Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL JURNAL REVIEW

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

Nama : 1. Reza (3203321030)

2. Dwi Putri Ramatika (3203321005)

3. Hariyani Br Tarigan ( 3203121040)

4. Deviyana Br. Siagian (3203321016)

Kelas : C Reguler 2020

Dosen : Dra. Nurliani Manurung,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Oktober 2021

CRITICAL JURNALREPORT
MK. PKN
PRODI S-1
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah memberikan rahmat dan karunianya serta kesehatan kepada kami, sehingga mampu
menyelesaikan tugas “CRITICAL JURNAL REPORT”. Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah
satu mata Kuliah kami yaitu “Pendidikan Kewarganegaraan” dengan dosen pengampu ibu Dra.
Nurliani Manurung,M.Pd. Tugas Critical Jurnal Report ini disusun dengan harapan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kita semua khusunya dalam hal Kewarganegaraan.

Kami menyadari bahwa tugas Critical Book Report ini masih jauh dari kesempurnaan.
Apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, kami mohon maaf karena
sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman kami masih terbatas, karena keterbatasan ilmu dan
pemahaman kami yang belum seberapa. Karena itu kami sangat menantikan saran dan kritik
dari pembaca yang sifatnya membangungun dalam menyempurnakan tugas ini. Kami berharap
semoga tugas Critical Jurnal Report ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi kami
khususnya. Atas perhatiannya kami mengucapkan terimakasih.

Medan , Oktober 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………….……………………… I
DAFTAR ISI……………………………………………………………….……….. II
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………....1
a. Rasionalisasi Pentingnya CJR……………………………...………..……1
b. TujuanPenelitian CJR…………………………………………….…..…… 1
c. Manfaat CJR…………………………………………………..……..……...1
d. Identitas buku……………………………………………………….……... 2
BAB II RINGKASAN ISI BUKU……………….………………………...…..….. 3
a. Ringkasan buku utama………………………………………….…..…… 3
b. Ringkasan buku pembanding…………………………………. …….… 9
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………….….…..11
a. Kelebihan Dan Kekurangan isi buku utama………………….….…… 11
b. Kelebihan Dan Kekurangan Isi Buku Pembanding……….…………. 12

BAB IV PENUTUPAN………………………………………………….……… 13
a. Kesimpulan……………………………………………………………… 13
b. Saran……………………………………………………………..……… 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 14

BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CJR

Keterampilan membuat CJR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas
dan menganalisis sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis dengan buku yang
lain, mengenal dan member nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang misanalysis.

Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami, terkadang
kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan misalnya
dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis membuat CJR
Kewarganegaraan ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi terkhusus
pada pokok bahasa tentang Kewarganegaraan.

B. Tujuan Penelitian CJR

Mengkritisi atau membandingkan sebuah buku tentang kewarganegaraan serta


membandingkan dengan dua buku yang berbeda dengan topik yang sama. Yang dibandingkan
dalam buku tersebut yaitu kelengkapan pembahasannya, keterkaitanan perbabnya, dan
kelemahan dan kelebihan pada buku-buku yang dianalisis.

C. Manfaat Penelitian CBR

Manfaat yang dapat kita simpulkan pada hal diatas ialah Menambah wawasan pengetahuan
tentang pengertian kewarganegaraan. Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah
buku yang telah di lengkapi dengan ringkasan buku , pembahasan isi buku, serta kekurangan dan
kelebihan buku tersebut. Melatih siswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan
atas buku-buku yang dianalisis tersebut.

