Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PENDIDIKAN


DEMOKRASI YANG BERKARAKTER

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Pendidikan Kewarganegaraan:
Muhammad Akmal, S.H. , M.H.

Oleh:
Widya Herlina Br Tambunan NIM 2257201044
Hariyanto Adi Tambusai NIM 2257201045
Azlina Nurhaliza Sitorus NIM 2257201017
Akrial Bahirul Alam NIM 2257201023
Bayu Satya Prayuda Siregar NIM 2257201032

KELAS 22
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada
halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Muhammad Akmal, S.H.,
M.H. sebagai dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan penulis. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Pekanbaru, 15 Mei 2023

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
LATAR BELAKANG..................................................................................................1
Rumusan Masalah..................................................................................................2
Tujuan..................................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pendidikan Kewarganegaraan.............................................................................3
B. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah...............................................3
C. Pendidikan Demokrasi........................................................................................5
D. Pengertian Karakter...........................................................................................8
E. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Demokrasi yang berkarakter.....9
BAB III...................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................12
A. Kesimpulan......................................................................................................12
B. Saran..............................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri
manusia, mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa kemudian tua manusia
mengalami proses pendidikan yang didapatkan dari orang tua, masyarakat dan
lingkungannya. Manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin
mencapai suatu kehidupan yang optimal, kehidupan yang lebih baik secara optimal.
Selama manusia berusaha untuk meningkatkan kehidupannya, baik dalam
meningkatkan dan mengembangkan kepribadiannya serta serta kemampuan dan
keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama itulah pendidikan masih
terus berjalan.1

Bangsa Indonesia ingin mewujudkan nilai-nilai demokrasi yang merupakan ciri


khas dari masyarakat demokratis. Masyarakat demokratis adalah masyarakat yang
mengakui hak-hak asasi manusia. Masyarakat demokratis adalah masyarakat yang
terbuka dimana setiap anggotanya merupakan pribadi yang bebas dan mempunyai
tanggung jawab untuk membangun masyarakatnya sendiri dengan mengakui
perbedaan-perbedaan yang ada di dalam masyarakatnya.

Menurut Veldhuis, tujuan PKN ialah untuk meftmgsang partisipasi aktif warga
negara dalam masyarakat sipil (civil society) dan dalam pembuatan keputusan politik di
dalam suatu (sistem) demokrasi konstitusional. Veldhuis (1997:8) berpendapat bahwa
partisipasi dan integrasi (secara sosial dan politik) dari para warga negara menjadi
dasar yang penting. Untgk menjadi demokrat sejati, warga negara yang aktif dan
terintegrasi secara sosial tidaklah dilahirkan, tetapi ia diciptakan (direproduksi) dalam
stratu proses sosialisasi. Singkatnya demokrasi harus dipelajari dan perlu dipelihara
dimana para pendidik civic danpolitik serta institusi profesional yang terkait harus turut
bertanggung jawab. 2

Karakteristik mata pelajaran PKn berbeda dengan disiplin ilmu lain. Mata
pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan
warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya
untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Menurut Hasan (2006:47), pola

1
Mahfudh, S. (1990). Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu.
2
Veldhuis, R. (1997). Education for Democratic Citizenship: Dimensions of Citizenship, Core
Competencies, Variables, and International Activities.

iv
pembelajaran mata pelajaran PKn menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan
pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya menjelajahi siswa
dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya
agar siswa mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam
memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta
berbagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. 3

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Pendidikan Kewarganegaraan?

2. Bagaimana Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata kuliah?

3. Apa itu Pendidikan Demokrasi?

4. Apa itu karakter?

5. Bagaimana Pkn sebagai Pendidikan Demokrasi yang berkarakter?

C. Tujuan

1. Menjelaskan pengertian Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Menjelaskan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata kuliah.

