Anda di halaman 1dari 139

CRITICAL BOOK REPORT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah
Pendidikan PKn Kelas Tinggi

Dosen Pengajar :
Paska Sriulina Tarigan, M.Pd

Nama : Rosin
Naibaho
Npm : 2005030105
Kelas : 2B21
Mata Kuliah : Pendidikan
PKn kelas Tinggi
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU KEPENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN
SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS QUALITY
2022
Kata Pengantar
Puji syukur saya ucapkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat dan RahmatNya
sehingga Tugas Critical Book
Report yang saya kerjakan untuk
memenuhi tugas Pendidikan PKn
Kelas Tinggi ini dapat tersusun
hingga selesai. Tidak lupa juga saya
mengucapakan terima kasih kepada
Ibu Dosen yang sudah memberikan
tugas ini.
Saya menyadari masih
banyak kekurangan dalam tugas ini.
Oleh sebab itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi penyempurnaan
tugas ini.
Akhir kata saya ucapkan
terima kasih semoga dapat
bermaanfaat dan dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca.

Medan, 20 Juni 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Critical book report
adalah laporan yang
bertujuan untuk mengetahui
isi buku, tetapi lebih
meitikberatkan pada evaluasi
(penjelasan, interpretasi, dan
analisis) kita mengenai
keunggulan dan kelemahan
buku, apa yang menarik dari
buku tersebut dan bagaimana
isi buku tersebut bisa
mempengaruhi cara berpikir
kita dan menambah
pemahaman kita terhadap
suatu bidang kajian tertentu.
Sehingga critical book report
ini merupakan suatu proses
yang dilakukan untuk
mencari kelebihan dan
kelemahan buku.
Untuk mengulas
sebuah buku, kita dapat
memperolehnya dengan
membaca terlebih dahulu
buku yang akan dikritik.
Dengan adanya critical book
report ini, mahasiswa dapat
menambah pemahaman
tentang materi ini dan mampu
berfikir lebih kritis maupun
sistematis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana identitas buu
tersebut ?
2. Bagaimana ringkasan dari
setiap bab buku tersebut ?
3. Apakah kelebihan dan
kekurangan dari buku
tersebut ?

C. Tujuan Critical book


report
Adapun tujuan critical book
ini untuk menganalisis satu
buku materi dengan cara
mereview dan mengkritiknya,
serta untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan isi
buku. Critical book ini juga
bertujuan untuk melatih diri
untuk berpikir kritis dalam
mencari informasi dari buku
tersebut.
BAB II
INTISARI BUKU
A. Identitas Buku
Buku Kritik
Judul Buku : Pendidikan
Kewarganegaraan Kelas Tinggi
Penulis : Dr. Ulfah
Sari Rezeki, M.Pd
Juniko Esra
Tarigan, S.Pd., M.Pd
Ukuran Buku : A5 : 21 cm x
14.8 cm
Penerbit :-
Tahun Terbit :-