D. Identitas Jurnal

1. Jurnal Utama
Judul : Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Pada Era Demokratisasi

Jurnal : Jurnal Demokrasi

Volume & Halaman : Vol. 4, No. 1 Hal. 63-75

Tahun : 2005

Penulis : M. Fachri Adnan

1. Jurnal Pembanding

Judul : Negara Hukum Indonesia: Dekolonisasi dan Rekonstruksi Tradisi

Jurnal : Jurnal Hukum Ius Quia Iustum

Volume & Halaman : NO. 4 VOL 19 Hal. 489-505

Tahun : 2012

Penulis : Aidul Fitriciada Azhari

BAB II
RINGKASAN JURNAL

A. Ringkasan Jurnal Utama


Demokrasi adalah sistem pemerintahan dengan memberikan kesempatan kepada seluruh
warga negara dalam pengambilan keputusan yang dimana keputusan itu akan berdampak bagi
kehidupan seluruh rakyat. Artinya bahwa rakyat bertindak sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi. Sistem pemerintahan ini mengizinkan seluruh warga negara untuk berpartisipasi aktif.
Peran serta itu bisa atau secara langsung dalam perumusan, pengembangan, dan penetapan
undang-undang. Sistem demokrasi mulai diterapkan sejak zaman Yunani Kuno. Dengan sistem
ini, maka rakyat bisa terlibat langsung dalam pengambilan keputusan menyangkut
keberlangsungan sebuah negara. Jadi, seluruh perkara kenegaraan harus dibicarakan langsung
dengan rakyatnya.

Pada saat ini demokrasi telah menjadi isu global. Banyak negara di dunia yang
mengalami perubahan sistem politik yang-non demokratis kepada sistem yang demokratis akibat
proses demokratisasi yang begitu cepat. Dalam hal ini, teori demokrasi juga mengalami
perkembangan yang cukup berarti. Karena sebelumnya teori demokrasi lebih menekankan aspek
substantif yang menekankan pada makna demokrasi sebagai bentuk  pemerintahan yang
bersumber dari kehendak rakyat dan bertujuan untuk kebaikan bersama atau yang telah
dinyatakan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

International Commision of Yurist dalam konferensi di Bangkok tahun 1965(Budiardjo:


1988) mengemukakan syarat dasar untuk terlaksananya pemerintahan demokratis berdasarkan
rule of law sebagai berikut :

1. Perlindungan Konstitusional
2. Badan hakim yang bebas dan tidak memihak
3. Pemilihan umum yang bebas
4. Kebebasan menyatakan pendapa

5. Kebebasan berpendapat, berorganisasi, dan beroposisi


6. Pendidikan kewarganegaraan

Salah satu syarat dasar terlaksananya pemerintahan yang demokratis adalah adanya
pendidikan kewarganegaraan. Karena kita tahu bahwa demokrasi tidak dapat terlaksana secara
alamiah tanpa ditunjang oleh proses pendidikan untuk menyiapkan anak didik menjadi warga
negara yang demokratis untuk menegakkan dan mengembangkan demokrasi. Oleh karena itu
untuk membangun dan mempertahankan lembaga demokrasi, sekolah harus mendidik generasi
muda ( young citizen) mengenai prinsip-prinsip dan praktik demokrasi (Bahmuller & Patrick,
1999). Yang menjadi persoalan mengenai hal itu adalah bagaimana konsep pendidikan
kewarganegaraan yang efektif untuk mempersiapkan warga negara yang demokratis tersebut.
John J. Patrick mengemukakan pendidikan efektif untuk mempersiapkan warga negara
demokratis yang mencakup 4 komponen dasar yaitu :

1. Pengetahuan kewarganegaraan dan pemerintahan demokrasi, yang mengajarkan konsep-


konsep dan implementasi demokrasi yang mencakup konsep demokrasi (minimal),
konstitusionalisme, hak-hak warga negara, kewarganegaraan, civil society (masyarakat
madani) dan ekonomi pasar.
2. Keterampilan kognitif warganegara yang demokratis (cognitive skills) yang ditujukan
dapat memberdayakan warganegara supaya memiliki kemampuan mengidentifikasikan,
mendiskripsikan, menjelaskan informasi dan gagasan-gagasan yang berkaitan dengan
masalah publik serta menentukan dan mempertahankan keputusan tentang masalah-
masalah tersebut.
3. Keterampilan partisipastori warganegara yang demokratis dimaksudkan untuk dapat
memberdayakan warganegara agar mampu mempengaruhi kebijakan dan keputusan
publik dan memiliki tanggungjawab terhadap wakil-wakilnya di pemerintahan.
Kombinasi keterampilan kognitif dan keterampilan partisipastori dapat dijadikan sarana
bagi warganegara berpartisipasi secara efektif untuk memajukan kepentingan umum dan
personal serta mempertahankan hak-hak mereka. Pengembangan keterampilan kognitif
dan partisipatori membutuhkan agar siswa belajar secara intelektual di dalam maupun
diluar kelas.
4. Kebaikan dan disposisi warganegara demokratis yang berkaitan dengan kebaikan-
kebaikan dan disposisi terhadap demokrasi. Komponen ini menunjukkan sifat atau
karakter yang diperlukan untuk mendukung dan mengembangkan demokrasi. Pendidikan
Kewarganegaraan di Indonesia

