JUDUL TUGAS
PANDANGAN FILSAFAT PANCASILA TENTANG
PENDIDIKAN DAN NILAI NILAI
Dosen Pengajar:
Janwar Sinuraya,M.Pd.
Oleh:
Nama :Abram Haganta Bukit
Npm :2015030025
Kelas :11A11
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esasayai panjatkan, karena hanya dengan rahmat
dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah “Pandangan Filsafat Pancasila tentang,
Pendidikan, dan Nilai”. Tidak lupa saya mengucapkan kepada dosen pengajar dan teman-teman
yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.
penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Filsafat Pancasila......................................................................................... 3
2.2 Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Pendidikan........................................................4
2.3 Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Nilai..................................................................6
BAB III
PENUTUP...........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem norma
tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga
pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin supaya pendidikan dan
prosesnya efektif, maka dibutuhkan landasan-llandasan filosofis dan landasan ilmiah sebagai
asas normatif dan pedoman pelaksanaanya. Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu
sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di
atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi
kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan
negara Indonesia.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pandangan filsafat Pancasila tentang manusia
2. Mengetahui pandangan filsafat Pancasila tentang masyarakat
3. Mengetahui pandangan filsafat Pancasila tentang pendidikan dan nilai
BAB II
PEMBAHASAN
4
Tujuan Pendidikan berdasarkan Pandangan Pancasila tentang hakikat realitas, manusia,
pengetahuan dan hakikat nilai mengimplikasikan bahwa pendidikan seyogyanya bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertangung jawab. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam
Pasal 3 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan
tersebut hendaknya kita sadari betul, sehingga pendidikan yang kita selenggarakan bukan hanya
untuk mengembangkan salah satu potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berilmu saja,
bukan hanya untuk terampil bekerja saja, dsb., melainkan demi berkembangnya seluruh potensi
peserta didik dalam konteks keseluruhan dimensi kehidupannya secara integral.
Kurikulum Pendidikan. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
1. Peningkatan iman dan takwa;
2. Peningkatan akhlak mulia;
3. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
4. Keragaman potensi daerah dan lingkungan;
5. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
6. Tuntutan dunia kerja;
7. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
8. Agama;
9. Dinamika perkembangan global; dan
10. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. Ketentuan mengenai pengembangan
kurikulum sebagaimana dimaksud di atas diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (Pasal
36 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).
5
Metode Pendidikan. Berbagai metode pendidikan yang ada merupakan alternative untuk
diaplikasikan. Sebab, tidak ada satu metode mengajar pun yang terbaik dibanding metode
lainnya dalam segala konteks pendidikan. Pemilihan dan aplikasi metode pendidikan hendaknya
dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan yang hendak dicapai, hakikat manusia
atau peserta didik, karakteristik isi/materi pendidikan, dan fasilitas alat bantu pendidikan yang
tersedia. Penggunaan metode pendidikan diharapkan mengacu kepada pada prinsip cara belajar
siswa aktif (CBSA) dan sebaiknya bersifat multi metode.
Peranan Pendidik dan Peserta Didik. ada berbagai peranan pendidik dan peserta didik
yang haruis dilaksanakannya, namun pada dasarnya berbagai peranan tersebut tersurat dan
tersirat dalam semboyan: “ing ngarso sung tulodo” artinya pendidik harus memberikan atau
menjadi teladan bagi peserta didiknya; “ing madya mangun karso”, artinya pendidik harus
mampu membangun karsa pada diri peserta didiknya; dan” tut wuri handayani” artinya bahwa
sepanjang tidak berbahaya pendidik harus memberi kebebasan atau kesempatan kepada peserta
didik untuk belajar mandiri.
BAB III
PENUTUP
Pancasila sebagai filsafat Negara maka patut menjadi jiwa bangsa Indonesia, menjadi
semangat dalam berkarya pada segala bidang.Pancasila harus dipahami dengan menggunakan
penalaran rasional akal budi manusia. Pancasila juga harus dipahami dengan pendekatan kritis,
yakni tidak mudah percaya dengan klaim-klaim luhur ataupun praktek-praktek naif yang
mengatas namakan Pancasila. Tafsiran atas nilai-nilai Pancasila pun harus runut dan taat asas,
sesuai dengan maksud dan tujuan adanya Pancasila itu sendiri. Seperti segala sesuatu di bawah
langit, Pancasila, dan tafsiran atasnya, pun juga harus kontekstual, yakni sesuai dengan
perkembangan jaman. Maka, nilai fleksibilitas, dalam tegangan dengan keteguhan prinsip-prinsip
dasar harus digunakan semesta berpartisipasi “mewujudkannya”. Semua anggota semesta ikut
berpartisipasi dalam mewujudkan realitas. Sebab itu, peran manusia baik sebagai individu
maupun kelompok adalah merajut realitas yang diinginkannya yang dapat diterima oleh
lingkungannya. Dalam hal ini hakikat pendidikan seyogyanya diletakkan pada upaya-upaya
untuk menggali dan mengembangkan potensi para pelajar agar mereka tidak saja mampu
memahami perubahan tetapi mampu berperan sebagai agen perubahan atau perajut realitas (A.
Mappadjantji Amien, 2005).
Perubahan merupakan suatu keharusan atau kenyataan yang tidak dapat kita tolak,
sehingga pelajar-pelajar harus kita didik untuk menguasainya dan bukan sebaliknya, mereka
menjadi dikuasai oleh perubahan.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dijelaskan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa, dan negara.
Selanjutnya dalam UU sidiknas Tahun 2003 BAB II Pasal 3 dijelaskan tujuan pendidikan
sebagai berikut : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.
Pendidikan berlangsung dikeluarga, dirumah, disekolah, dan dimasyarakat. Pendidikan
harus berlangsung dengan keteladanan dan komunikasi. Orang tua adalah pendidik dikeluarga
(dirumah); Guru dan tenaga kependidikan lainnya adalah pendidik disekolah; Tokoh atau
pemuka masyarakat, alim ulama, pejabat dsb. adalah teladan bagi peserta didik. Karena itu,
masing-masing individu atau manusia dewasa adalah pendidik dan contoh bagi individu lainnya
terutama bagi peserta didik yang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Purba, Edward dan Yusnadi. 2015. Filsafat Pendidikan. Cet.3. Medan: UNIMED Press
Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
http://yohaneshutauruk.blogspot.com/2016/05/pandangan-filsafat-pancasila-tentang.html
10