Anda di halaman 1dari 44

Tugas filsafat pendidikan Critical Journal Report

MENEGUHKAN PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

PENDIDIKAN NASIONAL

OLEH :

NAMA : MULIA DALIMUNTE

NIM : 4153341031

KELAS : BIOLOGI EKSTENSI A 2015

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Journal Report ini. Penulis
berterima kasih kepada Bapak/Ibu dosen yang bersangkutan yang sudah memberikan
bimbingannya.

Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan, oktober 2017

Mulia dalimunte
Nim:4153341031

13
BAB I

PENGANTAR

JURNAL I : MENEGUHKAN PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT


PENDIDIKAN NASIONAL

Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah CIVIS
Volume Penerbitan : Volume V
Penulis : Agus Sutono
Tahun Terbit : Januari 2015
Jumlah Artikel : 13

Landasan filosofis pendidikan nasional adalah Pancasila sebagaimana termaktub dalam


Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Landasan filosofis pendidikan nasional berasumsi
sebagai berikut:

1. Segala sesuatu berasal dari Tuhan sebagai pencipta. Hakikat hidup bangsa Indonesia adalah

berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa dan perjuangan yang didorong oleh keinginan luhur untuk
mencapai dan mengisi kemerdekaan. Selanjutnya, keinginan luhur, yaitu (a). negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur; (b). melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh bangsa tumpah darah Indonesia; (c). memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa; (d). ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

2. Pancasila merupakan mazhab filsafat tersendiri yang dijadikan landasan pendidikan, bagi
bangsa Indonesia yang dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dalam
pasal 2, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

3. Manusia adalah ciptaan Tuhan,

13
bersifat mono-dualisme dan monopluralisme. Manusia yang dicita-citakan adalah manusia
seutuhnya, yaitu manusia yang mencapai keselarasan dan keserasian dalam kehidupan spiritual
dan keduniawian, individu dan sosial, fisik dan kejiwaan.

4. Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman, pemikiran, dan penghayatan.

5. Perbuatan manusia diatur oleh nilai-nilai yang bersumber dari Tuhan, kepentingan umum dan

hati nurani

6.Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan


manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.

13
BAB II

RINGKASAN ARTIKEL / HASIL PENELITIAN

Pendidikan memiliki peran yang sangat strategi dalam menunjang kemajuan sebauah
bangsa. Pasal 2 UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pasal 3 UU No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendiidkan Nasional juga menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi bangsanya. Oleh
karenanya sistem pendidikan nasional Indonesia dijiwai, didasari, dan mencerminkan identitas
Pancasila. Sementara cita dna karsa bangsa Indonesia, tujuan nasional dan hasarat luhur rakyat
Indonesia, tersimpul dalam Pembukaan UUD 1945 sebagi perwujudan jiwa dan nilai Pancasila.
Cita dan karsa ini dilembagkan dalam sistem pendidikan nasional yang berumpu dan dijiwai
oleh suatu keyakinan, dan pandangan hidup Pancasila. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
filsafat pendidikan Pancasila merupakan tuntutan nasional, sedangkan filsafat pendidikan
pancasila adalah subsistem dar sistem negara Pancasila.
Pancasila Sebagai Filsafat Pendidikan
Dalam kaitan Pancasila sebagai filsafat pendidikan maka harus dipahami bahwa Pancasila
sebagai pandangan hidup yang diyakini dan menjiwai kehidupan masyrakatnya. Untuk
mengidealisasikan dalam proses berbangsa maka harus ada upaya yang sungguh-sungguh
mengenai bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat dilaksanakan melalui proses pendidikan.
Pancasila meenjadi sumber nilai untuk mengarahkan proses pendidikan yang menyangkut secara
jelas out put pendidikannya agar mampu menghasilkan manusia Indonesia yang diidealkan
sebagaimana yang dikehendaki, yakni manusiayang mampu mengenali seluruh potensi
kediriannya sehingga mampu menjalankan kehidupanya dengan penuh tanggung jawab dalam
semua aspek atau dimensi kehidupannya

13
Aspek Ontologis Filsafat Pendidikan Pancasila
Demikian halnya dengan Pancasila sebagai filsafat, ia memiliki isi yang abstrak umum
dan universal. Pengertian abstrak umum dan universal dalam hal ini adalah pengertian pokok
yang terdapat dalam setiap unsur-unsur sila dari Pancasila. Pancasila terdiri dari sila-sila yang
mempunyai awalan dan juga kahiran, yang dalam tata bahasa membuat abstrak; dari kata
dasarnya yang artinya meliputi hal yang jumlahnya tidak terbatas dan tidak berubah, terlepas
darii keadaan, tempat , dan waktu. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang
menjiwai sistem pendidikan nasional tidak bisa dipisahkan denga kenyataan yang ada, karena
pendidikan nasional itu dasarnya adalah Pancasila dan UUD 1945, sehingga hal ini menjadi
bentuk kesatuan yang utuh.
Aspek Epistemologis Filsafat Pendidikan Pancasila
Dasar epistemologis Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya.
Pancasila sebagai suatu ideoelogi ersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu filsafat Pancasila (
Poespowardojo, 1991:50). Sumber pengetahuan Pancasila adalah ilai-nilai yang ada pada bangsa
Indonesia yang ditemukan dalam adat istiadat serta kebudayaan dan nilai religius ( Kaelan,
2013:148). Contoh pada Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa Pemikiran tentang apa dan
bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh melalui akal atau panca indera dan dar ide
atau Tuhan. Berbeda dengan Pancasila, ia lahir tidak secara tiba-tiba, tetapi melalui proses
pangang yang dimatangkan dengan perjuangan. Pancasila digali dari bumi Indonesia yang
merupakan dasar negara, pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, tujuan atau arah untuk
mencapai cita-cita dan perjanjian luhur rakyat Indonesia ( Widjaya, 1985:176-177). Oleh
karenanya Pancasila bersumber dari bangsa Indonesia yang prosesnya melalui perjuangan rakyat
dengan bersumberkan pada nilai-nilai keutamaan hidup yang telah lama dijiwai dan hidup dalam
diri masyarakat Indonesia.
Aspek Aksiologis Filsafat Pendidikan Pancasila
Dengan demikian Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memiliki nilai-nilai; ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyataan dan keadilan. Nilai ideal, material, spiritual, dan nilai
positif dan juga nilai logis, estetika, etis, sosial dan religius ( Jalaludin, 207:179).
Contoh Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa Kepercayaan kepada Tuhan merupakan hal
utama dalam stiap ajaran agama yang mencerminkan sikap religiusitas manusia. Oleh karena itu
pendidikan harus mampu mendorong manusia untuk semakin meningkatkan tingkat

13
religiusitasnya dengan baik. Pendidikan dari semua tingkatan harus menjadi ladang
persemaianyang baik dalam menumbuhkan ketakwaan kepada Tuhan. Oleh karenanya pula
kurikulum pendidikan harus memastikan bidang-bidang yang berkaiatan dengan keagamaan
masuk didalamnya.

13
BAB III

KEUNGGULAN PENELITIAN

A. Kegayutan antar elemen


Elemen- elemen yang di paparkan dalam penelitian ini cukup mudah dipahami dan
masing- masing diantaranya memiliki koherensi yang cukup signifikan untuk menunjang
kekonkritan dalam penulisan.

