Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA

OLEH :
KELOMPOK 1
1. Adelia Rezki Ananda (19031122)
2. Lifiya Susanti (19031026)
3. Melina Berlian (19031027)
4. Resi Sefriyani (19031058)
5. Yulia Adytia Putri (19031118)

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH


Drs. Zelhendri Zen, M.Pd, Ph.D

MATA KULIAH UMUM


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini. Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk menambah pengetahuan kepada kami sebagai pelajar dan untuk memperluas
wawasan kami. Makalah ini berisi beberapa informasi tentang “Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila” yang kami harapkan dapat memberikan Informasi bagi kami dan sebagai media
untuk bahan belajar.
Tak lupa pula kami menyampaikan ucapan terimaksih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi membuat makalah ini. Kami sebagai Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Terimakasih.

Padang, 12 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 2
A. Dasar Pikiran dan Rasional ................................................................................................. 2
B. Hubungan Filsafat Pendidikan Pancasila dengan Pendidikan dan Masyarakat ................. 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 13
B. Kritik dan Saran ................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu masyarakat atau bangsa menjadikan filsafat sebagai suatu pandangan hidup yaitu
merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa
tersebut, tanpa terkecuali aspek pendidikan. Filsafat yang dikembangkan harus berdasarkan
filsafat yang dianut oleh suatu bangsa, sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau
mekanisme dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat tersebut.
Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem
norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh
lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin supaya pendidikan
dan prosesnya efektif, maka dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan landasan ilmiah sebagai
asas normatif dan pedoman pelaksanaanya.
Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan
teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat
hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam
usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.
Oleh karena itu perlunya kita membahas lebih lanjut mengenai filsafat pendidikan
pancasila untuk mengetahui apa filsafat pendidikan Pancasila dan bagaimana Filsafat Pendidikan
Pancasila itu dalam tinjauan Ontologi.Epistemologi dan Aksiologi, serta peranan Filsafat
Pendidikan Pancasila dan Hubungan Pendidikan Dan Masyarakat Dengan Filsafat Pendidikan
Pancasila.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dasar pikiran dan rasional filsafat pancasila ?
2. Bagaimana hubungan filsafat pendidikan pancasila dengan pendidikan masyarakat ?

C. Tujuan
1. Mengetahui dasar pikiran dan rasional filsafat pancasila.
2. Megetahui hubungan filsafat pendidikan pancasila dengan pendidikan masyarakat.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Pikiran dan Rasional


Negara Republik Indonesia yang berdiri 17 agustus 1945 sebenarnya adalah negara
pancasila. Predikat prinsipil ini berdasarkan ketentuan yuridiskonstitusional bahwa negara
Indonesia berdasarkan pancasila, sebagai termaksud di dalam pembukaan undang-undang dasar
1945 dinyatakan:“kemudian daripada itu, untuk ,membentuk suatu pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesiaitu dalam suatu susunan negara
republik Indonesia yang berkedaulatanrakyat dengan berdasar kepada: ketuhanan yang maha esa,
kemanusiaan yangadil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin
olehhikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta denganmewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Ketentuan yuridis konstitusional ini mengandung
makna konsekuensi baik formal maupun fungsional, bahkan imperatif bahwa :
1. Pancasila adalah dasar negara atau fiafat negara republik Indonesia
2. Pancasila adalah norma dasar dan norma tertinggi di dalam negararepublik Indonesia
3. Pancasila adalah ideologi negara, ideologi nasional Indonesia
4. Pancasila adalah identitas dan karakteristik bangsa atau kepribadian nasional, yang
perwujudannya secara melembaga,sebgai sistem negara pancasila
5. Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa, pandangan hidup(keyakinan bangsa) yang
menjiwai sistem kenegaraan dan kemasyarakatan Indonesia.
Karena itu pancasila adalah sistem filsafat Indonesia yang berpotensial dan fungsional,
yang normatif ideal.Sesungguhnya ketentuan formal atau yuridis konstitusional di
dalampembukaan undang-undang dasar 1945, bahwa pancasila dasar negara republik Indonesia
itu diangkat dari realitas sosio-budaya dan tata nilai dasar masyarakat Indonesia. Justru karena
nilai-nilai dasar ini telah menjiwai dan merupakan perwujudan kepribadian bangsa, maka
identitas substansialdan instrunsik iniditingkatkan dalam hidup kenegaraan (sebagai sitem
kenegaraan) secara formal.Motivasi demikian bersumber atas keyakina bahwa nilai pancasila