Pada dasarnya pendidikan kewarganegaraan (civic education) bertujuan untuk


mempersiapkan warga negara yang demokratis untuk mendukung dan mengembangkan
kehidupan demokrasi. Tetapi dalam implementasinya sering dikaitkan oleh kepentingan  politik
tertentu. Menurut Cholisin (2000) pendidikan kewarga-nergaraan di Indonesia pada masa lalu
lebih berorientasi kepada kepentingan pemerintah ketimbang kepentingan warga negara.
Sehingga munculnya gerakan reformasi yang bermuara pada proses demokratisasi di Indonesia,
memberi peluang untuk menyusun dan mengembangkan konsep dan kurikulum  pendidikan
kewarganegaraan yang berorientasi akademik ilmiah untuk mempersiapkan warganegara
demokratis dalam menghadapi era demokratisasi.

Survey nasional yang diadakan Centre for Indonesian Civic Education  bekerjasama dengan
USIS tahun 2000 merekomendasikan penyusunan dan pengembangan pendidikan
kewarganegaraan sesuai dengan paradigma baru yaitu:

1. Kurikulum pendidikan kewarganegaraan harus didasarkan pada pendekatan ilmiah.


2. Peranan pendidikan kewarganegaraan harus dapat memberdayakan rakyat dan membekali
mereka dengan kemampuan dan karaktristik sebagai warganegara yang baik.
3. Metode pengajaran pendidikan kewarganegaraan harus mampu mengembangkan
kemampuan siswa untuk berfikir kritis, mengambil keputusan dan menciptakan suasana
dialogis diantara siswa.
4. Kurikulum pendidikan kewarganegaraan harus mampu memperkuat nilai-nilai
warganegara yang demokratis. Karena itu guru perlu diberikan training yang komplit dan
komprehensif untuk mengatasi indoktrinasi.
5. Pendidikan kewarganegaraan harus memegang peranan penting dalam
mengembangkan Nation and Character Building dan mampu mewujudkan masyarakat
yang demokratis (Civil society)

Fungsi mata pelajaran Kewarganegaraan sebagai wahana untuk membentuk warga negara
yang cerdas, terampil dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan
merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila
dan UUD 1945 (Depdiknas (a), 2002). Untuk mewujudkan fungsi tersebut mata pelajaran
Kewarganegaraan bertujuan untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut :

1. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa- bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau
tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Berkaitan dengan fungsi dan tujuan pendidikan kewarganegaraan tersebut, materi keilmuan
pendidikan kewarganegaraan mencakup tiga komponen yaitu; pengetahuan kewarganegaraan
(civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan disposisi atau watak
kewarganegaraan (civic disposition). Struktur keilmuan pendidikan kewarganegaraan dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1. Komponen pengetahuan (ivic knowlwdge)mencakup bidang politik, hukum, dan moral.


2. komponen keterampilan yang perlu dimiliki oleh warganegara antara lain keterampilan
intelektual, keterampilan sosial, keterampilan partisipatif.
3. komponen disposisi kewarganegaraan menunjuk pada ciri-ciri watak pribadi dan watak
kemasyarakatan yang diperlukan bagi pemeliharaan dan perbaikan demokrasi
konstitusional.