3. Menjelaskan pengertian Pendidikan Demokrasi.

4. Menjelaskan pengertian karakter.

5. Menjelaskan Pkn sebagai Pendidikan Demokrasi yang berkarakter.

3
Hasan, S. H. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran PKn. Jakarta: Bumi Aksara.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di Indonesia di artikan sebagai pendidikan


politik yang fokus materi adalah peranan warga negara dalam kehidupan bernegara
yang sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, agar menjadi warga
negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara (Winarno 2006) 4. Menurut Azra
(2001), Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang cakupannya lebih luas
dari pendidikan demokrasi dan pendidikan Hak Asasi Manusia. 5 Sementara itu, Zamroni
(2001) berpendapat bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi
yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak
demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa
demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hakhak warga
masyarakat.6 Pengertian lain didefinisikan oleh Merphin Panjaitan (1998), bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk
mendidik generasi muda menjadi Warga Negara yang demokratis dan partisipatif
melalui suatu pendidikan yang diagonal. Sementara Soedijarto (1996) mengartikan
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk
membantu peserta didik untuk menjadi Warga Negara yang secara politik dewasa dan
ikut serta membangun sistem politik yang demokratis.

Dari definisi tersebut, semakin mempertegas pengertian civic education


(Pendidikan Kewarganegaraan) karena bahannya meliputi pengaruh positif dari
pendidikan di sekolah, pendidikan di rumah, dan pendidikan di luar sekolah. Jadi,
Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) adalah program pendidikan yang
memuat bahasan tentang masalah kebangsaan, Kewarganegaraan dalam hubungannya
dengan negara, demokrasi, Hak Asasi Manusia dan masyarakat madani (civil society)
yang dalam implementasinya menerapkan prinsip-prinsip pendidikan demokratis dan
humanis.

B. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah

4
Winarno, D. (2006). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.
5
Azra, A. (2001). Pendidikan Kewarganegaraan dan Demokrasi.
6
Zamroni. (2001). Pendidikan untuk Demokrasi.

vi
Pendidikan Kewarganegaraan memiliki kedudukan yang cukup kuat, hal ini dapat
dilihat dalam Pasal 37 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat tentang
Pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan untuk membentuk para mahasiswa
menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Dengan telah
dituangkannya Pendidikan Kewarganegaraan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional, ini berarti bahwa Pendidikan Kewarganegaraan memiliki kedudukan yang
sangat strategis dalam pembentukan nation and character building. Secara historis,
awal mulai dilaksanakannya Pendidikan Kewarganegaraan pada perguruan tinggi di
Indonesia bertujuan untuk dapat melaksanakan Undang-Undang No. 29 Tahun 1954
tentang Sistem Pertahanan Negara. Undang-Undang ini disusun berdasarkan
pengalaman masa perang kemerdekaan, pemberontakan dalam negeri serta persiapan
merebut Irian Barat. Oleh karena itu dibuat program wajib latih bagi sivitas akademika
di perguruan tinggi, yaitu Latihan Kemiliteran Dosen dan Latihan Kemiliteran Mahasiswa
(LKM), dan Pendidikan Pendahuluan Pertahanan Rakyat yang dikenal sebagai P3R bagi
SD, SLP dan SLA.

Selanjutnya, dalam ketentuan Pasal 18 dan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang


No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara
Republik Indonesia dinyatakan sebagai berikut:

1. Hak dan kewajiban Warga Negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam
upaya bela negara diselenggarakan melalui pendidikan pendahuluan bela negara
sebagai bagian tak terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional (Pasal 18).

2. Pendidikan pendahuluan bela negara wajib diikuti oleh setiap Warga Negara dan
dilaksanakan secara bertahap, yaitu:

a. Tahap awal pada pendidikan tingkat dasar sampai menengah dan dalam gerakan
Pramuka.

b. Tahap lanjutan dalam bentuk pendidikan kewiraan pada tingkat pendidikan tinggi.
(Pasal 19 ayat 2).

