Anda di halaman 1dari 18

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

D
I
S
U
S
U
N

Kelompok 3 :
 Cindy Gloria Bosongan (Ketua)
 Edwardus Salil Seriadi
 Jesen Tolla
 Aldi Manuk Allo

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS MAKASSAR


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SPIL
TAHUN AJARAN 2022-2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak
lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh
komponen yang telah membantu dalam penyelesaian makalah yang berjudul
“Pancasila Sebagai Filsafat”
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia
khususnya para mahasiswa untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami
yakin dalam pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan
kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 17
Oktober 2022

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................4
2.1 Pancasila Sebagai Filsafat..............................................................................4
2.1.1 Pemikiran filosofis Pancasila menurut Para Pendiri Bangsa....................5
2.1.2 Pemikira Filosofi Pancasila Menurut Para Ahli.......................................7
2.1.3 Nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan............................................10
2.1.4 Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber norma etik dan hukum bernegara.
.......................................................................................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
3.1 KESIMPILAN.............................................................................................13
3.2 SARAN........................................................................................................14
3.3 TUJUAN......................................................................................................15
3.4 MANFAAT..................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara


yang menyokong negara itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta
agar tidak terombang ambing oleh persoalan yang muncul pada masa kini.
Pada hakikatnya ideologi merupakan hasil refleksi manusia berkat
kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka
terdapat sesuatu yang bersifat dialektis antara ideologi dengan masyarat
negara. Di suatu pihak membuat ideologi semakin realistis dan pihak yang
lain mendorong masyarakat mendekati bentuk yang ideal. Idologi
mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun
juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Indonesia pun tak terlepas
dari hal itu, dimana Indonesia memiliki dasar negara yang sering kita sebut
Pancasila. Pancasila sebagai ideologi menguraikan nilai-nilai Pancasila
sebagai ideologi negara dan karakteristik Pancasila sebagai ideologi negara.
Sejarah indonesia menunjukan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan yang layak dan lebih baik,
untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Pancasila
merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam
masingmasing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa
Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara
Indonesia. Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan
sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan UndangUndang
Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang
telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu
kekuatan manapun juga yang v mampu memisahkan Pancasila dari
kehidupan bangsa Indonesia. Mempelajari Pancasila lebih dalam

1
menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan
harus diwijudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan
identitas bangsa yang lebih bermatabat dan berbudaya tinggi. Melalui
makalah ini diharapkan dapat membantu kita dalam berpikir lebih kritis
mengenai arti Pancasila.

Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya.


Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT dan ternyata
merupakan lightstar bagi segenap bangsa Indonesia di masa-masa
selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan,
juga sebagai alat pemersatu dalam kehidupan berbangsa, serta sebagai
pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia seharihari. Pancasila
lahir 1 Juni 1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan
UUD 1945. Bunyi dan ucapan Pancasila yang benar berdasarkan Inpres
Nomor 12 tahun 1968 adalah Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua,
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Lima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus
Pancasila itu ialah, Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir.
Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat
bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah
karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa
yang menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi. 2 Pancasila
sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh
warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan
menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya
pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara
Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pancasila Sebagai Filsafat

Pancasila adalah filsafat negara yang lahir sebagai ideologi kolektif


(citacita bersama) seluruh bangsa Indonesia. Pancasila dikatakan sebagai
filsafat karena merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang
dilakukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam suatu
sistem yang tepat. Jika ditilik dari soal tempat, Filsafat Pancasila merupakan
bagian dari Filsafat Timur dan juga bagian dari Filsafat Barat. Nilai Ketimuran
yang termuat dalam Pancasila seperti, soal pengakuan akan adanya Tuhan(yang
tercantum dalam sila pertama), kerakyatan(dalam sila keempat), keadilan yang
diidentikkan dengan paham mengenai “ratu adil”(yang termuat dalam sila
kelima), dan sebagainya. Sedangkan paham Barat yang termuat dalam
Pancasila seperti, kemanusiaan(tercantum dalam sila kedua), demokrasi(sama
seperti “mufakat” dalam usulan Soekarno sebagai sila ketiga), dan seterusnya.
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia mengandung
makna bahwa setiap aspek kehidupan kebangsaan, kenegaraan dan
kemasyarakatan harus didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan dan keadilan, karena itu semua merupakan dasar dari
negara Indonesia yang tercantum dalam lima sila Pancasila. (Dewantara, A.
(2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran
yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Filsafat
Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional
tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan
tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan
menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan
hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the faounding
father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani). Filsafat

3
Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat
dari Pancasila (Notonagoro).

