekaman beban dalam setiap blok grid, tetapi juga ekonomi, sosial,
demografis dan penggunakan informasi pertanahan, untuk memperoleh
hasil yang akurat. Untuk kebanyakan utilitas, adalah sulit untuk
memperoleh data-data yang lengkap tersebut di atas. Prakiraan distribusi
beban dengan menggunakan metode (a) di atas hanya diperlukan data
historis beban beberapa tahun, yang mana dengan mudah didapat pada
setiap utilitas. Batas pertambahan atau pengurangan beban akan
dievaluasi dengan memperhatikan terhadap elemen-elemen penting
lainnya, seperti termasuk pertanahan, air, seperti faktor-faktor ekonomi
dan sosial, bahwa akan memberi pengaruh yang kuat pada kecendrungan
prakiraan beban.
Pada gambar 49 memberikan gambaran faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam proses peramalan beban. Seperti yang diharapkan,
pertumbuhan beban mempunyai korelasi yang kuat dengan aspek
pengembangan komunitas dan pengembangan lahan.
Sedangkan output peramalan beban tersebut dapat berupa
kerapatan beban yang dinyatakan dalam dalam KVA per satuan luas
layanan sistem distribusi energi listrik untuk skala jangka panjang. Dan bila
peramalan dilakukan dalam skala jangka pendek maka diperoleh output
lebih detail dan dinyatakan dengan besaran kerapatan beban KVA per
satuan luas layanan yang diasosiasikan dengan koordinat grid atau luasan
yang diminati.
Penggunaan sistem grid dengan koordinat-koordinatnya merupakan
suatu metoda yang banyak digunakan baik pada proses peramalan beban
jangka pendek. Dengan berdasar pada besarnya kerapatan beban pada

356
masing-masing grid tersebut dapat ditentukan pula pola dan lintasan
jaringan distribusi serta area layanan masing-masing trafo distribusi.

Gambar 49. Faktor faktor yang mempengaruhi


peramalan beban
b. Pengembangan Gardu

Seperti halnya dengan peramalan beban, maka pengembangan gardu juga


dipengaruhi oleh beberapa faktor dasar dominan. Kondisi eksisting jaringan
distribusi, jaringan sub transmisi serta konfigurasinya merupakan faktor
yang mendampingi pertumbuhan beban, kerapatan beban dalam proses
penentuan pengembangan gardu atau melakukan konstruki gardu baru.
Faktor faktor dasar tersebut tersebut digambarkan sebagai berikut :
Gambar 50. Faktor faktor yang mempengaruhi
pengembangan gardu
c. Pemilihan Letak Gardu
Letak gardu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jarak dari pusat
beban, jarak dari jaringan sub-transmisi yang ada dan adanya batasan
batasan seperti tersedianya lahan, investasi yang harus digunakan, dan
aturan penggunaan lahan.
Lokasi ideal gardu mengikuti pandangan pandangan sebagai berikut :
Lokasi gardu tersebut sebanyak mungkin melingkupi
sejumlah beban
Dapat memberikan level tegangan yang baik
Mampu memberikan akses yang baik untuk incoming
saluran sub transmisi dan out going penyulang primer.
Mempunyai ruang yang cukup untuk pengembangan
Tidak bertentangan dengan aturan tata guna lahan
Dapat meminimisasi jumlah konsumen yang terpengaruh
terhadap adanya gangguan
Kemudahan instalasi.
Di samping faktor faktor yang mempengaruhi pemilihan letak gardu
tersebut, terdapat juga proses pentahapan yang dilakukan dalam rangka
pemilihan lokasi gardu. Proses pemilihan tersebut diberikan dalam gambar

358
51 dan 52. Seleksi awal terhadap lokasi gardu tersebut didasarkan pada
aspek safety, engineering, sistem perencanaan, institusional, ekonomi dan
faktor estetika.

Gambar 51. Prosedur pemilihan gardu

Gambar 52. Faktor faktor yang mempengaruhi pada lokasi gardu


d. Pemilihan Level Tegangan Penyulang Primer
Faktor faktor dasar dalam menentukan level tegangan pada penyulang
primer diberikan sebagai berikut :

Gambar 53. Faktor faktor yang mempengaruhi pemilihan level tegangan

e. Pembebanan Penyulang Primer


Pembebanan penyulang primer adalah pembebanan penyulang tersebut
pada kondisi beban puncak dan di ukur di sisi gardu. Faktor faktor yang
mempengaruhi disain pembebanan penyulang tersebut antara lain :
Rapat beban penyulang
Pola bembebanan
Laju pertumbuhan beban
Keperluan reverse capacity kondisi darurat
Kontinuitas pelayanan
Kualitas pelayanan
Keandalan pelayanan
Level tegangan pada penyulang primer
Tipe dan biaya konstruksi
Lokasi dan kapasitas gardu distribusi
Guna pengaturan tegangan

360
Sedangkan faktor faktor yang mempengaruhi pemilihan lintasan jaringan
primer tersebut diberikan dalam gambar 54, 55, dan 56.

