Anda di halaman 1dari 16

BAB 2

DASAR-DASAR TEORI MEDAN

Tujuan bab
Bab ini memberikan pengertian kepada para mahasiswa tentang dasar-dasar teori medan
yang berupa persamaan-persamaan dasar teori medan. Medan yang akan dipelajari
disini adalah khusus tentang medan listrik dan magnet saja.
Setelah mempelajari bab ini dan mengerjakan pelatihannya, diharapkan anda mampu:
 Memahami medan
 Analogi medan
 Teori-Teori Medan
 Penyelesaian melalui numerik (Iterasi)

Pengertian
Dasar-dasar teori medan merupakan dasar dari konsep medan. Konsep ini menjelaskan
tentang medan dan analoginya. Lebih lanjut membahas tentang persamaan Gauss,
teorema Stoke dan Green, dan persamaan Maxwel.

2.1 Pengertian Medan


Yang disebut dengan ’medan’ adalah suatu daerah (ranah) baik di ruang hampa maupun
di medium (padat, cair dan gas), yang mana di dalamnya menyatakan kejadian keadaan-
keadaan fisik. Dengan demikian daerah yang merupakan suatu medan bila daerah ini
disangkutkan dengan suatu pernyataan energi, contohnya adalah:
1. Benda jatuh dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, maka terjadi perubahan
energi potensial ke energi kinetik. Keadaan ini dalam daerah medan gravitasi.
2. Pergerakan muatan listrik dari suatu potensial ke potensial lain, maka terdapat
energi listrik. Kejadian ini dalam medan listrik.
3. Suatu magnet menarik magnet yang lain, maka terdapat energi magnet. Kejadian ini
dalam medan magnet.
4. Panas berpindah dari tempat satu ke tempat lain, maka akan terjadi energi panas
karena adanya perubahan temperature di kedua tempat tersebut. Kejadian ini
terdapat dalam daerah medan temperatur.
5. Aliran fluida dari sumbernya, dimana fluida mengalir dari tempat tekanan yang
tinggi ke tempat yang rendah maka terdapat energi fluida dalam bentuk energi
potensial, kinetik dan energi dalam. Kejadian ini terdapat dalam daerah medan
aliran fluida.

Fenomena medan tersebut di atas adalah suatu kajian yang sangat besar daya tariknya
terhadap insinyur. Misalnya, bagainana menentukan distribusi fluks magnet pada celah
udara di mesin-mesin listrik. Dalam aplikasinya banyak membutuhkan analisa yang
sangat konpleks unuk penyelesaian dengan struktur geometrinya tidak sederhana,
kadang-kadang susah diselesaikan dan bahkan tidak dapat diselesaikan secara eksat
melalui persamaan matematik, kecuali untuk medan magnet-magnet yang sederhana.
Untuk medan yang tidak mungkin diselesaikan dengan eksak tersebut digunakan
metoda pendekatan melalui hasil eksperimen. Dengan metoda ini didapatkan formula

1
untuk suatu kondisi pada setiap titik di dalam daerah medan. Titik-titik ini dapat
memberikan nilai informasi disain tentang struktur medan yang layak dipakai (akurat).

Medan yang akan dibicarakan dalam buku ini adalah medan elektromagnet yang mana
dalam fenomena fisiknya terbagi dalam dua bentuk, yaitu suatu aliran (fluks atau arus
listrik), dan suatu level (potensial listrik), lebih jauh disebut dengan fungsi fluks dan
fungsi potensial. Gambar 2-1 adalah contoh dari medan magnet tersebut yang
digambarkan dalam dua dimensi.

Gambar 2-1: Plot fluks-potensial dua dimensi

Pada gambar tersebut di plot garis ekipotensial diantara dua bidang batas (bidang batas
tegangan tinggi dan bidang batas tegangan rendah). Kemudian dibuat garis yang
orthogonal dengan garis-garis ekipotensial yang disebut dengan garis fluks (garis
aliran). Semua garis ini tidak ada manfaatnya bila tidak dapat menghitung besar medan
yang tekandung di dalamnya. Garis-garis yang sudah di plot akan berarti bila setiap
kontak yang dibentuk oleh garis-garik ekopotnsial dengan garis-garis aliran mempunyai
perbandinagn sisi yang sama.