B. Ringkasan Isi Buku


1. BAB 1 PARADIGMA
BARU PKN DI SD
A. Paradigma Baru Pkn
Yang dimaksud
dengan paradigm adalah
kerangka piker yang
dibangun sebagai
landasan dalam
mengembangkan dan
memberi bentuk
konseptual baru pkn.
Paradigma berarti juga
suatu model atau
rancang-bangun pikiran
yang dugunakan dalam
pendidikan
kewarganegraan di
Indonesia.
Dalam proses
perjalanan bangsa
Indonesia menuju
masyarakat madani, yakni
masyarakat bangsa dan
Negara yang berpijak dari
dan bermuara pada
konsep dan nilai
Pancasila dan UUD 1945,
pendidikan
kewarganegaraan sebagai
salah satumuatan
kurikulum pendidikan
dasar, pendidikan
menengah, dan
pendidikan tinggi, perlu
menyesuaikan diri secara
adptif dan koheren
dengan kebutuhan dan
tuntutan masyarakat yang
selalu berubah.
Pada hakikatnya
proses pembangunan
karakter bangsa harus
dengan sengaja
dimaksudkan untuk
membangun masyarakat
bangsa dan Negara
Indonesia yang
demokratis, religious,
beradab, bersatu, dan
berkeadilan sosial. Dalam
proses itulah,
pembangunan
karakterdan bangsa harus
disikapi dan diperlakukan
sebagai kebutuhan yang
sangat mendesak yang
secara konseptual dan
programatik memerlukn
pola pemikiran atau
paradigm baru.
Misi Pkn dengan
paradigmma barunya
adalah mengembangkan
pendidikan demokrasi
yang secara psiko-
pedagogis dan sosio-
androgogis berfungsi
mengembangkan tiga
karakteristik pokok warga
Negara yang demokratis,
yakni civic intelligence
atau kecerdasan warga
Negara, civic
responsibility atau
tanggung jawab warga
Negara dan civic
participation atau
partisipasi warga.
Dengan demikian
paradigm baru Pkn secara
konseptual dan
programatik bersifat
multidimensional.
B. Visi dan Misi
Pendidikan
Kewarganegaran
Citizenship education
memiliki visi sosio-
pedagogis mendidik
warga Negara yang
demokratis dalam konteks
yang lebih luas, yang
mencakup konteks
pendidikan formal dan
pendidikan non-formal,
seperti yang secara
konsisten diterapkan di
inggris raya (QCA: 1998;
David Kerr: 1999).
Menurut Winataputra
(2001), visi pendidikan
kewarganegaraan dalam
arti luas, yakni sebagai
sistem pendidikan
kewarganegaraan yang
berfungsi dan berperan
sebagai program
kurikuler dalam konteks
pendidikan formal dan
non-formal, program aksi
sosial-kultural dalam
konteks kemasyarakatan,
dan sebagai bidang kajian
ilmiah dalam wacana
pendidikan disiplin ilmu
pengetahuan sosial.
Pendidikan
kewarganegaraan sebagai
suatu bentuk kajian lintas
– bidang keilmuwan ini
pada dasarnya telah
memenuhi kriteria dasar 0
formal suatu displin,
yakni mempunyai
community of scholars, a
body of thinking,
speaking, and writing; a
method of approach to
knowledge dan mewadahi
tujuan masyarakat dan
warisan sistem nilai.
Dalam konteks proses
menuju Indonesia baru
dengan konsepsi
masyaraka madani
sebagai tatanan ideal
sosio kulturalnya, maka
pendidikan
kewarganegaraan
mengemban misi: sosio
pedagogis, sosio kultural,
dan substantive akademis
(Winataputra, 2001).
Perwujudan ketiga misi
tersebut akan
memfasilitasi pengemban
pendidikan
kewarganegraan sebagai
proto science menjadi
disiplin baru dan dalam
waktu bersamaan secara
sinergistik akan dapat
meningkatkan kualitas isi
dan proses pendidikan
kewarganegaraan sebagai
program kurikuler
pendidikan demokrasi
dan kegiatan sosio-kultural
dalam konteks makro
pendidikan nasional.
C. Tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan di SD
Tujuan Pendidikan
Kewarganegaraan adalah
mendidik warga Negara
yang balk, yakni: (1) peka
terhadap informasi baru
yang dijadikan
pengetahuan dalam
kehidupannya; (2) warga
negara yang
berketerampilan, (a) peka
dalam menyerap
informasi; (b)
mengorganisasi dan
menggunakan informasi;
(c) membina pola
hubungan interpersonal
dan partisipasi sosial; (3)
warga Negara yang
memiliki komitmen
terhadap nilai-nilai
demokrasi, yang
disyaratkan dalam
membangun suatu tatanan
masyarakat yang
demokratis dan beradab.
Membuka diskusi dan
dialog yakni perbedaan
dan pandangan serta
perilaku merupakan
realitas empirik yang
pasti terjadi di tengah
komunitas warganegara,
apalagi di tengah
komunitas masyarakat
yang plural dan
multietnik. Untuk
meminimalisasi konflik
yang ditimbulkan dari
perbedaan tersebut, maka
membuka ruang untuk
berdiskusi dan berdialog
merupakan salah satu
solusi yang bisa
digunakan. Oleh
karenanya, sikap
membuka dir untuk
dialog dan diskusi
merupakan salah satu ciri
sikap warga Negara yang
demokrat.
Bersikap terbuka yang
merupakan bentuk
penghargaan terhadap
kebebasan sesama
manusia, termasuk rasa
menghargai terhadap hal-
hal yang mungkin asing.
Rasional, yaitu memiliki
kemampuan untuk
mengambil keputusan
secara bebas dan rasional
adalah sesuatu hal yang
harus dilakukan. Adil
adalah menempatkan
sesuatu secara
proporsional. Tidak ada
tujuan baik yang patut
diwujudkan dengan cara-
cara yang tidak adil.
Jujur, yaitu memiliki
sikap dan sifat yang jujur
bagi warga negara
merupakan suatu yang
niscaya. Kejujuran
merupakan kunci bagi
terciptanya keselarasan
diri keharmonisan
hubungan antar warga
negara. Sikap jujur biasa
diterapkan di segala
sektor, baik politik, sosial
dan sebagainya.
Kejujuran politik adalah
bahwa kesejahteraan
warga sebagai tujuan
utama.
Realitas di lapangan
menunjukkan tujuan
pendidikan
kewarganegaraan belum
tercapai karena,
pembelajaran PKn di
Indonesia hingga saat ini
masih... didominasi
sistem konvensional,
sehingga penerapan
pembelajaran yang
berorientasi pada konsep
"contextualized multiple
intelligence" masih jauh
dari harapan.
Pembelajaran belum
mampu mengembangkan
civic knowledge, civic
skills dan civic
desposition secara
komprehensif. Hal ini
disebabkan oleh
pembelajaran PKn belum
mengkaitkan materi
dengan realita kehidupan
siswa, tidak kontekstual,
lebih banyak memberikan
kemampuan untuk
menghapal, bukan untuk
berpikir kreatif. kritis dan
analitis, bahkan
menimbulkan sikap apatis
siswa dan menganggap
remeh serta kurang
menarik (Surachmad
dalam Kompas, 2001)
Setiap aspek proses
pembelajaran PKn di
Indonesia masih banyak
kelemahan, bahkan secara
agregat menjadi
kontraproduktif terhadap
pengembangan diri dan
kemampuan intelektual
siswa. Somantri
(2001:245) mempertegas
bahwa kurang
bermaknanya PKn bagi
siswa dikarenakan masih
dominannya penerapan
metode pembelajaran
konvensional seperti
ground covering
technique, indoktrinasi,
dan narrative technique
dalam pembelajaran PKn
sehari-hari. Sementara
itu, Budimansyah
(2008:18) menyoroti
penyebab masalh tersebut
secara lebih luas
meliputi :
Pertama, proses
pembelajaran dan
penilaian PKn lebih
menekankan pada
dampak instruksional
(instructional effects)
yang terbatas pada
penguasaan materi
(content mastery) atau
hanya menekankan pada
dimensi kognitif saja.
Kedua, pengelolaan
kelas belum mampu
menciptakan suasana
kondusif dan produktif
untuk memberikan
pengalaman belajar
kepada siswa melalaui
perlibatannya secara
proaktif dan interaktif,
baik dalam proses
pembelajaran dikelas
maupun di luar kelas
(intra ddan
ekstrakurikuler).
Ketiga, penggunaan
alokasi waktu yang
tercantum dalam struktur
kurikulum pendidikan
dijabarkan secara kaku
dan konvensional sebagai
jam pelajaran tatap muka
terjadwal sehingga
kegiatan pembelajaran
PKn dengan cara tatap
muka dikelas menjadi
sangat dominan.
Keempat, pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuer
sebagai wahana sosio
pedagogis untuk
mendapatkan “hands-on
experience” juga belum
memberikan kontribusi
yang signifikan untuk
menyeimbangkan antara
penguasaan teori dan
praktek pembiasaan
perilaku dan keterampilan
dalam berkehidupan yang
demokratis dan sadar
hukum.
Pemecahan masalah
kekurng bermaknaan PKn
tersebut perlu merubah
materi pembelajaran pkn
tidak hanya berisi hapalan
saja, tetapi harus
dipadukan dengan
kehidupan nyata dalam
masyarakat dengan
ditopang oleh proses
pembelajaran yang dapat
mengembangkan
contextualized multiple
intelligence. Dengan
demikian pembelajaran
PKn dapat
mengembangkan seluruh
potensi siwa.
Proses pembelajaran
Pkn di persekolahkan
guru inkuiri. Guru inkuiri
menurut A. Kosasih
Djahiri (1985: 7-8)
mempunyai ciri-ciri
sebagai perencana,
pelaksana, pengajaran,
fasilitator, administrator,
evaluator, rewarder,
manajer, pengarah dan
pemmberi keputusan.
Didalam kelas guru
bisa menciptakan suasana
demokratis karena secara
alami siswa kooperatip,
selalu ingin tahu, dan
berkemauan belajar serta
mempunyai hak untuk
membuat keputusan
sendiri tentang belajar
mereka. Disamping itu ,
siswa mempunyai hak
dan kewajiban untuk
berpartisipasi di dunia
sekitarnya.
Di dalam lingkungan
kelas demokratis, siswa
mempunyai hak untuk
dididik atau diberi
pengajaran dengan baik
dan meraih kesuksesan.
Dalam hal ini siswa
menggunakan
kesempatan untuk
berpartisipasi dalam
hidup kelompok dan
berkomunikasi dengan
yang lainnya.
Menciptakan suatu
kelas yang man dan
menghargai bebrabagi
pendapat dan gagasan
baru sangat penting,
sehingga siwa merasa
yakin bahwa komentar-
komentar yang
disampaikan selama
diskusi dihargai dan tidak
akan digunakan untuk
memusuhinya di luar
kelas.
Selain hak-hak
tersebut siswa akan
belajar bahwa mereka
mempunyai tanggung
jawab (responsibilities)
yang harus mereka
kerjakan dalam
kehiudupan sekolah,
seperti mengerjakan tugas
proyek ataupun tugas
lainnya. Dalam kelas
demokratis, konsep
kebebasan (freedom)
siswa akan mengutarakan
pendaopatnya sesuai
dengan peraturan yang
sudah dibuat dalam
diskusi kelompok sangat
penting, karena siswa
harus mengekspresikan
pendapatnya.
2. BAB II HAKIKAT,
FUNGSI DAN TUJUAN
PKN DI SD
A. Hakikat Pendidikan
Kewarganegaraan
Hakikat atau dasar
pendidikan
kewarganegaraan ini
bersumber dari sebuah
kurikulum yang lahir
sejak tahun 1946 di awal
tahun kemerdekaan
sampai pada era sekarang
ini dan dari kurikulum
itulah muncul nama-nama
mata pelajaran. Mata
pelajaran pendidika
kewarganegaraan (PKN)
dikenal saat kuruli=um
SD tahun 1968. Menurut
kurikulum SD tahun 1968
pendidikan
kewarganegaraan
mencakup sejarah
Indonesia, Geografis, dan
civic yang diartikan
sebagai pengetahuan
kewargaan Negara.
Ada dua istilah yang
perlu dibedakan, yakni
Kewarganegara dan
Kewarganegaraan.
Menurut Somantri (1967)
Kewarganegara
merupakan terjemahan
dari “Civics” yang
merupakan mata
pelajaran sosial dengan
tujuan untuk membina
dan mengembangkan
anak didik agar menjadi
warga Negara yang baik
(good citizen). Warge
Negara yang baik adalah
warga negara yang tahu,
mau dan mampu berbuat
baik (Somantri 1970(.
Sedangkan
kewarganegaraan
digunakan dalam
perundangan mengenai
stautus formal warga
Negara berdasakan UU
No. 2 Tahun 1949.

