Anda di halaman 1dari 8

NAMA : RAFLI ARDIANSYAH

NIM : 22271025721
PRODI : TEKNIK ELEKTRO

Tugas Transmisi Tenaga Listrik.

1. Jelaskan tentang system Penyaluran Tenaga Listrik

2. Berapa tegangan Pembangkit, Transmisi, Distribusi, berapa penampang penghantarnya dan berapa
daya maksimum yang bisa disalurkan ? Sebutkan salah satu pembangkit yang ada di Jamali , berapa
dayanya, komponen utama apakah yang ada di Pembangkit tersebut ?

3. Apakah kepentingan adanya Pembangkit, Transmisi, Distribusi dan Gardu Induk ?

4. Konduktur SUTT adalah ACSR, Jelaskan tentang pemilihan konduktor tersebut berkaitan dengan :
kekuatan Tarik, stranded conductor, bundle conductor.

5. Rugi-Rugi Tegangan dan Rugi-rugi Energi.


Jelaskan penyebab adanya rugi-rugi tersebut.
Berapa besaran yang di-ijinkan ?
Bagaimana Rumusannya ?

Jawab :

1. Sistem penyaluran tenaga listrik terbagi dalam beberapa bagian yang disebut dengan Sistem Tenaga
Listrik (STL), sistem tenaga listrik adalah rangkaian instalasi penyaluran listrik yang terbagi menjadi :
a. Pembangkit, merupakan proses dimana listrik dibangkitkan, listrik adalah suatu energi dimana
energi hanya bisa dirubah, maka energi listrik berasal dari pengubahan energi, bisa dari energi
apapun, antara lain : PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) yang berasal dari energi air, PLTU
(Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang berasal dari tenaga uap panas, PLTD (Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel) yang menggunakan bahan bakar minyak, dan masih banyak lagi. Prinsip
pembangkit energi listrik pada dasarnya energi awal (yang akan dirubah menjadi energi listrik)
dipakai untuk memutar turbinyang terhubung dengan generator, dalam generator ada
kumparan dan magnet digerakkan oleh turbin yang bergerak oleh energi primer, menghasilkan
elektromagnetik yg akan menghasilkan listrik. Tegangan listrik yang dihasilkan oleh generatpor
pembangkit listrik sekitar 12kV – 20kV dan disalurkan ke transmisi, sebelum masuk ke Transmisi
tegangan dinaikkan oleh Trafo Step Up.

b. Transmisi / Penyaluran adalah proses penyaluran listrik dari pembangkitan, tegangan dari
pembangkitan di naikkan menjadi tegangan standar transmisi di Indonesia yaitu ada 70 kV, 150
kV yang diklasifikasikan sebagai Tegangan Tinggi (TT) dan 500 kV, yang diklasifikasikan sebagai
Tegangan Ekstra Tinggi (TET). Tujuan tegangan dinaikkan agar mengurangi rugi-rugi daya akibat
panjangnya saluran, makin tinggi tegangannya maka makin berkurang rugi daya yang terjadi.
Tegangan yang akan diturunkan pada Distribusi biasanya tegangan 150 kV dan 70 kV, sedangkan
500 kV dipakai untuk penyaluran. Saluran transmisi terdiri dari saluran udara yang biasa disebut
SUTT / SUTET dan kabel bawah tanah yang biasa disebut SKTT. Untuk saluran udara biasanya
terlihat dari tower-tower listrik yang besar, makin tinggi tegangannya makin besar struktur
towernya.

