PENDAHULUAN
1
Korona adalah peristiwa peluahan sebagian (partial discharge) yang
diikuti dengan timbulnya cahaya berwarna violet karena terjadi proses
ionisasi di udara pada sekitar bidang konduktor ketika gradien tegangan
konduktor melebihi besaran nilai kuat medan listrik distruptifnya. Gejala
korona ditandai dengan terlihat cahaya violet pada kawat, timbul suara
mendesis (hissing), serta mengeluarkan bau ozone.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagi Perusahaan
Dengan adanya kegiatan penelitian ini, diharapkan pimpinan yang
bersangkutan pada Gardu Induk 150 kV Daya Baru dapat
menghitung rugi-rugi daya korona secara berkala (real time)
sehingga hasil perhitungan rugi-rugi daya korona lebih akurat untuk
tiap keadaan yang hasilnya dalam bentuk energi (kWh).
2. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan
pengetahuan ataupun penelitian terkait dengan kasus rugi-rugi
3
daya korona pada saluran transmisi tegangan tinggi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
1. Pusat Pembangkit Listrik
Pusat pembangkit listrik merupakan tempat awal pembangkitan
energi listrik, dimana turbin berfungsi sebagai penggerak mulanya (Prime
Mover) dan generator yang membangkitkan energi listrik dengan
mengubah energi mekanik yang dihasilkan oleh turbin menjadi energi
listrik. Umumnya pada pusat pembangkit listrik juga terdapat gardu induk.
Beberapa peralatan utama pada gardu induk seperti transformator, juga
berfungsi untuk menaikkan tegangan generator menjadi tegangan
transmisi atau tegangan tinggi dan juga peralatan pengaman serta
pengatur lainnya.
2. Sistem Transmisi
Sistem transmisi adalah penyaluran energi listrik dari pusat
pembangkitan listrik ke sistem distribusi. Sebelum energi listrik
ditransmisikan, pertama-tama tegangan yang disuplai oleh generator
harus dinaikkan dengan menggunakan trafo step-up menjadi 70 kV, 150
kV, 270 kV, 380 kV, atau 500 kV sesuai dengan standar tegangan
transmisi di Indonesia. Menaikkan tegangan berfungsi untuk mengurangi
rugi-rugi daya yang terjadi pada saluran transmisi dan untuk mengimbangi
jauhnya jarak saluran transmisi. Setelah itu, listrik ditransmisikan melalui
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) atau melalui Saluran Udara
Tegangan Extra Tinggi (SUTET).
3. Sistem Distribusi
Sistem distribusi menyalurkan energi listrik dari saluran transmisi
hingga sampai ke konsumen. Sistem distribusi terdiri dari gardu induk
dimana tegangan tinggi diturunkan menjadi tegangan menengah sebesar
20 kV yang disebut tegangan distribusi primer. Selanjutnya, energi listrik
disalurkan melalui penyulang yang berupa saluran udara ataupun saluran
kabel bawah tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat gardu-gardu
distribusi. Fungsi gardu distribusi tersebut adalah menurunkan tegangan
6
distribusi primer menjadi tegangan rendah atau tegangan distribusi
sekunder sebesar 220 V.
7
Level tegangan sistem transmisi yang dinaikkan menyebabkan
daya hantar sistem transmisi juga akan meningkat yang berbanding lurus
dengan kuadrat tegangan, juga memperkecil rugi-rugi daya dan jatuh
tegangan yang terjadi pada saluran transmisi.
420 – 525.
8
penyangga yang besar/tinggi, juga memerlukan lahan yang luas serta
isolator yang banyak, sehingga biayanya cukup besar.
9
2.2.2 Kategori Saluran Transmisi
10
Gambar 2.2 Saluran Udara (Overhead Lines)
11
2.2.3 Komponen Saluran Transmisi Tenaga Listrik
a. Konduktor
Bahan konduktor berupa kawat yang digunakan dalam saluran
transmisi tegangan tinggi adalah kawat tanpa pelindung. Kawat yang
digunakan ini adalah kawat yang berbahan dasar tembaga atau
alumunium dengan inti baja (Steel-Reinforced Alumunium Cable/ACSR)
tanpa pelindung dengan ukuran besar yang terbentang untuk mengalirkan
arus listrik.