II.1.1 Pemikiran filosofis Pancasila menurut Para Pendiri Bangsa

 Pemikiran Filosofi Pancasila dari Soekarno

Soekarno sebagai orang pertama yang memperkenalkan Pancasila


setelah menjelaskan isi atau
subtansi tiap sila Pancasila. Penjelasan tersebut di nyatakan pada
sidang I BPUPK tanggal 1 juni
1945. tidak hanya itu, penjelasan soekarno perihal sila-sila Pancasila
ini di kemukakan kembali padakursus presiden tentang Pancasila di
tahun 1956 dan pidato di muka sidang umum PBB tahun
1960.menurut soekarno, muatan yang terkandung dalam masing-
masing sila Pancasila dapat di kemukakansecara sederhana sebagai
berikut :
a) Ketuhanan Yang Maha Esa, berarti bangsa Indonesia
adalah bangsa yang bertuhan. Bukan hanyabangsa Indonesia
adalah bangsa yang bertuhan, tetapi hendaknya masing-masing
orangIndonesia bertuhan menurut Tuhannya sendiri.
b) kemanusiaan yang adil dan beradab berarti humanity atau
persaudaraan bangsa-bangsa.
c) Persatuan Indonesia berarti nasionalisme.
d) Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, berarti demokrasi.
e) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berarti tidak
ada kemiskinan dalam Indonesia merdeka.

 Pemikiran Filosofi Pancasila dari Moh. Hatta

4
Moh. Hatta atau di kenal dengan Bung Hatta juga memberikan
penjelasan-penjelasan tentang isi darikelima sila Pancasila. Moh. Hatta
adalah salah satu pendiri negara, menjadi anggota BEPUPK,
anggotaPanitia Sembilan dan juga sebagai anggota PPKI. Penjelasan
Pancasila dari Moh. Hatta untuk Sebagian besar termuat dalam buku
karya pribadi yakni Demokrasi Kita (1966) refleksi berikutnya termuat
dalam buku Uraian Pancasila karya Panitia Lima (1977), dimana beliau
menjadi salah satu penulisnya. Dalam Demokrasi Kita, Moh. Hatta
menyatakan bahwa Pancasila sebagai filsafat negara Indonesia.
Menurutnya, jika di perhatikan benar maka Pancasila terdiri atas dua
fundamen. Pertamafundamen moral, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa
dan fundamen politik, yaitu perikemanusiaan, persatuan Indonesia,
demokrasi, dan keadilan sosial. Dengan meletakkan dasar moral, agar
negara dan pemerintahnya memperoleh dasar yang kokoh, yang
memerintahkan kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran, serta
persaudaraan keluar dan kedalam. Dengan politik pemerintahan yang
berdasarkan kepada moral yang tinggi, di harapkan tercapainya suatu
keadilan bagi seluruh rakyatIndonesia. Dasar ketuhanan Yang Maha
Esa jadi dasar yang memimpin cita-cita kenegaraan Indonesia
untukmenyelenggarakan segala hal yang baik bagi rakyat dan
masyarakatnya. Dasar kemanusiaan adalahkelanjutan dengan perbuatan
daripada dasar yang di pimpin tadi dalam praktik hidup. Dasar
persatuan Indonesia menegaskan sifat negara nasional yang satu tidak
terbagi-bagi. Dasar kerakyatan menciptakan pemerintahan yang adil
yang mencerminkan kemauan rakyat yang di lakukandengan penuh rasa
tanggungjawab agar terlaksana keadilan sosial. dasar keadilan sosial
adalahpedoman dan tujuan dua-duanya.

