Anda di halaman 1dari 16

BAB 5

KONDUKSI DAN TEMBUS DALAM MEDIA

Tujuan bab
Bab ini akan memberikan pemahaman sifat-sifat, karakteristik dan teori-teori terhadap
bahan isolasi, baik berupa gas, cair dan padat. Dengan mempelajari bab ini dan
latihannya diharapkan anda mampu menguasai teori-teori dasar konduksi dan tembus
tegangan dalam media. Dan selanjutnya akan dapat mengaplikasikannya dan melakukan
test terhadap bahan isolasi.

Pengertian
Bahan isolasi adalah salah satu komponen tenaga listrik yang sangat penting disamping
bahan konduktor. Kedua bahan ini mempunyai sifat listrik yang berlawanan, isolator
berfungsi untuk mencegah aliran arus listrik sedangakan konduktor berfungsi
sebaliknya. Dikarenakan fungsi yang penting tersebut maka pemakaian bahan isolator
ditenaga listrik sangat luas digunakan sehingga kajian-kajian tentang bahan ini selalu up
to date dan memunculkan metoda, formulasi dan bahkan teori baru.

5.1Pendahuluan
Media isolasi dalam teknik listrik merupakan bahan yang berfungsi untuk mencegah
aliran arus listrik didalamnya bila diberi beda tegangan. Namun dalam praktek fungsi
media isolasi tidak seideal yang dibayangkan. Bila media isolasi diberi beda tegangan
rendah maka akan mengalir arus yang sangat kecil sekali (orde mikro amper).
Sebaliknya bila mendapat beda tegangan tinggi maka arus naik dengan tajam dan terjadi
tembus tegangan (flash over / break down) yang mengalirkan arus sangat besar sekali.
Phenomena konduksi dan tembus tegangan di dalam media isolasi ini merupakan kajian
yang sangat menarik karena setiap media mempunyai sifat-sifat tertentu sehingga
memunculkan teori-teori, seperti teori Towsend dalam media gas.

5.2 Media gas sebagai isolator


Gas pada dasarnya bersifat isolator yang banyak ditemui di berbagai peralatan listrik
sebagai media untuk mengalangi aliran arus listrik. Ada beberapa gas yang digunakan di
sini seperti nitrogen (N2), carbon dioxide (CO2), freon (CCl2F2) dan surphur
hexafluoride (SF6).

Aplikasi gas sebagai media isolator terdapat berbagai macam phenomena bila mendapat
tegangan. Bila tegangan rendah maka arus yang mengalir akan kecil sekali., yang dalam
hal ini gas bersifat isolator sebagai menahan aliran arus di antara elektroda-
elektordanya. Sebaliknya bila tegangan yang digunakan adalah sangat besar maka akan
terjadi tembus listrik (electrical breakdown). Tembus ini akan membuat aliran arus yang
sangat besar sehingga media gas akan bersifat konduksi atau terjasi hubung singkat di
antara elektroda-elektrodanya. Ada beberapa phenomena yang terjadi pada media gas
sebagai isolator, yaitu:
1. Bila diterapakan tegangan rendah akan mengalir arus kecil di antara dua
elektroda dan masih dalam sifat isolator.
2. Bila diterapakan tegangan tinggi akan mengalir arus yang meningkat dengan
tajam dan terjadi tegangan tembus.
3. Terbentuknya konduksi parsial selama proses break yang menghasilkan arus
hubungan singkat di antara elektroda.
4. Penerapan tegangan maksimum pada isolasi saat break down di sebut dengan
tegangan break down.
5. Phenomena breakdown dalam gas merupakan sifat listrik yang menghasilkan
arus tinggi yang esensial.

Pelepasan muatan listrik dalam gas dapat dibedakan menjadi dua type, yaitu:
-Non-sustaining
-Self-sustaining
Ada beberapa terminologi dan definisi yang digunakan, yaitu:
 Tegangan tembus dalam gas disebut spark break down yang merupakan transisi
dari non-sustaining discharges ke self-sustaining discharges.
 Peningkatan arus tinggi dalam kejadian break down adalah karena suatu proses
yang disebut dengan ionisasi yang mana elektron-elektron dan ion-ion dibentuk
dari atom-atam/molekul-molekul netral, dan mereka bergerak ke anoda dan
katoda yang diikuti terjadinya arus tinggi.