12
1. AAC (All Alumunium Conductor), yaitu jenis kawat penghantar yang
seluruh bagiannya terbuat dari bahan alumunium.
b. Isolator
Pada sistem transmisi tenaga listrik terdapat isolator yang berfungsi
sebagai pelindung dari konduktor. Isolator umumnya terbuat dari bahan
porselin, gelas, mika, keramik, dan lain-lain. Bahan isolator harus memiiki
resistansi yang tinggi untuk melindungi konduktor terhadap arus bocor dan
harus memiliki ketebalan yang cukup yaitu sesuai standar untuk
mencegah terjadinya tegangan breakdown pada tegangan tinggi sebagai
pertahanan dari fungsi isolasi tersebut. Keadaan isolator harus kuat
terhadap guncangan dan juga kuat terhadap beban konduktor.
13
1. Isolator Jenis Pasak (Pin Type Insulator)
c. Tiang Penyangga
Saluran udara merupakan salah satu jenis saluran transmisi yang
lebih sering digunakan dibandingkan saluran kabel bawah tanah karena
lebih ekonomis. Daya listrik yang dikirim melalui saluran udara umumnya
menggunakan penghantar kawat tanpa pelindung yang menjadikan udara
sebagai media isolasinya. Untuk merentangkan kawat penghantar di
udara maka penghantar tersebut dipasang pada suatu konstruksi
bangunan yang kuat yang biasa disebut tower/tiang penyangga.
14
bawah tanah serta perawatannya yang mudah. Akan tetapi, juga perlu
pengawasan berlanjut, karena besi bajanya rawan terhadap pencurian
yang dapat mengakibatkan tower/tiang penyangga listrik tersebut roboh
sehingga penyaluran listrik ke konsumen pun terganggu.
- Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat penghantar ataupun tiang
penyangga.
15
kuat medan pada daerah di sekitar kawat penghantar atau konduktornya
lebih tinggi daripada kuat medan tembus udaranya sehingga terjadi
pelepasan muatan listrik ke udara. Gejala korona semakin serius pada
saluran transmisi dengan level tegangan sistem di atas 100 kV. Umumnya
korona terjadi pada SUTT & SUTET dimana terdapat perbedaan tegangan
antara masing-masing phasa (tegangan line to line) dan juga perbedaan
tegangan antara phasa dengan tanah (tegangan line to neutral).
16
akan semakin tampak dan terlihat dengan jelas. Pada permukaan
konduktor akan terlihat cahaya violet yang semakin membesar dan makin
terang, terlebih pada permukaan konduktor yang kasar, tajam, dan kotor.
Jika level tegangan sistem masih terus ditingkatkan, maka akan
mengakibatkan terjadinya busur api. Selain itu, peristiwa korona juga
menghasilkan panas.
17
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Korona
1. Kerapatan Udara
Besarnya nilai kerapatan udara ini ditentukan oleh tekanan dan
suhu udara sekitar. Dalam keadaan standar, besarnya tekanan udara
adalah 760 mmHg dengan suhu 25°C.
Keterangan :
δ = Kerapatan Udara
t = Suhu ( ̊C)
18
D
Vd = Em δ mo r ln …………………………………………….…...
r
(2.2)
Keterangan :
silinder
a. Keadaan atmospher
1) Temperature yang meningkat akan mempercepat terjadinya
19
proses ionisasi sehingga peristiwa korona mulai timbul pada
tegangan disruptif kritis yang lebih rendah.
2) Tekanan udara yang menurun akan menyebabkan
kerapatan molekul juga menurun sehingga panjang lintasan
rata-rata dari molekul menjadi tinggi sedangkan proses
ionisasi akan berkurang.
3) Pengaruh kelembaban udara dapat menyebabkan turunnya
tegangan disruptif kritis.
