OLEH
KELOMPOK 5:
3.IRA SAFITRI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Swt yang mana Berkat dan Karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai tugas mata
kuliah Filsafat Pendidikan.
Kami tahu bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,karena tiada gading yang tak retak
dan kami adalah manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan.Oleh karena itu,kritik dan
saran yang membangun kami harapkan dari semuanya agar ke depannya dapat lebih baik lagi.
Dan harapan kami untuk makalah ini adalah semoga dapat bermanfaat bagi semuanya
untuk mendukung serta menambah wawasan kita pada umumnya dan menambah wawasan
dalam belajar mata kuliah Filsafat Pendidikan pada khususnya.Dengan demikian untuk
perhatian,do’a dan dukungan dari semuanya,kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Pancasila merupakan dasar negara yang dijadikan pedoman dalam mengatur dan
menyelenggarakan pemerintahan negara,berdasarkan hal itu pancasila menjadi sumber
hukum dari segala sumber hukum positif yang berlaku di Indonesia.Kristalisasi nilai – nilai
Pancasila digali dari kehidupan masyarakat Indonesia yang menampung semua aliran dan
paham hidup masyarakat tersebut.Implementasi nilai Pancasila yang baik akan mengarah
pada cita – cita nasional karena itu,Pancasila menjadi sebuah sarana untuk dapat
mengembangkan bangsa sebagai sebuah falsafah hidup dan kepribadian bangsa yang
mengandung nilai,norma yang diyakini paling benar,tepat,adil,dan bijaksana bagi masyarakat
yang dijadikan pandangan hidup masyarakat.
Pancasila sebagai falsafah negara secara resmi sudah diterima sejak 18 Agustus 1945,
dengan ditetapkannya UUD 1945 sebagai UUD Negara Republik Indonesia. Sebagai hukum
dasar yang tertinggi, Pancasila seharusnya dilaksanakan dalam setiap aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara, yang menjadi pembimbing kita dalam mewujudkan kesatuan dan
persatuan bangsa. Apabila melaksanakannya dengan baik dan benar akan dapat
mengantarkan kita untuk sampai pada tujuan cita-cita kemerdekaan bangsa, yang salah satu
tujuannya adalah memajukan kesejahteraan umum.
1.2 Rumusan Masalah
1.Apakah pengertian dari filsafat pancasila ?
PEMBAHASAN
Pancasila yang dibahas secara filosofis disini adalah Pancasila yang butir-
butirnya termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang tertulis dalam alinia ke
empat. Dijelaskan bahwa Negara Indonesia didasarkan atas Pancasila. Pernyataan tersebut
menegaskan hubungan yang erat antara eksistensi negara Indonesia dengan Pancasila. Lahir,
tumbuh dan berkembangnya negara Indonesia ditumpukan pada Pancasila sebagai dasarnya.
Secara filosofis ini dapat diinterpretasikan sebagai pernyataan mengenai kedudukan Pancasila
sebagai jati diri bangsa.
Melihat dari beragamnya kebudayaan yang terdapat dalam bangsa Indonesia maka proses
kesinambungan dari kehidupan bangsa merupakan tantangan yang besar. Demi
perkembangan kebudayaan Indonesia selanjutnya dituntut adanya rumusan yang jelas yang
mampu berperan sebagai pemersatu bangsa sehingga ciri khas bangsa Indonesia menjadi
nyata.
(nhaa, 2012)
2.2 Peranan filsafat pendidikan pancasila di Indonesia.
Pendidikan dilakukan oleh manusia melalui kegiatan pembelajaran. Dalam praktik
pendidikan yang universal banyak ditemukan beragam komunitas dari manusia yang
memberikan makna yang beragam dari pendidikan. Di Indonesia pendidikan di tekankan
pada penguasaan landasan terbentuknya masyarakat meritorik, artinya memberikan waktu
jam pelajaran yang luas dalam penguasaan mata pelajaran tertentu. Pendidikan berdasarkan
terminologi merupakan terjemahan dari istilah Pedagogi.