B. Originalitas temuan

Temuan yang terdapat dalam penelitian ini sangat baik dimana kita dapat melihat
pengimplementasi sistem pendidikan nasional bangsa ini mencerminkan pandangan-
pandangan filosofis yang berakar pada Pancasila.
C. Kemutakhiran masalah

Masalah yang dimukakan adalah bahwa filsafat pendidikan Pancasila sebagai ruh dari sistem
pendidikan nasional di Indonesia harus benar-benar dihayati sebagai sumber nilai dan
rujukan dalam perencanaan strategis dibidang pendidikan di Indonesia.
D. Kohesi dan Koherensi isi Penellitian
Kohesi terdiri dari kohesi gramatikal dan leksikal,
secara gramatikal perpaduan bentuk bagian-bagian wacana yang diwujudkan ke dalam
sistem gramatika yang baik.
Secara leksikal, pemilihan kata juga sangat baik
Koherensi yang dibangun dalam jurnal ini adalah koherensi hubungan saling keterkaitan

13
BAB IV
KELEMAHAN PENELITIAN

A. Kegayutan antar elemen


Dari elemen kita bisa menemukan kelemahannya sedikit saja, dimana elemen-elemen di
dalam jurnal tersebut hanya berupa wacana yang berasal dari sumber yang ada tidak
dalam bentuk berupa angket sehingga masih sebatas literasi

B. Originalitas temuan
Menurut saya keaslian atau kemutakhiran dalam penulisan ini sudah cukup originalitas
namun menurut saya penelitian ini pada suadah ada pada umumnya
C. Kemutakhiran masalah
Dari kekurangan masalah yang ada pada jurnal tersebut saya rasa tidak banyak
kekurangannya karena jika banyak permasalahan dalam kemutakhiran pada jurnal maka
junal tersebut tidak baik pada si pembaca maka dari itu penjelasan kemutakhiran
masalah yang ada pada jurnal langsung di berikan pemecahan masalahnya.

D. Kohesi dan Koherensi isi Penellitian


Dari keterkaitan hubungan dan penjelasan gagasan yang ada juga teori yang ada pada
jurnal tersebut hanya berdasarkan opini para pengkrtisi filsafat pancasila

13
BAB V
IMPLIKASI TERHADAP

A. TEORI
Dari segi teori yang ada pada jurnal yang saya bahas merupakan teori yang benar dan dapat
di pertanggung jawabkan kebenarannya, Karena adanya bukti pendapat seperti Hal inilah yang
menjadi alasan mengapa filsafat pendidikan Pancasila merupakan tuntutan nasional, sedangkan
filsafat pendidikan pancasila adalah subsistem dar sistem negara Pancasila. Dengan kata lain,
sistem negara Pancasila wajar tercermin dan dilaksanakan di dalam berbagai subsistem
kehidupan bangsa dan masyarakat (Jalaludin, 2007:170)

B. Program Pembangunan di Indonesia


Dari beberapa penjelasan dalam jurnal tersebut sangat lah jelas bagus dalam memberikan
pengetahuan yang lebih lagi serta Dengan melihat dan memerhatikan fungsi pendidikan dalam
membangun potensi negara dan bangsa, khususnya dalam menumbuh kembangkan kebudayaan

C..Pembahasan dan Analisis


metode deskritptif-analitis
serta mengggunakan metode hermeneutik, kemudian dilakukan pencarian data-data yang
paling relevan dan utama terkait dengan kajian tentang Pancasila dan pendidikan serta
selanjutnya dilakukan analisis yang lebih tajam sehingga menghasilkan gagasan atau ide
yang kreatif

13
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dengan adanya penjelasan dalam materi jurnal tersebut dapat di simpulkan bahwasannya
Filsafat Pendidikan Pancasila harus diimplementasikan secara nyata dan konsisten agar
pembangunan manusia Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam cita-cita besar bangsa
Indonesia dapat tercapai dengan prinsip-prinsip dasar dari nilai Pancasila yaitu prinsip
religiusitas, perwujudan dan penghargaan atas nilai kemanusiaa, berpegang teguh pada jiwa
persatuan sebagai bangsa, semangat menghargai perbedaan dan penghormatan pada kehidupan
yang demokratis serta perwujudan nilai-nilai keadilan, yang semuanya harus terwujudkan
melalui proses pendidika yang bermartabat.
SARAN
Menurut saya Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk dalam meneguhkan pancasila dalam
pendidikan agar terciptanya pembangunan manusia Indonesia sebagaimana yang diamanatkan
dalam cita cita besar bangsa Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Sutono . Agus. 2015. MENEGUHKAN PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT


PENDIDIKAN NASIONAL Padang. Universitas Andalas

13
BAB I

PENGANTAR

JURNAL I I : Mulitukulturalisme Bhineka tunggak ika dalam prespektif pendidikan Kewarnegaraan


dalam wahana membangun karakter bangsa indonesia
Identitas Jurnal
Nama Jurnal : jurnal pendiidkan dan kebudayaan
Volume Penerbitan : , Vol. 1 No. 075
Penulis : udin saripudin
Tahun Terbit : November 2008
Jumlah Artikel : 19

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi didrinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.

Pengertian tersebut menggambarkan bahwa pendidikan merupakan pengkondisian situasi


pembelajaran bagi peserta didik guna memungkinkan mereka mempunyai kompetensi-kompetensi yang
dapat bermanfaat bagi kehidupan dirinya sendiri maupun masyarakat. Hal ini sejalan de ngan fungsi
pendidikan yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab (Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas).

13
BAB II

RINGKASAN ARTIKEL / HASIL PENELITIAN

Pentingnya pengetahuan guru PKn tentang metode perumusan Pancasila adalah menganggap
penting. Hal ini dikarenakan guru PKn adalah seorang guru yang mengajarkan anak didiknya tentang
Pancasila. Tentunya agar Pancasila tersebut dapat diterima oleh anak didik, mereka harus tahu dan
paham tentang Pancasila, baik dari segi sumber, metode, dan nilainilai yang terkandung didalamnya.
Untuk menyampaikan itu semua kepada anak didik, tentunya seorang guru harus menguasai materi-
materi tentang Pancasila.

Pengetahuan guru PKn di SMP seKecamatan Puloampel tentang epistemologi Pancasila pada
aspek metode pengembangan Pancasila belum seluruhnya mengetahui. Dari lima orang responden
hanya satu orang yang dapat menjawab dengan tepat tiga orang beraslasan lupa, sementara satu orang
responden beralasan karena sudah lama tidak membaca buku tentang epistemologi Pancasila.
Pengetahuan guru PKn di SMP se-Kecamatan Puloampel tentang epistemologi Pancasila pada aspek
instrumen pengembangan Pancasila sudah seluruhnya mengetahui. Instrumen pengembangan Pan
casila itu adalah akal fi kiran kita yang tidak dikotori oleh kepentingan pribadi. Pengetahuan guru PKn se-
Kecamatan Puloampel tentang epistemologi Pancasila pada aspek standar kebenaran Pancasila adalah
belum seluruhnya mengetahui. hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara terhadap para responen yang
menyatakan bahwa terdapat dua jenis standar kebenaran dalam Pancasila. Kebenaran Pancasila yang
pertama adalah: kebenaran yang sudah terdapat dalam Pancasila itu sendiri dan kebenaran yang berasal
dari penilaian manusia sesuai dengan empat teori (teori koheresi, korespondensi, pragmatis, dan
perfomatis)

Pengetahuan guru PKn di SMP se-Kecamatan Puloampel tentang epistemologi Pancasila belum
seluruhnya mengetahui. Lima orang responden memang menjawab mengetahui akan tetapi ketika
ditanyakan lebih lanjut untuk menyebutkan pengetauan epistemologi Pancasila pada aspek
pengetahuan sumber, metode, instrumen, standar kebenaran, dan makna kebenaran Pancasila belum
seluruhnya menjawab dengan benar Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian jawaban para responden
tentang kajian epistemology Pancasila yang meliputi pengetahuan sumber, metode, instrument, standar
kebenaran, dan makna kebenaran nilai Pancasila.

13
BAB III

KEUNGGULAN PENELITIAN

E. Kegayutan antar elemen


Dalam hal kegayutan antar elemen jurnal ini sangat baik dalam menjelaskan hasil
penelitian. Dimana Pentingnya penguasaan sumber Pancasila dimiliki oleh guru PKn tentang
metode perumusan Pancasila adalah menganggap penting. Hal ini dikarenakan guru PKn adalah
seorang guru yang mengajarkan anak didiknya tentang Pancasila. Tentunya agar Pancasila
tersebut dapat diterima oleh anak didik, mereka harus tahu dan paham tentang Pancasila, baik
dari segi sumber, metode, dan nilainilai yang terkandung didalamnya. Untuk menyampaikan itu
semua kepada anak didik, tentunya seorang guru harus menguasai materi-materi tentang
Pancasila..
F. Originalitas temuan

Temuan yang terdapat dalam penelitian ini sejalan dengan tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui adanya hubungan antara tiroid dan aktivitas kerja wanita subur pada endemik
yodium kekurangan Temuan yang diperoleh peneliti berasal dari hasil eliminasi yodium
Kekurangan dalam rumah tangga dengan mengkonsumsi minimal 90 persen garam yodium dan
memberi kapsul minyak yodium agar subur Wanita dengan defisiensi yodium endemik, sedang
sampai berat, telah dilakukan. Evaluasi yodium dalam urine Muncul terkait kasus hipertiroid,
dan sejumlah orang berada dalam status kritis yodium. Hipertiroid Khususnya bagi wanita subur
bisa menyebabkan kelelahan dan berakibat pada rendahnya aktivitas kerja.