Contoh dan penyesaian


Suatu plat kapasitor yang sejajar berjarak d di beri tegangan V di antara kedua plat itu.
Tentukan daerah medannya.

Penyesaian
Perubahan tegangan (gradien tegangan) hanya terjadi di dalam ruangan antara kedua
plat sehingga di dalam ruangan ini terjadi aktivitas fisik. Jadi daerah medan adalah
ruangan di antara ke dua plat tersebut.

2.2 Analogi-Analogi Medan


Untuk besaran-besaran listrik, magnet dan thermal terdapat analogi-analogi model
matematik satu sama lain bila ditinjau dari karakteristik medannya. Hal ini tidak
termasuk perbedaan dalam bentuk fisik maupun manifestasinya. Yang mana pada aliran

2
fluida terlihat dari aksinya, sedangkan pada konduksi listrik tidak secara langsung
disaksikan akibatnya. Masih mengenai aliran fluida, fluida yang mengalir akan terdapat
gaya gerak, sedangkan elektrostatik dan magnetstatik adalah hanya didapat dalam
konsep murni yang diterangkan dan diobservasi melalui phenomena-phenomenanya,
yang tidak dapat dirasakan secara riil seperti halnya aliran fluida yang mana alirannya
dapat dirasakan.

Tabel 2-1 adalah analogi dari karakteristik medan untuk sistem tersebut. Tabel ini
menunjukan beberapa dari karakteristik medan yang mempunyai analogi, seperti gaya,
fluks dan lain-lainnya. Analogi yang dimaksudkan disini adalah mempunyai model
matematik yang sama, contohnya acceptance untuk elektrostatik adalah:
A
C 
l
Sedangkan untuk thermo koduktif adalah:
A
K k
l
jadi dalam hal ini terdapat analogi sebagai berikut :
- C analogi dengan K
- ε analogi dengan k

Dan variabel A/l adalah terdapat dalam kedua persamaan yang dianalogikan. Jadi kedua
persamaan yang dianalogikan itu mempunyai model matematik yang sama, yaitu jumlah
variabel yang sama banyaknya sehingga variabel-variabelnya dapat dianalogikan satu
persatu. Lihat tabel 2.1

Tabel 2-1
Analogi karakteristik medan
Medan Elektro Thermo
Elektro Statis Magnet Statis
Karakteristik Konduktif Konduktif
Acceptivity Konduktivity Permitivity Permiability Konduktivity
γ [mho/m] ε [farat/m] μ [henry/m] k [watt/cm]
Acceptansi Konduktansi Kapasitansi Permiabilitas Konduktansi
G = γ A/l C = ε A/l A = μ A/l K = k A/l
Gaya gerak Gaya Perbedaan Gaya Perbedaan
Elektromotif Potensial Magnetomotif Temperatur
V [volt] V [volt] H[A-turn] ө[oc]
Fluks Arus Elektrik Magnet Thermal
I [ampere] Φ [coloumb] ǿ [weber] Q[Watt]
Hubungan I = GV Φ = CV ǿ = AH Q = Kө
Gradien Tegangan Potensial Pot. Mag. Thermal
E[V/m] E[V/m] H[A-turn/m] U[oc/m]
Specifik Kerapatan arus Kerapatan Kerapatan fluks Kerapatan fluks
fluks listrik mgnet thermo
J[A/m2] D[Coul/m2] B[weber/m2] q[W/m2]
Hubungan J = γE D=εE B = μH q = kU

3
2.3 Medan Elektrostatis
Medan elektrostatis adalah medan listrik yang tidak berubah terhadap waktu. Medan ini
terjadi bila ada muatan listrik yang tidak berpindah. Bila ada dua titik muatan listrik
yang tidak berpindah. Andaikan ada dua titik muatan listrik sebesar q1 dan q2 pada jarak
r dalam medium elektrik ε, maka berlaku hukum Couloumb, gaya F diantara dua
partikel muatan ini adalah
q1q 2
F ...................................................................................2-1
4r 2

Arah gaya pada persamaan 2-1 ini tergantung pada tanda muatan partikel tersebut. Bila
kedua partikel itu bertanda sama maka gaya yang terjadi adalah tolak-menolak pada
garis jarak. Dan sebaliknya, gaya yang terjadi akantarik-menarik.

