Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KAPITA SELEKTA PKN

“PENELITIAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN”

DISUSUN OLEH KLP 7

SELPIANI SYAM (105401108820)

USWATUN USQUH (105401124220)

NUR AISYAH (105401124520)

IKA ANDINI (105401125420)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmatserta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “PENELITIAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN”

Makalah ini ditulis berdasarkan berbagai sumber yang berkaitan dengan materi
serta informasi dari berbagai media yang berhubungan dengan materi. Tak lupa penulis
sampaikan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Kapita Selekta PKn atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan pembaca. Dan penulis
berharap bagi pembaca untuk dapat memberikan pandangan dan wawasan agar
makalah ini menjadi lebih sempurna

Makassar, 6 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Sampul.............................................................................................................. i
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I : Pendahuluan
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II : Pembahasan
A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan............................................ 3
B. Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pendidikan Kewarganegaraan........ 4
C. Kajian Deskriptif dalam Kasus Masa Jabatan
Presiden Tiga Periode dan Implikasinya pada Kemunduran Demokrasi 7
D. Peran Teknologi dan Media Pembelajaran Bagi
Siswa SD di Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ..... 12
BAB III : Penutup
A. Kesimpulan........................................................................................... 15
B. Saran..................................................................................................... 15
Daftar Pustaka................................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi merupakan salah satu
bentuk pendidikan untuk mengembangkan kultur demokratis yang mencakup
kebebasan, persamaan, kemerdekaan, toleransi, dan kemampuan untuk
menahan diri di kalangan mahasiswa. Cakupan materi Mata kuliah pendidikan
Kewarganegaraan meliputi identitas nasional,hak dan kewajiban warganegara,
negara dan konstitusi, demokrasi dan pendidikan demokrasi, HAM dan rule of
law, Geopolitik Indonesia dan Geostrategi Indonesia. Dalam UU Nomor12
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pasal 35 ayat (3) Juga mewajibkan
mata kuliah Kewarganegaraan disampaikan di Perguruan Tinggi.
Penelitian Tindakan Kelas dilakukan untuk menyelesaikan
permasalahan belajar. Guru yang profesional harus mampu mengaplikasikan
beragam model dan media pembelajaran. Mayoritas siswa menganggap mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah yang paling membosankan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan penelitian tindakan
kelas yang dilakukan oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif.
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem
demokrasi saat ini. Demokrasi mengandaikan adanya persamaan hak dan
kedudukan. Tujuan penelitian ini terarah pada kajian deskriptif dalam kasus
masa jabatan presiden tiga periode yang membuat polemik dan berimplikasi
bagi kemunduran demokrasi. Penelitian ini menggunakan metode studi
pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa demokrasi menjadi bentuk
kekuasaan yang berada ditangan rakyat.
Perkembangan pendidikan saat ini sangatlah cepat khususnya
perkembangan pendidikan digital di indonesia. Teknologi digital bisa

iv
digunakan sebagai alat bantu siswa dalam proses belajar mengajar di kelas,
dengan adanya teknologi tersebut kita bisa mendapatkan segala sesuatu dengan
cepat, seperti mencari bahan ajar. Dalam proses pembelajarannya pengajar bisa
menyampaikan materi pembelajaran menggunakan media – media seperti
proyektor, audio visual, pengembangan game education, hal itu dilakukan agar
dapat mempermudah para siswa dalam menyerap atau menerima suatu materi
yang disampaikan oleh guru dan proses pembelajarannya lebih efektif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan?
2. Bagaimana Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pendidikan
Kewarganegaraan?
3. Bagaimana Kajian Deskriptif dalam Kasus Masa Jabatan Presiden Tiga
Periode dan Implikasinya pada Kemunduran Demokrasi?
4. Bagaimana Peran Teknologi dan Media Pembelajaran Bagi Siswa SD di
Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan?
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
2. Untuk memahami Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pendidikan
Kewarganegaraan
3. Memahami Kajian Deskriptif dalam Kasus Masa Jabatan Presiden Tiga
Periode dan Implikasinya pada Kemunduran Demokrasi
4. Untuk memahami Peran Teknologi dan Media Pembelajaran Bagi Siswa
SD di Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