Tegangan tembus dan proses ionisasi merupakan phenomena yang menarik untuk dikaji
dalam media gas ini. Sampai saat ini terdapat dua teori yang terkenal, yaitu:
-Townsend theory and
-Steamer theory (mechanism for breakdown)
Variasi kondisi fisik dari gas yang beruapa tekanan, temperatur, elektrik konfigurasi,
permukaan elektroda dan adanya partikel awal untuk konduksi adalah dikenal untuk
mengatur proses ionisasi.

5.2.1 Ionisasi proses


Proses ionisasi merupakan awal dari terjadinya proses break down dari gas. Ada
beberapa ionisasi yang terjadi dalam medium gas, yaitu ionisasi by collision, photo
ionisasi dan scondari ionisasi.

Ionisasi by collision
Terjadi ionisasi sebagai akibat tabrakan elektron bebas terhadap atom netral, sehingga
atom menjadi muatan positif dengan mengeluarkan dua elektron bebas.

e  A  A   2e .................................................5.1
Penembahan elektron-elektron bebas dengan sendirinya membuat pengionan tabrakan
(ionsasing collisions) dan kemudian proses ini berulang dengan sendirinya. Sebagai
akibatnya tebentuk jumlah elektron yang banyak dan bersamaan juga terbentuk ion
positip yang bayak juga. Kedua muatan listrik ini akan mengalir ke elektroda-elektoda
dengan arah yang berlawanan sehingga tejadi arus listrik.

Photo ionisasi
Phenomena lain yang berhubungan dengan ionisasi adalah radiasi atau photo-ionisasi,
ini berhubungan dengan interaksi antara radiasi dengan materi (bahan). Photo ionisasi
terjadi apabila energi radiasi diserap oleh atom atau molekul yang melebihi potensial
ionsasinya.

hv  A  A   e ..........................................................................................5.2

Ionisasi terjadi bila

h
c
Ei ................................................................................................5.3

Dimana h adalah kontanta Plank, c adalah kecepatan cahaya, lamda adalah pajang
gelombang dari radiasi dan Ei adalah energi ionisasi atom. Untuk energi dalam elektron
volt (eV) maka persamaan di atas menjadi

1,27 6
 10 cm
Ei
..........................................................................................5.4

Sebagai catatan panjang gelombang radiasi 1250 A 0(Amtrong) sudah dapat


menyebabkan terjadinya photo-ionisasi di hampir semua jenis gas.

Sekondari ionisasi proses


Yang mana secondari elektron-elektron terbentuk karena mempertahankan pelepasan
muatan setelah proses ionisasi terjadi oleh tabrakan dan photo-ionisasi. Prosesnya
adalah sebagai berikut.

a. Pancaran/pelepasan elektron (electron emission) karena dampak ion positif. Ion-


ion posistif dibentuk karena ionisasi oleh tabrakan atau photo-ionisasi dan
bermuatan positif, muatan-muatan ini bergerak menuju katoda.

b. Pancaran/pelepasan elektron (electron emission) karena radiasi/photo. Hal ini


menyebabkan elektron keluar dari metal. Ini terjadi apabila diberikan cukup
energi untuk melampaui batas tegangan permukaan bahan. Kondisi kritis
pelepasan elektron dari permukaan metal adalah

hf   ..........................................................................................5.5
Dimana: φ adalah fungsi kerja dari elektroda metal
f adalah frekuensi dan batas ambangnya adalah bila


ft  ..........................................................................................5.6
h

Contoh dan penyelesaian Permukaan

Tentukan batas ambang frekuensi terjadinya emisi radiasi dari metal nikel bila diketahui
fungsi keranya adalah φ =4,5 eV.

Jawab: ft=2755 A0

Electron attachment process

Tabrakan elektron pada atom atau molekul dapat juga membentuk ion negatif, yang
mana ion negatif ini disebut dengan attachment collisions. Proses terbentuknya
tergantung pada energi yang dimiliki elektron yang menabrak dan kondisi alam gas.
Adpun prosesnya sebabagi berikut.

