Tujuan bab
Bab ini akan memberikan pemahaman sifat-sifat, karakteristik dan teori-teori terhadap
bahan isolasi, baik berupa gas, cair dan padat. Dengan mempelajari bab ini dan
latihannya diharapkan anda mampu menguasai teori-teori dasar konduksi dan tembus
tegangan dalam media. Dan selanjutnya akan dapat mengaplikasikannya dan melakukan
test terhadap bahan isolasi.
Pengertian
Bahan isolasi adalah salah satu komponen tenaga listrik yang sangat penting disamping
bahan konduktor. Kedua bahan ini mempunyai sifat listrik yang berlawanan, isolator
berfungsi untuk mencegah aliran arus listrik sedangakan konduktor berfungsi
sebaliknya. Dikarenakan fungsi yang penting tersebut maka pemakaian bahan isolator
ditenaga listrik sangat luas digunakan sehingga kajian-kajian tentang bahan ini selalu up
to date dan memunculkan metoda, formulasi dan bahkan teori baru.
5.1Pendahuluan
Media isolasi dalam teknik listrik merupakan bahan yang berfungsi untuk mencegah
aliran arus listrik didalamnya bila diberi beda tegangan. Namun dalam praktek fungsi
media isolasi tidak seideal yang dibayangkan. Bila media isolasi diberi beda tegangan
rendah maka akan mengalir arus yang sangat kecil sekali (orde mikro amper).
Sebaliknya bila mendapat beda tegangan tinggi maka arus naik dengan tajam dan terjadi
tembus tegangan (flash over / break down) yang mengalirkan arus sangat besar sekali.
Phenomena konduksi dan tembus tegangan di dalam media isolasi ini merupakan kajian
yang sangat menarik karena setiap media mempunyai sifat-sifat tertentu sehingga
memunculkan teori-teori, seperti teori Towsend dalam media gas.
Aplikasi gas sebagai media isolator terdapat berbagai macam phenomena bila mendapat
tegangan. Bila tegangan rendah maka arus yang mengalir akan kecil sekali., yang dalam
hal ini gas bersifat isolator sebagai menahan aliran arus di antara elektroda-
elektordanya. Sebaliknya bila tegangan yang digunakan adalah sangat besar maka akan
terjadi tembus listrik (electrical breakdown). Tembus ini akan membuat aliran arus yang
sangat besar sehingga media gas akan bersifat konduksi atau terjasi hubung singkat di
antara elektroda-elektrodanya. Ada beberapa phenomena yang terjadi pada media gas
sebagai isolator, yaitu:
1. Bila diterapakan tegangan rendah akan mengalir arus kecil di antara dua
elektroda dan masih dalam sifat isolator.
2. Bila diterapakan tegangan tinggi akan mengalir arus yang meningkat dengan
tajam dan terjadi tegangan tembus.
3. Terbentuknya konduksi parsial selama proses break yang menghasilkan arus
hubungan singkat di antara elektroda.
4. Penerapan tegangan maksimum pada isolasi saat break down di sebut dengan
tegangan break down.
5. Phenomena breakdown dalam gas merupakan sifat listrik yang menghasilkan
arus tinggi yang esensial.
Pelepasan muatan listrik dalam gas dapat dibedakan menjadi dua type, yaitu:
-Non-sustaining
-Self-sustaining
Ada beberapa terminologi dan definisi yang digunakan, yaitu:
Tegangan tembus dalam gas disebut spark break down yang merupakan transisi
dari non-sustaining discharges ke self-sustaining discharges.
Peningkatan arus tinggi dalam kejadian break down adalah karena suatu proses
yang disebut dengan ionisasi yang mana elektron-elektron dan ion-ion dibentuk
dari atom-atam/molekul-molekul netral, dan mereka bergerak ke anoda dan
katoda yang diikuti terjadinya arus tinggi.
Tegangan tembus dan proses ionisasi merupakan phenomena yang menarik untuk dikaji
dalam media gas ini. Sampai saat ini terdapat dua teori yang terkenal, yaitu:
-Townsend theory and
-Steamer theory (mechanism for breakdown)
Variasi kondisi fisik dari gas yang beruapa tekanan, temperatur, elektrik konfigurasi,
permukaan elektroda dan adanya partikel awal untuk konduksi adalah dikenal untuk
mengatur proses ionisasi.
Ionisasi by collision
Terjadi ionisasi sebagai akibat tabrakan elektron bebas terhadap atom netral, sehingga
atom menjadi muatan positif dengan mengeluarkan dua elektron bebas.
e A A 2e .................................................5.1
Penembahan elektron-elektron bebas dengan sendirinya membuat pengionan tabrakan
(ionsasing collisions) dan kemudian proses ini berulang dengan sendirinya. Sebagai
akibatnya tebentuk jumlah elektron yang banyak dan bersamaan juga terbentuk ion
positip yang bayak juga. Kedua muatan listrik ini akan mengalir ke elektroda-elektoda
dengan arah yang berlawanan sehingga tejadi arus listrik.