Pendidikan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi merupakan salah satu
bentuk pendidikan untuk mengembangkan kultur demokratis yang mencakup
kebebasan, persamaan, kemerdekaan, toleransi, dan kemampuan untuk
menahan diri di kalangan mahasiswa. Berdasarkan Undang-Undang nomor 20
tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, serta SK dirjen DIKTI nomor
43/DIKTI/Kep/2006, mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan
tinggi terdiri atas pendidikan agama, pendidikan Kewarganegaraan, dan bahasa
Indonesia.
Cakupan materi Mata kuliah pendidikan Kewarganegaraan meliputi
identitas nasional,hak dan kewajiban warganegara, negara dan konstitusi,
demokrasi dan pendidikan demokrasi, HAM dan rule of law, Geopolitik
Indonesia dan Geostrategi Indonesia. Dalam UU Nomor12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi pasal 35 ayat (3) Juga mewajibkan mata kuliah
Kewarganegaraan disampaikan di Perguruan Tinggi. Dalam penjelasan pasal
35 ayat (3), dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan ”mata kuliah
kewarganegaraan” adalah pendidikan mencakup Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika untuk membentuk mahasiswa menjadi
warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Menurut Nu,man Somantri dalam dikti (2014:7), pendidikan
kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi
politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-
pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang
kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berfikir kritis, analitis,
bersikap, dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis

vi
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan
adalah mata kuliah wajib nasional yang harus diambil oleh seluruh mahasiswa
pada jenjang pendidikan diploma maupun sarjana.
Namun demikian, pendidikan kewarganegaraan harus disampaikan
dengan metode dan pendekatan yang bukan indoktrinasi melainkan dengan
metode yang memungkinkan daya kritis mahasiswa terhadap berbagai
persoalan bangsa. Pendidikan kewarganegaraan diberikan agar mahasiswa
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis, berkeadaban,
berdaya saing, disiplin dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional
guna mewujudkan tujuan nasional yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945.
Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi, PKn adalah mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-
kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang
cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
B. Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pendidikan Kewarganegaraan
Penelitian Tindakan Kelas merupakan solusi konkrit dan tepat dalam
menyelesaikan permasalahan belajar PKn. Secara umum dalam PTK seorang
guru harus menentukan model pembelajaran yang akan digunakan. Beragam
model pembelajaran yang bisa digunakan diantaranya, Jigsaw, Picture and
Picture, Problem Based Learning. Pemilihan model pembelajaran dalam PTK
harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan dan disesuaikan
dengan permasalahan yang akan dicari jalan keluarnya.
PTK sendiri biasanya dilaksanakan beberapa siklus sampai
permasalahan belajar benear-benar dapat diatasi dengan baik. PTK yang
berhasil ditandai dengan adanya perubahan dan peningkatan kualitas belajar.
Jika pembelajaran PKn dirasakan begitu-begitu saja berarti pelaksaan PTK
belum optimal dan perlu penambahan siklus bahkan dengan mengganti model
pembelajaran yang lebih relavan.