Atom  e  k  negative atomic ion  (E a  K ) .............................................5.7

Dimana: k adalah energi kinetik


Ea adalah affiniti elektron

5.2.2 Towsend teori


Dalam proses ionisasi pada tabrakan akan terbentuk ion positip dan elektron dan
menurut Towsend berlaku persamaan berikut

I  I 0 d .................................................................................................5.7

Persamaan ini dikenal dengan persamaan Towsend pertama, I0 adalah arus awal pada
katoda, alpa adalah kontanta Towsend pertama dan d adalah jarak dari anoda ke katoda.
Untuk keadaan break down terjadi arus yang sangat besar sekali dan persamaan
Towsend pertama ini tidak dapat menjelaskan phenomena ini. Untuk mengakomodasi
phenomena break down Towsend merumuskan sebagai berikut

I 0 d
I ..................................................................................5.8
1   [d  1]
Persamaan ini dikenal dengan persamaan Towsed kedua. Keaadaan tembus terjadi
apabila arus sangat besar sekali, sehingga penyebut dari persamaan diatas sama dengan
nol.

 [d  1]  1 ..........................................................................................5.9

Atau

d  1 ...............................................................................................5.10

Gambar berikut ini menunjukan persamaan Towsend pertama masih belum terjadi break
down walaupun kenyataannya sudah terjadi pada tegangan Vs.

Current

breakdown
Self sustaining discharge I  I 0 ed

Non-sustaining discharge

Io

To T1 Ts
Volt
Vs
Gambar 5.1: Karakteristik pelepasan muatan

5.2.3 Streamer teori breakdown dalam gas


Teori ini disebabkan oleh kegagalan dari teori Towsend. Ada dua alasan kuat yang
mendasarinya yaitu:

Pertama: berdasarkan teori Towsend, peningkatan arus hanya terjadi sebagai hasil
dari proses ionisasi. Namun dalam praktek, tembus tegangan tergantung
pada tekanan dan bentuk geometri dari celah.

Kedua : berdasarkan teori Towsend, prediksi keterlambatan waktu dalam orde


10-5 detik. Tapi dalam praktek, pada observasi break down terjadi dalam
tenggang waktu yang pendek yaitu 10-8 detik.

Jadi kegagalan mekanisme Towsend dapat dijelaskan dari dua macam phenomena
observasi di atas. Sekitar tahun 1940, Raether dan Meek-Loeb secara terpisah telah
mengusulkan teori pita (streamer teori). Teori ini meramalkan perkembangan pelepasan
muatan (spark discharge) secara langsung dari lonsoran tunggal (a single avalance) yang
mana muatan rungan bertumbuh karena lonsoran itu sendiri dan ini disebut tranformasi
lonsoran ke pita plasma (a plasma stremer). Dua gambar berikut menjukan mekanisme
dari teori streamer ini.

+ Anode
+ Anode
+ ++ + - + - +-
+ -
+ +
+ +- + - +- +-
E1>E + +
+
+
+ +- + - +- +-
- +
+
+
+-
+ - +-
+ -

E +- + - +-
+
+ +-
+ + + B)
A) + + +- + - C)
+
E3>E +
+
+
+- +-
+ - + -

-Cathode -Cathode
Gambar 5.2: Mekanisme teori pita

Proses mekanismenya adalah


1. Elektron tunggal mulai dari katoda dengan ionisasi membentuk sebuah
lonsoran yang melewati celah (anoda-katoda).
2. Lonsoran bergerak sangat cepat bila dibandingkan dengan ion-ion positif.
3. Sementara elektron sudah mencapai anoda, ion-ion positif dalam kenyataannya
masih hampir tidak bergeser (original position) dan membentuk suatu ruang
muatan positif pada anoda.
4. Lonsoran-lonsoran kedua terbentuk dari beberapa elektron yang dihasilkan
pada photo-ionisasi dalam wilayah muatan ruang.
5. Kejadian pertama dekat anoda dimana ruang muatannya adalah maksimum,
seterusnya meningkat dalam ruang muatan.
6. Prosesnya sangat cepat sekali dan ruang positif meluas menunju katoda dengan
hasil yang sangat banyak dan membentuk sebuah pita ( astreamer).

Selanjutnya Meek mengusulkan sebuah perkiraan medan listrik yang mentransformasi


lonsoran ke sebuah pita, yaitu
 E d
ad  ln  14,5  ln  0,5 ln ..........................................................5.11
p p p

Dimana: r adalah jari-jari


α adalah koefisien Towsend pertama
p adalah tekanan gas dalam torr
x adalah jarak dimana pita telah diluaskan dalam celah

Mengikuti persamaan Meek ini, tegangan tembus minimum dinyatakan oleh Er=E dan
x=d. Jadi persamaannya menjadi sederhana yaitu

d ......................................................5.12
E  5,27 x10  7 V / cm
[ x / p ]1 / 2

Hukum Paschen
Sedangakan Paschen membuat kriteria dalam menentukan tegangan tembus dalan media
gas, dengan model sebagai berikut
 E E V
 (ed  1)  1, let  f1   and   f 2  , also E 
p p
  p
  d ..............................5.13

Kemudian diserderhanakan menjadi


 V   pdf1  pd  
 V 

f 2   e  1  1 ..............................................................................5.14
 pd   

Dimana f1 dan f2 adalah fungsi alam. Misalkan V= f(pd), ini dikenal sebagai hukum
Paschen dan sangat penting bagi dunia teknik tegangan tinggi. Tabel berikut ini adalah
hasil ekprimen dari Paschen.

