OLEH :
KELOMPOK 1
1. Adelia Rezki Ananda (19031122)
2. Lifiya Susanti (19031026)
3. Melina Berlian (19031027)
4. Resi Sefriyani (19031058)
5. Yulia Adytia Putri (19031118)
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk menambah pengetahuan kepada kami sebagai pelajar dan untuk memperluas
wawasan kami. Makalah ini berisi beberapa informasi tentang “Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila” yang kami harapkan dapat memberikan Informasi bagi kami dan sebagai media
untuk bahan belajar.
Tak lupa pula kami menyampaikan ucapan terimaksih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi membuat makalah ini. Kami sebagai Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu masyarakat atau bangsa menjadikan filsafat sebagai suatu pandangan hidup yaitu
merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa
tersebut, tanpa terkecuali aspek pendidikan. Filsafat yang dikembangkan harus berdasarkan
filsafat yang dianut oleh suatu bangsa, sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau
mekanisme dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat tersebut.
Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem
norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh
lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin supaya pendidikan
dan prosesnya efektif, maka dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan landasan ilmiah sebagai
asas normatif dan pedoman pelaksanaanya.
Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan
teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat
hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam
usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.
Oleh karena itu perlunya kita membahas lebih lanjut mengenai filsafat pendidikan
pancasila untuk mengetahui apa filsafat pendidikan Pancasila dan bagaimana Filsafat Pendidikan
Pancasila itu dalam tinjauan Ontologi.Epistemologi dan Aksiologi, serta peranan Filsafat
Pendidikan Pancasila dan Hubungan Pendidikan Dan Masyarakat Dengan Filsafat Pendidikan
Pancasila.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dasar pikiran dan rasional filsafat pancasila ?
2. Bagaimana hubungan filsafat pendidikan pancasila dengan pendidikan masyarakat ?
C. Tujuan
1. Mengetahui dasar pikiran dan rasional filsafat pancasila.
2. Megetahui hubungan filsafat pendidikan pancasila dengan pendidikan masyarakat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
adalah keyakinan atau pandangan hidup yang benar, baik dan unggul.
Nilai/nilai dasar dalam sosial budaya Indonesia :
1. Kesadaran mengakui adnya Tuhan dan kepercayaan negara
2. Kesadaran Keluarga
3. Kesadaran musyawarah mufakat dalam akhlak
4. Kesatuan gotong royong dan tolong menolong
5. Kesadaran tenggang rasa/tepa selera
3
a. Filsafat Pancasila Asli
Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini merujuk pidato Sukarno di
BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas di Eropa, di mana filsafat
barat merupakan salah satu materi kuliah mereka. Pancasila terinspirasi konsep humanisme,
rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi, sosialisme Jerman, demokrasi parlementer, dan
nasionalisme.
b. Filsafat Pancasila versi Soekarno
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak 1955 sampai berakhirnya
kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno selalu menyatakan bahwa Pancasila merupakan
filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India
(Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam). Menurut Sukarno "Ketuhanan" adalah asli
berasal dari Indonesia, "Keadilan Soasial" terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Sukarno tidak
pernah menyinggung atau mempropagandakan "Persatuan".
c. Filsafat Pancasila versi Soeharto
Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi. Melalui filsuf-filsuf yang
disponsori Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti interpretasinya dalam
budaya Indonesia, sehingga menghasilkan "Pancasila truly Indonesia". Semua sila dalam
Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-butir
Pancasila). Filsuf Indonesia yang bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah
truly Indonesia antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan, Wasito Poespoprodjo,
Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan, Moertono,
Soerjanto Poespowardojo, dan Moerdiono. Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian
filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari
bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-
norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai
bagi bangsa Indonesia.
4
a. Pancasila adalah dasar Negara atau filsafat Negara
b. Pancasila adalah norma-norma dasar dan norma-norma tertinggi dalam Negara R.I
c. Pancasila adalah ideology Negara
d. Pancasila adalah identitas dan karakteristik bangsa atau kepribadian nasional
e. Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa.
Nilai-nilai dalam sosial budaya Indonesia :
a. Kesadaran mengakui adanya tuhan dan kepercayaan Negara
b. Kesadaran keluarga
b. Kesadaran musyawarah mufakat dalam akhlak
c. Kesadaran gotong royong, tolong menolong
d. Kesadaran tenggang rasa / tepa selera.
