Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Paradigma Baru PKN”


Mata Kuliah : Pengembangan Konsep PKN dii SD
Dosen Pengampu : Ikbal,S.Pd.,M.Pd

Oleh :

Dwi Amelia Putri 210407560018

KELAS 31 D

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI
MAKASSAR 2024
KATA PENGANTAR

Kami bersyukur atas bimbingan Allah SWT yang telah menyertai kami
dalam menyusun makalah ini. Kami juga ingin menyampaikan penghargaan yang
tulus kepada semua individu yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan
makalah ini, baik dengan ide-ide maupun materi yang diberikan.

Harapan kami adalah agar makalah ini tidak sekadar menjadi bahan
bacaan, tetapi juga memberikan manfaat yang signifikan bagi pembaca, dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, dan menghasilkan dampak positif
yang nyata.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas perhatian dan


kerjasama dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan kontribusi kecil dalam memperkaya pengetahuan
dan memberikan manfaat yang berarti bagi para pembaca.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3

PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan............................................3

B. Paradigma Lama dalam Pendidikan Kewarganegaraan............................6

C. Paradigma Baru dalam Pendidikan Kewarganegaraan.............................8

D. Tantangan dan Peluang Implementasi Paradigma Baru.............................11

BAB III..................................................................................................................13

PENUTUP.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) merupakan bagian integral dari


sistem pendidikan yang bertujuan untuk membentuk warga negara yang cerdas,
tanggap, dan bertanggung jawab terhadap negara dan masyarakatnya (Darmadi,
2020). Dalam konteks globalisasi dan dinamika sosial-politik yang terus
berkembang, pentingnya PKN sebagai wahana pembentukan karakter dan
kesadaran kewarganegaraan semakin diakui.
Latar belakang paradigma baru dalam PKN telah menjadi sorotan dalam
upaya menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan zaman. Seiring dengan
perubahan mendasar dalam struktur sosial, teknologi, dan tuntutan global,
paradigma lama dalam PKN dinilai perlu untuk direvisi agar relevan dan efektif
dalam mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan masa depan.
Tujuan makalah ini adalah untuk menyelidiki dan menganalisis paradigma
baru dalam PKN serta implikasinya terhadap sistem pendidikan. Melalui
pemahaman yang mendalam tentang konsep dan implementasi paradigma baru
dalam PKN, diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih baik
tentang bagaimana pendidikan kewarganegaraan dapat memainkan peran yang
lebih efektif dalam membentuk warga negara yang aktif, inklusif, dan berdaya
saing dalam masyarakat global.

1
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah untuk makalah tentang "Paradigma Baru dalam


Pendidikan Kewarganegaraan":

1. Bagaimana paradigma baru dalam pendidikan kewarganegaraan dapat


didefinisikan dan dibedakan dari paradigma lama?
2. Apa saja kritik terhadap paradigma lama dalam pendidikan
kewarganegaraan dan bagaimana paradigma baru merespons kritik tersebut?
3. Bagaimana paradigma baru dalam pendidikan kewarganegaraan
mempengaruhi perubahan dalam kurikulum dan pendekatan pengajaran?
4. Apa saja tantangan utama yang dihadapi dalam mengimplementasikan
paradigma baru dalam pendidikan kewarganegaraan, dan bagaimana cara
mengatasinya?
5. Bagaimana contoh kasus atau inisiatif di beberapa negara menggambarkan
implementasi paradigma baru dalam pendidikan kewarganegaraan, dan apa
evaluasi terhadap keberhasilan implementasi tersebut?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengidentifikasi dan menganalisis perubahan paradigma dalam pendidikan


kewarganegaraan untuk memahami bagaimana paradigma baru
memengaruhi kurikulum dan pendekatan pengajaran.
2. Membahas tantangan dan peluang dalam mengimplementasikan paradigma
baru dalam pendidikan kewarganegaraan serta merumuskan strategi untuk
mengatasi tantangan tersebut.
3. Memberikan contoh kasus atau inisiatif di berbagai negara untuk
mengilustrasikan bagaimana paradigma baru dalam pendidikan
kewarganegaraan dapat diimplementasikan dengan sukses dan menganalisis
evaluasi terhadap keberhasilan implementasi tersebut.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan

1. Definisi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan adalah landasan filosofis
yang membentuk kerangka kerja untuk pendidikan yang bertujuan
menghasilkan warga negara yang aktif, berpartisipasi, dan bertanggung jawab
dalam kehidupan masyarakat (Pangalila, 2017). Definisi Pendidikan
Kewarganegaraan menyoroti upaya sistematis dalam membentuk kesadaran,
pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan oleh individu untuk menjadi
warga negara yang berdaya, baik dalam konteks lokal maupun global.
Pendidikan Kewarganegaraan bukan hanya tentang memahami hak dan
kewajiban sebagai warga negara, tetapi juga tentang pengembangan
kemampuan untuk berpikir kritis, berkomunikasi efektif, dan berperilaku etis
dalam berbagai situasi sosial dan politik.
Menurut (Aulia & Arpannudin, 2019) tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan mencakup berbagai aspek yang dirancang untuk
mempersiapkan individu menjadi anggota masyarakat yang terlibat secara aktif
dan bertanggung jawab. Salah satu tujuannya adalah untuk membentuk
pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi
manusia, keadilan sosial, dan pluralisme dalam masyarakat. Melalui
pendidikan kewarganegaraan, individu diharapkan dapat mengembangkan
sikap inklusif, menghargai keragaman, dan berpartisipasi dalam proses
demokratis untuk mencapai perubahan yang positif dalam masyarakat.
Selain itu, tujuan Pendidikan Kewarganegaraan juga mencakup
pengembangan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir kritis yang
diperlukan untuk berpartisipasi dalam dialog dan perdebatan yang konstruktif.
Ini termasuk kemampuan untuk mengevaluasi informasi dengan kritis,
memahami berbagai sudut pandang, dan mengambil keputusan yang
berdasarkan pada nilai-nilai demokratis dan kemanusiaan. Selain itu,
pendidikan

3
kewarganegaraan juga bertujuan untuk membangun komitmen terhadap
perdamaian, keadilan, dan keberlanjutan dalam konteks lokal dan global.
Dalam era globalisasi dan kompleksitas sosial yang semakin meningkat,
Pendidikan Kewarganegaraan juga memiliki tujuan untuk mempersiapkan
individu untuk mengatasi tantangan-tantangan kompleks yang dihadapi oleh
masyarakat modern. Ini meliputi pemahaman tentang isu-isu global seperti
perubahan iklim, perdagangan internasional, konflik bersenjata, dan
ketimpangan ekonomi, serta kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya
pemecahan masalah ini secara kolektif.
James A. Banks merupakan seorang ahli dalam bidang
multikulturalisme dan pendidikan global. Menurutnya, Pendidikan
Kewarganegaraan harus berfokus pada pengembangan kesadaran budaya,
penghargaan terhadap keragaman, dan pembentukan identitas
kewarganegaraan yang inklusif di tengah-tengah masyarakat yang
multikultural (Mania, 2010). Sedangkan menurut Nussbaum adalah seorang
filsuf yang terkenal dengan karyanya tentang pendidikan untuk pembangunan
manusia. Menurutnya, Pendidikan Kewarganegaraan seharusnya membantu
siswa mengembangkan kemampuan untuk berpikir secara kritis, berempati
terhadap orang lain, dan bertindak secara moral dalam konteks masyarakat
yang kompleks dan beragam.

2. Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Masyarakat Modern


Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam masyarakat modern sangat
penting karena mencakup berbagai aspek yang berkaitan dengan pembentukan
warga negara yang aktif, berpartisipasi, dan bertanggung jawab dalam proses
demokrasi dan kehidupan sosial. Berikut adalah beberapa peran penting
Pendidikan Kewarganegaraan dalam masyarakat modern:
a) Membentuk Kesadaran Kewarganegaraan: Pendidikan Kewarganegaraan
membantu mengembangkan kesadaran akan hak, kewajiban, dan
tanggung jawab sebagai warga negara dalam sebuah negara. Ini
melibatkan pemahaman tentang sistem politik, struktur pemerintahan,
serta hak dan kewajiban dalam masyarakat.