Komponen ini meliputi ciri-ciri watak pribadi seperti tangggungjawab moral, disiplin diri,
dan rasa hormat terhadap nilai dan martabat kemanusiaan. Sehubungan dengan tujuan tersebut
kompetensi-kompetensi yang hendak diwujudkan melalui cxcvjjqmata pelajaran
Kewarganegaraan dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu (Pusat Kurikulum, 2001) :

1. Kemampuan untuk menguasai pengetahuan kewarganegaraan yang meliputi :

a. memahami tujuan pemerintahan dan prinsip-prinsip dasar konstitusi pemerintahan


Republik Indonesia.
b. mengetahui struktur, fungsi dan tugas pemerintahan daerah dan nasional serta bagaimana
keterlibatan warganegara membentuk kebijaksanaan publik.
c. mengetahui hubungan negara dan bangsa Indonesia dengan negara-negara

2. Kompetensi untuk memiliki keterampilan kewarganegaraan.


a. mengambil atau menetapkan keputusan yang tepat melalui proses pemecahan masalah dan
inkuiri.

b. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan suatu isu tertentu.

c. Memaparkan suatu informasi yang penting kepada khalayak umum.

3. Kompetensi untuk menghayati dan mengembangkan karakter kewarganegaraan.

a. Memberdayakan dirinya sebagai warganegara yang independen, aktif, kritis,well-informed ,


dan bertanggung jawab untuk berpartisipasi secara efektif dan efisien dalam  berbagai aktifitas
masyarakat, politik dan pemerintahan pada semua tingkatan (daerah dan nasional).

b. Memahami bagaimana warganegara melaksanakan peranan, hak, dan tanggung jawab


personal untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat pada semua tingkatan (daerah dan
nasional).

c. Memahami, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai budi pekerti, demokrasi, hak asasi
manusia, dan nasionalisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

d. Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam kehidupan sehari-hari.

B. Ringkasan Jurnal Pembanding

Konsekuensinya, sistem ekonomi cenderung bergerak ke arah sistem pasar bebas ang paralel
dengan konsep Negara Hukum liberal yang secara prinsipil bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila yang bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ketentuan tersebut merupakan bentuk penormaan yang berasal dari muatan dalam Penjelasan
UUD 1945 yang menyebutkan “Negara Indonesia berdasar atas Hukum (Rechtsstaat) tidak
berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat)”.1y Dengan pemuatan dalam norma UUD 1945,
maka konsep Negara Hukum dalam Penjelasan UUD 1945 memiliki kekuatan hukum yang
mengikat sebagai norma tertinggi dalam tata hukum nasional negara Indonesia. Sekalipun agak
berbeda dengan istilah “negara berdasar atas hukum” dalam Penjelasan UUD 1945, tetapi istilah
“negara hukum” dalam Penjelasan UUD 1945 jelas mengacu pada konsep Rechtsstaat yang
berkembang dalam tradisi hukum Eropa Kontinental. Bagaimanapun kedua konsep tersebut
bukan merupakan konsep yang arbitrer, melainkan terkait dengan tradisi hukum tertentu yang
memiliki latar historis dan sosial-budaya masyarakat tertentu yang berbeda dengan Indonesia.
Pada sisi lain, para pendiri negara telah memilih suatu paradigma bernegara yang tidak hanya
mengacu pada tradisi hukum Barat, melainkan juga berakar pada tradisi asli bangsa Indonesia.
Dimensi universalitas dan partikularitas itu menyebabkan adanya ketegangan konseptual dalam
Pancasila yang menunjukkan bahwa para pendiri negara Indonesia hendak mendirikan negara-
bangsa berciri modern, tetapi tetap berbasis pada tradisi bangsa Indonesia. Demikian pula
halnya, para pendiri negara mengadopsi konsep negara hukum dari konsep Rechtsstaat pada
tradisi hukum Eropa Kontinental, tetapi berupaya untuk memberi muatan substantif yang
berbasis pada tradisi bangsa Indonesia sehingga pada akhirnya dapat dihasilkan suatu konsep
Negara Hukum Indonesia. Metode analisis bersifat deskriptif-analisis dengan memberikan uraian
mengenai wacana negara hukum dalam beberapa perspektif yuridis untuk kemudian
menganalisis perkembangan historisnya berdasarkan analsis basis material atau sosial-ekonomi
guna menemukan kausalitas historis didalamnya sehingga dapat diperoleh pola dan
kecenderungan dari perkembangan wacana negara hukum di Indonesia. Hasil Penelitian dan
Pembahasan Makna Hukum dalam Tradisi Timur dan Barat Secara etimologis, wacana “negara
hukum” berakar pada pemaknaan atas kata “hukum” itu sendiri yang berbeda antara tradisi Barat
dan Timur. Dalam pengertian sempit, makna negara hukum mengacu pada pengertian ‘undang-
undang’ sebagai aturan tertulis yang dibuat oleh badan legislatif. Sementara itu makna negara
hukum dalam pengertian luas mengacu pada dimensi hukum yang bersifat etis, sehingga
melahirkan makna negara hukum sebagai Rechtsstaat, Etat de Droit, atau Rule of Law.

