Oleh:
Widya Herlina Br Tambunan NIM 2257201044
Hariyanto Adi Tambusai NIM 2257201045
Azlina Nurhaliza Sitorus NIM 2257201017
Akrial Bahirul Alam NIM 2257201023
Bayu Satya Prayuda Siregar NIM 2257201032
KELAS 22
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada
halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Muhammad Akmal, S.H.,
M.H. sebagai dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan penulis. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kelompok IV
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
LATAR BELAKANG..................................................................................................1
Rumusan Masalah..................................................................................................2
Tujuan..................................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pendidikan Kewarganegaraan.............................................................................3
B. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah...............................................3
C. Pendidikan Demokrasi........................................................................................5
D. Pengertian Karakter...........................................................................................8
E. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Demokrasi yang berkarakter.....9
BAB III...................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................12
A. Kesimpulan......................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri
manusia, mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua manusia
mengalami proses pendidikan yang didapatkan dari orang tua, masyarakat dan
lingkungannya. Manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin
mencapai suatu kehidupan yang optimal, kehidupan yang lebih baik secara optimal.
Selama manusia berusaha untuk meningkatkan kehidupannya, baik dalam
meningkatkan dan mengembangkan kepribadiannya serta serta kemampuan dan
keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama itulah pendidikan masih
terus berjalan.1
Menurut Veldhuis, tujuan PKN ialah untuk meftmgsang partisipasi aktif warga
negara dalam masyarakat sipil (civil society) dan dalam pembuatan keputusan politik di
dalam suatu (sistem) demokrasi konstitusional. Veldhuis (1997:8) berpendapat bahwa
partisipasi dan integrasi (secara sosial dan politik) dari para warga negara menjadi
dasar yang penting. Untgk menjadi demokrat sejati, warga negara yang aktif dan
terintegrasi secara sosial tidaklah dilahirkan, tetapi ia diciptakan (direproduksi) dalam
stratu proses sosialisasi. Singkatnya demokrasi harus dipelajari dan perlu dipelihara
dimana para pendidik civic danpolitik serta institusi profesional yang terkait harus turut
bertanggung jawab. 2
Karakteristik mata pelajaran PKn berbeda dengan disiplin ilmu lain. Mata
pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya
untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Menurut Hasan (2006:47), pola
1
Mahfudh, S. (1990). Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu.
2
Veldhuis, R. (1997). Education for Democratic Citizenship: Dimensions of Citizenship, Core
Competencies, Variables, and International Activities.
iv
pembelajaran mata pelajaran PKn menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan
pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya menjelajahi siswa
dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya
agar siswa mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam
memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta
berbagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. 3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
Hasan, S. H. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran PKn. Jakarta: Bumi Aksara.
v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Kewarganegaraan
4
Winarno, D. (2006). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.
5
Azra, A. (2001). Pendidikan Kewarganegaraan dan Demokrasi.
6
Zamroni. (2001). Pendidikan untuk Demokrasi.
vi
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki kedudukan yang cukup kuat, hal ini dapat
dilihat dalam Pasal 37 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat tentang
Pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan untuk membentuk para mahasiswa
menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Dengan telah
dituangkannya Pendidikan Kewarganegaraan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional, ini berarti bahwa Pendidikan Kewarganegaraan memiliki kedudukan yang
sangat strategis dalam pembentukan nation and character building. Secara historis,
awal mulai dilaksanakannya Pendidikan Kewarganegaraan pada perguruan tinggi di
Indonesia bertujuan untuk dapat melaksanakan Undang-Undang No. 29 Tahun 1954
tentang Sistem Pertahanan Negara. Undang-Undang ini disusun berdasarkan
pengalaman masa perang kemerdekaan, pemberontakan dalam negeri serta persiapan
merebut Irian Barat. Oleh karena itu dibuat program wajib latih bagi sivitas akademika
di perguruan tinggi, yaitu Latihan Kemiliteran Dosen dan Latihan Kemiliteran Mahasiswa
(LKM), dan Pendidikan Pendahuluan Pertahanan Rakyat yang dikenal sebagai P3R bagi
SD, SLP dan SLA.
1. Hak dan kewajiban Warga Negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam
upaya bela negara diselenggarakan melalui pendidikan pendahuluan bela negara
sebagai bagian tak terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional (Pasal 18).