G. Kemutakhiran masalah

Masalah yang dimukakan adalah masalah yang mutakhir terjadi di pada masyarakat sekitar
yang dimana dengan adanya hubungan. hubungan hipertiroid dengan aktivitas kerja pada wanita
usia subur mengingat Lebih jauh lagi risiko pada wanita usia subur lebih serius karena
berpegaruh pada kesehatan reproduksinya. Pada wanita usia subur akan mengalami proses
kehamilan sampai dengan persalinan, sehingga kalau terjadi gangguan kesehatan karena penyakit
hipertiroid akan berakibat buruk terhadap kualitas kesehatan maupun kesehatan janin yang
dikandungnya. Hal ini didukung oleh penelitian Kishi4 bahwa pada wanita yang bekerja akan
mengalami dampak gangguan kesehatan reproduksi. Selain itu, wanita usia subur yang

13
seharusnya dapat beraktivitas dengan maksimal menjadi rendah karena adanya hipertiroid yang
dideritanya. Untuk
mewaspadai dan mempelajari fenomena hipertiroid
dan aktivitas wanita,

H. Kohesi dan Koherensi isi Penellitian


Kohesi terdiri dari kohesi gramatikal
secara gramatikal perpaduan bentuk bagian-bagian wacana yang diwujudkan ke dalam
sistem gramatika yang baik.

BAB IV
KELEMAHAN PENELITIAN

13
E. Kegayutan antar elemen
Dari elemen kita bisa menemukan kelemahannya sedikit saja, dimana elemen-elemen di
dalam jurnal tersebut hanya sebagai contoh dan bahan penjelasan dan tidak menjadi
bahan penlitian lain seperti memberikan contoh dalam menghubungkan satu elemen
dengan elemen yang lain yang berkaitan.

F. Originalitas temuan
Menurut saya keaslian atau kemutakhiran dalam penulisan ini sudah cukup originalitas

G. Kemutakhiran masalah
Dari kekurangan masalah yang ada pada jurnal tersebut saya rasa tidak banyak
kekurangannya karena jika banyak permasalahan dalam kemutakhiran pada jurnal maka
junal tersebut tidak baik pada si pembaca maka dari itu penjelasan kemutakhiran
masalah yang ada pada jurnal langsung di berikan pemecahan masalahnya.

H. Kohesi dan Koherensi isi Penellitian


Dari keterkaitan hubungan dan penjelasan gagasan yang ada juga teori yang ada pada
jurnal tersebut hanya sedikit saja kekurangannya seperti kurangnya penjelasan secara
rinci, dengan sedikitnya kekurangan dalam segi kohesi dan koherensi membuat poin yang
menjadi keunggulan dalam jurnal, maka dari itu saya hanya menyebutkan bahwa tidak
banyak kekurangan yang di temukan pada segi koherensi dan kohesinya.

BAB V
IMPLIKASI TERHADAP

13
C. TEORI
Dari segi teori yang ada pada jurnal yang saya bahas merupakan teori yang benar dan dapat
di pertanggung jawabkan kebenarannya, Karena adanya Kenaikan prevalensi gondok di daerah
nonendemik dan endemik ringan ada kaitannya dengan terjadinya hipertiroid. Hal ini
diungkapkan pada penelitian di Zimbabwe bahwa thyrotoxicosis naik tiga kali lipat setelah
penggunaan garam beriodium selama empat tahun yaitu 2,8 per 100.000 pada tahun 1991
menjadi 7,4 per 100.000 pada tahun 1995.1 Kebanyakan penderita thyrotoxicosis adalah wanita
dengan rata-rata usia 41 tahun. Prevalensi hipertiroid lebih kurang 10 per 100.000 pada wanita di
bawah umur 40 tahun dan 19 per 100.000 pada wanita yang berusia di atas 60 tahun. Prevalensi
kasus hipertiroid di Amerika pada wanita sebesar1,9% dan pria 0,9%. Di Eropa ditemukan
bahwa prevalensi hipertiroid berkisar 1%-2%, dan di Inggris kasus hipertiroid terdapat pada 0,8
per 1000 wanita per tahun.1 Menurut Asdie2 prevalensi hipertiroid di Indonesia belum diketahui
secara pasti dan penderita hipertiroid wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria yaitu 5
banding 1

D. Program Pembangunan di Indonesia


Dari beberapa penjelasan dalam jurnal tersebut sangat lah jelas bagus dalam memberikan
pengetahuan bahwa Pada wanita usia subur akan mengalami proses kehamilan sampai dengan
persalinan, sehingga kalau terjadi gangguan kesehatan karena penyakit hipertiroid akan berakibat
buruk terhadap kualitas kesehatan maupun kesehatan janin yang dikandungnya. Hal ini didukung
oleh penelitian Kishi bahwa pada wanita yang bekerja akan mengalami dampak gangguan
kesehatan reproduksi. Selain itu, wanita usia subur yang seharusnya dapat beraktivitas dengan
maksimal menjadi rendah karena adanya hipertiroid yang dideritanya. Untuk mewaspadai dan
mempelajari fenomena hipertiroid dan aktivitas wanita, maka perlu dilakukan penelitian apakah
kondisi hipertiroid dapat mempengaruhi aktivitas kerja pada wanita usia subur di daerah endemik
Gak

E. Pembahasan dan Analisis

Pembahasan ini menggunakan nalisis bivariat menunjukkan hubungan yang signifikan antara
hipertiroid dan aktivitas kerja (RP = 4,10; 95% Cl; 2,32 - 7,23). Dengan menggunakan analisis

13
stratifikasi ditemukan bahwa hipertiroid lebih tinggi pada wanita dengan Kontrasepsi hormonal
(RP = 6,45; 95% Cl; 2,55 - 16.34) dan mengkonsumsi kapsul yodium (RP = 4,73; 95% Cl; 2,37 -
9.43). Analisis menggunakan Penelitian ini merupakan rancangan cross-sectional dengan
menggunakan dua sampel di Kabupaten Magelang. Sampelnya adalah 100 wanita subur yang
terbagi dalam dua kelompok, yaitu hipertiroid (50 orang) dan kelompok kelenjar tiroid (50
orang) diambil dengan menggunakan sampling sistemati

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

13
Dengan adanya penjelasan dalam materi jurnal tersebut dapat di simpulkan bahwasannya
Wanita usia subur yang menderita hipertiroid menunjukkan hubungan signifikan terhadap
aktivitas kerja yang rendah dan aktivitas kerja rendah sebesar empat kali lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita usia subur yang normotiroid. Variabel KB hormonal, umur, BMI,
garam beriodium dan minum kapsul beriodium tidak berhubungan signifikan dengan aktivitas
kerja meskipun pada analisis stratifikasi terdapat hubungan wanita usia subur hipertiroid yang
mengkonsumsi garam beriodium = 30 ppm dengan aktivitas kerja. Analisis stratifikasi
menunjukkan bahwa KB hormonal dan minum kapsul iodium masuk sebagai efek modifikasi.

Berdasarkan dari hasil penelitian ini maka dapat disarankan bahwa skrining pada wanita usia
subur yang telah mendapatkan pengobatan hipertiroid dan yang baru menjalani pengobatan
hipertiroid agar tidak minum kapsul beriodium. Kegiatan skrining sebaiknya dilaksanakan
sebelum waktu distribusi kapsul iodium kepada sasaran.