Adapun Misi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah membantu


mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan
nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebanggaan dan cinta anah air dalam menguasai,
menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa
tanggung jawab. Berdasarkan Keputusan Dirjen Dikti No. 43/Dikti/2006, tujuan
Pendidikan Kewarganegaraan mencakup:

vii
1. Tujuan Umum Tujuan umum Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi yaitu
untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa mengenai
hubungan antara Warga Negara dengan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara agar menjadi Warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

2. Tujuan Khusus Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan
kewajiban secara santun, jujur dan demokratis serta ikhlas sebagai Warga Negara
Republik Indonesia terdidik dan bertanggung jawab. Di samping itu juga tujuan khusus
yang lain yaitu:

a. Agar mahasiswa menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam


kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat mengatasinya dengan
pemikiran kritis dan bertanggung jawab yang berlandaskan Pancasila, Wawasan
Nusantara dan Ketahanan Nasional.

b. Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
kejuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa.

c. Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
perjuangan, cinta tanah air serta rela berkorban bagi nusa, bangsa dan negara.

3. Kompetensi (Civic Competencies)

a. Mahasiswa mampu menjadi Warga Negara yang memiliki komitmen (committed)


terhadap nilai-nilai HAM dan demokrasi.

b. Mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya menghentikan budaya kekerasan


dengan cara damai.

c. Mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya menyelesaikan konflik dalam


masyarakat yang dilandasi dengan sistem nilai-nilai universal.

d. Mahasiswa memiliki pengertian internasional sehingga mampu menjadi Warga


Negara yang kosmopolit.

e. Mahasiswa mampu berpikir kritis terhadap persoalan-persoalan HAM dan demokrasi.

f. Mahasiswa mampu memberikan kontribusi terhadap berbagai persoalan kebijakan


publik (public policy)

C. Pendidikan Demokrasi

viii
Pengertian tentang demokrasi dapat dilihat dari tinjauan bahasa (etismologis)
dan istilah (terminologis). Secara etismologis ‘demokrasi’ yang berarti terdiri dari dua
kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “demos” yang berarti rakyat atau penduduk
suatu tempat dan “cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi
secara bahasa demos-cratein atau demos-cratos (demokrasi) adalah keadaan negara
dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada dalam keputusan bersama
rakyat, rakyat berkuasa, pemerintah rakyat dan kekuasaaan oleh rakyat (Mahfud MD,
2003:110)7.

Sementara itu, pengertian demokrasi secara istilah sebagaimana dikemukakan


oleh Sidney Hook (Mahfud MD, 2013:110) berpendapat bahwa “demokrasi adalah
bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara
langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan
secara bebas dari rakyat dewasa”. Hakikat demokrasi sebagai suatu sistem
bermasyarakat dan bernegara serta pemerintah memberikan penekanan pada
keberadaan kekuasaan ditangan rakyat baik dalam penyelenggaraan negara maupun
pemerintah. Kekuasaan pemerintahan berada di tangan rakyat menganduk pengertian
bahwa pemerintahan itu berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Mahfud MD,
2003:111).

Masykuri Abdilah (dalam Mahfud MD 2003:122) prinsip-prinsip demokrasi terdiri


atas prinsip persamaan, kebebasan, dan pluralism. Dalam pandangan Robert A. Dahl
(dalam Mahfud MD, 2003:122) mengemukakan bahwa terdapat tujuh prinsip yang
harus ada dalam sistem demokrasi, yaitu control atas keputusan pemerintah, pemilihan
yang teiliti dan jujur, hak memilih dan dipilih, kebebasan menyatakan pendapat tanpa
ancaman, kebebasan mengakses informasi, kebebasan berserikat. Sementara itu, Inu
Kencana merinci lagi tentang prinsip-prinsip demokrasi dengan:

(a) adanya pembagian kekuasaan;


(b) adanya pemilihan umum yang bebas;
(c) adanya menajemen yang terbuka;
(d) adanya kebebasan individu;
(e) adanya peradilan yang bebas;
(f) adanya pengakuan hak minoritas;
(g) adanya pemerintahan yang berdasarkan hukum;
(h) adanya pers yang bebas;
(i) adanya musyawarah;
(k) adanya persetujuan parlemen;
(l) adanya pemerintahan yang konstitusional;
7
Mahfud MD, Moh. 2003. Demokrasi Dan Konstitusi Di Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta

ix
(m) adanya ketentuan tentang pendemokrasian;
(n) adanya pengawasan terhadap administrasi publik;
(o) adanya perlindungan hak asasi;
(p) adanya pemerintahan yang bersih;
(q) adanya persaingan keahlian;
(r) adanya mekanisme politik;
(s) adanya kebijasanaan negara; dan
(t) adanya pemerintahan yang mengutamakan tanggung jawab.