Tabel 5.1: Tegangan tembus minimum dari berbagai media gas


Vs(min) Pd pada Vs(min)
Gas
(Volt) (torr-cm)
Udara 327 0,567
Argon 137 0,900
H2 273 1,15
Helium 156 4,000
CO2 420 0,510
N2 251 0,670
N2O 418 0,500
O2 450 0,700
SO2 457 0,330
H2S 414 0,600

5.3Media cairan sebagai isolator


Cairan sebagai isolator mempunyai kekuatan dielektrik lebih dari 10 kali kekuatan
dielektrik gas. Umumnya secara praktis digunakan sebagai isolator yang sama halnya
seperti media padat dan gas. Misalnya, digunakan pada kabel tegangan tinggi, kapasitor,
trafo dan circuit breaker, dan lainnya.

Komposisi dari dielektrik cairan adalah campuran dari Hydrocarbons dengan polarisasi
yang sangat lemah (weakly polarised), dan bebas dari uap air/embun (moisture),
oksidasi (oxidation) dan konstaminasi laninya (other contaminats). Hal-hal tersebut
sangat mempengaruhi kekuatan listrik (electrical strangth) dari cairan, miasalnya adanya
air dalam minyak trafo (oil transformer) akan menurunkan kekuatan listrik sebesar 20%.

5.3.1 Minyak trafo


Salah satu penggunaan cairan sebagai isolator adalah minyak trafo. Minyak trafo
mempunyai dielektrik cairan yang terdiri dari campuran:
1.Hydrocarbons which include paraffins,
2.iso paraffins, naphthalenes and
3.aromatics.

Minyak trafo ini selalu dijaga kemurniannya sehingga kekuatan tembus tegangannya
tida turun, kekuatan tembus minyak trafo yang layak pakai adalah 80-120 kV/cm. Jadi
minyak trafo yang baru mempunyai kekuatan listrik 120 kV/cm. Adanya pengaruh-
pengaruh penurunan kekuatan listrik yang disebabkan oleh lama waktu pemakain
mengakibatkan sifat isolator minyak menurun dan bila tegangan tembusnya dibawah 80
kV/cm maka minyak harus diganti. Pengaruh pembentukan asam-asam dan resin, atau
lumpur (sladge) membuat minyak trafo berwarna gelap. Pengaruh lain dari asam-asam
ini adalah korosi (corrosive) pada material padat dan metal yang ada dalam trafo.
Endapan dari lumpur pada inti trafo, gulungan (coil), dan dalam saluran pipa akan
menurunkan sirkulasi minyak sehingga sangat perpengaruh pada pendinginan.

5.3.2 Sifat listrik (electrical properties)


Esensi dari cairan sebagai isolator ditentukan oleh perporman kekuatan listriknya.
Perporman ini terdiri dari:
1. Kapasitansi per unit volume atau permitivitas relatif.
2. Resisistansi
3. Faktor daya (atau loss tangen) yang mengindikasikan kehilangan daya bila
diterapkan tegangan ac.
4. Kemampuan menahan tegangan tinggi

Berikut ini adalah data-data untuk permivitas relatif beberapa cairan isolator (relative
permittivity) pada frekuensi 50 Hz :
Transformer oil : 2,2 -- 2,3
Cable oil : 2,3 -- 2,6
Capacitor oil : 2,1
Askerels : 4,8
Silicone oil : 2 -- 73

Sedangkan untuk cairan-cairan yang tidak polar (non-polar liquids), frekuensi tidak
mempengaruhi permitivitas. Namum pada cairan polar, seperti air, permitivitas sangat
dipengaruhi oleh frekuensi. Sebagi contoh permitivitas relatif air adalah 78 pada
frekuensi 50 Hz dan turun dengan tajam menjadi 5 pada frekuensi 1 MHz. Cairan
sebagai isolator yang diterapkan pada tegangan tinggi harus mempunyai resistivitas
lebih besar dari 1016 ohm-metre.