4
b) Mendorong Partisipasi Demokratis: Melalui Pendidikan
Kewarganegaraan, individu diajarkan pentingnya berpartisipasi dalam
proses demokrasi, seperti pemilihan umum, diskusi publik, dan kegiatan
politik lainnya. Ini membantu memperkuat fondasi demokratis
masyarakat dan memastikan keterlibatan aktif warga negara dalam
pembuatan keputusan politik.
c) Mengembangkan Keterampilan Sosial dan Berpikir Kritis: Pendidikan
Kewarganegaraan membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial,
seperti kerjasama, komunikasi efektif, dan empati terhadap orang lain.
Selain itu, pendidikan ini juga mendorong pengembangan keterampilan
berpikir kritis untuk mengevaluasi informasi, memahami perspektif yang
berbeda, dan membuat keputusan yang informasional dan reflektif.
d) Memperjuangkan Keadilan Sosial dan Hak Asasi Manusia: Pendidikan
Kewarganegaraan memberikan pemahaman tentang prinsip-prinsip
keadilan sosial, hak asasi manusia, dan pluralisme dalam masyarakat
modern. Ini mendorong siswa untuk memperjuangkan kesetaraan,
keadilan, dan penghargaan terhadap keragaman dalam masyarakat.
e) Menyediakan Pengetahuan tentang Isu-isu Global: Pendidikan
Kewarganegaraan juga membantu siswa memahami isu-isu global yang
relevan, seperti perubahan iklim, perdagangan internasional, konflik
bersenjata, dan kemiskinan. Hal ini mempersiapkan mereka untuk
berperan sebagai warga dunia yang bertanggung jawab dan berkontribusi
dalam upaya pemecahan masalah global (Gunawan & Najicha, 2022).
Dengan demikian, Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran yang
krusial dalam membentuk individu yang memiliki kesadaran kewarganegaraan
yang kuat, berpartisipasi aktif dalam proses demokratis, dan memiliki
kemampuan untuk beradaptasi dan berkontribusi dalam masyarakat modern
yang kompleks dan beragam.

5
B. Paradigma Lama dalam Pendidikan Kewarganegaraan

1. Karakteristik dan Kritik Paradigma Lama

Paradigma lama dalam Pendidikan Kewarganegaraan sering kali


ditandai dengan pendekatan yang bersifat transmisi pengetahuan, di mana
siswa lebih banyak menerima informasi tentang struktur politik, hukum, dan
nilai-nilai kewarganegaraan dari guru atau buku teks tanpa banyak ruang untuk
diskusi atau refleksi (Giwangsa, 2018). Karakteristik utama dari paradigma ini
adalah orientasi pada pengetahuan faktual dan formalitas dalam penyampaian
materi, sering kali tanpa mengaitkannya dengan konteks kehidupan nyata
siswa. Dalam paradigma lama ini, pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
sering kali bersifat pasif, di mana siswa dianggap sebagai "penerima"
pengetahuan yang harus menghafal informasi tanpa benar-benar memahami
relevansinya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Guru cenderung berperan
sebagai sumber utama informasi dan pengetahuan, sedangkan siswa memiliki
sedikit kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran
atau mengembangkan keterampilan kewarganegaraan yang aktif.

Kritik terhadap paradigma lama dalam Pendidikan Kewarganegaraan


banyak berasal dari kegagalan pendekatan tersebut dalam mempersiapkan
siswa untuk menjadi warga negara yang aktif dan berpikiran kritis. Para
kritikus menyoroti bahwa pendekatan yang bersifat pasif dan transmisif tidak
mampu membentuk sikap, nilai, atau keterampilan yang diperlukan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat yang demokratis dan beragam. Selain itu,
kritik juga ditujukan pada kurangnya relevansi materi yang diajarkan dengan
kehidupan sehari-hari siswa serta ketidakmampuan paradigma lama untuk
mengakomodasi perubahan sosial, politik, dan teknologi yang terjadi dalam
masyarakat modern. Keterbatasan dalam pendekatan ini juga memunculkan
kekhawatiran tentang kurangnya inklusivitas terhadap keragaman budaya,
politik, dan sosial dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

6
2. Kelemahan dan Kelebihan Paradigma Lama dalam Menghadapi
Tantangan Zaman
a) Kelemahan paradigma lama dalam menghadapi tantangan zaman
termasuk:
 Keterbatasan dalam Pengembangan Keterampilan Aktif: Paradigma
lama cenderung mempromosikan pendekatan yang bersifat pasif
dalam pembelajaran, yang menghambat pengembangan keterampilan
aktif seperti berpikir kritis, berkomunikasi efektif, dan berpartisipasi
dalam proses pengambilan keputusan. Ini tidak lagi memadai dalam
menghadapi tantangan zaman yang membutuhkan warga negara
yang proaktif dan berdaya.
 Kurangnya Relevansi dengan Kehidupan Nyata: Kebanyakan
paradigma lama cenderung fokus pada pengetahuan faktual tanpa
mengaitkannya dengan konteks kehidupan nyata siswa. Hal ini
membuat pembelajaran kurang relevan dan sulit bagi siswa untuk
mengaitkan konsep-konsep yang dipelajari dengan pengalaman
mereka dalam kehidupan sehari-hari.
 Tidak Mengakomodasi Keragaman: Paradigma lama dalam
Pendidikan Kewarganegaraan sering kali tidak mampu
mengakomodasi keragaman budaya, politik, dan sosial dalam
masyarakat. Ini dapat menyebabkan ketidaktermasukan siswa dari
latar belakang yang berbeda dan tidak mampu mempersiapkan
mereka untuk berinteraksi dalam masyarakat yang semakin global
dan beragam.
b) Kelebihan paradigma lama adalah:
 Memiliki Struktur yang Terorganisir: Paradigma lama sering kali
memiliki struktur yang terorganisir dengan jelas, yang
memungkinkan penyampaian materi yang sistematis dan terstruktur
kepada siswa. Hal ini dapat membantu siswa memahami konsep-
konsep dasar tentang kewarganegaraan dengan lebih baik.