c. Distribusi merupakan proses penyaluran dari transmisi hingga ke konsumen, Distribusi terbagi
menjadi distribusi primer dan distribusi sekunder. Distribusi primer adalah penyaluran listrik dari
transmisi yang telah diturunkan tegangannya oleh trafo step-down menjadi 20 kV yang
diklasifikasikan sebagai tegangan menengah (TM), dan disalurkan melalui penyulang-penyulang
(feeder). Sama seperti transmisi, saluran distribusi primer ada yang saluran udara (SUTM) dan
kabel bawah tanah (SKTM). Pada SUTM biasanya kita melihat di pinggir jalan ada tiang dengan
tiga kawat konduktor di atasnya. Sebelum masuk ke Distribusi sekunder listrik akan diturunkan
lagi tegangannya oleh trafo step-down menjadi tegangan pakai. Distribusi sekunder adalah
saluran dari trafo step-down distribusi hingga ke kWh pelanggan, tegangan pada distribusi
sekunder adalah tegangan pakai yaitu 380/220 Volt yang diklasifikasikan sebagai tegangan
rendah (TR).

d. Konsumen / Instalasi adalah pemakain jasa tenaga listrik, konsumen terbagi menjadi beberapa
bagian tergantung tegangan yang dipakai oleh konsumen tersebut. Konsumen biasa (untuk
rumah tinggal atau kantor) biasanya memakai tegangan rendah yang disebut Konsumen TR
dengan tegangan pakai 380/220 Volt, konsumen TR ini menerima suplai listrik dari Saluran
Distribusi Sekunder. Pemakaian listrik untuk bisnis seperti mall, hotel dan lain-lain, maupun
industri menengah biasanya menggunakan listrik tegangan menengah yang disebut dengan
konsumen TM, konsumen TM ini mendapat supply listrik langsung dari penyulang Distribusi
Primer. Untuk konsumen Industri besar seperti pabrik semen dan lain-lain yang membutuhkan
daya listrik besar biasanya berlangganan listrik tegangan tinggi yang disebut konsumen TT,
supply listrik biasanya langsung didapatkan dari saluran transmisi tegangan tinggi.

2. – Pembangkit : 6-24 kV
- Transmisi : 70 kV, 150 kV yang diklasifikasikan sebagai Tegangan Tinggi (TT) dan 500 kV,
yang diklasifikasikan sebagai Tegangan Ekstra Tinggi (TET)
- Distribusi : 20 kV yang diklasifikasikan sebagai tegangan menengah (TM)
- Konsumen : 380/220 Volt

Dalam menentukan ukuran kabel yang akan kita gunakan untuk pemasangan suatu instalasi
listrik, baik itu instalasi listrik 1 phase maupun instalasi listrik 3 phase, harus diketahui terlebih
dahulu seberapa besar beban arus (Ampere) maksimal yang akan ditanggung kabel penghantar
tersebut. Setelah beban arus maksimal diketahui, selanjutnya kita bisa menentukan ukuran kabel
penghantar sesuai dengan Tabel Kemampuan Hantar Arus.

PLTA Ir. H Djuanda

PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Ir. H. Djuanda kapasitas daya terpasang 150 MW dan pada
tahun 1998 ditingkatkan dayanya menjadi 187,5 MW. Produksi listrik yang dihasilkan rata-rata dalam
setahun mencapai 830 juta kWh yang sebagian digunakan untuk keperluan sendiri serta penugasan
dari Pemerintah dan selebihnya dipasok ke PT PLN (Persero) melalui jaringan tegangan 150 kV dan 70
kV. Pembangkit PLTA Ir. H. Djuanda selalu terjaga dan handal serta dioperasikan oleh tenaga ahli
yang profesional dan kompeten sehingga siap melayani dengan baik untuk konsumen internal
maupun eksternal.
PLTA mempunyai 5 komponen utama yaitu bendungan, turbin, generator, penstock, dan jalur
transmisi.
3. Suatu system distribusi secara garis besar terdiri dari tiga bagian, yaiut Sistem Pembangkitan, system
transmisi dan system distribusi. Pusat pembangkitan merupakan tempat energi listrik dibangkitkan
dan menggunakan transformator penaik tegangan (step up), tegangan listrik dinaikkan menjadi
tegangan tinggi dan selanjutnya disalurkan melalui saluran transmisi. Saluran transmisi akan
menghubungkan antara pusat pembangkit dengan system distribusi atau konsumen melalui gardu
induk dengan menurunkan tegangannya pada transformator penurun tegangan (step down) menjadi
tegangan menengah. Pada bagian distribusi inilah energi listrik selanjutnya disalurkan ke konsumen
untuk berbagai kebutuhan dan keperluan. Sistem Tenaga listrik di Indonesia menggunakan system 3
fasa yang seimbang. Artinya bahwa tegangan 3 fasa yang dihasilkan oleh unit-unit pembangkit tenaga
listrikn dalam keadaan seimbang, baik besar tegangan maupun frekuensi yang dihasilkan (Stevenson,
1994). Menurut Dugan & Beaty (1996), keandalan atau kualitas daya listrik secara umum dapat
dinyatakan sebagai kemungkinan suatu komponen atau suatu system penyedia tenaga listrik
menjalankan fungsinya secara memuaskan dan sempurna.