2
adalah keyakinan atau pandangan hidup yang benar, baik dan unggul.
Nilai/nilai dasar dalam sosial budaya Indonesia :
1. Kesadaran mengakui adnya Tuhan dan kepercayaan negara
2. Kesadaran Keluarga
3. Kesadaran musyawarah mufakat dalam akhlak
4. Kesatuan gotong royong dan tolong menolong
5. Kesadaran tenggang rasa/tepa selera

Pengertian Filsafat Pendidikan Pancasila


Pancasila yang dibahas secara filosofis disini adalah Pancasila yang butir-butirnya termuat
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang tertulis dalam alinia ke empat. Dijelaskan
bahwa Negara Indonesia didasarkan atas Pancasila. Pernyataan tersebut menegaskan hubungan
yang erat antara eksistensi negara Indonesia dengan Pancasila. Lahir, tumbuh dan
berkembangnya negara Indonesia ditumpukan pada Pancasila sebagai dasarnya. Secara filosofis
ini dapat diinterpretasikan sebagai pernyataan mengenai kedudukan Pancasila sebagai jati diri
bangsa (Putra, 1988:43).
Melihat dari beragamnya kebudayaan yang terdapat dalam bangsa Indonesia maka proses
kesinambungan dari kehidupan bangsa merupakan tantangan yang besar. Demi perkembangan
kebudayaan Indonesia selanjutnya dituntut adanya rumusan yang jelas yang mampu berperan
sebagai pemersatu bangsa sehingga cirri khas bangsa Indonesia menjadi nyata.
Jadi, Pancasila mengarahkan seluruh kehidupan bersama bangsa, pergaulannya dengan
bangsa-bangsa lain dan seluruh perkembangan bangsa Indonesia dari waktu kewaktu. Namun
dengan diangkatnya Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia tidak berati bahwa Pancasila
dengan nilai-nilai yang termuat didalamnya sudah terumus dengan teliti dan jelas, juga tidak
berarti pancasila telah merupakan kenyataan didalam kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila
adalah pernyataan tentang jati diri bangsa Indonesia.
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat
Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila
dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai dengan
"permintaan" rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke waktu. Beberapa
pendapat filsafat pendidikan Pancasila:

3
a. Filsafat Pancasila Asli
Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini merujuk pidato Sukarno di
BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas di Eropa, di mana filsafat
barat merupakan salah satu materi kuliah mereka. Pancasila terinspirasi konsep humanisme,
rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi, sosialisme Jerman, demokrasi parlementer, dan
nasionalisme.
b. Filsafat Pancasila versi Soekarno
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak 1955 sampai berakhirnya
kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno selalu menyatakan bahwa Pancasila merupakan
filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya India
(Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam). Menurut Sukarno "Ketuhanan" adalah asli
berasal dari Indonesia, "Keadilan Soasial" terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Sukarno tidak
pernah menyinggung atau mempropagandakan "Persatuan".
c. Filsafat Pancasila versi Soeharto
Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi. Melalui filsuf-filsuf yang
disponsori Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti interpretasinya dalam
budaya Indonesia, sehingga menghasilkan "Pancasila truly Indonesia". Semua sila dalam
Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-butir
Pancasila). Filsuf Indonesia yang bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat Pancasila adalah
truly Indonesia antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan, Wasito Poespoprodjo,
Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan, Moertono,
Soerjanto Poespowardojo, dan Moerdiono. Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian
filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari
bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-
norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai
bagi bangsa Indonesia.