vii
Dalam pembelajaran di kelas, guru harus menyiapkan perencanaan yang
matang agar pelaksanaan pembelajaran menjadi efektif dan menghasilkan
penilaian yang sempurna. Dalam perencanaan, guru mempersiapkan silabus,
RPP, dan materi ajar. Persiapan ini bisa dilakukan sebelum ajaran baru dimulai
agar bisa mengantisipasi kemungkinan masalah yang terjadi. Kemudian dalam
pelaksanaan pembelajaran PKn, guru membagi ke dalam 3 segmen, yakni
kegiatan pendahuluan seperti mengucapkan salam, menanyakan kabar,
mempersiapkan absensi siswa, dan memimpin berdoa. Lalu kegiatan intiyang
ditandai dengan pembelajaran dua arah, guru memberikan stimulus berupa
pertanyaa-pertanyaan dan siswa memberikan respon atas stimulus yang
diberikan oleh guru. Dan ada semgem penutup berisi evaluasi guru terhadap
materi yang telah disampaikan. Evaluasi ini bisa berupa tanya jawab,
pemberian tugas, atau pengerjaan lembar kerja siswa.
Hal terpenting dalam tahap pelaksanaan pembelajaran adalah pemilihan
metode dan media yang tepat. Media pembelajaran dibuat sedemikian menarik
agar berhasil memancing fokus siswa. Media pembelajaran yang menarik untuk
dilihat dan enak didengar akan menambah motivasi belajar siswa, partisipasi
siswa, dan keaktipan siswa. Indikator dari siswa yang termotivasi dapat dilihat
dari jumlah kehadiran di kelas saat pelajaran PKn dan ketepatan waktu dalam
memasuki kelas. Jika siswa kebanyakan terlambat masuk kelas dapat
dipastikan siswa berusaha menghindar mata pelajaran PKn atau sekedar
mengulur-ulur waktu. Dalam hal keaktifan siswa, dapat terlihat bagaimana
respon dan perilaku siswa seperti menjawab salam, mengajukan pertanyaan
atau sekedar memberikan pendapat.
Beberapa masalah belajar PKn yang dialami siswa berdasarkan hasil
wawancara menyebutkan bahwa siswa mengalami penurunan motivasi belajar
karena rasa jenuh yang dihasilkan dari banyaknya materi. Lain halnya dengan
hasil wawancara guru, mayoritas menjawab bahwa permasalahan yang paling
umum adalah prestasi belajar hal ini terlihat dari hasil ulangan harian atau ujian

viii
akhir semester yang dilaksanakan menunjukan nilai PKn siswa berada di
bawah KKM atau kriteria ketuntasan minimal.
Jika dilhat dari karakteristik PKn sendiri, mata pelajaran ini sangat
berbeda dengan denga mata pelajaran lainnya, Adapun aspek-aspek kompetensi
dalam Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut:
1. Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge). Menyangkut
kemampuan kewarganegaraan akademik-keilmuan yang dikembangkan dari
berbagai teori atau konsep politik, hukum, dan moral. Dengan demikian,
mata pelajaran PKn merupakan bidang kajian multidisipliner. Secara
terperinci materi pengetahuan kewarganegaraan meliputi pengetahuan
tentang hak dan tanggung jawab warga negara, hak asasi manusia, prinsip-
prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah,
identitas nasional, pemerintah berdasarkan hukum dan peradilan yang
bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai-nilai dan norma-norma
dalam masyarakat. Pendidikan kewarganegaraan memuat tentang
pengetahuan kewarganegaraan yang berbasis kepada ilmu politik, hukum,
dan kewarganegaraan. Sehingga pendidikan kewarganegaraan menyajikan
sejumlah fakta, konsep, generalisasi, dan teori-teori yang dikembangkan
dari ilmu politik, hukum, dan kewarganegaraan. Pendidikan
kewarganegaraan hendaknya memperhatikan konsepkonsep kunci yang
dikembangkan lebih lanjut dalam generalisasi dan teori.
2. Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills).Keterampilan
kewarganegaraan merupakan keterampilan yang dikembangkan dari
pengetahuan kewarganegaraan, agar pengetahuan yang diperoleh menjadi
sesuatu yang bermakna dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang
lain, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi persoalan-persoalan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keterampilan kewarganegaraan
meliputi kemampuan intelektual (intellectual skills) dan keterampilan
berpartisipasi (participatory skillsdalam kehidupan berbangsa dan