SARAN
Menurut saya Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk melihat hubungan hipertiroid
dengan aktivitas kerja pada wanita usia subur agar dapat mencegah suatu hal yang dapat
membahayakan Pada wanita usia subur akan mengalami proses kehamilan sampai dengan
persalinan, sehingga kalau terjadi gangguan kesehatan karena penyakit hipertiroid akan berakibat
buruk terhadap kualitas kesehatan maupun kesehatan janin yang dikandungnya. Hal ini didukung
oleh penelitian Kishi4 bahwa pada wanita yang bekerja akan mengalami dampak gangguan
kesehatan reproduksi. Selain itu, wanita usia subur yang seharusnya dapat beraktivitas dengan
maksimal menjadi rendah karena adanya hipertiroid yang dideritanya

DAFTAR PUSTAKA

Sri. dkk. 2014. Hubungan Hipertiroid Dengan Aktivitas Kerja Pada Wanita Usia Subur.
yogyakarta. universitas gadja mada

BAB I

PENGANTAR

13
JURNAL III : PENENTUAN BIODISTRIBUSI DAN UPTAKE TIROID DARI
Tc99m
PERTEKNETAT PADA PASIEN HIPERTIROID MENGGUNAKAN
TEKNIK IN VIVO

Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Fisika Unand
Volume Penerbitan : ISSN 2302-8491
Penulis : Silvia Eka Putri1, Dian Milvita1, Fadhil Nazir2, Chavied Varuna3
Tahun Terbit : Oktober 2015
Jumlah Artikel :5

Hipertiroid merupakan salah satu kondisi yang dapat dinilai melalui produksi hormone
tiroid yang berlebihan. Hormon tiroid akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan
berbagai proses-proses di dalam sel. Kondisi gangguan fungsi kelenjar tiroid dapat dipantau
melalui fungsi hormonal dan pencitraan (scan kelenjar tiroid). Scan kelenjar tiroid pada kasus
hipertiroid merupakan studi pencitraan yang dilakukansebagai evaluasi awal untuk menentukan
besar, bentuk, letak serta jenis dari hipertiroid. Scan kelenjar tiroid dilakukan menggunakan
detektor kamera gamma, untuk memperoleh hasil pencitraan yang akan diolah menggunakan
teknik Region of Interest (ROI). Unsur Radioaktif yang digunakan untuk scan kelenjar tiroid
adalah Teknesium-99 metastabil (Tc99m) perteknetat. Radiofarmaka disuntikan secara intravena
pada lipatan lengan pasien kemudian akan mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh (Bushberg,
2002). Penyebaran radiofarmaka ke seluruh tubuh disebut biodistribusi.
Penelitian ini perlu dilakukan untuk menentukan biodistribusi dari Tc99m perteknetat
pada kelenjar tiroid untuk mengetahui besarnya aktivitas pada total kelenjar tiroid. Cember
(1994) mengatakan bahwa biodistribusi sangat penting dalam pengkajian dosimetri internal
sehingga dapat dihitung dosis radiasi dari paparan yang diberikan. Aktivitas yang sampai di
kelenjar tiroid tidak semuanya ditangkap oleh kelenjar tersebut. Kemampuan penengkapan
radiofarmaka (uptake) oleh kelenjar tiroid pada kasus hipertiroid akan menentukan fungsi dari
tiroid tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan biodistribusi dan uptake pada
kelenjar tiroid setelah injeksi radiofarmaka Tc99m perteknetat ke dalam tubuh pasien. Penelitian

13
ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dokter, dapat mengetahui seberapa banyak biodistribusi
radioafarmaka Tc99m perteknetat, sehingga dapat menentukan jenis gangguan pada fungsi
kelenjar tiroid serta dapat membantu dalam mengambil keputusan diagnosis yang tepat
padapasien hipertiroid khususnya yang akan menjalani terapi

BAB II

RINGKASAN ARTIKEL / HASIL PENELITIAN

13
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat penderita hipertiroid perempuan lebih banyak daripada
laki-laki, pesentase jumlah pasien berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 1.a. Hal ini sesuai
dengan pedoman klinis pediatrik yang menyatakan bahwa penyakit hipertiroid lebih banyak diderita
perempuan daripada laki-laki dengan perbandingan 2:1. Rentang umur pasien berkisar antara (21-63)
tahun, dari data tersebut tidak ditemukan pasien yang berusia anak-anak. Hipertiroid jarang ditemukan
pada anak-anak dikarenakan kelebihan hormon tiroid meningkat secara linear dengan bertambahnya usia
(Schwartz, 1995).
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, diketahui 11 orang (61 %) didiagnosis penyakit hipertiroid toksik
dan 7 orang (39 %) hipertiroid non toksik. Hal ini disebabkan karena banyaknya program yodinasi
(pemberian zat beryodium) pada semua garam yang beredar di pasaran. Zat yodium berasal dari
makanan-makanan seperti seafood, roti dan coklat. Kelenjar tiroid akan mengambil zat yodium dari
makanan tersebut dan menggunakannya untuk memproduksi hormon-hormon tiroid (Schwartz, 1995).
Persentase antara jumlah pasien hipertiroid toksik dan non toksik berdasarkan diagnosis dokter
ditunjukkan pada Gambar 1 b.

Biodistribusi Tc99m perteknetat pada kelenjar tiroid Dari Tabel 1 menunjukkan penyebaran
radiofarmaka pada masing-masing kelenjar tiroid, biodistribusi radiofarmaka dari yang lebih
tinggi ke rendah. Biodistribusi radiofarmaka Tc99m perteknetat pada total tiroid adalah (30,77

13
MBq), lobus kanan adalah (17,93 MBq) dan lobus kiri adalah (12,58 MBq). Untuk biodistribusi
tertinggi terjadi pada pasien nomor 6 dengan inisial YK yaitu 42,87 MBq dan terendah pada
pasien nomor 18 dengan inisial NA yaitu 20,94 MBq. Biodistribusi radiofarmaka Tc99m
perteknetat ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2 menunjukkan rerata penyebaran radiofarmaka
Tc99m perteknetat pada total tiroid, lobus kanan dan lobus kiri. Dari Gambar 2 terlihat pola
biodistribusi radiofarmaka pada kelenjar tiroid pada lobus kanan lebih besar daripada lobus kiri.
Hal ini disebabkan karena terjadi pembesaran pada lobus kanan yang mengakibatkan tingginya
aktivitas sel sehingga radiofarmaka lebih banyak terdistribusi pada lobus kanan. Pembesaran
tiroid menunjukkan adanya ketidakstabilan aktivitas pembentukan hormon tiroid karena kelenjar
yang terlalu aktif. Radioaktivitas dari Tc99m perteknetat akan terdistribusi lebih banyak pada
jaringan yang mengalami pembesaran.
Menurut Syaifuddin (2006), lobus kanan tiroid menerima suplai darah yang lebih banyak
dibandingkan lobus kiri, sehingga biodistribusi radiofarmaka juga akan tersebar lebih banyak
pada bagian lobus kanan. Hal ini juga terjadi karena adanya pembesaran pada lobus kanan yang
mengakibatkan tingginya aktivitas sel pada lobus kanan tersebut. Hal ini juga disebabkan karena
radiofarmaka yang masuk ke dalam tubuh akan mengikuti aliran darah. Radiofarmaka yang
disuntikkan ke daerah lipatan lengan (vena cubiti) akan masuk ke dalam vena subclavia,
kemudian ke vena cava superior, lalu masuk ke dalam serambi kanan, bilik kiri, bilik kanan,
paru-paru, kemudian masuk melalui serambi kiri, bilik kiri lalu aorta dan keseluruh tubuh
termasuk ke kelenjar tiroid, sehingga radiofarmaka yang terdistribusi di lobus kanan lebih besar
daripada lobus kiri.

BAB III

KEUNGGULAN PENELITIAN

13
I. Kegayutan antar elemen
Elemen- elemen yang di paparkan dalam penelitian ini cukup mudah dipahami dan
masing- masing diantaranya memiliki koherensi yang cukup signifikan untuk menunjang
kekonkritan dalam penulisan. Penulis juga secara jelas menjelaskan metode yang
dilakukan dalam penelitian ini yaitu pengambilan sampel, pengumpulan data dan teknik
analisis data yang dilakukan.

Pada bagian hasil dan diskusi, penulis juga menuliskan data yang diperoleh dengan tepat
dan membuat simpulan di tiap data yang diperoleh, sehingga memudahkan pembaca dalam
memahami isi jurnal penelitian ini. Selanjutnya pada bagian kesimpulan juga ditulis dengan
jelas.