B. Fungsi dan Tujuan


Pendidikan
Kewarganegaraan.
Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn)
memiliki fungsi sebagai
wahana kurikuler
pengembangan karakter
warga Negara Indonesia
yang demokratis dan
bertanggung jawab.
Sedangkan untuk peserta
didik kewarganegaraan
(Pkn) berfungsi untuk
memberikan proses
pembudayaan dan
pemberdayaan peserta
didik sepanjang masa,
untuk memberikan
keteladnan, pembangunan
kemauan, dan
pengembangan kreatifitas
dalam proses
pembelajaran.
Tujuan pendidikan
kewarganegaraan
terhadap siswa disekolah
adalah untuk
mengembangkan
wawasan, sikap,
keterampilan hidup dan
berkehidupan yang
demokratis.

C. Ruang Lingkup PKn di


SD
Mata pelajaran pkn
merupakan mata
pelajaran yang
memfokuskan pada
pembentukan warga
Negara yang memahami
dan mampu
melaksanakan hal-hal dan
kewajibannya untuk
menjadi warga Negara
Indonesia yang cerdas,
terampil, diamanatkan
oleh pancasila dan UUD
1945. Pkn di SD
bertujuan agar Pesera
didik memiliki
kemampuan sebagai
beriut :
1. Berpikir secara
kritis, rasional,
dan kreatif dalam
menanggapi isu
kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi
secara aktif dan
bertanggung
jawab, dan
bertindak
langsung secara
cwerdas dalam
kegiatan
bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara serta
anti korupsi
3. Berkembang
secara positif dan
demokratis untuk
membentuk diri
berdasarkan
karakter-karakter
masyarakat
Indonesia agar
dapat hidup
bersama bangsa-
bangsa lainnya.
4. Berinteraksi
dengan bangsa-
bangsa lain dalam
peraturan dunia
secara langsung
dan tidak
langsung dengan
memanfaatkan
TK.