ix
bernegara. Contoh keterampilan intelektual adalah keterampilan dalam
merespon berbagai persoalan politik, misalnya merancang dialog dengan
DPRD. Contoh keterampilan berpartisipasi adalah keterampilan
menggunakan hak dan kewajiban di bidang hukum, misalnya melapor
kepada polisi atas terjadinya kejahatan yang diketahui.
3. Watak Kepribadian Kewarganegaraan (Civic Disposition). Watak
Keperibadian Kewarganegaraan sesungguhnya merupkan dimensi yang
paling substantif dan essensial dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dapat dipandang sebagai "muara" dari pengembangan
kedua dimensi sebelumnya. Dengan memperhatikan visi, misi dan tujuan
mata pelajaran ini ditandai dengan penekanan pada dimensi watak,
karakter, sikap dan potensi lain yang bersifat afektif.
Berdasarkan temuan pembahasan di atas, maka kita dapat meyakini bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan formula yang tepat dalam mengatasi
permasalahan belajar khususnya pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan
C. Kajian Deskriptif dalam Kasus Masa Jabatan Presiden Tiga Periode dan
Implikasinya pada Kemunduran Demokrasi
Awal ditetapkannya demokrasi terpimpin sebagai sistem pemerintahan
di Indonesia yaitu dengan berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang
dikeluarkan oleh Presiden Soekarno. Demokrasi terpimpin adalah demokrasi
yang dijalankan pemerintah yang menganut sistem demokrasi dengan
meningkatkan otokrasi, atau dikenal dengan pemerintahan satu orang.
Walaupun Soekarno mengklaim bahwa pemerintahannya menganut sistem
demokrasi, namun dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara
kekuasaan masih sepenuhnya terpusat (centralized) pada diri Soekarno. Selaku
Presiden Indonesia, Bung Karno bahkan mempraktikkan pemerintahan yang
diktator dengan membubarkaan konstituante, PSI, dan Masyumi serta
meminggirkan lawan-lawan politiknya (Purnaweni, 2004).

x
Surat Perintah Sebelas Maret 1966 berisi mandate dari Presiden
Soekarno kepada Jenderal Soeharto untuk mengambil alih kepemimpinan
Negara untuk mengatasi keadaan yang tidak kondusif. Sejak saat itu Rezim
Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto berkuasa di Indonesia.
Pemerintahan Orde Baru berlangsung selama 32 tahun dari tahun 1966 hingga
1998.
Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat.
Namun, perkembangan tersebut juga diikuti dengan semaraknya praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pada pertengahan tahun 1997, Indonesia
terkena krisis keuangan dan ekonomi Asia, harga minyak, gas, dan komoditas
ekspor lainnya juga semakin jatuh. Krisis keuangan Asia paling buruk melanda
Indonesia jika dibandingkan dengan Negara Asia lain yang terkena dampaknya
karena di Indonesia tidak hanya terjadi krisis keuangan dan ekonomi, tetapi
terjadi juga krisis politik dan sosial yang sangat buruk. Kestabilan ekonomi dan
situasi politik yang buruk di Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru
memicu aksi demonstrasi yang dipimpin oleh para mahasiswa, meminta
pengunduran diri Presiden Soeharto.
Pengunduran diri Soeharto pada 21 Mei 1998 dapat diartikan sebagai
tanda berakhirnya Orde Baru, kemudian digantikan dengan lahirnya Era
Reformasi yang berlangsung hingga saat ini. Pada Era Reformasi, B. J. Habibie
dipilih oleh Soeharto untuk menjadi presiden ketiga Indonesia. Tahun 1998
merupakan babak baru dalam dinamika sistem politik di Indonesia, pada tahun
itulah tradisi demokrasi dalam segala aspek politik dimulai. Berakhirnya masa
jabatan Presiden Soeharto yang memerintah selama 32 tahun merupakan titik
balik sistem demokrasi yang ada di Indonesia. Setelahpemerintahan Orde Baru
tumbang akibat Reformasi 1998, perubahan besar-besaran terhadap sistem
politik di Indonesia terjadi. Salah satu perubahan tersebut ialah dilakukannya
amandemen terhadap UUD 1945 yang pastinya memberikan dampak
perubahan yang signifikan terhadap perpolitikan dan tata kelola Negara