Bila permitivitas medium relatif adalah εr untuk medium yang homogen dan untuk
medium yang hampa udara adalah ε0, sehingga untuk permiabilitas medium yang
homogen itu dapat berlaku hubungan dalam persamaan 2-2 berikut:
   r 0 ........................................................................................2-2
109
dengan  0   8,85x10-12 [farad/meter]
36

Kuat medan listrik timbul dari gaya yang dihasilkan oleh suatu muatan dengan satu unit
muatan positif. Akibat dari muatan ini menghasilkan medan, tetapi timbulnya medan
bukan efek dari unit muatan tersebut. Dengan demikian besar kuat medan dapat
dituliskan seperti berikut.
q
E ..............................................................................................2-3
4r 2
Dimana : E adalah Kuat medan listrik
q adalah muatan listrik
ε adalah konstanta listrik
r adalah jarak muatan q ke unit muatan positif

Secara umum terdapat hubungan antara gaya dengan kuat medan listrik, yang ditulis
dalam persamaan 2-4 berikut:

F  qE . ....................................................................................................2-4

Kerja yang dilakukan oleh suatu muatan yang bergerak pada medan listrik adalah gaya
dikalikan ’dot’ (simbol •) dengan jaraknya. Karena gaya dan jarak adalah besaran vektor
maka kerja merupakan dot produk dari dua vektor itu dan dihasilkan besaran skalar,
yang dituliskan dalam persamaan 2-5.

W   F  r ............................……………...................................................2-5
Gambar 2-2 adalah muatan q2 dipindahkan dari jarak r1 ke r2. Muatan q1 terdapat pada
titik koordinat yang menghasilkan medan E dan gaya pada muatan q2 adalah q2E.

4
Gambar 2-2: Perpindahan muatan dalam medan listrik

Dengan mudah kerja yang dilakuakan untuk memindahkan muatan q2 itu adalah
r2
qq
W    1 2 r
r1
4
...........................................................................................2-6
q1q 2  1 1 
   
4  r1 r2 
Bila muatan q2 diganti dengan unit muatan positif dan muatan ini bergerak dari jarak
tidak terhingga mendekati titik koordinat yang berhenti pada jarak r dari titik koordinat,
maka kerja ini dikenal dengan potensial elektrostatis. Jadi besar potensial ini dapat
dituliskan dalam persamaan 2-7.

q1
V  ................................................................................................2-7
4r

Dimana : V adalah potensial elektristatis


r adalah jarak muatan q1 ketitik potensial

Contoh dan penyesaian


Dua muatan yang sama (5x10-15 Coulomb) di ruang hampa dan berlawan tanda
mempunyai gaya tarik-menarik (1/8,85π)10-4 N. Berapa jarak kedua muatan tersebut.

Penyesaian
Dari persamaan 2-1 adalah

q1q2 1 1
r q  5 x10 15
4F 4F 4 (8,85 x10 12
)(1 / 8,85 )10 4
7
 2,5 x10 m

2.4 Kerapatan fluks listrik, hukum gaus dan divergensi

5
Bila jumlah muatan listrik q menghasilkan fluks listrik  , maka menurut percobaan
Faraday, berlaku

q ..........................................................................................................2-8

Kemudian muatan itu lingkupi oleh suatu permukaan dengan luas tertentu, akan
mendapatkan kerapatan fluks listrik yang dinyatakan dengan D. Jadi kerapatan fluks
listrik diukur dalam satuan coulomb per meter kuadrat. Kerapatan fluks ini merupakan
besaran vektor yang dikenal juga dengan electric displacement. Dalam hal ini terdapat
hubungan kuat medan listrik dengannya, yaitu

D  E ........................................................................................................2-9

Sekarang terdapat muatan q yang tertutup oleh permukaan. Hal ini menyatakan suatu
hukum yang dikenal dengan hukum Gauss, yaitu jumlah dot (•) produk kerapatan fluks
dengan elemen permukaan dan dituliskan sebagai berikut.