4. Bahan konduktor yang dipergunakan untuk saluran energi listrik perlu memiliki sifat sifat sebagai
berikut :
a. Konduktivitas tinggi
b. Kekuatan tarik mekanik tinggi
c. Berat jenis yang rendah
d. Ekonomis
e. Lentur/tidak mudah patah.

Biasanya konduktor pada SUTT/ SUTET merupakan konduktor berkas (stranded) atau serabut yang
dipilin, agar mempunyai kapasitas yang lebih besar dibanding konduktor pejal dan mempermudah
dalam penanganannya. Konduktor dengan bahan aluminium lebih ringan daripada konduktor jenis
tembaga, konduktivitas dan kekuatan mekaniknya lebih rendah, salah satu jenis konduktor dengan
bahan aluminium yaitu Konduktor ACSR (Alumunium Conductor Steel Reinforced) . Konduktor ACSR
ini, bagian dalamnya berupa steel yang mempunyai kuat mekanik tinggi, sedangkan bagian luarnya
berupa aluminium yang mempunyai konduktivitas tinggi. Karena sifat elektron lebih menyukai
bagian luar konduktor daripada bagian sebelah dalam konduktor, maka pada sebagian besar SUTT
maupun SUTET menggunakan konduktor jenis ACSR.
Konduktor ACSR dibentuk oleh beberapa kabel aluminium dan baja galvanis, terdampar di lapisan
konsentris. Kawat atau kawat yang membentuk inti, terbuat dari baja galvanis dan lapisan atau
lapisan luar, terbuat dari aluminium. Inti baja galvanis terdiri dari 1, 7 atau 19 kabel. Diameter
kawat baja dan aluminium bisa sama, atau berbeda.

Dengan memvariasikan proporsi relatif aluminium dan baja, karakteristik yang diperlukan untuk
aplikasi tertentu dapat dicapai. UTS yang lebih tinggi dapat diperoleh, dengan meningkatkan
kandungan baja, dan daya dukung arus yang lebih tinggi dengan meningkatkan kandungan
aluminium.

5. Rugi-rugi tegangan ialah kebocoran daya atau daya yang lenyap di sejauh lajur pendistribusian
tenaga listrik, ini disebabkan karena resistansi yang ada di bahan pembentuk konduktor. Dan
tegangan jatuh ialah keadaan tegangan di ujung titik terima yang lebih rendah dibanding ujung
kirim. 

Rugi-rugi energi adalah suatu kondisi atau keadaan dimana jumlah energi yang disalurkan tidak
sama dengan energi yang diterima pada sisi penerimaan. Terjadinya rugi-rugi energi ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti jauhnya daerah penyaluran tenaga listrik dari
sumber/suplai, voltage drop, ketidakseimbangan beban, umur peralatan, diameter penghantar dan
lain-lain. Rugi-rugi energi pada jaringan distribusi ini tidak dapat dihilangkan secara menyeluruh
tetapi hanya bisa diminimalkan (direduksi).