D. Struktur Kurikulum SD
Struktur kurikulum
SD disusun berdasarkan
standar kompetensi
lulusan dan standar
kompetensi mata
pelajaran dengan
ketentuan sebagai
berikut :
1. Kurikulum SD
memuat 8 mata
pelajaran, muatan
local dan
pengembangan
diri.
2. Substansi mata
pelajaran IPA dan
IPS di SD
merupakan IPA
terpadu dan IPS
terpadu
3. Pembelajaran
pada kelas I-III
melalui
pendekatan
tematik,
sedangkan IV-VI
melalui
pendekatan mata
pelajaran.
4. Jam pelajaran
untuk setiap mata
pelajaran
dialokasikan
sebagaimana
tertera dalam
struktur
kurikulum.
5. Alokasi waktu
satu jam
pembelajaran
adalah 35 menit
6. Minggu efektif
dalam satu tahun
peljaran (dua
semester) adalah
34-38 minggu.
Ruang lingkup mata
pelajaran PKn untuk
pendidikan dasar dan
menengah meliputi
aspek-aspek sebagai
berikut :
1. Persatuan dan
kesatuan bangsa
Meliputi hidup rukun
dalam perbedaan,
cinta Indonesia dan
kebangsaan sebagai
bangsa Indonesia,
sumpah pemuda,
keutuhan NKRI,
partisipasi dalam
pembelajaran Negara,
sikap positif terhadap
NKRI
2. Norma Hukum dan
Peraturan
Meliputi tertib dalam
kehidupan keluarga,
tata tertib di sekolah,
norma yang berlaku
di masyarakat,
peraturan-peraturan
daerah, norma-norma
dalam kehidupan
berbangsa dan
bernegara, sistem
hokum dan peradilan
nasional hokum dan
peradilan
internasional
3. HAM
Meliputi hak dan
kewajiban anak.
4. Keutuhan warga
Negara
Meliputi gotong
royong, harga diri
sebagai warga
masyarakat,
kebebasan
berorganisasi,
kemerdekaan
mengeluarkan
pendapat, menghargai
keputusan bersama,
peserta diri,
persamaan kedudukan
warga Negara.
5. Konstitusi Negara
Meliputi proklamasi
kemerdekaan dan
konstitusi yang
pertama, konstitusi-
konstitusi yang
pernah digunakan di
Indonesia, hubungan
dasar Negara dengan
konstitusi.
6. Kekuasaan dan Politik
Meliputi
pemerintahan desa
dan kcamatan,
pemerintahan daerah
dan otonomi-
pemerintah pusat,
demokrasi dan sistem
politik, budaya
politik, budaya
demokrasi menuju
masyarakat madani,
sistem pemerintahan,
pers dalam
masyarakat demokrasi
7. Pancasila
Meliputi kedudukan
pancasila sebagai
dasar Negara dan
ideology negra,
proses perumusan
pancaila sebagai dasar
Negara, pengalaman
nilai-nilai pancasila
dalama kehidupan
sehari-hari, pancasila
sebagai ideology
terbuka
8. Globalisasi
Meliiputi globalisasi
di lingkungannya,
politik luar negeri
Indonesia di era
globalisasi, dampak
globalisasi, Hubungan
internasional dan
organisasi
internasional, dan
mengevaluasi
globalisai.
E. Tuntutan Pedagogis
PKn di SD
1) Tuntuan pedagogis
dalam buku ini
diartikan sebagai
pengalaman belajar
(learning experiences)
yang bagaimana yang
diperlukan untuk
mencapai tujuan
pendidikan
kewarganegaraan,
dalam pengertian
keutuhan penguasaan
kompetensi
kearganegaraan yang
tersurat dan tersirat
dalam lingkup isi dan
kompetensi dasar
2) Implikasi dari lingkup
isi Pkn SD/MI perlu
dikaitkan dengan
kualitas warga Negara
yang demokratis dan
bertanggung jawab.
3) Dengan kata lain pkn
menuntut
terwujudnya
pengalaman belajar
yang bersifat utuh
memuat belajar
kognitif, belajar nilai
sikap, dan belajar
perilaku
4) Proses pendidikan
yang dituntut dan
menjadi kepedulian
pkn adalah proses
pendidikan yang
terpadu utuh, yang
juga disebut sebagai
bentuk confluent
education.
5) Tuntutan pedagogis
memerlukan
persiapan mental,
profesionaltas dan
hubungan sosial guru-
murid yang koesif
6) Dalam pkn berlaku
pada postulat bahwa
value is neither tought
now cought, it is
learned.
7) Pkn merupakan mata
pelajaran dengan visi
utama sebgai
pendidikan demokrasi
yang bersifat
multidimensional
karena merupakan
pendidikan nilai
demokrasi,
pendidikan moral,
pendidikan social, dan
masalah pendidikan
politik.
8) Pkn merupakan
program pemelajaran
nilai dan moral
pancasila dan UUD
45 yang bermuara
pada terbentuknya
watak pancasila dan
UUD 45 dalam diri
peserta didik.

