Penulis : Drs. Sanggup Barus, M.Pd., dkk. Kota tempat terbit : Medan Tahun terbit : 2014 Edisi : Edisi revisi ISBN : 978-979-486-9 Bab yang dikritik : Bab 5. Kalimat Efektif Halaman bab yang dikritik : Halaman 95-110 Jumlah halaman : 144 halaman keseluruhan
Critical Book Report adalah aktivitas untuk
mendeskripsikan dan menganalisis isi buku yang ditulis oleh orang lain, dimana dalam melakukan kritikan kita terlebih dahulu membaca isi buku, mencari kelebihan dan kekuranganya dan membandingkannya dengan buku lain sebagai pendukung. Critical Book Report merupakan salah satu instrument yang dapat mendukung keberhasilan dalam proses pembelajaran dibangku perkuliahan. Indikator keberhasilan crikal book report untuk mendukung keberhasilan dalam pembelajaran itu dapat dilihat dari terciptanya kemampuan dari setiap mahasiswa/mahasiswi untuk mengevaluasi penjelasan, interpretasi serta analisis mengenai kelebihan maupun kelemahan baik dari jurnal, buku maupun artikel lainnya sehingga berdampak besar bagi pengembangan cara berfikir mahasiswa yang pada akhirnya menambah pemahaman dan pengetahuan mahasiswa itu sendiri terhadap kajian mata kuliah yang telah diambil. Dengan kata lain, melalui critical book report mahasiswa diajak untuk menguji pemikiran dari pengarang maupun penulis berdasarkan sudut pandang yang akan dibangun oleh setiap mahasiswa berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Pada Critical Book Report ini, penulis akan mengkritik satu bab dari buku Pendidikan Bahasa Indonesia yaitu pembahasan mengenai paragraf. Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat mengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai kepada kalimat penutup. Berdasarkan sifat dan tujuannya, paragraf dapat dibedakan menjadi: (1) paragraf pembuka; (2) paragraf penghubng dan (3) paragraf penutup. Sama halnya dengan kalimat, paragraf yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut: kesatuan,tiap paragraf hanya mengandung satu pikiran atau satu tema; koherensi, satu paragraf dibangun oleh kalimat yang mempunyi hubungan timbal balik; perincian dan urutan pikiran, bagaimana cara mngembangkan pikirn utama menjadi sebuah paragraf dan bagaimana hubungan antara pikiran utama dengan pikiran-pikian penjelas, dilihat darai urutan perinciannya. Ada empat cara meletakkan kalimat utama, yaitu pada awal paragraf, pada akhir paragraf dan pada awal akhir paragraf. Paragraf juag apat dikembangan dengan secara alamiah, klimaks dan anti klimaks, perbandingan dan pertentangan, analogi, contoh- contoh, sebab-akibat, definisi luas, klasifikasi dan umum-khusus. Pada Critical Book Report ini penulis membatasi kritikan mengenai ejaan bahasa indonesia, sistematika penulisan dan kelengkapan isi dari pembahasan bab tersebut.
BAB II RINGKASAN ISI BUKU
2.1 Pengertian Paragraf Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat mengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat kalimat penjelas sampai kepada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
2.2 Macam-macam Paragraf
Berdasarkan sifat dan tujuannya, paragraf dapat dibedakan menjadi sebagai berikut. 1) Paragraf Pembuka Paragraf pembuka berperan sebagai pengantar untuk sampai kepada masalah yang akan diuraikan. 2) Paragraf Penghubung Masalah yang akan diuraikan terdapat dalam paragraf penghubung. Jadi paragraf penghubung berisi inti persoalan yang akan dikemukakan. 3) Paragraf Penutup Paragraf penutup mengakhiri sebuah karangan. Biasanya paragraf ini berisi kesimpulan dari paragraf penghubung, Dapat juga paragraf penutup berisi penegasan kembali mengenai hal-hal yang dianggap penting dalam paragraf penghubung.