II.1.2 Pemikira Filosofi Pancasila Menurut Para Ahli

5
Pemikiran filosofi perihal Pancasila tidak hanya di jelaskan oleh
para pendiri negara. Para ahli
Pancasila sesuadahnya, juga banyak memberikan sumbangan
pemikiran filosofis Pancasila.
 Driyarkara dalam tulisan berjudul “Driyarkara tentang Negara dan
Bangsa” (1980) membahasPancasila secara filosofis yang bertolak
dari refleksinya tentang manusia. Tulisan ini berasal dariperasaan
beliau tentang Pancasila dan religi pada Seminar Pancasila 1959di
Yogyakarta. Menurutnya, manusia adalah mahkluk social yang selalu
berhubungan dengan semua yang lain. Aspek ini, pertama-tama dalam
relasinyadengan alam jasmani yang di sebutkan membudaya. Aspek
keduaadlah relasinya dengan persona rohani. Oleh karena itu, menurut
strukturnya adanya kita itu berupaada Bersama. Ada Bersama berarti
terlibat dalam hubungan cinta kasih, dan demikian itu menjadidasar
bagi peri kemanusiaan, demokrasi, semangat cinta akan tanah air,
nasionalisme, dan internasionalisme. Keadaan kita baik di dunia
material maupun dalam interaksi adalah karena diadakan oleh Yang
Maha Ada. Dengan demikian, sila Ketuhanan itu timbul dari kodrat
manusia sendiri.

 Soediman Kartohadiprodjo (1970) menyatakan sebagai


berikut,“kalau kita perhatikan, makafilsafat pantja-sila inti-intinya di
bawakan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia”.
Pancasila berkaitan dengan manusia karena sebagai filsafat Pancasila
merupakan hasil karya manusiadalam mencari hakikat akan sesuatu.
Hakikat akan sesuatu itu ada dalam alam semesta dan hubungannya
dengan isi lain alam semesta. Alam semesta terdiri atas berbagai
benda, baik benda mati atau benda hidup. Benda hidup terrdiri atas
tumbuhan, hewan dan akhirnya manusia sebagai bagian kecil saja. Isi
filsafat Pancasila tidak mengenai hal-hal yang bertalian dengan
tumbuhan dan hewan, sebab pertama kali dalam “lahirnya” sebagai
“dasar filsafat negara Indonesia merdeka yang kelak akan didirikan”.

6
Negara itu adalahh satu yang bertalian dengan manusia, sebagai
organisasimanusia maka dengan sendirinya harus dibawakan dengan
soal-soal yang bertalian dengan manusia. Selanjutnya, di katakannya
bahwa pemikiran yang bulat dari isi filsafat tergambar dari masing-
masing sila. Arti yang dapat di berikan dari sila pertama Ketuhanan
Yang Maha Esa adalah bahwabangsa Indonesia percaya pada Tuhan,
pencipta alam semesta dan seluruh isinya termasuk manusia. Manusia
di ciptakan oleh Tuhan itu pada dasarnya satu umat. Demikianlah
merupakan arti sila kedua, perikemanusiaan atau internasionalisme.
Namun, perlu di sadari manusia hidup di berbagai bagianbumi yang
satu sama lain berbeda keadaan tanah, iklim, dan lain-lain. Maka dari
itu, terdapat perbedaan sifat antara manusia yang menimbulkan
adanya bangsa (sila ketiga, nasionalisme atau kebangsaan). Sila
kelima kebahagiaan bahwa manusia di ciptakan oleh Tuhan untuk
berusahamenemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Akan tetapi,
kebahagiaan itu tidak dicapai dengan gontok-gontokan, apalagi
dengan saling membunuh. Kebahagiaan itu harus di capai dengan
musyawarahatau mufakat (sila keempat).

 Abdul Kadir Besar dalam tulisannya Pancasila dan Alam Pikiran


Integralistik (1994) menyatakanbahwa untuk mengetahui serba
konsep yang terkandung dalam tiap sila Pancasila dan bagaimana
hubungan antar konsep, perlu dilakukan refleksi filsafati. Menurunya,
tiap sila Pancasila adalahabstraksi dari konsep secara logis terkandung
di dalamnya, tersusun secara berjenjang dari konsepyang bersifat
universal, berturut-turut secara deduktif logis ke konsep yang makin
bersifat particular. konsep universal yang terkandung dalam sila
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah alam semesta ituciptaan Tuhan
YME, yang eksistensinya dikerangkai oleh suatu mantikan yang juga
ciptaan Tuhan yang di namai Mantikan Eksistensi Alam Semesta. Di
katakana bahwa dalam alam semesta itu, segenapfenomena saling
bertautan, merakit diri secara organic, rakitannya berjenjang,

7
jenjangnya hierarki, membentuk totalitas integralistik. Totalitas itu
sendiri di kenai hukum organic, sehingga ia berjenjang keatas tak
terhingga dan kebawah tak terhingga. Mantikan Ekstensi Alam
Semesta mengandung tiga buka tesis antologik sebagai berikut.