2. Pendidikan pendahuluan bela negara wajib diikuti oleh setiap Warga Negara dan
dilaksanakan secara bertahap, yaitu:
a. Tahap awal pada pendidikan tingkat dasar sampai menengah dan dalam gerakan
Pramuka.
b. Tahap lanjutan dalam bentuk pendidikan kewiraan pada tingkat pendidikan tinggi.
(Pasal 19 ayat 2).
vii
1. Tujuan Umum Tujuan umum Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi yaitu
untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa mengenai
hubungan antara Warga Negara dengan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara agar menjadi Warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
2. Tujuan Khusus Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan
kewajiban secara santun, jujur dan demokratis serta ikhlas sebagai Warga Negara
Republik Indonesia terdidik dan bertanggung jawab. Di samping itu juga tujuan khusus
yang lain yaitu:
b. Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
kejuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa.
c. Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
perjuangan, cinta tanah air serta rela berkorban bagi nusa, bangsa dan negara.
C. Pendidikan Demokrasi
viii
Pengertian tentang demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa (etismologis)
dan istilah (terminologis). Secara etismologis ‘demokrasi’ yang berarti terdiri dari dua
kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk
suatu tempat dan “cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi
secara bahasa demos-cratein atau demos-cratos (demokrasi) adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada dalam keputusan bersama
rakyat, rakyat berkuasa, pemerintah rakyat dan kekuasaaan oleh rakyat (Mahfud MD,
2003:110)7.
ix
(m) adanya ketentuan tentang pendemokrasian;
(n) adanya pengawasan terhadap administrasi publik;
(o) adanya perlindungan hak asasi;
(p) adanya pemerintahan yang bersih;
(q) adanya persaingan keahlian;
(r) adanya mekanisme politik;
(s) adanya kebijasanaan negara; dan
(t) adanya pemerintahan yang mengutamakan tanggung jawab.
8
Azra, Azyumardi. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia
dan Masyarakat Mandani. Jakarta: Prenada Media.
9
Saronji Dahlan dan H. Asy’ari, Pendidikan Kewarganegaraan SMP/ MTs Kelas VIII. (Jakarta: Erlangga,
2006).
x
27)10. Selanjutnya dinyatakan bahwa berdasarkan makna pendidikan demokrasi dan
tujuan yang akan diwujudkan, maka dapat diidentifikasi bahwa pendidikan demokrasi
harus menekankan pada beberapa aspek, yaitu:
D. Pengertian Karakter
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan
memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya
dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan
kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Pengertian karakter menurut Pusat
Bahasa Dekdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, dll.
Sedangkan berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, dan berwatak.
Individu yang berkarakter baik dan unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan
hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan,
bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan
potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya
(perasaannya)11.
Dalam mata pelajaran PPKn, karakter warga negara sering dikenal dengan istilah
civic disposition, yaitu sifat-sifat yang harus dimiliki setiap warga negara untuk
10
Zamroni. 2011. Pendidikan Demokrasi Pada Masyarakat Multikultural. Jakarta: Gavin Kalam Utama.
11
Deny Setiawan, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Medan: UNIMED PRESS, 2013). HLM 117- 118.)
xi
mendukung efektivitas partisipasi politik, berfungsinya sistem politik yang sehat,
berkembangnya martabat, harga diri dan kepentingan umum (Cholisin, 2005:8).
a) Karakter individual, yaitu nilai-nilai unik dan baik yang terpateri dalam diri dan
mendarah daging dalam perilaku seseorang. Misalnya: jujur dan kerja keras.
b) Karakter privat, seperti tanggung jawab moral, disiplin diri, dan penghargaan
terhadap harkat martabat manusia dari setiap individu.
c) Karakter publik, seperti: kepedulian sebagai warga negara, kesopanan,
mengindahkan aturan main, berpikir kritis, kemauan untuk mendengar,
bernegosiasi dan berkompromi (Muhtadi, 2013).
Pendidikan demokrasi dalam arti luas dapat dilakukan baik secara informal,
formal, dan non formal. Secara informal, pendidikan demokrasi bisa dilakukan di
lingkungan keluarga yang menumbuhkembangkan nilai-nilai demokrasi. Secara formal,
pendidikan demokrasi dilakukan di sekolah, baik dalam bentuk intra atau
ekstrakurikuler. Sedang secara nonformal pendidikan demokrasi berlangsung pada
kelompok masyarakat, lembaga swadaya, partai politik, pers, dan lain-lain.