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yaitu Paidos dan agoo. Paidos artinya budak dan
agoo artinya membimbing. Pedagogie dapat diartikan sebagai bdak yang mengantarkan anak
majikan untuk belajar. (Jumali, dkk, 2004: 19)menjelaskan bahwa hakikat pendidikan adalah
kegiatan yang melibatkan guru, murid, kurikulum, evaluasi, administrasi yang secara
simultan memproses peserta didik menjadi lebih lebih bertambah pengetahuan, skill, dan nilai
kepribadiannya dalam suatu keteraturan kalender akademik.Filsafat pendidikan nasional
Indonesia berakar pada nilai-nilai budaya yang terkandung pada Pancasila.
Nilai Pancasila tersebut harus ditanamkan pada peserta didik melalui penyelenggaraan
pendidikan nasional dalam semua level dan jenis pendidikan. Ada dua pandanagan yang
menurut (Jumali, dkk , 2004:54), perlu dipertimbangkan dalam menetukan landasan filosofis
dalam pendidikan nasional Indonesia. Pertama, pandangan tentang manusia Indonesia.
Filosofis pendidikan nasional memandang bahwa manusia Indonesia sebagai:
c. Makhluk sosial dengan segala tanggung jawab hidup dalam masyarakat yang pluralistik .
baik dari segi lingkungan sosial budaya, lingkungan hidup dan segi kemajuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia di tengah-tengah masyarakat global yang senantiasa
berkembang dengan segala tantangannya.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang sengaja dan terencana untuk membantu
perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfat bagi kepentingan hidupnya
sebagai individu dan sebagai warga masyarakat. Pendidikan dipandang mempunyai peranan
yang besar dalam mencapai keberhasilan dalam perkembangan anak. Dalam sejarah
pendidikan dapat dijumpai berbagai pandangan atau teori mengenai perkembangan manusia
dan hasil pendidikan, seperti :
1. Empirisme, bahwa hasil pendidikan dan perkembangan itu bergantung pada pengalaman
yang diperoleh anak didik selama hidpnya. Pengalaman itu diperolehnya di luar dirinya
berdasarkan perangsang yang tersedia baginya, John Locke berpendapat bahwa anak yang
dilahirkan di dunia ini bagaikan kertas kosong atau sebagai meja berlapis lilin (tabula rasa)
yang belum ada tulisan diatasnya.
2. Nativisme, teori yang dianut oleh Schopenhauer yang berpendapat bahwa bayi lahir
dengan pembawan baik dan pembawan yang buruk. Dalam hubungannya dengan pendidikan,
ia berpendapat bahwa hasil akhir pendidikan dan perkembangan itu ditentukan oleh
pembawaan yang sudah diperolehnya sejak lahir. Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan
tidak dapat menghasilkan tujuan yang diharapkan berhubungan dengan perkembangan anak
didik. Dengan kata lain aliran nativisme merupakan aliran Pesimisme dalam pendidikan,
berhasil tidaknya perkembangan anak tergantung pada tinggi rendahnya dan jenis
pembawaan yang dimilikinya.
3. Naturalisme, dipelopori oleh J.J Rousseau, ia berpendapat bahwa semua anak yang baru
lahir mempunyai pembawaan yang baik, tidak seorang anakpun lahir dengan pembawaan
buruk. Aliran ini berpendapat bahwa pendidik hanya wajib membiarkan pertumbuhan anak
didik saja dengan sendirinya, diserahkan saja selanjutnya kepada alam ( negativisme ).
Pendidikan tidak diperlukan, yang dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik ke alam,
agar pembawaan yang baik tidak rusak oleh tangan manusia melalui proses pendidikan.