Dalam Filsafat Pancasila terdapat banyak nilai-nilai luhur yang menjadi ciri khas dan
perekat bangsa Indonesia. Filsafat yang terkandung didalam pancasila harus disoroti dari titik
tolak pandangan yang holistie mengenai kenyataan kehidupan bangsa yang beranekaragam. Ini
menekankan pada semangat Bhineka Tunggal Ika, semangat ini diharapkan mendasari seluruh
kehidupan bangsa Indonesia. Yaitu adanya kesatuan didalam keaneka ragaman yang ada.
Dari penjelasan itu dapat dinyatakan bahwa Bhineka Tunggal Ika adalah inti Filsafat
Pancasila. Kerinduan bangsa Indonesia akan terwujudnya kesatuan didalam pengalanman akan
keperbagaian tersebut merupakan cerminan kerinduan umat manusia sepanjang zaman.
Menurut Drijarkara dalam Putra (1988:32) Pancasila adalah inheren (melekat) kepada
eksistensi manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan yang terntu pada kongretnya. Sebab itu
dengan memandang kodrat manusia "qua valis' (sebagai manusia), kita juga akan sampai ke
Pancasila. Hal ini digambarkan melalui sila-sila dalam Pancasila. Notonagoro (dalam noor,
1987:153) dalam kaitannya menyebutkan " kalau dilihat dari segi intisarinya, urut-urutan lima
sila Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya isi, tiap-tiap sila yang lima
sila dianggap maksud demikian, maka diantara lima sila ada hubungannya yang mengikat yang
satu kpada yang lain, sehingga Pancasila merupakan satukesatuan yang bulat.
Adapun hubungannya dengan pendidikan bahwa bagi bangsa Indonesia keyakinan atau
pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia ialah Pancasila. Karenanya system
pendidikan nasional wajarlah dijiwai, didasari, dan mencerminkan identitas Pancasila itu. Sistem
pendidikan nasional dan system filsafat pendidikan Pancasila adalah sub system dari system
5
negara Pancasila. Dengan kata lain system negara Pancasila wajar tercermin dan dilaksanakan di
dalam berbagai subsistem kehidupan nasional bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Tegasnya tiada system pendidikan nasional tanpa filsafat pendidikan. Jadi, jelas bahwa
tidak mungkin system pendidikan nasional Pancasila dijiwai dan didasari oleh system pendidikan
yang lain, kecuali Filsafat Pendidikan Pancasila.
6
pendapat orang lain demi kemajuan. Jadi, dalam menyusun tujuan pendidikan, diperlukan ide-
ide dari orang lain demi kemajuan pendidikan.
5) Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Dalam sisdiknas, maksud adil
dalam arti luas mencakup seluruh aspek pendidikan yang ada. Adil disini adalah adil dalam
melaksanakan pendidikan. Adil juga dalam arti sempit di kelas, pendidik tidak boleh
membeda-bedakan siswa.
7
umum dan ilmu agama. Hal ini didapatkan melalui pendidikan, baik itu formal, informal,
maupun nonformal.
8
balik yang saling menentukan itu bahkan seakan-akan hubungan kausalitas. Maksudnya sebagai
hubungan sebab-akibat; yakni karena pendidikan masyarakat menjadi maju disatu pihak,
sementara dilain pihak pendidikan maju dilaksanakan di dalam dan oleh masyarakat maju pula.
Analisis di atas nampak seperti hubungan telor dengan ayam. Atau secara teoritis di sebut
hubungan korelasi positif. Akan tetapi hubungan demikian belum memberikan prinsip dan
persepsi bagaimana kita bersikap,agar kebijaksanaan dan strategi pengembangan pendidikan
ditetapkan dan dilaksanakan.analisis filosofis dapat memperjelas antar-hubungan itu.
Manusia sebagai subjek individual dapat dianalogikan dengan masyrakat/negara/bangsa
sebagai subyek kolektif. Subyek selalu menentukan sikap dan wawasannya, kebijaksanaan, dan
strategi serta tujuan dan sasaran yang hendak ditempuhnya. Pertimbangan dan penentuan ini
diambil berdasarkan keyakinan ,motivasi dan tujuan dalam hidupnya.analog dengan pola dasar
subyek yang demikian, maka jelas hubungan masyarakat dengan pendidikan ialah hubungan
fungsional.jelasnya, masyarakat sebagi subyek, sedangkan pendidikan adalah usaha, aktivitas
subyek yang dilakukannya menurut tujuan dan kehendaknya secara mandiri.bagi anak, tujuan
dan kehendak belajar ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan, orang tua atau keluarga.
