“PENDIDIKAN KEWARGANEGAAN”
Disusun untuk memenuhi tugas Dosen Pengampu Dra. Yusna Melianti, M.H.
Disusun Oleh:
Puji syukur Saya ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa. Karena dengan Rahmat-
Nya, Saya dapat menyelesaikan tugas CRITICAL BOOK RIVIEW ini dari mata kuliah
“PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN” Tepat pada waktunya.
Maksud dari penyusunan tugas ini yaitu sebagai pelengkap Mata kuliah PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN, yang menjadi salah satu komponen penilaian dan dapat dijadikan
pegangan didalam proses belajar mengajar, serta dengan harapan untuk memotivasi Saya Pribadi
dan Para pembaca lainnya, sehingga mampu memahami segala pembahasan dan manfaatnya
yang berkaitan dengan pembelajaran tersebut.
Saya Juga menyadari bahwa, tanpa bantuan dari berbagai pihak, tugas yang Saya buat ini
tidak akan selesai dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, Saya mengucapkan banyak
Terimakasih kepada:
(1) Ibuk Dra. Yusna Melianti, M.H. selaku dosen pengampu Matakuliah PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN yang telah membimbing.
(2) Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan material dan moral dalam
penyelesaian tugas ini.
Saya menyadari bahwa dalam tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Karena itu Saya
mengharapkan adanya saran dan kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan tugas Saya
ini yang akan datang. Harapan Saya semoga tugas ini bermanfaat dan dapat memenuhi harapan
dari berbagai pihak.
Penyusun :
ISMI NIDYA SALMI BUGIS
5193311002
Page | ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan CBR.................................................................................1
C. Identitas Buku .............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................2
A. Ringkasan Buku 1........................................................................................2
B. Ringkasan Buku 2........................................................................................5
C. Kelebihan dan Kekurangan Buku..............................................................10
Page | iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakan
Dalam makalah ini akan kita review sebuah Buku Pendidikan Kewarganegaraan
yang berjudul Mewujudkan Masyarakat Madani ini merupakan buku hasil revisi yang
kedua tahun 2010 dari buku pendidikan kewarganegaran yang terdahulu yaitu cetakan
pertama Tahun 2008. Buku ini disusun untuk membantu para peminat pendiidkan,
teoritis, dan praktisi di bidang pengajaran baik bagi pada mahasiswa (calon guru) maupun
bagi guru atau dosen untuk meningkatkan kelenturan dalam mengelola pembelajaran,
serta juga untuk para relawan yang menghendaki untuk mengabdi dalam dunia
pendidikan dan kepengajaran agar lebih professional. Untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan buku tersebut dapat di lihat dalam ulasan makalah CBR ini.
C. Identitas Buku
Buku Utama
1. Judul : Pendidikan Kewarganegaraan Mewujudkan Masyarakat Madani
2. Penulis : Sarbaini Saleh, S. Sos., M.Si
3. ISBN : 978-602-8208-26-0
4. Penerbit : Citapustaka Media Perintis
5. Tahun Terbit : Juni 2010
6. Urutan Cetak : Cetakan kedua
7. Tebal Buku : 202 halaman
Buku Pembanding
1. Judul : Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi
2. Penulis : Intan Ahmad1 dan Paristiyanti Nurwandi2
3. ISBN : 978-602-6470-01-0
4. PENERBIT : Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan
5. Tahun Terbit : Juni 2016
6. Urutan Cetak : Ke-1
Page | 1
7. Tebal Buku :242 Halaman
BAB II
PEMBAHASAN
Page | 3
a. Perlindungan HAM
b. Ditetapkannya ketatanegaraan suatu Negara, dan
c. Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ Negara.
Page | 4
3. Ketahanan nasional sebagai doktrin. Ketahanan nasional merupakan salah satu konsepsi
khas Indonesia yang berupa ajaran konseptual tentang pengaturan dan penyelenggaraan
kehidupan bernegara.
B. Perkembangan Konsep Ketahanan Nasional di Indonesia
1. Sejarah Lahirnya Ketahanan Nasional
Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-an khususnya pada
kalangan militer angkatan darat di SSKAD yang sekarang bernama SESKOAD (Sunardi,
1997).