Penerapan tegangan tinggi pada cairan isolator akan menentukan untuk kerjanya dalam
kondisi berbeban. Ini akan menentukan rugi-rugi daya dan parameter penting dalam
sistem (seperti sistem kabel dan kapasitor). Dalam trafo, rugi-rugi dilektrik (dielectric
loss) diabaikan, karena sangat sekali bila dibandingan dengan rugi-rugi lainya (rugi
tembaga dan inti besi).

Kekuatan dielektrik (Dielectric strength) adalah suatu parameter yang sangat penting
dalam memilih cairan untuk diaplikasikan. Dia tergantung pada sifat-sifat atom dan
molekul yang terdapat dalam cairan tersebut. Namun dalam ppkan, adanya gas dalam
cairan, dan sebagainya. Perubahan kekuatan dielektrik dapat juga terjadi karena
perubahan dari sifat-sifat molekul dari cairannya.

Dalam praktek, test tegangan tembus yang mengunakan elektroda bola dengan diameter
0,5 s/d 1,0 cm dengan jarak 100 s/d 200 mikro meter. Tegangan test yang digunakan
rendah dengan orde 50 s/d 100 kV. Konduktivitas dc pada cairan murni adalah sangat
tinggi yang bervarariasi 10-18 s/d 10-20 mho/cm. Tabel berikut ini adalah kekuatan
tegangan tembus maksimum dari beberapa cairan murni.

Tabel 5.2: Kekuatan medan kritis berbagai cairan

Maximum breakdown strength


Liquid ( MV/Cm)
Hexane 1,1 - 3
Benzene 1,1
Transformer oil 1,0
Silicone 1,0 - 1,2
Liquid oxygen 2,4
Liquid nitrogen 1,6 - 1,9
Liquid hydrogen 1,0
Liquid helium 0,7
Liquid argon 1,10 - 1,42

5.3.3 Teori dari dielektrik cairan


Untuk menjelaskan tegangan tembus pada cairan ada beberapa teori yang telah
dipublikasikan, yaitu:

Suspended partical theory


Cairan isolasi yang beredar di pasaran tidak sepenuhnya murni dan cairan ini disebut
dengan cairan komersial. Dalam cairan komersial ini adanya campuran bahan pada tidak
terelakan, seperti fiber atau penyebaran partikel padat. Pemitivitas dari butiran padatan
umumnya lebih besar dari cairan sehingga sangat mempengaruhi permitivitas cairan
komersial pada umumnya. Misalkan partikel padatan itu adalah berbentuk bola dengan
jari-jari r, dalam medan E dan gaya F, maka akan berlaku persamaan berikut
1  2  1
F grad E 2 .......................................................................5.15
2r 2 1   2
3

Dimana indek 1 adalah cairan dan indek 2 adalah partikel padat.

Calvitation and the bubble theory: the breakdown field is given as


1

1  2 ( 2 1   2 )  Vb 2
...............................................5.16
E 0   1
1   2  r 4 2rE0 

Dimana: Indeks 1 adalah cairan dan indeks 2 adalah gelembung udara


σ adalah tekanan permukaan cairan
Vb adalah drop tegangan gelembung udara (bubble)

Untuk medan kritis berlaku persamaan berikut.

   1 
E c  600   G  H , gas law pv  RT .......................................5.17
1R  1   2 

Dimana R adalah jari-jari gelembung gas dan β adalah ratio dari diameter terpanjang
terhadap terpendek dari gelembung gas yang nilainya kira-kira 1,85. Sedangkan G dan
H adalah
1   cosh 1  
G   1 ......................................................5.18
 
 2  1   2  1 1/ 2 

2  1 
H2   2  1  2  ...............................................5.19
3   

Thermal mechanism theory


Tegangan tembus pada kondisi pulsa tegangan disebut dengan tegangan tembus termal.
Mekanisme terjadinya tegangan tembus ini adalah didasarkan pada peningkatan arus
yang sangat besar sebelum terjadinya tembus tegangan (break down). Arus besar yang
menuju permukaan katoda dengan densitas dalam orde 1 A/cm cubit. Densitas pulsa
arus yang tinggi ini menaikan pemanasan setempat (localised heating) dari cairan yang
menujun pada pembentukan uap gelembung gas.