Dasar- dasar Pendidikan Pancasila


Secara yuridis konstisional Negara Indonesia berdasarkan pancasila yang termaksud dalam
pembukaan UUD 45 alinea ke-4 Ketentuan yuridis. kontisional mengandung makna baik formal
maupun fungsional menyatakan :

4
a. Pancasila adalah dasar Negara atau filsafat Negara
b. Pancasila adalah norma-norma dasar dan norma-norma tertinggi dalam Negara R.I
c. Pancasila adalah ideology Negara
d. Pancasila adalah identitas dan karakteristik bangsa atau kepribadian nasional
e. Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa.
Nilai-nilai dalam sosial budaya Indonesia :
a. Kesadaran mengakui adanya tuhan dan kepercayaan Negara
b. Kesadaran keluarga
b. Kesadaran musyawarah mufakat dalam akhlak
c. Kesadaran gotong royong, tolong menolong
d. Kesadaran tenggang rasa / tepa selera.
Dalam Filsafat Pancasila terdapat banyak nilai-nilai luhur yang menjadi ciri khas dan
perekat bangsa Indonesia. Filsafat yang terkandung didalam pancasila harus disoroti dari titik
tolak pandangan yang holistie mengenai kenyataan kehidupan bangsa yang beranekaragam. Ini
menekankan pada semangat Bhineka Tunggal Ika, semangat ini diharapkan mendasari seluruh
kehidupan bangsa Indonesia. Yaitu adanya kesatuan didalam keaneka ragaman yang ada.
Dari penjelasan itu dapat dinyatakan bahwa Bhineka Tunggal Ika adalah inti Filsafat
Pancasila. Kerinduan bangsa Indonesia akan terwujudnya kesatuan didalam pengalanman akan
keperbagaian tersebut merupakan cerminan kerinduan umat manusia sepanjang zaman.
Menurut Drijarkara dalam Putra (1988:32) Pancasila adalah inheren (melekat) kepada
eksistensi manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan yang terntu pada kongretnya. Sebab itu
dengan memandang kodrat manusia "qua valis' (sebagai manusia), kita juga akan sampai ke
Pancasila. Hal ini digambarkan melalui sila-sila dalam Pancasila. Notonagoro (dalam noor,
1987:153) dalam kaitannya menyebutkan " kalau dilihat dari segi intisarinya, urut-urutan lima
sila Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya isi, tiap-tiap sila yang lima
sila dianggap maksud demikian, maka diantara lima sila ada hubungannya yang mengikat yang
satu kpada yang lain, sehingga Pancasila merupakan satukesatuan yang bulat.
Adapun hubungannya dengan pendidikan bahwa bagi bangsa Indonesia keyakinan atau
pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia ialah Pancasila. Karenanya system
pendidikan nasional wajarlah dijiwai, didasari, dan mencerminkan identitas Pancasila itu. Sistem
pendidikan nasional dan system filsafat pendidikan Pancasila adalah sub system dari system

5
negara Pancasila. Dengan kata lain system negara Pancasila wajar tercermin dan dilaksanakan di
dalam berbagai subsistem kehidupan nasional bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Tegasnya tiada system pendidikan nasional tanpa filsafat pendidikan. Jadi, jelas bahwa
tidak mungkin system pendidikan nasional Pancasila dijiwai dan didasari oleh system pendidikan
yang lain, kecuali Filsafat Pendidikan Pancasila.

Filsafat Pendidikan Pancasila dalam Tinjauan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.


a. Filsafat Pendidikan Pancasila dalam Tinjauan Ontologi
Ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada. Ontologi
kadang-kadang disamakan dengan metafisika, sebelum manusia menyelidiki yang lain, manusia
berusaha mengerti hakikat sesuatu (Muhammad Noor Syam, 1984:24). Jadi, ontologi adalah
cabang dari filsafat yang persoalan pokoknya adalah apakah kenyataan atau realita itu.
Dalam kenyataannya, Pancasila dapat dilihat dari penghayatan dan pengalaman kehidupan
sehari-hari. Dan bila dijabarkan menurut sila-sila dari Pancasila itu adalah sebagai berikut ;
1) Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa Sila pertama ini menjiwai sila-sila yang lainnya.
Dengan sila pertama ini, kita diharapkan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang juga
merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional., yaitu untuk menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Karena
itu, di lingkungan keluarga, sekolah, dan di masyarakat ditanamkan nilai-nilai keagamaan dan
Pancasila.
2) Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Pendidikan tidak membedakan usia, agama,
dan tingkat sosial budaya dalam menuntut ilmu. Setiap manusia mempunyai kebebasan dalam
hal menuntut ilmu, mendapat perlakuan yang sama.
3) Sila ketiga, Persatuan Indonesia Sila ketiga ini tidak membatasi golongan dalam belajar. Ini
berarti, bahwa semua golongan dapat menerima pendidikan, baik dari golongan rendah
maupun golongan yang tinggi, tergantung kepada kemampuannya untuk berpikir, sesuai
dengan UUD 1945 pasal 31 ayat 1.
4) Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan Sila keempat ini sering dikaitkan dengan kehidupan
berdemokrasi. Dalam hal ini, demokrasi sering juga diartikan sebagai kekuasaan ada di tangan
rakyat. Bila dilihat dari dunia pendidikan, maka hal ini sangat relevan karena menghargai

