Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL BOOK REVIEW (CBR)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu:
Dr.Surya Dharma, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:
Ray Yudika Sianturi (5212451002)

PRODI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMATIKA DAN KOMPUTER


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book Review sebagai
tugas dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Saya sebagai Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang banyak membantu
dalam proses penyusunan dan penyelesaian Critical Book Review ini dari awal hingga akhir.
Dan terima kasih juga yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada dosen mata kuliah
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu Bapak Dr.Surya Dharma, S.Pd., M.Pd
yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan Critical Book Review ini.
Saya menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak terutama rekan- rekan sangat penulis harapkan
guna menyempurnakan tugas ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga
Critical Book Review ini dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan pembaca
serta meningkatkan kualitas berpikir pembaca.

Medan, Februari 2023

Ray Yudika Sianturi


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasionaalisasi Pentingnya CBR

Tugas ini tentang membuat CBR pada penulis dapat menguci kemampuan
dalam meringkas dan menganalisi buku serta membandingkan buku yang di analisis
dengan buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah karya
tulis yang di analisis.
Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami, terkadang kita hanya memilih satu buku untuk di baca tetapi hasilnya
masih belum memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan,
oleh karena itu penulis membuat CBR dengan materi mata kuliah Pendidikan
Pancasila ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi
terkhusus pada pokok bahasan tentang Pendidikan Pancasila.

Tugas KKNI membuat CBR


pada penulis dapat menguci
kemampuan dalam
meringkas dan menganalisi
buku serta membandingkan
buku yang di analisis dengan
buku
yang lain, mengenal dan
memberi nilai serta mengkritik
sebuah karya tulis yang di
analisis.
Seringkali kita bingung
memilih buku referensi
untuk kita baca dan pahami,
terkadang kita hanya
memilih satu buku untuk di
baca tetapi hasilnya masih
belum
memuaskan misalnya dari
segi analisis bahasa dan
pembahasan, oleh karena itu
penulis
membuat CBR dengan
materi mata kuliah
Pendidikan Pancasila ini
untuk mempermudah
pembaca dalam memilih buku
referensi terkhusus pada pokok
bahasan tentang Pendidikan
Pancasila.
B. Tujuan
Adapun tujuan critical book review (CBR) adalah sebaga berikut :
1) Untuk meningkatkan kemampuan dalam meringkas isi buku, serta
membandingkan isi buku yang direview dengan buku-buku yang relevan.
2) Untuk menambah pengetahuan mengenai pendidikan pancasila.
3) Untuk tugas penyelesaian tugas individu pada mata kuliah Pendidikan Pancasila.

C. Manfaat CBR

Adapun manfaat critical book review (CJR) adalah sebagai berikut :


a) Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah dilengkapi
dengan ringkasan isi buku, pembahasan isi buku, serta kekurangan dan kelebihan
buku tersebut.
b) Menambah wawasan pengetahuan tentang pengertian tentang pendidikan
Pancasila
c) Melatih mahasiswa untuk merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan
atas buku yang di analisis tersebut.

D. Identitas Buku
Adapun identitas buku yang saya review, baik buku utama, dan buku
pembanding, dapat kita lihat sebagai berikut :
I. Identitas Buku Utama
Adapun identitas buku yang di review atau buku utamanya adalah
sebagai berikut :
1. Judul : Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi
2. Penulis : Dr. Osbeth Sinaga., M.Si.
3. ISSN : 978-602-5799-42-6
4. Penerbit : CV.Harapan Cerdas
5. Tahun terbit : 2023
6. Urutan Cetakan : Cetakan Ke-V
7. Jumlah Halaman : 170 Halaman

II. Identitas Buku Pembanding


Adapun identitas buku yang kedua atau buku pembanding adalah
sebagai berikut :

1. Judul : Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi


2. Penulis :-
3. ISSN : 978-602-6470-02-7
4. Penerbit : Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
(Kemenristekdikti) Republik Indonesia.
5. Tahun terbit : 2016
6. Urutan Cetakan : Cetakan Ke-I
7. Jumlah Halaman : 320 Halaman

BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

A. RINGKASAN BUKU UTAMA


 Bab VI : Demokrasi
1) Pendahuluan
Sebuah penelitian United Nations Educational Scientific and Cultural
Organization (UNESCO) pada tahun 1949 menyatakan bahwa mungkin untuk
pertama kali dalam sejarah, demokrasi dinyatakan sebagai nama yang paling
baik dan wajar untuk semua sistem organisasi politik dan sosial yang
diperjuangkan oleh para pendukungnya yang berpengaruh (Miriam Budiardje,
2009). Hal tersebut tidaklah berlebihan, sebab sebagai suat sistem, demokrasi
telah dijadikan alternatif dalam berbagai tatanan aktivitas bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara pada hampir sebagian besar negara di dunia.
Dipilihnya demokrasi sebagai sistem kehidupan berma syarakat, berbangsa
dan bernegara karena dua alasan. Pertama, hampir semua negara di dunia ini
telah menjadikan demokrasi sebagai asas yang fundamental dan kedua,
demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah
bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai organisasi
tertingginya. Mengapa demokrasi cenderung menjadi pilihan, dan mengapa la
diperlukan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat? Berkenaan dengan
pertanyaan tersebut, Dahl (Tukiran Taniredja, 2017:90), dalam bukunya On
Democracy, menyatakan bahwa dibandingkan dengan alternatif manapun yang
mungkin ada, demokrasi paling tidak lebih unggul dalam 10 hal, yaitu (1)
demokrasi menolong mencegah tumbuhnya pemerintah oleh kaum otokrat
yang kejam dan licik; (2) demokrasi menjamin bagi warga negaranya sejumlah
hak asasi yang tidak diberikan, dan tidak dapat diberikan oleh sistem-sistem
yang tidak demokratis; (3) demokrasi menja- min kebebasan pribadi yang
lebih luas bagi warga negaranya daripada alter- natif lain yang
memungkinkan.

2) Konsep Demokrasi
Kata demokrasi sudah terbiasa terdengar di kalangan masyarakat amon
Dalam berbagai peristiwa dan konteks. Kita sering menyebutkan kata
demokrasi Demikian pula dalam bentuk sifatnya, yaitu demokratis kota
gunakan untuk berbagai tingkatan, mulai individu, masyarakat, bangsa mpon
negara. Walaupun demikian, kata demokrasi ataupun sifat demok ratis tidak
jarang dipakai dalam konteks yang justru bertentangan dengan makna
demokrasi itu sendiri. Seperti ditulis oleh Zamroni (2011:3) yang menyatakan
perkataan demokrasi dan dalam bentuk sifatnya, demokratis, tidak jarang
banyak dipakai dalam berbagai konteks yang pada hakikatnya Bertentangan
dengan makna demokrasi itu sendiri. Dikalangan negara komunis, muncul
istilah proletar dan demokrasi rakyat. Namun penggunaan istilah demokrasi itu
hanya untuk menutupi sistem politik yang sesungguh- nya yang bersifat
diktator. Di Indonesia pernah muncul terminologi demok rasi terpimpin dan
demokrasi Pancasila, tetapi isi dan praktiknya jauh dari hakikat dan makna
Pancasila itu sendiri.

3) Bentuk Demokrasi
Menurut Budi Juliardi (2016:88-89) menjelaskan, secara teoritis
demokrasi yang dianut oleh negara-negara di dunia terbagi menjadi dua, yaitu:
 Demokrasi langsung (direct democracy), yaitu paham demokrasi yang
mengikutsertakan warga negaranya dalam permusyawaratan untuk
menentukan kebijakan umum dan undang-undang
 Demokrasi tidak langsung (indirect democracy), yaitu paham demokrasi
yang dilaksanakan melalui sistem perwakilan yang biasanya dilakukan
melalui pemilihan umum.
Dalam hubungannya dengan implementasi ke dalam sistem pemerintahan,
demokrasi melahirkan sistem yang bermacam-macam, seperti demokrasi
dengan sistem presidensial, demokrasi dengan sistem parlementer, dan
demokrasi dengan sistem referendum. Demokrasi dengan sistem presidensial
menyejajarkan antara parlemen dan presiden dengan memberi dua kedudukan
kepada presiden, yakni sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
4) Prinsip - Prinsip Demokrasi
Menurut Ranney (1982: 278), ada empat prinsip yang terkait dengan
pemerintahan demokrasi, yaitu: (1) kedaulatan rakyat; (2) persmaan politic (3)
konsultasi kepada rakyat; dan (4) aturan mayoritas. Pada hakikatnya sebuah
negara dapat disebut sebagai negara yang demokratis, apabila di dalam
pemerintahan tersebut rakyat memiliki kesem- patan untuk berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan, memiliki persa- maan di muka hukum, dan memperoleh
pendapatan yang layak karena terjadi distribusi pendapatan yang adil
(Nurwardani, 2016: 172-173).
5) Demokrasi di Indonesia
Demokrasi Indonesia dikatakan demokrasi pancasila, dimana prinsip-
prinsip demokrasi yang dijalankan berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila
Demokrasi Pancasila dapat diartikan secara luas maupun sempit, sebagai
berikut:
 Secara luas demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila baik sebagai pedoman penye
lenggaraan maupun sebagai cita-cita.