4) Besarnya kerapatan udara relative berbanding lurus dengan
besarnya tegangan disruptif kritis.
b. Kondisi permukaan kawat penghantar atau konduktor
Proses ionisasi terjadi akibat keadaan permukaan konduktor
yang kasar, tajam, dan kotor.
c. Konfigurasi kawat penghantar atau konduktor
Konfigurasi konduktor mempengaruhi besarnya kuat medan
antar konduktor.
Pc =
241
δ
(f+25)
√ r
D
(V–Vd)2 10-5 …………………………….…….
(2.3)
Keterangan :
20
f = frekuensi (Hz)
21
besar efeknya terhadap korona dibandingkan dengan kabut,
salju, ataupun hujan es.
3) Daya hantar udara
Konduktivitas menunjukkan kemampuan suatu bahan dalam
menghantarkan panas.
2.5 Efisiensi Saluran Transmisi
Pkirim−Pc
η = x 100% ……………………………………………….
Pkirim
(2.4)
Keterangan :
Pc = Rugi-rugi Korona
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
23
3. Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk mengolah data yang telah diperoleh
dari penelitian menjadi suatu informasi yang dapat digunakan
dalam memecahkan permasalahan yang terkait dengan penelitian.
Perhitungan rugi-rugi daya korona dilakukan sesuai dengan formula
Peek, maka perhitungan rugi-rugi korona dimulai dengan
perhitungan nilai kerapatan udara rata-rata pada wilayah Maros,
lalu menghitung nilai tegangan disruptif saluran transmisi per line,
kemudian menghitung rugi-rugi korona sepanjang saluran transmisi
Gardu Induk 150 kV Daya Baru-Titik Persimpangan Zipur, serta
menganalisis parameter yang memiliki kontribusi paling besar
terhadap rugi-rugi daya korona.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil perhitungan
serta perbandingan sehingga dapat diketahui parameter yang
memiliki kontribusi paling besar terhadap rugi-rugi daya korona.
24
3.2 Bagan Alur Penelitian
Pc =
241
δ
(f+25)
√ r
D
(V–Vd)2 10-5
25
3.3 Jadwal Penelitian
7 Membuat Laporan
8 Seminar Hasil
9 Perbaikan
10 Ujian Akhir
26
Adapun lokasi dan waktu penelitian dilakukan di:
27
BAB IV
Tabel 4.1 Data Parameter Saluran Transmisi Gardu Induk 150 kV Daya
Baru-Titik Persimpangan Zipur
28
4.2 Data Klimatologi BMKG dari Katalog Sulawesi Selatan pada tahun
2021 wilayah Maros
Tabel 4.2 Data Klimatologi BMKG dari Katalog Sulawesi Selatan pada
tahun 2021 wilayah Maros
Tekanan Udara
Bulan Suhu (°C)
(mbar)
Juli 26.7 1012.1
Agustus 27.8 1012.1
September 27.9 1012.9
Oktober 27.8 1012.8
November 27.2 1010.9
Desember 26.7 1010.5
4.3 Rugi-Rugi Daya Korona pada Saluran Transmisi Gardu Induk 150
kV Daya Baru-Titik Persimpangan Zipur
29
0.289 b
δ=
273+t
0.289 x 1012.1
δ=
273+26.7
δ =¿ 0.975965632
D
Vd = Em δ mo r ln
r
300
Vd = 18.7 x 0.975965632 x 0.95 x 1.44 x ln
1.44
Vd = 133.301024 kV
30
Setelah itu, rugi-rugi daya korona untuk bulan Juli dapat dihitung
menggunakan Persamaan 2.3.