6
pendapat orang lain demi kemajuan. Jadi, dalam menyusun tujuan pendidikan, diperlukan ide-
ide dari orang lain demi kemajuan pendidikan.
5) Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Dalam sisdiknas, maksud adil
dalam arti luas mencakup seluruh aspek pendidikan yang ada. Adil disini adalah adil dalam
melaksanakan pendidikan. Adil juga dalam arti sempit di kelas, pendidik tidak boleh
membeda-bedakan siswa.

b. Filsafat Pendidikan Pancasila dalam Tinjauan Epistemologi


Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan (adanya) benda-benda. Epistemologi dapat
juga berarti bidang filsafat yang menyelidiki sumber, syarat, proses terjadinya ilmu pengetahuan,
batas validitas, dan hakikat ilmu pengetahuan.
1) Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa Pancasila bersumber dari bangsa Indonesianyang
prosesnya melalui perjuangan rakyat. Bila kita hubungkan dengan pancasila, maka dapat kita
ketahui bahwa apakah ilmu itu didapat melalui rasio atau datang dari Tuhan.
2) Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Seorang guru tidak boleh memonopoli
kebenaran. Nilai pengetahuan dalam pribadi telah menjadi kualitas dan martabat kepribadian
subjek pribadi yang bersangkutan, baik secara intrinsik, terlebih lagi secara praktis.
3) Sila ketiga, Persatuan Indonesia Proses terbentuknya pengetahuan manusia merupakan hasil
dari kerja sama atau produk hubungan dengan lingkungannya. Potensi dasar dengan faktor
kondisi lingkungan yang memadai akan membentuk pengetahuan. Bila ini dihubungkan
dengan Pancasila, akan sangat sesuai karena dalam hubungan antar manusia itu diperlukan
suatu landasan, yaitu Pancasila.
4) Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan Dalam sisdiknas, pendidikan memang mempunyai peranan
yang besar, tapi itu tidak menutup kemungkinan peran keluarga dan masyarakat dalam
membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Jadi, dalam hal ini, diperlukan suatu ilmu keguruan
untuk mencapai guru yang ideal, guru yang kompeten.
5) Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Ilmu pengetahuan sebagai
perbendaharaan dan prestasi individu serta sebagai karya budaya umat manusia merupakan
martabat kepribadian manusia. Dalam arti luas, adil dimaksudkan seimbang antara ilmu

7
umum dan ilmu agama. Hal ini didapatkan melalui pendidikan, baik itu formal, informal,
maupun nonformal.

c. Filsafat Pendidikan Pancasila dalam Tinjauan Aksiologi


Aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki nilai-nilai (value). Nilai tdak akan
timbul dengan sendirinya. Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa yang digunakan
dalam pergaulan sehari-hari. Jadi, masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai.
1) Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa Dilihat dari segi pendidikan, sejak dari tingkat
kanak-kanak sampai perguruan tinggi, diberikan pelajaran agama dan hal ini merupakan
subsistem dari sistem pendidikan nasional.
2) Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Dalam kehidupan umat Islam, setiap
muslim yang datang ke masjid untuk shalat berjamaah berhak berdiri di depan dengan tidak
membedakan keturunan, ras, dan kedudukan. Inilah sebagian kecil contoh dari nilai-nilai
Pancasila yang ada dalam kehidupan umat Islam.
3) Sila ketiga, Persatuan Indonesia Jika kita ingin berhasil, kita harus berkorban demi
tercapainya tujuan yang didambakan. Sebagai warga negara, kita mempunyai tanggung jawab
untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan ini. Kita harus senantiasa bersatu untuk
mencapai tujuan yang dicita-citakan.
4) Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan Sebelum adanya agama, di Indonesia sudah ada sikap gotong
royong dan musyawarah. Dengan datangnya agama, sikap ini lebih diperkuat lagi. Selain
sikap tersebut, bangsa Indonesia sudah melaksanakan hasil musyawarah dengan penuh
tanggung jawab dan dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan.
5) Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Adil berarti seimbang antara hak
dan kewajiban. Dalam segi pendidikan, adil itu seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama,
di mana ilmu agama adalah subsistem dari sistem pendidikan nasional.