Gambar 54. Faktor yang mempengaruhi terhadap lintasan penyulang

primer

Gambar 55. Faktor yang mempengaruhi terhadap jumlah penyulang

keluar
Gambar 56. Faktor yang mempengaruhi terhadap pemilihan
ukuran konduktor

f. Faktor faktor investasi


Secara umum, sistem distribusi didisain dengan berdasar pada minimisasi
biaya investasi tapi teknis sistem distribusi tersebut masih dipenuhi.
Adapun faktor investasi yang mempengaruhi pengembangan sistem
distribusi diberikan pada gambar 57.

Gambar 57. Faktor - faktor yang mempengaruhi investasi


pengembangan sistem distribusi

g. Model Perencanaan Sistem Distribusi


Secara umum, perencanaan sistem distribusi melibatkan beberapa faktor
penting pada masing masing sub problem perencanaan distribusi
tersebut. Maka perencanaan sistem distribusi berkaitan denga sejumlah
variabel dan persamaan matematis serta sejumlah kriteria pembatas.
Model matematis yang berkembang saat ini adalah :
Lokasi gardu optimum
Model pengembangan gardu
Model penentuan kapasitas optimum trafo
Model optimisasi transfer beban antara gardu dengan pusat beban

362
Model optimisasi ukuran dan lintasan penyulang untuk mensupply beban.
Semua model yang berkembang tersebut mempunyai fungsi untuk
meminimisasi investasi. Adapun metoda matematis yang mendukung
model tersebut adalah :
Metoda dekomposisi yang mampu memilah problem besar
menjadi sub problem dan masing masing sub problem dicari solusinya
secara tersendiri.
Metoda programa linear dan integer yang mampu melinearisasi
faktor faktor pembatas.
Metoda programa dinamik.
Masing masing metoda dilakukan dalam proses perencanaan tersebut
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Khusus pada perencanaan jangka
panjang, sejumlah variabel yang dimasukan dan hal ini akan memberikan
sejumlah alternatif pengembangan sistem distribusi yang layak dan setelah
itu akan dilakukan pemilihan sistem distribusi yang optimum.
Gambaran proses perncanaan sistem distribusi diberikan pada diagram alir
gambar 58.
Gambar 58. Diagram alir proses perencanaan sistem distribusi

I. Peramalan Beban dan Kebutuhan Energi Listrik


Karakteristik Beban
Beban yang dilayani oleh sistem distribusi dibagi dalam beberapa sektor
yaitu perumahan, industri, komersil dan usaha. Karakteristik beban disebut
dengan pola pembebanan, pada sektor perimahan ditunjukan dengan
adanya fluktuasi konsumsi energi listrik tersebut dominan pada malam hari.
Sedangkan pada industri fluktuasi konsumsi sepanjang hari akan hampir
sama, sehingga perbandingan beban puncakterhadap beban rata rata
hampir mendekati satu. Beban pada sektor komersil dan usaha mempunyai
karakteristik yang hampir sama, hanya pada sektor komersil akan
mempunyai beban puncak yang lebih tinggi pada malam hari.
Kebutuhan Demand

364
Kebutuhan sistem listrik didefinisikan sebagai beban pada terminal terima
secara rata rata dalam suatu interval waktu tertentu.Satuan dapat berupa
Kilowatt, Kilovoltampere, Ampere, dan Kiloampere.
Selang Kebutuhan Demand Interval
Interval kebutuhan merupakan periode yang dijadikan dasar untuk
menghitung beban rata rata. Pemilihan periode ini dapat terjadi mulai dari
15 menit, 30 menit, 60 menit ataupun satu hari. Pada kondisi kondisi
tertentu kebutuhan pada selang 15 menit sama dengan kebutuhan pada
selang 30 menit. Pernyataan kebutuhan ini harus diekpresikan dalam suatu
salang waktu dimana kebutuhan tersebut diukur. Gambar 59 menunjukan
kurva harian beban sebagai fungsi waktu. Berdasarkan kurva harian beban
tersebut dapat dibuat kurva lama beban seperti gambar 60.