Page | 5
tinggi wajib memuat mata kuliah agama, Pancasila, kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia
menunjukkan bahwa negara berkehendak agar pendidikan Pancasiladilaksanakan dan wajib dimuat
dalam kurikulum perguruan tinggi sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri. Dengan demikian, mata
kuliah Pancasila dapat lebih fokus dalam membina pemahaman dan penghayatan mahasiswa mengenai
ideologi bangsa Indonesia. Hal tersebut berarti pendidikan Pancasila diharapkan dapat menjadi ruh dalam
membentuk jati diri mahasiswa guna mengembangkan jiwa profesionalitasnya sesuai dengan bidang
studinya masing-masing. Selain itu, dengan mengacu kepada ketentuan dalam pasal 2 Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2012, sistem pendidikan tinggi di Indonesia harus berdasarkan Pancasila. Implikasinya,
sistem pendidikan tinggi (baca:
perguruan tinggi) di Indonesia harus terus mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai segi
kebijakannya dan menyelenggarakan mata kuliah pendidikan Pancasila secara sungguh-sungguh dan
bertanggung jawab. Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dapat menguasai kompetensi
sebagai berikut: Bersyukur atas karunia kemerdekaan dan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia;
menunjukkan sikap positif terhadap pentingnya pendidikan Pancasila; menjelaskan tujuan dan fungsi
pendidikan Pancasila sebagai komponen mata kuliah wajib umum pada program diploma dan sarjana;
menalar dan menyusun argumentasi pentingnya pendidikan Pancasila sebagai komponen mata kuliah
wajib umum dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Menelusuri Konsep dan Urgensi Pendidikan Pancasila Anda tentu sudah mempelajari pendidikan
Pancasila. Materi pendidikan Pancasila apa saja yang sudah Anda pelajari? Anda sudah pernah mengenal
pendidikan budi pekerti, Pendidikan Moral Pancasila (PMP), pendidikan Pancasila dan kewarganegaran
(PPKn), dan lain-lain. Namun, apakah Anda sudah benar-benar memahami nilai-nilai Pancasila yang
terkandung dalam mata pelajaran tersebut? Apa kesan Anda setelah memperoleh pelajaranpelajaran yang
terkait dengan nilai-nilai Pancasila tersebut? Jawaban yang Anda ajukan mungkin berbeda satu dengan
yang lainnya. Hal tersebut menunjukkan masih terdapat perbedaan dalam pemahaman atas perlu atau
tidaknya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi.
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa sudah terwujud dalam kehidupan bermasyarakat sejak sebelum Pancasila sebagai dasar
negara dirumuskan dalam satu sistem nilai. Sejak zaman dahulu, wilayah-wilayah di nusantara ini
mempunyai beberapa nilai yang dipegang teguh oleh masyarakatnya, sebagai contoh:
1. Percaya kepada Tuhan dan toleran,
2. Gotong royong,
3. Musyawarah,
4. Solidaritas atau kesetiakawanan sosial, dan sebagainya.
Coba Anda perhatikan dengan seksama, pengamalan nilai-nilai yang sesuai dengan butir-butir di atas
yang berkembang di lingkungan masyarakat! Apakah nilai-nilai tersebut masih ditemukan dalam
kehidupan masyarakat atau nilai-nilai itu sudah pudar?Manifestasi prinsip gotong royong dan solidaritas
secara konkret dapat dibuktikan dalam bentuk pembayaran pajak yang dilakukan warga negara
atau wajib pajak. Alasannya jelas bahwa gotong royong didasarkan atas semangat kebersamaan yang
terwujud dalam semboyan filosofi hidup bangsa Indonesia “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”.