2.3 Syarat-syarat Pembentukan Paragraf
Pragraf yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu, yakni sebagai berikut. 1) Kesatuan Sama halnya dengan kalimat, paragraf yang baik harus memenuhi tiap paragraf hanya mengandung satu pikiran atau satu tema. Fungsi paragraf adalah mengembangkan tema tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan tema atau pikiran tersebut. Penyimpangan akan menyulitkan pembaca. 2) Koherensi Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah koherensi atau kepaduan Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-masing berdiri tetapi dibangun oleh kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Kepaduan dalam sebuah paragraf dapat dibangun dengan memperhatikan masalah kebahasaan yang digambarkan dengan: a. repetisi b. kata ganti c. kata transisi
Kata atau frasa transisi itu biasanya digunakan dalam tulisan
ilmiah dalam bermacam hubungan, misalnya sebagai berikut. a. Hubungan yang menyatakan tambahan kepada sesuatu yang telah disebut sebelumnya. Untuk transisi yang digunakan biasanya : lebih-lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu, seperti halnya, juga, lagi pula, berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan pula, dan demikian juga. b. Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang sudah disebut sebelumnya, digunakan tetapi, namun bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun. c. Hubungan yang menyatakan perbandingan, menggunakan : lain halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian sebagaimana. d. Hubungan yang menyatakan akibat atau hasil, dengan kata transisi sebab itu, oleh sebab itu, karena itu, jadi maka, akibatnya. e. Hubungan yang menyatakan tujuan, dengan kata penghubung: untuk maksud itu, untuk maksud tersebut dan supaya. f. Hubungan yang menyatakan singkatan, menggunakan pendeknya, ringkasnya, secara singkat, pada umumnya, seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, yaitu, sesungguhnya. g. Hubungan yang menyatakan waktu, misalnya : sementara itu, segera, beberapa saat kemudian, sesudah itu, kemudian. h. Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya : di sini, di sana, dekat, di seberang, berdekatan, berdampingan dengan (Gorys Keraf, 1980).
3) Perincian dan Urutan Pikiran
Perinciannya ini dapat diurut secara kronologis (menurut urutan waktu), secara logis (sebab-akibat, akibat-sebab, khusus-umum, umum-khusus), menurut urutan ruang, menurut proses, dan dapat juga dari sudut pandangan yang satu ke sudut pandangan yang lain utama. 2.4 Letak Kalimat Utama 1) Pada awal paragraf Paragraf dimulai dengan mengemikakan persoalan pokok atau kalimat utama, kemudian ditutup dengan kallimat-kalimat penjelas. 2) Pada akhir paragraf Paragraf ini dimulai dengan mengemukakan penjelasan atau perincian-perincia, kemudian ditutup dengan kalimat utama. 3) Pada Awal dan Akhir Paragraf Kalimat utama dapat pula diletakkan pada awal dan akhir paragraf. Fungsi kalimat pada akhir paragraf menekankan kembali pikiran utama dengan kalimat yang bervariasi.
2.5 Pengembangan Paragraf
Pikiran utama dari sebuah paragraf hanya akan jelas kalau diperinci dengan pikiran-pikiran penjelas. Tetapi sebaiknya sebuah pikiran penjelas dituang ke dalam sebuah kalimat penjelas. Jadi, dalam sebuah paragraf terdapat satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas. Inilah yang dinamakan keterangan paragraf. 1) Secara Alamiah Susunan ini mengenal dua macam urutan: (a) urutan ruang (spasial) yang membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya yang berdekatan dalam sebuah ruang, Misalnya, gambaran dari depan kebelakang, dari luar ke dalam, dari atas ke bawah, dari kanan ke kiri dan sebagainya; (b) urutan waktu (urutan kronologis) yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan atau tindakan. 2) Klimaks dan Antiklimaks Pikiran utama mula-mula diperinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur dengan gagasan-gagasan lain hingga ke gagasan yang paling tinggi kedudukannya atau kepentingannya. 3) Perbandingan dan Pertentangan Untuk menambah kejelasan sebuah paparan, kadang-kadang usaha membandingkan atau mempertontangkan. Dalam penulis beri hal ini, penulis menunjukkan persamaan dan perbedaan hal tersebut antara dua. Yang dapat dibandingkan adalah dua hal yang tingkatannya perbedaan. 4) Analogi Analogi biasanya dipergunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah diketahui unum dengan yang tidak atau kurang dikenal umum. Gunanya untuk menjelaskan hal yang kurang dikenal tersebut. 5) Contoh-contoh Sebuah generalisasi yang terlalu umumnya sifatnya agar dapat memberikan penjelasan kepada pembaca, kadang-kadang memerlukan contoh-contoh yang konkret. Dalam hal ini, sumber pengalaman sangat efektif. 6) Sebab - Akibat Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab-akibat. Dalam hal ini sebah dapat berfungsi sebagai pikiran utama dan akibat sebagai pikiran penjelas. Dapat juga sebaliknya. Akibat sebagai pikiran utama dan untuk memahami akibat ini dikemukakan sejumlah penyebab sebagai perinciannya. 7) Defenisi Luas, Untuk menguraikan batasan tentang sesuatu, kadang-kadang penulis terpaksa menguraikan dengan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf. 8) Klasifikasi Dalam pengembangan karangan kadang-kadang kita mengelompokkan hal-hal yang mempunyai persamaan. Pengelompokan ini biasanya diperinci lagi lebih lanjut ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. 9) Umum Khusus Dalam bentuk umum ke perincian dan diakhiri dengan kalimat utama. Karya ilmiah umumnya berbentuk deduktif artinya dari umum ke khusus.