1) Dalam alam semesta, tidak ada satu fenomena pun yang mampu
berdiri sendiri, terlepas dari fenoena lain.
2) Ada itu memberi, tidak ada itu tidak memberi.
3) Suatu pendapat atau keyakinan benar, bila iaberkesesuaian dengan
totalitas relasi yang berkaitan denganya, dan nir benar apabila
kesesuaian itutidak ada. Kebenaran itu adalah totalitas dan ide
mengenai kebenaran bersifat integral. Kesimpulannya sila
Ketuhanan Yang Maha Esa beralam fikiran integralistik.

II.1.3 Nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan

Pancasila sebagai satu kesatuan memiliki ke lima sila yang saling


satu, berkaitan dan tidak dapat dipisahkan karena aspek Pancasila satu,
sehinga semua maknanya adalah sama satu kesatuan Pancasila.

 Nilai-nilai sila kesatu: Ketuhanan yang Maha Esa

Nilai KeTuhanan yang Maha Esa meyakini


bahwa Pancasila memiliki adanya Tuhan dan pencipta Yang Maha Esa
segaia Allah semesta alam, atau Pancasila memberikan poin penting
pengakuan keberadaan Tuhan bagi Indonesia.
Sikap yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sila ke 1:
1. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama
dan kepercayaan masing-masing.
2. Saling menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda.

8
3. Hidup rukun di antara umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa

 Nilai-nilai sila kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab

Nilai yang mengedepankan sisi kemanusiaan kepada seluruh


manusia secara adil, memberikan sisi kemanusiaan dengan adab adab
yang baik, tujuannya perlindungan dan kebebasan manusia sesuai adab
yang berlaku.

 Nilai-nilai sila ketiga: Persatuan Indonesia

Nilai persatuan yang meyakinkan Indonesia dan seluruh


rakyatnya haruslah bersatu dan teguh bersama, segala masalah maka
rakyat beserta pemerintah mengedepankan persatuan. Persatuan ini
diyakini untuk semua orang Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

 Nilai-nilai sila ke-empat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan

Nilai yang mengedepankan musyawarah untuk menyelesaikan


masalah bersama, musyawarah adalah cara yang mengumpulkan semua
orang bersangkutan dengan membahas masalah bersama sampai
dikemukakan mufakat.

 Nilai-nilai sila kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Memberikan keadilan bagi seluruh Indonesia secara rata tanpa


memandang bulu, dengan tujuan adanya khidmat si atas dengan si
bawah, sehingga semua mendapat adil yang sama seperti hukum.

9
II.1.4 Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber norma etik dan hukum
bernegara.

 Nilai Pancasila menjadi Sumber Norma Etik

Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai


adalah dengan menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber
pembentukan norma etik (norma moral) dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai pancasila adalah
nilai moral. Oleh karena itu, nilai pancasila juga dapat diwujudkan
kedalam norma - norma moral (etik). Norma - norma etik tersebut
selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam
bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Bangsa Indonesia saat ini sudah berhasil merumuskan norma
- norma etik sebagai pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku.
Norma - norma etik tersebut bersumber pada pancasila sebagai nilai
budaya bangsa. Rumusan norma etik tersebut tercantum dalam
ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa,
Bernegara, dan Bermasyarakat. Ketetapan MPR No. VI/MPR/2001
tentang etika Kehidupan Berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat
merupakan penjabaran nilai-nilai pancasila sebagai pedoman dalam
berpikir, bersikap, dan bertingkah laku yang merupakan cerminan dari
nilai - nilai keagamaan dan kebudayaan yang sudah mengakar dalam
kehidupan bermasyarakat.