Konsekuensinya, pihak yang mampu harus mendukung pihak yang kurang mampu, dengan menempatkan
posisi pemerintah sebagai mediator untuk menjembatani kesenjangan. Pajak menjadi solusi untuk
kesenjangan tersebut.Dalam konteks kekinian, khususnya dalam bidang tata kelola pemerintahan, apakah
nilai-nilai Pancasila telah sepenuhnya dilaksanakan oleh aparatur pemerintah? Ataukah Anda masih
menemukan perilaku aparatur yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila? Apabila jawabannya masih
banyak perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai Pancasila, sudah barang tentu perilaku seperti itu dapat
dikategorikan perilaku yang tidak mensyukuri kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Nilai-nilai
Pancasila berdasarkan teori kausalitas yang diperkenalkan Notonagoro (kausa materialis, kausa formalis,
kausa efisien, kausa finalis), merupakan penyebab lahirnya negara Munculnya permasalahan yang
Page | 6
mendera Indonesia, memperlihatkan telah tergerusnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, perlu diungkap berbagai permasalahan di
negeri tercinta ini yang menunjukkan pentingnya mata kuliah pendidikan Pancasila.
1. Masalah Kesadaran Perpajakan
Kesadaran perpajakan menjadi permasalahan utama bangsa, karena uang dari pajak menjadi tulang
punggung pembiayaan pembangunan. APBN 2016, sebesar 74,6 % penerimaan negara berasal dari pajak.
Masalah yang muncul adalah masih banyak Wajib Pajak Perorangan maupun badan (lembaga/ instansi/
perusahaan/ dan lain-lain) yang masih belum sadar dalammemenuhi kewajiban perpajakan.
Laporan yang disampaikan masih belum sesuai dengan harta dan penghasilan yang sebenarnya
dimiliki, bahkan banyak kekayaannya yang disembunyikan. Masih banyak warga negara yang belum
terdaftar sebagai Wajib Pajak, tidak membayar pajak tetapi ikut menikmati fasilitas yang disediakan oleh
pemerintah.
2. Masalah Korupsi
Masalah korupsi sampai sekarang masih banyak terjadi, baik di pusat maupun di daerah.
Transparency Internasional (TI) merilis situasi korupsi di 188 negara untuk tahun 2015. Berdasarkan data
dari TI tersebut, Indonesia masih menduduki peringkat 88 dalam urutan negara paling korup di dunia.
Hal tersebut menunjukkan bahwa masih ditemukan adanya perilaku pejabat publik yang kurang sesuai
dengan standar nilai/moral Pancasila. Agar perilaku koruptif tersebut ke depan dapat makin direduksi,
maka mata kuliah pendidikan Pancasila perlu diintensifkan di perguruan tinggi. Hal tersebut dikarenakan
mahasiswa merupakan kelompok elit intelektual generasi muda calon-calon pejabat publik di kemudian
hari. Sebenarnya, perilaku koruptif ini hanya dilakukan oleh segelintir pejabat publik saja. Tetapi seperti
kata peribahasa, karena nila setitik rusak susu sebelanga. Hal inilah tantangan yang harus direspon
bersama agar prinsip good governance dapat terwujud dengan lebih baik di negara Indonesia.
3. Masalah Lingkungan
Indonesia dikenal sebagai paru-paru dunia. Namun dewasa ini, citra tersebut perlahan mulai luntur seiring
dengan banyaknya kasus pembakaran hutan, perambahan hutan menjadi lahan pertanian, dan yang paling
santer dibicarakan, yaitu beralihnya hutan Indonesia menjadi perkebunan.Selain masalah hutan, masalah
keseharian yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini adalah sampah, pembangunan yang tidak
memperhatikan ANDAL dan AMDAL, polusi yang diakibatkan pabrik dan kendaraan yang semakin
banyak. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan masih
perlu ditingkatkan. Peningkatan kesadaran lingkungan tersebut juga merupakan perhatian pendidikan
Pancasila.