7
 Menyediakan Fondasi Pengetahuan yang Penting: Meskipun
pendekatan yang bersifat transmisi pengetahuan memiliki
kelemahan, pendekatan ini masih dapat memberikan fondasi
pengetahuan yang penting tentang sistem politik, hak asasi manusia,
dan nilai-nilai demokrasi kepada siswa.
 Memiliki Peran Penting dalam Sejarah Pendidikan: Paradigma lama
telah menjadi bagian integral dari sejarah pendidikan
kewarganegaraan dan telah memberikan kontribusi penting dalam
membentuk pemahaman kita tentang kewarganegaraan. Meskipun
paradigma ini harus diperbarui, pengetahuan dan pengalaman dari
pendekatan ini tetap menjadi landasan yang berharga dalam
pembelajaran kewarganegaraan (Setiawan, 2013)

C. Paradigma Baru dalam Pendidikan Kewarganegaraan

1. Karakteristik dan Landasan Filosofis Paradigma Baru

Paradigma baru dalam Pendidikan Kewarganegaraan menandai


pergeseran dari pendekatan tradisional yang bersifat transmisi pengetahuan
menuju pendekatan yang lebih holistik dan interaktif. Salah satu karakteristik
utama paradigma baru adalah penekanan pada pengembangan keterampilan
aktif dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Pendekatan ini menggeser
fokus dari sekadar menghafal informasi menuju pemberdayaan siswa untuk
berpikir kritis, berkomunikasi efektif, dan berpartisipasi dalam proses
pembelajaran yang berbasis diskusi dan kolaborasi. Dengan demikian,
paradigma baru ini menempatkan siswa sebagai subjek aktif dalam
pembelajaran, bukan hanya sebagai objek pasif yang menerima pengetahuan
dari guru.

Menurut (Supriatin & Nasution, 2017) filosofis paradigma baru dalam


Pendidikan Kewarganegaraan mencakup pemahaman yang lebih luas tentang
pendidikan sebagai alat untuk transformasi sosial dan pembangunan
kewarganegaraan yang inklusif. Para pendukung paradigma baru ini
mendasarkan pendekatannya pada prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi

8
manusia,

9
keadilan sosial, dan pluralisme. Mereka percaya bahwa pendidikan
kewarganegaraan harus menjadi wahana untuk membangun pemahaman yang
mendalam tentang nilai-nilai demokratis dan meningkatkan partisipasi aktif
dalam masyarakat yang demokratis. Pendekatan baru dalam mengintegrasikan
Pendidikan Kewarganegaraan dalam kurikulum lebih menekankan pada
pembelajaran yang kontekstual dan relevan dengan kehidupan nyata siswa. Ini
mencakup penggunaan studi kasus, simulasi, permainan peran, proyek
kolaboratif, dan pengalaman langsung di masyarakat sebagai metode
pembelajaran. Dengan memadukan berbagai strategi pembelajaran yang
berpusat pada siswa, paradigma baru ini bertujuan untuk menciptakan
pengalaman belajar yang menarik dan bermakna, yang mendorong siswa untuk
memahami konsep-konsep kewarganegaraan dalam konteks yang lebih luas
dan relevan.

Selain itu, pendekatan baru ini juga menekankan pentingnya kolaborasi


antara sekolah, keluarga, dan komunitas dalam pendidikan kewarganegaraan.
Dengan melibatkan berbagai pihak yang terlibat dalam proses pendidikan,
paradigma baru ini berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang
mendukung dan merangsang perkembangan kewarganegaraan siswa di luar
lingkungan kelas. Dengan demikian, paradigma baru dalam Pendidikan
Kewarganegaraan mencoba untuk mengatasi kelemahan pendekatan tradisional
dengan menyediakan pengalaman pembelajaran yang lebih berarti, inklusif,
dan relevan bagi siswa dalam persiapan mereka menjadi warga negara yang
aktif dan berdaya.