 Nilai Pancasila Sebagai Sumber Norma Hukum Bernegar

Upaya mewujudkan Pancasila sebagai sumber nilai adalah


dijadikannya nilai nilai dasar menjadi sumber bagi penyusunan norma
hukum di Indonesia. Operasionalisasi dari nilai dasar pancasila itu
adalah dijadikannya pancasila sebagai norma dasar bagi penyusunan
norma hukum di Indonesia. Negara Indonesia memiliki hukum nasional

10
yang merupakan satu kesatuan sistem hukum. Sistem hukum Indonesia
itu bersumber dan berdasar pada pancasila sebagai norma dasar
bernegara. Pancasila berkedudukan sebagai grundnorm (norma dasar)
atau staatfundamentalnorm (norma fondamental negara) dalam jenjang
norma hukum di Indonesia. Nilai - nilai pancasila selanjutnya
dijabarkan dalam berbagai peraturan perundangam yang ada. Perundang
- undangan, ketetapan, keputusan, kebijaksanaan pemerintah, program-
program Fransiska Novita Eleanora, Pancasila Sebagai Norma Dasar
pembangunan, dan peraturan - peraturan lain pada hakikatnya
merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai dasar
pancasila.

BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPILAN

Dari apa yang telah dijelaskan di atas, Pancasila merupakan kesatuan


yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di
tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan
pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia. Dan filsafat merupakan
suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode dan sistem.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat dikarenakan pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita,
yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat, dimana pancasila
memiliki hakekatnya tersendiri yang terbagi menjadi lima sesuai dengan
kelima sila-silanya tersebut. Adapun yang mendasari Pancasila adalah dasar

11
Ontologist (Hakikat Manusia), dasar Epistemologis (Pengetahuan), dasar
Aksiologis (Pengamalan Nilai-Nilainya).

III.2 SARAN
Saran yang dapat dipetik dari materi ini adalah agar seluruh
masyarakat mengetahui seberapa penting Pancasila dan dapat mengamalkan
nilai-nilai sila dari pancasila dengan baik & benar, serta tidak melecehkan
arti penting pancasila

12
III.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui Pemikiran filosofis Pancasila menurut Para


Pendiri Bangsa
2. Untuk mengetahui Pemikira filosofis Pancasila menurut Para Ahli
3. Untuk mengetahui Nilai-nilai Pancasila sebagai satu kesatuan
4. Untuk mengetahui Nilai_nilai Pancasila sebagai sumver norma etik
dan hukum bernegara.

13
III.4 MANFAAT

1. Seluruh lapisan masyarakat khususnya Mahasiwa Bangsa Indonesia


dapat memahami bagaimana arti penting dari pancasila sebagai
filsafat.
2. Para pembaca diharapkan dapat mengamalkan seluruh ajaran dari
pancasila.
3. Dapat memotivasi seluruh generasi muda agar lebih mencintai dasar
negaranya
4. Dapat mendidik bagaimana seharusnya perilaku masyarakat dalam
mengartikan, memaknai, serta mengimplementasikan arti pancasila
sebagai filsafat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayama, 2010. Cerdas, Kritis,


Dan Aktif Berwarganegara (Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Perguruan Tinggi). ERLANGGA : Jakarta.

Kaelan,M.S. 2016. Pendidikan Pancasila (Pendidikan Untuk


Mewujudkan Nilai-nilai Pancasila, Rasa Kebangsaan dan Cita-cita
Tanah Air Sesuai Dengan SK. Dirjen DIKTI
NO.43/DIKTI/KEP/2006 Sesuai Dengan KKNI bdg PT 2013).
PARADIGMA : Yogyakarta.

I Wayan Windia, I Gede Sutrisna, Wayan Kesieg, Adi Wisnyana dan


Wirya Agung.2014.Modul Pendidikan Pancasila Dalam
Membangun Karakter Bangsa. UDAYANA PRESS : Kampus
Sudirman Denpasar.

Chandrawinata, Andhyn. ______. Pengertian Pancasila Secara


Etimologis, Historis, & Terminologis.
http://pancasila.weebly.com/pengertian-pancasila.html. Diakses pada
tanggal 3 Maret 2017.

Maulidi, Achmad. 2016. Pengertian Filsafat (Filosofi).


http://www.kanalinfo.web.id/2016/08/pengertian-filsafat-
filosofi.html. Diakses pada tanggal 3 Maret 2017.

Dwi Tama, Rizco.2012. Pengertian Filsafat Pancasila, Objek,


Cabang Filsafat dan Kedudukan Dalam Ilmu-ilmu Lain.
http://icounipa.blogspot.co.id/2012/04/pengertian-filsafatpancasila-
objek.html. Diakses pada tanggal 3 Maret 2017.

15

Anda mungkin juga menyukai