Pada sisi lain, Amandemen UUD 1945 tetap mempertahankan Pasal 33 yang mengandung
materi muatan sistem ekonomi terencana dan hak menguasai negara. Akan tetapi, bersamaan
dengan itu Amandemen UUD 1945 melucuti wewenang MPR untuk menetapkan GBHN.
Dengan penghapusan GBHN itu, maka pada hakikatnya Amandemen UUD 1945 telah
menghilangkan instrumen untuk melaksanakan Pasal 33 UUD 1945, terutama berkaitan dengan
sistem ekonomi terencana. Berdasarkan perubahan-perubahan dalam amandemen UUD 1945
tersebut, maka secara konsepsional amandemen UUD 1945 pada hakikatnya tetap mengadopsi
konsep Formaal Rechtsstaat, tetapi dilengkapi dengan lembaga judicial review yang memberikan
dimensi substantif pada Negara Hukum. Sekalipun demikian, amandemen UUD 1945 tidak
sepenuhnya mengubah basis materialnya yang ditunjukkan dengan penghapusan GBHN sebagai
instrumen sistem ekonomi terencana. Dengan demikian, terjadi inkoherensi antara konsep negara
hukum dan basis sosial ekonomi dalam UUD 1945. Konsep Negara Hukum yang diatur dalam
ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 pada dasarnya merupakan adopsi atas konsep Rechtsstaat
yang telah digunakan dalam Regeringsreglement 1854. Pemerintah Hindia Belanda menerima
konsep Rechtsstaat itu untuk memfasilitasi kepentingan ekonomi liberal yang membutuhkan
kepastian hukum dalam berusaha. Para pendiri negara menerima konsep Rechtsstaat tersebut,
tetapi dengan mengubah basis sosial-ekonomi kepada sistem ekonomi terencana. Hal itu
dilakukan dengan melancarkan proses dekolonisasi sosial-ekonomi dan rekonstruksi tradisi,
sehingga Negara Hukum Indonesia memiliki basis negara kesejahteraan dan berakar pada tradisi
hukum bangsa Indonesia. Tujuannya, bukan semata-mata menjamin kepastian hukum bagi usaha
ekonomi, tetapi juga memberikan keadilan dan kemashlahatan bagi rakyat banyak.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Kelebihan Dan Kekurangan isi Jurnal utama

 Kelebihan

menurut kami buku ini sangat bagus digunakan oleh mahasiswa karena isi-isi atau topik topik
yang dibahas dalam buku ini sangat kurang menarik dan menyangkut bagaimana pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan dalam proses pembelajaran mahasiswa. Buku ini juga ditulis secara
sistematis yaitu mulai dari gambaran umum demokratisasi, pendidikan kewarganegaraan.