Penyebab terjadinya rugi-rugi :


a. Besar arus
Kerugian tegangan atau sering juga disebut tegangan jatuh ini dapat diakibatkan oleh semakin
besarnya arus listrik yang sedang mengalir di penghantarnya.
b. Panjangnya kabel
Jika kabel yang digunakan panjang, maka akan membuat besar pula kerugian tegangan atau
tegangan jatuh
c. Luas penampang
Untuk meminimalisir kerugian daya yang terjadi, maka semakin dibuat besar, maka akan
semkain kecil tegangan jatuh atau kerugian tegangan.
d. Tahanan Jenis (Rho)
Semakin besar tahanan jenis pada penghantar yang dipergunakan, maka akan semakin besar
pula kerugian tegangan atau tegangan jatuh.

Tegangan jatuh pada umumnya ialah tegangan yang dipakai pada beban. Tegangan jatuh
diakibatkan oleh arus yang mengucur lewat tahanan kawat. Tegangan jatuh V pada penghantar
makin besar bila arus I dalam penghantar makin besar apabila tahanan penghantar Rℓ makin besar
juga. 

Tegangan jatuh sebagai penanggung jawab berlangsungnya rugi pada penghantar karena bisa
turunkan tegangan pada beban. Mengakibatkan sampai ada di bawah tegangan nominal yang
diperlukan. Atas dasar hal itu karena itu tegangan jatuh yang diizinkan untuk instalasi arus kuat
sampai 1.000 V yang diputuskan dalam % dari tegangan kerjanya

Sesuai standard tengangan yang ditetapkan oleh PLN (SPLN), perancangan jaringan dibikin supaya
jatuh tegangan di ujung diterima 10%. Tegangan jatuh pada jaringan karena ada rugi tegangan
karena kendala listrik (R) dan reaktansi (X). Jatuh tegangan phasor Vd di suatu penghantar yang
memiliki impedansi (Z) dan bawa arus (I) bisa diuraikan dengan rumus :

Vd=I.Z………………………………………………………………….1

Dalam ulasan ini yang ditujukan dengan jatuh tegangan (∆V) ialah beda di antara tegangan kirim
(Vk) dengan tegangan terima (VT), karena itu jatuh tegangan bisa diartikan ialah :

∆V  =  ( Vk ) – (VT )………………………………………………..2

Karena ada resistansi pada penghantar karena itu tegangan yang diterima customer (Vr) semakin
lebih kecil dari tegangan kirim (Vs), hingga tegangan jatuh (Vdrop) sebagai beda di antara tegangan
pada pangkal pengangkutan (sending end) dan tegangan pada ujung akseptasi (receiving end)
tenaga listrik. Tegangan jatuh relatip diberi nama peraturan tegangan VR (voltage regulation) dan
dipastikan oleh rumus

Di mana :
Vs = tegangan pada pangkal pengangkutan
Vr = tegangan pada ujung akseptasi

Untuk hitung jatuh tegangan, diakui reaktansinya, atau factor energinya yang berbeda dengan 1,
karena itu berikut akan dirinci langkah perhitunganya. Dalam peringkasan penghitungan,
diibaratkan beban-bebannya sebagai beban fasa tiga yang imbang dan factor energinya (Cos φ) di
antara 0,6 s/d 0,85. tegangan bisa dihitung berdasar rumus pendekatan jalinan seperti berikut :

(∆V ) =  I ( R . cos φ + X . sin φ ) L………………………………..4

Rumus Menghitung Tegangan Jatuh

Rumus Tegangan Jatuh 1 phase :

Rumus Tegangan Jatuh 3 Phase :

Dengan ketentuan :

ξ = Daya hantara Jenis saluran, yaitu

     Tembaga (Cu) = 56

     Besi (Fe) = 7

     Alumunium (Al)= 32.7

E = Tegangan antara 2 saluran (Volt)

N = Beban (watt)

ev = Rugi tegangan (Volt)

q = Penampang saluran dalam (mm2)

p = Rugi tegangan (%)


L    = Panjang saluran(m)

Anda mungkin juga menyukai