Prinsip-prinsip negara demokrasi telah disebutkan di atas dan dijadikan acuan


dalam mengukur tingkat pelaksanaan demokrasi dalam suatu sistem pemerintahan di
suatu negara (Azra, 2000: 122-123). 8 Sebagai bentuk pemerintahan, demokrasi meliputi
unsur-unsur sebagai berikut:

a) Adanya partisipasi masyarakat secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat,


berbangsa, dan bernegara;
b) Adanya pengakuan akan supremasi hukum (daulat hukum);
c) Adanya kebebasan, diantaranya: kebebasan berekspresi dan berbicara atau
berpendapat, kebebasan untuk berkumpul dan berorganisasi, kebebasan
beragama dan berkeyakinan, kebebasan untuk menggugat pemerintah,
kebebasan untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, dan kebebasan
untuk mengurus nasib sendiri;
d) Adanya pengakuan supremasi sipil atas militer 9

Pendidikan demokrasi merupakan suatu teori pembelajaran dan pengelolaan


sekolah yang memberikan kesempatan bagi siswa dan guru serta staf adminstrasi untuk
berpartisipasi secara bebas dan setara dalam kegiatan sekolah. Dalam sekolah yang
demokratis, pengambilan keputusan melibatkan mereka yang akan terkena oleh
pengambilan keputusan tersebut. pendidikan demokratis dapat dilihat sebagai suatu
proses untuk memebrikan kesempatan kepada para siswa guna mempraktekkan
kehidupan yang demokratis baik di kelas, sekolah, maupun dimasyarakat dengan tujuan
agar para siswa memahami bagaimana proses politik suatu negara berlangsung
sehingga mampu berpartisipasi secara efektif dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Pendidikan demokrasi juga memiliki tujuan untuk
memberikan kesempatan kepada para siswa mengembangkan ketrampilan dalam
melaksanakan hak-hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik (Zamroni, 2011:

8
Azra, Azyumardi. 2000. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia
dan Masyarakat Mandani. Jakarta: Prenada Media.
9
Saronji Dahlan dan H. Asy’ari, Pendidikan Kewarganegaraan SMP/ MTs Kelas VIII. (Jakarta: Erlangga,
2006).

x
27)10. Selanjutnya dinyatakan bahwa berdasarkan makna pendidikan demokrasi dan
tujuan yang akan diwujudkan, maka dapat diidentifikasi bahwa pendidikan demokrasi
harus menekankan pada beberapa aspek, yaitu:

1) Kurikulum dan pembelajaran pendidikan demokrasi harus menyampaikan


pesan-pesan atau isi yang penting dan bermakna.
2) Materi pendidikan demokrasi yang dibawa keruang-ruang kelas tidak hanya
bersifat teoritis saja tetapi dipadukan dengan isu yang tengah merebak
dimasyarakat. Dengan demikian pembelajaran pendidikan demokrasi akan
mendorong terjadinya diskusi atas persoalan yang dihadapi dalam masyarakat.
3) Pendidikan demokrasi memberikan pelayanan pembelajaran yang optimal
kepada para siswa.
4) Dilaksanakannya pendidikan ekstra kurikuler yang merupakan kegiatan
dengan tujuan yang jelas, tidak sekedar pelengkap dalam kegiatan sekolah,
misal OSIS dan kepramukaan.
5) Dikembangkannya partisipasi dalam pengelolaan sekolah.
6) Dilaksanakannya simulasi proses demokrasi di sekolah (Zamroni, 2011: 28-
31).

D. Pengertian Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan
memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya
dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan
kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Pengertian karakter menurut Pusat
Bahasa Dekdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, dll.
Sedangkan berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, dan berwatak.
Individu yang berkarakter baik dan unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan
hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan,
bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan
potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya
(perasaannya)11.