4. Konvergensi, dipelopori oleh William Stern, yang berpendapat bahwa anak dilahirkan
dengan pembawaan baik dan buruk. Hasil pendidikan itu bergantung dari pembawaan dan
lingkungan. Pendidikan diartikan sebagai penolong yang diberikan kepada lingkugan anak
didik untuk mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah berkembangnya
pembawan yang buruk.Dalam kehidupan suatu bangsa,
Pancasila adalah dasar dan ideologi bangsa Indonesia yang mempunyai fungsi dalam
hidup dan kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Filsafat adalah berfikir secara mendalam
dan sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran, filsafat pendidikan adalah pemikiran yang
mendalam tentang pendidikan berdasarkan filsafat, apabila kita hubungkan fungsi Pancasila
dengan sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan, bahwa Pancasila pandangan hidup
bangsa yang menjiwai dalam kehidupan sehari-hari.
(Awaluddin, 2018)
Tap MPR No. II/MPR/1978 memberi petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan
kelima sila Pancasila, bagi bidang pendidikan, hal ini sangat penting karena akan terdapat
kepastian nilai yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Petunjuk pengamalan
tersebut dapat pula disebut sebagai 36 butir nilai-nilai pancasila sebagai berikut.
3. Persatuan Indonesia
a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara diatas
kepentingan pribadi atau golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa.
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal
ika.
1. Ide dan gagasan seperti: konsep, nilai, norma, peraturan sebagi hasil ciptaan dan karya
manusia.
2. Kegiatan seperti tindakan yang berpola dari manusia dalam bermasyarakat.
3. Hasil karya cipta manusia
Pendidikan merupakan suatu proses budaya, maka senantiasa dalam upaya membina
dan mengembangkan cipta, rasa dan karsa ke dalam tiga wujud di atas.Wujud pertama, yaitu
ide dan gagasan sifatnya cenderung abstrak. Adanya dalam pikiran manusia dan warga
masyarakat di tempat kebudayaan itu berada. Gagasan itu menjadi motivasi, pendorong, serta
memberi jiwa dan makna bagi kehidupan manusia dalam bermasyarakat sehingga pola pikir
tersebut menjadi suatu sistem yang dianut. Wujud yang kedua adalah kegiatan yang berpola
dari manusia, yaitu aktivitas manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Dalam sistem sosial, aktivitas manusia cenderung bersifat konkret, bisa dilihat dan bisa di
observasi secara langsung.
Sedangkan wujud yang ketiga adalah seluruh hasil fisik atau non fisik serta perbuatan
atau karya manusia dalam masyarakat. Sudah barang tentu wujud fisik dan non fisik ini hasil
dari karya manusia sesuai dengan kebudayaan pertama dan kedua. Artinya, wujud ketiga
merupakan hasil buah pikir dan keterampilan manusia sesuai dengan gagasan atau ide dan
aktivitas manusia dalam struktur sistem sosialnya Dengan demikian program pendidikan
yang dirancang untuk membina kompetensi peserta didik, tak bisa lepas dari aspek sosial
budaya masyarakatnya.
Di sini berarti asas sosiologis akan memberikan pijakan yang mendasar untuk
memberikan apa yang cocok dipelajari para peserta didik, bagaimana mempelajari bahan
tersebut sehingga produktivitas pendidikan (out put) sesuai dengan harapan dan tuntutan
kebutuhan masyarakat, baik diamati dan perkembangan sosial budayanya maupun di amati
dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan sosial budaya akan memberi warna dan corak kepada perencanaan dan
implementasi kurikulum pendidikan. Namun demikian, asas sosiologis tak berarti program
pendidikan hanya berorientasi kepada tuntutan kebutuhan dan perkembangan masyarakat
tanpa menghiraukan kebutuhan peserta didik sebagai pribadi yang mandiri. Oleh sebab itu,
harus dijaga keseimbangan kurikulum (curiculum balance) antara kepentingan peserta didik
sebagai individu yang unik dan mandiri dengan kepentingan peserta didik sebagai anggota
masyarakat.
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah nilai-nilai yang bersumber pada pikiran dan logika.
Sedangkan seni bersumber pada perasaan dan estetika. Mengingat pendidikan merupakan
proses penyiapan peserta didik dalam menghadapi perubahan zaman yang semakin pesat,
termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) maka
pengembangan pendidikan harus mengacu kepada asas IPTEKS tersebut.