Gambar 59. Kurva harian beban


Gambar 60 Kurva lama beban

Kebutuhan Maksimum Maximum Demand


Kebutuhan maksimum didefinisikan sebagai kebutuhan terbesar yang
dapat terjadi dalam suatu selang waktu tertentu. Jadi kebutuhan
maksimum dapat dikatakan dalam selang waktu 1 jam, 1 minggu, harian
dll.
Diversitas kebutuhan Diverisfied Demand
Dievrsitas kebutuhan dikaitkan dengan beban yang tidak saling
berhubungan pada selang waktu tertentu. Jadi Diversitas kebutuhan
merupakan perbandingan jumlah maksimum masing-masing beban
tersebut terhadap kebutuhan maksimum seluruh beban.
Faktor Beban (LF = Load Factor)
Merupakan perbandingan antara beban rata-rata dengan beban puncak
yang diukur untuk suatu periode waktu tertentu. Beban puncak yang
dimaksud disini adalah beban puncak sesaat atau beban puncak rata-
rata dalam interval tertentu, pada umumnya dipakai demand maksimum
15 menit atau 30 menit.

366
Definisi dari faktor beban ini dapat dituliskan dalam persamaan berikut
ini :

Faktor beban dapat diketahui dari kurva beban, sedangkan untuk


perkiraan besaran factor beban di masa yang akan datang dapat
didekati dengan data statistik yang ada berdasarkan beban.
Faktor Kebutuhan (DF = Demand Factor)
Merupakan perbandingan antara beban puncak dengan beban
terpasang yang dapat ditulis dengan persamaan berikut :

Yang dimaskud dengan beban terpasang adalah jumlah kapasitas dari


semua beban sesuai dengan kapasitas yang tertera pada papan nama.
Besarnya faktor kebutuhan dinyatakan dengan % dan dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu :

a. Besarnya beban terpasang


Sebagai contoh : Rumah tinggal yang mempunyai beban terpasang
yang relatif besar pada umumnya memiliki faktor kebutuhan yang lebih
rendah bila dibandingkan dengan rumah tinggal yang mempunyai beban
terpasang yang lebih kecil
b. Sifat pemakaian
Toko toko, pusat perbelanjaan, kantor-kantor dan bangunan industri
biasanya memiliki faktor deman yang rendah.
Faktor Diversitas (DF = diversitas factor)
Didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah demand dari unit-unit
beban terhadap demand maksimum dari keseluruhan beban yang dapat
didefinisikan pada persamaan di bawah :
Faktor Coincident (CF = coincident factor)
Perbandingan antara demand maksimum seluruh beban dengan jumlah
demand maksimum masing-masing unit beban. Yang didefinisikan
dengan rumus di bawah :

Faktor Rugi-rugi Beban


Didefinsikan sebagai perbandingan antara rugi dan rata-rata terhadap
rugi daya pada beban puncak pada periode waktur tertentu.
Faktor rugi-rugi beban merupakan rugi-rugi sebagi fungsi waktu,
berubah sesuai dengan fungsi dari waktu kuadrat. Faktor rugi-rugi ini
tidak dapat ditentukan langsung dari faktor beban. Berdasarkan
pengalaman dan percobaan yang dilakukan oleh Buller dan Woodrow
dengan menganalisa ratusan grafik, diperoleh persamaan sebagai
berikut :

dengan LLF = Faktor rugi-rugi

LF = Faktor beban

Factor Penggunaan (UF = utility factor)


Didefinisikan sebagai perbandingan antara demand maksimum dengan
kapasitas nominal dari system pencatu daya. Persamaan di bawah
menggambarkan definisi ini :

Demand maksimum system dapat dicari dari kurva beban atau dengan
menghitung beban terpasangnya. Demand maksimum merupakan
perkalian antara beban terpasang dengan factor demand.

368
Metode Peramalan Beban dan Kebutuhan

Y 0 1 x

Prakiraan beban (Load forecasting)