Stressed oil volume theory


Ketidak murnian dari cairan akan menentukan kekuatan tegangan tembus. Tegangan
tembus sangat dipengaruhi oleh jumlah gas dalam cairan, viscosity of the oil, dan
keberadaan bahan-bahan lain. Volume tekanan cairan diambil sebagai volume yang
diisikan antara tekanan maksimum (Emax) contour and 0,9 Emax contour. Melaui teori
ini kekuatan tegangan tembus adalah berbanding terbalik terhadap volume tekanan
cairan. Kenaikan volume tekanan cairan (streesed oil volume) mengakibatkan hasil
yang menurunkan tegangan tembus.

5.4Media padat sebagai isolator


Media padat sebagai isolator sangat banyak dijumpai di lapangan, seperti isolator rantai
tegngan tinggi, karena mempunyai kekuatan dielektrik yang lebih tinggi dari media
cairan dan media gas. Sebagai isolator bertujuan untuk menghabat arus mengalir bila
mendapat perbedaan tegangan. Tegangan tembus pada isolasi padat merupakan suatu
hal yang sangat penting untuk dipelajari karena kelebihan dan terbukti pemakainya yang
sangat luas di teknik tenaga listrik. Mekanisme tembus tegangan pada isolator padat
merupakan phenomena yang komplek, yang tegantung pada waktu tegangan diterapkan.
Gambar berikut ini menunjukan karakteristik kekuatan tembus tegangan tehadap
logaritmik waktu. Pada gamabar ini terlihat mekanisme yang menurun secara invers
terhadap lama waktu.
Breakdown strength

Intrinsic, electro-
mechanical

streamer

thermal

Erosion and electro


chemical

Log Time

Gambar 5.3: Karakteristik kekuatan tembus terhadap


logaritmik waktu pada media padat

Sedangakan mekanisme tembus tegangan diklasifikasikan sebagai berikut.


1. Intrisic or ionic breakdown
2. Electromechanical breakdown
3. Failure due to treeing and tracking
4. Breakdown due to internal discharges

5.4.1 Intrisic or ionic breakdown


Intrisic electric strength adalah bila tegangan yang diterapkan hanya dalam durasi
pendek (order of 10-8 detik), kekuatan dielektrik dari isolasi padat naik dengan tajam
menuju limit atas. Kekuatan dielektrik tertinggi hanya bergantung pada struktur material
dan temperatur. Bahan polyvinyl-alcohol pada -1960C mempunyai kekuatan listrik
maksimum 15 MV/cm dan rengnya berkisar dari 5 MV/cm ke 10 MV/cm. Tegangan
tembus intrisik bergantung pada adanya elektron-elektron bebas yang bergerak melalui
kisi-kisi (lattices) dielektrik. Umumnya sejumlah kecil elektron konduksi ada dalam
dielektrik padat karena struktur yang tidak sepurna dan sedikit ketidakmurnian bahan.
Elektron-elektron terjebak yang dilepaskan dan selanjutkan berpartisipasi pada proses
konduksi. Berdasarkan prinsip ini, ada dua type mekanisme tembus tegangan instrisik,
elektronik dan lonsoran/pita break down.

5.4.2 Electronic breakdown


Elektron-elektron bebas yang diasumsikan menjadi besar karena tabrakan-tabrakan
elektron terjadi. Bilaa ada medan listrik, elektron-elektron medanpat tambahan energi
dan dapat bergerak melewati celah energi (gap energy), yaitu dari band valensi ke band
konduksi. Proses ini terjadi berulang-ulang sehingga makin lama makin banyak elektron
berada pada band konduksi. Selanjutnya akan membawa kepada kondisi breakdown.
5.4.3 Avalanche / steamer breakdown
Prosesnya sama dengan tembus tegnagn pada gas, yaitu dikarenakan oleh pengumpulan
ionisasi. Elektron konduksi menambah kecukupan energi sehingga di atas medan listrik
kritis dan menyebabkan pembebasan elektron-elektron dari kisi-kisi atom melalui
tabrakan. Sebuah elektron mulai dari kotoda akan bergerak menuju anoda dan selama
pergerakan ini terdapat penambahan energi dari medan listrik dan energi berkurang
selama tabrakan. Dalam praktek, tegangan tembus tidak terjadi formasi losoran tunggal
sendiri, tetapi terjadi banyak lonsoran dalam medan listrik dan meluas secara bertahap
menyebar ke seluruh material.