J. Originalitas temuan

Temuan yang terdapat dalam penelitian ini sejalan dengan tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui mengetahui seberapa banyak biodistribusi radioafarmaka Tc99m perteknetat,
sehingga dapat menentukan jenis gangguan pada fungsi kelenjar tiroid serta dapat membantu
dalam mengambil keputusan diagnosis yang tepat pada pasien hipertiroid khususnya yang akan
menjalani terapi.
K. Kemutakhiran masalah

Masalah yang dimukakan adalah masalah untuk mendeteksi untuk menentukan biodistribusi
dari Tc99m perteknetat pada kelenjar tiroid untuk mengetahui besarnya aktivitas pada total
kelenjar tiroid. Cember (1994) mengatakan bahwa biodistribusi sangat penting dalam pengkajian
dosimetri internal sehingga dapat dihitung dosis radiasi dari paparan yang diberikan. Aktivitas
yang sampai di kelenjar tiroid tidak semuanya ditangkap oleh kelenjar tersebut. Kemampuan
penengkapan radiofarmaka (uptake) oleh kelenjar tiroid pada kasus hipertiroid akan menentukan
fungsi dari tiroid tersebut

L. Kohesi dan Koherensi isi Penellitian


Kesinambungan diantara isi penelitian cukup terlihat, pembaca dapat menangkap isi
penelitian. adanya hasil pemerikasaan yang didlakukan dengan menentukan biodistribusi dan

13
uptake pada kelenjar tiroid setelah injeksi radiofarmaka Tc99m perteknetat ke dalam tubuh
pasien

BAB IV
KELEMAHAN PENELITIAN

13
I. Kegayutan antar elemen
Dari elemen kita bisa menemukan kelemahannya sedikit saja, dimana elemen-elemen di
dalam jurnal tersebut hanya sebagai contoh Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat
kualitatif dan diadakan pada salah satu institusi. Sehingga data dari ekspert yang
dieproleh juga dalam jumlah kecil sehingga diperlukan pengembangan lanjutan dari
penelitian ini
J. Originalitas temuan
Menurut saya keaslian atau kemutakhiran dalam penulisan ini sudah cukup originalitas
namun menurut saya penelitian ini pada suadah ada pada umunya namun penulis lebih
menekankan pada bebrapa aspek misalnya wilayah terentu

K. Kemutakhiran masalah
Dari kekurangan masalah yang ada pada jurnal tersebut saya rasa tidak banyak kekurangannya
karena jika banyak permasalahan dalam kemutakhiran pada jurnal maka junal tersebut tidak
baik pada si pembaca maka dari itu penjelasan kemutakhiran masalah yang ada pada jurnal
langsung di berikan pemecahan masalahnya.

L. Kohesi dan Koherensi isi Penellitian


Dari keterkaitan hubungan dan penjelasan gagasan yang ada juga teori yang ada pada jurnal
tersebut hanya sedikit saja kekurangannya seperti kurangnya penjelasan dasar teori yang
mendasari dari penggunaan teknik in vivo untuk menganalisis penyakit hipertiroid

BAB V
IMPLIKASI TERHADAP

13
F. TEORI
Dari segi teori yang ada pada jurnal yang saya bahas merupakan teori yang benar dan dapat
di pertanggung jawabkan kebenarannya, Karena adanya penelitian untuk menentukan
biodistribusi Tc99m perteknetat dan uptake tiroid dari 18 orang pasien hipertiroid di salah satu
rumah sakit di Jakarta. Scan pasien hipertiroid dilakukan dengan teknik in vivo. Scan kelenjar
tiroid dilakukan dengan cara menginjeksikan Tc99m perteknetat sebanyak (118-170) MBq
secara intravena di lengan pasien, selanjutnya dilakukan pencitraan kelenjar tiroid selama 5
menit setelah injeksi menggunakan kamera gamma dual head skylight ADAC merek Philips.

G. Program Pembangunan di Indonesia


Dari beberapa penjelasan dalam jurnal tersebut sangat lah jelas bagus dalam memberikan
pengetahuan yang lebih lagi Dengan adanya penelitian untuk menentukan biodistribusi dan
uptake pada kelenjar tiroid setelah injeksi radiofarmaka Tc99m perteknetat ke dalam tubuh
pasien. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dokter, dapat mengetahui seberapa
banyak biodistribusi radioafarmaka Tc99m perteknetat, sehingga dapat menentukan jenis
gangguan pada fungsi kelenjar tiroid serta dapat membantu dalam mengambil keputusan
diagnosis yang tepat pada pasien hipertiroid khususnya yang akan menjalani terapi

H. Pembahasan dan Analisis

Pembahasan in menggunakan i Langkah-langkah pengambilan data meliputi pendataan


kondisi pasien pencatatan umur, jenis kelamin, diagnosis dokter serta aktivitas radiofarmaka
yang disuntikkan ke dalam tubuh pasien dan pemeriksaan scan tiroid Proses pemeriksaan scan
tiroid diawali dengan menyuntikkan radiofarmaka disuntikkan ke dalam tubuh pasien melalui
pembuluh intervena di daerah kubiti (lipatan lengan). Saat pemeriksaan dilakukan, pasien
berbaring ditempat tidur yang berada di bawah kamera gamma dengan posisi supine (berbaring)
+ ekstensi hal ini dilakukan agar hasil pencitraan sebaik mungkin. Pemeriksaan scan tiroid
dilakukan sebanyak 1 kali dengan rentang waktu 5 menit setelah penyuntikkan radiofarmaka

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

13
Dengan adanya penjelasan dalam materi jurnal tersebut dapat di simpulkan bahwasannya
penelitian untuk menentukan biodistribusi dan uptake pada kelenjar tiroid setelah injeksi
radiofarmaka Tc99m perteknetat ke dalam tubuh pasien. Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk dokter, dapat mengetahui seberapa banyak biodistribusi radioafarmaka Tc99m
perteknetat, sehingga dapat menentukan jenis gangguan pada fungsi kelenjar tiroid serta dapat
membantu dalam mengambil keputusan diagnosis yang tepat pada pasien hipertiroid khususnya
yang akan menjalani terapi

SARAN
Menurut saya Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk terhadap penelitian ini karena
memiliki manfaat yang baik dalam mendiagnosis suatu penyakit terutama hipertiroid

DAFTAR PUSTAKA
Silvia .dkk. 2016. Penentuan Biodistribusi Dan Uptake Tiroid Dari Tc99m Perteknetat Pada
Pasien Hipertiroid Menggunakan Teknik In Vivo. Padang. Universitas Andalas

BAB I

PENGANTAR

13
JURNAL IV : PENENTUAN BIODISTRIBUSI Tc99m PERTEKNETAT
MENGGUNAKAN TEKNIK ROI PADA PASIEN HIPERTIROID
(STRUMA DIFUSA)
Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Fisika Unand
Volume Penerbitan : ISSN 2302-8491
Penulis : Rahmi Desi Martha, Dian Milvita
Tahun Terbit : Januari 2014
Jumlah Artikel :5

Pemeriksaan di kedokteran nuklir banyak membantu dalam menunjang diagnosis berbagai


penyakit. Salah satu penyakit yang dapat dideteksi dengan teknik nuklir ini adalah hipertiroid
(struma difusa). Hipertiroid merupakan suatu kondisi yang dapat dideteksi melalui produksi
hormon tiroid yang berlebihan. Hormon tiroid akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan,
dan berbagai proses-proses di dalam sel. Hormon tiroid yang abnormal akan mempengaruhi
berbagai fungsi pada organ tubuh seseorang. Untuk mendapatkan nilai fungsi kelenjar tiroid dari
hasil pencitraan membutuhkan radiofarmaka. Radiofarmaka yang rutin digunakan untuk
pemeriksaan tiroid adalah I131, I123, dan Tc99m perteknetat (Bushberg, 2002).
Radiofarmaka disuntikkan secara intravena pada lipatan lengan pasien dan akan mengikuti
aliran darah ke seluruh tubuh. Penyebaran radiofarmaka ke seluruh tubuh disebut biodistribusi.
Biodistribusi ke kelenjar tiroid dapat diketahui dengan melakukan pencitraan secara fungsional
untuk kelenjar tiroid menggunakan kamera gamma disebut sidik tiroid (Rei, 2011). Hasil
pencacahan diperoleh dengan teknik ROI (Region Of Interest). Radiofarmaka akan dikeluarkan
melalui urin.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dokter, yaitu dapat mengetahui seberapa
banyak penyebaran radiofarmaka (biodistribusi) dalam tubuh pasien, sehingga dapat mengetahui
langkah apa yang akan dilakukan untuk menindaklanjuti penyakit pasien.