Perencaan sistem distribusi memerlukan prakiraan (forecasting) beban
masa depan. Kualitas dan akurasi perencanaan sistem tergantung pada
kualitas dan akurasi data dan prakiraan beban. Dalam perencanaan
sistem distribusi meliputi penentuan ukuran, lokasi dan perubahan waktu
masa depan, seperti sejumlah komponen-komponen sistem (substasion,
saluran, penyulang, dan sebagainya).
Lokasi geografis beban-beban dianalisa menggunakan pendekatan area
yang kecil (small area), yang mana dibagi daerah pelayanan utilitas ke
dalam sejumlah area kecil dan prakiraan beban pada setiap salah
satunya, oleh sebab itu akan dapat ditentuan dimana dan berapa
banyak yang akan dikembangkan. Ada dua metode untuk membagi
sistem ke dalam area kecil :
(a) Melaksanakan prakiraan dalam perihal penyulang, substasion, atau
wilayah (zone) ditetapkan oleh komponen-komponen distribusi, atau
(b) Melaksanakan prakiraan dalam perihal grid seragam (uniform grid),
berbasis pada pemetaan sistem koordinasi.
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Metodologi berbasis grid (b) memerlukan pertimbangan data input, tidak
hanya historis rekaman beban dalam setiap blok grid, tetapi juga
ekonomi, sosial, demografis dan penggunakan informasi pertanahan,
untuk memperoleh hasil yang akurat. Untuk kebanyakan utilitas, adalah
sulit untuk memperoleh data-data yang lengkap tersebut di atas.
Prakiraan distribusi beban dengan menggunakan metode (a) di atas
hanya diperlukan data historis beban beberapa tahun, yang mana
dengan mudah didapat pada setiap utilitas. Batas pertambahan atau
pengurangan beban akan dievaluasi dengan memperhatikan terhadap
elemen-elemen penting lainnya, seperti termasuk pertanahan, air,
seperti faktor-faktor ekonomi dan sosial, bahwa akan memberi pengaruh
yang kuat pada kecendrungan prakiraan beban.
Teknik multi regressi berbasis kepada historis data beban untuk setiap
komponen distribusi. Melalui polinomial berikut adalah kurva khas yang
tepat :

370
. . . . . (2.56)
dengan

- Estimasi beban komponen i untuk tahun t

- Jumlah tahun

Substitusikan , ke
persamaan (2.56) menjadi

. . . . . . (2.57)

Umpama bahwa N ditetapkan nilai untuk


disesuaikan terhadap N tahun dari historis rekaman beban adalah
diutarakan melalui:

Menerapkan paling sedikit metode estimasi kesalahan kuadrat,


persamaan normal berikut dapat diperoleh :

......... ......... (2.58)

Koeffisien dapat diperoleh melalui pemecahan


persamaan (2.58), seketika koeffisien b diperoleh, perkiraan beban
dapat dikerjakan melalui substitusi jumlah tahun menjadi perkiraan ke
dalam persamaan (2.56). Ketidakakurasian yang sangat dapat terjadi
dalam beberapa kasus, sebab perbedaan antara kecendrungan data
historis dan kecendrungan pengembangan ke depan. Perkiraan beban
horisontal dapat menstabilkan kecendrungan ke suatu lebih luas,
bahkan perhitungan yang mantap digunakan dengan tepat. Perkiraan
tahun horisontal menambahkan perkiraan beban pada tahun horisontal,
yang mana diperlakukan dengan cara yang sama sebagai beban
historis di dalam perhitungan multi regressi.
Pendekatan yang paling popular terhadap prakiraan komponen distribusi
adalah regressi multi-variabel. Metode multi-regressi konvensional
sering menimbulkan ketidakakurasian dalam banyak kasus. Dalam
penggunaan yang fleksibel dan prakiraan yang lebih akurat, program ini
menggunakan tiga teknik, yang akan diuraikan berikut ini.
Multi-regressi berurutan (Successive multi-regression)
Kerugian utama dari metode multi-regressi konvensional adalah :
(a) Persamaan normal dapat menjadi kondisi yang buruk (ill condition)
dalam beberapa kasus, dan (b) tidak dapat mengidentifikasi variabel
regessi yang penting. Kedua item ini dapat mendorong kearah
ketidaktepatan yang sangat di dalam perhitungan. Metoda multi-regressi
berurutan digunakan dalam program termasuk peningkatan berikut:

(1) Koeffisien korelasi untuk menempatkan S dalam persamaan

(2.58) mendahului terhadap akurasi tinggi dalam resolusi,


didefinisikan sebagai :

......... (2.59)
(2) Multi-regressi berurutan dikerjakan dengan variabel-variabel penting
yang selektif dalam suatu prosedur iteratif. Variabel signifikan
diperkenalkan dalam regressi dan yang tidak penting dikeluarkan.
(3) Variabel-variabel penting dieksiminasi menggunakan t-test yang
signifikan.
Multi-regressi kopling (Coupling multi-regression)
Data historis beban mungkin telah dikontaminasi dalam kaitan dengan
menghubungkan beban antara dua substasion atau penyulang. Beban
boleh ditransfer dari satu substasion atau penyulang ke yang lain untuk
alasan yang sama. Sebagai contoh, beban mungkin ditransfer selama
pembangunan (construction), atau dengan alasan dimana perencanaan
baru atau transformator besar tertunda.
Teknik multi-regressi kopling digunakan untuk mengeleminasi pengaruh
dari pemindahan beban antara dua substasion atau feeder. Paling tidak