 D  A  q .........................................................................................2-10
Dimana : D adalah kerapatan fluks
A adalah luas permukaan tertutup
q adalah muatan dalam permukaan

Berikut ini akan diperklenalkan suatu operator vektor yang disebut juga dengan operator
nabla yang dinyatakan dengan  .

  
 i  k ......................................................................................2-11
x y x

Contohnya dapat dituliskan hubungan kuat medan dengan potensialnya yaitu


E  V , persamaan ini dalam bentuk integral dapat dituliskan dalam bentuk:
V    E  r
Operasi dari vektor ini dapat berupa perkalian dot, silang dan biasa, yaitu masing
masing perkalian in dikenal dengan divergensi, curl dan gradient. Dan dituliskan
berturut-turut yang dikalikan dengan satuan besaran T.
Div T    T
Curl T  xT
Grad T  T

Jumlah muatan dapat dihitung dari integral volume, bila muatan terdapat dalam volume
itu. Dengan demikian hukum Gauss dapat dituliskan sebagai berikut:

 D  A   divDV ..............................................……………… 2-12

Persamaan 2-12 ini dikenal dengan teorema divergensi atau disebut juga dengan
teorema Green, yang menyatakan hubungan integral permukaan ke integral volume.

6
Contoh dan penyesaian
Ruang berjarak 1 cm mempunyai medan yang seragam di dalamnya sebesar 10 V/cm.
Tentukan tegangan dalam ruangan itu.

Penyesaian
Dalam hal ini arah medan sejajar dengan arah sumbu/jarak. Jadi
1
V    E  r  10 r  10r 0  10 volt
1

2.5 Persamaan Maxwell


Sebelumya diperkenalkan medan magnet. Medan magnet terjadi apabila ada arus listrik
yang mengalir. Disekitar arus listrik yang mengalir akan terdapat intensitas medan
magnet H yaitu dalam satuan amper/meter.

Menurut hukum Biot-Savart, besar intensitas medan magnet pada arus listrik I yang
mengalir sepanjang l di suatu titik berjarak r terhadap arus yang mengalir adalah

Ilxar ...............................................................................................2-
H 
4r 2
13a

Atau dalam bentuk deferensial


Ilxar ...............................................................................................2-
H 
4r 2
13b

Dimana ar adalah unit vektor arah r. Sedangkan kerapatan fluks magnet yang
dinyatakan dengan B dapat ditulis dengan mengetahui harga H yaitu:

B  H ...................................................................................................2-14

Dimana μ adalah permiabilitas bahan dan untuk tanpa medium atau udara adalah μ 0 =
4πx10-7 [H/m]. Bila μr adalah permiabilitas relatif terhadap udara/hampa, maka
hubungan antara permitivitas-permitivitas itu seperti berikut:

  r 0 .....................................................................................................2-15

Contoh dan penyelesaian


Kawat lurus dialiri arus sebesar 10π A. Hitung kuat medan magnit di lokasi yang
berjarak 2,5 cm dari kawat itu.

Jawab:
Gambar berikut adalah dalam koordinat silinder.
Jadi r  Z 2   2 , a r  ( a   Za z ) / r dan l  a   a  Za z )
Pada kondisi ini   0 dan   0 , sehingga

7
Ilxar IZa z x( a   Za z )
H  
4r 2 4r 3
z
Jadi: z IZa z x( a   Za z ) I
z
Z I Z
H  
z 4r 3

4r 3
a 
z
(  Z )
2 2 3/ 2

4 ( 2  Z 2 ) z

Untuk panjang kawat tidak terbatas atau Z=tak hingga, maka

I 10
H  a  a  2a  A/cm
2 2x 2,5

Sama halnya dengan medan listrik dan hubungan antara medan listrik dengan medan
magnet yang dinyatakan dalam bentuk persamaan Maxwell. Persamaan Maxwell terdiri
dari empat buah persamaan yang berlaku untuk medan listrik dan medan magnet serta
hubungan dari keduanya. Penulisan persamaan Maxwell dapat dinyatakan dalam dua
bentuk, yaitu dalam bentuk diferensial atau dalam bentuk integral. Berikut ini dituliskan
persamaan Maxwell dalam bentuk diferensial:
D  
xD  0
D ..................................................……… …….2-16 (a,b,c,d)
xH  J 
t
B  0

Sedangkan dalam bentuk integral, persamaan Maxwell adalah sebagai berikut:


 D  A   V  q
 E  t  0
....................................................................2-17 (a,b,c,d)
 H  t   J  t
 B  t  0
Bila harga J pada persamaan 2-17 diganti dengan xH , maka persamaan Maxwell itu
akan menyatakan perubahan integral garis kepada integral luas, teorema ini dikenal
dengan teorema Stoke. Teorema ini dinyatakan dengan penulisan sebagai berikut:

 H  l   (xH )  A ..............................………………………………..2-18

8
Contoh dan penyesaian
Ruang berjarak 1 cm mempunyai medan yang seragam di dalamnya sebesar 10 V/cm.
Tentukan tegangan dalam ruangan itu pada jarak 0,8 cm berdasarkan persamaan maxwel
deferensial

Penyesaian
V
Pada soal ini berlaku phenomena Gauss  xD  0 dan E 
x
Sehingga berlaku:  2 xV  0 atau xV  E  10
1
V    10x  10 x  k 0 ,
1
untuk x  0, V  1 maka k  10
0

dan didapat : V  -10x  10 volt


Jadi untuk x  0,8 cm maka V  2 volt

2.6 Persamaan Poisson dan Laplace


Kita telah mengenal hukum Gauss dan teorema diversigasi. Bila kerapatan muatan
listrik adalah  , maka persamaan Maxwell 2-16 (a) dituliskan dalam bentuk potensial
dan akan mendapatkan persamaan Poisson adalah dari:
xD  
D  V
Bila D diganti maka dihasilkan persamaan Poisson yang dituliskan pada persamaan 2-
19 berikut ini:

 2V  .................................................……….………… ………….2-19

Untuk kasus dimana tidak terdapat kerapatan muata listrik, persamaan 2-19 dikenal
dengan persamaan Laplace, persamaan Laplace ini dikenal sebagai berikut:

 2V  0 ...........................................................………………………….2-20

2.7 Plot Medan


Plot medan ini dilakukan untuk menentukan garis-garis ekipotensial dan garis-garis
fluks. Dimana kedua garis ini adalah ortogonal atau saling tegak lurus. Proses memplot
medan ini adalah pekerjaan memperbaiki kesalahaan (Trial dan Erorr).Prosedur
memplot medan pertama dikembangkan oleh Richardson (1908), Lehman (1909),
Kuhmann (1915). Dan selanjutnya oleh Moore (1926), Stevenson dan Park (1927).
Sedangkan penyelesaian metoda matematik dapat dibaca pada buku Hague (1929),
Weber (1950), dan Moon dan Spencer (1961).

Untuk menyelesaikan masalah selanjutnya dalam pemetaan medan itu, perlu


mengetahui teknik matematik yang memadai. Penyelessaian matematik untuk medan
laplace atau Poison dapat dilakukan dengan fungsi analitik dari komplek variabel x + jy,
dimana x dan y adalah bilangan riil dan j adalah bilangan khayal. Dengan demikian
berlaku fungsi z sebagai berikut.

f ( z )  u ( x, y )  jv( x, y ) ...............................................................................2-21

9
Dimana u dan v adalah riil fungsi dari x dan y. Jika u dan v terbatas sedemikian rupa
sehingga fungsi u(x,y) dan v(x,y) memenuhi persamaan Cauchy-Reimann, yang
dituliskan sebagai berikut.

u v dan u   v ............................................................................2-

x y y x
22

Dalam hal ini fungsi z adalah analitik yang dinyatakan oleh x dan y dari kedua
persamaan diatas setelah diturunkan terhadap x dan y adalah

 2u  2u  2v  2v
 dan  2 .....................................................................2-23
x 2
y 2
x 2
 y

Disini hanya komponen riil u dan imajiner v dari fungsi analitik merupakan
penyelesaian persamaan laplace dan kedua komponen itu disebut fungsi konjuget.

Kumpulan kurva-kurva u (x,y) = konstan dan v (x,y) = konstan adalah berpotongan


tegak lurus atau mereka bertrayektor secara ortogonal satu sama lain. Contohnya adalah
antara garis-garis fluks dan ekipotensial. Perpotongan dua pasang garis fluks dan garis
ekipotensial yang berdekataan disebut dengan segi empat kurva linier (curviliniar
rectangles). Bila segi empat untuk semuanya mempunyai ratio adalah konstan, hal ini
merupakan pemplotan yang sangat berguna untuk menentukan besaran-besaran medan.
Agar lebih jelasnya dapat diperhatikan gambar 2-3.