Pc =
241
δ
(f+25)
√ r
D
(V–Vd)2 10-5
Pc =
241
0.975965632
(50+25)
1.44
300 √
(150–133.301024)2 10-5
Pc = 3.578030874 kW/km/line
Pc = 3.578030874 x 3.45 x 12
Pc = 148.1304782 kW
Rugi-Rugi
Faktor Tegangan Pc
Daya
No. Bulan Kerapatan Distruptif Total
Korona
Udara Kritis (kV) (kW)
(kW/km/line
)
3.57803087
1 Juli 0.975965632 133.301024 148.13
4
132.813553 3.80388757
2 Agustus 0.972396609 157.48
5 2
Septembe 132.874360
3 0.972841808 3.77528985 156.30
r 4
132.905411
4 Oktober 0.973069149 3.76073321 155.69
5
5 November 0.973184877 132.921218 3.75333530 155.39
31
4
133.090292 3.67471544
6 Desember 0.974422756 152.13
2 5
Pc total
Pc rata-rata = ∑
6
925.1240793
Pc rata-rata =
6
Pc rata-rata = 154.1873466 kW
Gambar 4.1 Grafik Rugi-Rugi Daya Korona pada Saluran Transmisi Gardu
Induk 150 kV Daya Baru-Titik Persimpangan Zipur Tahun
2021
32
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa rugi-rugi daya
korona meningkat drastis dari bulan Juli ke Agustus, cenderung konstan
pada bulan Agustus hingga November, dan menurun pada bulan
Desember. Rugi-rugi daya korona terbesar terjadi pada bulan Agustus
sebesar 157.48 kW dan rugi-rugi daya korona terkecil terjadi pada bulan
Juli sebesar 148.13 kW.
33
34
4.5 Pengaruh Parameter Suhu terhadap Rugi-Rugi Daya Korona
Tekanan Ketidakteraturan
Suhu ( ̊C) Udara Permukaan Pc Total (kW)
(mbar) Konduktor
24.3 1380.42
27.4 1010.5 0.7 1451.02
30.1 1513.39
1450.00
1451.02
1400.00
1380.42
1350.00
1300.00
24 25 26 27 28 29 30 31
Suhu ( ̊C)
35
daya korona untuk setiap kenaikan suhu adalah 70.60 kW
dan 62.37 kW.
Tekanan Ketidakteraturan
Suhu ( ̊C) Udara Permukaan Pc Total (kW)
(mbar) Konduktor
24.3 467.79
27.4 1011.9 0.85 512.84
30.1 553.40
550.00 553.40
500.00 512.84
467.79
450.00
400.00
24 25 26 27 28 29 30 31
Suhu ( ̊C)
36
Berdasarkan Tabel 4.7 dan Gambar 4.3 di atas, rugi-
rugi daya korona terbesar terjadi pada saat suhu (t)
maksimum yaitu sebesar 553.40 kW dengan selisih rugi-rugi
daya korona untuk setiap kenaikan suhu adalah 45.06 kW
dan 40.56 kW.
Tekanan Ketidakteraturan
Suhu ( ̊C) Udara Permukaan Pc Total (kW)
(mbar) Konduktor
24.3 37.49
27.4 1012.9 1 52.14
30.1 66.71
60.00
52.14
40.00
37.49
20.00
0.00
24 25 26 27 28 29 30 31
Suhu ( ̊C)
37
Gambar 4.4 Grafik Variasi Suhu terhadap Rugi-Rugi Daya Korona;
Tekanan Udara dan Ketidakteraturan Permukaan
Konduktor Bernilai Maksimum
Tekanan Ketidakteraturan
Suhu ( ̊C) Udara Permukaan Pc Total (kW)
(mbar) Konduktor
1010.5 1380.42
24.3 1011.9 0.7 1371.14
1012.9 1364.54
38
Variasi Tekanan Udara terhadap Rugi-Rugi Daya
Korona; Suhu dan Ketidakteraturan Permukaan
Konduktor Bernilai Minimum
1400.00 1380.42
Pc Total (kW)
1380.00 1371.14
1360.00 1364.54
1340.00
1010 1010.5 1011 1011.5 1012 1012.5 1013 1013.5
Tekanan Udara (mbar)
Tekanan Ketidakteraturan
Suhu ( ̊C) Udara Permukaan Pc Total (kW)
(mbar) Konduktor
1010.5 519.02
27.4 1011.9 0.85 512.84
1012.9 508.46
39
Variasi Tekanan Udara terhadap Rugi-Rugi Daya
Korona; Suhu dan Ketidakteraturan Permukaan
Konduktor Bernilai Rata-Rata
520.00
519.02
Pc Total (kW)