xi
Republik Indonesia. Amandemen UUD 1945 pertamakali dilakukan dalam
sidan umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), amandemen diterapkan
terhadap 9 pasal yaitu pasal 5, pasal 7, pasal 9, pasal 13, pasal 14, pasal 15,
pasal 17, pasal 20, dan pasal 21.
Bunyi dari UUD 1945 pasal 7 sebelum adanya amandemen ialah
“Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun,
dan sesudahnya dapat dipilih kembali” diubah menjadi “Presiden dan Wakil
Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan setelahnya dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan”.
Perbedaan mencolok yang ada pada pasal 7 UUD 1945 sebelum diamandemen
dan setelah diamandemen, yaitu pada pasal 7 UUD 1945 yang telah
diamandemen terdapat pengaturan periode jabatan presiden maksimal dua
periode dengan jabatan yang sama. Adanya proses amandemen pada pasal 7
UUD 1945 membuat pelaksanaan Pemilihan Umum di Indonesia menjadi lebih
adil, jujur, dan berkala. Pergantian kekuasaan secara berkala merupakan
sesuatu yang sangat penting untuk menjaga keberlangsungan demokrasi,
mencegah terjadinya pemerintahan yang otoriter, dan meminimalisasi
penyelewengan dalam pemerintahan seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Penyelenggaraan pemilu yang sesuai dengan uud 1945. Bangsa
Indonesia merupakan satu kesatuan yang menjunjung keterbukaan di mana
semua warga yang sudah mempunyai hak memilih dalam menentukan untuk
memilih wakilnya di parlemen maupun pemimpin dalam penyelenggaraan
negara (Sardini, 2011). Terciptanya proses pemilihan umum berkaitan erat
dengan adanya sistem demokrasi. Konsep demokrasi menurut Abraham
Lincoln adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat
(democracy is government of the people, by the people, and for the people)
pengertian tersebut mngandung makna kekuasaan negara berada di tangan
rakyat dan pemerintahan dijalankan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam
mewujudkan pengertian tersebut maka pemilu dipercaya sebagai suatu wadah

xii
yang dapat menampung aspirasi rakyat, untuk mengangkat eksistensi rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi dalam negara. Dengan adanya
pemilihan umum dapat tercipta suasana kehidupan berbangsa dan bernegara
yang dapat melindungi hak-hak seluruh warga negara, dan mendorong
kreativitas setiap individu dalam berpartisipasi dalam membangun bangsanya
(Sulastomo, 2001).
Pengertian pemilu secara konseptual merupakan instrumen untuk
mewujudkan kedaulatan rakyat yang bermaksud membentuk pemerintahan
yang abash dan juga sarana mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan rakyat
(Tricahyono, 2001). Pemilu sebagai sarana untuk mewujudkan kedaulatan
rakyat sudah seharusnya dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, berkala,
rahasia, jujur, dan adil demi terwujudnya demokrasi yang menjunjung tinggi
kebebasan dan persamaan di hadapan hukum. Pengertian pemilu secara
operasional menurut Pratikno yaitu pemilu merupakan mekanisme politik
untuk mengkonversi suara rakyat menjadi wakil rakyar (Pratikno, 2004).
Pemilu merupakan sarana yang penting untuk rakyat karena dengan adanya
pemilu rakyat dapat memilih wakil-wakil mereka yang benar-benar akan
bekerja mewakili mereka dalam proses pembuatan kebijakan Negara (Reynold,
2001). Adapun fungsi dari pemilihan umum menurut Rose dan Mossawir
antara lain:
1. Menentukan pemerintahan secara langsung maupun tak langsung;
2. Sebagai wahana umpan balik antara pemilik suara dan pemerintah;
3. Barometer dukungan rakyat terhadap penguasa;
4. Sarana rekrutmen politik;
5. Alat untuk mempertajam kepekaan pemerintah terhadap tuntutan rakyat
(Rose & Mossawir, 2001).
Jika ditinjau makna pemilu dalam konteks negara hukum adalah bahwa
Indonesia yang merupakan Negara hukum yang berlandaskan pada Pancasila
dan UUD 1945 bermakna bahwa semua aktivitas dalam kehidupan bernegara