Demikian pula pada masyarakat/bangsa/negara, faktor itu ialah kondisi dan tantangan
zaman termasuk potensi-potensi yang dimilikinya (sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
kebudayaan).
Manusia, masyrakat, bangsa, negara sebagai subyek mandiri memiliki keyakinan, dan
kepercayaan diri yang tercermin dalam tujuan (cita-cita) dan hasrat luhur atau kehendak.cita dan
rasa ini bersumber dari keyakinan-keyakinan yang merupakan nilai dan pandangan hidupnya
yang potensial (tumbuh dan berkembang). Cita dan rasa ini menentukan bagaimana usaha dan
aktivitas itu ditempuh dan dilaksanakan; jadi manusia pribadi, atau masyarakat berdasarkan cita
dan karsa memilih dan menetapkan aktivitas dan fungsi hidupnya – incasu usaha mendidik
dirinya itu – karena itulah pendidikan merupakan fungsi manusia dan masyarakat untuk
mengembangkan dan meningkatkan subyek dirinya, martabat dan kepribadiannya.
Hubungan masyarakat dan pendidikan sebagai hubungan fungsional berarti:
1. Bahwa masyarakat/negara adalah subyek yang menentukan secara sadar dan mandiri cita
karsa atau tujuan dan keinginan luhur yang akan dilakukan dan dicapainyamelalui kebijakan,
lembaga dan strategi tertentu.cita-karsa ini bersumber cita dan tujuan hidupnya itu ; inilah
keyakinan hidup atau pandangan hidup suatu bangsa
9
2. Bahwa pendidikan baik sebagai usaha,lembaga maupun sebagai program, perwujudannya
secara nasional ialah sistem pendidikan nasional wajar bersumber dan ditentukan oleh cita
karsa subyek tersebut – karenanya cenderung subyektif (bandingkan dengan pendidikan
individu, potensi pancaindra, pikir, minat, cita-karsa-nya).
Manusia sebagai individual yang menentukan sikap dan wawasannya, kebijaksanaan dan
strategi serta tujuan dan sasaran yang hendak ditempuhnya.. Pertimbangan dan penentuan ini
diambil bardasarkan keyakinan, motivasi dan tujuan dalam hidupnya, maka manusia sebagai
subjek individual. Pendidikan adalah suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan individu menurut
tujuan dan kehendaknya secara mandiri. Masyarakat memiliki keyakinan dan kepercayaan yang
tercermin dalam tujuan dan hasrat luhur atau kehendak berdasarkan cita dan karsa memilih dan
menerapkan aktivitas kehidupan.
10
pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan
dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau
proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan
interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan
menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan.
Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan
negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan
tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari
teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi
atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau
miskonsepsi pada diri peserta didik.
Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof. Dr. Umar Anggara Jenie menyatakan,
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu pengetahuan diperlukan untuk panduan etik.
Sila-sila dalam Pancasila adalah prinsip-prinsip etika universal yang juga dihormati negara lain
(Kompas, 16 Agustus 2006).
Filsafat Pendidikan Pancasila mendasari Ilmu Pengetahuan kontektual milik budaya bangsa
Indonesia yang nilai-nilainya berbeda dengan bangsa lain. Ilmu pengetahuan kontekstual yang
dimaksud adalah ilmu pengetahuan milik budaya bangsa Indonesia yang nilai-nilainya berbeda
dengan bangsa lain. Menurut ajaran Ki Hadjar Dewantara, ilmu pengetahuan kontekstual budaya
Indonesia yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan yang beralaskan garis-hidup bangsanya
(cultureel-nationaal) dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan (maatschappelijk) yang dapat
mengangkat derajat negara dan rakyat, agar dapat bekerja bersama-sama dengan lain-lain bangsa
untuk kemuliaan segenap manusia ke seluruh dunia; ilmu pengetahuan yang membuat peserta
didik mampu mengalaminya sendiri dan kemudian tidak hidup berpisahan dengan rakyatnya
(Karya, KH.Dewantara, bagian Pertama: Pendidikan, 2004)."