2. Kelemahan dan Kelebihan Paradigma Baru dalam Pendidikan


Kewarganegaraan
a) Kelemahan dari paradigma baru dalam Pendidikan Kewarganegaraan
mungkin termasuk:
 Kesulitan Implementasi: Paradigma baru seringkali memerlukan
perubahan signifikan dalam pola pikir dan praktik pengajaran, yang
dapat menimbulkan tantangan dalam implementasinya. Guru

1
mungkin memerlukan pelatihan tambahan dan waktu untuk
menyesuaikan diri dengan pendekatan baru ini, dan beberapa sekolah
atau sistem pendidikan mungkin tidak memiliki sumber daya yang
cukup untuk mendukung perubahan tersebut.
 Keterbatasan Sumber Daya: Pendekatan yang lebih interaktif dan
berbasis proyek dalam paradigma baru sering membutuhkan lebih
banyak sumber daya, baik dalam hal waktu, uang, atau fasilitas.
Sekolah yang memiliki keterbatasan sumber daya mungkin
mengalami kesulitan dalam menerapkan pendekatan baru ini secara
menyeluruh, yang dapat mengakibatkan ketidaksetaraan dalam
pengalaman pembelajaran antara berbagai lingkungan pendidikan.
 Evaluasi yang Tidak Tepat: Pengukuran keberhasilan dalam
pendekatan baru ini mungkin menjadi tantangan. Kriteria evaluasi
yang lebih tradisional, seperti ujian standar atau tes tertulis, mungkin
tidak sepenuhnya mencerminkan kemajuan siswa dalam
pengembangan keterampilan kewarganegaraan yang lebih luas,
seperti berpikir kritis atau berpartisipasi dalam masyarakat.
b) Di sisi lain, beberapa kelebihan dari paradigma baru dalam Pendidikan
Kewarganegaraan meliputi:
 Pemberdayaan Siswa: Paradigma baru menempatkan siswa sebagai
subjek aktif dalam pembelajaran, memungkinkan mereka untuk
mengambil peran yang lebih besar dalam pengembangan
pemahaman dan keterampilan kewarganegaraan mereka. Ini dapat
meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran.
 Relevansi yang Lebih Besar: Pendekatan yang berbasis proyek dan
kontekstual dalam paradigma baru memastikan bahwa materi
pembelajaran lebih terkait dengan kehidupan nyata siswa. Hal ini
dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran
kewarganegaraan, karena mereka dapat melihat relevansi dan arti
penting dari apa yang mereka pelajari.

1
 Pengembangan Keterampilan Kewarganegaraan yang Lebih
Komprehensif: Paradigma baru cenderung lebih efektif dalam
mengembangkan keterampilan kewarganegaraan yang kompleks,
seperti berpikir kritis, berkomunikasi efektif, dan berkolaborasi
dengan orang lain. Ini mempersiapkan siswa dengan lebih baik untuk
berpartisipasi dalam masyarakat yang demokratis dan kompleks
(Wiyono, 2012).

D. Tantangan dan Peluang Implementasi Paradigma Baru

1. Tantangan dalam implementasi paradigma baru dalam Pendidikan


Kewarganegaraan
a) Perubahan Budaya Institusi: Implementasi paradigma baru
memerlukan perubahan dalam budaya institusi pendidikan, termasuk
pola pikir guru, manajemen sekolah, dan kebijakan pendidikan.
Mengubah praktik yang telah mapan dalam waktu yang lama dapat
menimbulkan resistensi dan membutuhkan komitmen yang kuat dari
semua pihak terkait.
b) Pelatihan dan Pengembangan Profesional: Guru mungkin memerlukan
pelatihan tambahan dan pengembangan profesional untuk mengadopsi
pendekatan baru dalam pembelajaran. Kurangnya sumber daya atau
akses terhadap pelatihan yang relevan dapat menjadi hambatan dalam
mengimplementasikan paradigma baru dengan efektif.
c) Keterbatasan Sumber Daya: Implementasi paradigma baru mungkin
membutuhkan investasi tambahan dalam sumber daya fisik, teknologi,
dan personil. Sekolah atau sistem pendidikan dengan anggaran yang
terbatas mungkin menghadapi tantangan dalam menyediakan
infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung pendekatan baru
dalam pembelajaran.