Dalam mata pelajaran PPKn, karakter warga negara sering dikenal dengan istilah
civic disposition, yaitu sifat-sifat yang harus dimiliki setiap warga negara untuk

10
Zamroni. 2011. Pendidikan Demokrasi Pada Masyarakat Multikultural. Jakarta: Gavin Kalam Utama.
11
Deny Setiawan, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Medan: UNIMED PRESS, 2013). HLM 117- 118.)

xi
mendukung efektivitas partisipasi politik, berfungsinya sistem politik yang sehat,
berkembangnya martabat, harga diri dan kepentingan umum (Cholisin, 2005:8).

Seorang warga negara dituntut untuk memiliki karakter dan menerapkannya


sesuai dengan peranannya. Karakter tersebut adalah:

a) Karakter individual, yaitu nilai-nilai unik dan baik yang terpateri dalam diri dan
mendarah daging dalam perilaku seseorang. Misalnya: jujur dan kerja keras.
b) Karakter privat, seperti tanggung jawab moral, disiplin diri, dan penghargaan
terhadap harkat martabat manusia dari setiap individu.
c) Karakter publik, seperti: kepedulian sebagai warga negara, kesopanan,
mengindahkan aturan main, berpikir kritis, kemauan untuk mendengar,
bernegosiasi dan berkompromi (Muhtadi, 2013).

E. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Demokrasi yang berkarakter

Pendidikan demokrasi dapat saja merupakan pendidikan yang diintegrasikan ke


dalam berbagai bidang studi, misal dalam mata pelajaran PPKn dan sejarah atau
diintegrasikan kedalam kelompok ilmu sosial lainnya. Akan tepat bila pendidikan
demokrasi masuk dalam kelompok studi sosial (social studies). Selain itu, pendidikan
demokrasi dapat pula dijadikan subject matter tersendiri sehingga menjadi suatu
bidang studi atau mata pelajaran. Misalnya, dimunculkan di mata pelajaran civics yang
masa lalu pernah menjadi mata pelajaran sekolah. Namun, civics yang sekarang
hendaknya dipertegas dan dibatasi sebagai pendidikan demokrasi di Indonesia. Dapat
pula pendidikan demokrasi dikemas dalam wujud Pendidikan Kewarganegaraan. 12

Pendidikan demokrasi dalam arti luas dapat dilakukan baik secara informal,
formal, dan non formal. Secara informal, pendidikan demokrasi bisa dilakukan di
lingkungan keluarga yang menumbuhkembangkan nilai-nilai demokrasi. Secara formal,
pendidikan demokrasi dilakukan di sekolah, baik dalam bentuk intra atau
ekstrakurikuler. Sedang secara nonformal pendidikan demokrasi berlangsung pada
kelompok masyarakat, lembaga swadaya, partai politik, pers, dan lain-lain.

Hal yang sangat penting dalam pendidikan di sekolah adalah mengenai


kurikulum pendidikan demokrasi yang menyangkut dua hal, yaitu penataan dan isi
materi. Penataan menyangkut pemuatan pendidikan demokrasi dalam suatu kegiatan
kurikuler, apakah secara eksplisit dimuat dalam suatu mata pelajaran atau mata kuliah,
ataukah disisipkan ke dalam mata pelajaran umum. Merujuk pada prinsip-prinsip

12
Dr. Winarno, S.Pd., M.Si, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. (Jakarta: bumi aksara, 2014).

xii
pemerintah yang demokratis di bawah Rule of Low, maka pendidikan kewarganegaraan
memegang posisi penting guna membangun kultur warga negara yang demokratis.