3. BAB III KAJIAN


STANDAR ISI MATA
PELAJARAN PKN DI SD
DALAM LINGKUP
KURIKULUM 2013
A. Fungsi dan Tujuan PKn
di SD dalam Lingkup
K-13
Dalam konteks
kehidupan berbangsa dan
bernegara sekolah sebagai
wahana pengembangan
warga Negara yang
demokratis dan
bertanggung jawab, yang
secara kurikuler
pendidikan
kewarganegaraan yang
harus menjadi wahana
psikologis-pendagogis
yang utama. Jika dirunut
secara yuridis ada
beberapa ketentuan
perundang-undangan
yang mengandung amanat
tersebut, sebagai berikut.
1) Pembukaan
undang-undang
dasar Negara
republic Indonesia
dan perubahannya
(UUD 1945 dan
perubahannya),
khususnya alinea
ke-4 yang
menyatakan
bahwa pembukaan
pemerintah
Negara Indonesia
dimaksudkan
untuk: “….
Melindungi
segenap bangsa
Indonesia dan
seluruh tumpah
darah Indonesia
dan untuk
memajukan
kesejahteraan
umum,
mencerdaskan
kehidpan bangsa,
dan ikut
melaksanakan
ketertiban dunia
yang berdasarkan
kemerdekaan,
perdamaian abadi
dan keadilan
sosial maka
disusulah
kemerdekaan
kebangsaan
Indonesia itu
dalam suatu
Undang-undang
dasar Negara
republic Indonesia
yang berkedaulan
rakyat dengan
berdasarkan
kepada ketuhanan
yang maha esa.
Kemanusiaan
yang adil dan
beradap, persatuan
Indonesia dan
kerakyatan yang
dipimpin oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaran
/perwakilan, serta
dengan
mewujudkan
suatu keadilan
sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
2) Undang-undang
No.20 Tahun
2003 tentang
sistem Pendidikan
Nasional (UU RI
No. 20 Tahun
2003 tentang
Sisdiknas)
khususnya:
a. Pasal 3 yang
menyatakan
bahwa
“Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangk
an
kemampuan
dan
membentuk
watak serta
peradaban
bangsa yang
bermartabat
dalam rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangny
a potensi
peserta didik
agar menjadi
manusia yang
beriman dan
bertaqwa
kepada Tuhan
yang maha
esa, berakhlak
mulia, sehat,
berilmu,
cakap,
kreaatif,
mandiiri, dan
menjadi warga
Negara yang
demokratis
serta
bertanggung
jawab.
b. Pasal 4
mengatakan :
1) Pendidikan
di
selenggara
kan secara
demokratis
dan
berkeadila
n serta
tidak
diskrimina
tif dengan
menjunjun
g tinggi
hak asasi
mansua,
nilaai
kagamaan,
nilai
kultural,
dan
kemajemu
kan
bangsa.
2) Pendidikan
diselengga
rakan
sebagai
satu
kesatuan
yang
sistemik
dengan
sistem
terbuka
dan
multimakn
a
3) Pendidikan
diselengga
rakan
sebagai
suatu
proses
pembuday
aan dan
pemberday
aan peserta
didik yang
berlangsun
g
sepanjang
hayat.
4) Pendidikan
diselengga
rakan
dengan
memberi
keteladana
n
membangu
n
kemauana,
dan
mengemba
ngkan
kreativitas
peserta
didik
dalam
proses
pemeblajar
an.
5) Pendidikan
diselengga
rakan
dengan
mengemba
gkan
budaya
membaca,
menulis,
dan
berhitung
bagi
segenap
warga
masyaraka
t.
6) Pendidikan
diselengga
rakan
dengan
memberda
yakan
semua
komponen
masyaraka
t melalui
peran serta
dalam
penyeleng
garaan dan
pengendali
an mutu
layanan
pendidikan
.
c. Pasal 37 ayat
(1) yang
menyatakan
bahwa
“Kurikulum
pendidikan
dasar dan
menengah
wajib memuat:
pendidikan
agama;
pendidikan
kewarganegar
aan; bahasa;
matematika;
ilmu
pengetahuan
alam; ilmu
pengetahuan
sosial; seni
dan budaya
pendidikan
jasmani dan
olahraga;
keterampilan/k
ejuruan; dan
muatan local;
dan ayat (2)
yang
menyatakan
bahwa
kurikulum
pendidikan
agama;
pendidikan
kewarganegar
aan; dan
bahasa
d. Pasal 38 ayat
yang
menyatakan
bahwa
“kurikulum
pendidikan
dasar dan
menengah
dikembangkan
sesuai
relevansinya
oleh setiap
kelompok atau
satuan
pendidikan
dan komite
sekolah/madra
sah dibawah
koordinasi dan
supervise
dinas
pendidikan
atau kantor
departemen
agama
kabupaten/kot
a untuk
pendidikan
dasar dan
provinsi
menengah.
3) Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia Nomor
19 Tahun 2005
tentang standar
Nasioanl
pendidikan (PP RI
No. 19 tahun 2005
tentang SNP).
4) Pasal 6 ayat (4)
yang menyatakan
bahwa “setiap
kelompok mata
pelajaran
sebagimana
dimaksud dalam
ayat (1)
dilaksanakan
secara holistic
sehingga
pembelajaran
masing-masing
kelompok mata
pelajaran ikut
mewarnai
pemahaman
dan/atau
penghayatan
peserta didik”.
5) Pasal 7 ayat 2
yang menyatakan
bahwa kelompok
mata pelajaran
kewarganegaraan
dan kepribdian
pada
SD/MI/SDLB/Pak
et A,
SMP/MTs/SMPL
B/Paket B,
SMA/MA/SMAL
B/Paket C,
SMK/MAK atau
bentuk lain yang
sederajat
dimaksudkan
untuk peningkatan
kesadaran dan
wawasan peserta
didik akan status,
hak dan
kewajibannya
dalam kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara, serta
peningkatan
kulitas dirinya
sebagai manusia.
Sekolah sebagai
bagian integral
dari masyarakat
perlu
dikembangkan
sebagai pusat
pembudayaan dan
pemberdayaan
peserta didik
sepanjang hayart,
yang mampu
memberi teladan,
membangun
kemapuan dan
mengembangkan
kreativitas peserta
didik dalam
proses
pembelajaran
demokratis. Mata
pelajaran pkn juga
harus berfungsi
sebagai wahan
kurikuler
pengembangan
karakter warga
Negara Indonesia
yang demokratis
dan bertanggung
jawab.

B. Konsep Dasar K-13


Konsep dasar meliputi
hakikat, tujuan yang
hendak dicapai, dan
desain dari kurikulum
yang dimaksud. Berikut
ini penjabaran dari
hakikat, tujuan, desain
(kurikulum terintegrasi)
pada kurikulum 2013;
1. Hakikat
kurikulum 2013
ketika kita
memasuki dunia
pendidikan, kita
pasti tidak asing
lagi mendengar
istilah pendidikan
karakter.
Pendiikan
karakter terdiri
dari dua term,
yaitu pendidikan
dan karakter.
Pendidikan adalah
usaha sadar yang
dialkukan oleh
individu atau
kelompok
(instansi) untuk
mengembangakan
segala potensi
yang ada pada
dirinya (hati,piker,
rasa dan karsa,
serta raga) untuk
mencapai tujuan
yang diinginkan.
2. Tujuan
pendidikan secara
umum pendidikan
merupakan sebuah
proses untuk
mengantarkan
umat manusia
guna meraih
kebahagiaan
hidup. Tentunya
kebahagian hidup
ini dapat diukur
dari aspek pribasi,
aspek structural
fungsional
masyarakat, dan
aspek budaya
3. Konsep kurikulum
terintegrasi
konsep
keintegrasian pada
hakikatnya
menunujukkan
pada keseluruhan,
kesatuan,
kebulatan,
kelengkapan,
kompleksitas yang
ditandai dengan
interaksi antar
komponen-
komponennya.
Pendekatan
keintegrasian ini
merupakan suatu
sistem totalitas
yang terdiri dari
komponen-
komponen yang
saling
berhubungan dan
berinteraksi, baik
antara komponen
satu dengan
komponen lainnya
maupun
komponen dengan
keseluruhan,
dalam rangka
mencapai tujuan
yang telah
ditetukan.
4. Kurikulum
integrasi sainstek
dan imtak istilah
saintek
merupakan
pepaduan antara
sains (ilmu
pengetahuan) dan
teknologi. Sains
dan teknologi
tdaka dapat
dipisahkan satu
sama lain, karena
sains merupakan
sumber teknologi,
sedangkan
teknologi
merupakan
aplikasi sains.
Teknologi juga
diartikan sebagai
himpunan
pengetahuan
terapan manusia
tentang proses
pemanfaatan alam
yang diperoleh
dari penerapan
sains, dalam
kegiatan yang
produktif
ekonomis.