2. Sementara itu, peluang dalam implementasi paradigma baru dalam


Pendidikan Kewarganegaraan

1
a) Peningkatan Keterlibatan Siswa: Pendekatan baru yang menekankan
pada partisipasi aktif siswa dapat meningkatkan keterlibatan mereka
dalam pembelajaran dan memberikan mereka rasa memiliki terhadap
proses pendidikan. Ini dapat menghasilkan pengalaman belajar yang
lebih bermakna dan relevan bagi siswa.
b) Pengembangan Keterampilan Kewarganegaraan yang Komprehensif:
Paradigma baru cenderung lebih efektif dalam mengembangkan
keterampilan kewarganegaraan yang kompleks, seperti berpikir kritis,
berkomunikasi efektif, dan berkolaborasi dengan orang lain. Ini dapat
membantu siswa menjadi lebih siap untuk berpartisipasi dalam
masyarakat yang demokratis dan kompleks.
c) Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran: Teknologi dapat menjadi
alat yang berguna dalam mendukung implementasi paradigma baru,
dengan menyediakan akses terhadap sumber daya pembelajaran yang
kaya dan beragam serta memungkinkan kolaborasi dan komunikasi
antara siswa dan guru di luar ruang kelas.
Dengan demikian, sementara implementasi paradigma baru dalam
Pendidikan Kewarganegaraan menghadapi tantangan yang nyata, ada juga
peluang besar untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa dan
mempersiapkan mereka dengan lebih baik untuk berpartisipasi dalam
masyarakat yang demokratis dan beragam (Maksum, 2016).

1
BAB III

PENUTUP

Implementasi paradigma baru dalam Pendidikan Kewarganegaraan


menawarkan peluang besar untuk memperbaiki pengalaman belajar siswa dan
mempersiapkan mereka untuk berpartisipasi dalam masyarakat yang demokratis
dan kompleks. Meskipun menghadapi tantangan seperti perubahan budaya
institusi, keterbatasan sumber daya, dan kebutuhan akan pelatihan guru yang
relevan, pelaksanaan pendekatan baru ini dapat meningkatkan keterlibatan siswa,
mengembangkan keterampilan kewarganegaraan yang komprehensif, dan
memanfaatkan teknologi sebagai alat pembelajaran yang efektif. Dengan
komitmen yang kuat dari semua pihak terkait, paradigma baru dalam Pendidikan
Kewarganegaraan memiliki potensi untuk membentuk warga negara yang aktif,
berpikiran kritis, dan bertanggung jawab dalam masyarakat modern.

1
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, S. S., & Arpannudin, I. (2019). Pendidikan kewarganegaraan dalam lingkup


sosio-kultural pendidikan non-formal. Jurnal Civic Education: Media Kajian
Pancasila Dan Kewarganegaraan, 3(1), 1–12.

Darmadi, H. (2020). Apa mengapa bagaimana pembelajaran pendidikan moral


pancasila dan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKn): konsep
dasar strategi memahami ideologi pancasila dan karakter bangsa. An1mage.

Giwangsa, S. F. (2018). Pentingnya Pendidikan Moral dalam Pendidikan


Kewarganegaraan. MADROSATUNA: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, 1(1), 26–40.

Gunawan, R. Z., & Najicha, F. U. (2022). Peran Pendidikan Kewarganegaraan


Dalam Membangun Karakter Moral Pelajar di Era Modern. Jurnal
Kewarganegaraan, 6(1), 422–427.

Maksum, H. (2016). Peran Pendidikan Kewarganegaraan di Era Globalisasi


Dalam Menumbuhkan Semangat Nasionalisme. PIONIR: Jurnal Pendidikan,
5(2).

Mania, S. (2010). Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Pembelajaran.


Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, 13(1), 78–91.

Pangalila, T. (2017). Peningkatan civic disposition siswa melalui pembelajaran


Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Setiawan, F. (2013). Kemampuan Guru Melakukan Penilaian Dalam


Pembelajaran Melalui Internalisasi Nilai Kejujuran Pada Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Jupiis: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial,
5(2).

Supriatin, A., & Nasution, A. R. (2017). Implementasi pendidikan multikultural


dalam praktik pendidikan di Indonesia. Elementary, 3(1), 1–13.

Wiyono, H. (2012). Pendidikan karakter dalam bingkai pembelajaran di sekolah.


CIVIS: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Dan Pendidikan Kewarganegaraan, 2(2).
1
1

Anda mungkin juga menyukai