Selain masalah penataan, yang lebih penting lagi adalah masalah isi materi dari
pendidikan demokrasi. Agar benar-benar berfungsi sebagai pendidikan demokrasi maka
materinya perlu ditekankan pada empat hal, yaitu asal-usul sejarah demokrasi dan
perkembangan demokrasi; sejarah demokrasi di Indonesia; jiwa demokrasi Indonesia
berdasar Pancasila dan UUD 1945; dan masa depan demokrasi. Asal-usul demokrasi
akan membelajarkan anak mengenai perkembangan konsep demokrasi dari mulai
konsep awal hingga menjadi konsep global saat ini. Materi tentang demokrasi Indonesia
membelajarkan anak akan kelebihan, kekurangan, serta bentuk-bentuk ideal demokrasi
yang tepat untuk Indonesia. Materi masa depan demokrasi akan membangkitkan
kesadaran kesadaran anak mengenai pentingnya demokrasi serta memahami tantangan
demokrasi yang akan muncul di masa depan. Untuk menghindari terjadinya
indoktrinasi, materi-materi yang berisi doktrin-doktrin negara sedapat mungkin
diminimalkan dan diganti dengan pendekatan historis dan ilmiah, serta dikenalkan
dengan fakta-fakta yang relevan.

Demokrasi memang tidak diwarisi, tetapi ditangkap dan dicerna melalui proses
belajar oleh karena itu untuk memahaminya diperlukan suatu proses pendidikan
demokrasi. Demokrasi memerlukan usaha nyata setiap warganegara dan perangkat
pendukungnya yaitu budaya yang kondusif sebagai manifestasi dari suatu mind set
(kerangka berfikir) dan setting social (rancangan masyarakat) dengan menjadikan
demokrasi sebagai pandangan hidup bernegara baik oleh rakyat maupun oleh
pemerintah.

Sekarang PKn sebagai mata pelajaran mulai dari tingkat SD sampai perguruan
tinggi, yang mengembang sebagai pendidikan demokrasi. PKn adalah salah satu ciri
pemerintah demokrasi yang isi materi pendidikan demokrasi di sekolahan mendapat
porsi yang lebih dalam waktu membelajarkannya. Namun dalam pelaksanaan di
lapangan PKn hanya mendapat porsi yang sedikit dan cara membelajarkannya seakan
hanya sebatas memperkenalkannya saja. Winarno (2007:115) mengatakan, agar PKn
benar-benar berfungsi sebagai pendidikan demokrasi maka materinya perlu ditekankan
pada empat hal, yaitu asal usul sejarah demokrasi dan perkembangan demokrasi;
sejarah demokrasi di Indonesia; jiwa demokrasi Indonesia berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945, dan masa depan demokrasi.

Pkn memiliki dan sejalan dengan tiga fungsi pokok pendidikan kewarganegaraan
sebagai wahana pengembangan warganegara yang demokratis, yakni mengembangkan
kecerdasan warganegara (civic intelligence), membina tanggung jawab warganegara

xiii
(civic responsibility), dan mendorong partisipasi warganegara (civic partisipation)
Winataputra (2008:1.1). Tiga kompetensi warganegara ini sejalan pula dengan tiga
komponen pendidikan kewarganegaraan yang baik, yaitu pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan
karakter warganegara (civic disposisions). Warga negara yang memiliki pengetahuan
kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang cerdas, warganegara yang
partisipatif, sedangkan warga negara yang memiliki karakter kewarganegaraan akan
menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Pendidikan kewarganegaraan mengemban tugas menyiapkan peserta didik


menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab untuk mendukung
tegaknya negara demokrasi. Pendidikan sekolah memiliki misi sebagai pendidikan politik
demokrasi di Indonesia. Jadi PKn mempunyai tugas membelajarkan demokrasi secara
demokratis kepada peserta didik.

Dengan pendidikan kewarganegaraan, akan ada sosialisasi, dan penyebarluasan


nilai-nilai demokrasi pada masyarakat. Untuk membelajarkan demokrasi kepada peserta
didik ada berbagai cara yang dapat dilakukan. James McGregor dalam Winataputra
(2008:7.21) menyatakan bahwa pembelajaran demokrasi mempunyai banyak cara yang
dapat ditempuh dengan mengaitkan lingkungan di luar kelas. Sedangkan Couto dalam
Winataputra (2008:7.21) memberi gambaran bahwa pembelajaran demokrasi
memerlukan sejumlah proses yang secara implisit terjadi dalam peran guru maupun
siswa selama proses pembelajaran di kelas yang demokratis dengan mengaitkan
persoalan-persoalan dari lingkungan sekitar.

xiv
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) adalah program pendidikan


yang memuat bahasan tentang masalah kebangsaan, Kewarganegaraan dalam
hubungannya dengan negara, demokrasi, Hak Asasi Manusia dan masyarakat madani
(civil society) yang dalam implementasinya menerapkan prinsip-prinsip pendidikan
demokratis dan humanis.