Photo ionisasi
Phenomena lain yang berhubungan dengan ionisasi adalah radiasi atau photo-ionisasi,
ini berhubungan dengan interaksi antara radiasi dengan materi (bahan). Photo ionisasi
terjadi apabila energi radiasi diserap oleh atom atau molekul yang melebihi potensial
ionsasinya.
hv A A e ..........................................................................................5.2
h
c
Ei ................................................................................................5.3
Dimana h adalah kontanta Plank, c adalah kecepatan cahaya, lamda adalah pajang
gelombang dari radiasi dan Ei adalah energi ionisasi atom. Untuk energi dalam elektron
volt (eV) maka persamaan di atas menjadi
1,27 6
10 cm
Ei
..........................................................................................5.4
hf ..........................................................................................5.5
Dimana: φ adalah fungsi kerja dari elektroda metal
f adalah frekuensi dan batas ambangnya adalah bila
ft ..........................................................................................5.6
h
Tentukan batas ambang frekuensi terjadinya emisi radiasi dari metal nikel bila diketahui
fungsi keranya adalah φ =4,5 eV.
Jawab: ft=2755 A0
Tabrakan elektron pada atom atau molekul dapat juga membentuk ion negatif, yang
mana ion negatif ini disebut dengan attachment collisions. Proses terbentuknya
tergantung pada energi yang dimiliki elektron yang menabrak dan kondisi alam gas.
Adpun prosesnya sebabagi berikut.
I I 0 d .................................................................................................5.7
Persamaan ini dikenal dengan persamaan Towsend pertama, I0 adalah arus awal pada
katoda, alpa adalah kontanta Towsend pertama dan d adalah jarak dari anoda ke katoda.
Untuk keadaan break down terjadi arus yang sangat besar sekali dan persamaan
Towsend pertama ini tidak dapat menjelaskan phenomena ini. Untuk mengakomodasi
phenomena break down Towsend merumuskan sebagai berikut
I 0 d
I ..................................................................................5.8
1 [d 1]
Persamaan ini dikenal dengan persamaan Towsed kedua. Keaadaan tembus terjadi
apabila arus sangat besar sekali, sehingga penyebut dari persamaan diatas sama dengan
nol.
[d 1] 1 ..........................................................................................5.9
Atau
d 1 ...............................................................................................5.10
Gambar berikut ini menunjukan persamaan Towsend pertama masih belum terjadi break
down walaupun kenyataannya sudah terjadi pada tegangan Vs.
Current
breakdown
Self sustaining discharge I I 0 ed
Non-sustaining discharge
Io
To T1 Ts
Volt
Vs
Gambar 5.1: Karakteristik pelepasan muatan
Pertama: berdasarkan teori Towsend, peningkatan arus hanya terjadi sebagai hasil
dari proses ionisasi. Namun dalam praktek, tembus tegangan tergantung
pada tekanan dan bentuk geometri dari celah.
Jadi kegagalan mekanisme Towsend dapat dijelaskan dari dua macam phenomena
observasi di atas. Sekitar tahun 1940, Raether dan Meek-Loeb secara terpisah telah
mengusulkan teori pita (streamer teori). Teori ini meramalkan perkembangan pelepasan
muatan (spark discharge) secara langsung dari lonsoran tunggal (a single avalance) yang
mana muatan rungan bertumbuh karena lonsoran itu sendiri dan ini disebut tranformasi
lonsoran ke pita plasma (a plasma stremer). Dua gambar berikut menjukan mekanisme
dari teori streamer ini.
+ Anode
+ Anode
+ ++ + - + - +-
+ -
+ +
+ +- + - +- +-
E1>E + +
+
+
+ +- + - +- +-
- +
+
+
+-
+ - +-
+ -
E +- + - +-
+
+ +-
+ + + B)
A) + + +- + - C)
+
E3>E +
+
+
+- +-
+ - + -
-Cathode -Cathode
Gambar 5.2: Mekanisme teori pita
Mengikuti persamaan Meek ini, tegangan tembus minimum dinyatakan oleh Er=E dan
x=d. Jadi persamaannya menjadi sederhana yaitu
d ......................................................5.12
E 5,27 x10 7 V / cm
[ x / p ]1 / 2
Hukum Paschen
Sedangakan Paschen membuat kriteria dalam menentukan tegangan tembus dalan media
gas, dengan model sebagai berikut
E E V
(ed 1) 1, let f1 and f 2 , also E
p p
p
d ..............................5.13
f 2 e 1 1 ..............................................................................5.14
pd
Dimana f1 dan f2 adalah fungsi alam. Misalkan V= f(pd), ini dikenal sebagai hukum
Paschen dan sangat penting bagi dunia teknik tegangan tinggi. Tabel berikut ini adalah
hasil ekprimen dari Paschen.