B. Hubungan Filsafat Pendidikan Pancasila dengan Pendidikan dan Masyarakat


Hubungan masyarakat dengan pendidikan menampakkan hubungan korelasi positif.
Artinya pendidikan yang maju dan modern pula. Sebaliknya pendidikan yang maju dan modern
hanya ditemukan dan diselenggarakan oleh masyarakat maju dan modern. Hubungan timbal-

8
balik yang saling menentukan itu bahkan seakan-akan hubungan kausalitas. Maksudnya sebagai
hubungan sebab-akibat; yakni karena pendidikan masyarakat menjadi maju disatu pihak,
sementara dilain pihak pendidikan maju dilaksanakan di dalam dan oleh masyarakat maju pula.
Analisis di atas nampak seperti hubungan telor dengan ayam. Atau secara teoritis di sebut
hubungan korelasi positif. Akan tetapi hubungan demikian belum memberikan prinsip dan
persepsi bagaimana kita bersikap,agar kebijaksanaan dan strategi pengembangan pendidikan
ditetapkan dan dilaksanakan.analisis filosofis dapat memperjelas antar-hubungan itu.
Manusia sebagai subjek individual dapat dianalogikan dengan masyrakat/negara/bangsa
sebagai subyek kolektif. Subyek selalu menentukan sikap dan wawasannya, kebijaksanaan, dan
strategi serta tujuan dan sasaran yang hendak ditempuhnya. Pertimbangan dan penentuan ini
diambil berdasarkan keyakinan ,motivasi dan tujuan dalam hidupnya.analog dengan pola dasar
subyek yang demikian, maka jelas hubungan masyarakat dengan pendidikan ialah hubungan
fungsional.jelasnya, masyarakat sebagi subyek, sedangkan pendidikan adalah usaha, aktivitas
subyek yang dilakukannya menurut tujuan dan kehendaknya secara mandiri.bagi anak, tujuan
dan kehendak belajar ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan, orang tua atau keluarga.
Demikian pula pada masyarakat/bangsa/negara, faktor itu ialah kondisi dan tantangan
zaman termasuk potensi-potensi yang dimilikinya (sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
kebudayaan).
Manusia, masyrakat, bangsa, negara sebagai subyek mandiri memiliki keyakinan, dan
kepercayaan diri yang tercermin dalam tujuan (cita-cita) dan hasrat luhur atau kehendak.cita dan
rasa ini bersumber dari keyakinan-keyakinan yang merupakan nilai dan pandangan hidupnya
yang potensial (tumbuh dan berkembang). Cita dan rasa ini menentukan bagaimana usaha dan
aktivitas itu ditempuh dan dilaksanakan; jadi manusia pribadi, atau masyarakat berdasarkan cita
dan karsa memilih dan menetapkan aktivitas dan fungsi hidupnya – incasu usaha mendidik
dirinya itu – karena itulah pendidikan merupakan fungsi manusia dan masyarakat untuk
mengembangkan dan meningkatkan subyek dirinya, martabat dan kepribadiannya.
Hubungan masyarakat dan pendidikan sebagai hubungan fungsional berarti:
1. Bahwa masyarakat/negara adalah subyek yang menentukan secara sadar dan mandiri cita
karsa atau tujuan dan keinginan luhur yang akan dilakukan dan dicapainyamelalui kebijakan,
lembaga dan strategi tertentu.cita-karsa ini bersumber cita dan tujuan hidupnya itu ; inilah
keyakinan hidup atau pandangan hidup suatu bangsa

9
2. Bahwa pendidikan baik sebagai usaha,lembaga maupun sebagai program, perwujudannya
secara nasional ialah sistem pendidikan nasional wajar bersumber dan ditentukan oleh cita
karsa subyek tersebut – karenanya cenderung subyektif (bandingkan dengan pendidikan
individu, potensi pancaindra, pikir, minat, cita-karsa-nya).