Pada sisi lain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung akan menjadi
isi / materi pendidikan. Sedangkan secara tidak langsung memberikan tugas pada pendidikan
untuk membekali masyarakat dengan kemampuan pemecahan masalah yang dihadapi sebagai
pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan seni juga dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah
pendidikan.
Dalam UUD 1945 tersebut menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tetap memiliki
komitmen kuat untuk melakukan upaya sebagai langkah mencerdaskan kehidupan bangsa
dalam rangka mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia internasional.
Lebih lanjut acuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, UUD 1945 Pasal 31 hasil
amandemen 2002 yaitu :
1. setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
2. pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.yang diatur dengan undang-undang.
3. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya duapuluh persen dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Apa yang daiamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 belum dapat dilakukan
sepenuhnya dengan konsekuen. Para penyelenggara negara hendaknya harus memperhatikan
bahwa prioritas utama dalam pembangunan bangsa adalah pendidikan.hasilnya belum seperti
yang diharapkan. Pendidikan telah menjadi watak dan karakter budaya bangsa, namun sejauh
ini.Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan, dilihat dari aspek kuantitatif
secara nasional pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan yang berkaitan dengan
pendidikan seperti :
1. Perubahan kurikulum pendidikan nasional.
2. Undang-undang dan peraturan mengenai pendidikan, termasuk undang-undang guru dan
dosen dan standarisasi pendidikann dan undang-undang lainnya.
3. Peningkatan angka partisipasi belajar anak usia sekolah pada semua jenjang sekolah.
4. Penambahan anggaran pendidikan oleh daerah, sesuai dengan amanat pembukaan Undang-
undang Dasar 1945
5. Konsep manajemen pendidikan berbasis sekolah, standarisasi pendidikan dsb.
Pendidikan adalah sebagai sutu investasi bagi pengembangan sumber daya manusia
sebagai individu dan anggota masyarakat. Bangsa Indonesiaa yang terdiri dari berbagai etnis
dan budaya yang berbeda merupakan modal atau aset nasional bagi bangsa untuk memajukan
bangsa, tetapi jika diabaikan dapat menjadi potensial sebagai sumber disentegrasi. Karena itu
sisdiknas harus mampu mengembangkan kearifan untuk belajar hidup bersama dalam
perbedaan. Tanpa kearifan yang tulus lembaga pendidikan tidak akan mampu berfungsi
sebagai lembaga pemersatu, bahkan bisa melahirkan benih-benih konflik yang sangat
berbahaya bagi keutuhan bangsa.
Hafid Abbas (2002) menyebutkan sisdiknas belum dapat berfungsi untuk mempersatukan
manusia Indonesia. Agar dapat berfungsi, maka :
1. Pendidikan harus dikelola dengan prinsip keadilan
2. pengelolaan pendidikan harus terbuka dalam rangka mengakomodir partisipasi masyarakat
banyak
3. pengelolaan pendidikan harus bersifat inklusif dan hindari jauh-jauh eklusif berlebihan
4. pengelolaan pendidikan di semua tingkatan harus secara profesional
5. pengelolaan pendidikan dengan melibatkan semua stakeholder dalam rangka pengayaan
dan demokratisasi pendidikan
6. pendidikan nasional hendaknya benar-benar mendorong tercapainya pemerataan
pendidikan
(Mikael, 2021)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila telah menjadi dasar negara dan pandangan hidup
segenap bangsa Indonesia. Nilai yang terkandung dalam Pancasila sepatutnya menjadi acuan
dasar dalam kehidupan manusia Indonesia. Dengan demikian, pembangunan pendidikan
nasional sebagai usaha sadar dan sistimatis untuk membina manusia Indonesia.
3.2 Saran.
Pelajarilah Pandangan Filsafat Pancasila terhadap sistem pendidikan nasional agar
kita mengetahui apa kaitan antara filsafat pancasila terhadp sistem pendidikan nasional apa
saja yang terdapat dalam setiap keterkaitan.
DAFTAR PUSTAKA
nhaa, b. (2012, Oktober). Retrieved from http://yanaanggraini.blogspot.com/2012/10/filsafat-
pancasila.html?m=1