 Secara sempit demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang


dilaksanakan menurut hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.

Demokrasi Pancasila dalam arti luas adalah kedaulatan atau kekuasaan


tertinggi ada pada rakyat yang dalam penyelenggaraannya dije wai oleh nilai-
nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila yaitu nilai: ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan dan nilai keadilan sangat mendukung demokrasi. Nilai-
nilai Pancasila menentang sistem otoriter atau kediktatoran.
6) Pendidikan Demokrasi
Pendidikan demokrasi diartikan sebagai upaya sistematis yang
dilakukan negara dan masyarakat untuk memfasilitasi individu warga
negaranya agar memahami, menghayati, mengamalkan dan mengembang kan
konsep, prinsip, dan nilai demokrasi sesuai dengan status dan perannya dalam
masyarakat (Udin S. Winataputra, 2001:12). Pada dasarnya, pendidikan
demokrasi dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu:
 Pendidikan demokrasi secara formal: pendidikan yang lewat tatap muka,
diskusi timbal balik, presentasi, serta studi kasus.
 Pendidikan demokrasi secara informal: pendidikan yang lewat tahap
pergaulan di rumah maupun masyarakat, sebagai bentuk aplikasi nilai
berdemokrasi sebagai hasil interaksi terhadap lingkungan sekitarnya dan
langsung dapat dirasakan hasilnya.
 Pendidikan demokrasi secara non formal: pendidikan yang melewati
lingkungan masyarakat secara lebih makro karena pendidikan di luar
sekolah memiliki parameter yang signifikan terhadap pembentukan jiwa
seseorang, seperti kelompok masyarakat, lembaga swadaya, partai politik,
pers, dan lain-lain (Budi Juliardi, 2016:101).

B. RINGKASAN BUKU PEMBANDING


 BAB VI : Bagaimana Hakikat, Instrumentasi, Dan Praksis Demokrasi
Indonesia Berlandaskan Pancasila Dan UUD NRI 1945?

1) Apa Demokrasi Itu?


Apa sebenarnya demokrasi itu? Secara etimologis, demokrasi berasal
dari bahasa Yunani Kuno, yakni “demos” dan “kratein”. Dari kutipan
pengertian tersebut tampak bahwa kata demokrasi merujuk kepada konsep
kehidupan negara atau masyarakat di mana warga negara dewasa turut
berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih;
pemerintahannya mendorong dan menjamin kemerdekaan berbicara,
beragama, berpendapat, berserikat, menegakkan ”rule of law”, adanya
pemerintahan mayoritas yang menghormati hak-hak kelompok minoritas; dan
masyarakat yang warga negaranya saling memberi perlakuan yang sama.
Pengertian tersebut pada dasarnya merujuk kepada ucapan Abraham Lincoln
mantan Presiden Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa “demokrasi adalah
suatu pemerintahan dari rakyat,oleh rakyat, dan untuk rakyat” atau “the
government from the people, by the people, and for the people”.