11
strategi serta tujuan dan sasaran yang hendak ditempuhnya. Pertimbangan dan penentuan ini
diambil berdasarkan keyakinan, motivasi dan tujuan dalam hidupnya, maka manusia sebagai
subjek individual, pendidikan adalah suatu usaha, aktifitas yang dilakukan menurut tujuan dan
kehendaknya (cita karsa) secara mandiri. Bagi anak tujuan dan kehendak belajar dipenuhi oleh
factor lingkungan, orang tua / keluarga. Demikian pula dengan masyarakat ! bangsa dan Negara
factor luar adalah kondisi dan tantangan zaman dan potensi-potensi yang dimiliki (sumber daya
alam, sumber daya manusia dan kebudayaan).
Manusia pribadi atau masyarakat memiliki keyakinan dan kepercayaan yang tercermin
dalam tujuan (cita-cita) dan hasrat luhur atau kehendak berdasarkan cita dan karsa memilih dan
menerapkan aktifitas / fungsi kehidupan atau usaha mendidik dirinya. Pendidikan merupakan
fungsi manusia dan masyarakat untuk mengembangkan dan meningkatkan dirinya, martabat dan
kepribadiannya. Hubungan masyarakat dengan pendidikan itu sebagai hubungan fungsional
berarti :
1) Bahwa masyarakat atau Negara secara sadar dan mandiri cita karsa atau tujuan dan keinginan
luhur akan dicapai melalui kebijakan, lembaga dan strategi tertentu.
2) Pendidikan suatu lembaga, perwujudannya secara nasional adalah system pendidikan nasional
yang bersumber dan ditentukan oleh cita karsa manusia menurut keyakinan dan pandangan
hidup dan filsafat Negara sebagai sumber 10 nilai cita dan kepribadian nasionalnya"
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya
dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan,
norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan
paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
2. Secara yuridis konstisional Negara Indonesia berdasarkan pancasila yang termaksud dalam
pembukaan UUD 45 alinea ke-4 Ketentuan yuridis kontisional mengandung makna baik
formal maupun fungsional menyatakan: Pancasila adalah dasar Negara atau filsafat
Negara, Pancasila adalah norma- norma dasar dan norma-norma tertinggi dalam Negara
R.I, ideology Negara,sebagai adalah identitas dan karakteristik bangsa atau kepribadian
nasional dan Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa.
3. Filsafat Pendidikan Pancasila dapat ditinjau Dari segi Ontologi,Epistemologi dan
Aksiologi. Ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada.
Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan (adanya) benda-benda , dan Aksiologi
adalah bidang filsafat yang menyelidiki nilai- nilai (value). Nilai tdak akan timbul dengan
sendirinya. Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa yang digunakan dalam
pergaulan sehari-hari. Jadi, masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai.
4. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan
negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan
pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan
rambu-rambu dari teori pendidik,
13
DAFTAR PUSTAKA
Dedey . 2009. Filsafat Pendidikan Pancasila dan Etos Kerja. http:/llde2y'l-if-filsafat- pendidikan-
pancasila-dan-etos-kerja.html. diakses tanggal 29 Oktober 2012.
Epinawey. pancasila.html. Diakses tanggal 20 Novemver 2012. 2011.
http://epinawey.blogspot.com/2011/12/filsafat-pendidikan-
Jande,R.D.Karolus MH. 2010. Filsafat Pendidikan .http:/Filsafat-HTML/MIRIFICA- News-
filsafat.html. diakses pada 22 November 2012.
Mukhlis. 2010. Dasar-dasar filsafat Pendidikan Pancasila. http://dasar-dasar-filsafat- pancasila-
ab-mukhlis-berbagi-ilmu.html. diakses tanggal 29 pendidikan- Oktober 2012.
Neouka. 2010. Filsafat Pendidikan Pancasila. http:// neouka. wordpress.com/2010/06/09 Filsafat-
Pendidikan-Pancasila/. Diakses pada 02 November 2012.
Riri. 2011. Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan
„html.http:///Kumpulan-Makalah-RiRi-pandangan-Filsafat- diakses Nasional Pendidikan-
Pancasila-Terhadap-Sistem-Pendidian-Nasional.htm. pada 29 Oktober 2012.
Sadulloh, Uyoh. 2012. Pengantar Filsafat Pendidikan. Cet 6. Bandung : Alfabeta
Tafsir, Achmad. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. Cet 4. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Tafsir, Ahmad. 2004. Filsafat Ilmu. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
14