12
Dr. Winarno, S.Pd., M.Si, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. (Jakarta: bumi aksara, 2014).
xii
pemerintah yang demokratis di bawah Rule of Low, maka pendidikan kewarganegaraan
memegang posisi penting guna membangun kultur warga negara yang demokratis.
Selain masalah penataan, yang lebih penting lagi adalah masalah isi materi dari
pendidikan demokrasi. Agar benar-benar berfungsi sebagai pendidikan demokrasi maka
materinya perlu ditekankan pada empat hal, yaitu asal-usul sejarah demokrasi dan
perkembangan demokrasi; sejarah demokrasi di Indonesia; jiwa demokrasi Indonesia
berdasar Pancasila dan UUD 1945; dan masa depan demokrasi. Asal-usul demokrasi
akan membelajarkan anak mengenai perkembangan konsep demokrasi dari mulai
konsep awal hingga menjadi konsep global saat ini. Materi tentang demokrasi Indonesia
membelajarkan anak akan kelebihan, kekurangan, serta bentuk-bentuk ideal demokrasi
yang tepat untuk Indonesia. Materi masa depan demokrasi akan membangkitkan
kesadaran kesadaran anak mengenai pentingnya demokrasi serta memahami tantangan
demokrasi yang akan muncul di masa depan. Untuk menghindari terjadinya
indoktrinasi, materi-materi yang berisi doktrin-doktrin negara sedapat mungkin
diminimalkan dan diganti dengan pendekatan historis dan ilmiah, serta dikenalkan
dengan fakta-fakta yang relevan.
Demokrasi memang tidak diwarisi, tetapi ditangkap dan dicerna melalui proses
belajar oleh karena itu untuk memahaminya diperlukan suatu proses pendidikan
demokrasi. Demokrasi memerlukan usaha nyata setiap warganegara dan perangkat
pendukungnya yaitu budaya yang kondusif sebagai manifestasi dari suatu mind set
(kerangka berfikir) dan setting social (rancangan masyarakat) dengan menjadikan
demokrasi sebagai pandangan hidup bernegara baik oleh rakyat maupun oleh
pemerintah.
Sekarang PKn sebagai mata pelajaran mulai dari tingkat SD sampai perguruan
tinggi, yang mengembang sebagai pendidikan demokrasi. PKn adalah salah satu ciri
pemerintah demokrasi yang isi materi pendidikan demokrasi di sekolahan mendapat
porsi yang lebih dalam waktu membelajarkannya. Namun dalam pelaksanaan di
lapangan PKn hanya mendapat porsi yang sedikit dan cara membelajarkannya seakan
hanya sebatas memperkenalkannya saja. Winarno (2007:115) mengatakan, agar PKn
benar-benar berfungsi sebagai pendidikan demokrasi maka materinya perlu ditekankan
pada empat hal, yaitu asal usul sejarah demokrasi dan perkembangan demokrasi;
sejarah demokrasi di Indonesia; jiwa demokrasi Indonesia berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945, dan masa depan demokrasi.
Pkn memiliki dan sejalan dengan tiga fungsi pokok pendidikan kewarganegaraan
sebagai wahana pengembangan warganegara yang demokratis, yakni mengembangkan
kecerdasan warganegara (civic intelligence), membina tanggung jawab warganegara
xiii
(civic responsibility), dan mendorong partisipasi warganegara (civic partisipation)
Winataputra (2008:1.1). Tiga kompetensi warganegara ini sejalan pula dengan tiga
komponen pendidikan kewarganegaraan yang baik, yaitu pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan
karakter warganegara (civic disposisions). Warga negara yang memiliki pengetahuan
kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang cerdas, warganegara yang
partisipatif, sedangkan warga negara yang memiliki karakter kewarganegaraan akan
menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
xiv
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
xv
berpikir kritis serta dapat mempraktekan perilaku yang memiliki prinsip prinsip yang
demokratis dan humanis dilingkungan masyarakat
xvi
DAFTAR PUSTAKA
Deny Setiawan, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Medan: UNIMED PRESS, 2013).
Mahfud MD, Moh. 2003. Demokrasi Dan Konstitusi Di Indonesia. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Saronji Dahlan dan H. Asy’ari, Pendidikan Kewarganegaraan SMP/ MTs Kelas VIII.
(Jakarta: Erlangga, 2006).
xvii