xiii
haruslah dapat dipertanggung jawabkan di hadapan hukum. Konsep Indonesia
sebagai negara hukum berintikan bahwa kekuasaan penguasa harus dibatasi
agar tidak ada tindakan sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Peraturan terkait
pemilu terdapat dalam Amandemen UUD 1945 dalam pasal 7 dan pasal 22E.
Dalam pasal 22E tersebut telah diatur bahwa pemilu dilaksanakan secara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali,
sedangkan dalam pasal 7 Amandemen UUD 1945 telah diatur lama masa
jabatan Presiden dan Wakil Presiden ialah lima tahun dan maksimal menjabat
dua periode dengan jabatan yang sama. Jadi sudah jelas adanya usulan
penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden tanpa adanya
urgensi yang jelas merupakan suatu tindakan melawan hukum dan konstitusi
yang berlaku di Indonesia serta tindakan yang berlawanan dengan prinsip
demokrasi yang berlaku.
Hubungan penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden
terhadap situasi demokrasi di indonesia. Dalam kehidupan berdemokrasi,
pemilu merupakan proses yang penting untuk memperbarui pemerintahan,
maksudnya karena pemilu digelar secara rutin sebagai sarana regenerasi
kepemimpinan untuk mencegah munculnya kepempinan yang otoriter. Melalui
pemilu rakyat dapat mengontrol dan menilai kinerja pejabat yang telah mereka
pilih dan jika rakyat menilai kinerja wakil rakyat yang mereka pilih buruk,
rakyat dapat memutuskan untuk tidak memilih mereka lagi pada pemilu
berikutnya. Dengan demikian, para pejabat pemerintahan yang menjadi
anggota badan legislatif dan yang menduduki jabatan eksekutif dapat diawasi
dan dikontrol oleh rakyat.
Rencana penundaan pemilu sesungguhnya telah melanggar konstitusi
sebagaimana dalam pasal 7 dan pasal 22E UUD 1945 yang memuat dua prinsip
yang harus ditaati, yaitu penghormatan terhadap hak sipil dan politik warga
negara serta pembatasan terhadap kekuasaan politik. Adanya usulan penundaan
pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden dapat menimbulkan berbagai

xiv
reaksi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Respon negatif yang diberikan
oleh masyarakat terhadap usulan tersebut dapat dilihat dari adanya aksi
demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa, juga beberapa akademisi dan
tokoh politik yang menyatakan bahwa usulan tersebut adalah sesuatu yang
tidak mencerminkan prinsip demokrasi dan tidak adanya urgensi untuk
melakukan penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden.
Apabila usulan-usulan tentang penundaan pemilu dan perpanjangan masa
jabatan presiden terus digaungkan oleh orang-orang berkuasa dan para pejabat
tinggi yang memiliki peranan penting dalam sistem pemerintahan, Indonesia
mungkin mengalami krisis sosial dan politik untuk kedua kalinya. Belajar dari
pengalaman pahit kehidupan demokrasi dan politik di Indonesia, pada masa
Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun, apabila tidak terjadi regenerasi
pemerintahan secara berkala dapat menyebabkan terjadinya kekuasaan
pemerintah yang otoriter dan memungkinkan terjadinya praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme. Stabilisasi sosial dan politik di negara yang menganut sistem
demokrasi merupakan wujud nyata dari terlaksananya sistem demokrasi
tersebut
D. Peran Teknologi dan Media Pembelajaran Bagi Siswa SD di Dalam
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran PKn sangatlah
penting karna bertujuan membina dan mengembangkan anak didik agar
menjadi warga negara yang baik di samping itu PKn mengajarkan untuk
memahami dan bisa melaksanakan hak dan kewajiban secara jujur dan
demokratis dalam kehidupannya sebagai warga negara yang terdidik yang
mana ini merupakan hal yang sangat mendasarkan dalam pelajaran PKn yang
mengajarkan tenggang rasa, toleransi dan bisa saling menghormati satu sama
lain.
Hasil penelitian ini juga menunjukan kurangnya minat belajar siswa
dalam pembelajaran PKn. Adapun kendala pembelajaran PKn yang di alami