372
menimbang metode kesalahan kuadrat terkecil (least square error)
diterapkan untuk menggantikan metode kesalahan kuadrat terkecil yang
konvensional. Dengan pertimbangan yang sama yang dikenakan pada
istilah kesalahan kuadrat (square error terms) bersesuaian terhadap
tahunan dimana transfer beban antara dua substation atau penyulang.
Teknik ini tidak memerlukan besaran (magnitude) dan arah pada transfer
beban sebagai data masukan. Data tambahan yang diperluan adalah
hanya dengan beban transfer tahunan mengambil tempat.
Teknik deret waktu stokastik (Stochastic time series technique)
Yang termasuk teknik ini sebagai berikut :
(1) Data historis beban dapat dipandang sebagai deret waktu diskret
(discrete time series) adalah tidak stasionari dan berisi suatu
kecendrungan pertumbuhan (untuk perekaman beban tahunan) atau
variasi periodik (untuk perekaman beban bulanan). Kecendrungan
pertumbuhan dan variasi periodik dapat disaring oleh penggunaan
teknik difrensial forward untuk memperoleh deret waktu stationari
(2) Diberikan deret runtun waktu stationari :

model linier berikut dapat diterapkan :

......... (2.60)
dimana

......... (2.61)

adalah titik tengah deret waktu dan adalah istilah noise

dalam persamaan (2.60) disebut koefisien auto-korelasi parsial dapat


diestimasi melalui penggunaan persamaan Yule-Walker :

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.62)
dimana disebut koefisien auto-korelasi dan dapat dihitung
menggunakan persamaan :

......... (2.63)

(3) Setelah dihitung menggunakan persamaan (2.62), prakiraan dapat


dikerjakan melalui persamaan :

......... (2.64)
Hasil prakiraan dari persamaan (2.64) adalah sesuai terhadap deret
waktu yang diperlukan. Prakiraan untuk deret waktu beban diskret
orisinil dapat diperoleh melalui penggunaan teknik difrensial backward
(backward differencing technique).

Penerapan dari ketiga teknik prakiraan adalah sebagai berikut :


2) Metode multi regressi yang membutuhkan data historis beban dan
perhitungan beban horison tahunan. Dimana perhitungan tahun
horison adalah refleksi dari ekonomi, keuangan atau lingkungan pada
pertumbuhan beban.
3) Metode teknik deret waktu stokastik untuk melaksanankan prakiraan
beban hanya memerlukan data historis beban beberapa tahun.
4) Metode multi-regressi kopling untuk melaksanakan prakiraan beban
untuk 2 substasion atau penyulang berkenaan dengan transfer
beban. Diperlukan data tambahan, untuk prakiraan energi (MWh),
diperlukan informasi tentang transfer beban tahunan mengambil
tempat, dan untuk prakiraan kW atau kVA dimana transfer beban
tahunan hanya mengambil tempat dalam periode beban puncak

374
diperlukan. Program tidak membutuhkan terhadap besaran input
maupun arah perpindahan beban.

D. Aktifitas Pembelajaran
Aktivitas pembelajaran dimulai dengan membaca seluruh bagian dari kegiatan
pembelajaran ini, disarankan anda membaca secara berurutan, sehingga
anda mengetahui tujuan dan indikator capaian kompetensi. Belajar dengan
menggunakan modul ini dituntut kemandirian dan kejujuran anda terhadap diri
sendiri. Beberapa kegiatan yang juga harus anda lakukan:
1. Membaca sumber bacaan lain, yang berhubungan dengan materi pada
kegiatan pembelajaran ini.
2. Mengerjakan latihan/tugas sebagai tagihan (pada pembelajaran on line)
dalam pembelajaran ini.
3. Apabila ada bagian-bagian yang belum anda kuasai sesuai yang
diharapkan, ulangi kembali dengan tidak tergesa-gesa.
4. Jawablah pertanyaan pada bagian Latihan/kasus/tugas pada Lembar
Kerja yang telah disediakan
5. Jika Saudara bisa menjawab pertanyan-pertanyaan pada bagian
6. latihan/kasus/tugas dengan baik.
.
E. Latihan
1. Jelaskan Tujuan umum perencanaan faktor-faktor lain yang dapat menjadi
input terkait dalam perencanaan sistem distribusi !
2. Sebutkan perioda perencanaan sistem distribusi !
3. Ada dua metode untuk membagi sistem ke dalam area kecil, jelaskan !
4. Jelaskan kriteria pemilihan gardu yang ideal !
5. Jelaskan istilah-istilah berikut Kebutuhan Maksimum (Maximum Demand),
Diversitas kebutuhan (Diverisfied Demand), Faktor Beban (LF = Load Factor)
Faktor Kebutuhan (DF = Demand Factor) !