5.4.3 Electromechanical brakdown


Bila dielektrik padat diberi medan listrik tinggi akan terjadi kegagalan yang disebabkan
oleh gaya elektro statis (electrostatis compressive forces) yang melewati tekatanan
mekaniknya (mechanical compressive strength). Misalkan ketipisan bahan adalah d0 dan
dipadatkan menjadi d pada tegangan V, maka secara listrik terjadi keseimbangan
pemadatan tehkanan (compressive stress) sebagai berikut.

V2
 0 r  Y ln  d 0 / d  ...............................................5.20
2d 2

Dimana Y adalah modulus Young

Persamaan di atas dapat tegangan adalah

2Y
V2  d2 Y ln  d 0 / d  ...............................................5.21
 0 r
Bisasnya ketidakstabilan mekanik terjadi bila d/d0=0,6 or d0/d=1,67. Jadi kekuatan
medan tembus maksimum adalah

V
E max   0,6 Y /  ...............................................5.22
d0
Dari pendekatan persamaan terakhir ini, modulus Young yang tergantung pada tekanan
mekanik dan juga jika material diberi tekanan tinggi secara teori elstisitas tidak bertahan
secara baik sehingga perubahan pormasi plastik (plastic deformation) sudah harus
dipertimbangkan.

5.4.4 Thermal Breakdown


Tegangan tembus (breakdown voltage) dari dielektrik padat naik dengan ketipisan
bahannya. Sesuai dengan kenyataan bahwa ketipisan bahan akan mengalirkan arus
konduksi yang menimbulkan panas. Sudah pasti kalau bahan diberi medan listrik, arus
konduksi akan mengalir melewati bahan namun kecil. Arus akan menaikan panas pada
bahan sehingga teperatur juga ikut naik. Panas yang dihasilkan ditransfer lingkungan di
sekeliling bahan dan terdapat radiari dipermukaan bahan. Keadaan seimbang terjadi
apabila panas menaikan temperatur bahan ditambah dengan panas radiasi keluar bahan
sama dengan panas yang dibangkitkan.
Panas yang dibangkitkan pada tekanan medan listrik dc

I 2R
Wdc   E 2 W/Cm 3 ...............................................5.23
Volume

Sedangkan untuk medan ac

Vef2 f r tg
Wac  W/cm 3 ...............................................5.24
1,8 x1012
Dimana f adalah frekuensi
δ adalah rugi sudut dielektrik material
Vef2 tegangangan efektif (rms)

Sedangkan total panas yang diserap adalah

T
WT  CV  div (K grad T) W/cm 3 ...............................................5.25
t
Dimana: CV = spesifik panas dari bahan
T = temperatur bahan
K = konduksi thermal bahan
t = slang waktu dissipasi panas

Secara praktis break down terjadi bila jumlah panas yang dibangkitkan lebih besar dari
panas yang dissipasikan. Pada gamabar berikut, kehilangan panas (heat lost) ditunjukan
oleh garis lurus dan panas yang dibangkitkan pada medan E 1 dan E2 ditunjukan oleh
duan kurva masing-masing. Untuk medan E2 terjadi breakdown baitk pada tempertur TA
maupun pada temperatur TB. Pada area antara TA-TB panas yang dibangkitkan lebih
kecil dari panas yang hilang sehingga tidak terjadi breakdown.

Gambar 5.4: ketidakstabilan thermal pada dielektrik padat


Dalam praktek peristiwa kegagalan isolasi di peralatan-peralatan tegangan tinggi
banyak disebabkan oleh tegangan tembus termal. Ini disebabkan oleh thermal
breakdown berada di atas limit dengan menaikan tegangan tembus bila ketipisan bahan
isolasi menurun. Sebagai acuan tekanan tegnagn tembus thermal dapat dilihat dari tabel
berikut bagi berbagai material isolasi padat.

Tabel 5.3: Thermal breakdown stress di dielektrik padat

Maximum thermal breakdown stress in MV/cm


Material
Dalam medan dc Dalam medan ac
Muscovite mica 24 7,18
Rock salt 38 1,4
High grade porcelin - 2,8
H.V. Steatite - 9,8
Quart-perpendicular to axis 1200 -
Quart-paraller to axis 66 -
Capacitor paper - 3,4-4,4
Polythene - 3,5
Polystryene - 5,0

5.4.5 Failure due to treeing and tracking


Kegagalan isolasi terjadi bila dielektrik pada diberi tekanan listrik yang lama. Ada dua
phenomena yang apat diamati disini, yaitu
Terbentuknya jalur konduksi melalui permukaan isolator.
Adnya arus bocor melewati jalur konduksi yang sudah terbentuk yang kemudian
megakibatkan tembus tegangan (spark).