xv
oleh siswa, Masih ada bebrapa siswa yang memandang pelajaran PKn sebagai
mata pelajaran yang bersifat teorotis dan konsep tual, Masih ada beberapa guru
di dalam mata pelajaran PKn Yang masih kesulitan untuk membuat siswa-
siswa aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran PKn di kelas, Sebagian
siswa yang mempunyai presepsi terhadap mata pelajaran PKn sebagai mata
pelajaran hafalan yang membuat siswa bosan, Sebagian guru masih banyak
yang mengguanakan metode ceramah yang menyebabkan siswa kurang tertarik
bahkan moton.
Melihat dari hasil ini kita membayangkan betapa kurang efektifnya
pembelajaran PKn di setiap sekolah, padahal di abad sekarang teknologi bisa
menjadi soslusi dalam pembelajran PKn, yang mana teknologi tersebut bisa
menjadi media dalam pembelajaran. Contohnya :
1. Gambar, yang mana pada umumnya gambar terdiri dari gambar grafis dan
gambar cetak, seperti lukisan atau foto yang menunjukan tampaknya suatu
benda , diagram yang menuliskan hubungan konsep, organisasi dan struktur
isi materi. Gambar memegang peranan yang sangat penting dalam proses
belajar yang mana dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat
ingatan gambar juga menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan
hubungan antara isi materi pelajaran dan dunia nyata. Contoh dalam
pembelajaran PKn seperti menunjukan gambar lambang pancasila,
2. Vidio, penggunaan media vidio dapat meningkat prestasi motivasi belajar
PKn yang mana kelebihan menggunakan media vidio yaitu menambah daya
tahan ingatan tentang objek belajar yang di pelajari. Manfat media vidio
dalam pembelajaran PKn yaitu dapat menampilkan gambar dan suara
secara bersamaan sehingga tidak hanya salah satu alat indra saja yang
bekerja untuk menangkap informasi dan vidio juga dapat menjadikan
materi yang sifat nya abstrak dapat di konkritkan sehingga siswa menjadi
antusias dan senang mengikuti pembelajaran. Contohnya menampilkan
vidio tentang sejarah atau pahlawan-pahlawan,