LEMBAR KERJA KB-6

1. Jelaskan Tujuan umum perencanaan faktor-faktor lain yang dapat menjadi


input terkait dalam perencanaan sistem distribusi !
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
............................................................................................................................
2. Sebutkan perioda perencanaan sistem distribusi !
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
............................................................................................................................
3. Ada dua metode untuk membagi sistem ke dalam area kecil, jelaskan !
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
............................................................................................................................
4. Jelaskan kriteria pemilihan gardu yang ideal !
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
............................................................................................................................
5. Jelaskan istilah-istilah berikut Kebutuhan Maksimum (Maximum Demand),
Diversitas kebutuhan (Diverisfied Demand), Faktor Beban (LF = Load Factor)
Faktor Kebutuhan (DF = Demand Factor) !
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
............................................................................................................................

F. Rangkuman
Perencanaan sistem distribusi energi listrik merupakan bagian yang esensial
dalam mengatasi pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang cukup pesat.
Perencanaan diperlukan sebab berkaitan dengan tujuan pengembangan
sistem distribusi yang harus memenuhi beberapa kriteria teknis dan layak
ditinjau dari segi investasi.
Perencanaan sistem distribusi ini harus dilakukan secara sistemik dengan
pendekatan yang didasarkan pada peramalan beban untuk memperoleh suatu

376
pola pelayanan yang optimal. Perencanaan yang sistemik tersebut akan
memberikan sejumlah proposal alternatif yang dapat mengkaji akibatnya yang
secara langsung berhubungan dengan aspek keandalan dan ekonomis.
Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka tahap awal yang diperhatikan
dalam proses perencanaan sistem distribusi ini berkaitan dengan minimisasi
biaya jaringan sub transmisi, gardu induk, investasi pada jaringan primer dan
sekunder serta biaya susut energi tanpa harus menurunkan kriteria teknis
yang diperlukan, Peramalan beban, Pengembangan Gardu, Pemilihan Letak
Gardu, Pemilihan Level Tegangan Penyulang Primer, Pembebanan
Penyulang Primer, Faktor faktor investasi, Model Perencanaan Sistem
Distribusi, Peramalan Beban dan Kebutuhan Energi Listrik.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Umpan Balik :
1. Dapat Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,
spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
2. Dapat Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan
aspek fisik, intelektual, sosial, emosional, moral, spiritual, dan latar
belakang sosial budaya.
3. Dapat Mengidentifikasi kesulitan belajar siswa serta memberikan solusi
kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Tindak Lanjut :
1. Penguatan dan penghargaan diberikan kepada peserta diklat yang
telah memenuhi stanndar
2. Teguran yang bersifat mendidik dan memotivasi diberikan kepada
peserta diklat yang belum memenuhi standar
3. Peserta diklat diberi kesempatan untuk mengikuti diklat lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Aris munandar , S Kuwara . 1982. Teknik Tenaga listrik Jilid 1. Jakarta: PT


Pradya Paramita,
A.Arismunandar & S. Kuwahara, (1973) : Teknik Tenaga Listrik, Jilid 2 :
Saluran transmisi, Jakarta : Pradnya Paramita.
Arismunandar. 2000. Buku Pegangan Teknik Listrik Jilid 1 dan Jilid 2.
Jakarta: Pradnya Paramita
Artono Arismunandar, (1975) : Teknik Tegangan Tinggi, Jakarta : Pradnya
Paramita.
A.S. Pabla, (1986) : Sistem Distribusi Daya Listrik, terjemahan Abdul Hadi,
Jakarta : Penerbit Erlangga.
J.B. Gupta, (1981 ) : A Course in Electrical Power, Sixth Edition, Ludhiana
(India) : Katson Publishing House
Nur, M. 1998. Teori-teori Perkembangan. Surabaya: Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.
Nur, M. & Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa Dan
Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran. Surabaya :
Universitas Negeri Surabaya University Press.
Nur, M. 2011. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: PSMS Unesa.