BAB II

RINGKASAN ARTIKEL / HASIL PENELITIAN

13
Hasil penelitian telah dilakukan terhadap 12 orang pasien struma difusa yang terdiri dari 7
orang wanita (58 %) dan 5 orang pria (42 %) yang melakukan pemeriksaan sidik tiroid. Rentang
umur pasien antara (18 sampai 58) tahun dan terlihat penderita struma difusa lebih banyak
diderita oleh wanita dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini sesuai dengan literature pedoman
klinis pediatri yang menyatakan bahwa penyakit struma difusa lebih banyak diderita oleh wanita
dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 2:1 (Schwartz, 1995). Kasus struma difusa toksik
lebih banyak dibandingkan dengan kasus struma difusa non toksik khususnya di Indonesia. Hal
ini disebabkan karena adanya program yodinasi (pemberian zat beryodium) pada garam-garam
yang ada di pasaran. Zat yodium berasal dari makanan-makanan seperti seafood, roti, coklat, dan
garam. Kelenjar tiroid merupakan satu-satunya organ yang mengolah yodium yang
didistribusikan dari darah. Kelenjar tiroid akan mengambil zat yodium dari makanan tersebut dan
menggunakannya untuk memproduksi hormon-hormon tiroid.
Bila ditinjau dari rerata biodistribusi setiap waktu pada total kelenjar tiroid, lobus kanan
dan kiri maka akan terlihat biodistribusi pada masing-masing bagian. Aktivitas radiasi
mengalami penurunan dengan cepat pada pencitraan II (10 menit pasca injeksi) di total kelenjar
tiroid. Hal ini berarti distribusi tercepat untuk Tc99m perteknetate terjadi pada pencitraan II
sehingga bila melakukan sidik tiroid lebih dari 10 menit sudah banyak radiofarmaka yang keluar
dari kelenjar tiroid. Grafik rerata biodistribusi dosis radiofarmaka pada kelenjar tiroid (lobus
kanan dan kiri) pasien struma difusa pada pencitraan I, II, dan III, ditunjukkan pada Gambar 1.

13
Dari Gambar 1 terlihat pola biodistribusi radiofarmaka pada kelenjar tiroid, lobus kanan dan kiri
pada selang waktu mulai dari 5 menit pasca injeksi radiofarmaka sampai 15 menit terlihat
perubahan prosentase yang menunjukkan peningkatan biodistribusi. Rerata biodistribusi
radiofarmaka pada lobus kanan lebih besar daripada lobus kiri. Hal ini disebabkan karena terjadi
pembesaran asimetris pada lobus kanan yang mengakibatkan tingginya aktivitas sel sehingga
radiofarmaka lebih banyak terdistribusi pada lobus kanan. Hubungan antara aktivitas dengan
masing-masing organ (total tiroid, lobus kanan, lobus kiri) kelenjar tiroid pada keseluruhan
waktu pencitraan untuk masing-masing pasien struma difusa, ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar

Berdasarkan Gambar 2 terlihat aktivitas pada (pasien 1 hingga 7) dengan struma difusa toksik
yang penangkapan radiofarmaka lebih banyak dibandingkan dengan 5 pasien terakhir (struma
difusa non toksik). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, kebutuhan kelenjar
tiroid pada struma difusa toksik lebih tinggi daripada struma difusa non toksik untuk
menghasilkan hormon tiroid sehingga biodistribusi radiofarmaka pada struma difusa toksik lebih
tinggi daripada struma difusa non toksik. Selain itu, hal ini disebabkan karena struma difusa
toksik bersifat hiperfungsi metabolisme di sel-sel kelenjar tiroid yang berdampak pada
kemampuannya untuk menangkap radiofarmaka lebih besar dibandingkan dengan struma difusa
non toksik. Tingginya kadar hormon tiroid pada kasus struma difusa toksik akan menyebabkan
proses metabolisme karbohidrat menjadi energi berlangsung lebih cepat sehingga akan
mempengaruhi biodistribusi radiofarmaka di kelenjar tiroid. Ukuran kelenjar tiroid pada pasien

13
struma difusa toksik lebih besar dan lebih responsif daripada pasien struma difusa non toksik
(Viantri, 2012), sehingga kelenjar tiroid pada struma difusa toksik memiliki nilai penangkapan
radiofarmaka yang lebih besar dibandingkan dengan struma difusa non toksik.

BAB III

KEUNGGULAN PENELITIAN

M. Kegayutan antar elemen

Dalam hal kegayutan antar elemen jurnal ini sangat baik dalam menjelaskan hasil penelitian.
Semua elemen jurnal termuat dalam jurnal ini dimulai dari pendahuulan yang menjelaskan latar
belakang masalah serta contoh yang relevan.

N. Originalitas temuan

13
Temuan yang terdapat dalam penelitian ini sejalan dengan tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui dapat mengetahui seberapa banyak penyebaran radiofarmaka (biodistribusi) dalam
tubuh pasien, sehingga dapat mengetahui langkah apa yang akan dilakukan untuk
menindaklanjuti penyakit pasien Temuan yang diperoleh peneliti berasal dari hasil pemeriksaan
sidik tiroid terhadap 12 pasien hipertiroid yang terdiri dari 5 pria dan 7 wanita. Tujuan dari
penelitian adalah menentukan biodistribusi pada pencitraan I (5 menit), II (10 menit), dan III
(15 menit) setelah injeksi Tc99m perteknetat pada pasien hipertiroid. Penelitian ini
menggunakan peralatan kamera gamma dual head Skylight ADAC merek Phillips dan dose
calibrator.

Adapaun temuan yang diperoleh adalah membantu dalam menunjang diagnosis berbagai
penyakit. Salah satu penyakit yang dapat dideteksi dengan teknik nuklir ini adalah hipertiroid
(struma difusa). Hipertiroid merupakan suatu kondisi yang dapat dideteksi melalui produksi
hormon tiroid yang berlebihan. Hormon tiroid akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan,
dan berbagai proses-proses di dalam sel
O. Kemutakhiran masalah

Masalah bahwa untuk menentukan biodistribusi pada pencitraan I (5 menit), II (10


menit), dan III (15 menit) setelah injeksi Tc99m perteknetat pada pasien hipertiroid. Penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dokter, yaitu dapat mengetahui seberapa banyak
penyebaran radiofarmaka (biodistribusi) dalam tubuh pasien, sehingga dapat mengetahui langkah
apa yang akan dilakukan untuk menindaklanjuti penyakit pasien.

P. Kohesi dan Koherensi isi Penellitian


Kesinambungan diantara isi penelitian cukup terlihat, pembaca dapat menangkap isi
penelitian. adanya Pemeriksaan di kedokteran nuklir banyak membantu dalam menunjang
diagnosis berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat dideteksi dengan teknik nuklir ini
adalah hipertiroid (struma difusa). dapat mengetahui seberapa banyak penyebaran radiofarmaka
(biodistribusi) dalam tubuh pasien, sehingga dapat mengetahui langkah apa yang akan dilakukan
untuk menindaklanjuti penyakit pasien.

13
BAB IV
KELEMAHAN PENELITIAN

M. Kegayutan antar elemen


Dari elemen kita bisa menemukan kelemahannya sedikit saja, dimana elemen-elemen di
dalam jurnal tersebut hanya sebagai contoh dan bahan penjelasan dan tidak menjadi
bahan penlitian lain seperti memberikan contoh dalam menghubungkan satu elemen
dengan elemen yang lain yang berkaitan.