2) Tiga Tradisi Pemikiran Politik Demokrasi


Secara konseptual, seperti dikemukakan oleh Carlos Alberto Torres
(1998) demokrasi dapat dilihat dari tiga tradisi pemikiran politik, yakni
“classical Aristotelian theory, medieval theory, contemporary doctrine”.
Dalam tradisi pemikiran Aristotelian demokrasi merupakan salah satu bentuk
pemerintahan, yakni “…the government of all citizens who enjoy the benefits
of citizenship”, atau pemerintahan oleh seluruh warganegara yang memenuhi
syarat kewarganegaraan. Sementara itu dalam tradisi “medieval theory” yang
pada dasarnya menerapkan “Roman law” dan konsep “popular souvereignity”
menempatkan “…a foundation for the exercise of power, leaving the supreme
power in the hands of the people”, atau suatu landasan pelaksanaan kekuasaan
tertinggi di tangan rakyat. Sedangkan dalam “contemporary doctrine of
democracy”, konsep “republican” dipandang sebagai “…the most genuinely
popular form of government”, atau konsep republik sebagai bentuk
pemerintahan rakyat yang murni.
3) Pemikiran tentang Demokrasi Indonesia
Pada bagian pengantar telah dikemukakan bahwa suatu negara
mempunyai ciri khas dalam pelaksanaan kedaulatan rakyat atau demokrasinya.
Hal ini ditentukan oleh sejarah negara yang bersangkutan, kebudayaan,
pandangan hidup, serta tujuan yang ingin dicapainya. Negara Indonesia telah
mentasbihkan dirinya sebagai negara demokrasi atau negara yang
berkedaulatan rakyat. Tahukah Anda, di mana pernyataan tersebut
dirumuskan? Sebagai negara demokrasi, demokrasi Indonesia memiliki
kekhasan. Apa kekhasan demokrasi Indonesia itu? Menurut Budiardjo dalam
buku DasarDasar Ilmu Politik (2008), demokrasi yang dianut di Indonesia
adalah demokrasi yang berdasarkan Pancasila yang masih terus berkembang
dan sifat dan ciri-cirinya terdapat pelbagai tafsiran dan pandangan. Meskipun
demikian tidak dapat disangkal bahwa nilai-nilai pokok dari demokrasi
konstitusional telah cukup tersirat dalam UUD NRI 1945.

4) Pentingnya Demokrasi sebagai Sistem Politik Kenegaraan Modern


Mengapa demokrasi yang dipilih sebagai jalan bagi bentuk
pemerintahan guna mencapai tujuan bernegara yakni kesejahteraan?
Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan, pada awalnya dimulai dari sejarah
Yunani Kuno. Namun demikian demokrasi saat itu hanya memberikan hak
berpartisipasi politik pada minoritas kaum laki-laki dewasa. Demokrasi di
mata para pemikir Yunani Kuno seperti Plato dan Aristoteles bukanlah bentuk
pemerintahan yang ideal. Mereka menilai demokrasi sebagai pemerintahan
oleh orang miskin atau pemerintahan oleh orang dungu. Demokrasi Yunani
Kuno itu selanjutnya tenggelam oleh kemunculan 154 pemerintahan model
Kekaisaran Romawi dan tumbuhnya negara-negara kerajaan di Eropa sampai
abad ke-17. Namun demikian pada akhir abad ke-17 lahirlah demokrasi
“modern” yang disemai oleh para pemikir Barat seperti Thomas Hobbes,
Montesquieu, dan J.J. Rousseau, bersamaan dengan munculnya konsep
negara-bangsa di Eropa.

5) Menggali Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik tentang Demokrasi yang


Bersumber dari Pancasila
Sebagaimana telah dikemukakan Mohammad Hatta, demokrasi
Indonesia yang bersifat kolektivitas itu sudah berurat berakar di dalam
pergaulan hidup rakyat. Sebab itu ia tidak dapat dilenyapkan untuk selama-
lamanya. Menurutnya, demokrasi bisa tertindas karena kesalahannya sendiri,
tetapi setelah ia mengalami cobaan yang pahit, ia akan muncul kembali
dengan penuh keinsyafan. Setidak-tidaknya ada tiga sumber yang
menghidupkan cita-cita demokrasi dalam kalbu bangsa Indonesia. Pertama,
tradisi kolektivisme dari permusyawaratan desa. Kedua, ajaran Islam yang
menuntut kebenaran dan keadilan Ilahi dalam masyarakat serta persaudaraan
antarmanusia sebagai makhluk Tuhan. Ketiga, paham sosialis Barat, yang
menarik perhatian para pemimpin pergerakan kebangsaan karena dasar-dasar
perikemanusiaan yang dibelanya dan menjadi tujuannya.
6) Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Demokrasi yang
Bersumber dari Pancasila
Jika Anda ditanya di manakah kita dapat melihat postur demokrasi kita
secara normatif? Tentu saja jawabannya adalah dalam konstitusi kita.
Sepanjang sejarah Indonesia pernah mengalami dinamika ketatanegaraan
seiring dengan berubahnya konstitusi yang dimulai sejak berlakunya UUD
1945 (I), Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950, kembali ke UUD 1945 (II) dan
akhirnya kita telah berhasil mengamandemen UUD 1945 sebanyak empat kali.
Ihwal postur demokrasi kita dewasa ini dapat kita amati dari fungsi dan peran
lembaga permusyawaratan dan perwakilan rakyat menurut UUD NRI Tahun
1945, yakni Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Untuk memahami
dinamika dan tantangan demokrasi kita itu, Anda diminta untuk
membandingkan aturan dasar dalam naskah asli UUD 1945 dan bagaimana
perubahannya berkaitan dengan MPR, DPR, dan DPD (Asshiddiqie dkk,
2008).

7) Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Demokrasi Pancasila


Demokrasi itu selain memiliki sifat yang universal, yakni diakui oleh
seluruh bangsa yang beradab di seluruh dunia, juga memiliki sifat yang khas
dari masing-masing negara. Sifat khas demokrasi di setiap negara biasanya
tergantung ideologi masing-masing. Demokrasi kita pun selain memiliki sifat
yang universal, juga memiliki sifat khas sesuai dengan budaya bangsa
Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Sebagai demokrasi yang berakar pada
budaya bangsa, kehidupan demokratis yang kita kembangkan harus mengacu
pada landasan idiil Pancasila dan landasan konstitusional UD NRI Tahun
1945. Berikut ini diketengahkan “Sepuluh Pilar Demokrasi Pancasila” yang
dipesankan oleh para pembentuk negara RI, sebagaimana diletakkan di dalam
UUD NRI Tahun 1945 (Sanusi, 1998).

BAB III
PEMBAHASAN

1) Pembahasan Isi Buku


Berdasarkan hasil review dapat ditarik kesimpulan kedua buku tersebut sama-
sama membahas mengenai demokrasi. Dan menariknya, kedua bahasan tersebut terdapat
masing-masing dalam Bab VI namun dengan judul yang berbeda. Dalam buku utama
dijelaskan bahwa Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di mana kekuasaan
berada di tangan rakyat atau warga negara. Dalam sistem demokrasi, setiap warga negara
memiliki hak yang sama untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan
pemerintahan, baik melalui pemilihan umum maupun mekanisme lain seperti referendum
dan konsultasi publik.
Pemerintahan demokrasi menjamin hak-hak asasi manusia, termasuk hak untuk
berbicara, berkumpul, dan beragama secara bebas. Pemerintahan ini juga memastikan
adanya persamaan di depan hukum, sehingga semua warga negara memiliki hak yang
sama untuk dihormati dan dilindungi oleh hukum.Namun, demokrasi bukanlah sistem
yang sempurna dan dapat menghadapi tantangan dalam pelaksanaannya. Salah satu
tantangan terbesar adalah risiko terjadinya korupsi dan manipulasi dalam proses
pemilihan. Selain itu, dalam praktiknya, demokrasi dapat berisiko meningkatkan
ketegangan dan konflik di masyarakat jika terdapat perbedaan pendapat atau kepentingan
yang kuat.
Meskipun demikian, secara umum, demokrasi dianggap sebagai sistem pemerintahan
yang lebih inklusif, transparan, dan bertanggung jawab terhadap kepentingan rakyat,
sehingga banyak negara di seluruh dunia yang mengadopsinya sebagai bentuk
pemerintahan.
Dalam buku kedua dijelaskan bahwa Indonesia adalah negara demokrasi yang
didasarkan pada Pancasila dan UUD NRI 1945. Prinsip demokrasi Indonesia dalam
praktiknya mencakup tiga aspek utama: hakikat, instrumentasi, dan praksis.
Hakikat demokrasi Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD NRI 1945 adalah
kesetaraan dan kebebasan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila
sebagai dasar negara mengandung nilai-nilai yang memandang bahwa setiap warga
negara memiliki hak yang sama untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik dan
pemerintahan. Sementara itu, UUD NRI 1945 memastikan bahwa setiap warga negara
memiliki hak untuk memilih dan dipilih secara demokratis, serta diakui kebebasan dalam
menyatakan pendapat dan beragama.
Instrumentasi demokrasi Indonesia mencakup berbagai institusi dan mekanisme,
seperti partai politik, pemilihan umum, dan lembaga-lembaga pemerintahan yang
berfungsi untuk melaksanakan kehendak rakyat. Partai politik adalah instrumen yang
paling utama dalam demokrasi Indonesia, karena partai politik adalah kendaraan yang
digunakan warga negara untuk memperjuangkan kepentingan mereka dan memengaruhi
kebijakan pemerintah. Sementara itu, pemilihan umum adalah mekanisme yang
memungkinkan warga negara untuk memilih wakil mereka dalam pemerintahan.
Praksis demokrasi Indonesia berarti menjalankan nilai-nilai dan prinsip-prinsip
demokrasi tersebut dalam praktik sehari-hari. Praksis demokrasi yang baik adalah yang
menjamin terwujudnya persamaan hak, keadilan, dan kebebasan dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Hal ini dapat diwujudkan dengan melibatkan semua warga
negara dalam proses pengambilan keputusan dan mencegah terjadinya diskriminasi
terhadap kelompok minoritas. Praksis demokrasi yang baik juga menjamin terciptanya
mekanisme pengawasan dan keseimbangan kekuasaan antara institusi pemerintahan,
legislatif, dan yudikatif.
Secara keseluruhan, hakikat, instrumentasi, dan praksis demokrasi Indonesia
berlandaskan Pancasila dan UUD NRI 1945 bertujuan untuk mewujudkan sistem
pemerintahan yang demokratis, inklusif, dan bertanggung jawab terhadap kepentingan
rakyat. Meskipun masih terdapat berbagai tantangan dalam pelaksanaannya, Indonesia
telah menunjukkan kemajuan dalam memperkuat demokrasi dan meningkatkan
partisipasi warga negara dalam proses pengambilan keputusan politik.