515.00
512.84
510.00
508.46
505.00
500.00
1010 1010.5 1011 1011.5 1012 1012.5 1013 1013.5
Tekanan Udara (mbar)
Tekanan Ketidakteraturan
Suhu ( ̊C) Udara Permukaan Pc Total (kW)
(mbar) Konduktor
1010.5 70.87
30.1 1011.9 1 68.43
1012.9 66.71
40
Variasi Tekanan Udara terhadap Rugi-Rugi Daya
Korona; Suhu dan Ketidakteraturan Permukaan
Konduktor Bernilai Maksimum
72.00
70.87
Pc Total (kW)
70.00 68.43
68.00
66.71
66.00
64.00
1010 1010.5 1011 1011.5 1012 1012.5 1013 1013.5
Tekanan Udara (mbar)
41
Tabel 4.12 Variasi Ketidakteraturan Permukaan Konduktor terhadap
Rugi-Rugi Daya Korona; Suhu dan Tekanan Udara Bernilai
Minimum
Tekanan Ketidakteraturan
Suhu ( ̊C) Udara Permukaan Pc Total (kW)
(mbar) Konduktor
0.7 1380.42
24.3 1010.5 0.85 473.68
1 40.63
1000.00
500.00
473.68 40.63
0.00
0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9 0.95 1 1.05
Ketidakteraturan Permukaan Konduktor
42
dan tekanan udara bernilai rata-rata yang diperlihatkan pada
Tabel 4.13.
Tekanan Ketidakteraturan
Suhu ( ̊C) Udara Permukaan Pc Total (kW)
(mbar) Konduktor
0.7 1441.49
27.4 1011.9 0.85 512.84
1 53.66
1500.00
1000.00
500.00
512.84 53.66
0.00
0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9 0.95 1 1.05
Ketidakteraturan Permukaan Konduktor
43
Perbandingan ketiga adalah variasi ketidakteraturan
permukaan konduktor terhadap rugi-rugi daya korona; suhu
dan tekanan udara bernilai rata-rata yang diperlihatkan pada
Tabel 4.14.
Tekanan Ketidakteraturan
Suhu ( ̊C) Udara Permukaan Pc Total (kW)
(mbar) Konduktor
0.7 1496.72
30.1 1012.9 0.85 548.85
1 66.71
1500.00
1000.00
548.85
500.00
66.71
0.00
0.65 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9 0.95 1 1.05
Ketidakteraturan Permukaan Konduktor
44
m0 = 0.85 adalah 947.88 kW, sedangkan untuk m 0 = 0.85 dan
m0 = 1 adalah 482.14 kW.
45
Hubungan Ketiga Parameter terhadap Rugi-Rugi Daya
Korona
1600.00 1451.02 1513.39
1400.00
1380.42 1371.14 1364.54 Suhu (t)
1200.00
Pc Total (kW)
1000.00
Tekanan Udara (b)
800.00
600.00
473.68
400.00 Ketidakteraturan
200.00 Permukaan
40.63 Konduktor(mo)
0.00
24.3 27.4 30.1
Suhu ( ̊C)
46
partikel lain, serta terjadinya pemanasan di sekitar kawat
penghantar (hotspot), juga peristiwa peluahan sebagian
(partial discharge) yang terjadi pada kawat penghantar.
BAB V
47
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
48
DAFTAR PUSTAKA
Hajar, Ibnu, dan Tito Dias Fernando, (2019). “Analisa Pengaruh Luas
Penampang Penghantar dan Cuaca Terhadap Rugi Daya Akibat
Korona Pada SUTET 150 kV (Studi Kasus: Gardu Induk Bangkalan
– Gardu Induk Sampang), Surabaya: Departemen Elektro, Sekolah
Tinggi Teknik PLN, Alumni Departemen Elektro, Sekolah Tinggi
Teknik PLN.
Dewi, Arfita Yuana, Asnal Effendy, dan Yogi Saputra, (2020). “Studi
Analisa Pengaruh Temperatur Dan Tekanan Udara Terhadap Rugi
Daya Korona SUTT 150 kV”. Padang : Program Studi Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Institut Teknologi Padang.
49
LAMPIRAN
50
Lampiran 2. Surat Balasan Izin Pengambilan Data
51
Lampiran 3. Tower Transmisi 4 Circuit
52