PP. APEI (2006), Materi Kursus/Pembekalan Uji Keahlian Bidang Teknik Tenaga
Listrik Kualifikasi : Ahli Madya.

Albert Paul Malvino. 2003. Prinsip-Prinsip Elektronika . Jakarta :Salemba


Teknika.
Boggas L. Tobing. 2003. Peralatan Tegangan Tinggi. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama
Dugan, Roger C., Electrical Power Systems Quality, New York: The McGraw-Hill
Companies, 2004.
Frank D. Petruzella (2000), Elektronik Industri, ANDI Yogyakarta.
http://hutapealodien.blogspot.co.id/p/gardu-induk.html
Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Joyce Bruce. Et al. 2000. Models of Teaching. 6th Ed. Allyn & Bacon: London

378
Muhammad Taqiyyuddin Alawiy. 2006 Proteksi Sistem Tenaga Listrik Seri
Relay elektromagnetis. Malang : Fakultas Teknik Universitas Negeri
Malang
Mustagfirin Amin. Dkk. 2013. Gardu Induk Semester 3 Kelas XI. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan
Menga-jar. Jakarta: Bumi Aksara
Sulasno 1990. Pusat Pembangkit Tenaga Listrik. Semarang : April
Theraja, B.L. & Theraja, A.K., A Text Book of Electrical Technology, New Delhi:
S.Chand and Company Ltd., 2001..
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada .
Steven Sim. 2011. PUIL 2011 (Persaratan Umum Instalasi Listrik).
Jakarta : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktoral
Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi.
Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Gaung Persada Press.
. 1972. Teknik Tenaga Listrik Jilid III Gardu Induk. Jakarta:
Pradnya Paramita
Djiteng Marsudi. 1990. Operasi Sistem Tenaga Listrik . Jakarta :
Badan Penerbit dan Humas ISTN
http://dokumen.tips/documents/makalah-sistem-proteksi-transmisi-
tenaga-listrik.html
http://tekniklistrikumum.blogspot.co.id/2013/11/sistem-proteksi-pada-
transformator.html
http://www.slideshare.net/syahrulramazan/makalah-pak-maimun

Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar.


Bandung: Tarsito
Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Joyce Bruce. Et al. 2000. Models of Teaching. 6th Ed. Allyn & Bacon: London
Mustagfirin Amin. Dkk. 2013. Gardu Induk Semester 3 Kelas XI.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sadiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada
Steven Sim. 2011. PUIL 2011 (Persaratan Umum Instalasi Listrik).
Jakarta : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral,
Direktoral Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi.
Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar
Menga-jar. Bandung: Sinar Baru.
Suhadi, dkk. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 3. Jakarta :
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Sinar Baru.

Sutrisno. (2000). Sistem Proteksi Tenaga Listrik. Bandung: Institut


Teknologi Bandung Press.
Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Yamin, Martinis. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Gaung Persada Press.
Zuhal. 2000. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

380
GLOSARIUM
beban harian motor listrik terbakar
beban puncak motor tidak mau berputar
beban rata-rata motor terlalu cepar putarannya
beban tahunan mutu tenaga listrik
belitan operator system
belitan primer operation planning
belitan skunder operasi
biaya poduksi operasi unit pembangkit
black start output
blow down (air ketel) over heating
boiler pemadam kebakaran
breakdown voltage pembangkitan tenaga listrik
buffer baterey pemeliharaan dan sop
bushing pemeliharaan bulanan
circulating water pump pemeliharaan alat komunikasi pada pusat
condition based maintenance pembangkit
control room pemeliharaan generator dan governor
debit air pemeliharaan harian
diagram AVR pemeliharaan instalasi pada pusat pembangkit
diagram beban listrik
diagram excitacy pemeliharaan mingguan
dokumen sop pemeliharaan periodik
energi listrik pemeliharaan PLTU
energi mekanik pemeliharaan rutin
energi primer pemeliharaan sistem kontrol
exitacy pemeliharaan sumber dc
flashover pemeliharaan transformator
frekuensi pemeliharaan triwulan
gangguan belitan kutub pemeriksaan transformator
gangguan dan kerusakan penggerak mula
gangguan elektrik generator pengujian transformator
gangguan mekanis generator pengukuran frekuensi
gangguan, pemeliharaan dan perbaikan penyaluran tenaga listrik
generator sinkron penyaring pengait
gangguan, pemeliharaan dan perbaikan motor penyediaan tenaga listrik
asinkron perbaikan dan perawatan genset,
gangguan pada mesin dc perkiraan beban,
generator PLTA
generator asinkron PLTD
generator arus searah shunt PLTG
generator dc PLTGU
generator dc dengan 2 kutub PLTN
generator dc shunt 4 kutup PLTP
generator listrik PLTU
generator main excitacy penyimpanan alat ukur
generator sinkron power generator
generator sinkron 3 phasa power plant
geothermal predictive maintenance
instalasi pemakain sendiri prime mover
instalasi pendingin pusat listrik tenaga thermo
instalasi penerangan pusat listrik tenaga hydro
instalasi tegangan tinggi sistem excitacy
instalasi tegangan rendah sistem excitacy dengan sikat
instalasi telekomunikasi sistem excitacy tanpa sikat
instalasi sumber energi sop blower
kendalan pembangkit sop operator boiler lokal
kegiatan pemeliharaan sop sistem kelistrikan
kendala operasi start nor mal stop
konversi energi primer suku cadang
koordinasi pemeliharaan perkembangan teknologi pembangkitan
kualitas tenaga listrik time based maintenance
laporan kerusakan top overhaul
laporan pemeliharaan transformator
laporan dan analisis gangguan turbin pelton
main generator turbin crossflow
main exciter turbin air
maintenance trip coil
manajemen operasi turbin francis
manajemen pemeliharaan turbin gas