N. Originalitas temuan

13
Menurut saya keaslian atau kemutakhiran dalam penulisan ini sudah cukup originalitas
namun menurut saya penelitian ini pada suadah ada pada umunya namun penulis lebih
menekankan pada bebrapa aspek misalnya wilayah terentu

O. Kemutakhiran masalah
Dari kekurangan masalah yang ada pada jurnal tersebut saya rasa tidak banyak kekurangannya
karena jika banyak permasalahan dalam kemutakhiran pada jurnal maka junal tersebut tidak
baik pada si pembaca maka dari itu penjelasan kemutakhiran masalah yang ada pada jurnal
langsung di berikan pemecahan masalahnya.

P. Kohesi dan Koherensi isi Penellitian


Dari keterkaitan hubungan dan penjelasan gagasan yang ada juga teori yang ada pada
jurnal tersebut hanya sedikit saja kekurangannya seperti tidak adanya penjelasan dengan
menggunakan perlakuan tetapi hanya kepada bebrapa hasil yang tenrunya akan berbeda
dengan hasil pemeriksaan dengan yang lain

BAB V
IMPLIKASI TERHADAP

I. TEORI
Dari segi teori yang ada pada jurnal yang saya bahas merupakan teori yang benar dan dapat di
pertanggung jawabkan kebenarannya, Karena adanya hasil pemeriksaan sidik tiroid terhadap 12
pasien hipertiroid yang terdiri dari 5 pria dan 7 wanita. Tujuan dari penelitian adalah menentukan
biodistribusi pada pencitraan I (5 menit), II (10 menit), dan III (15 menit) setelah injeksi
Tc99m perteknetat pada pasien hipertiroid. Penelitian ini menggunakan peralatan kamera gamma

13
dual head Skylight ADAC merek Phillips dan dose calibrator. Bahan yang digunakan, yaitu
radiofarmaka Tc99m perteknetat
J. Program Pembangunan di Indonesia
Dari beberapa penjelasan dalam jurnal tersebut sangat lah jelas bagus dalam memberikan
pengetahuan yang lebih lagi dimana Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama untuk
dokter, yaitu dapat mengetahui seberapa banyak penyebaran radiofarmaka (biodistribusi) dalam
tubuh pasien, sehingga dapat mengetahui langkah apa yang akan dilakukan untuk
menindaklanjuti penyakit pasien

K. Pembahasan dan Analisis

Pembahasan ini menggunakan perangkat instrumentasi nuklir kamera gamma jenis dual
head. Kriteria sampel yang digunakan adalah pasien hipertiroid (struma difusa) dengan jumlah
12 orang. Aktivitas dosis radiofarmaka Tc99m perteknetat dihitung melalui dose calibrator.
Kemudian, radiofarmaka yang berada di dalam jarum suntik (full syringe) dicacah di bawah
kamera gamma. Radiofarmaka Tc99m perteknetat disuntikkan ke dalam tubuh pasien secara
intravena pada vena daerah kubiti (lipatan lengan). Sisa radiofarmaka yang berada di dalam
jarum suntik (empty syringe) dicacah di bawah kamera gamma. Pencitraan dilakukan
menggunakan kamera gamma pada pencitraan I (5 menit), II (10 menit), dan III (15 menit)
terhadap pasien.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dengan adanya penjelasan dalam materi jurnal tersebut dapat di simpulkan bahwasannya
Pemeriksaan di kedokteran nuklir banyak membantu dalam menunjang diagnosis berbagai
penyakit. Salah satu penyakit yang dapat dideteksi dengan teknik nuklir ini adalah hipertiroid
(struma difusa). Hipertiroid merupakan suatu kondisi yang dapat dideteksi melalui produksi
hormon tiroid yang berlebihan. Hormon tiroid akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan,

13
dan berbagai proses-proses di dalam sel. Hormon tiroid yang abnormal akan mempengaruhi
berbagai fungsi pada organ tubuh seseorang.

SARAN
Menurut saya Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk yaitu dapat mengetahui seberapa
banyak penyebaran radiofarmaka (biodistribusi) dalam tubuh pasien, sehingga dapat mengetahui
langkah apa yang akan dilakukan untuk menindaklanjuti penyakit penderita.

DAFTAR PUSTAKA

Rahmi Desi Martha dan Dian Milvita.2014. Penentuan Biodistribusi Tc99m Perteknetat
Menggunakan Teknik Roi Pada Pasien Hipertiroid (Struma Difusa). Padang.
Universitas Andalas

BAB I

PENGANTAR

JURNAL IV : PENENTUAN PROSENTASE WASHOUT TC99m PERTEKNETAT


MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA
PASIEN NODUL TIROID

Identitas Jurnal

13
Nama Jurnal : Jurnal Fisika Unand
Volume Penerbitan : ISSN 2302-8491
Penulis : Muthiah Hidayat1, Dian Milvita1, Fadil Nazir2
Tahun Terbit : Januari 2014
Jumlah Artikel :5

Pemeriksaan kedokteran nuklir banyak membantu dalam diagnostik berbagai penyakit


diantaranya kelainan pada otak, jantung, paru, kelenjar liur dan kelenjar tiroid. Kelainankelainan
yang dapat terjadi pada organ tiroid diantaranya kelainan fungsi dan kelainan anatomi. Kelainan
fungsi diantaranya hipertiroid dan hipotiroid, sedangkan kelainan anatomi yaitu nodul tiroid.
Nodul tiroid merupakan benjolan yang dapat berupa cairan, semisolid maupun solid yang
terbentuk di dalam kelenjar tiroid. Nodul tiroid pada orang dewasa umumnya adalah nodul jinak
dan hanya sekitar 5% yang ganas (Makes, 2007). Fungsi dan anatomi kelenjartiroid dapat
diketahui dengan melakukan sken tiroid (Pasaribu, 2006). Thyroid scan merupakan pemeriksaan
tiroid dengan kamera gamma menggunakan radiofarmaka yang diinjeksikan ke dalam tubuh
pasien melalui pembuluh darah vena. Radiofarmaka yang sering digunakan adalah Tc99m
perteknetat. Tubuh manusia memiliki kekhasan dalam penyerapan suatu zat ke dalam organ
tubuh tertentu. Dengan kekhasan sifatnya, maka zat tersebut akan terserap ke organ tertentu
sambil terus memancarkan radionuklidanya. Pancaran inilah yang ditangkap dengan
menggunakan kamera gamma (Yoga, 2012). Hasil pemeriksaan akan tampak adanya daerah
yang menunjukkan aktifitas tinggi (hot nodule), aktivitas rendah (cold nodule) atau adanya
kelainan anatomis di sekitar kelenjar gondok (Suyatno, 2010).

BAB II

RINGKASAN ARTIKEL / HASIL PENELITIAN

kelenjar tiroid masing-masing pasien berbeda. Prosentase washout pada total tiroid hanya
dapat dihitung pada 3 orang pasien, yaitu pasien 5, 6 dan 8, sementara untuk pasien 1, 2, 3, 4, 7,
9 dan 10 tidak dapat dilakukan. Hal ini disebabkan oleh kondisi kelenjar tiroid pasien serta

13
kepekaan terhadap radiasi yang tinggi sehingga membutuhkan waktu washout lebih lama dalam
pengamatannya. Prosentase washout untuk total tiroid ditunjukkan pada Tabel 3.

Prosentase washout pada lobus kanan hanya dapat dihitung pada 5 orang pasien, yaitu pasien 4,
5, 6, 8 dan pasien 10, sementara untuk pasien 1, 2, 3, 7, 9 tidak dapat dilakukan. Hal ini
disebabkan oleh kondisi lobus kanan pasien masih mengakumulasi radiofarmaka sampai dengan
pencitraan 3. Prosentase washout pada lobus kanan ditunjukkan pada Tabel 4.