Komposisi dari dielektrik cairan adalah campuran dari Hydrocarbons dengan polarisasi
yang sangat lemah (weakly polarised), dan bebas dari uap air/embun (moisture),
oksidasi (oxidation) dan konstaminasi laninya (other contaminats). Hal-hal tersebut
sangat mempengaruhi kekuatan listrik (electrical strangth) dari cairan, miasalnya adanya
air dalam minyak trafo (oil transformer) akan menurunkan kekuatan listrik sebesar 20%.
Minyak trafo ini selalu dijaga kemurniannya sehingga kekuatan tembus tegangannya
tida turun, kekuatan tembus minyak trafo yang layak pakai adalah 80-120 kV/cm. Jadi
minyak trafo yang baru mempunyai kekuatan listrik 120 kV/cm. Adanya pengaruh-
pengaruh penurunan kekuatan listrik yang disebabkan oleh lama waktu pemakain
mengakibatkan sifat isolator minyak menurun dan bila tegangan tembusnya dibawah 80
kV/cm maka minyak harus diganti. Pengaruh pembentukan asam-asam dan resin, atau
lumpur (sladge) membuat minyak trafo berwarna gelap. Pengaruh lain dari asam-asam
ini adalah korosi (corrosive) pada material padat dan metal yang ada dalam trafo.
Endapan dari lumpur pada inti trafo, gulungan (coil), dan dalam saluran pipa akan
menurunkan sirkulasi minyak sehingga sangat perpengaruh pada pendinginan.
Berikut ini adalah data-data untuk permivitas relatif beberapa cairan isolator (relative
permittivity) pada frekuensi 50 Hz :
Transformer oil : 2,2 -- 2,3
Cable oil : 2,3 -- 2,6
Capacitor oil : 2,1
Askerels : 4,8
Silicone oil : 2 -- 73
Sedangkan untuk cairan-cairan yang tidak polar (non-polar liquids), frekuensi tidak
mempengaruhi permitivitas. Namum pada cairan polar, seperti air, permitivitas sangat
dipengaruhi oleh frekuensi. Sebagi contoh permitivitas relatif air adalah 78 pada
frekuensi 50 Hz dan turun dengan tajam menjadi 5 pada frekuensi 1 MHz. Cairan
sebagai isolator yang diterapkan pada tegangan tinggi harus mempunyai resistivitas
lebih besar dari 1016 ohm-metre.
Penerapan tegangan tinggi pada cairan isolator akan menentukan untuk kerjanya dalam
kondisi berbeban. Ini akan menentukan rugi-rugi daya dan parameter penting dalam
sistem (seperti sistem kabel dan kapasitor). Dalam trafo, rugi-rugi dilektrik (dielectric
loss) diabaikan, karena sangat sekali bila dibandingan dengan rugi-rugi lainya (rugi
tembaga dan inti besi).
Kekuatan dielektrik (Dielectric strength) adalah suatu parameter yang sangat penting
dalam memilih cairan untuk diaplikasikan. Dia tergantung pada sifat-sifat atom dan
molekul yang terdapat dalam cairan tersebut. Namun dalam ppkan, adanya gas dalam
cairan, dan sebagainya. Perubahan kekuatan dielektrik dapat juga terjadi karena
perubahan dari sifat-sifat molekul dari cairannya.
Dalam praktek, test tegangan tembus yang mengunakan elektroda bola dengan diameter
0,5 s/d 1,0 cm dengan jarak 100 s/d 200 mikro meter. Tegangan test yang digunakan
rendah dengan orde 50 s/d 100 kV. Konduktivitas dc pada cairan murni adalah sangat
tinggi yang bervarariasi 10-18 s/d 10-20 mho/cm. Tabel berikut ini adalah kekuatan
tegangan tembus maksimum dari beberapa cairan murni.