382
medan magnet turbin kaplan
mencari kerusakan generator sinkron turbin uap
menentukan letak kerusakan motor dc turbocharger

beban harian motor listrik terbakar


beban puncak motor tidak mau berputar
beban rata-rata motor terlalu cepar putarannya
beban tahunan mutu tenaga listrik
belitan operator system
belitan primer operation planning
belitan skunder operasi
biaya poduksi operasi unit pembangkit
black start output
blow down (air ketel) over heating
boiler pemadam kebakaran
breakdown voltage pembangkitan tenaga listrik
buffer baterey pemeliharaan dan sop
bushing pemeliharaan bulanan
circulating water pump pemeliharaan alat komunikasi pada pusat
condition based maintenance pembangkit
control room pemeliharaan generator dan governor
debit air pemeliharaan harian
diagram AVR pemeliharaan instalasi pada pusat
diagram beban pembangkit listrik
diagram excitacy pemeliharaan mingguan
dokumen sop pemeliharaan periodik
energi listrik pemeliharaan PLTU
energi mekanik pemeliharaan rutin
energi primer pemeliharaan sistem kontrol
exitacy pemeliharaan sumber dc
flashover pemeliharaan transformator
frekuensi pemeliharaan triwulan
gangguan belitan kutub pemeriksaan transformator
gangguan dan kerusakan penggerak mula
gangguan elektrik generator pengujian transformator
gangguan mekanis generator pengukuran frekuensi
gangguan, pemeliharaan dan perbaikan penyaluran tenaga listrik
generator sinkron penyaring pengait
gangguan, pemeliharaan dan perbaikan penyediaan tenaga listrik
motor asinkron perbaikan dan perawatan genset,
gangguan pada mesin dc perkiraan beban,
generator PLTA
generator asinkron PLTD
generator arus searah shunt PLTG
generator dc PLTGU
generator dc dengan 2 kutub PLTN
generator dc shunt 4 kutup PLTP
generator listrik PLTU
generator main excitacy penyimpanan alat ukur
generator sinkron power generator
generator sinkron 3 phasa power plant
geothermal predictive maintenance
instalasi pemakain sendiri prime mover
instalasi pendingin pusat listrik tenaga thermo
instalasi penerangan pusat listrik tenaga hydro
instalasi tegangan tinggi sistem excitacy
instalasi tegangan rendah sistem excitacy dengan sikat
instalasi telekomunikasi sistem excitacy tanpa sikat
instalasi sumber energi sop blower
kendalan pembangkit sop operator boiler lokal
kegiatan pemeliharaan sop sistem kelistrikan
kendala operasi start nor mal stop
konversi energi primer suku cadang
koordinasi pemeliharaan perkembangan teknologi pembangkitan
kualitas tenaga listrik time based maintenance
laporan kerusakan top overhaul
laporan pemeliharaan transformator
laporan dan analisis gangguan turbin pelton
main generator turbin crossflow
main exciter turbin air

384
maintenance trip coil
manajemen operasi turbin francis
manajemen pemeliharaan turbin gas
medan magnet turbin kaplan
mencari kerusakan generator sinkron turbin uap
menentukan letak kerusakan motor dc turbocharger

Anda mungkin juga menyukai