2) Kelebihan dan Kekurangan Isi Buku


a. Kelebihan Isi Buku
Adapun kelebihan pada buku utama adalah memberikan pemahaman yang
luas tentang konsep dasar dan prinsip demokrasi, sehingga dapat diterapkan pada
konteks negara manapun. Memberikan alasan yang akurat tentang hakikat demokrasi
secara konsep maupun prinsipnya.
Untuk kelebihan pada buku pembanding adalah Pembahasan pada buku kedua
lebih spesifik dan fokus pada praktek demokrasi di Indonesia, sehingga dapat
memberikan pemahaman yang lebih detail dan kontekstual tentang bagaimana
prinsip demokrasi diterapkan di Indonesia.

b. Kekurangan Isi Buku


Kekurangan dari pembahasan pada judul pertama adalah tidak memberikan
gambaran tentang bagaimana prinsip demokrasi diterapkan di negara tertentu,
sehingga tidak dapat memberikan pemahaman yang detail dan kontekstual.
Sedangkan pada buku kedua Sedangkan, kekurangan dari pembahasan pada
judul kedua adalah terlalu fokus pada implementasi di Indonesia, sehingga tidak
memberikan pemahaman yang lebih luas tentang konsep dasar dan prinsip demokrasi
yang dapat diterapkan pada konteks negara lain.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa demokrasi merupakan
sebuah sistem pemerintahan yang didasarkan pada partisipasi masyarakat dalam
pengambilan keputusan dan pengawasan terhadap pemerintah. Demokrasi juga
mengedepankan hak asasi manusia, pluralisme, dan kebebasan berpendapat.
Namun, implementasi demokrasi di suatu negara dapat berbeda-beda tergantung pada
konteks politik, sosial, budaya, dan sejarah negara tersebut. Hal ini terlihat dalam
pembahasan pada judul kedua, yang lebih fokus pada implementasi demokrasi di
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945. Indonesia adalah negara yang
memiliki karakteristik yang unik, sehingga implementasi demokrasi di Indonesia
memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Kelebihan dari implementasi demokrasi di Indonesia adalah pemberian hak suara
yang luas kepada masyarakat, keberagaman politik yang terjaga, serta terjadinya
transformasi demokrasi dari otoriter ke demokratis. Namun, implementasi demokrasi di
Indonesia juga memiliki kekurangan, seperti terjadinya politik uang dan korupsi, serta
minimnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan politik.
Dalam konteks ini, dapat disimpulkan bahwa implementasi demokrasi di suatu negara
memang tidaklah mudah, dan harus mempertimbangkan faktor-faktor yang ada di negara
tersebut. Sebagai sebuah sistem pemerintahan yang berdasarkan pada partisipasi
masyarakat, demokrasi membutuhkan dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh elemen
masyarakat untuk dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, perlu adanya edukasi dan
pemahaman yang baik tentang prinsip-prinsip demokrasi agar dapat diterapkan secara
efektif di negara manapun.

B. SARAN
Demikian CBR ini di susun, penulis menyadari dalam CBR ini masih banyak sekali
terdapatkekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
meminta untuk para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan CBR yang penulis buat selanjutnya. Semoga CBR ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan penulis.

Anda mungkin juga menyukai