C. Teori-Teori Kurikulum
Teori merupakan
suatu perangkat
pernyataan yang bertalian
satu sama lain, yang
disusun sedemikian rupa
sehingga memberikan
makna yang fungsional
terhadap serangkaian
kejadian. Perangkat
pernyataan tersebut
dirumuskan dalam bentuk
difini deskriptif atau
fungsional, suatu
konstruksi fungsional,
asumsi-asumsi hipotesis,
generalisasi hukum, atau
teorem-teorem. Isi
rumusan –rumusan
tersebut ditentukan oleh
lingkup dari rentetan
kejadian yang dicangkup,
jumlah pengetahuan
empiris yang ada, dan
tingkat keluasan dan
kedalaman teori dan
penelitian di sekitar
kjadian-kejadian tersebut.
Bahan kajian dari
teori kurikulum adalah
hal-hal yang berkaitan
dengan renentuan
keputusan, penggunaan,
perencanaan,
pengembangan, evaluasi
kurikulum, dan lain-lain.
1. Konsep kurikulum
Ada 3 konsep
tentang
kurikulum, yaitu
kurikulum sebagai
substansi, sebagi
sistem, dan
sebagai bidang
studi.
Konsep
pertama,
kurikulum sebagai
suatu substansii,
suatu kurikulum,
dipandang orang
sebagai suatu
rencana kegiatan
belajar bagi
murid-murid di
sekolah, atau
sebagai suatu
perangkat tujuan
yang ingin
dicapai. Suatu
kurikulum juga
dapat menunjuk
kepada suatu
dokumen yang
berisi rumusan
tentang tujuan,
bahan ajar,
kegiatan belajar-
mengajar, jadwal,
dan evaluasi.
Konsep kedua,
adalah kurikulum
sebagai suatu
sitem, yaitu sistem
kurikulum. Sistem
kurikulum
merupakan bagian
dari sistem
persekolahan,
sistem pendidikan,
bahkan sistem
masyarakat. Suatu
sitem kurikulum
mencakup struktur
personalia, dan
prosedur kerja
bagaimana cara
menyusun struktur
personalia, dan
prosedur kerja
bagaimana cara
menysuusn suatu
kurikulum,
melaksanakan,
mengevaluasi dan
menyempurnakan
nya.
Konsep ketiga,
kurikulum sebagai
suatu bidang studi
yaitu bidang studi
kurikulum. Ini
merupakan bidang
kajian para ahli
kurikulum dan
ahli pendidikan
dan pengajaran.
Tujuan kurikulum
sebagai bidang
studi adalah
mengembangkan
ilmu tentang
kurikulum dan
sitem kurikulum.
Seperti halnya
para ahli ilmu
sosial lainnya,
para ahli teori
kurikulum juga
dituntut untuk :
(1)
mengembangkan
definisi-defini
deskriptif dan
preskriptif dari
istilah-istilah
teknis, (2)
mengadakan
klasifikasi tentang
pengetahuan yang
telah ada dalam
pengetahuan-
pengetahuan baru.
(3) melakukan
penelitian
inferensial dan
prediktif, (4)
mengemangkan
subsubteori
kurikulum,
meengembangkan
dan melaksankan
model-model
kurikulum.
2. Perkembangan
teori kurikulum
Perkembangan
teori kurikulum
tidak dapat
dilepaskan dari
sejarah
perkembangannya
. Perkembangan
kurikulum telah
dimulai pada
tahun 1890
dengan tulisan
Charles dan
McMurry, tetapi
secara definitive
berawal pada hasil
karya Franklin
Babbit tahun
1918. Bobbit
sering dipandang
sebagai ahli
kurikulum yang
pertma, ia perintis
pengembangan
praktik kurikulum.
Menurut
Bobbit, inti teori
kurikulum itu
sederhana, yaitu
kehidupan
manusia.
Kehidupan
manusia meskipun
berbeda-beda
pada dasarnya
sama, terbentuk
oleh sejumlah
kecakapan
pekerjaan.
Pendidikan
berupaya
mempersiapkan
kecakapan-
kecakapan
tersebut dengan
teliti dan
sempurna . setiap
tingkatan dan
lingkungan
kehidupan
menuntut
penguasaan
pengetahuan,
keterampilan,
sikap, kebiasaan,
apresiasi tertentu.
Ada 2 hal
yang sama dari
teori kurikulum,
teori Bobbit dan
Charters. Pertama,
keduanya setuju
atas penggunaan
teknik ilmiah
dalam
memecahkan
masalah-masalah
kurikulum. Dalam
hal ini mereka
dipengaruhi oleh
gerakan.
D. Landasan
Pengembangan
Kurikulum.
Tiga aspek yang
menjadi landasan
pengembangan kurikulum
secara jelas terangkum
dalam isi materi uji
kurikulum sebagai berikut
:
1. Landasan
Filosofis
kurikulum 2013
Landasan filosofis
kurikulum 2013
adalah UU No.
20/2003 tentang
sistem pendidikan
nasional pada
pasal 1 butir 1
yang menyatakan
bahwa
“pendidikan
adalah usaha sadar
dan terencana
untuk
mewujudkan
suasana belajar
dan proses
pembelajaran agar
peserta didik
secara aktif
mengembangkan
potensi dirinya
untuk memiliki
kekutana spiritual
keagamaan,
pengendalian diri,
kepribadian,
kecerdasan,
akhlak mulia, dan
keterampilan yang
diperlukan
dirinya,
masyarakat,
bangsa dan
Negara”
Menurut
pandangan
filsafata, setiap
individu peserta
didik adalah unik,
memiliki
kebutuhan belajar
yang unik, perlu
mendapatkan
perhatian secara
individual, dan
memiliki
kebebasan untuk
menentukan
kehidupan
mereka.
2. Landasan Yuridis
dan Empiris
Kurikulum 2013
Adalah
Permendikbud
Nomor 71 tahun
2013 tentang buku
teks pelajaran dan
buku panduan
guru. Setiap guru
harus memahami
baik buku siswa
maupun buku
guru dan mampu
menggunakannya
dalam
pembelajaran.
Selain itu,
permendikbud
nomor 65 tahun
2013 tentang
standar proses
pendidikan dasar
dan menengah
juga menjadi
landasan yuridis
dan empiris
kurikulum 2013.
3. Aspek Konseptual
Aspek ini
mencakup
relevansi, model
kurikulum
berbasis
kompetensi,
kurikulum lebih
dari sekedar
dokumen, proses
pembelajaran
mencakup
aktivitas belajar,
output belajar dan
outcome belajar
serta cakupan
mengenai
penilaian. Jika
melihat dari ketiga
aspek ini maka
kita dapat melihat
dan juga meniali
bahwasannya
apakah pergantian
kurikulum ini
telah memang
dirasakan perlu
dengan kondisi rill
di lingkungan kita
maisng-masing
diseiap satuan
pendidikan.
Menteri
pendidikan dan
bebudayaan,
Prof.Ir.Muhamma
d Nuh, Dea
mengatkan bahwa
kurikulum 2013
ini lebih
ditekankan pada
kompetensi
dengan pemikiran
kompetensi
berbasis sikap,
keterampilan, dan
pengetahuan.
E. Keunggulan Kurikulum
2013
1) Siswa lebih dituntut
untuk aktif, kreatif
dan inovatif dalam
setiap pemecahan
masalah yang mereka
hadapi di sekolah
2) Adanya penilaian dari
semua aspek meliputi
nilai kesopanan,
religi, praktek, sikap
dll.
3) Munculnya
pendidikan karakter
dan pendidikan budi
pekerti yang telah
diintegrasikan
kedalam semua
program studi
4) Adanya kompetensi
yang sesuai dengan
tuntutan fungsi dan
pendidikan nasional.
5) Kompeteni yang
dimaksud
menggambarkan
secara holistic
dominan sikap,
keterampilan dan
pengetahuan.
6) Kurikulum ini sangat
tanggap dengan
fenomena dan
perubahan soaial.
7) Standar penialaian
mengarahkan pada
penialaian berbasis
kompetensi seperti
sikap, keterampilan,
dan
pengetahuansecara
proporsional.
8) Mengharuskan
adanya remediasi
secra berkala.
9) Sifat pembelajaran
sangat kontekstual.
10) Buku dan
kelengkapan
dokumen disiapkan
lengkap oleh
pemerintah.