Secara umum menurut kami buku ini sangatlah bagus selain karena penyusunannya yang
sistematis buku ini juga memberikan penjelasan yang sangat kurang rinci kepada pembaca
sehingga ilmu yang didapatkan kurang luas dan terarah. Buku ini juga menjelaskan bahwa para
pendidikan kewarganegaraan itu sangat mempengaruhi suatu negara dan sangat berdampak
kepada masyarakat umum dan terutama masyarakat luas. Dengan membaca buku ini maka
pengetahuan kita tentang demokratisasi, pendidikan kewarganegaraan sangat luwes karena
materi yang disajikan itu sangat kurang lengkap.

 Kekurangan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ini memiliki beberapa kelemahan seperti pada tata
bahasanya. Tata bahasa pada buku ini memuat banyak kalimat yang mengandung banyak
pertanyaan sehingga materi yang dipaparkan tidak cukup lengkap.
B. Kelebihan Dan Kekurangan Isi Jurnal Pembanding

 Kelebihan

menurut kami buku ini sangat bagus karena topik-topik yang dibahas menyangkut cara luas
mengenai pendidikan pancasila. Adapun topik yang dibahas yaitu Pancasila, negara hukum,
dekolonisasi, rekonstruksi tradisi. Menurut kami buku ini juga sangat bagus dalam membahas
mengenai bagaimana Pancasila dalam arus sejarah bangsa Indonesia. Buku ini juga sangat bagus
digunakan oleh mahasiswa dalam mempelajari pendidikan kewarganegaraanTopik-topik yang
dibahas menarik untuk dibaca dan sesuai dengan tuntutan mata kuliah pendikan
kewarganegaraan.

 Kekurangan

Berdasarkan hasil pengamatan kelemahan buku ini terletak pada segi tampilan karena buku
ini tidak memuat peta konsep pada setiap babaknya. Sehingga mahasiswa harus melihat daftar isi
terlebih dahulu untuk mengetahui bab dari bab yang dipelajari. Dan jika pada gambar yang
disediakan diberi variasi warna kemungkinan daya tarik untuk membaca buku ini juga bertambah
lagi.
BAB IV

PENUTUP

a. kesimpulan

Demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang telah digunakan di berbagai


negara, termasuk Indonesia. Salah satu ciri-ciri dari negara yang menganut sistem
demokrasi adalah adanya kebebasan pers dan media, adanya persamaan hak bagi
semua warga negara, adanya pemilihan umum langsung serta pemerintahan yang
ada di tangan rakyat. Proses demokratisasi yang sedang terjadi di Indonesia saat
perlu disikapi dengan sungguh-sungguh melalui konsep dan pelaksanaan
kurikulum pendidikan kewarganegaraan yang fungsional untuk menyiapkan
warganegara yang ideal untuk mendukung dan mengamankan proses demokrasi
yang sedang berlangsung. Mahasiswa adalah bibit unggul bangsa yang di mana
pada masanya nanti bibit ini akan melahirkan pemimpin baru. Karena itulah
diperlukan pendidikan moral dan akademis yang akan menunjang sosok pribadi
mahasiswa. Kepribadian akan tumbuh seiring dengan waktu dan mengalami proses
pembenahan, pembekalan, penentuan, dan akhirnya pemutusan prinsip diri.
Negara, masyarakat masa datang, diperlukan ilmu yang cukup untuk dapat
mendukung kokohnya pendirian suatu negara.

b. Sarana

penulis merekomendasikan kedua buku tersebut untuk dipelajari terlebih bagi


para mahasiswa karena buku tersebut memberikan ilmu yang bermanfaat untuk
mahasiswa mengenai kewarganegaraan. Kedua buku tersebut dapat dijadikan
acuan dalam pembelajaran PKN di tingkat unversitas.
DAFTAR PUSTAKA

Al Rafni (2002) Transisi menuju Demokrasi di Indonesia dalam Jurnal


Demokrasi No.1 Vol. I April 2002, Padang, Pusat Kajian Civic FIS Universitas
Negeri Padang.

Azhari, Aidul Fitriciada, “The Essential of the 1945 Constitution and the
Agreementof the Amendment of the 1945 Constitution: A Comparison of the
Constititutional Amendment” dalam Jurnal Hukum, FH UII Vol. 18, No. 3,Juli
2011.

Anda mungkin juga menyukai