Page | 7
BPUPKI yang difasilitasi Laksamana Maeda, tidak sedikitpun ada intervensi dari pihak penjajah
Jepang. Para peserta sidang BPUPKI ditunjuk secara adil, bukan hanya atas dasar konstituensi,
melainkan juga atas dasar integritas dan rekam jejak di dalam konstituensi masingmasing. Oleh
karena itu, Pabottinggi menegaskan bahwa diktum John Stuart Mill atas Cass R. Sunstein tentang
keniscayaan mengumpulkan the best minds atau the best character yang dimiliki suatu bangsa,
terutama di saat bangsa tersebut hendak membicarakan masalah-masalah kenegaraan tertinggi,
sudah terpenuhi. Dengan demikian, Pancasila tidaklah sakti dalam pengertian mitologis,
melainkan sakti dalam pengertian berhasil memenuhi keabsahan prosedural dan keabsahan
esensial sekaligus. (Pabottinggi, 2006: 158-159). Selanjutnya, sidang-sidang BPUPKI
berlangsung secara bertahap dan penuh dengan semangat musyawarah untuk melengkapi goresan
sejarah bangsa Indonesia hingga sampai kepada masa sekarang ini.
Masih ingatkah Anda sejarah perumusan Pancasila yang telah dipelajari sejak
di SMA/SMK/MA? Untuk membantu mengingatkan Anda, berikut ini dikemukakan beberapa
peristiwa penting tentang perumusan Pancasila. Perlu Anda ketahui bahwa perumusan Pancasila
itu pada awalnya dilakukan dalam sidang BPUPKI pertama yang dilaksanakan pada 29 Mei
sampai dengan 1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29
April 1945 dengan jumlah anggota 60 orang. Badan ini diketuai oleh dr. Rajiman
Wedyodiningrat yang didampingi oleh dua orang Ketua Muda (Wakil Ketua), yaitu Raden Panji
Suroso dan Ichibangase (orang Jepang). BPUPKI dilantik oleh Letjen Kumakichi Harada,
panglima tentara ke-16 Jepang di Jakarta, pada 28 Mei 1945. Sehari setelah dilantik, 29 Mei
1945, dimulailah sidang yang pertama dengan materi pokok pembicaraan calon dasar negara.
Siapa sajakah tokoh-tokoh yang berbicara dalam sidang BPUPKI tersebut? Menurut catatan
sejarah, diketahui bahwa sidang tersebut menampilkan beberapa pembicara, yaitu Mr. Muh
Yamin, Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, Mr. Soepomo. Keempat tokoh tersebut
menyampaikan usulan tentang dasar negara menurut pandangannya masing-masing. Meskipun
demikian perbedaan pendapat di antara mereka tidak mengurangi semangat persatuan dan
kesatuan demi mewujudkan Indonesia merdeka. Sikap toleransi yang berkembang di kalangan
para pendiri negara seperti inilah yang seharusnya perlu diwariskan kepada generasi berikut,
termasuk kita.Sebagaimana Anda ketahui bahwa salah seorang pengusul calon dasar negara
dalam sidang BPUPKI adalah Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945. Pada hari itu, Ir.
Soekarno menyampaikan lima butir gagasan tentang dasar negara sebagai berikut:
a. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia,
b. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan,
c. Mufakat atau Demokrasi,
d. Kesejahteraan Sosial,
e. Ketuhanan yang berkebudayaan.
Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir gagasan itu oleh Soekarno diberi nama Pancasila.
Selanjutnya, Soekarno juga mengusulkan jika seandainya peserta sidang tidak menyukai angka
5, maka ia menawarkan angka 3, yaitu Trisila yang terdiri atas (1) Sosio-Nasionalisme, (2)
Sosio-Demokrasi, dan (3) Ketuhanan Yang Maha Esa. Soekarno akhirnya juga menawarkan
angka 1, yaitu Ekasila yang berisi asas Gotong-Royong.Sejarah mencatat bahwa pidato lisan
Page | 8
Soekarno inilah yang di kemudian hari diterbitkan oleh Kementerian Penerangan Republik
Indonesia dalam bentuk buku yang berjudul Lahirnya Pancasila (1947). Perlu Anda ketahui
bahwa dari judul buku tersebut menimbulkan kontroversi seputar lahirnya Pancasila. Di satu
pihak, ketika Soekarno masih berkuasa, terjadi semacam pengultusan terhadap Soekarno
sehingga 1 Juni selalu dirayakan sebagai hari lahirnya Pancasila. Di lain pihak, ketika
pemerintahan Soekarno jatuh, muncul upayaupaya “de-Soekarnoisasi” oleh penguasa Orde Baru
sehingga dikesankan seolah-olah Soekarno tidak besar jasanya dalam penggalian dan perumusan
Pancasila Setelah pidato Soekarno, sidang menerima usulan nama Pancasila bagi dasar filsafat
negara (Philosofische grondslag) yang diusulkan oleh Soekarno, dan kemudian dibentuk panitia
kecil 8 orang (Ki Bagus Hadi Kusumo, K.H. Wahid Hasyim, Muh. Yamin, Sutarjo, A.A.