F. Kelemahan Kurikulum
2013
1) Guru banyak slah
paham, karena
beranggapan dengan
kurikulum 2013 guru
tidak perlu
menjelaskan materi
kepada siswa di kelas,
padahal banyak mata
pelajaran yang harus
tetap ada penjelasan
dari guru.
2) Banyak sekali guru-
guru yang belum siap
secara mental dengan
kurikulum 2013 ini.
3) Kurangnya
pemahaman guru
dengan konsep
pendekatan Scientific.
4) Kurangnya
keterampilan guru
merancang rpp
5) Guru tidak banyak
yang menguasai
penilaian autentik
6) Terlalu banyak materi
yang dikuasai siswa.
7) Beban belajar siswa
dan termasuk guru
terlalu berat, sehingga
waktu belajar di
sekolah terlalu lama.
4. BAB IV MATERI YANG
DIPERLUKAN DALAM
PEMBENTUKAN
KARAKTER PADA USIA
SEKOLAH DASAR
Di era reformasi ini
banyak terjadi masalah-
masalah sosial termasuk pada
bidang pendidikan. Yang
kemudian membawa dampak
yang sangat besar dalam
dunia pendidikan termasuk
utamanya sekolah dasar.
Pendidikan karakter
(character education) adalah
pendekatan langsung untuk
pendidikan moral yang
melibatkan pengajaran moral
dasar untuk para siswa agar
mencegah mereka terlibat
dalam perilaku tak bermoral
dan melakukan hal yang
berbahaya bagi diri mereka
A. Pengertian Pendidikan
Karakter
Pengertian pendidikan
karakter berkaitan dengan
pengertian pendidikan
dan karakter. Pendidikan
adalah suatu usaha yang
sadar dan sistematis
dalam mengembangkan
potensi siswa. (Puskur,
2010: 4)
Pengertian karakter
adalah watak, tabiat,
akhlak, atau kepribadian
seseorang yang terbentuk
dari hasil internalisasi
berbagai kebajikan
diyakini dan digunakan
sebagai landasan untuk
cara pandang, berfikir,
bersikap, dan bertindak.
Jadi pengertian
pengertian pendidikan
karakter adalah
pendidikan yang
mengembangkan nilai-
nilai budaya dan karakter
bangsa pada diri siswa
sehingga mereka
memiliki nilai dan
karakter sebagai karakter
dirinya.