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kelebihan Buku 1) Dari aspek layout, dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font sudah cukup baik. Pembahasan diurutkan secara runtun, penggunaan font miring untuk kata penegas apa yang dibhas dalam sub bab tersebut. Penggunaan numbering dan bullets yang sesuai dengan bahasan. Penggunaan line spacing yang tepat sehingga membuat pembaca tidak pusing saat membaca isi buku tersebut karena tidak terlalu rapat atau renggang. 2) Keterkaitan antar bab: Buku ini memiliki keterkaitan antar bab yang singkron mulai dari bahasa indonesia sebagai pengembang kepribaian dimana pada bab ini kita disuguhkan penjelasan mengenai fungsi bahasa dalam pengembangan kepribadian dan kemudian bab selanjutnya mengenai bahasa indonesia baku dan pemkaiannya dengan baik dan benar, ketika kita telah paham bahwa bahasa dapat menjadi pengembang kpribadian mulailah kita mempelajari bahasa indonesia yang baku dan pemakaiannya dengan baik dan benar. Bab selanjutnya ejaan bahasa indonesia, setelah kita mampu menggunakan bahasa indonesia yang baku dengan baik dan benar maka kita mulai mempelajari ejaan bahasa indonesia agar kita mengetahui peraturan menggambarkan lambang-lambang bunyi bahasa dan bagaimana hubungannya. Bab selanjutnya adalah diksi yaitu pemilihan kata yang tepat ketika kita sudah mengetahui ejaan bahasa indonesia maka kita harus memilih kata yang tepat dan selaras yang cocok dalam penggunaanya. Bab selanjutnya adalah kalimat efektif dimana kita mampu menggunakan kalimat secara efektif, tidak ambigu, pemborosan kata dan lain-lain. Sampai pada topik pembahasan kritikan kita yaitu paragraf dimana semua yang telah dipaparkan tadi tidak sepenuhnya menjamin kita untuk dapat menulis dengan baik, dalam menuangkan gagasan atau pikiran kita ditutut mampu menghubungkan kalimat dengan kalimat dalam satu kesatuan yang padu. Buku teks ini memiliki hubungan pengaitan antara uraian, dan contoh dalam hal kebahasaan dan kesastraan yang satu dengan yang lain sehingga peserta didik mampu mengaplikasikan ilmu secara keseluruhan. Penyampain pesan antarparagraf yang berdekatan dan antarkalimat dalam paragraf sudah mencerminkan hubungan logis di antara keduanya. Hal tersebut menunjukkan adanya keruntutan dan keterpaduan paragraf di dalam buku teks. Penggunaan bahasa mudah dipahami. Konsistensi sistematika penyajian dalam buku ini cukup baik, mulai dari pendahuluan setiap bab (berisi standar kopetensi, kompetensi dasar dan topik yang akan dibahas pada bab), bagian isi (uraian, wacana, diagram dan latihan), dan pendukung lain.
3.2 Kekurangan buku
Bagian isi kurang baik, karena tidak memuat rangkuman dan refleksi. tidak ada bagian penutup yang berisi rangkuman atau ringkasan dalam pembahasan tiap bab. Dalam buku ini masih terdapat penggunaan kata yang tidak baku dan terjadi pengulangan kata tersebut beberapa kali yaitu penggunaan kata kadang-kadang yang terdapat padaa halaman 123 dan 124. Isi buku masih kurang lengkap. Pada buku pembanding yang berjudul Bahasa Indonesia karangan Sri Hapsari Wijayanti, S.S., M.Hum. dengan pembahasan yangg sama yaitu Paragraf terdapat unsur-unsur pembentuk pragraf dan kerangka paragraf sedangkan pada buku ini tidak. Juga kekurang buku ini kurang kelengkapan dalam pembahasannya, biasanya paragraf mempelajari berupa paragraf deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun saran dari kami yang dapat membangun yaitu sebaiknya buku ini lebih memperhatikan lagi penggunaan kata baku yang dignakan, dibuatnya rangkuman atau ikhtisiar agar mempermudah pembaca memahami makna dari pembahasan tersebut dan yang terakhir kelengkapan isi buku yaitu menambahkan pembahasan yang masih kurang seperti penjelasan seperti jenis-jenis dari paragraf yaitu paragraf nasrasi, deskripsi, persuasi, eksposisi, dan argumentasi. Mungkin hanya itu saran yang dapat kami berikan yang berguna membangun isi buku ini dan kami berharap siapa pun yang membaca buku ini mendapatkan informasi dan menambah pengetahuan berkenaan dengan bahasa indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Barus, Sanggup, dkk. 2014. Pendidikan Bahasa Indonesia, Medan:
Unimed Press Wijayanti, Sri Hapsari, dkk. 2013. Bahasa Indonesia Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah, Jakarta: Rajawali Pers