Maramis, Otto Iskandar Dinata, dan Moh. Hatta) yang bertugas menampung usul-usul seputar
calon dasar negara. Kemudian, sidang pertama BPUPKI (29 Mei - 1 Juni 1945) ini berhenti
untuk sementara.
2. Periode Perumusan Pancasila
Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 - 16 Juli 1945 adalah
disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal dengan nama
Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan Indonesia.
Pada alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai berikut.
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang
dijuluki “Piagam Jakarta” ini di kemudian hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan
sejumlah perubahan di sana-sini.
Ketika para pemimpin Indonesia sedang sibuk mempersiapkan kemerdekaan menurut
skenario Jepang, secara tiba-tiba terjadi perubahan peta politik dunia. Salah satu penyebab
terjadinya perubahan peta politik dunia itu ialah takluknya Jepang terhadap Sekutu. Peristiwa itu
ditandai dengan jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Sehari setelah
peristiwa itu, 7 Agustus 1945, Pemerintah Pendudukan Jepang di Jakarta mengeluarkan
maklumat yang berisi:
(1) Pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia
(PPKI),
(2) Panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang 19 Agustus 1945,
dan
(3) Direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dimerdekakan. Esok paginya, 8 Agustus 1945,
Sukarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil Jenderal Terauchi (Penguasa Militer Jepang di Kawasan
Asia Tenggara) yang berkedudukan di Saigon, Vietnam (sekarang kota itu bernama Ho Chi
Minh). Ketiga tokoh tersebut diberi kewenangan oleh Terauchi untuk segera membentuk suatu
Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia sesuai dengan maklumat Pemerintah Jepang 7
Agustus 1945 tadi. Sepulang dari Saigon, ketiga tokoh tadi membentuk PPKI dengan total
Page | 9
anggota 21 orang, yaitu: Soekarno, Moh. Hatta, Radjiman, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandar
Dinata, Purboyo, Suryohamijoyo, Sutarjo, Supomo, Abdul Kadir, Yap Cwan Bing, Muh. Amir,
Abdul Abbas, Ratulangi, Andi Pangerang, Latuharhary, I Gde Puja, Hamidan,Panji Suroso,
Wahid Hasyim, T. Moh. Hasan (Sartono Kartodirdjo, dkk., 1975: 16--17).Jatuhnya Bom di
Hiroshima belum membuat Jepang takluk, Amerika dan sekutu akhirnya menjatuhkan bom lagi
di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang meluluhlantakkan kota tersebut sehingga menjadikan
kekuatan Jepang
semakin lemah. Kekuatan yang semakin melemah, memaksa Jepang akhirnya menyerah tanpa
syarat kepada sekutu pada 14 Agustus 1945. Konsekuensi dari menyerahnya Jepang kepada
sekutu, menjadikan daerah bekas pendudukan Jepang beralih kepada wilayah perwalian sekutu,
termasuk Indonesia. Sebelum tentara sekutu dapat menjangkau wilayah-wilayah itu, untuk
sementara bala tentara Jepang masih ditugasi sebagai sekadar penjaga kekosongan kekuasaan.
Kekosongan kekuasaan ini tidak disia-siakan oleh para tokoh nasional. PPKI yang semula
dibentuk Jepang karena Jepang sudah kalah dan tidak berkuasa lagi, maka para pemimpin
nasional pada waktu itu segera mengambil keputusan politis yang penting. Keputusan politis
penting itu berupa melepaskan diri dari bayang-bayang kekuasaan Jepang dan mempercepat
rencana kemerdekaan bangsa Indonesia.