Penyebaran saluran spark selama tracking, di dalamnya terbentuk cabang-cabang dari


sebuah pohon (tree) yang disebut dengan treeing. Gambar berikut ini adalah susunan
pelaratan untuk mempelajari phenomena treeing.

Gambar 5.5: studi phenomena treeing

Dari gambar terlihat V1 adalah tegangan celah udara dan seri dengan V2 tegangan pada
dielektrik film. Tegangan di celah udara dapat hitung sebagai berikut
d1
V1  V ............................................................................5.26
d1   1 d 2 /  2

Dimana V adalah tegangan yang diterapkan. Selama  1   2 terjadi tegangan di celah


udara. Kemudian tembus terjadi di celah udara sehingga muatan listrik terkumpul
dipermukaan bahan isolator. Stelah itu terjadi perluasan jalur breakdown didalam
material isolasi yang tidak teratur (tree) yang membentuk jalur-jalur konduksi. Proses
ini disebut dengan treeing. Besar tegangan yang mulai menyebabkan pembentukan track
disebut dengan tracking index. Besar ini menunjukan qualitas dari sifat-sifat permukaan
material isolasi.

Treeing dapat dicegah dengan membersihkan, mengeringkan dan memuluskan (tidak


cacat) permukaann bahan isolasi, dan lingkungan sekitar yang bersih (clean).

5.4.6 Breakdown due to internal discharges


Material pada sebagai isolator dimungkinkan adanya cacat (voids) di atau ruang kosong
(cavities) baik didalamnya maupun di antara permukaan bahan dengan elektroda.
Misalkan cacat bahan total setebal d1 dan tebal bahan d2 dari total tebal d, maka hal itu
dapat dinyatakan oleh gambar berikut.

Gambar 5.6: Ilustrasi cacat bahan

Bila ε1 dan ε2 beturut-turut menunjukan permitivitas void dan bahan, maka tegangan
pada void adalah
C2 d1
V1  V  V ..............................................................5.27
C 1 C 2 d1   1d 2 /  2

Untuk ketebalan void yang sangat kecil sekali dibanding tebal bahan, maka persamaan
di atas dapat disederhanakan menjadi
d
V1  1 2 V ...........................................................................................5.28
d 2 1

Bila void adalah beruapa ruang kosong maka persamaan diatas menjadi
d
V1  1 r V .................................................................................................5.29
d2
Dimana εr adalah permibilitas relatif bahan isolator.
Contoh penyesaian
Isolator padat setebal 100 cm medapat tegangan 500 kV bila pada bahan terdapat void
setebal 0,02 cm yang berupa ruang hampa. Apa yang terjadi pada bahan ini bila
permibilitas relatif bahan adalah 5.

Jawab:
Tebal void sangat kecil dibandingkan dengan tebal bahan, maka
d 0,02 0,5
V1  1 r V  5 x500  0,5 kV atau E 1   25 kV/cm
d2 100 0,02

Bila diasumsikan kekuatan udara adalah 15 kV/cm, maka pada void terjadi break down
karena kekuatan medan yang terjadi lebih besar batas kritisnya.

5.5Latihan
1. Jelaskan phenomena dari konduksi listrik dalam cairan. Dan bandingkan dengan
konduksi dalam media gas
2. Apa yang dimaksud dengan dielektrik cairan komersial? Apa pula bedanya dengan
dielektrik cairan murni?
3. Factor-factor apa saja yang mempengaruhi konduksi di dalam dielektrik cairan murni
dan dielektrik cairan komersial.
4. Jelaskan teori-teori dari tegangan tembus dalam isolasi cairan komersial.
5. Apa yang dimaksud dengan volume tekanan cairan dan jelaskan bagaimana
terjadinya dalam volume besar dari dielektrik cairan komersial.
6. Isolator pada setebal 10 cm medapat tegangan 50 kV bila pada bahan terdapat void
setebal 2 cm yang berupa ruang hampa. Apa yang terjadi pada bahan ini bila
permibilitas bahan adalah 5, kekutan medan kritis bahan 10 kV/cm.
7. Tentukan besar modulus Young pada suatu bahan setebal 1,5 cm terjadi tegangan
tembus sebesar 32 kV dan diasumsikan permibilitas bahan 4,25.

Anda mungkin juga menyukai