2) Tujuan Umum Tujuan umum Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan


tinggi yaitu untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa
mengenai hubungan antara Warga Negara dengan negara serta Pendidikan
Pendahuluan Bela Negara agar menjadi Warga Negara yang dapat diandalkan oleh
bangsa dan negara.

3) Pendidikan demokrasi memiliki tujuan untuk memberikan kesempatan kepada


para siswa mengembangkan ketrampilan dalam melaksanakan hak-hak dan kewajiban
sebagai warga negara yang baik.

4) Berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, dan berwatak.


Individu yang berkarakter baik dan unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan
hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan,
bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan
potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya
(perasaannya).

5) Dengan pendidikan kewarganegaraan, akan ada sosialisasi, dan


penyebarluasan nilai-nilai demokrasi pada masyarakat. Untuk membelajarkan demokrasi
kepada peserta didik ada berbagai cara yang dapat dilakukan.

B. Saran

1) Adanya pendidikan kewarganegaran dilingkungan mahasiswa sudah sangat


bagus dan memberikan dampak positif bagi masyarakat, akan tetapi alangkah baik nya
pendidikan kewarganegaraan juga diwajibkan diluar lingkungan sekolah seperti dimulai
dari rumah tangga yang memberikan pendidikan tentang hak asasi manusia dan dapat

xv
berpikir kritis serta dapat mempraktekan perilaku yang memiliki prinsip prinsip yang
demokratis dan humanis dilingkungan masyarakat

2) Memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa


mengenai hubungan antar warga negara dengan negara yang bisa diandalkan. Dengan
memberikan ilmu ilmu serta materi materi kewarganegaran kepada mahasiswa dengan
harapan mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara
santun terdidik dan bertanggung jawab. Sangat diterima dengan baik oleh masyarakat
dan mahasiswa. Terutama jika mahasiswa diarahkan dapat merealisasikan secara
langsung seperti pengabdian masyarakat. Umum nya pemerintahan cendrung hanya
memperhatikan materi yang disampaikan diterima dengan baik oleh mahasiswa Tampa
memperhatikan timpal balik itu sendiri dari mahasiswa tersebut, apakah materi tersebut
dapat dipraktekkan dikehidupan sehari hari atau tidak.

3) Pendidikan demokrasi sangatlah penting bagi seluruh masyarakat Indonesia,


bahkan pengetahuan basic demokrasi sangat diperlukan untuk dapat hidup ditengah
tengah masyarakat. dengan memberikan ilmu pengetahuan tentang demokrasi kepada
mahasiswa sudah sangat membantu seperkian dari penduduk Indonesia akan tetapi
sangat disayang kan dengan masyarakat Indonesia yang masih terbatas dengan ilmu
terutama dengan warga yang tidak menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi
alangkah baiknya jika informasi, ilmu ilmu tentang demokrasi diberikan secara merata
bukan hanya sembako, tapi pendidikan juga sangat penting terutama bagi mereka yang
kesulitan mendapat informasi dari layanan sosial media juga dari internet, sangat bagus
jika pemerintahan mau mengadakan acara sosialisasi secara umum.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

Azra, A. (2001). Pendidikan Kewarganegaraan dan Demokrasi.

Deny Setiawan, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (Medan: UNIMED PRESS, 2013).

Mahfud MD, Moh. 2003. Demokrasi Dan Konstitusi Di Indonesia. Jakarta: PT. Rineka
Cipta

Mahfudh, S. (1990). Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu.

Hasan, S. H. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran PKn. Jakarta: Bumi Aksara.

Saronji Dahlan dan H. Asy’ari, Pendidikan Kewarganegaraan SMP/ MTs Kelas VIII.
(Jakarta: Erlangga, 2006).

Winarno, D. (2006). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan.

Zamroni. (2001). Pendidikan untuk Demokrasi

xvii

Anda mungkin juga menyukai