1. Kelebihan Buku
1. Dalam buku tersebut struktur bukunya sudah baik dan tersusun dengan rapi.
2. Didalam buku ini juga diberikan beberapa contoh ketika menjelaskan beberapa materi agar
lebih jelas atau agar membuat si pembaca cepat menalar.
3. Terdapat pendahuluan didalam bab ini yang mempermudah pembaca menganalisis tentang
materi yang akan dipaparkan dibab ini.
4. Secara keseluruhan bab ini sudah dikatakan cukup baik dari segi pemamahan materi, hanya
saja lebih spesifik lagi dalam mendalami isi dari materi nya.
5. Terdapat rangkuman dan latihan soal.
6. Menghubungkan materi dengan pandangan islam.
2. Kekurangan Buku
1. Cara penulisan dalam buku ini masih kurang rapi karena masih banyaknya penulisan kata
yang salah dan peletakan tanda bacanya kurang tepat.
2. Penjelasan dalam penyajian materi masih banyak menggunakan kata-kata yang sukar untuk
dimegerti yang membuat pembaca untuk sedikit lambat dalam memahaminya.
3. Di dalam buku Pendidikan Kewarganegaraan karangan Sarbaini Shaleh ini masih bersifat teori
atau pengetahuan sehingga kurang mempermudah pembaca untuk mengerti pemahaman tentang
HAM.
Page | 10
4. saja banyak terdapat kesalahan dalam tata letak huruf dan banyaknya tanda baca yang
berlebihan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Buku karangan Sarbaini Saleh, S.Sos., M.Si yang berjudul Pendidikan
Kewarganegaraan: Mewujudkan Masyarakat Madani ini mempunyai tujuan yang bagus
dan sangat membangun untuk para pembaca. Setelah membaca buku ini maka para
pembaca akan mendapat ilmu pengetahuan dan informasi yang penting dan sangat
bermanfaat bagi dirinya yang belum diketahui sebelumnya.
Hanya saja masih ada kekurangan dalam buku ini seperti penggunaan bahasa
yang sukar untuk dipahami dan tidak adanya indeks pada buku ini. Begitu pula dengan
peletakan tanda bacanya juga masih banyak yang kurang tepat lagi. Buku ini juga tidak
mempunyai rangkuman dan juga latihan sehingga pembaca tidak bisa mengukur sejauh
mana ini telah memahami materi yang telah ia kuasai.
B. Saran
Buku karangan Sarbaini Saleh, S.Sos., M.Si yang berjudul Pendidikan
Kewarganegaraan: Mewujudkan Masyarakat Madani memiliki keunggulan dan
kelemahan dari berbagai macam segi, baik dari segi format dan penulisan struktur buku,
penggunaan bahasa, penggunaan tanda baca, kualitas isi buku dan sebagainya. Jadi, apa
yang menjadi keunggulan ini maka hendaknya di tingkatkan lagi agar kualisas buku ini
semakin peningkat dan para pembaca semakin semangat untuk membacanya beberapa
tahun kedepannya. Dan apa yang menjadi kelemahan dari buku ini hendaknya diperbaiki
agar kesempurnaan buku ini tercapai.
Page | 11
Page | 12
DAFTAR PUTAKA
Saleh, Sarbaini. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan: Mewujudkan Masyarakat Madani.
Bandung: Citapustaka Media Perintis.
Abdulgani, Roeslan. 1979. Pengembangan Pancasila Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Idayu.
Admoredjo, Sudjito bin. 2009. “Negara Hukum dalam Perspektif Pancasila”. Makalah dalam
Kongres Pancasila di UGM Yogyakarta, 30 --31 Mei s.d. 1 Juni 2009.
Aiken, H. D.. 2009. Abad Ideologi, Yogyakarta: Penerbit Relief.Ali, As’ad Said. 2009. Negara
Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa. Jakarta: Pustaka LP3ES.
Asdi, Endang Daruni. 2003. Manusia Seutuhnya Dalam Moral Pancasila. Jogjakarta: Pustaka
Raja.
Bahar, Saafroedin, Ananda B. Kusuma, dan Nannie Hudawati (peny.). 1995, Risalah Sidang
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945 --22 Agustus 1945, Sekretariat Negara Republik
Indonesia, Jakarta.