B. Tujuan dan Fungsi


Pendidikan Karakter
Untuk dapat
melaksanakan pendidikan
karakter, perlu diketahui
fungsi dan tujuan
pendidikan karakter.
1) Pengembangan yaitu
pengembangan
potensi siswa untuk
menjadi pribadi
berprilaku baik; ini
bagi siswa yang telah
memiliki sikap dan
perilaku yang
mencerminkan
budaya dan karakter
bangsa.
2) Perbaikan yaitu
memperkuat kiprah
pendidikan nasional
untuk bertanggung
jawab dalam
pengembangan
potensi siswa yang
bermartabat.
3) Penyaring yaitu
menyaring budaya
bangsa sendiri dan
budaya bangsa lain
yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai
budaya dan karakter
bangsa yang
bermartabat.
Sedangkan tujuan
pendidikan karakter
adalah :
1) Mengembangkan
potensi
kalbu/nurani/afektif
siswa sebagai
manusia dan warga
negara yang memiliki
nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa.
2) Mengembangkan
kebiasaan dan
perilaku siswa yang
terpuji dan nilai nilai
universal dan tradisi
budaya bangsa yang
religius.
3) Menanamkan jiwa
kepemimpinan dan
tanggung jawab siswa
sebagai generasi
penerus bangsa.
4) Mengembangkan
kemampuan siswa
menjadi manusia yang
mandiri kreatif, dan
berwawasan
kebangsaan.

C. Nilai-nilai Pendidikan
Karakter
Nilai-nilai pendidikan
karakter perlu
dikembangkan disekolah.
Nilai ini berlaku
universal, karena dapat
digunakan oleh seluruh
siswa di Indonesia tanpa
adanya diskriminasi
terhadap pihak-pihak
tertentu. Nilai-nilai ini
bersumber dari agama,
Pancasila, budaya, dan
tujuan pendidikan
nasional. Dalam nilai-
nilai pendidikan karakter
perlu dijabarkan sehingga
diperoleh deskripsinya.
Deskripsi tersebut
berguna sebagai batasan
atau tolak ukur
ketercapaian pelaksanaan
nilai-nilai pendidikan
karakter di sekolah.
Adapun nilai-nilai
pendidikan karakter yaitu
religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin
tahu, semangat, cinta
tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat, cinta
damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli
sosial, tanggung jawab.

D. Penerapan Pendidikan
Karakter
Di Sekolah dasar
penerapan pendidikan
karakter di sekolah dasar
dilakukan pada ranah
pembelajaran (kegiatan
pembelajaran),
pengembangan budaya
sekolah dan pusat
kegiatan belajar, kegiatan
korikuler dan kegiatan
extrakurikuler serta
kegiatan sehari-hari di
rumah dan di sekolah.
1. Kegiatan
Pembelajaran
adalah suatu
proses yang
mengandung
serangkaian
kegiatan gru dan
siswa atas dasar
hubungan timbal
balik yang
berlangsung
dalam situasi
edukatif untuk
mencapai tujuan
tertentu.proses
pembelajaran ini
merupakan
sebuah bentuk
kegiatan yang
dilaksanakan oleh
guru dengan
siswa dengan
menjalin
konunikasi
edukatif dengan
menggunakan
strategi-strategi,
pendekatan,
prinsip, dan
metode tertentu
dalam rangka
mencapai tujuan
pembelajaran
yang efektif dan
efisiem
berdasarkan
perencanaan yang
telah dibuat
sebelumnya.
2. Pengembangan
budaya sekolah
dan pusat
kegiatan belajar
pengembangan
budaya sekolah
dan pusat
kegiatan belajar
dilakukan melalui
kegiatan
pengembangan
diri, yaitu
kegiatan rutin,
kegiatan spontan,
keteladanan, dan
pengkondisian.
Adapun hal-hal
tersebut sebagai
berikut :
a. Kegiatan
rutin
b. Kegiatan
spontan
c. Keteladanan
d. Pengkondisi
an
3. Kegiatan
Intrakurikuler, ko-
rikuler dan atau
kegiatan
Ekstrakurikuler di
Sekolah Dasar.
a. Kegiatan
Intrakurikule
r
b. Kegiatan
Ko-
Kurikuler
c. Kegiatan
Ekstrakuriku
ler
4. Kegiatan
Keseharian
dirumah dan
dimasyarakat.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kelebihan buku kritik
Dalam penulisannya buku
tersebut menggunakan
sistematika penulisan yang
bagus. Materi yang runtut dan
tidak memberikan kesan
membingungkan memudahkan
para pembaca untuk
memahaminya. Penulisan dalam
buku ini juga menurut saya sudah
sangat jelas dimana
menggunakan ukuran huruf yang
tidak terlalu kecil dan tidak
terlalu besar sehingga mudah
dibaca.
Buku ini juga sudah
menggunakan bahasa yang lugas
yang dibuktikan dengan
kesederhanaan bahasanya
sehingga materi dalam buku ini
memiliki makna yang jelas serta
tidak membuat ambigu para
pembacanya.

B. Kekurangan buku kritik


Buku ini belum memiliki
penerbit, tahun terbit dan belum
memiliki ISBN. Sehingga
menurut saya buku ini akan sulit
untuk didapat dan dicari. Dalam
buku ini juga tidak terdapat
gambar dan pengunaan warna
dalam buku yang terkesan
monoton, sehingga memberikan
kesan sedikit kurang menarik
ketika ingin membacanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
diatas maka dapat disimpulkan
bahwa critical book merupakan
kegiatan untuk mengkritisi buku
agar kita mengetahui kelebihan
dan kekurangan dalam buku,
baik dalam sistematika
penulisannya, penggunaan bahsa,
isi materi, dan tampilan buku.
Buku Pendidikan
Kewarganegaraan Kelas Tinggi
ini menurut saya sudah memiliki
sistematika penggunaan bahasa,
dan materi yang mudah di
pahami oleh para pembacanya.
Meskipun demikian dalam buku
ini masih ada kekurangan yang
membuat buku ini menjadi
kurang sempurna.

B. Saran
Adapun saran yang dapat
disampaikan sebagai calon
pendidik kita harus selalu
menggali potensi yang ada pada
diri kita. Cara menggali potensi
dapat dilakukan dengan cara
mempelajari materi-materi yang
ada pada buku yang kita baca
sebagai referensi belajar. Dan
untuk pengarang buku ataupun
penulis setiap buku yang
diterbitkan, semoga kedepannya
agar lebih baik lagi dan mudah
dipahami pembaca
pembahasannya.

Anda mungkin juga menyukai