Gambar 2.3 ini menunjukan medan aliran arus pada plat datar dengan kedalaman yang
sama sebesar d. Diasumsikan segi empat yang terbentuk sangat kecil dengan ukuran ∂ℓ
dan ∂  dan rapat arus listrik yang lewat permukaan adalah tetap, sehingga setiap segi
empat berlaku v  El dan I  Jd . Dari kurva itu dapat ditentukan besar
konduktansi diantara permukaan. Yang berhadapan, yaitu

I Jdω
G   ..................................................................................2-24a
V Ε

10
Gambar 2.3: Konduksi arus listrik dalam medan

Untuk media konduktiviti γ, yang harganya γ = J/E, maka persamaan diatas menjadi


G  d ............................................................................................2-24b
l

Untuk ratio konstan untuk setiap segi empat, maka konduktivitas pada segi empat ini
adalah:

w
G  d
l
.............................................................................................................................2-25

Dengan demikian untuk semua segi empat untuk medan yang lengkap adalah terdapat P
buah segi empat yang dihitung dalam arah semua garis ekpotensial dan S adalah segi
empat dalam arah garis aliran arus listrik, maka konduktivitas total adalah:

pw
G  d (mho) ........................................................................................2-26
St

Dengan menganalogikan antara konduktivitas dengan permitivitas dan permebilitas,


maka akan didapatkan besar kapasitas dan induktansi yang terjadi pada medan tersebut,
yang dapat dituliskan disini secara berturut-turut:

11
Pw
C  d (Farad )
St
......................................................................................................................................2-
27

Pw
L  d (Henry )
St
...............................................................................................................................2-28
Agar kurva yang dibuat berguna, maka kurva yang dibuat harus memenuhi sifat-sifat
berikut :
1. Jumlah arus yang melewati setiap volume segi empat yang dibentuk harus
sama;
2. Perbedaan potensial setiap segi empat yang terbentuk harus sama;
3. Kerapatan arus listrik bervariasi melewati medan dan berbanding terbalik
dengan lebar (w);
4. Gradien tegangan listrik bervariasi melewati medan dan berbanding
terbalik dengan panjang segi empat (l);
5. Konduktansi, kapasitansi, dan induksi setiap segi empat yang terbentuk
adalah sama;
6. Energi yang tersimpan setiap segi empat yang terbentuk adalah sama.

Contoh dan penyesaian


Gambar 2-3 dialiri arus sebesar 0,5 A dan beda tegangan 1 volt setiap kotaknya.
Tentukan resistensi total

Penyesaian
Resistansi tiap kotak adalah R=V/I=1/0,5=2 Ohm
Kotak seri 6: Rs=6x2 ohm =12 Ohm
Jadi untuk kotak 4 paralel: maka Rt=12/4=3 Om

Atau:

Arus total adalah 4x0,5 =2 A dan beda tegangan total adalah 6x1 =6 volt
Jadi resistansi total: Rt=Vt/It=6/3=3 A

2.8 Metoda Iterasi


Bila terdapat medan potensial pada suatu ranah, dimana tanah ini dibatasi batas
potensial tertentu, maka terdapat distribusi potensial pada ranah itu. Perhitungan
potensial dalam ranah berdimensi dua harus dihitung melalui titik dan dibuat dengan
teratur. Selanjutnya dilakukan perhitungan numerik melalui iterasi sehingga didapat
solusi yang akurat. Gambar 2-4 adalah ranah dua dimensi yang didalamnya terdapat
medan potensial.

Pada gambar 2.4, kotak-kotak yang dibuat oleh garis sejajar sumbu-x dan sumbu-y
adalah segi empat sama sisi dengan panjang sisi adalah h. Setiap perpotongan garis
tersebut adalah titik-titik potensial yang tidak diketahui dan besar potensial pada titik-
titik ini yang akan dihitung kemudian. Sekarang pada gambar itu ditinjau titik-titik
potensial V0, V1,V2, V3, dan V4.