Dari hasil perhitungan prosentase washout pada total tiroid, lobus kanan dan lobus kiri terlihat
masuk dalam kriteria ketiga, yaitu kriteria prosentase washout yang diperoleh di bawah 25%
yang berarti washout yang terjadi masih kurang. Jadi dapat dikatakan bahwa radiofarmaka yang
keluar dari tubuh pasien masih sangat sedikit karena waktu yang dibutuhkan lebih lama
bergantung dari berbagai kondisi tubuh/ kelenjar tiroid dari masing- masing pasien. Pada Tabel
3, Tabel 4 dan Tabel 5 terlihat bahwa dari 10 orang pasien terdapat 3 orangpasien yang tidak
dapat ditentukan washout yaitu pasien dengan nomor urut 1, 7 dan 9. Hal ini disebabkan oleh
kelenjar tiroid pasien tersebut mengalami nodul panas, dimana kelenjar tiroid masih
mengakumulasi radiofarmaka sampai dengan pencitraan 3, sehingga membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk mengeluarkan sisa radiofarmaka yang masih berada pada kelenjar tiroid
pasien.

13
BAB III

KEUNGGULAN PENELITIAN

Q. Kegayutan antar elemen

13
Dalam hal kegayutan antar elemen jurnal ini sangat baik dalam menjelaskan hasil
penelitian. Semua elemen jurnal termuat dalam jurnal ini dimulai dari pendahuulan yang
menjelaskan latar belakang masalah serta contoh yang relevan.

R. Originalitas temuan
Temuan yang terdapat dalam penelitian ini sejalan dengan tujuan penelitian yaitu untuk
menghitung Prosentase washout dihitung untuk mengetahui seberapa banyak
radiofarmaka yang telah keluar dari tubuh pasien dalam selang waktu 15 menit.
Penelitian ini memberikan informasi mengenai prosentase washout radiofarmaka pada
pasien nodul tiroid, sehingga bermanfaat untuk petugas medis dalam meningkatkan
penanganan dan perawatan pada pasien serta dapat dijadikan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya
S. Kemutakhiran masalah

Masalah yang dimukakan adalah masalah yang mutakhir terjadi pada pasien nodul tiroid
dengan teknik ROI (Region of Interest) telah dilakukan di salah satu Rumah Sakit di Jakarta
dengan jumlah pasien 10 orang yang terdiri dari 2 laki-laki dan 8 perempuan. Radiofarmaka
yang digunakan adalah Tc99m perteknetat. Pencitraan menggunakan kamera gamma dilakukan
sebanyak 3 kali yaitu pencitraan 1 dengan rentang (0-5) menit, pencitraan 2 dengan rentang (5-
10) menit dan pencitraan 3 dengan rentang (10-15) menit setelah injeksi radiofarmaka. Hasil
penelitian menunjukkan prosentase washout tertinggi pada total tiroid, lobus kanan dan lobus kiri
secara berturut-turut adalah 6.14%, 6.30% dan 5.98%, sedangkan prosentase washout terendah
secara berturut-turut adalah 1.02%, 1.19% dan 3.51%. .

T. Kohesi dan Koherensi isi Penellitian


Kohesi terdiri dari kohesi gramatikal, secara gramatikal perpaduan bentuk bagian-bagian
wacana yang diwujudkan ke dalam sistem gramatika yang baik.sehingga para pembaca dapat
memahami maksud dan tujuan dari penelitian
.

BAB IV
KELEMAHAN PENELITIAN

Q. Kegayutan antar elemen

13
Dari elemen kita bisa menemukan kelemahannya sedikit saja, dimana elemen-elemen di
dalam jurnal tersebut hanya sebagai contoh dan bahan penjelasan dan tidak menjadi
bahan penlitian lain seperti memberikan contoh dalam menghubungkan satu elemen
dengan elemen yang lain yang berkaitan.

R. Originalitas temuan
Menurut saya keaslian atau kemutakhiran dalam penulisan ini sudah cukup originalitas
sehingga menurut saya kemutakhiran dari jurnal ini cukup jelas adanya

S. Kemutakhiran masalah
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif dan diadakan pada salah satu
institusi. Sehingga data dari ekspert yang dieproleh juga dalam jumlah kecil sehingga
diperlukan pengembangan lanjutan dari penelitian ini.

T. Kohesi dan Koherensi isi Penellitian


Dari keterkaitan hubungan dan penjelasan gagasan yang ada juga teori yang ada pada
jurnal tersebut hanya sedikit saja kekurangannya seperti kurangnya penjelasan secara
rinci, dengan sedikitnya kekurangan dalam segi kohesi dan teori yang mendukung dari
jurnal ini

BAB V
IMPLIKASI TERHADAP

L. TEORI

13
Dari segi teori yang ada pada jurnal yang saya bahas merupakan teori yang benar dan dapat
di pertanggung jawabkan kebenarannya, Karena adanya hasil pemeriksaan di salah satu Rumah
Sakit di Jakarta dengan jumlah pasien 10 orang yang terdiri dari 2 laki-laki dan 8 perempuan.
Radiofarmaka yang digunakan adalah Tc99m perteknetat. Pencitraan menggunakan kamera
gamma dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pencitraan dengan rentang (0-5) menit, pencitraan 2
dengan rentang (5-10) menit dan pencitraan 3 dengan rentang (10-15) menit setelah injeksi
radiofarmaka. Hasil penelitian menunjukkan prosentase washout tertinggi pada total tiroid, lobus
kanan dan lobus kiri secara berturut-turut adalah 6.14%, 6.30% dan 5.98%, sedangkan
prosentase washout terendah secara berturut-turut adalah 1.02%, 1.19% dan 3.51%.

M. Program Pembangunan di Indonesia


Dari beberapa penjelasan dalam jurnal tersebut sangat lah jelas bagus dalam memberikan
pengetahuan yang lebih lagi membantu dalam diagnostik berbagai penyakit diantaranya kelainan
pada otak, jantung, paru, kelenjar liur dan kelenjar tiroid. Kelainankelainan yang dapat terjadi
pada organ tiroid diantaranya kelainan fungsi dan kelainan anatomi. Kelainan fungsi diantaranya
hipertiroid dan hipotiroid, sedangkan kelainan anatomi yaitu nodul tiroid. Nodul tiroid
merupakan benjolan yang dapat berupa cairan, semisolid maupun solid yang terbentuk di dalam
kelenjar tiroid. Nodul tiroid pada orang dewasa umumnya adalah nodul jinak dan hanya sekitar
5% yang ganas

N. Pembahasan dan Analisis

Pembahasan ini menggunakan prosentase washout Tc99m perteknetat pada pasien nodul tiroid dilakukan
dengan menggunakan kamera gamma jenis dual head. Pencitraan dilakukansebanyak 3 kali (pencitraan 1,
pencitraan 2, pencitraan 3) dengan rentang 5 menit setiap pencitraan. Hasil citra kemudian dicacah
menggunakan teknik ROI untuk mengetahui penyebaran radiofarmaka (biodistribusi) pada organ yang
ditentukan. Hasil cacahan tersebut digunakan untuk mendapatkan prosentase pengeluaran (washout)
radiofarmaka dari tubuh pasien dengan menggunakan Persamaan (1). Kriteria sampel yang digunakan
adalah semua pasien dengan diagnosis nodul tiroid yang berjumlah 10 orang
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

13
Dengan adanya penjelasan dalam materi jurnal tersebut dapat di simpulkan bahwasannya
Penelitian untuk menentukan prosentase washout Tc99m perteknetat pada pasien nodul tiroid
dilakukan dengan menggunakan kamera gamma jenis dual head. Pencitraan dilakukan sebanyak
3 kali (pencitraan 1, pencitraan 2, pencitraan 3) dengan rentang 5 menit setiap pencitraan. Hasil
citra kemudian dicacah menggunakan teknik ROI untuk mengetahui penyebaran radiofarmaka
(biodistribusi) pada organ yang ditentukan. Sehingga bermanfaat untuk petugas medis dalam
meningkatkan penanganan dan perawatan pada pasien, serta dapat dijadikan sebagai referensi
untuk penelitian selanjutnya.

SARAN
Menurut saya Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk penyebaran radiofarmaka
(biodistribusi) pada organ yang ditentukan. Sehingga bermanfaat untuk petugas medis dalam
meningkatkan penanganan dan perawatan pada pasien, serta dapat dijadikan sebagai referensi
untuk penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Muthiah.dkk. 2014. Penentuan Prosentase Washout Tc99m Perteknetat Menggunakan Teknik


Roi (Region Of Interest) Padapasien Nodul Tiroid. Padang. Universitas Andalas

13

Anda mungkin juga menyukai