Manusia sebagai individual yang menentukan sikap dan wawasannya, kebijaksanaan dan
strategi serta tujuan dan sasaran yang hendak ditempuhnya.. Pertimbangan dan penentuan ini
diambil bardasarkan keyakinan, motivasi dan tujuan dalam hidupnya, maka manusia sebagai
subjek individual. Pendidikan adalah suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan individu menurut
tujuan dan kehendaknya secara mandiri. Masyarakat memiliki keyakinan dan kepercayaan yang
tercermin dalam tujuan dan hasrat luhur atau kehendak berdasarkan cita dan karsa memilih dan
menerapkan aktivitas kehidupan.

Peranan Filsafat Pendidikan Pancasila dan Hubungan Pendidikan Dan Masyarakat


Dengan Filsafat Pendidikan Pancasila
Pancasila merupakan dasar negara yang membedakan suatu bangsa dengan bangsa lain,
sedangkan filsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh- sungguh untuk mencari
kebenaran sesuatu. Sementara filsafat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam tentang
kependidikan berdasarkan filsafat. Jika kita hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem
pendidikan, ditinjau dari filsafat pendidikan, maka dapat kita jabarkan bahwa Pancasila adalah
pandangan hidup bangsa yang menjiwai sila-silanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
menerapkan sila-sila Pancasila, diperlukan pemikiran yang sungguh-sungguh mengenai
bagaimana nilai-nilai pancasila itu dapat dilaksanakan. Dalam hal ini, tentu pendidikanlah yang
mempunyai peran utama.
Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana
pendidikan, dan orang-orang yang berkerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan
mewarnai perbuatan mereka secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya
dalam falsafah umum, falsafah bangsa dan negaranya. Pemahaman akan filsafat pendidikan akan
menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam
menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses

10
pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan
dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau
proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan
interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan
menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan.
Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan
negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan
tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari
teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi
atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau
miskonsepsi pada diri peserta didik.
Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof. Dr. Umar Anggara Jenie menyatakan,
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu pengetahuan diperlukan untuk panduan etik.
Sila-sila dalam Pancasila adalah prinsip-prinsip etika universal yang juga dihormati negara lain
(Kompas, 16 Agustus 2006).
Filsafat Pendidikan Pancasila mendasari Ilmu Pengetahuan kontektual milik budaya bangsa
Indonesia yang nilai-nilainya berbeda dengan bangsa lain. Ilmu pengetahuan kontekstual yang
dimaksud adalah ilmu pengetahuan milik budaya bangsa Indonesia yang nilai-nilainya berbeda
dengan bangsa lain. Menurut ajaran Ki Hadjar Dewantara, ilmu pengetahuan kontekstual budaya
Indonesia yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan yang beralaskan garis-hidup bangsanya
(cultureel-nationaal) dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan (maatschappelijk) yang dapat
mengangkat derajat negara dan rakyat, agar dapat bekerja bersama-sama dengan lain-lain bangsa
untuk kemuliaan segenap manusia ke seluruh dunia; ilmu pengetahuan yang membuat peserta
didik mampu mengalaminya sendiri dan kemudian tidak hidup berpisahan dengan rakyatnya
(Karya, KH.Dewantara, bagian Pertama: Pendidikan, 2004)."

Hubungan masyarakat dan Pendidikan


Pendidikan yang maju dan modern hanya ditemukan dan modern pula, pendidikan yang
main dan modern hanya diselenggarakan oleh masyarakat yang maju dan modern, secara teoritis
disebut hubungan korelasi positif.
Manusia sebagai individual, yang menentukan sikap dan wawasannya kebijaksanaan dan