12
Untuk medan Laplace dan dielektrik homogen sehingga berlaku Δ.D = 0 atau Δ.E=0.
Untuk daerah dua dimensi maka didapat :

. E x  E y  0, E x  V / xdanE y  V / Y kemudian dihasilkan


 v  v
2 2
x  y  0
x 2 y 2

Gambar 2.4. Ranah Medan Potensial

Dengan jalan pendekatan diferensial pada gambar 2-4 itu adalah


Perbedaan tegangan untuk arah a:

V V1  V0
a  .............................................................................................2-29
x h
Sedangan untuk arah c:

V V  V3
c 0 ...........................................................................................2-30
x h

Jadi didapat

V V

 V
2
x x V1  V0  V0  V3 ......................................................2-31
 a c

x 2 ac
h h2

Dengan jalan yang sama seperti sumbu-x di atas untuk sumbu-y maka dihasilkan
persamaan berikut

 2 v V 2  V 0  Vo  V 4
 ....................................................……………2-32
y 2 h2

Kombinasi dari persamaan 2-31 dan 2-32 untuk medan Laplace dihasilkan

13
Vo  1 / 4(V 1  V 2  V 3  V 4) .....................……………………..…......2-33

Pernyataan dari persamaan 2-33 ini adalah untuk h yang sangat kecil atau mendekati
nol. Semakin kecil harga h akan semakin akurat perhitungan yang didapat.

Contoh dan Penyelesaian .


Tentukan tegangan pada titik-titik didala gambar 2-5, dimana tegangan pada titik-p dan
titik-q diasumsikan sama dengan tegangan rata-rata dari rel 100 KV dengan rel 0 KV.

Gambar 2-5. Contoh Perhitungan Iterasi

Solusi :
Tegangan pada titik p dan q diambil tegangan rata-rata pada dua sisi yaitu.
100 KV  0 KV ) / 2  50 KV Dan pada awalnya tegangan pada titik a, b, …., I adalah
nol, kecuali Ve  (100  0  0  0) / 4  25KV agar mempercepat iterasi.

Vc  Va (100  0  Vb  Vd ) / 4 Vb  (100  Va  Vb  Vc  Ve ) / 4
Vd  Vf (0  Va  Ve  Vg ) / 4 Ve  (Vb  Vd  Vf  Vh) / 4
Vg  Vi (0  0  Vd  Vg ) / 4 V  (0  Ve  Vg  Vi ) / 4

Selanjutnya langkah iterasi untuk perhitungan besar tegangan pada titik-titik tersebut
adalah:

Iterasi 1:
Va = Vc = ( 0 + 50 + 100 + 0 )/4 = 43,2 Vb = ( 100 + 43,8 + 43,8 + 25 )/4 = 53,2
Vg = Vi = ( 0 + 25 + 0 + 0 )/4 = 6,2 Vh = ( 0 + 25 + 6,2 + 6,2)/4 = 9,4
Vd = Vf = ( 0 + 43,8 + 25 + 6,2 )/4 = 18,8 Ve = ( 53,8 + 18,8 + 8x2+9,4 )/4 = 24,8

14
Iterasi 2 :
Va  Vc(0  100  53.2  18.8) / 4  43.0 Vb  (100  43.0 x 2  24.8) / 4  52.8
Vg  Vi (0  0  18.8  9.4) / 4  7.0 Vh  (0  24.8  7.0  7.0) / 4  9.7
Vd  Vf (0  43.0  24.8  7.0) / 4  18.6 Ve  (52.8  18.6  6 x 2  9.7) / 4  24.8

Iterasi diteruskan sampai mendapat besar tegangan pada tiap titik hampir konstan.Untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik maka segiempat diperkecil lagi, tapi harga yang
didapat digunakan untuk perhitungan selanjutnya. Dengan cara ini proses perhitungan
lebih cepat didapat bila dibandingkan dengan membagi kotak-kotak langsung kecil,
dalam hal ini akan terdapat banyak iterasi yang dibutuhkan.

2.8 Latihan
1. Lanjutkan pernyelesaian contoh di atas sampai didapatkan hasil dengan keakuratan
dua anggka di belakang koma.
2. Hitung kuat medan listrik dalam silider yang berjari-jari 10 cm yang mana
ditengahnya terdapat konduktor jari-jari 0,5cm dengan tegangan 20 kV dan diluarnya
ditanahkan, sedangkan permiabilitasnya adalah 10 kali dari keadaan vakum.
3. Hitung jari-jari dari atom hydrogen bila elektronnya bergerak dengan kecepatan
cahaya.
4. Hitung besar tegangan tiap titik-titik dalam gambar dibawah ini sampai tiga langkah
iterasi

5. Suatu kapasitor plat sejajar dengan luas 10 cm2 dan jarak 2 cm menyerap daya
sebesar 15 watt. Hitung konduktansi kapasitor bila kekuatan medan di dalamnya 7
V/cm.

15
16

Anda mungkin juga menyukai