1 2 ( 2 1 2 ) Vb 2
...............................................5.16
E 0 1
1 2 r 4 2rE0
1
E c 600 G H , gas law pv RT .......................................5.17
1R 1 2
Dimana R adalah jari-jari gelembung gas dan β adalah ratio dari diameter terpanjang
terhadap terpendek dari gelembung gas yang nilainya kira-kira 1,85. Sedangkan G dan
H adalah
1 cosh 1
G 1 ......................................................5.18
2 1 2 1 1/ 2
2 1
H2 2 1 2 ...............................................5.19
3
Intrinsic, electro-
mechanical
streamer
thermal
Log Time
V2
0 r Y ln d 0 / d ...............................................5.20
2d 2
2Y
V2 d2 Y ln d 0 / d ...............................................5.21
0 r
Bisasnya ketidakstabilan mekanik terjadi bila d/d0=0,6 or d0/d=1,67. Jadi kekuatan
medan tembus maksimum adalah
V
E max 0,6 Y / ...............................................5.22
d0
Dari pendekatan persamaan terakhir ini, modulus Young yang tergantung pada tekanan
mekanik dan juga jika material diberi tekanan tinggi secara teori elstisitas tidak bertahan
secara baik sehingga perubahan pormasi plastik (plastic deformation) sudah harus
dipertimbangkan.
I 2R
Wdc E 2 W/Cm 3 ...............................................5.23
Volume
Vef2 f r tg
Wac W/cm 3 ...............................................5.24
1,8 x1012
Dimana f adalah frekuensi
δ adalah rugi sudut dielektrik material
Vef2 tegangangan efektif (rms)
T
WT CV div (K grad T) W/cm 3 ...............................................5.25
t
Dimana: CV = spesifik panas dari bahan
T = temperatur bahan
K = konduksi thermal bahan
t = slang waktu dissipasi panas
Secara praktis break down terjadi bila jumlah panas yang dibangkitkan lebih besar dari
panas yang dissipasikan. Pada gamabar berikut, kehilangan panas (heat lost) ditunjukan
oleh garis lurus dan panas yang dibangkitkan pada medan E 1 dan E2 ditunjukan oleh
duan kurva masing-masing. Untuk medan E2 terjadi breakdown baitk pada tempertur TA
maupun pada temperatur TB. Pada area antara TA-TB panas yang dibangkitkan lebih
kecil dari panas yang hilang sehingga tidak terjadi breakdown.
Dari gambar terlihat V1 adalah tegangan celah udara dan seri dengan V2 tegangan pada
dielektrik film. Tegangan di celah udara dapat hitung sebagai berikut
d1
V1 V ............................................................................5.26
d1 1 d 2 / 2
Bila ε1 dan ε2 beturut-turut menunjukan permitivitas void dan bahan, maka tegangan
pada void adalah
C2 d1
V1 V V ..............................................................5.27
C 1 C 2 d1 1d 2 / 2
Untuk ketebalan void yang sangat kecil sekali dibanding tebal bahan, maka persamaan
di atas dapat disederhanakan menjadi
d
V1 1 2 V ...........................................................................................5.28
d 2 1
Bila void adalah beruapa ruang kosong maka persamaan diatas menjadi
d
V1 1 r V .................................................................................................5.29
d2
Dimana εr adalah permibilitas relatif bahan isolator.
Contoh penyesaian
Isolator padat setebal 100 cm medapat tegangan 500 kV bila pada bahan terdapat void
setebal 0,02 cm yang berupa ruang hampa. Apa yang terjadi pada bahan ini bila
permibilitas relatif bahan adalah 5.
Jawab:
Tebal void sangat kecil dibandingkan dengan tebal bahan, maka
d 0,02 0,5
V1 1 r V 5 x500 0,5 kV atau E 1 25 kV/cm
d2 100 0,02
Bila diasumsikan kekuatan udara adalah 15 kV/cm, maka pada void terjadi break down
karena kekuatan medan yang terjadi lebih besar batas kritisnya.
5.5Latihan
1. Jelaskan phenomena dari konduksi listrik dalam cairan. Dan bandingkan dengan
konduksi dalam media gas
2. Apa yang dimaksud dengan dielektrik cairan komersial? Apa pula bedanya dengan
dielektrik cairan murni?
3. Factor-factor apa saja yang mempengaruhi konduksi di dalam dielektrik cairan murni
dan dielektrik cairan komersial.
4. Jelaskan teori-teori dari tegangan tembus dalam isolasi cairan komersial.
5. Apa yang dimaksud dengan volume tekanan cairan dan jelaskan bagaimana
terjadinya dalam volume besar dari dielektrik cairan komersial.
6. Isolator pada setebal 10 cm medapat tegangan 50 kV bila pada bahan terdapat void
setebal 2 cm yang berupa ruang hampa. Apa yang terjadi pada bahan ini bila
permibilitas bahan adalah 5, kekutan medan kritis bahan 10 kV/cm.
7. Tentukan besar modulus Young pada suatu bahan setebal 1,5 cm terjadi tegangan
tembus sebesar 32 kV dan diasumsikan permibilitas bahan 4,25.