11
strategi serta tujuan dan sasaran yang hendak ditempuhnya. Pertimbangan dan penentuan ini
diambil berdasarkan keyakinan, motivasi dan tujuan dalam hidupnya, maka manusia sebagai
subjek individual, pendidikan adalah suatu usaha, aktifitas yang dilakukan menurut tujuan dan
kehendaknya (cita karsa) secara mandiri. Bagi anak tujuan dan kehendak belajar dipenuhi oleh
factor lingkungan, orang tua / keluarga. Demikian pula dengan masyarakat ! bangsa dan Negara
factor luar adalah kondisi dan tantangan zaman dan potensi-potensi yang dimiliki (sumber daya
alam, sumber daya manusia dan kebudayaan).
Manusia pribadi atau masyarakat memiliki keyakinan dan kepercayaan yang tercermin
dalam tujuan (cita-cita) dan hasrat luhur atau kehendak berdasarkan cita dan karsa memilih dan
menerapkan aktifitas / fungsi kehidupan atau usaha mendidik dirinya. Pendidikan merupakan
fungsi manusia dan masyarakat untuk mengembangkan dan meningkatkan dirinya, martabat dan
kepribadiannya. Hubungan masyarakat dengan pendidikan itu sebagai hubungan fungsional
berarti :
1) Bahwa masyarakat atau Negara secara sadar dan mandiri cita karsa atau tujuan dan keinginan
luhur akan dicapai melalui kebijakan, lembaga dan strategi tertentu.
2) Pendidikan suatu lembaga, perwujudannya secara nasional adalah system pendidikan nasional
yang bersumber dan ditentukan oleh cita karsa manusia menurut keyakinan dan pandangan
hidup dan filsafat Negara sebagai sumber 10 nilai cita dan kepribadian nasionalnya"

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya
dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan,
norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan
paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
2. Secara yuridis konstisional Negara Indonesia berdasarkan pancasila yang termaksud dalam
pembukaan UUD 45 alinea ke-4 Ketentuan yuridis kontisional mengandung makna baik
formal maupun fungsional menyatakan: Pancasila adalah dasar Negara atau filsafat
Negara, Pancasila adalah norma- norma dasar dan norma-norma tertinggi dalam Negara
R.I, ideology Negara,sebagai adalah identitas dan karakteristik bangsa atau kepribadian
nasional dan Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa.
3. Filsafat Pendidikan Pancasila dapat ditinjau Dari segi Ontologi,Epistemologi dan
Aksiologi. Ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada.
Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan (adanya) benda-benda , dan Aksiologi
adalah bidang filsafat yang menyelidiki nilai- nilai (value). Nilai tdak akan timbul dengan
sendirinya. Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa yang digunakan dalam
pergaulan sehari-hari. Jadi, masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai.
4. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan
negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan
pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan
rambu-rambu dari teori pendidik,

B. Kritik dan Saran


Dengan mempelajari dan mengkaji tenang filsafat pendidika ini, diharapkan mulai
sekarang mahasiswa lebih berpikir kritis terhadap masalah-masalah yang ada di dunia
pendidikan, karena sudah sepantasnya mahasiswa pendidikan nantinya akan menjadi penerus
pendidik dan filsof di dalam dunia pendidikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dedey . 2009. Filsafat Pendidikan Pancasila dan Etos Kerja. http:/llde2y'l-if-filsafat- pendidikan-
pancasila-dan-etos-kerja.html. diakses tanggal 29 Oktober 2012.
Epinawey. pancasila.html. Diakses tanggal 20 Novemver 2012. 2011.
http://epinawey.blogspot.com/2011/12/filsafat-pendidikan-
Jande,R.D.Karolus MH. 2010. Filsafat Pendidikan .http:/Filsafat-HTML/MIRIFICA- News-
filsafat.html. diakses pada 22 November 2012.
Mukhlis. 2010. Dasar-dasar filsafat Pendidikan Pancasila. http://dasar-dasar-filsafat- pancasila-
ab-mukhlis-berbagi-ilmu.html. diakses tanggal 29 pendidikan- Oktober 2012.
Neouka. 2010. Filsafat Pendidikan Pancasila. http:// neouka. wordpress.com/2010/06/09 Filsafat-
Pendidikan-Pancasila/. Diakses pada 02 November 2012.
Riri. 2011. Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan
„html.http:///Kumpulan-Makalah-RiRi-pandangan-Filsafat- diakses Nasional Pendidikan-
Pancasila-Terhadap-Sistem-Pendidian-Nasional.htm. pada 29 Oktober 2012.
Sadulloh, Uyoh. 2012. Pengantar Filsafat Pendidikan. Cet 6. Bandung : Alfabeta
Tafsir, Achmad. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. Cet 4. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Tafsir, Ahmad. 2004. Filsafat Ilmu. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

14

Anda mungkin juga menyukai