xvi
3. Power Point, merupakan suatu program yang mudah digunakan tetapi siswa
tidak akan bosan dan program tersebut biasannya sering dipakai dan
tersedia di sekolah-sekolah sehingga manfaat power point dapat dirasakan
langsung oleh guru dan siswa bahkan jika ada power point belajar siswa
bisa terfokus kepada power point tersebut. Contohnya beberapa materi yang
di desain secara menarik
4. Game Education, dirancang sesuai kebutuhan siswa dan guru yang di
kembangkan menghunakan sofware yaitu mikro media flash yang
kemudian di modifikasi menjadi bentuk tampilan visual bentuk tampilan
tersebut membuat siswa menarik karna tampilan media game education
tidak hanya berbentuk visual tetapi juga audio. Contohnya game mencari
gambar, game mencocokan gambar yang mana soal dan jawaban telah
dibedakan menurut tingkatannya,
5. Puzzel Kubus, puzzel kubus atau yang selalu ddisingkat dengan PUKU
yang merupakan jenis permainan puzzel yang di modifikasi dengan
memasukan materi pelajaran PKn yang menghususkan pada bagian
pengenalan pancasila dan nilainilainnya. Yang mana manfaat dari PUKU
ini dalah siswa cepat memahami materi dan memudahkan guru dala
memberikan melaksanakan pengajaran.Berdasarkan uraian di atas banyak
teknologi yang bisa kita gunakan dan sering kita jumpai, karna
pembelajaran menggunakan teknologi tidak hanya harus selalu
menggunakan proyektor buktinya dengan media gambar atau yang lainnya
dapat meninggkatkan minat belajar siswa. Dengan begitu kendala-kendala
yang sering terjadi dalam pembelajaran PKn dapat di minimalisir dan tidak
ada kata lagi membosankan saat mempelajari PKn.

xvii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulakan bahwa Penelitian
Tindakan Kelas mempunyai peranan penting dalam peningkatan mutu dan
penyelesaian masalah pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Beberapa
masalah pembelajaran PKn diantaranya rendahnya motivasi belajar, prestasi
siswa, partisipasi di kelas, dan keaktifan belajar. Semua permasalahan ini dapat
diselesaikan oleh guru dengan melaksanakan PTK. Secara umum pelaksanakan
pembelajaran PKn di sekolah harus terdiri dari tiga komponen yakni
perencanaan yang matang, pelaksaan, dan penilaian atau evaluasi. Ketiga
komponen ini harus terus dilaksanakan secara berkesinambungan agar menjadi
kebiasaan yang bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Demokrasi secara umum merupakan sistem pemerintahan yang segenap
rakyat turut serta memerintah dengan perantara wakil-wakil rakyat. Demokrasi
dapat menjadi suatu slogan yang sangat menggoda karena tampak menjanjikan
bentuk pemerintahan yang ideal, harmonis, dan menjunjung tinggi kebebasan
dalam hal berpendapat.
Teknologi digital menjadi sebuah kebutuhan pendidikan pada zaman
sekarang ini terutama dalam mata pelajaran PKn karena proses pembelajaran

xviii
PKn di maknai sebagai wahana pem bentukan jati diri dan cinta terhadap tanah
air melalui internalisasi atau personalisasi nilai agama dan budaya yang
melandasi nilai-nilai kemanusiaan, nilai politik, nilai ilmu pendidikan dan
teknologi, nilai seni, nilai ekonomi, dan nilai kesehatan yang merupakan
kegiatan dasar manusia dala rangka membangun wawasan warga negara
menjadi lebih baik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas untuk menciptakan pembelajaran PKn
yang efektif maka di sarankan agar guru lebih aktif sebagai inovator dan
motivator dalam berbagai kegiatan pembelajaran dan yang paling penting
menggunakan teknologi sesuai tuntutan zaman seperti gambar, vidio, power
poin, dan game education yang mana saran dari kami guru lebih menguasai
teknologi agar peajaran lebih menarik.

xix
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Heri, dkk. 2020. Peran Teknolongi dan Media Pembelajaran bagi
Siswa Sekolah Dasar di dalam Mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, Vol. 8, No 2.
Nurgiansah, T Heru, dkk. 2021. Penelitian Tindakan Kelas dalam Pendidikan
Kewarganegaraan. Jurnal Pendidikan PKn Pancasila & Kewarganegaraan
e-ISSN: 2723-0996, Vol. 2, No 1.
Sarira Datu, Beatrix, dkk. 2022. Kajian Deskriptif dalam Kasus Masa Jabatan
Presiden Tiga Periode & Implikasinya pada Kemunduran Demokrasi.
Jurnal Penelitian Pendidikan & Kewarganegaraan, Vol. 2, No 7, Hal. 1-6.

xx

Anda mungkin juga menyukai